Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP

KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VIII PADA


MATA PELAJARAN IPA TERPADU DI SMPN 74 JAKARTA

Proposal Penelitian

Detya Indrawan
3415133046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berhasil atau
tidaknya suatu proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh pembelajaran
yang berlangsung. Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena
tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai
kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil
belajar yang lebih baik.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Darwyn
Syah, 2007 : 4).
Pada dasarnya semua guru menginginkan kompetensi tercapai
dalam setiap proses pembelajaran. Guru merupakan salah satu unsur
dalam proses belajar mengajar karena walaupun kurikulum disajikan
secara sempurna, sarana terpenuhi dengan baik, apabila guru belum
berkualitas maka proses belajar mengajar belum dikatakan baik. Guru

mempunyai tanggung jawab dalam keberhasilan seorang siswa dalam


menerima pelajaran yang disampaikan terkait dengan bagaimana kualitas
ilmu yang diberikan oleh seorang guru. Kemungkinan kegagalan guru
dalam menyampaikan suatu pokok bahasan disebabkan saat proses
belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan kurang
memotivasi siswa dan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memuat berbagai hal yang bersifat
ilmiah sehingga dapat menumbuhkan kemampuan seseorang untuk
berpikir logis dan analitis. Oleh karena itu, IPA menjadi pelajaran wajib
yang diajarkan sejak pendidikan dasar. Dengan mempelajari IPA,
diharapkan siswa dapat berpikir menurut logika, sesuai dengan fakta dan
ilmu pengetahuan dalam menghadapi peristiwa dan permasalahan. Untuk
mewujudkan harapan tersebut, diperlukan suatu pembelajaran IPA yang
mampu memberikan pemahaman yang baik pada siswa sehingga dapat
menerapkan konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA yang sering dilakukan selama ini masih bersifat
informatif sehingga materi IPA menjadi bersifat abstrak. Hal itu
menyebabkan siswa kesulitan untuk memahami materi. Selain itu, masih
banyak guru yang menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan
materi sehingga siswa cepat bosan. Fakta tersebut juga terjadi di SMP
Negeri 74 Jakarta, seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru IPA
yang mengajar di kelas VIII. Akibatnya, hasil belajar IPA yang diperoleh
siswa menjadi kurang memuaskan. 73,3% siswa yang belum mampu

mencapai KKM mata pelajaran IPA, yaitu 74 sehingga harus mengikuti


remidi. Di samping membuat pemahaman siswa kurang baik, metode
ceramah juga membuat siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Siswa
hanya mendengarkan dan mengikuti instruksi yang diberikan guru.
Rendahnya hasil belajar IPA juga dapat terindikasi ketika proses
pembelajaran berlangsung, seperti siswa malas bertanya, siswa canggung
untuk bertanya tentang materi IPA yang belum dipahami, siswa sekedar
menunggu apa yang diperintahkan guru dan interaksi hanya satu arah
saja. Kondisi demikian membuat proses pembelajaran tidak menarik dan
susasana kelas menjadi pasif. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar selain kecerdasan intelektual juga dapat dilihat dari kemampuan
siswa dalam berinteraksi dengan guru dan teman-temannya, memberikan
energi positif untuk teman-temannya, mampu memotivasi, memahami
perasaan, karakter orang lain dan siswa biasanya senang berbagi apa
yang dia ketahui. Kecerdasan interpersonal sangat berhubungan dengan
cara dan sikap belajar yang kemudian mampu mempengaruhi hasil belajar
siswa.
Salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh manusia adalah
kecerdasan Interpersonal. Kecerdasan interpersonal terkait dengan
kepandaian untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Kecerdasan ini menuntun seseorang untuk memahami, bekerja sama, dan
berkomunikasi, serta memelihara hubungan baik dengan orang lain.
Kecerdasan interpersonal menjadi penting karena dalam kehidupan

manusia tidaklah bisa hidup sendiri, terdapat ungkapan No man is an


island yang berarti tidak ada orang yang dapat hidup sendiri.
Sesungguhnya

orang

memerlukan

orang

lain

agar

mendapatkan

kehidupan seimbang secara sosial, emosional dan fisik. Kurangnya


kecerdasan interpersonal adalah salah satu akar penyebab tingkah laku
yang tidak diterima secara sosial. Individu yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang rendah nantinya cenderung tidak peka, tidak peduli,
egois dan menyinggung perasaan orang lain (Lwin, 2008).
Kecerdasan Interpersonal adalah kecerdasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain, hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner bahwa
Interpersonl lintelligence is partof themultiple intelligences related to in
teraction with others. The emergence of intelligence can be seen from the
will ingness to move, and communicate with others , and working witha
team and is able to motivate his.( (2004: 299). Artinya bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan
dengan interaksi dengan orang lain. Kemunculan kecerdasan ini dapat
dilihat dari kemauan menggerakkan, dan berkomunikasi dengan orang
lain, bekerjasama dengan tim, dan mampu memotivasi temannya.
kemunculan kecerdasan Interpersonal ini menurut Amstrong (2013:7)
dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan guru dan
teman-temannya,

