Skripsi
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata
oleh
Reni Nur’aeni
1605792
BANDUNG
2020
DIGITALISASI WISATA GASTRONOMI DI KABUPATEN KUNINGAN
Reni Nur’aeni
1605792
Abstrak
i
DIGITALIZATION GASTRONOMIC TOURISM IN KUNINGAN DISTRICT
Reni Nur’aeni
1605792
Abstract
ii
DAFTAR ISI
Abstrak...........................................................................................................................i
Abstract.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................10
2.1 Landasan Teori..............................................................................................10
2.1.1 Pengertian Pariwisata............................................................................10
2.1.2 Gastronomi............................................................................................12
2.1.3 Atraksi Wisata.......................................................................................17
2.1.4 Desa Wisata...........................................................................................17
2.1.5 Paket Perjalanan Wisata........................................................................19
2.1.5.1 Perjalanan Wisata...............................................................................19
2.1.5.2 Paket Wisata.......................................................................................20
2.1.5.3 Paket Perjalanan Wisata Gastronomi.................................................20
2.1.6 Digitalisasi.............................................................................................21
2.3 Kerangka Pemikiran......................................................................................26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................................................28
3.1 Objek Penelitian............................................................................................28
3.2 Metode Penelitian.........................................................................................28
3.2.1 Observasi...............................................................................................30
3.2.2 Wawancara............................................................................................31
3.2.3 Studi Literatur........................................................................................33
3.2.4 Kuesioner...............................................................................................33
iii
3.3 Operasional Variabel....................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................37
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era yang sudah serba modern dan serba dipengaruhi teknologi ini,
rupanya mampu dijadikan sebagai media alternatif untuk menerapkan digitalisasi
pada tiap-tiap sendi kehidupan manusia. Semua aspek sudah banyak direngkuh
oleh digitalisasi mulai dari sektor ekonomi, kebudayaan dan sosial, kehidupan
rumah tangga, perkantoran, atau bahkan pariwisata.
Saat ini, destinasi wisata sudah menjadi salah satu tempat yang banyak
dicari untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik dalam negeri atau bahkan
mancanegara. Namun di Indonesia, masih banyak destinasi yang keberadaannya
butuh promosi lebih banyak untuk bisa dikenal khalayak baik itu wisatawan lokal
atau bahkan wisatawan mancanegara. Itu mengapa keberadaan digitalisasi sebagai
1
media alternatif mampu berpengaruh untuk meningkatkan keunggulan pariwisata
itu sendiri.
Contoh yang paling dekat ini pun terjadi di Jawa Barat. Jawa Barat sendiri
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang cukup terkenal akan destinasi
wisata yang berada pada masing-masing daerahnya. Seperti halnya informasi yang
dikutip melalui web PT Jasa dan Kepariwisataan Jawa Barat (Jaswitajabar),
kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara ke Provinsi Jawa Barat
semakin lama semakin meningkat.
2
Melihat data di atas, dibangunnya tempat-tempat wisata di wilayah Jawa
Barat terutama daerah pedesaan rupanya mampu menaikkan tingkat pendapatan
masyarakatnya. Karena dengan adanya pembangunan destinasi wisata di sebuah
daerah, tentu saja dapat menjadi suatu lapangan pekerjaan baru yang bisa
menekan angka pengangguran sehingga sedikit demi sedikit mampu
meminimalisir kemiskinan.
Dalam hal ini, adanya destinasi wisata sudah banyak menimbulkan efek
positif bagi kemajuan suatu daerah, salah satu contohnya yaitu Kabupaten
Kuningan.
3
tentang makanan dan minuman. Kajiannya sangat interdisipliner yang berkaitan
dengan refleksi dari sebuah sejarah, dampak budaya, dan suasana lingkungan
mengenai “Bagaimana (How), di mana (Where), kapan (when), dan mengapa
(why).” Gastronomi atau tata boga adalah seni atau ilmu akan makanan yang baik
(Good eating) berdasarkan (Santich B, 2004)
Hal-hal inilah yang masih harus dipikirkan oleh pemerintah setempat juga
masyarakatnya dalam melaksanakan perannya untuk lebih mengembangkan
potensi pariwisata, terutama wisata Gastronomi di Kabupaten Kuningan. Namun
terlepas dari itu, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kuningan rupanya
menunjukkan perkembangan yang baik karena setiap waktunya mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Bisa dilihat dari gambar yang berisi data
kunjungan wisata berikut.
