Anda di halaman 1dari 50

DIGITALISASI WISATA GASTRONOMI DI KABUPATEN KUNINGAN

Skripsi

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata

oleh

Reni Nur’aeni

1605792

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI KATERING

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
DIGITALISASI WISATA GASTRONOMI DI KABUPATEN KUNINGAN
Reni Nur’aeni
1605792

Abstrak

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjanjikan karena mampu


memberikan kontribusi yang cukup besar untuk kemajuan suatu negara di era yang
sudah canggih teknologi ini. Adanya pengembangan dalam media digitalisasi juga
mampu menjadi alternatif untuk bisa meningkatkan eksistensi pariwisata itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali potensi gastronomi yang bisa
dilestarikan sebagai identitas budaya dalam pengembangan wisata gastronomi di
Kabupaten Kuningan, melalui digitalisasi. Metode penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif. Dimana jenis penelitian tersebut memiliki tujuan untuk
mengumpulkan data untuk dianalisis permasalahannya. Penelitian ini hasilnya lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Hasil penelitian ini digunakan sebagai
salah satu referensi yang menunjang informasi mengenai pariwisata Gastronomi di
Kabupaten Kuningan.
Kata kunci: pariwisata, desa wisata, wisata gastronomi, digitalisasi

i
DIGITALIZATION GASTRONOMIC TOURISM IN KUNINGAN DISTRICT
Reni Nur’aeni
1605792

Abstract

Tourism is one of the promising sectors because it is able to provide a large


enough for the progress of a country in this era of technological sophistication. The
development in the digitalisation media is also able to be an alternative to be able to
increase the existence of tourism itself. The purpose of this research is to study the
potential of gastronomy that can be preserved as a cultural identity in the
development of gastronomic tourism in Kuningan District, through digitalization.
This research method uses a mixed method, which is a combination of quantitative
methods and descriptive qualitative design types that use Sequential exploratory
where this type of research has the aim to collect qualitative data first analyzed, then
quantitative data to be collected and analyzed. The results of this study are used as a
reference to support information in Kuningan District.
Keywords: tourism, tourism village, gastronomic tourism, digitalization

ii
DAFTAR ISI

Abstrak...........................................................................................................................i
Abstract.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................10
2.1 Landasan Teori..............................................................................................10
2.1.1 Pengertian Pariwisata............................................................................10
2.1.2 Gastronomi............................................................................................12
2.1.3 Atraksi Wisata.......................................................................................17
2.1.4 Desa Wisata...........................................................................................17
2.1.5 Paket Perjalanan Wisata........................................................................19
2.1.5.1 Perjalanan Wisata...............................................................................19
2.1.5.2 Paket Wisata.......................................................................................20
2.1.5.3 Paket Perjalanan Wisata Gastronomi.................................................20
2.1.6 Digitalisasi.............................................................................................21
2.3 Kerangka Pemikiran......................................................................................26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................................................28
3.1 Objek Penelitian............................................................................................28
3.2 Metode Penelitian.........................................................................................28
3.2.1 Observasi...............................................................................................30
3.2.2 Wawancara............................................................................................31
3.2.3 Studi Literatur........................................................................................33
3.2.4 Kuesioner...............................................................................................33

iii
3.3 Operasional Variabel....................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................37

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di era yang sudah serba modern dan serba dipengaruhi teknologi ini,
rupanya mampu dijadikan sebagai media alternatif untuk menerapkan digitalisasi
pada tiap-tiap sendi kehidupan manusia. Semua aspek sudah banyak direngkuh
oleh digitalisasi mulai dari sektor ekonomi, kebudayaan dan sosial, kehidupan
rumah tangga, perkantoran, atau bahkan pariwisata.

Berbicara mengenai pariwisata, Indonesia merupakan salah satu negara


yang memiliki beragam sumber daya. Sumber daya tersebut berupa sumber daya
alam, sumber daya manusia, luas wilayah, serta keragaman yang ada di dalamnya.
Disebut sebagai negara kaya karena menyediakan bermacam-macam destinasi
yang memukau. Dari mulai wisata alam, wisata budaya, serta segala macam
sejarah yang ada di Indonesia pun tidak kalah menariknya. Komponen-komponen
inilah yang menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor yang
menjanjikan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar untuk
kemajuan negara dalam mengatasi kemiskinan.

Dengan adanya kolaborasi antara digitalisasi juga pariwisata, nampaknya


mampu menjadi salah satu cara untuk mengintegrasikan kemajuan perekonomian
pada berbagai dimensi tanpa harus mengeluarkan tenaga banyak, sebab segala
informasi mengenai hal-hal yang ingin dicari sudah dikemas sebaik mungkin
dengan cara digitalisasi. Entah pada skala nasional, regional, global, dan juga
dapat memberikan peluang bergeraknya berbagai kegiatan ekonomi masyarakat,
terutama dalam hal pengurangan angka kemiskinan di sebuah daerah kecil.

Saat ini, destinasi wisata sudah menjadi salah satu tempat yang banyak
dicari untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik dalam negeri atau bahkan
mancanegara. Namun di Indonesia, masih banyak destinasi yang keberadaannya
butuh promosi lebih banyak untuk bisa dikenal khalayak baik itu wisatawan lokal
atau bahkan wisatawan mancanegara. Itu mengapa keberadaan digitalisasi sebagai

1
media alternatif mampu berpengaruh untuk meningkatkan keunggulan pariwisata
itu sendiri.

Contoh yang paling dekat ini pun terjadi di Jawa Barat. Jawa Barat sendiri
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang cukup terkenal akan destinasi
wisata yang berada pada masing-masing daerahnya. Seperti halnya informasi yang
dikutip melalui web PT Jasa dan Kepariwisataan Jawa Barat (Jaswitajabar),
kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara ke Provinsi Jawa Barat
semakin lama semakin meningkat.

Para pelancong mancanegara datang ke Tanah Pasundan melalui dua pintu


masuk yakni Bandara Husein Sastranegara Bandung dan Pelabuhan muara jati
cirebon. Peningkatan kunjungan tercatat sepanjang Januari-Mei 2019 yaitu
mencapai 67.139 orang. Angka tersebut meningkat 4,97 persen dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 63.690 orang.

Berikut merupakan data yang menunjukkan grafik perkembangan


wisatawan yang berkunjung ke Jawa Barat melalui pintu masuk Bandara Husein
Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati, pada Mei 2018-Mei 2019.

Sumber: Disparbud Jawa Barat, 2019.

Gambar 1.1 Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke


Jawa Barat Melalui Pintu Masuk Bandara Husein Sastranegara dan
Pelabuhan Muarajati, Mei 2018 – Mei 2019.

2
Melihat data di atas, dibangunnya tempat-tempat wisata di wilayah Jawa
Barat terutama daerah pedesaan rupanya mampu menaikkan tingkat pendapatan
masyarakatnya. Karena dengan adanya pembangunan destinasi wisata di sebuah
daerah, tentu saja dapat menjadi suatu lapangan pekerjaan baru yang bisa
menekan angka pengangguran sehingga sedikit demi sedikit mampu
meminimalisir kemiskinan.

Dalam hal ini, adanya destinasi wisata sudah banyak menimbulkan efek
positif bagi kemajuan suatu daerah, salah satu contohnya yaitu Kabupaten
Kuningan.

Selain bentang alam yang memikat, Kuningan juga memiliki pesona


wisata budaya yang menarik, salah satunya ialah situs Cipari yang menunjukan
bahwa daerah ini sudah dihuni oleh manusia sejak zaman pra sejarah atau sekitar
3.500 tahun sebelum masehi. Dan wisata budaya lainnya yang menarik ialah
tradisi upacara Seren Taun yang setiap tahun sering diadakan pada tanggal 22
Rayagung dalam kalender Sunda. Kabupaten Kuningan ini disebelah timur
berbatasan dengan kabupaten Brebes (Jawa Tengah), sebelah selatan dengan
kabupaten Ciamis dan kabupaten Cilacap (Jawa Tengah), sebelah barat dengan
kabupaten Majalengka, sebelah utara dengan kabupaten Cirebon.