memberikan

energi

positif

untuk

teman-

temannya,mampu memotivasi, memahami perasaan, karakter orang lain


dan siswa biasanya senang berbagi apa yang dia ketahui. Kecerdasan

interpersonal sangat berhubungan dengan cara dan sikap belajar yang


kemudian mampu mempengaruhi hasil belajarnya.
Sejalan dengan PP No. 19 tahun 2005 Bab V Pasal 19 ayat 1 yang
menyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan di-selenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembang-an fisik serta psikologis peserta didik.
Berdasarkan

isi

Peraturan

Pemerintah

tersebut

proses

pembelajaran pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara


interaktif, yakni siswa dan guru serta orang lain dapat berinteraksi dengan
baik. Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila terjadi suasana
interaksi dengan orang lain. Interaksi yang dimaksud dapat berupa
diskusi, saling bertanya, saling menjelaskan, dan lain-lain. Dengan begitu
guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana kelas agar siswa belajar,
yang pada dasarnya belajar adalah memproduksi gagasan atau
membangun makna baru dari pengetahuan awal yang sudah dimiliki
siswa. Guru perlu kreatif dalam mengemas materi pelajaran melalui
berbagai model dan metode yang membuat suasana belajar aktif yang
membuat siswa mendapat pengalaman, berinteraksi, berkomunikasi, dan
merenungkan kembali gagasannya. Inti dari proses pembelajaran adalah
interaksi antara peserta didik dan pendidik/guru.

Dalam penelitian kali ini penulis memilih metode Tutor Sebaya


sebagai metode yang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan
interpersonal bagi siswa. Salah satu bentuk inovasi untuk meningkatkan
kecerdasan interpersonal dapat disampaikan melalui metode Tutor
Sebaya. Di dalam metode pembelajaran ini, siswa akan berperan aktif
dengan melakukan interaksi dengan siswa lain. Dengan ini diharapkan
metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal
siswa sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran IPA terpadu dengan aktif
dan di samping itu dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA.
Dari uraian diatas peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh
penggunaan metode Tutor Sebaya terhadap kecerdasan interpersonal
siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul
PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP KECERDASAN
INTERPERSONAL SISWA KELAS 8 PADA MATA PELAJARAN IPA
TERPADU DI SMPN 74 JAKARTA
Saat ini banyak macam metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan
suasana belajar mengajar yang efektif, kondusif, dan menyenangkan bagi
guru

dan

siswa.

Suasana

mengajar

yang

menyenangkan

akan

menumbuhkan dan menguatkan motivasi pada guru untuk memberikan


seluruh upaya dalam peranannya sebagai perancang pengajaran,
pengelola

pengajaran,

penilai

hasil

pembelajaran,

pengarah

pembelajaran, dan pembimbing siswa pada proses pembelajaran.


Sedangkan bagi siswa, terciptanya suasana belajar yang menyenangkan
akan menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa dapat bersikap
positif

dan

aktif

dalam menerima

pembelajaran lalu

kecerdasan

interpersonal bagi siswapun akan meningkat. Dengan suasana yang


menyenangkan, seluruh perhatian dan konsentrasi siswa terpusat pada
proses pembelajaran, sehingga suasana belajar yang serius tapi santai
dapat terwujud.. Tutor sebaya bukanlah metode pembelajaran yang baru,
melainkan sebuah metode pembelajaran lama yang seringkali digunakan
tetapi tidak efektif, karena dulu belajar berpusat pada guru (teacher
centered).
Siswa yang berperan sebagai tutor adalah siswa yang mempunyai
kelebihan daripada siswa yang lainnya, artinya yang menjadi tutor adalah
siswa yang lebih pintar atau lebih memahami pokok bahasan pada mata
pelajaran tertentu dibandingkan dengan siswa lainnya. Seorang tutor bisa
juga adalah siswa yang diberikan tugas sebelumnya untuk mencari dan
menemukan informasi informasi sebagai bahan untuk belajar pada mata
pelajaran tertentu..
Tutor

sebaya

juga

seringkali

digunakan

setelah

proses

pembelajaran di kelas berlangsung, biasanya salah seorang siswa


menjadi

tutor

untuk

teman-temannya

yang

belum

memahami

pembelajaran yang diberikan di kelas. Tutor sebaya bisa dilakukan berdua


atau lebih, tetapi tutor sebaya lebih efektif digunakan dengan jumlah siswa

maksimal 20 orang, agar proses penyampaian informasi lebih menyeluruh


dan mudah dipahami teman-teman lainnya. Semakin sedikit siswa yang
mengikuti metode pembelajaran tutor sebaya, siswa yang berperan
sebagai tutor pun tidak cepat mengalami kecapaian karena harus
mengulang-ulang