4
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2018.
Gambar 1.2 Data kunjungan wisata usaha jasa pariwisata pada tahun
2018.
Rumusan Masalah
1. Apa saja bahan baku makanan yang memiliki potensi untuk bisa dijadikan
atraksi wisata Gastronomi di Kabupaten Kuningan?
2. Apa saja makanan khas Kabupaten Kuningan yang memiliki potensi untuk
bisa dijadikan atraksi wisata Gastronomi?
3. Bagaimana model jalur wisata gastronomi yang efektif untuk diaplikasikan
dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Kuningan?
5
4. Bagaimana tema wisata gastronomi yang efektif untuk dapat diaplikasikan
sebagai alternatif dalam menarik wisatawan dan memajukan pariwisata di
Kabupaten Kuningan?
5. Sejauh mana peran pemerintah dalam mendukung pengembangan wisata
gastronomi di Kabupaten Kuningan?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk bisa
dijadikan sebagai salah satu referensi yang valid berkenaan dengan topik yang
penulis angkat. Penelitian ini juga secara umum diharapkan untuk bisa menambah
wawasan dan juga mampu memperkaya ilmu pengetahuan berdasarkan isi yang
ada di dalamnya.
2. Bagi peneliti
6
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sarana dalam pengimplementasian
teori yang telah didapat selama menempuh perkuliahan di Universitas Pendidikan
Indonesia, khususnya di Program Pendidikan Manajemen Industri Katering.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi jembatan maupun dasar acuan
yang valid, terkait kebijakan yang harus diterapkan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Kuningan, khususnya di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olahraga sebagai awalan dalam pengoptimalisasian potensi-potensi wisata
sehingga Kabupaten Kuningan mampu menjadi salah satu destinasi wisata yang
berkualitas dan mampu bersaing.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu referensi yang
menunjang informasi mengenai pariwisata di Kabupaten Kuningan, sehingga
dapat diketahui apa saja kendala-kendala yang menjadi penghambat dari berbagai
sudut pandang sehingga mampu menghasilkan sinergitas yang baik antara
masyarakat dengan pemerintah setempat dalam pengoptimalisasian dalam
memanfaatkan potensi wisata yang dimiliki oleh masing-masing destinasi wisata
yang ada di Kabupaten Kuningan.
BAB 2
7
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pengertian Pariwisata
8
sebagai kepariwisataan. Dalam pariwisata juga terdapat beberapa unsur-unsur
yang terlibat, seperti:
Dalam undang-undang di atas, yang termasuk objek dan daya tarik wisata
terdiri dari:
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama
indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang binatang
langka.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, 12 pertanian (wisata
9
agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat
hiburan lainnya.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti: berburu, mendaki gunung, gua, industri
dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,
tempat-tempat ziarah, dan lain sebagainya.
4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usahausaha yang terkait di
bidang tersebut.
Gastronomi
10
Pendapat lain juga dikemukakan oleh (Soeroso & Susilo, 2014) yang
mengatakan bahwa gastronomi adalah salah satu elemen yang menggabungkan
konsep baru warisan budaya dan wisata budaya, didorong oleh tren gaya hidup,
keaslan perlindungan lingkungan, dan kebutuhan untuk memiliki pengalam
berkualitas tinggi. Selain menjadi bagian dari sejarah budaya, sosial, lingkungan,
dan ekonomi dai masing-masing tempatnya, gastronomi merupakan cerminan
gaya hidup tertentu dari berbagai geografis yang mampu memperkuat tradisi
mereka sendiri. Meskipun hal ini menyiratkan kebutuhan konstan untuk inovasi
dalam bentuk produk layanan yang dapat memberikan nilai lebih besar karena
berpeluang untuk mencapai daya saing pada tujuan yang sudah ditetapkan. Oleh
karena itu, makanan lokal juga regional yang termasuk ke dalam wisata
gastronomi dapat memberikan nilai tambah pada hal yang berhubungan dengan
kontribusi untuk mewujudkan atraksi wisata pada setiap negara/wilayah/kota.