Tujuan para wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata selain untuk


mengisi waktu luang dan menambah pengetahuan perihal sejarah suatu tempat,
tujuan lain orang berwisata juga untuk mengetahui apa saja kuliner khas dari
tempat wisata yang dikunjungi tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara
yang kaya dengan penawaran berbagai jenis kuliner. Kuliner di Indonesia sendiri
biasanya diambil dari makanan tradisional, yang merupakan salah satu produk
wisata gastronomi karena memiliki ciri, rasa, sejarah, serta penyimbolan khas dan
unik untuk masing-masing daerahnya.

Wisata gastronomi adalah sarana wisatawan untuk mempelajari dan


menghargai berbagai budaya yang berbeda; ruang lingkupnya lebih dari sekadar
mempelajari keahlian memasak berdasarkan Turgarini (2018:29) tetapi juga
gastronomi adalah panduan mengenai berbagai cara yang melibatkan setiap hal

3
tentang makanan dan minuman. Kajiannya sangat interdisipliner yang berkaitan
dengan refleksi dari sebuah sejarah, dampak budaya, dan suasana lingkungan
mengenai “Bagaimana (How), di mana (Where), kapan (when), dan mengapa
(why).” Gastronomi atau tata boga adalah seni atau ilmu akan makanan yang baik
(Good eating) berdasarkan (Santich B, 2004)

Meski hanya tergolong daerah yang kecil, Kabupaten Kuningan sendiri


cukup memiliki banyak makanan khas dan destinasi wisata yang bisa dijadikan
sebagai salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Namun ironisnya,
wisata gastronomi yang sedang berkembang di Kuningan pada saat ini masih
belum memiliki eksistensi yang tinggi karena masih kurangnya pengenalan
kepada para wisatawan dan sudah mulai berkurang pelestariannya. Kurangnya
media alternatif yang dijadikan wadah untuk promosi pun menjadi salah satu
penyebabnya.

Hal-hal inilah yang masih harus dipikirkan oleh pemerintah setempat juga
masyarakatnya dalam melaksanakan perannya untuk lebih mengembangkan
potensi pariwisata, terutama wisata Gastronomi di Kabupaten Kuningan. Namun
terlepas dari itu, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kuningan rupanya
menunjukkan perkembangan yang baik karena setiap waktunya mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Bisa dilihat dari gambar yang berisi data
kunjungan wisata berikut.

4
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2018.

Gambar 1.2 Data kunjungan wisata usaha jasa pariwisata pada tahun
2018.

Data tersebut menunjukkan perkembangan jumlah arus wisatawan yang


jika dibandingkan dengan data pada tahun 2017, wisatawan Kabupaten Kuningan
hanya mencapai angka 3.071.628 orang, namun tahun 2018 meningkat 76,75
persen sehingga mencapai 4.002.124 orang.

Meski adanya peningkatan dalam jumlah wisatawan yang datang ke


Kabupaten Kuningan, ternyata masih banyak kendala yang harus diperbaiki
seperti halnya infrastruktur jalan yang belum memadai untuk menuju beberapa
destinasi wisata, kompetensi SDM masih belum sesuai standar, begitu pula dalam
masalah pengelolaan serta koordinasi integrasi dan sinkronisasi lembaga ke-
pariwisataan di Kuningan yang belum maksimal dan perlu ditingkatkan.

Dikatakan Kadisporapar Kabupaten Kuningan, program tahun 2019 akan


digarap 25 desa wisata, peningkatan SDM, penataan/penambahan fasilitas objek
wisata Waduk Darma, Kebun Raya, OSG Linggarjati, Curug Sawer, Buper
Pakembangan, Cibulan desa Maniskidul dan penataan objek wisata air panas desa
Subang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian mengenai DIGITALISASI WISATA GASTRONOMI DI
KABUPATEN KUNINGAN.

Rumusan Masalah
1. Apa saja bahan baku makanan yang memiliki potensi untuk bisa dijadikan
atraksi wisata Gastronomi di Kabupaten Kuningan?
2. Apa saja makanan khas Kabupaten Kuningan yang memiliki potensi untuk
bisa dijadikan atraksi wisata Gastronomi?
3. Bagaimana model jalur wisata gastronomi yang efektif untuk diaplikasikan
dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Kuningan?

5
4. Bagaimana tema wisata gastronomi yang efektif untuk dapat diaplikasikan
sebagai alternatif dalam menarik wisatawan dan memajukan pariwisata di
Kabupaten Kuningan?
5. Sejauh mana peran pemerintah dalam mendukung pengembangan wisata
gastronomi di Kabupaten Kuningan?

Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui bahan makanan apa saja yang berpotensi untuk


dikembangkan sebagai atraksi wisata Gastronomi di Kabupaten Kuningan;
2. untuk mengetahui apa saja makanan khas Kabupaten Kuningan yang
memiliki potensi untuk bisa dijadikan atraksi wisata Gastronomi;
3. untuk mengetahui sudah sejauh mana peran pemerintah dalam mendukung
pengembangan wisata gastronomi di Kabupaten Kuningan;
4. untuk mengetahui tema wisata gastronomi yang efektif, yang dapat
diaplikasikan sebagai alternatif dalam menarik wisatawan dan memajukan
pariwisata di Kabupaten Kuningan;
5. untuk mengetahui model jalur gastronomi seperti apa yang efektif pada
saat diaplikasikan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten
Kuningan.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk bisa
dijadikan sebagai salah satu referensi yang valid berkenaan dengan topik yang
penulis angkat. Penelitian ini juga secara umum diharapkan untuk bisa menambah
wawasan dan juga mampu memperkaya ilmu pengetahuan berdasarkan isi yang
ada di dalamnya.

2. Bagi peneliti

6
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sarana dalam pengimplementasian
teori yang telah didapat selama menempuh perkuliahan di Universitas Pendidikan
Indonesia, khususnya di Program Pendidikan Manajemen Industri Katering.

3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi jembatan maupun dasar acuan
yang valid, terkait kebijakan yang harus diterapkan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Kuningan, khususnya di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olahraga sebagai awalan dalam pengoptimalisasian potensi-potensi wisata
sehingga Kabupaten Kuningan mampu menjadi salah satu destinasi wisata yang
berkualitas dan mampu bersaing.

4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu referensi yang
menunjang informasi mengenai pariwisata di Kabupaten Kuningan, sehingga
dapat diketahui apa saja kendala-kendala yang menjadi penghambat dari berbagai
sudut pandang sehingga mampu menghasilkan sinergitas yang baik antara
masyarakat dengan pemerintah setempat dalam pengoptimalisasian dalam
memanfaatkan potensi wisata yang dimiliki oleh masing-masing destinasi wisata
yang ada di Kabupaten Kuningan.

BAB 2

7
KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Pengertian Pariwisata

Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun menunjukkan


perkembangan yang sangat pesat. Karena perubahan struktur sosial ekonomi
negara di dunia dan semakin banyak orang yang memiliki pendapatan lebih yang
semakin tinggi. Kepariwisataan telah berkembang menjadi suatu fenomena global,
menjadi kebutuhan dasar, serta menjadi bagian dari hak asasi manusia yang harus
dihormati dan dilindungi. Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dunia usaha
pariwisata, dan masyarakat berkewajiban untuk dapat menjamin agar berwisata
sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan sehingga mendukung tercapainya
peningkatan harkat dan martabat manusia, peningkatan kesejahteraan, serta
persahabatan antarbangsa dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia.