pengajaran

dengan

suara

keras

dan/atauharus

memberikan pengarahan tentang materi bahasan kepada satu persatu


temannya.
Yang paling penting dari penggunaan metode pembelajaran tutor
sebaya adalah melatih siswa agar dapat memberanikan diri berbicara di
depan kelas, yang dalam hal ini adalah melatih siswa mengajar temantemannya, sehingga para siswa dapat merasakan kenikmatan dan
kenyamanan dalam mengajar. Dan bagi guru, dengan tutor sebaya dapat
mengetahui seberapa jauh kepahaman siswa tentang materi yang telah
diberikan serta sebagai evaluasi bagi guru terhadap hasil dari guru
tersebut mengajar siswa apakah sudah seperti yang diharapkan oleh guru
atau belum, dan juga untuk menghilangkan kesuntukan yang selalu
dirasakan oleh siswa.
Namun berdasarkan hasil observasi di kelas VIII SMP Negeri 74
Jakarta, diperoleh informasi bahwa tingkat kecerdasan interpersonal siswa
di kelas VIII SMP Negeri 74 masih tergolong rendah, terbukti siswa di
SMP tersebut malu atau canggung bertanya pada guru tentang materi
pelajaran yang masih belum dimengerti siswa dan juga pembelajaran
masih berpusat pada guru atau teacher centered. Pembelajaran masih

bersifat satu arah dari guru kepada siswa sehingga kurang adanya
interaksi yang menarik selama kegiatan pembelajaran. Guru lebih sering
menggunakan

metode

ceramah,

tanya-jawab

dan

hnya

sesekali

menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran. Dalam kegiatan


pembelajaran siswa sering tidak dilibatkan secara aktif di setiap
pendidikan biasanya siswa hanya menjadi penonton dan pendengar
dalam setiap pembelajaran. Guru tidak melakukan kreasi atau inovasi dan
member motivasi terhadap siswa dalam metode dan media pembelajaran,
kurangnya komunikasi antara teman-teman sekelas, siswa tidak pandai
bergaul, siswa salah memilih teman, tidak mencatat materi yang telah
dijelaskan oleh guru dan tidak membuat tugas yang diberikan oleh guru
sehingga membuat siswa menjadi pasif dalam setiap pembelajaran
sehingga kecerdasan personal siswapun tidak meningkat atau masih
rendah.
B. Identifikasi Masalah
1) Rendahnya kecerdasan interpersonal siswa
2) Bagaimana pengaruh metode tutor sebaya terhadap kecerdasan
interpersonal siswa kelas VIII SMPN 74 Jakarta?
C. Pembatasan Masalah
Bedasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi
pada

pengaruh

metode

tutor

sebaya

terhadap

interpersonal siswa kelas VIII SMPN 74 Jakarta

D. Perumusan Masalah

kecerdasan

Bedasarkan

latar

belakang,

identifikasi

masalah

dan

pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut: Apakah terdapat pengaruh metode tutor sebaya terhadap
kecerdasan interpersonal siswa kelas VIII SMPN 74 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
metode tutor sebaya terhadap kecerdasan interpersonal siswa kelas
VIII SMPN 74 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini akan menjadi pemberian informasi bagi pihak
sekolah

mengenai

gambaran

tingkat

kecerdasan

interpersonal

siswanya
2. Bagi siswa SMP
Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan
personal siswa SMP sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta
mampu bersosialisasi dengan
3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Sebagai masukkan untuk peneliti selanjutnya dalam mengkaji
kecerdasan interpersonal yang dapat dihubungkan dengan variable
lainnya
b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti yang melakukan penelitian
mengenai metode tutor sebaya dan kecerdasan interpersonal.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan tentang Metode Tutor Sebaya
a. Pengetian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani metha yang berarti melewati
atau melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan
atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan pembelajaran adalah bahan pelajaran yang disajikan atau
proses

penyajian

bahan

pelajaran.

Pembelajaran

pada

dasarnya

merupakan interaksi guru dan peserta didik sehingga terjadi perubahan


perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam buku Educational Psychology
dinyatakan bahwa learning is an achieve process that needs to be
stimulated and guided toward desirable outcomes.
Metode

menurut

kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

adalah

pengetahuan tentang tata cara mengerjakan sesuatu atau bahan (Hasan


Alwi, 2008: 673).
Metode

juga

diartikan

sekumpulan

perangkat

tata

cara

melaksanakan suatu aktifitas yang bertujuan untuk menjadwal kegiatan


tersebut berdasarkan urutan kejadian dan skala prioritas (Moeslichatun,
2001: 43).
Metode merupakan tata cara untuk melaksanakan suatu aktifitas,
sehingga aktifitas tersebut berjalan sesuai dengan tahapan yang

ditentukan, yang pada akhirnya tujuan dapat tercapai. Dengan demikian


dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara
atau jalan yang harus dilalui dalam proses penyajian bahan pelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Pengertian Metode Tutor Sebaya


