SKRIPSI
Oleh
AMINAH CITRASARI
1610312040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
i
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, M.Sc, PhD, Sp.GK dr. Roza Mulyana, SpPD-KGer
NIP. 196305071990012001 NIP.197310062002122003
Mengetahui:
Wakil Dekan I,
Fakultas Kedokteran UNAND
PENGESAHAN PENGUJI
Tim Penguji
Penulis
By
Aminah Citrasari
Oleh
Aminah Citrasari
SAMPUL DEPAN i
SAMPUL DALAM ii
PERSETUJUAN PROPOSAL iii
PENGESAHAN PENGUJI iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR ISTILAH xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Mikronutrien pada masa kehamilan 5
2.1.1 Zat Besi 7
2.1.2 Zink 8
2.1.3 Asam Folat 9
2.1.4 Vitamin A 10
2.1.5 Vitamin C 10
2.2 Anemia 11
2.2.1 Epidemiologi 12
2.2.2 Etiologi 12
2.2.3 Patofisiologi anemia 12
2.2.4 Manifestasi Klinis 13
2.2.5 Diagnosis 13
2.2.6 Tatalaksana dan Prognosis 13
2.2.7 Komplikasi 14
2.2.8 Diagnosis Diferensial 14
2.3 Anemia pada Kehamilan Trimester I 14
2.4 Metode Pengukuran Hemoglobin dan Konsumsi Makanan 15
2.4.1 Metode Pengukuran Hemoglobin 15
2.4.2 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan 16
2.5 Hubungan Asupan Mikronutrien dan Anemia 17
2.5.1 Besi dan Anemia 17
2.5.2 Zink dan Anemia 18
2.5.3 Folat dan Anemia 20
2.5.4 Vitamin A dan Anemia 20
2.5.5 Vitamin C dan Anemia 22
Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Teori Penelitian 23
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian 24
Gambar 5.1 : Korelasi asupan zat besi dengan kadar hemoglobin
pada ibu hamil trimester I di Kabupaten Agam 35
Gambar 5.2 : Korelasi asupan zink dengan kadar hemoglobin
pada ibu hamil trimester I di Kabupaten Agam 35
Gambar 5.3 : Korelasi asupan asam folat dengan kadar hemoglobin
pada ibu hamil trimester I di Kabupaten Agam 36
Gambar 5.4 : Korelasi asupan vitamin A dengan kadar hemoglobin
pada ibu hamil trimester I di Kabupaten Agam 37
Gambar 5.5 : Korelasi asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin
pada ibu hamil trimester I di Kabupaten Agam 37
2.1.2 Zink
Zink merupakan mikronutrien esensial untuk tubuh manusia terutama
berperan dalam metabolisme besi, integritas epitel, kesehatan mental dan
imunitas.29 Berdasarkan AKG, tambahan kebutuhan zink ibu hamil adalah 2 mg
untuk ibu hamil trimester pertama sedangkan sebelum hamil wanita membutuhkan
10 mg zink.27 Ini menunjukkan kebutuhan zink per hari ibu hamil sekitar 18% -
36% lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Zink merupakan
komponen penting dalam transduksi sinyal untuk mengeliminasi patogen,
berperan dalam menginduksi sel-sel imunitas, modulator dalam respon pro-
inflamasi dan mengontrol berbagai reaksi stress oksidatif.30
Sebagian besar asupan zink berasal dari sereal dan daging juga ditemukan
dalam kacang-kacangan dan lentil. Defisiensi zink ringan sering terutama di
negara-negara berkembang karena konsumsi makanan rendah zink dan
mengandung tinggi fitat, yang menghambat absorpsi zink.31 Zink diserap terutama
di duodenum dan yeyunum dan pada tingkat yang lebih rendah di ileum dan usus
besar.