Di Indonesia sendiri, peranan pariwisata sangat penting dalam kemajuan di


segala aspek kehidupan negara karena mampu mendorong aspek perekonomian.
Pariwisata juga dianggap sebagai sektor peluang yang baru karena memiliki
potensi yang sangat beragam dan juga lengkap dengan segala destinasi yang ada.
Hal inilah yang mampu menjadikan pariwisata memiliki peran dalam
perekonomian baik di Indonesia atau bahkan di berbagai negara di dunia.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang


kepariwisataan, di sana dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara. Sedangkan untuk
pariwisata sendiri dapat diartikan sebagai jenis kegiatan wisata yang didukung
fasilitas-fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah. Semua kegiatan yang terkait dalam pariwisata
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha dapat diartikan

8
sebagai kepariwisataan. Dalam pariwisata juga terdapat beberapa unsur-unsur
yang terlibat, seperti:

1. Akomodasi, suatu bangunan yang dapat dijadikan tempat tinggal sementara


bagi seseorang ketika melakukan perjalanan wisata.
2. Jasa boga atau restoran, industri jasa di bidang penyelenggaraan makan dan
minum yang dikelola secara profesional.
3. Transportasi atau jasa angkutan, industri usaha jasa yang bergerak dalam
bidang transportasi darat, laut, dan udara.
4. Atraksi wisata, kegiatan wisata yang mampu menjadi daya tarik bagi
wisatawan yang datang berkunjung.
5. Cinderamata (souvenir), benda yang biasa dibeli sebagai buah tangan untuk
dijadikan kenang-kenangan ketika wisatawan kembali ke negara atau daerah
asal wisatawan tersebut.
6. Biro perjalanan, badan usaha perjalanan semua proses ketika melakukan
perjalanan wisata.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 juga


dijelaskan bahwa daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut sebagai
destinasi pariwisata merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu atau
lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Dalam undang-undang di atas, yang termasuk objek dan daya tarik wisata
terdiri dari:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama
indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang binatang
langka.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, 12 pertanian (wisata

9
agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat
hiburan lainnya.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti: berburu, mendaki gunung, gua, industri
dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,
tempat-tempat ziarah, dan lain sebagainya.
4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usahausaha yang terkait di
bidang tersebut.

Gastronomi

Pemahaman masyarakat pada wisata kuliner masih hanya sebatas dengan


mendatangi tempat-tempat yang menyajikan berbagai kuliner, tanpa melihat lebih
jauh bahwa kuliner sendiri mampu dikemas dari berbagai aspek. Padahal
nyatanya, pada saat ini kuliner sendiri sudah berkembang pesat sehingga mampu
dikombinasikan dengan aspek-aspek budaya daerah asalnya sehingga menjadikan
kuliner sebagai salah satu atraksi wisata yang disebut dengan Gastronomi.

Kata Gastronomi merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani,


dimana “gaster” yang berarti perut, dan “nomas” yang berarti aturan. Gastronomi
juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan dengan
kebudayaan yang melingkupi proses mencicipi, menyajikan, melakukan
percobaan, mencari tahu, memahami, menelaah, dan menulis perihal makanan
tersebut.

Berdasarkan perspektif budaya, gastronomi sendiri merupakan kombinasi


atau percampuran dari unsur tangible dan intangible. Maka dari itu, dalam
gastronomi sendiri makanan dapat dijadikan sebagai identitas budaya karena di
dalamnya terdapat keautentikan yang mampu menggambarkan identitas dari
wilayah tersebut. Gastronomi adalah presentasi yang terbuat dari produk kuliner
melalui konsep yang mengacu pada berbagai jenis penyajian makanan dalam
jumlah kecil, dan biasanya dibagikan kepada beberapa orang dengan pembagian
yang merata dan menggunakan hidangan yang sama.

10
Pendapat lain juga dikemukakan oleh (Soeroso & Susilo, 2014) yang
mengatakan bahwa gastronomi adalah salah satu elemen yang menggabungkan
konsep baru warisan budaya dan wisata budaya, didorong oleh tren gaya hidup,
keaslan perlindungan lingkungan, dan kebutuhan untuk memiliki pengalam
berkualitas tinggi. Selain menjadi bagian dari sejarah budaya, sosial, lingkungan,
dan ekonomi dai masing-masing tempatnya, gastronomi merupakan cerminan
gaya hidup tertentu dari berbagai geografis yang mampu memperkuat tradisi
mereka sendiri. Meskipun hal ini menyiratkan kebutuhan konstan untuk inovasi
dalam bentuk produk layanan yang dapat memberikan nilai lebih besar karena
berpeluang untuk mencapai daya saing pada tujuan yang sudah ditetapkan. Oleh
karena itu, makanan lokal juga regional yang termasuk ke dalam wisata
gastronomi dapat memberikan nilai tambah pada hal yang berhubungan dengan
kontribusi untuk mewujudkan atraksi wisata pada setiap negara/wilayah/kota.
(Jiménez-Beltrán, López-Guzmán, & Santa Cruz, 2016)

Berdasarkan (Turgarini, 2013) mengungkapkan kajian tentang aspek-


aspek gastronomi yaitu gastronomi Praktis, gastronomi teoretis, gastronomi
teknis, gastronomi makanan, dan gastronomi molekuler (Molecular Gastronomy).
Kelima aspek tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda dan diaplikasikan
sesuai dengan bidang gastronomi yang akan dilakukan. Sebagai contoh
gastronomi praktis dapat menjadi acuan dalam mengkaji aspek gastronomi
meliputi pengolahan dari bahan mentah menjadi makanan dan dinilai dari aspek
budaya. Gastronomi dipadukan dengan pariwisata telah menjadi sumber daya
pariwisata bagi penciptaan produk baru. Berbeda dengan kegiatan wisata dan
atraksi lainnya, makanan dan minuman dapat menjadi produk yang tersedia setiap
saat Wisata gastronomi memberikan wisatawan pendidikan kuliner yang autentik
dan pemahaman yang jauh lebih besar dan apresiasi yang tinggi terhadap
kekayaan budaya dan kuliner sebuah daerah.(Nurwitasari, 2015)

11
Sumber: Turgarini 2018.

Gambar 2.1 Komponen Gastronomi

Berdasarkan (Turgarini, 2018), Menghimpun komponen-komponen yang


ada dalam ilmu gastronomi menjadi satu kesatuan yang dapat digunakan dalam
mempelajari gastronomi. Komponen-komponen tersebut meliputi sembilan unsur
yang menghubungkan tidak hanya proses pembuatan makanan tetapi juga
hubungan antara makanan dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat.

Selain komponen-komponen yang melingkupi ilmu gastronomi, berikut


adalah aspek, bidang, atau sudut pandang gastronomi yang terbagi menjadi 5
(lima), yakni:

1. Gastronomi Praktis yang berhubungan dengan aplikasi, persiapan,


produksi dan keramah-tamahan dalam penyajian makanan. Pekerjaan ini
meliputi teknik dan standar mengubah bahan mentah menjadi makanan untuk
disajikan. Pelakunya adalah para ahli masak baik itu chef atau profesional atau
ahli masak non profesional.
2. Gastronomi Teoretis, yang mendukung gastronomi praktis dengan cara
mempelajari pendekatan teoretis, proses, sistem dari resep masakan dengan

12
cara mendokumentasikan maupun memformulasikan bermacam-macam
prosedur yang harus dilakukan untuk memaksimalkan pembelajaran dan
efisiensi mengolah  bahan  pangan  maupun  peningkatan mutu hidangan
makanan. Pelakunya adalah para konsultan profesional dan lembaga
pendidikan makanan.
3. Gastronomi Teknis: adalah yang memberi penilaian, pengukuran dan
evaluasi sistematis terhadap gastronomi.  Pelaku ini adalah penghubung antara
industri makanan skala kecil sampai industri massal. Kegiatannya memberi 
penilaian an evaluasi terhadap makanan instan, instalasi metode produksi dan
peralatan yang dibutuhkan untuk memulai produksi industri makanan.
Pelakunya adalah para teknisi, ilmuwan makanan, konsultan profesional dan
spesialis operasional yang bekerja di area ini, konsultan masakan,
industriawan perusahaan makanan, pemilik hotel & restoran, ilmuwan,
profesional dan ahli masak. Termasuk mereka yang terkait dengan ketahanan
pangan, promosi dan kesehatan makanan.
4. Gastronomi Molekuler mempelajari perubahan fisio-kimiawi dari bahan
pangan selama proses memasak dan fenomena sensori saat makanan
dikonsumsi. Ilmu ini dicirikan dengan penggunaan metode ilmiah untuk
memahami dan mengendalikan perubahan  molekuler, fisio-kimiawi dan
struktural yang terjadi pada makanan, tahap pembuatan hingga konsumsi.
Metode  ilmiah yang digunakan meliputi pengamatan mendalam, pembuatan
dan pengujian hipotesis, eksperimen terkontrol, objektivitas sains, dan
reproduksibilitas eksperimen. Pelakunya adalah ahli kuliner molekuler yang
menguasai seni memasak molekuler (moleculer cooking).
Contoh organisasinya adalah perhimpunan atau perkumpulan yang
anggotanya adalah ahli kuliner molekuler dan pemilik hotel & restoran.
5. Gastronomi Makanan adalah mereka yang menikmati dan mengkaji
makanan dari proses dan peran sejarah, budaya, lanskap geografis, dan metode
memasak untuk kepentingan inventarisasi kekayaan akal budi makanan.
Dalam menginventarisasi kekayaan makanan tradisional, dapat menggunakan
cara seperti menggali warisan leluhur, tulisan ilmiah, dan catatan kitab kuno
yang mencakup inovasi terhadap resep baru maupun modifikasi dari resep