Banyak sekali metode yang dapat digunakan dalam pendidikan,
antara lain metode ceramah, diskusi, eksperimen, demontrasi, resitasi,
sosio drama, keteladanan, pembiasaan, karya wisata, simulasi, diskusi,
latihan (drill), kerja kelompok, metode proyek dan tutor sebaya. Metode
tutor sebaya adalah bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada orang
lain dengan umur yang sebaya. Belajar bersama dalam kelompok dengan
tutor

sebaya

merupakan

salah

satu

ciri

pembelajaran

berbasis

kompetensi, melalui kegiatan berinteraksi dan komunikasi, siswa menjadi


aktif belajar, mereka menjadi efektif. Kerjasama dalam kelompok dengan
tutor sebaya dapat dikaitkan dengan nilai sehingga kerjasama makin
intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya.
Dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar
secara berkelompok dengan tutor sebaya mempunyai tingkat partisipasi
aktif siswa lebih tinggi (Ratno Harsanto, 2007: 43).
Menurut Thomson proses belajar tidak harus berasal dari guru ke
siswa, melainkan dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lainnya.
Bahkan Anita Lie menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (tutor

sebaya) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal ini
disebabkan latar belakang, pengalaman semata) para siswa mirip satu
dengan lainnya dibanding dengan skemata guru (Anita Lie Hidayati, 2004:
7-30).
Menurut Suharsimi Arikunto adakalanya seorang siswa lebih
mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau
kawan yang lain karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk
bertanya, guru dapat meminta bantuan kepada anak-anak yang
menerangkan kepada kawan-kawannya. Pelaksanaan ini disebut tutor
sebaya karena mempunyai usia yang hampir sebaya
Menurut Silbermen Tutor sebaya merupakan salah satu dari
strategi pembelajaran yang berbasis active learning. Beberapa ahli
percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila
peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Mengajar
teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong pada peserta
didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia
menjadi narasumber bagi yang lain. Pembelajaran peer teaching
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar
teman sebaya.
Tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar
siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Inti dari metode
pembelajaran tutor sebaya ini adalah pembelajaran yang pelaksanaannya
dengan membagi kelas dalam kelompok kelompok kecil, yang sumber

belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai
dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran
ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia
memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan
disampaikan
a. Tujuan Metode Tutor Sebaya
Dasar pemikiran tentang tutor sebaya adalah siswa yang pandai
dapat memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan
tersebut dapat dilakukan kepada teman sekelasnya di sekolah dan
kepada teman sekelasnya di luar kelas.
Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya di sekolah,
maka:
1) Beberapa siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik.
2) Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan
dibahasnya.
3) Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar ke
setiap kelompok untuk memberikan bantuannya.
4) Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus.
5) Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai
meminta bantuan kepada guru
6) Guru mengadakan evaluasi.
Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya di luar kelas, maka:
1) Guru menunjukkan siswa yang pandai untuk memimpin kelompok

belajar di luar kelas.


2) Tiap siswa disuruh bergabung dengan siswa yang pandai itu,
sesuai dengan minat, jenis kelamin, jarak tempat tinggal, dan
pemerataan jumlah anggota kelompok.
3) Guru memberi tugas yang harus dikerjakan para siswa di rumah.
4) Pada waktu yang telah ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di
kelas.
5) Kelompok yang berhasil dengan baik diberi penghargaan.
6) Sewaktu-waktu guru berkunjung ke tempat siswa berdiskusi.
7) Tempat diskusi dapat berpindah-pindah (bergilir).
Tujuan penggunaan metode dengan tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1) Dapat mengatasi keterbatasan media atau alat pembelajaran.
2) Dengan adanya kelompok guru bertugas sebagai fasilitator karena
kesulitan yang dihadapi kelompok/siswa dapat diatasi melalui tutor
sebaya yang ditunjuk guru karena kepandaiannya.
3) Dengan kerja kelompok anak yang kesulitan dapat dibantu dengan
tutor sebaya tanpa perasaan takut atau malu.
4) Dapat meningkatkan partisipasi dan kerjasama siswa serta belajar
bertanggung jawab.
5) Dengan belajar kelompok tutor sebaya melatih siswa untuk belajar
bersosialisasi.
6) Menghargai orang lain.
b. Tehnik Pemilihan Metode Tutor Sebaya
Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor, menurut
(Suharsimi Arikunto, 2006) seorang tutor belum tentu siswa yang paling
pandai, yang penting diperhatikan tutor tersebut adalah:

1) Dapat diterima atau disetujui oleh siswa yang mendapat program


perbaikan sehingga sisa tidak mempunyai rasa takut atau enggan
untuk bertanya kepadanya.
2) Dapat menerangkan bahan-bahan materi yang dibutuhkan siswa
yang berkesulitan
3) Tidak tinggi hati atau keras hati terhadap sesama teman.
4) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan kepada temannya.
Hal yang perlu dipersiapkan guru dalam pembelajaran dengan tutor
sebaya menurut Suharsimi Arikunto adalah:
1) Mengadakan latihan bagi para tutor. Latihan dapat dilakukan
dengan dua cara: a) melalui latihan kelompok kecil, dimana yang
mendapat latihan hanya anak-anak yang akan menjadi tutor
sebaya. b) melalui latihan klasikal dimana siswa seluruh kelas
dilatih. Cara kedua ini mempunyai efek positif bagi kelompok siswa
yang akan menerima bimbingan karena melalui latihan ini mereka
akan tahu bagaimana mereka harus bertingkah laku pada waktu
menerima bimbingan. Yang ditekankan pada tutor hanya memimpin
kawan-kawannya agar mereka terlepas dari kesulitan memahami
bahan pelajaran.
2) Menyiapkan petunjuk tertulis. Baik di papan tulis maupun di kertas.
Petunjuk tertulis ini harus jelas serta rinci sehingga setiap siswa
dapat memahami untuk melaksanakan