Defisiensi zink dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap infeksi
bakteri dan sepsis. Sehingga jika terjadi defisiensi zink pada ibu hamil, ibu akan
rentan terhadap infeksi selama kehamilan yang merupakan faktor risiko terjadinya
kelahiran prematur dan BBLR. Kelahiran prematur dan BBLR meningkatkan
morbiditas dan mortalitas bayi.32 Zink juga berperan dalam perkembangan janin.
Defisiensi zink pada ibu hamil selama masa kehamilan akan berdampak pada
suplai zink ke janin menurun sehingga juga dapat menganggu perkembangan
janin.
2.1.4 Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin larut dalam lemak dan berperan penting
dalam fungsi penglihatan, reproduksi dan sistem imun. Asupan vitamin A pada
mamalia terdiri dari tiga bentuk yaitu retinal, retinol, dan asam retinoat. Asupan
vitamin A dapat diperoleh dari produk nabati (provitamin A atau β-karoten),
produk hewani, makanan terfortifikasi, dan suplemen.40 Retinol berperan dalam
perkembangan, diferensiasi, dan maturasi organ embrio.41 Vitamin A (β-karoten)
merupakan antioksidan pada manusia yang mengurangi stress oksidatif dan risiko
terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Defisiensi vitamin A (kadar serum
retinol <20 µg/dL) dapat disebabkan oleh rendahnya asupan vitamin A dan
prekursornya.42
Defisiensi vitamin A (serum retinol <0,7 μmol / L) merupakan salah satu
defisiensi nutrisi yang paling umum di seluruh dunia, memberikan dampak pada
sebagian besar wanita hamil dan menyusui, dan anak-anak pra-sekolah.43 Pada
negara berkembang, sekitar 10-20% ibu hamil berkembang menjadi defisiensi
vitamin A.50 Defisiensi vitamin A selama kehamilan meningkatkan risiko buta
senja, anemia dan bahkan dapat menyebabkan kelainan kongenital.40
2.1.5 Vitamin C
Vitamin C merupakan mikronutrien esensial yang dibutuhkan dalam reaksi
hidroksilasi termasuk sintesis prokolagen.45 Gangguan sintesis kolagen
menyebabkan kerapuhan pada pembuluh darah yang memunculkan manifestasi
pada kulit seperti hiperkeratosis, perdarahan parafolikular, ptekie, dan ekimosis.
Selain itu gangguan sintesis kolagen dapat menyebabkan gingivitis hiperplastik
ulserativa dan periodontitis. Gangguan dalam sintesis ikatan disulfida
menyebabkan kerontokan pada rambut. Adapun manifestasi lain dari defisiensi
vitamin C seperti kelemahan otot, myalgia, edema tungkai, dispnea, hipertensi
pulmonal, leukopenia, dan hipotensi.46
2.2 Anemia
Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin atau hematokrit atau
hitung jumlah eritrosit. Menurut British Committee fo Standards in Haematology
2011. Anemia ditandai dengan kadar hemoglobin yang kurang dibawah 2 standar
deviasi dari nilai rata-rata populasi yang sehat. Anemia merupakan klinis yang
menunjukkan suatu penyakit. Kadar hemoglobin normal berbeda tiap orang
berdasarkan jenis kelamin. Tabel 2.2 menunjukkan batas nilai hemoglobin
berdasarkan kelompok umur.
Tabel 2.2 Batas nilai hemoglobin berdasarkan kelompok umur.48
Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (g/dl)
Anak-anak 11-16
Laki-laki Dewasa 13.5-18
Wanita Dewasa 12-15
Ibu Hamil Trimester I 11
Ibu Hamil Trimester II 10.5
Ibu Hamil Trimester III 10.5
Berdasarkan data dari WHO, bahwa sekitar dua miliar orang lebih dari
30% dari total populasi dunia menderita anemia, meskipun tingkat prevalensi tiap
daerah bervariasi karena perbedaan dalam kondisi sosial ekonomi, gaya hidup,
kebiasaan makanan, dan tingkat penyakit menular dan tidak menular.49 Sel darah
merah di produksi di sum-sum tulang dan berumur 120 hari. Pembentukan sel
darah merah juga membutuhkan zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Jika salah
satu zat tersebut tidak mencukupi atau terjadi kehilangan sel darah merah maka
akan terjadi anemia.50
2.2.2 Etiologi
Terdapat berbagai macam keadaan yang menyebabkan anemia. Anemia
akut disebabkan karena kehilangan darah, radioterapi, infeksi dan hemolisis.