13
tradisional. Pelaku gastronomi sendiri adalah para penikmat, pemerhati, dan
pecinta makanan (Food connoisseur). (Zahari, Jalis, Zulfifly, Radzi, &
Othman, 2009)

Keberadaan gastronomi sebagai atraksi wisata ternyata mampu


menjadikan eksistensi makanan juga minuman tidak pernah mati termakan zaman.
Adanya gastronomi cukup bisa menjadi jembatan dalam hal melestarikan
makanan atau minuman khas, dilihat dari keautentikan yang bisa dijadikan
pembelajaran baru juga sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya yang berasal
dari daerah asal makanan tersebut.

Berdasarkan (Antón Clave, Salvador Knafou, 2012), beliau mengatakan


bahwa wisata gastronomi memiliki karakteristik, yaitu:

1) Gastronomi sebagai unsur dan indikator globalisasi; khususnya, penegasan


kompetisi daerah pada seluruh dunia.
2) Wisatawan memberikan peran dalam evolusi wisata gastronomi.
3) Pariwisata sebagai pengungkap potensi Gastronomi regional atau lokal dan
sebagai kontributor mengembangkan atau memperbaharui identitas nasional
dan subnasional.
4) Wisata gastronomi sebagai sarana mengenalkan produk kuliner sebagai
produk budaya.
5) Evolusi wisata gastronomi memberikan arah pengembangan pariwisata.
6) Gastronomi sebagai elemen konstruktif dalam pembentukan citra sebuah
destinasi wisata.
7) Gastronomi sebagai tujuan perjalanan wisata.
8) Gastronomi sebagai unsur warisan dengan dimensi wisata.

Selain karakteristik, wisata gastronomi juga dilengkapi dengan koridor


kajian gastronomi yang umumnya menekankan kepada 4 (empat) hal menurut
Ketaren (2017), yaitu:

1. Sejarah: Mengenai asal usul bahan baku, bagaimana dan di mana


dibudidayakannya.

14
2. Budaya: Mengenai faktor yang mempengaruhi masyarakat setempat
mengkonsumsi makanan tersebut.
3. Lanskap Geografis: Mengenai faktor lingkungan (alam & etnis yang
mempengaruhi masyarakat memasak makanan tersebut.
4. Metode memasak: Mengenai proses memasak secara umum. Bukan mengenai
teknis memasak karena seorang gastronom tidak harus bisa memasak.

Atraksi Wisata

Pengertian atraksi adalah sesuatu hal yang mampu menarik perhatian atau
yang bisa dijadikan daya tarik. Menurut (Suwena & I.G.N, 2010), atraksi
merupakan suatu komponen yang signifikan untuk menarik wisatawan. Atraksi
juga merupakan modal utama untuk dijadikan sebuah sumber kepariwisataan.
Dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata merupakan suatu hal yang memiliki
nilai-nilai yang identik dengan keindahan, keanekaragaman, keunikan, entah
berupa hasil alam seperti gunung dan juga pantai, kekayaan budaya, maupun hasil
buatan manusia (man made) yang dijadikan sebagai daya tarik wisatawab untuk
merealisasikan tujuannya dalam berkunjung, sehingga mampu memberikan
motivasi kepada wisatawan untuk melakukan rekreasi wisata ke objek wisata
tersebut. (Hakim, 2017)
Atraksi wisata merupakan komponen yang sangat penting untuk
keberlangsungan hidup sebuah destinasi pariwisata. Karena di dalam pariwisata
terdapat sebuah keharusan untuk menunjukkan hal unik yang dapat menarik
wisatawan dengan didukung oleh berbagai aspek dari mulai fasilitas yang baik
dan memadai untuk bisa memenuhi kebutuhan wisatawan, dan juga hal lain
seperti hospitality yang perlu diperhatikan.

Desa Wisata

Dengan kemajuan zaman yang terkadang tidak dapat terprediksi


bagaimana akhirnya, rupanya mempengaruhi juga terhadap perubahan minat
wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata. Adanya perkembangan
pariwisata yang semakin maju, membuat segala tempat dicari keautentikannya

15
untuk digali potensi hingga kemudian dapat ditentukan layak atau tidaknya untuk
dijadikan rekreasi wisata. Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tren juga
pergantian motivasi perjalanan wisatawan yang saat ini semakin banyak memilih
tempat wisata yang menjual konsep kembali ke alam, interaksi dengan masyarakat
lokal, juga adanya fasilitas yang mendukung untuk mempelajari kebudayaan di
daerah tersebut sehingga menjadi salah satu alasan yang mendorong
pengembangan desa wisata. Pariwisata yang berbasis desa ini rupanya termasuk
ke dalam pariwisata minat khusus atau biasa disebut dengan special interest
tourism. Desa wisata merupakan objek wisata yang dipilih karena potensi budaya
yang dimilikinya untuk bisa menjual atraksi-atraksi sebagai daya tarik wisatawan.
Menurut (Priasukmana & Mulyadin, 2001), Desa Wisata merupakan suatu
kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan
keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa
yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai
potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya
atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata
lainnya.
Berikut merupakan syarat yang harus dipenuhi suatu desa agar bisa
dijadikan sebagai objek desa wisata, antara lain:
a. Memiliki potensi daya tarik yang unik dan khas yang mampu dikembangkan
sebagai daya tarik kunjungan wisatawan (sumber daya wisata alam, sosial, dan
budaya)
b. Memiliki dukungan ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusia) lokal.
c. Memiliki alokasi ruang untuk pengembangan fasilitas pendukung seperti
sarana dan prasarana berupa komunikasi dan akomosasi, serta aksesbilitas
yang baik berdasarkan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2011).
Dengan adanya desa wisata yang dijadikan sebagai salah satu atraksi
pariwisata, tentu saja keberadaannya harus mendapatkan dukungan baik dari
masyarakat desanya, dan juga pemerintah setempat. Dalam pengembangan desa
wisata dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mampu bekerjasama dalam
mengelola sumber daya yang ada. Oleh sebab itu, adanya perancangan desa wisata

16
harus disertai pula dengan perumusan model yang relevan agar mampu
melaksanakan program tersebut dengan baik dan sesuai rancangan. (Geogra &
Gadjah, 2013).
Dalam pengembangannya, desa wisata tentu saja memiliki tujuan juga
sasaran, seperti:
a. Mendukung program pemerintah untuk menyukseskan program
kepariwisataan.
b. Menggali potensi untuk membuat perubahan pada struktur pembangunan
juga peningkatan ekonomi masyarakatnya desa.
c. Membuat lapangan kerja yang baru bagi penduduk desa untuk meminimalisir
pengangguran dan juga kemiskinan.