3) Menetapkan penanggung jawab untuk tiap-tiap kelompok agar


apabila terjadi ketidakberesan guru dengan mudah menegurnya.
4) Apa yang dilakukan oleh guru selama program perbaikan
berlangsung

guru

selalu

memegang

tanggung

jawab

dan

memainkan peran penting


c. Prinsip-Prinsip Metode Tutor Sebaya
Secara umum prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
strategi pembelajaran aktif yang diturunkan dari prinsip belajar adalah:
1) Hal

apapun

yang

mempelajarinya

dipelajari

sendiri

tidak

oleh

murid,

maka

ada

seorangpun

ia

harus

yang

dapat

melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.


2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatan sendiri dan setiap
kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar)
3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
4) Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri,
maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan
mengingat secara lebih baik.
Metode tutor sebaya pada dasarnya menuntut adanya partisipasi
aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Ada
beberapa prinsip belajar dalam metode tutor sebaya yang dapat
menunjang

tumbuhnya

cara

siswa

pembelajaran yang dilakukan, yaitu:

belajar

aktif

dalam

proses

1) Stimulasi belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya
dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal/bahasa,
visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang mungkin membantu
para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama perlu
adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat
pemahamannya. Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan
yang disampaikan guru kepada siswa.
2) Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses
belajar mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan
motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan
pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan
alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti gambar, foto, diagram,
dan lain-lain. Sedangkan motivasi belajar bisa tumbuh dari dua hal, yakni
tumbuh dari dalam dirinya sendiri dan tumbuh dari luar dirinya.
3) Respons yang dipelajari
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa
meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap
informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti
memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru,

menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri


dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.
4) Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar diri
seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa,
ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat
respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila
respons yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai
dengan kebutuhannya.
5) Pemakaian dan pemindahan
Belajar dengan memperluas

pembentukan

asosiasi

dapat

meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah


dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa mendatang. Asosiasi
dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi
kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, member contoh yang jelas,
pemberi latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa,
melakukan dalam situasi yang menyenangkan.
Menurut Melvin L. Silberman (2001) dalam bukunya active learning,
terdapat beberapa metode belajar untuk membantu siswa mendapatkan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap secara aktif antara lain sebagai
berikut:
1) Proses belajar satu kelas penuh; pengajaran yang dipimpin oleh
guru yang menstimulasi seluruh siswa
2) Diskusi kelas; dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama
3) Pengajuan pertanyaan; siswa meminta penjelasan

4) Kegiatan belajar kolaboratif; tugas dikerjakan secara bersama


dalam kelompok kecil
5) Pengajaran oleh teman sekelas; pengajaran yang dilakukan oleh
siswa sendiri
6) Kegiatan belajar mandiri; aktivitas belajar yang dilakukan secara
perorangan
7) Kegiatan belajar aktif; kegiatan yang membantu siswa memahami
perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka
8) Pengembangan ketrampilan; mempelajari dan mempraktikkan
ketrampilan, baik teknis maupun non-teknis.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Prinsip-prinsip diatas
amatlah penting, karena didalamnya terdapat interaksi antara anak didik
dan pendidik dan menerapkan metode tutor sebaya. Pada prinsip
mengaktifkan siswa guru bersikap demokratis, guru memahami dan
menghargai karakter siswanya, guru memahami perbedaan-perbedaan
antara mereka, baik dalam hal minat, bakat, kecerdasan, sikap, maupun
kebiasaan. Sehingga dapat menyesuaikan dalam memberikan pelajaran
sesuai dengan kemampuan siswanya.
d. Langkah-Langkah Metode Tutor Sebaya
Langkah-langkah metode tutor sebaya sebagai berikut:
1) Pilihlah materi dan bagi dalam sub-sub materi
2) Guru membentuk kelompok siswa secara heterogen sebanyak subsub materi. Siswa yang pandai tersebar dalam setiap kelompok dan
bertindak sebagai tutor sebaya.