(Jiménez-Beltrán, López-Guzmán, & Santa Cruz, 2016)
11
Sumber: Turgarini 2018.
12
cara mendokumentasikan maupun memformulasikan bermacam-macam
prosedur yang harus dilakukan untuk memaksimalkan pembelajaran dan
efisiensi mengolah bahan pangan maupun peningkatan mutu hidangan
makanan. Pelakunya adalah para konsultan profesional dan lembaga
pendidikan makanan.
3. Gastronomi Teknis: adalah yang memberi penilaian, pengukuran dan
evaluasi sistematis terhadap gastronomi. Pelaku ini adalah penghubung antara
industri makanan skala kecil sampai industri massal. Kegiatannya memberi
penilaian an evaluasi terhadap makanan instan, instalasi metode produksi dan
peralatan yang dibutuhkan untuk memulai produksi industri makanan.
Pelakunya adalah para teknisi, ilmuwan makanan, konsultan profesional dan
spesialis operasional yang bekerja di area ini, konsultan masakan,
industriawan perusahaan makanan, pemilik hotel & restoran, ilmuwan,
profesional dan ahli masak. Termasuk mereka yang terkait dengan ketahanan
pangan, promosi dan kesehatan makanan.
4. Gastronomi Molekuler mempelajari perubahan fisio-kimiawi dari bahan
pangan selama proses memasak dan fenomena sensori saat makanan
dikonsumsi. Ilmu ini dicirikan dengan penggunaan metode ilmiah untuk
memahami dan mengendalikan perubahan molekuler, fisio-kimiawi dan
struktural yang terjadi pada makanan, tahap pembuatan hingga konsumsi.
Metode ilmiah yang digunakan meliputi pengamatan mendalam, pembuatan
dan pengujian hipotesis, eksperimen terkontrol, objektivitas sains, dan
reproduksibilitas eksperimen. Pelakunya adalah ahli kuliner molekuler yang
menguasai seni memasak molekuler (moleculer cooking).
Contoh organisasinya adalah perhimpunan atau perkumpulan yang
anggotanya adalah ahli kuliner molekuler dan pemilik hotel & restoran.
5. Gastronomi Makanan adalah mereka yang menikmati dan mengkaji
makanan dari proses dan peran sejarah, budaya, lanskap geografis, dan metode
memasak untuk kepentingan inventarisasi kekayaan akal budi makanan.
Dalam menginventarisasi kekayaan makanan tradisional, dapat menggunakan
cara seperti menggali warisan leluhur, tulisan ilmiah, dan catatan kitab kuno
yang mencakup inovasi terhadap resep baru maupun modifikasi dari resep
13
tradisional. Pelaku gastronomi sendiri adalah para penikmat, pemerhati, dan
pecinta makanan (Food connoisseur). (Zahari, Jalis, Zulfifly, Radzi, &
Othman, 2009)
14
2. Budaya: Mengenai faktor yang mempengaruhi masyarakat setempat
mengkonsumsi makanan tersebut.
3. Lanskap Geografis: Mengenai faktor lingkungan (alam & etnis yang
mempengaruhi masyarakat memasak makanan tersebut.
4. Metode memasak: Mengenai proses memasak secara umum. Bukan mengenai
teknis memasak karena seorang gastronom tidak harus bisa memasak.
Atraksi Wisata
Pengertian atraksi adalah sesuatu hal yang mampu menarik perhatian atau
yang bisa dijadikan daya tarik. Menurut (Suwena & I.G.N, 2010), atraksi
merupakan suatu komponen yang signifikan untuk menarik wisatawan. Atraksi
juga merupakan modal utama untuk dijadikan sebuah sumber kepariwisataan.
Dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata merupakan suatu hal yang memiliki
nilai-nilai yang identik dengan keindahan, keanekaragaman, keunikan, entah
berupa hasil alam seperti gunung dan juga pantai, kekayaan budaya, maupun hasil
buatan manusia (man made) yang dijadikan sebagai daya tarik wisatawab untuk
merealisasikan tujuannya dalam berkunjung, sehingga mampu memberikan
motivasi kepada wisatawan untuk melakukan rekreasi wisata ke objek wisata
tersebut. (Hakim, 2017)
Atraksi wisata merupakan komponen yang sangat penting untuk
keberlangsungan hidup sebuah destinasi pariwisata. Karena di dalam pariwisata
terdapat sebuah keharusan untuk menunjukkan hal unik yang dapat menarik
wisatawan dengan didukung oleh berbagai aspek dari mulai fasilitas yang baik
dan memadai untuk bisa memenuhi kebutuhan wisatawan, dan juga hal lain
seperti hospitality yang perlu diperhatikan.
Desa Wisata
15
untuk digali potensi hingga kemudian dapat ditentukan layak atau tidaknya untuk
dijadikan rekreasi wisata. Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tren juga
pergantian motivasi perjalanan wisatawan yang saat ini semakin banyak memilih
tempat wisata yang menjual konsep kembali ke alam, interaksi dengan masyarakat
lokal, juga adanya fasilitas yang mendukung untuk mempelajari kebudayaan di
daerah tersebut sehingga menjadi salah satu alasan yang mendorong
pengembangan desa wisata. Pariwisata yang berbasis desa ini rupanya termasuk
ke dalam pariwisata minat khusus atau biasa disebut dengan special interest
tourism. Desa wisata merupakan objek wisata yang dipilih karena potensi budaya
yang dimilikinya untuk bisa menjual atraksi-atraksi sebagai daya tarik wisatawan.
Menurut (Priasukmana & Mulyadin, 2001), Desa Wisata merupakan suatu
kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan
keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa
yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai
potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya
atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata
lainnya.
Berikut merupakan syarat yang harus dipenuhi suatu desa agar bisa
dijadikan sebagai objek desa wisata, antara lain:
a. Memiliki potensi daya tarik yang unik dan khas yang mampu dikembangkan
sebagai daya tarik kunjungan wisatawan (sumber daya wisata alam, sosial, dan
budaya)
b. Memiliki dukungan ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusia) lokal.
c. Memiliki alokasi ruang untuk pengembangan fasilitas pendukung seperti
sarana dan prasarana berupa komunikasi dan akomosasi, serta aksesbilitas
yang baik berdasarkan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2011).
Dengan adanya desa wisata yang dijadikan sebagai salah satu atraksi
pariwisata, tentu saja keberadaannya harus mendapatkan dukungan baik dari
masyarakat desanya, dan juga pemerintah setempat. Dalam pengembangan desa
wisata dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mampu bekerjasama dalam
mengelola sumber daya yang ada. Oleh sebab itu, adanya perancangan desa wisata
16
harus disertai pula dengan perumusan model yang relevan agar mampu
melaksanakan program tersebut dengan baik dan sesuai rancangan. (Geogra &
Gadjah, 2013).
Dalam pengembangannya, desa wisata tentu saja memiliki tujuan juga
sasaran, seperti:
a. Mendukung program pemerintah untuk menyukseskan program
kepariwisataan.
b. Menggali potensi untuk membuat perubahan pada struktur pembangunan
juga peningkatan ekonomi masyarakatnya desa.
c. Membuat lapangan kerja yang baru bagi penduduk desa untuk meminimalisir
pengangguran dan juga kemiskinan.
Wisata Gastronomi
17
Perjalanan Wisata
Paket Wisata
18
sebagai sebuah alternatif yang menguntungkan juga mempermudah bagi
wisatawan.