Wisata Gastronomi

Pengertian Wisata Gastronomi

Wisata Gastronomi adalah wisata yang menekankan pada budaya lokal


yang terkandung dalam setiap makanan. Dalam kegiatannya, wisata gastronomi
lebih mengarahkan wisatawannya untuk mempelajari sejarah, filosofi, dan
komponen-komponen lain yang termasuk dalam komponen gastronomi pada
makanan itu sendiri. Penyedia wisata gastronomi mengaitkan antara budaya lokal
setempat serta makanan yang disajikan untuk dikemas menjadi kegiatan wisata
yang menyenangkan bagi para wisatawan.
Wisata gastronomi adalah sarana wisatawan untuk mempelajari dan
menghargai berbagai budaya yang berbeda; ruang lingkupnya lebih dari sekadar
mempelajari keahlian memasak berdasarkan Turgarini (2018) tetapi juga
gastronomi adalah panduan mengenai berbagai cara yang melibatkan setiap hal
tentang makanan dan minuman. Kajiannya sangat interdisipliner yang berkaitan
dengan refleksi dari sebuah sejarah, dampak budaya, dan suasana lingkungan
mengenai “Bagaimana (How), di mana (Where), kapan (when), dan mengapa
(why).” Gastronomi atau tata boga adalah seni atau ilmu akan makanan yang baik
(Good eating) berdasarkan (Santich B, 2004)

17
Perjalanan Wisata

Perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang melibatkan kegiatan


mengunjungi atraksi-atraksi wisata di dalamnya. Pengertian perjalanan wisata
yaitu suatu perubahan pada tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat
tinggal aslinya karena berbagai alasan, seperti untuk mendapatkan kenikmatan
dalam memenuhi keinginan mengetahui sesuatu sehingga terdorong untuk
berpergian dengan motif berbagai kepentingan dilihat dari aspek-aspek yang
menjadi alasannya dalam menambah pengetahuan atau juga pengalaman dalam
bidang ekonomi, budaya, sosial, agama, dan lain sebagainya.
Bentuk-bentuk perjalanan wisata menurut (Nuriati, 2014):
1. Perjalanan wisata berdasarkan waktu; tour setengah hari, tour lebih dari
setengah hari, tour satu hari, dan tour lebih dari satu hari.
2. Perjalanan wisata berdasarkan jumlah peserta; tour perorangan, tour
rombongan, dan tour massa.
3. Perjalanan wisata berdasarkan wilayah; berdasarkan wilayah tempat tujuan
dan berdasarkan topografi.
4. Perjalanan wisata berdasarkan tujuan; tujuan bisnis, tujuan kesehatan,
tujuan olahraga, tujuan pendidikan, ziarah.
5. Perjalanan wisata berdasarkan minat wisatawan; Scientific, tour, Museum
tour, Industrial tour.(Magister et al., 2017)

Paket Wisata

Menurut (Utama, 2016), paket wisata diartikan sebagai suatu perjalanan


wisata dengan satu atau beberapa tujuan kunjungan yang disusun dari berbagai
fasilitas perjalanan tertentu dalam suatu acara perjalanan yang tetap serta dijual
sebagai harga tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari perjalanan wisata.
Dalam aspek ekonomi, paket wisata bisa dianggap sebagai sebuah produk
yang mampu menjadi faktor pendukung dalam sebuah keberhasilan suatu kegiatan
pariwisata. Karena paket wisata mampu mengemas semua unsur-unsur yang
terlibat dalam pariwisata seperti akomodasi, transportasi, kuliner, dan lain
sebagainya untuk dijual kepada wisatawan dalam memenuhi kepuasannya, juga

18
sebagai sebuah alternatif yang menguntungkan juga mempermudah bagi
wisatawan.
Paket wisata itu sendiri berdasarkan sifat pembuatannya dibedakan
menjadi dua yaitu ready made tour dan tailor made tour. Ready made tour adalah
suatu produk paket wisata di mana komponen-komponennya sudah ditetapkan,
tidak dapat diubah-ubah dan dapat langsung dibeli oleh wisatawan, dengan kata
lain produk sewaktu-waktu dapat diselenggarakan. Berbeda dengan tailor made
tour yang sifat paket wisatanya dapat diubah-ubah komponennya sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Walaupun paket wisata berbeda sifat pembuatannya, akan tetapi tetap saja
diperlukan suatu perencanaan yang matang agar fasilitas-fasilitas yang akan
dipakai dalam berwisata dapat memuaskan wisatawan yang membeli paket tour
tersebut. Perencanaan itu meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-
fakta juga membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan
datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang
diusulkan dan dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
(Fiatiano, 2009)

Paket Perjalanan Wisata Gastronomi

Berdasarkan (Turgarini & Fitri Abdillah, 2016), ada beberapa komponen


yang harus diperhatikan dalam membuat paket wisata gastronomi. Berikut adalah
komponen yang harus diperhatikan:
1. Perhatikan kapasitas atau kemampuan wisatawan untuk mengkonsumsi
makanan, dari sisi kesehatan, mengkonsumsi makanan berat (makan nasi) 1
hari 3x makan. Untuk kudapan (coffee break) dalam 1 hari diberi 2x, yaitu
pada jam 10 pagi dan jam 3 sore.
2. Perhatikan destinasi unggulan daerah tersebut, seperti:
a. Wisata alam
b. Wisata budaya
c. Wisata sejarah
3. Perhatikan kurun waktu atau durasi wisatawan berkunjung, misalnya satu,
dua, atau tiga hari.

19
4. Inventori gastronomi unggulan daerah tersebut, seperti:
a. Bahan baku lokal khas daerah tersebut
b. Sejarah gastronomi daerah tersebut
c. Tradisi gastronomi upacara adat
d. Filosofi gastronomi
e. Home Industry makanan dan minuman
f. Restoran
g. Pasar tradisional
h. Souvenir shop yang menjual makanan dan minuman dengan kemasan
yang baik.
5. Susunan jadwal berkunjung disesuaikan dengan poin 1, 2, dan 3.

Digitalisasi

Internet hadir sebagai alternatif dalam penyebaran iklan juga media


promosi yang menawarkan banyak manfaat serta memiliki banyak keunggulan
jika dibandingkan dengan media alternatif lainnya. Dijadikannya internet sebagai
media alternatif utama dalam penyebaran konten budaya lokal, ternyata didukung
oleh sifatnya yang luas dan juga tak terbatas oleh ruang serta waktu. Internet
memberikan fasilitas yang kompleks juga cukup lengkap dalam dunia pemasaran
suatu produk, mulai dari target konsumen khusus, pesan khusus, kemampuan
interaktif, akses informasi, kreativitas, ekspos luas dan kecapatannya, (Arifin,
2017).

Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu

N Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


o.

1. (Saepudin, Pengembangan1. Model strategi Model


Budiono, & desa wisata pendidikan pengembangan
Halimah, 2019) pendidikan di dan desa wisata

20
Jurnal, desa Cibodas, Pengembangan pendidikan di
Universitas Kabupaten desa wisata Desa Cibodas
Padjadjaran. Bandung Barat. berdasar: memiliki enam
- Partisipasi strategi yaitu:
aktif
(a) peningkatan
masyarakat
partisipasi
- Potensi
aktif
sumber daya
masyarakat
alam
dalam
- Kapasitas
pengembanga
lembaga
n desa wisata
masyarakat
(b) pengembanga
- Media
n desa wisata
promosi
yang khas
pariwisata
berdasarkan
- Program
kepada
pendidikan
potensi alam,
dan
sosial, dan
pelatihan
budaya
- Pendamping
masyarakat
an dari
setempat;
lembaga
(c) pengembagan
terkait
kapasitas
lembaga
masyarakat
sebagai
lembaga
pengelola
desa wisata
(d) pengembanga
n media
promosi

21
wisata;
(e) peningkatan
sumberdaya
manusia
melalui
program
pendidikan
dan pelatihan
yang
terstruktur dan
terorganisasi;
(f) pendampinga
n yang
dilakukan
secara
terstruktur
dari lembaga/
dinas terkait.

2. (Made, Candra, Pengembangan Potensi wisata, Desa Kangin


& Ayu, 2019) Potensi Wisata berdasar: Yehembang
Jurnal, di desa Wisata - Pemetaan memiliki dua
Universitas Yehembang atraksi potensi wisata
Udayana. Kangin wisata. antara lain potensi
Kecamatan - Pemberdaya wisata alam dan
Mendoyo an budaya serta
Kabupaten masyarakat upaya
Jembrana. lokal pengembangan
potensi wisata di
Desa Wisata
Kangin
Yehembang ada
dua aspek yaitu

22
pemetaan tempat
wisata dan
pemberdayaan
masyarakat lokal
di Desa Wisata
Kangembang
Yehembang.
3. (Tyas & Potensi X1: Daya tarik Desa Kliwonan
Damayanti, Pengembangan X2: Elemen memiliki potensi
2018) Jurnal, Desa Kliwonan promosi untuk
Universitas sebagai Desa Y: dikembangkan
Diponegoro. Wisata Batik di Pengembangan sebagai desa
Kabupaten desa wisata wisata batik.
Sragen. Akan tetapi, Desa
Kliwonan masih
belum siap untuk
menjadi sebuah
desa wisata.