3) Masing-masing kelompok mempelajari materi itu dengan dipandu


siswa yang pandai.
4) Beri waktu yang cukup untuk persiapan baik di dalam kelas
maupun luar kelas.
5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi
sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru tetap sebagai
narasumber.
6) Berilah kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman
siswa yang perlu diluruskan.
2. Tinjauan tentang Kecerdasan Interpersonal
a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal dapat juga disebut kecerdasan sosial, atau
sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membangun
relasi, menciptakan relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga
kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau saling
menguntungkan. Dua tokoh dari Psikologi intelegensi yang secara tegas
menegaskan adanya sebuah kecerdasan interpersonal ini adalah
Thorndike, dengan menyebutkan sebagai kecerdasan sosial dan Howard
Gardner yang menyebutkan sebagai kecerdasan interpersonal. Baik kata
sosial ataupun interpersonal hanya istilah penyebutannya saja, namun
kedua kata tersebut menjelaskan hal yang sama yaitu kemampuan untuk
menciptakan, membangun dan mempertahankan suatu hubungan antar
pribadi (sosial) yang sehat dan saling menguntungkan.
Dalam buku yang berbeda mendevinisikan, kecerdasan interpersonal
adalah kapasitas untuk memahami maksud, motivasi, dan keinginan

orang lain. Jika seorang remaja memiliki kecerdasan interpersonal yang


berkembang dengan baik maka remaja itu mempunyai kapasitas
mengelola hubungan dengan orang lain dengan aktivitas utama
berkomunikasi, bekerja sama, dan menjalin relasi sosial dengan orang
lain.
Kecerdasan interpersonal ini melibatkan keterampilan untuk bekerja
sama dengan orang lain dan berkomunikasi dengan baik, secara verbal
dan non verba. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini dapat melihat
suasana hati, motivasi, dan tujuan didalam diri orang lain. Kadang-kadang
kita menyebutnya sebagai suatu perasaan yang dapat merasakan
perasaan orang lain. Ini berarti memahami rasa takut, harapan, dan
keyakinan orang lain. Dapat membaca orang lain adalah aspek penting
dari intelegensi sosial.
Gardner (1999), mendefinsikan kecerdasan interpersonal sebagai:
Interpersonal Intellegence is the ability to understand other people : what
motivates them, how they work, how to work cooperatively with them
(Gardner, 1999). Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
seseorang untuk berhubungan dengan orang di sekitarnya, yang meliputi
kemampuan mengerti dan memahami perasaan orang lain, menciptakan
relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga
dapat bekerjasama dalam suatu team yang baik.

Menurut Amstrong

(2005),

kecerdasan

interpersonal

adalah

kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, kecerdasan


interpersonal mencakup kemampuan membaca orang atau menilai orang
lain, kemampuan berteman, dan keterampilan berinteraksi dengan orang
dalam lingkungan baru.
Jadi
memahami

kecerdasan
dan

interpersonal

bekerja

sama

adalah

dengan

orang

kemampuan
lain,

untuk

kecerdasan

interpersonal mencakup kemampuan membaca orang atau menilai orang


lain, kemampuan berteman, dan keterampilan berinteraksi dengan orang
dalam lingkungan baru (Amstrong, 2005).
b. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal
Ciri-ciri

siswa

yang

memiliki

kecerdasan

Interpersonal

menurut

Amstrong (2002) adalah sebagai berikut:


1) Mempunyai banyak teman
2) Banyak bersosialisi di sekolah atau di lingkungan terlibat dalam
kelompok di luar jam sekolah
3) Berperan sebagai penengah keluarga ketika terjadi pertikaian d.
Menikmati permaianan kelompok
4) Berempati besar terhadap perasaan orang lain
5) Dicari sebagai penasihat atau pemecah masalah oleh teman
temannya
6) Menikmati mengajari orang lain
7) Tampak mempunyai bakat memimpin.
Hal ini juga dikemukakan oleh Yuliani Nurani Sujiono (2012), bahwa
karakteristik kecerdasan interpersonal mengacu pada keterampilan

manusia,

dapat

dengan

mudah

membaca,

berkomunikasi,

dan

berinteraksi dengan orang lain. Menurut Amstrong (2003), terdapat


beberapa karakteristik cara belajar anak yang memiliki kecenderungan
kecerdasan interpersonal, sebagai berikut:
1) Cara berpikir anak biasanya dengan cara melemparkan gagasan
kepada orang lain agar dapat belajar secara optimal dikelas dan
dapat menciptakan komunikasi aktif dengan orang lain.
2) Kegemaran anak dalam proses belajar biasanya
pemimpin,

mengorganisasi

kelompoknya,

menjadi

menghubungkan,

menebarkan pengaruh, dan menjadi mediator.


3) Kebutuhan anak yang memliki kecerdasan interpersonal dalam
belajarnya adalah teman-teman, permainan kelompok, pertemuan
4) sosial, perlombaan, peristiwa sosial, perkumpulan, dan penasihat.
Anak terlibat aktif dalam komunikasi dan jarang terlihat menyendiri.
Menurut

Gordon

dan

Huggins-Cooper

(2013),

anak

dengan

kecerdasan interpersonal biasanya menyukai orang lain secara tulus,


memiliki

banyak

teman,

pandai

mengatasi

konflik,

dan

dapat

berkomunikasi dengan anak-anak yang cenderung pemalu. Hal ini senada


dengan yang dikemukakan oleh Campbell (2006) bahwa murid dengan
kemampuan interpersonal yang baik biasanya suka berinteraksi dengan
orang lain, baik dengan mereka yang lebih tua atau lebih muda dan
kadang mereka menonjol sekali dalam kerja kelompok, usaha-usaha
kelompok dan juga proyek kolaboratif.