Paket wisata itu sendiri berdasarkan sifat pembuatannya dibedakan
menjadi dua yaitu ready made tour dan tailor made tour. Ready made tour adalah
suatu produk paket wisata di mana komponen-komponennya sudah ditetapkan,
tidak dapat diubah-ubah dan dapat langsung dibeli oleh wisatawan, dengan kata
lain produk sewaktu-waktu dapat diselenggarakan. Berbeda dengan tailor made
tour yang sifat paket wisatanya dapat diubah-ubah komponennya sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Walaupun paket wisata berbeda sifat pembuatannya, akan tetapi tetap saja
diperlukan suatu perencanaan yang matang agar fasilitas-fasilitas yang akan
dipakai dalam berwisata dapat memuaskan wisatawan yang membeli paket tour
tersebut. Perencanaan itu meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-
fakta juga membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan
datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang
diusulkan dan dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
(Fiatiano, 2009)
19
4. Inventori gastronomi unggulan daerah tersebut, seperti:
a. Bahan baku lokal khas daerah tersebut
b. Sejarah gastronomi daerah tersebut
c. Tradisi gastronomi upacara adat
d. Filosofi gastronomi
e. Home Industry makanan dan minuman
f. Restoran
g. Pasar tradisional
h. Souvenir shop yang menjual makanan dan minuman dengan kemasan
yang baik.
5. Susunan jadwal berkunjung disesuaikan dengan poin 1, 2, dan 3.
Digitalisasi
Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu
20
Jurnal, desa Cibodas, Pengembangan pendidikan di
Universitas Kabupaten desa wisata Desa Cibodas
Padjadjaran. Bandung Barat. berdasar: memiliki enam
- Partisipasi strategi yaitu:
aktif
(a) peningkatan
masyarakat
partisipasi
- Potensi
aktif
sumber daya
masyarakat
alam
dalam
- Kapasitas
pengembanga
lembaga
n desa wisata
masyarakat
(b) pengembanga
- Media
n desa wisata
promosi
yang khas
pariwisata
berdasarkan
- Program
kepada
pendidikan
potensi alam,
dan
sosial, dan
pelatihan
budaya
- Pendamping
masyarakat
an dari
setempat;
lembaga
(c) pengembagan
terkait
kapasitas
lembaga
masyarakat
sebagai
lembaga
pengelola
desa wisata
(d) pengembanga
n media
promosi
21
wisata;
(e) peningkatan
sumberdaya
manusia
melalui
program
pendidikan
dan pelatihan
yang
terstruktur dan
terorganisasi;
(f) pendampinga
n yang
dilakukan
secara
terstruktur
dari lembaga/
dinas terkait.
22
pemetaan tempat
wisata dan
pemberdayaan
masyarakat lokal
di Desa Wisata
Kangembang
Yehembang.
3. (Tyas & Potensi X1: Daya tarik Desa Kliwonan
Damayanti, Pengembangan X2: Elemen memiliki potensi
2018) Jurnal, Desa Kliwonan promosi untuk
Universitas sebagai Desa Y: dikembangkan
Diponegoro. Wisata Batik di Pengembangan sebagai desa
Kabupaten desa wisata wisata batik.
Sragen. Akan tetapi, Desa
Kliwonan masih
belum siap untuk
menjadi sebuah
desa wisata.
23
5. (Nurwitasari, Pengaruh X: Pengaruh Wisata
2015) Jurnal, Wisata wisata gastronomi
Sekolah Tinggi Gastronomi gastronomi berpengaruh
Pariwisata Makanan makanan secara signifikan
Bandung. Tradisional tradisional terhadap
Sunda Terhadap keputusan
Y: Keputusan
Keputusan berkunjung para
wisatawan
Wisatawan wisatawan
berkunjung
Berkunjung ke
Kota Bandung.
Kerangka Pemikiran
24
Implementasi tema wisata gastronomi yang efektif untuk
diterapkan di Kabupaten Kuningan
Hipotesis
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
25
Objek yang dijadikan dalam penelitian kali ini adalah Kabupaten
Kuningan, dengan pengembangan wisata gastronomi yang dijadikan sebagai
subjeknya. Kabupaten Kuningan adalah sebuah kabupaten yang terletak di bagian
timur Jawa Barat. Kuningan merupakan perlintasan jalan yang menghubungkan
kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur
tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah.