4. (Bali, Ayu, Strategi Arahan strategi Desain strategi


Marwangi, & Pengembangan dan alternatif
Anom, 2019) Desa Wisata Pengembangan berpengaruh
Jurnal, Timpag desa wisata terhadap
Universitas Berbasis berbasis pengembangan
Udayana. Masyarakat masyarakat desa wisata
di Kecamatan berbasis
Kerambitan, masyarakat yang
Kabupaten dapat diterapkan
Tabanan Bali dalam
pengembangan
Wisata Pedesaan
di Desa Timpag

23
5. (Nurwitasari, Pengaruh X: Pengaruh Wisata
2015) Jurnal, Wisata wisata gastronomi
Sekolah Tinggi Gastronomi gastronomi berpengaruh
Pariwisata Makanan makanan secara signifikan
Bandung. Tradisional tradisional terhadap
Sunda Terhadap keputusan
Y: Keputusan
Keputusan berkunjung para
wisatawan
Wisatawan wisatawan
berkunjung
Berkunjung ke
Kota Bandung.

6. Arifin, S. Digitalisasi Visualisasi Terciptanya


(2017) Jurnal Pariwisata melalui media saluran media
Komunikasi, Madura baru dan massa melalui
Universitas Potensi wisata internet yang
Trunojoyo dapat dijadikan
Madura momentum
kebangkitan
pariwisata
Madura.

Kerangka Pemikiran

Potensi bahan baku sebagai atraksi wisata


gastronomi di Kabupaten Kuningan

Potensi makanan tradisional sebagai daya tarik warisan budaya


gastronomi di Kabupaten Kuningan

24
Implementasi tema wisata gastronomi yang efektif untuk
diterapkan di Kabupaten Kuningan

Jalur wisata gastronomi di Kabupaten Kuningan

Peran pemerintah dalam pengembangan wisata gastronomi di


Kabupaten Kuningan

Digitalisasi Wisata Gastronomi di Kabupaten Kuningan

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran di atas, peneliti


mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Wisata Gastronomi harus lebih digali dan diperkenalkan pada masyarakat


di Kabupaten Kuningan.
2. Pengenalan wisata Gastronomi sebagai atraksi dapat dijadikan sebagai
alternatif pelestarian
3. Menggunakan media digitalisasi sebagai sarana promosi mampu menjadi
peluang besar dalam kemajuan pariwisata di Kabupaten Kuningan.
4. Adanya jalur wisata gastronomi mampu memudahkan wisatawan dalam
memenuhi keinginan juga kepuasannya, saat berwisata dengan konsep
perjalanan yang berbeda dari perjalanan wisata pada umumnya.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Objek Penelitian

25
Objek yang dijadikan dalam penelitian kali ini adalah Kabupaten
Kuningan, dengan pengembangan wisata gastronomi yang dijadikan sebagai
subjeknya. Kabupaten Kuningan adalah sebuah kabupaten yang terletak di bagian
timur Jawa Barat. Kuningan merupakan perlintasan jalan yang menghubungkan
kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur
tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah.
Kuningan memiliki bentang alam variatif mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi dengan puncak tertinggi di Jawa Barat yaitu puncak gunung
Ciremai (3.076 m). Berikut ilustrasi peta Kabupaten Kuningan yang tertera dalam
gambar 3.1 di bawah ini:

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Kuningan

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan


data dengan kegunaan dan tujuan tertentu berdasarkan Sugiyono (2014:3).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah adalah sebuah cara yang

26
disusun secara sistematis untuk mengumpulkan data dan memecahkan sebuah
permasalahan secara ilmiah dalam sebuah penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif menurut (Sugiyono, 2011), adalah suatu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah yang hasilnya lebih menekankan
makna daripada generalisasi. Biasanya dalam penelitian kualitatif menggunakan
metode deskriptif dan juga metode survey dengan cara mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya melalui aspek wawancara, observasi, dan lain sebagainya.
Secara prosedural, penelitian ini dibagi menjadi ke dalam enam tahapan
yang meliputi penentuan masalah, survey pendahuluan, pengumpulan data,
pengolahan data, kajian dan perencanaan, serta pembuatan laporan. Metode
pengumpulan data dalam penelitian kali ini berupa observasi, wawancara, dan
juga studi literatur.

Observasi

Observasi adalah pengamatan yang digunakan untuk mengoptimalkan


kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar,
serta kebiasaan dan sebagainya berdasarkan (Moleong, 2011). Observasi dalam
penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai pengamatan langsung terhadap
objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam
upaya pengumpulan data penelitian menurut (Komariah & Djam’an Satori, 2012).
Prinsip umum pada saat melakukan observasi adalah peneliti tidak berhak
memberikan perlakuan tertentu kepada subjek yang akan diteliti, melainkan
membiarkan subjek yang akan diamati untuk tetap bertindak dan bersikap sama
persis seperti dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tahapan-tahapan observasi
meliputi pemilihan tempat penelitin, menemukan jalan utama memasuki
komunitas dari subjek yang diteliti, menentukan fokus pengamatan, menentukan
cara mencatatkan hasil pengamatan, mendeskripsikan hasil pengamatan, dan
memaknai hasil pengamatan.
Cara mencatatat hasil observasi pun beragam, dimana dibagi ke dalam
empat bentuk pencatatan, yaitu :
1. Naratif

27
2. Acuan Kriteria
3. Cuplikan Karya, dan
4. Kualitatif. (“Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes (Informal) untuk
Menjaring Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini,” 2015)
Terkait dengan penelitian kali ini, rencana peneliti adalah melakukan
observasi langsung di Kabupaten Kuningan. Selain untuk mengetahui bagaimana
potensi pengembangan wisata gastronomi dalam atraksi desa wisata di sana,
observasi ini juga dilakukan untuk mengatahui sejauh mana kesadaran pemerintah
juga masyarakatnya dalam berpartisipasi mengembangkan wisata gastronomi di
Kabupaten Kuningan. Observasi yang dilakukan oleh penliti juga merupakan
observasi non sistematis, yaitu observasi yang tidak menggunakan pedoman baku
dan hanya dilakukan berdasar pengamatan secara spontan yang apa adanya.
Tahapan observasi yang dilakukan kali ini dapat dilihat pada bagan 3.1 di bawah
ini.

Survey
pendahuluan Observasi

BaganPengumpulan
3.1 Tahapandata
observasi Selesai
observasi
Berdasarkan (Denzin & Yvonna S. Lincoln, 2009), observasi merupakan
suatu keharusan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Itulah mengapa dalam
penelitian ini, peneliti sendiri melakukan observasi untuk menunjang data-data
yang akan dihasilkan nantinya.

Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung guna


memperoleh data juga informasi terkait masalah yang ada dalam penelitian.

28
Wawancara ini dilakukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh pada saat
observasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti. Wawancara sendiri
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontrusikan makna dalam suatu topik tertentu menurut
(Sugiyono, 2013).
Pada saat proses wawancara, suasana yang terjadi cukup santai sehingga
memudahkan narasumber untuk leluasa dalam menjawab pertanyaan yang peneliti
ajukan. Dalam wawancara kali ini, diadakan dengan tujuan untuk mendapatkan
data yang valid mengenai sejauh mana eksistensi wisata gastronomi yang sudah
diimplementasikan dalam ranah pariwisata di Kabupaten Kuningan. Peneliti
melakukan wawancara pada beberapa narasumber, yaitu pemerintah yang
bergerak di bidang kepariwisataan, pemerintah yang bergerak dalam bidang
pangan dan pertanian, pemerintah yang bergerak dalam bidang perdagangan dan
perindustrian, dan juga KOMPEPAR Kabupaten Kuningan. Pada saat proses
berlangsungnya wawancara, peneliti mengabadikan hal tersebut dalam bentuk foto
dan juga rekaman suara. Tahapan wawancara yang peneliti lakukan kali ini dapat
dilihat pada bagan 3.2 di bawah ini.