Anemia kronis disebabkan oleh kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama
seperti menoragia dan perdarahan saluran cerna, makanan yang rendah besi, folat,
dan vitamin B12 atau anemia akibat penyakit kronis. Anemia juga dapat
disebabkan oleh kelainan pada ginjal yang menyebabkan penurunan produksi
hormon eritropoietin. Pengobatan tertentu, alkohol dan kanker yang mengenai
sum-sum tulang dapat menekan sum-sum tulang sehingga produksi sel darah
merah terganggu. Penyakit non-hematologi dapat menyebabkan anemia, seperti
penyakit inflamasi Bowel yang berdampak pada ileum terminal (seperti penyakit
Crohn) disebabkan karena absorpsi vitamin B12 yang terganggu.48
2.2.3 Patofisiologi anemia
Patofisiologi terjadinya anemia tergantung oleh penyebab yang
mendasarinya. Diantara mekanisme terjadinya anemia adalah peningkatan
destruksi sel darah merah, penurunan produksi sel darah merah dan kehilangan
darah. Peningkatan destruksi sel darah merah disebabkan oleh anemia hemolitik
akan terjadi pemecahan sel darah merah sebelum waktunya sedangkan penurunan
produksi sel darah merah disebabkan oleh eritropoesis yang tidak efektif,
malnutrisi, malabsorpsi, penyakit pada sum-sum tulang serta ketidakseimbangan
hormon. Kehilangan darah melalui proses operasi, trauma, perdarahan saluran
cerna, menstruasi juga dapat menyebabkan anemia.48
Pada anemia akut disebabkan oleh perdarahan, restorasi darah setelah
perdarahan meningkatkan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang
menyebabkan penurunan kadar sel darah merah. Pada anemia defisiensi besi, besi
yang dibutuhkan untuk produksi hemoglobin menjadi lebih sedikit. Pada anemia
2.2.5 Diagnosis
Pemeriksaan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis meliputi
1. Hitung jumlah darah lengkap meliputi diferensial untuk membedakan
antara anemia mikrositik dan makrositik serta anemia hipokromik dan
anemia normokromik.
2. Pemeriksaan zat besi meliputi serum besi, kapasitas pengikatan zat besi,
serum feritin, dan kadar transferrin.
3. Kadar vitamin B12 dan asam folat serta kadar TSH.
4. Pemeriksaan feses dan darah samar.
2.2.7 Komplikasi
Anemia yang tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksana dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan kegagalan multiorgan dan dapat menyebabkan
kematian. Ibu hamil dengan anemia dapat menyebabkan kelahiran prematur dan
BBLR.48 Bayi yang lahir dari ibu hamil biasanya juga kecil dari masa kehamilan
sehingga meningkatkan risiko kematian bayi.50
2.2.8 Diagnosis Diferensial
Selain pada anemia, hemodilusi juga terjadi pada pasien yang menderita
sepsis akibat resusitasi yang berlebihan. Pada anemia yang terjadi secara akut
seperti trauma, anemia mungkin tidak bisa didiagnosis segera dengan pemeriksaan
darah.48
2.3 Anemia pada Kehamilan Trimester I
Trimester I adalah periode kritis karena selama 14 minggu pertama terjadi
konsepsi, implantasi dan organogenesis. Status nutrisi yang tidak optimal akan
menyebabkan keguguran, pertumbuhan janin terhambat, preeklampsia, infeksi,
kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan anemia
Pada sebuah studi populasi yang dilakukan Zhang Q di China, risiko
kelahiran prematur meningkat pada ibu hamil trimester pertama dengan kadar
hemoglobin yang rendah. Oleh karena itu perlu mendeteksi kadar hemoglobin ibu
hamil sejak dini.55
Selama masa kehamilan, terjadi perubahan fisiologi pada ibu hamil. Pada
ibu hamil akan terjadi peningkatan volume darah atau hemodilusi untuk
memenuhi kebutuhan ibu, plasenta, dan janin. Hemodilusi pada kehamilan
dimulai pada saat minggu ke-8 dan berlanjut hingga minggu ke 32 dan 34
kehamilan.58 Sel darah merah berperan membawa oksigen dari paru ke jaringan
1. Deplesi zat besi, tahap ini terjadi penurunan simpanan zat besi tanpa
terjadi perubahan pada kadar hematokrit dan serum zat besi sehingga zat
besi untuk proses hematopoiesis tidak terganggu.