Kuningan memiliki bentang alam variatif mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi dengan puncak tertinggi di Jawa Barat yaitu puncak gunung
Ciremai (3.076 m). Berikut ilustrasi peta Kabupaten Kuningan yang tertera dalam
gambar 3.1 di bawah ini:
Metode Penelitian
26
disusun secara sistematis untuk mengumpulkan data dan memecahkan sebuah
permasalahan secara ilmiah dalam sebuah penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif menurut (Sugiyono, 2011), adalah suatu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah yang hasilnya lebih menekankan
makna daripada generalisasi. Biasanya dalam penelitian kualitatif menggunakan
metode deskriptif dan juga metode survey dengan cara mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya melalui aspek wawancara, observasi, dan lain sebagainya.
Secara prosedural, penelitian ini dibagi menjadi ke dalam enam tahapan
yang meliputi penentuan masalah, survey pendahuluan, pengumpulan data,
pengolahan data, kajian dan perencanaan, serta pembuatan laporan. Metode
pengumpulan data dalam penelitian kali ini berupa observasi, wawancara, dan
juga studi literatur.
Observasi
27
2. Acuan Kriteria
3. Cuplikan Karya, dan
4. Kualitatif. (“Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes (Informal) untuk
Menjaring Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini,” 2015)
Terkait dengan penelitian kali ini, rencana peneliti adalah melakukan
observasi langsung di Kabupaten Kuningan. Selain untuk mengetahui bagaimana
potensi pengembangan wisata gastronomi dalam atraksi desa wisata di sana,
observasi ini juga dilakukan untuk mengatahui sejauh mana kesadaran pemerintah
juga masyarakatnya dalam berpartisipasi mengembangkan wisata gastronomi di
Kabupaten Kuningan. Observasi yang dilakukan oleh penliti juga merupakan
observasi non sistematis, yaitu observasi yang tidak menggunakan pedoman baku
dan hanya dilakukan berdasar pengamatan secara spontan yang apa adanya.
Tahapan observasi yang dilakukan kali ini dapat dilihat pada bagan 3.1 di bawah
ini.
Survey
pendahuluan Observasi
BaganPengumpulan
3.1 Tahapandata
observasi Selesai
observasi
Berdasarkan (Denzin & Yvonna S. Lincoln, 2009), observasi merupakan
suatu keharusan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Itulah mengapa dalam
penelitian ini, peneliti sendiri melakukan observasi untuk menunjang data-data
yang akan dihasilkan nantinya.
Wawancara
28
Wawancara ini dilakukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh pada saat
observasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti. Wawancara sendiri
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontrusikan makna dalam suatu topik tertentu menurut
(Sugiyono, 2013).
Pada saat proses wawancara, suasana yang terjadi cukup santai sehingga
memudahkan narasumber untuk leluasa dalam menjawab pertanyaan yang peneliti
ajukan. Dalam wawancara kali ini, diadakan dengan tujuan untuk mendapatkan
data yang valid mengenai sejauh mana eksistensi wisata gastronomi yang sudah
diimplementasikan dalam ranah pariwisata di Kabupaten Kuningan. Peneliti
melakukan wawancara pada beberapa narasumber, yaitu pemerintah yang
bergerak di bidang kepariwisataan, pemerintah yang bergerak dalam bidang
pangan dan pertanian, pemerintah yang bergerak dalam bidang perdagangan dan
perindustrian, dan juga KOMPEPAR Kabupaten Kuningan. Pada saat proses
berlangsungnya wawancara, peneliti mengabadikan hal tersebut dalam bentuk foto
dan juga rekaman suara. Tahapan wawancara yang peneliti lakukan kali ini dapat
dilihat pada bagan 3.2 di bawah ini.
Mulai
Menetapkan
Narasumber
Membuat janji
dengan Jadwal wawancara
narasumber
Selesai
29
Bagan 3.2 Prosedur Wawancara (diadopsi dari Faizal, 2017)
Studi Literatur
Operasional Variabel
Tabel 3.1
Operasional Variabel
30
menyajikan, potensi daya
melakukan tarik yang unik
percobaan, dan khas yang
mencari tahu, mampu
memahami, dikembangkan
menelaah, dan b. Memiliki
menulis perihal makanan khas
makanan tersebut. yang bisa
2. Digitalisasi adalah digabungkan
proses mengubah dengan
berbagai kebudayaan
informasi, kabar, lokal, yang
atau berita dari sudah
format analog mencakup
menjadi format dalam semua
digital sehingga komponen
lebih mudah untuk gastronomi.
diproduksi, c. Memiliki
disimpan, dikelola, alokasi ruang
dan didistribusikan untuk
pengembangan
fasilitas
pendukung.