Williams (2005) menyatakan anak dengan kecerdasan interpersonal


yang kuat lebih suka bekerjasama daripada bekerja sendirian dan
menunjukan keterampilan empati dan komunikasi yang baik diruang kelas,
permainan kelompok, corat-coret dan proyek team dapat mendorong
timbulnya kecerdasan interpersonal.
Menurut Amstrong (2002), terdapat beberapa kriteria anak dengan
kecerdasan interpersonal kurang baik, yaitu
1) Malu bila bertemu dengan orang-orang baru. Hal ini juga terjadi
pada anak-anak yang baru memasuki dunia sekolah, awal tahun
ajaran baru biasanya masih banyak anak yang masih malu
berkenalan atau memulai komunikasi dengan teman baru.
2) Sering kali mengalami kesalahpahaman atau bertengkar dengan
orang lain. Anak biasanya hanya berpikir dari sisi dia sendiri dan
tidak melihat cara berpikir orang lain atau sudut pandang orang lain
sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman.
3) Sering bersikap bermusuhan atau membela diri di depan orang
lain.
4) Mempunyai kesulitan besar untuk berempati dengan orang lain.
Karena anak dengan kriteria seperti ini pada umumnya hanya
memikirkan dirinya sendiri dan acuh dengan kondisi psikologi orang
lain.
5) Mempunyai kesulitan dalam membaca suasana hati, maksud, dan
motivasi dari orang lain.
6) Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak dengan kecerdasan
interpersonal

yang

baik

mempunyai

karakteristik

memiliki

kemampuan berkomunikasi, memiliki banyak teman, pandai


mengatasi konflik, menyukai permaianan kelompok, dan memiliki
empati besar terhadap perasaan orang lain.
3. Hakikat Pembelajaran IPA Terpadu
a. Pengertian Ilmu Pengtahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan
yang berasal dari bahasa Inggris science. IPA adalah suatu kumpulan
teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti
observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin
tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. (Trianto, 2010;136)
Piaget (Sutarno, 2008:8:8) Belajar Sains/IPA merupakan proses
konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa, sehingga di sini
peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi
pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa.
Trianto (2010:141), Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan
di atas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran
IPA antara lain sebagai berikut:
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis
menurut langkah-langkah metode ilmiah.
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan
masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah


baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam
kehidupan.
b. Teori Belajar IPA
Menurut Conant (Depdiknas,2007:35) Sains pengetahuan diartikan
sebagai bangunan atau deretan konsep yang saling berhubungan sebagai
hasil dari eksperimen dan observasi.
Menurut Carin dan Sund (Depdiknas, 2007:35) Sains adalah suatu
sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen
yang terkontrol.
Abruscato (Depdiknas, 2007:35) dalam bukunya yang berjudul
Teaching Children Science mendefinisikan tentang sains sebagai
Pengetahuan diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna
mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta.

c. Tujuan Pembelajaran IPA


Puskur

Balitbang

Depdiknas

(2007,

7),

Menuliskan

bahwa

pembelajaran IPA terpadu dilaksanakan untuk beberapa tujuan yang ingin


dicapai antara lain:

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran


yang disajikan terpisah-pisah dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar memungkinkan adanya

tumpang tindih dan

pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih


banyak, dan membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang
tumpang tindih dan

pengulangan dapat dipadukan, maka

pembelajaran akan lebih efektif dan efisien;


2) Meningkatkan minat dan motivasi. Pembelajaran IPA Terpadu dapat
mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal,
menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan
antar konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat
dalam tema tersebut. Model pembelajaran terpadu sesuai dengan
kehidupan sehari-hari dapat menggiring peserta didik untuk berpikir
lebih luas dan mendalam, sehingga dapat menangkap dan
memahami hubungan konseptual yang disajikan guru
3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus. Model
pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga,
sarana serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi
dasar dapat diajarkan sekaligus. Pembelajaran terpadu juga
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi
karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar
kompetensi, kompetensi dasar dan langkah pembelajaran yang
dipandang memiliki kesamaan dan keterkaitan.

B. Penelitian Yang Relevan

Yuliana Ika Irma Yusnita dalam penelitiannya yang berjudul Upaya


Meningkatkan

Minat

Belajar

Matematika

Siswa

Melalui

Model

PembelajranTutor Sebaya Dalam Kelompok Kecil Siswa Kelas VIII D SMP


Negeri 4 Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian Didapat hasil penelitian,
sebagai berikut. (1) Pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil yang dapat
meningkatkan minat belajar matematika, (2) Berdasarkan hasil analisis,
ada peningkatan minat belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran
matematika

dengan

model

tutor

sebaya

dalam

kelompok

kecil.