2. Eritropoiesis defisiensi zat besi, terjadi ketika simpanan zat besi
sepenuhnya mengalami deplesi. Kadar serum besi menurun dan TIBC atau
kapasitas pengikatan zat besi meningkat tanpa diikuti oleh perubahan pada
hematokrit. Eritropoiesis mulai terbatas karena kurangnya zat besi yang
tersedia dan kadar STfR meningkat.
3. Anemia defisiensi besi, pada tahap ini akan terjadi defisiensi besi dalam
jangka panjang. Apabila penurunan jumlah besi terus terjadi maka
eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai
menurun. Akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositik, disebut
sebagai anemia defisiensi. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada
epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada
kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gelaja lainnya.
Berdasarkan International Nutritional Anemia Consultative Group, dosis
suplementasi zat besi juga disesuaikan dengan prevalensi anemia pada ibu hamil
di daerah tersebut. Oleh karena itu, di negara-negara berkembang yang memiliki
angka prevalensi anemia pada kehamilan sekitar 40% direkomendasikan
suplementasi oral zat besi ferrous sebanyak 60 mg perhari pada semua ibu
hamil.58
2.5.2 Zink dan Anemia
Zink adalah kofaktor dari beberapa enzim dan berperan dalam
metabolisme zat besi, sehingga defisiensi zink dikaitkan dengan anemia defisiensi
zat besi. Zink ditemukan dalam struktur metaloprotein dan dalam bentuk yang
Kehamilan
Peningkatan
kebutuhan
Sintesis DNA
Absorpsi zat eritrosit
besi -Infeksi
-Perdarahan
-Produksi
Metabolisme
zat besi
Produksi Eritropoiesis
Hemoglobin Meningkatkan
daya tahan
eritrosit
Kadar hemoglobin
Trimester 1
Trimester 2
Kehamilan
Asupan Mikronutrien Trimester 3
Mikronutrien
Peningkatan
Makronutrien Nutrisi
kebutuhan
Hemodilusi
Asupan Asupan Asupan Asupan Asupan
Zat Besi Zink Folat Vitamin A Vitamin C
Kadar Hb turun
Kadar -Infeksi
Anemia -Perdarahan
Hemoglobin
-Produksi
Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
3.2 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan antara asupan mikronutrien dengan kadar
hemoglobin pada ibu hamil trimester I.
H1 : Terdapat hubungan antara asupan mikronutrien dengan kadar hemoglobin
pada ibu hamil trimester I.
1. Editing : Pada tahap ini kelengkapan dan kejelasan data responden ditinjau
kembali. Data kemudian diolah dengan program nutrisurvey.
2. Coding : Setelah data diedit, dilakukan pemberian kode pada semua data yang
telah terkumpul, untuk mempermudah analisis data dan mempercepat proses
entry data.
3. Processing : Data diproses dengan cara meng- entry data ke dalam komputer
dengan menggunakan program pengolahan data.