Mulai

Menetapkan
Narasumber

Membuat janji
dengan Jadwal wawancara
narasumber

Pelaksanaan Data hasil


Wawancara wawancara

Selesai

29
Bagan 3.2 Prosedur Wawancara (diadopsi dari Faizal, 2017)

Studi Literatur

Terkait penelitian kali ini, peneliti melakukan studi literatur dengan


membandingkan 3 penelitian sejenis yang berkaitan dengan penelitian kali ini.
Dari 3 penelitian yang berupa tesis, disertasi, dan juga jurnal yang dikaji untuk
dibandingkan, menganalisa metode yang digunakan, mengetahui tujuan dari
penelitian tersebut, tahun penelitian, serta hasil dari penelitian tersebut untuk
dibandingkan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Studi literatur sendiri
adalah teknik penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah,
liflet, artikel, dan lain sebagainya yang berkenaan dengan masalah dan tujuan
penelitian menurut (Danial & Wasriah, 2009).

Operasional Variabel

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Konsep Konsep Konsep


teoretis empiris Analitik
Digitalisasi 1. Gastronomi juga Syarat yang Data diperoleh dari
wisata diartikan sebagai harus dipenuhi hasil observasi,
Gastronom ilmu yang suatu destinasi wawancara, dan studi
i mempelajari agar bisa literatur pada pihak
hubungan antara dijadikan yang berkaitan dengan
makanan dengan objek wisata pariwisata di
kebudayaan yang gastronomi Kabupaten Kuningan,
melingkupi proses terdiri dari : a. peneliti terdahulu,
mencicipi, Memiliki juga para wisatawan.

30
menyajikan, potensi daya
melakukan tarik yang unik
percobaan, dan khas yang
mencari tahu, mampu
memahami, dikembangkan
menelaah, dan b. Memiliki
menulis perihal makanan khas
makanan tersebut. yang bisa
2. Digitalisasi adalah digabungkan
proses mengubah dengan
berbagai kebudayaan
informasi, kabar, lokal, yang
atau berita dari sudah
format analog mencakup
menjadi format dalam semua
digital sehingga komponen
lebih mudah untuk gastronomi.
diproduksi, c. Memiliki
disimpan, dikelola, alokasi ruang
dan didistribusikan untuk
pengembangan
fasilitas
pendukung.

31
Salapan Cinyusu

Pengusaha
Teknologi Pemerintah
Informasi

Pekerja
NGO
Creativepreneursh
ip

Penikmat Pemasok

Pemerhati Pakar

Gambar 3.2 Salapan Cinyusu

Berdasarkan (Turgarini, 2018) Salapan Cinyusu adalah suatu


pemikiran yang bisa diimplementasikan untuk mendukung pengembangan
gastronomi pada setiap daerah yang akan diterapkan konsepnya. Salapan
Cinyusu atau sembilan mata air ini terdiri dari Pengusaha, Pemerintah,
Pekerja, Pemasok, Pakar, Pemerhati, Penikmat, NGO (Non Government
Organization), dan Teknologi Informasi. Dalam penerapannya, Salapan
Cinyusu harus benar-benar saling berkaitan dan tidak boleh ada satu pun yang
terlewatkan. Sebab ketiadan salah satu di antara unsur-unsur tersebut akan
membuat kerumpangan pada konstelasi Gastronomi Sunda pada daerah yang
akan menerapkannya.

32
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Potensi Pariwisata Dalam Kemasan Digital

Kabupaten Kuningan merupakan daerah yang terletak di ujung timur


Provinsi Jawa Barat, tepatnya berada di kaki Gunung Ciremai yang
merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Secara geografis letak Kabupaten
Kuningan sangat strategis karena berada di perbatasan antara dua provinsi
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Keindahan panorama pegunungan, keunikan
seni dan budayanya menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Didukung
dengan akses serta infastruktur yang selalu diperbaiki setiap masanya, mampu
memudahkan wisatawan dan menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai daerah
tujuan wisata yang cukup menarik untuk bisa dikunjungi.

Dengan keindahan alam pegunungan, keunikan seni budaya, serta


beragamnya makanan khas sebagai potensi wisata, pemerintahan Kabupaten
Kuningan terus berupaya melakukan promosi melalui berbagai media yang
dikemas lebih modern melalui digitalisasi.

Namun dalam penerapannya, pemerintah Kabupaten Kuningan sendiri


masih terbilang baru merintis dalam menyiapkan berbagai langkah dan
inovasi untuk mendongkrak dan memajukan sektor pariwisata di Kabupaten
Kuningan, terutama pariwisata yang merujuk dalam ilmu Gastronomi. Banyak
hal yang perlu diperhatikan seperti penataan lokasi wisata, perbaikan serta
melengkapi sarana dan prasarana, juga meningkatkan potensi wisatanya
melalui hal-hal yang memanfaatkan teknologi informasi berbentuk digital.

33
Berbicara mengenai promosi dalam bentuk digital, Kabupaten
Kuningan sampai saat ini baru menyediakan empat wadah dalam platform
yang berbeda untuk mempromosikan potensi wisata yang dimilikinya.

Platform tersebut, di antaranya:

a. Ayokekuningan.com (Web)

b. Disporapar.kuningankab.go.id (Web)

c. Pariwisatakuningan (Instagram)

d. Pariwisata Kuningan (Facebook)

e. Pariwisatakng (Twitter)

Dalam platform yang sudah disebutkan di atas, pemerintah Kabupaten


Kuningan sudah mulai gencar mempromosikan potensi wisata yang
dimilikinya pada wisatawan-wisatawan dari luar daerah dengan cara
memposting foto-foto objek wisata sebagai referensi tujuan wisata, update
pada berita-berita terkini yang berhubungan dengan pariwisata juga
kebudayaan di Kabupaten Kuningan, serta memberitahukan penerapan
program kerja yang sedang gencar dilakukan pemerintah sebagai wadah untuk
mendukung pelaku usaha juga pelaku seni yang bergerak dalam bidang
pariwisata.

Meski penerapan digitalisasi sudah mulai dikembangkan sebagai


sarana promosi wisata yang dimiliki Kabupaten Kuningan, namun dalam
platform-platform tersebut masih banyak data serta informasi yang perlu
ditambahkan sebagai upaya mempermudah wisatawan luar jika ingin tahu
lebih banyak tentang hal-hal apa saja yang menarik dan ada di Kabupaten
Kuningan.

34
Berikut ini merupakan daftar potensi pariwisata yang terdapat di
Kabupaten Kuningan berdasarkan masing-masing daerahnya.

No Kecamatan Jenis Nama Objek Wisata

1. Cigugur Wisata Alam Talaga Surian

2. Cigugur Wisata Alam Tenjo Laut

3. Cigugur Wisata Alam Jurang Landung

4. Cigugur Bumi Perkemahan Buper Ipukan

5. Cigugur Bumi Perkemahan Palutungan

6. Cigugur Wisata Alam Pondok Pinus

7. Cigugur Wisata Alam Sukageuri View

8. Cigugur Wisata Taman Taman Cisantana

9. Cigugur Hutan Kota Hutan Kota Mayasih

10. Cigugur Wisata Air Kolam Ikan Cigugur

11. Cigugur Wisata Sejarah Makam Van Beck

12. Cigugur Situs Purbakala Taman Purbakala Cipari


The Mountain Recreation
13. Cigugur Wisata Air
Park
14. Cigugur Hutan Kota Hutan Kota Bungkirit
Gua Maria Sawer
15. Cigugur Wisata Religi
Rahmat
16. Cilimus Wisata Alam Ghiffari Valley

35
Wisata Bebatuan
17. Cilimus Taman Batu Hanjuang
Alam
Gedung Perundingan
18. Cilimus Wisata Sejarah
Linggarjati
19. Cilimus Wisata Alam Linggarjati Indah
Sangkan Resort Aqua
20. Cilimus Wisata Air
Park
21. Cilimus Wisata Air Woodland

22. Darma Wisata Alam Waduk Darma


Balong Keramat
23. Darma Wisata Sejarah
Darmaloka
Kolam Renang dan 7
24. Jalaksana Wisata Air
Sumur Cibulan
25. Jalaksana Bumi Perkemahan Curug Sidomba

26. Kramatmulya Desa Wisata Desa Batik Cikubangsari

27. Kuningan Situs Situs Adipati Ewangga

28. Kuningan Situs Situs Eyang Weri


Situs Eyang Hasan
29. Kuningan Situs
Maolani
30. Kuningan Situs Situs Cangkuang

31. Kuningan Situs Situs Arya Kamuning


Kolam Renang
32. Kuningan Rekreasi Olahraga
Sanggariang
33. Nusaherang Wisata Alam Situ Wulukut
Situ Cicerem (Talaga
34. Pasawahan Wisata Alam
Biru)
35. Pasawahan Wisata Alam Talaga Nilem

36. Pasawahan Wisata Alam Talaga Remis

36
37. Pasawahan Bumi Perkemahan Buper Paniis/Singkup

38. Pasawahan Wisata Alam Bukit Seribu Bintang

39. Pasawahan Wisata Alam Kebun Raya Kuningan

40. Pasawahan Desa Wisata Desa Wisata Cibuntu

41. Pasawahan Wisata Alam Curug Gongseng Cibuntu

42. Pasawahan Situs Perkuburan Batu Cibuntu


Pemandian Air Panas
43. Subang Wisata Air
Subang
Curug Pupuntangan dan
44. Subang Wisata Alam
Curug Paseban
Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kuningan

Tabel 4.1 Daftar Potensi Pariwisata Kabupaten Kuningan

Seperti yang sudah digambarkan pada tabel di atas, Kabupaten


Kuningan sendiri sampai saat ini setidaknya memiliki kurang lebih 44 tujuan
wisata yang telah dikembangkan oleh pemerintah daerah dengan berbagai
jenis dari mulai wisata alam, situs purbakala, bumi perkemahan, wisata air,
dan lain sebagainya.

Jika dilihat dari perkembangan potensi wisata yang ada, pariwisata di


Kabupaten Kuningan sendiri mengalami kenaikan dalam beberapa tahun
terakhir. Hal ini bisa dilihat seperti yang sudah tertera dalam beberapa gambar
di bawah ini.

37
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan

Gambar 4.1 Data Kunjungan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2016

38
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan

Gambar 4.2 Data Kunjungan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2017

39
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan

Gambar 4.3 Data Kunjungan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2018

40
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan

Gambar 4.4 Data Kunjungan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2019

4.1.2 Potensi Wisata Gastronomi Dalam Kemasan Digital

Bagi sebagian besar orang, wisata Gastronomi masih sangat asing


didengar sebab kehadirannya yang tidak banyak diketahui.

41
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.


KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang Pedoman Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) mandiri pariwisata.

Anonim, 2009. Undang-Undang RI No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Antón Clave, Salvador Knafou, R. (2012). Gastronomy Tourism and Globalisation.


Universita.

Arifin, S. (2017). Digitalisasi Pariwisata Madura. Jurnal Komunikasi, 11(1), 53.


https://doi.org/10.21107/ilkom.v11i1.2835

Arnawa, I. P., & Adikampana, I. M. (2019). Perencanaan Fasilitas Pariwisata di


Desa Wisata Kerta , Kecamatan Payangan , Kabupaten Gianyar , Bali Konsep
Perencanaan Pariwisata ( Gunn ,. 7(1), 30–35.

Bali, K. T., Ayu, G., Marwangi, P., & Anom, I. P. (2019). Strategi Pengembangan
Desa Wisata Timpag Berbasis Masyarakat di Kecamatan. 7(1), 66–72.

Creswell, J. W. (2013). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed


Methods Approaches.third Edition, Terjemah, Achmad Fawaid, Research
Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.

Danial, & Wasriah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah.

Denzin, N. K., & Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research.


Terj. Dariyatno dkk.

42
Fiatiano, E. (2009). Perencanaan Paket Wisata atau Tur. Korespondensi, 22(2), 171–
178. https://doi.org/10.1002/ejoc.201200111

Geogra, F., & Gadjah, À. U. (2013). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal Kawistara,
3(2), 129–139. https://doi.org/10.22146/kawistara.3976

Hakim, S. K. A. F. D. H. L. (2017). Pengaruh Atraksi Wisata dan Motivasi


Wisatawan terhadap Keputusan Berkunjung. Administrasi Bisnis, 42(2), 18–25.

Jiménez-Beltrán, F. J., López-Guzmán, T., & Santa Cruz, F. G. (2016). Analysis of


the relationship between tourism and food culture. Sustainability (Switzerland),
8(5). https://doi.org/10.3390/su8050418

Komariah, A., & Djam’an Satori. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.

Made, I. G., Candra, D., & Ayu, I. (2019). Pengembangan Potensi Wisata di desa
Wisata Yehembang Kangin Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. 7(1),
23–29.

Magister, M., Sipil, T., Teknik, F., Kuala, U. S., Sipil, J. T., Teknik, F., … Kuala, U.
S. (2017). Karakteristik Wisatawan Dan Pemilihan Rute Perjalanan Wisata Di
Kota Banda Aceh. Jurnal Teknik Sipil, 1(2), 385–392.

Moleong, L. . (2011). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Nuriati. (2014). Paket Wisata. Penyusunan Produk Dan Penghitungan Harga.

Nurwitasari, A. (2015). Pengaruh Wisata Gastronomi Makanan Tradisional Sunda


Terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung Ke Kota Bandung. Barista, 2(1),
92–102. Retrieved from file:///D:/ARTIKEL ILMIAH/2019 IDIK/34-62-1-
SM.pdf

Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes (Informal) untuk Menjaring Data

43
Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini. (2015). Jurnal Pendidikan Anak, Vol.
3.

Priasukmana, S., & Mulyadin, R. M. (2001). Pembangunan Desa Wisata :


Pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi. 2.

Saepudin, E., Budiono, A., & Halimah, M. (2019). Pengembangan Desa Wisata
Pendidikan Di Desa Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Sosiohumaniora, 21(1),
1. https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v21i1.19016

Santich B. (2004). The study of gastronomy and its relevance to hospitality education
and training. International Journal of Hospitality Management, 23 (1) 15-24.

Soeroso, A., & Susilo, Y. S. (2014). Traditional Indonesian Gastronomy as a


Cultural Tourist Attraction. 72.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D.

Suwena, I. K., & I.G.N, W. (2010). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Perss.,
Pariwisata. Bali: Udayana University.

Turgarini, D. (2013). Inventorikan, lestarikan, manfaatkan dan kembangkan


Gastronomi Unggulan Jawa Barat.

Turgarini, D. (2018). Gastronomi Sunda Sebagai Daya Tarik Wisata Kota Bandung.
Universita.

Turgarini, D., & Fitri Abdillah. (2016). Introducing Aceh Traditional Culinary as
Tourist Attractions. Journal of Business on Hospitality and Tourism. Vol
02(Issue 1, 2016: 303-317. ISSN 2527-9092), Bandung: Universitas Pendidikan

44
Indonesia, Bali: S.

Tyas, N. W., & Damayanti, M. (2018). Potensi Pengembangan Desa Kliwonan


sebagai Desa Wisata Batik di Kabupaten Sragen. Journal of Regional and Rural
Development Planning, 2(1), 74. https://doi.org/10.29244/jp2wd.2018.2.1.74-89

Utama, I. G. B. R. (2016). Pengantar Industri Pariwisata.

Wiendu Nuryanti. (1993). Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian


dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya.
Yogyakarta, Hal 2-3.

Yunus, H. S. (2010). Metode Penelitian Wilayah Kontoperorer.

Zahari, M. S. M., Jalis, M. H., Zulfifly, M. I., Radzi, S. M., & Othman, Z. (2009).
Gastronomy: An Opportunity for Malaysian Culinary Educators. International
Education Studies, 2(2), 66–71. https://doi.org/10.5539/ies.v2n2p66

Sumber dari laman internet:

Pawiraharja. https://gastronomipawirahardja.wordpress.com/2018/12/22/gastronomi-
apakah-itu/. Diakses pada 19 Desember 2019 Pukul 19.08.

45

Anda mungkin juga menyukai