Peningkatan minat ini juga dapat dilihat dari: (a) peningkatan persentase
hasil isian angket untuk mengukur minat belajar siswa, yaitu rata-rata
persentase minat belajar siswa pada pra tindakan sebesar 66,9% dengan
kategori cukup, dan pada akhir tindakan sebesar 76% dengan kategori
baik, (b) hasil observasi minat belajar siswa mengalami peningkatan dari
39,39% pada siklus I menjadi 55,51% pada siklus II, (c) berdasarkan
wawancara dengan guru dan siswa, dapat disimpulkan bahwa minat
belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran tutor
sebaya dalam kelompok kecil.
Utama Alan Deta, dkk [5] dengan judul penelitian Penerapan Teori
Multiple Intelligences dalam Pembelajaran Fisika SMP Kelas VIII
Semester 2 Bab Bunyi menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan teori Multiple Intelligences dapat meningkatkan
hasil belajar serta respon siswa terhadap pembelajaran. Dengan

demikian,

kharakteristik

kecerdasan

siswa

sangat

penting

dalam

menujang proses belajar mengajar. Siswa yang diajar dengan model


pembelajaran yang sesuai kharakteristik siswa tentu akan memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran dengan model
tertentu tanpa memperhatikan kharakteristik siswa.
C. Kerangka Berpikir
Kecerdasan

interpersonal

dapat

diartikan

sebagai

kemampuan

seseorang untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain secara


harmonis. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi
cenderung disukai oleh teman, orang-orang di sekitarnya bahkan di
kehidupan sosial-masyarakat. Ia pandai bergaul, mampu berempati
secara baik, mampu memahami suasana hati orang lain dan mampu
menjalin komunikasi dengan baik.
Tutor sebaya sebagai salah satu metode pembelajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Melalui
tutor sebaya ini, siswa dituntut untuk berani mengeluarkan pendapatnya
sebagai tutor, menghargai pendapat siswa lain dimana siswa yang diberi
tutor oleh temannya, saling bekerja sama, dan aktif bertanya kepada
temannya tanpa rasa canggung dan malu serta menjalin interaksi posititif
antara siswa satu dengan siswa lain.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMP yang
mengkaji tentang makhluk hidup dan proses kehidupan dan materi yang

sifatnyan sangat berperan dalam membantu siswa untuk memahami


fenomena alam. Ilmu pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah
yang mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan cirri:
objectif, metodik, sistematis, universal dan tentative. Melalui mata
pelajaran IPA, siswa diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi siswa
dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Sesuai dengan karakteristik siswa dan IPA SMP, metode pembelajaran
yang kurang tepat akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan
menjadikan IPA sebagai pelajaran hafalan yang membosankan. Guru
selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang
bervariasi sehingga siswa dapat diikutsertakan dalam aktivitas akademik.
Tutor Sebaya sebagai salah satu metode pembelajaran mengajak
siswa untuk berpikir kritis dan berperan aktif dalam pembelajaran melalui
interaksi dengan teman yang belum atau tidak mengerti materi IPA yang
telah diajarkan oleh guru sehingga kecerdasan personal siswa masih
belum bisa ditingkatkan. Interaksi-interaksi tersebut yang akan berperan
untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.
Kemampuan awal

Kecerdasan Interpersonal
siswa kurang optimal

Tindakan

Metode
Pembelajaran Tutor
Sebaya

Hasil

Kecerdasan
Interpersonal siswa

meningkat
meningkat

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan yaitu
dengan menggunakan metode tutor sebaya mampu meningkatkan
kecerdasan interpersonal siswa kelas VII SMPdalam mata pelajaran
IPA

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Operasional Penelitian
Tujuan operasional penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh
metode

pembelajaran

tutor

sebaya

atau

peer

tutoring

terhadap

kecerdasan interpersonal, kemudian menganalisis kekuatan pengaruh

metode pembelajaran tutor sebaya terhadap kecerdasan interpersonal


siswa SMP pada mata pelajaran IPA.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 27 Jakarta pada bulan
Oktober November 2016.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
korelasional dengan variabel bebas adalah tutor sebaya (peer tutoring) (X)
dan variabel terikat adalah kecerdasan interpersonal (Y).
D. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
rxy
Keterangan:
Y
X : MetodeXTutor Sebaya
Y : Kecerdasan Interpersonal siswa kelas VIII SMP
rxy: Korelasi antara variabel X dengan variabel Y
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling, yaitu pada dengan
jumlah total xx siswa, dengan menggunakan rumus Slovin sampel yang
digunakan sebanyak xx mahasiswa dan diambil secara Simple Random
Sampling. Setelah menentukan ukuran sampel keseluruhan, selanjutnya
menentukan jumlah sampel tiap kelas dengan menggunakan rumus
alokasi proporsional.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengambil data dengan menggunakan instrumen tes objektif tertulis
untuk mengetahui.

2. Mengambil

data

dengan

mengetahui
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tutor Sebaya
a. Definisi Konseptual
.
b. Definisi Operasional

menggunakan

opinioner

untuk

Anda mungkin juga menyukai