4. Cleaning : Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk
melihat kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan zat besi ibu hamil adalah
27.27 mg/hari, zink adalah 6.29 mg/hari, folat 0.08 mg/hari,vitamin A 1113.08
RE/hari, dan vitamin C adalah 85.72 mg/hari. Sedangkan rata-rata kadar
hemoglobin ibu hamil adalah 11.58 ± 0.85 g/dl.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian berdasarkan Tingkat Kecukupan
Asupan Mikronutrien.
Asupan Tingkat Frekuensi (n) Persentase (%)
Mikronutrien kecukupan
Cukup 27 46.6
Zat Besi (Fe) (mg)
Tidak cukup 31 53.4
Cukup 5 8.6
Zink (mg)
Tidak cukup 53 91.4
Cukup 3 5.2
Folat (mg)
Tidak cukup 55 94.8
Cukup 39 67.2
Vitamin A (RE)
Tidak cukup 19 32.8
Cukup 17 29.3
Vitamin C (mg)
Tidak cukup 41 70.7
Tabel 5.5 Gambaran uji normalitas data variabel dengan Kolmogorov smirnov test
Variabel p-value
Asupan zat besi (Fe) 0.200
Asupan zink 0.135
Asupan folat 0.200
Asupan vitamin A 0.200
Asupan vitamin C 0.200
Kadar hemoglobin 0.181
Berdasarkan hasil data pada Tabel 5.5, nilai asymptotic significance atau
nilai p dari variabel asupan zat besi, zink, folat, vitamin A, vitamin C, dan kadar
hemoglobin, lebih besar dari 0.05, maka data terdistribusi normal.
Gambar 5.1 Korelasi asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester I di Kabupaten Agam
Pada penelitian ini terdapat korelasi negatif yang tidak bermakna secara
statistik antara asupan zat besi dan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester I di
Kabupaten Agam (r=-0.024 p=0.857).
Gambar 5.2 Korelasi asupan zink dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester I di Kabupaten Agam
Gambar 5.3 Korelasi asupan asam folat dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester I di Kabupaten Agam
Pada gambar dapat dilihat bahwa terdapat korelasi positif yang sedang
antara asupan asam folat dengan kadar hemoglobin ibu hamil trimester I di
Kabupaten Agam. Hal ini menunjukkan terdapat kecenderungan bahwa semakin
tinggi asupan folat, semakin tinggi kadar hemoglobin. Namun korelasi ini tidak
bermakna signifikan secara statistik. (r=0.467 p=0.205)
Pada gambar dapat dilihat bahwa terdapat korelasi negatif yang tidak
bermakna secara statistik antara asupan vitamin A dan kadar hemoglobin pada ibu
hamil trimester I di Kabupaten Agam (r=-0.060 p=0.654)
Gambar 5.5 Korelasi asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester I di Kabupaten Agam
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan asupan mikronutrien dengan
kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Kabupaten Agam
dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Karakteristik responden terbanyak adalah usia 20-35 tahun (87.9%),
pendidikan terakhir SMA (43.1%) dan bekerja (89.7%).
2. Rata-rata asupan zat besi, vitamin A, dan vitamin C responden dalam batas
normal sesuai anjuran gizi seimbang yaitu 27.27±12.90 mg per hari,
1113.08±538.64 RE per hari dan 85.72±105.37 mg per hari. Rata-rata
asupan zink dan folat lebih rendah dari anjuran gizi seimbang yaitu
6.29±3.11 mg per hari dan 0.08±0.22 mg per hari.
3. Rata-rata kadar hemoglobin responden adalah 11.5±80.85 g/dl. Sebagian
besar responden (87.9%) memiliki kadar hemoglobin ≥11g/dl atau tidak
mengalami anemia dan hanya 12.1% responden memiliki kadar
hemoglobin <11g/dl atau mengalami anemia
4. Tidak terdapat korelasi antara asupan zat besi, zink, asam folat, vitamin A
dan vitamin C dengan kadar hemoglobin.