31
Salapan Cinyusu
Pengusaha
Teknologi Pemerintah
Informasi
Pekerja
NGO
Creativepreneursh
ip
Penikmat Pemasok
Pemerhati Pakar
32
BAB 4
33
Berbicara mengenai promosi dalam bentuk digital, Kabupaten
Kuningan sampai saat ini baru menyediakan empat wadah dalam platform
yang berbeda untuk mempromosikan potensi wisata yang dimilikinya.
a. Ayokekuningan.com (Web)
b. Disporapar.kuningankab.go.id (Web)
c. Pariwisatakuningan (Instagram)
e. Pariwisatakng (Twitter)
34
Berikut ini merupakan daftar potensi pariwisata yang terdapat di
Kabupaten Kuningan berdasarkan masing-masing daerahnya.
35
Wisata Bebatuan
17. Cilimus Taman Batu Hanjuang
Alam
Gedung Perundingan
18. Cilimus Wisata Sejarah
Linggarjati
19. Cilimus Wisata Alam Linggarjati Indah
Sangkan Resort Aqua
20. Cilimus Wisata Air
Park
21. Cilimus Wisata Air Woodland
36
37. Pasawahan Bumi Perkemahan Buper Paniis/Singkup
37
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan
38
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan
39
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan
40
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan
41
DAFTAR PUSTAKA
Bali, K. T., Ayu, G., Marwangi, P., & Anom, I. P. (2019). Strategi Pengembangan
Desa Wisata Timpag Berbasis Masyarakat di Kecamatan. 7(1), 66–72.
42
Fiatiano, E. (2009). Perencanaan Paket Wisata atau Tur. Korespondensi, 22(2), 171–
178. https://doi.org/10.1002/ejoc.201200111
Geogra, F., & Gadjah, À. U. (2013). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal Kawistara,
3(2), 129–139. https://doi.org/10.22146/kawistara.3976
Komariah, A., & Djam’an Satori. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Made, I. G., Candra, D., & Ayu, I. (2019). Pengembangan Potensi Wisata di desa
Wisata Yehembang Kangin Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. 7(1),
23–29.
Magister, M., Sipil, T., Teknik, F., Kuala, U. S., Sipil, J. T., Teknik, F., … Kuala, U.
S. (2017). Karakteristik Wisatawan Dan Pemilihan Rute Perjalanan Wisata Di
Kota Banda Aceh. Jurnal Teknik Sipil, 1(2), 385–392.
43
Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini. (2015). Jurnal Pendidikan Anak, Vol.
3.
Saepudin, E., Budiono, A., & Halimah, M. (2019). Pengembangan Desa Wisata
Pendidikan Di Desa Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Sosiohumaniora, 21(1),
1. https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v21i1.19016
Santich B. (2004). The study of gastronomy and its relevance to hospitality education
and training. International Journal of Hospitality Management, 23 (1) 15-24.
Suwena, I. K., & I.G.N, W. (2010). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Perss.,
Pariwisata. Bali: Udayana University.
Turgarini, D. (2018). Gastronomi Sunda Sebagai Daya Tarik Wisata Kota Bandung.
Universita.
Turgarini, D., & Fitri Abdillah. (2016). Introducing Aceh Traditional Culinary as
Tourist Attractions. Journal of Business on Hospitality and Tourism. Vol
02(Issue 1, 2016: 303-317. ISSN 2527-9092), Bandung: Universitas Pendidikan
44
Indonesia, Bali: S.
Zahari, M. S. M., Jalis, M. H., Zulfifly, M. I., Radzi, S. M., & Othman, Z. (2009).
Gastronomy: An Opportunity for Malaysian Culinary Educators. International
Education Studies, 2(2), 66–71. https://doi.org/10.5539/ies.v2n2p66
Pawiraharja. https://gastronomipawirahardja.wordpress.com/2018/12/22/gastronomi-
apakah-itu/. Diakses pada 19 Desember 2019 Pukul 19.08.
45