7.2 Saran
1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efektivitas
masing-masing vitamin dan mineral atau kombinasi vitamin dan mineral
untuk melihat interaksi atau peningkatan efek terhadap kadar hemoglobin
2. Bagi petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang gizi
seimbang, interaksi antar zat gizi pada ibu hamil serta dampak defisiensi
mikronutrien dan penurunan kadar hemoglobin saat hamil. Sehingga ibu
hamil sadar dan mengetahui pentingnya asupan mikronutrien saat
kehamilan.
3. Pengambilan data asupan mikronutrien akan lebih baik jika juga
melakukan penilaian laboratorium terhadap status zat gizi dalam darah.
80. Astriningrum EP, Hardinsyah, Nurdin NM. Asupan asam folat, vitamin
b12 dan vitamin c pada ibu hamil di Indonesia berdasarkan studi diet
total. J. Gizi Pangan. Maret 2017; 12(1):31-40
81. Greenberg JA,1 Stacey JB, Guan Y, Yan-hong Yu. Folic acid
supplementation and pregnancy: more than just neural tube defect
prevention. Reviews In Obstetrics & Gynecolog. 2011: 4(2);52-59
82. Veronica E. Ohrvik dan Witthoft CM. Human folate bioavailability.
nutrients. 2011 Apr; 3(4): 475–490.
83. Zekovic M, Djekic-Ivankovic M, dan Glibetic M. Validity of the food
frequency questionnaire assessing the folate intake in women of
reproductive age living in a country without food fortification:
application of the method of triads. Nutrients. 2017 Feb; 9(2): 128.
84. Shelke N Keith L. Folic acid supplementation for women of childbearing
age versus supplementation for the general population: a review of the
known advantages and risks. Int J Family Med. 2011; 1-4
85. Rif’ani Rifa. Hubungan tingkat kecukupan karotenoid, flavonoid, zink
dan asam folat dengan kadar hemoglobin ibu hamil di wilayah
puskesmas pringsurat kabupaten Temanggung (Tesis). Semarang;
Universitas Muhammadiyah Semarang; 2017:1-65
86. Sukarno, Slamet. Pengembangan dan validasi metode analisis penetapan
kadar vitamin a dalam minyak goreng sawit secara kromatografi cair
kinerja tinggi (Tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor: 2011.
87. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.
88. Caesaria DC. Hubungan asupan zat besi dan vitamin c dengan kadar
hemoglobin pada ibu hamil di Klinik Usodo Colomadu Karanganyar
(Tesis). Surakarta; Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015.
Jadwal Kegiatan
BULAN
NO KEGIATAN
5 6 7 8 9 10 11 12 1
PENGESAHAN
1 JUDUL OLEH TIM
SKRIPSI
PEMBUATAN
2
PROPOSAL
3 UJIAN PROPOSAL
REVISI
PROPOSAL,
4
PENELITIAN DAN
ANALISIS DATA
5 UJIAN SKRIPSI
REVISI DAN
6 MEMPERBANYAK
SKRIPSI
risoles
bakso tusuk
bakso bakar
mpek mpek
sandwich
batagor
pangsit
kolak pisang
chitato
lays
pop ice
roti bakar
roti + mises
roti + SKM
sagu lapek
sagu lompong
ps batu kolak
ps batu lapek
ps batu rebus
teh gelas
teh pucuk
sate
1. Frekuensi Statistik
Statistics
N Valid 58 58 58
Missing 0 0 0
2. Karakteristik Responden
Statistics
UMUR
N Valid 58
Missing 0
Mean 29.07
Std. Deviation 4.783
Minimum 20
Maximum 41
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
N Valid 58 58 58 58 58 58
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 27.2749 6.2910 .0810 1121.3120 85.7232 11.5862
Std.
12.90678 3.11871 .22991 524.81280 105.37639 .85869
Deviation
Minimum 8.06 2.44 .00 .00 6.19 10.00
Maximum 64.15 18.18 1.20 3050.98 767.94 14.10
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Total
58 100.0 100.0
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk