Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
Pembimbing :
1. dr. Indra Ihsan Sp.A M. Biomed
2. dr. Amirah Zatil Izzah Sp.A M.Biomed
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
By
ABSTRACT
Septic shock is a common pediatric emergency with high mortality rate. The
purpose of this study was to determine the clinical profile and outcome of septic
shock in pediatric patients treated at PICU of DR. M. Djamil Padang State General
Hospital. This descriptive study used data from medical records, conducted in
Medical Record Department of DR. M. Djamil Padang State General Hospital. The
target population was pediatric patients which was diagnosed with septic shock in
PICU through 2015 - 2017. Samples were collected by total sampling technique.
During following study of ninety-one patients septic and fourty-eight having
septic shock. Children having the septic shock were commonly under one year of
age, female, low nutritional status, having central neuron system infection of
Klebsiella sp., having less then two organs dysfunctions with clinical
manifestations of hyperthermia, tachycardia and tachypneu. Hematological profile
found that patient commonly had anaemia, leukocytosis, thrombocytopenia and
normal I/T ratio. Shock septic outcomes were found high mortality rate, almost
some patient use a ventilator, high inotropic usage and length of stay in living
patients compared to dead.
The study concluded that prevalence septic shock pediatric still high with
higher mortality and also morbidity.
Oleh
ABSTRAK
Sampul Depan
Sampul Dalam i
Pernyataan Orisinalitas ii
Persetujuan Skripsi iii
Pengesahan Penguji iv
Kata pengantar v
Abstract vii
Abstrak viii
Daftar isi ix
Daftar tabel xii
Daftar gambar xiii
Daftar singkatan xiv
Daftar lampiran xvi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan penelitian 2
1.3.1 Tujuan umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 3
1.4 Manfaat penelitian 3
1.4.1 Bagi peneliti 3
1.4.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan 3
1.4.3 Bagi institusi pendidikan 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Profil syok sepsis pada Anak 4
2.1.1. Definisi 4
2.1.2. Epidemiologi 4
2.1.3. Etiologi 6
2.1.4. Patofisiologi 8
2.1.5. Manifestasi klinis 10
Halam
an
Tabel 2.1 : Epidemiologi sepsis pediatrik dalam studi 5
multisenter di negara maju sejak 2003.
Tabel 2.2 : Kriteria status gizi. 6
Tabel 2.3 : Mikroorganisme patogen penyebab sepsis. 7
Tabel 2.4 : Denyut jantung dan frekuensi napas anak normal 11
dibagi sesuai usia.
Tabel 2.5 : Hasil laboratorium normal pada anak 13
Tabel 2.6 : Skor PELOD 15
Tabel 4.1 : Karakteristik umum syok sepsis anak. 25
Tabel 4.2 : Karakteristik sumber infeksi dan hasil kultur syok 26
sepsis anak.
Tabel 4.3 : Karakteristik manifestasi klinis dan hasil 27
laboratorium syok sepsis anak.
Tabel 4.4 : Luaran syok sepsis anak. 28
Tabel 4.5 : Lama rawatan syok sepsis pada anak. 28
Halam
an
Gambar 2.1 : Patofisiologi Sepsis 9
TF = Tissue Factor
Halam
an
Lampiran 1 : Ethical clearance 38
Lampiran 2 : Jadwal kegiatan skirpsi 40
Lampiran 3 : Anggaran biaya skripsi 40
Lampiran 4 : Master tabel kelompok syok sepsis anak 41
PENDAHULUAN
Syok pada anak secara umum merupakan salah satu kegawatdaruratan yang
sering terjadi di rumah sakit dan menimbulkan angka mortalitas yang tinggi. Kasus
syok sepsis diperkirakan mencapai lebih dari dari satu juta kasus syok sepsis di
dunia. Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian syok sepsis
pada anak tahun 2015 adalah lebih dari 400.000 kasus di dunia.2 Prevalensi syok
(2)
sepsis di rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2016 adalah 19,2% dari
504 anak yang dirawat.3 Data pada tahun 2010-2015 di RSUP Prof. Dr. R. D.
(3)
Kandau Manado ditemukan sebanyak 146 anak didiagnosis syok sepsis dengan
54,8% berusia < 1 tahun dan 3,4% berusia > 10 tahun dengan angka mortalitas
sebesar 54%.4,5 (4), (5)
Penyebab infeksi pada syok sepsis dapat berasal dari bakteri virus dan jamur
dengan kasus tersering adalah infeksi primer paru-paru, selaput otak, saluan kemih
kulit dan abdomen. Kondisi klinis tersebut sering ditemui pada ruang rawat intensif
anak. Pasien anak-anak yang diketahui mengalami kondisi immunocompromised
dan malignasi cenderung mengalami infeksi akibat jamur seperti candida dan
Aspergillus. 3,6 (3), (6)
Profil klinis pasien anak dengan syok sepsis di RSUP Dr M.Djamil Padang
belum diketahui sehingga penelitian ini akan membantu rumah sakit dalam
mendapatkan data tersebut. Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik
menganalisis profil klinis pasien anak dengan syok sepsis dirawat di Pediatric
Intensive Care Unit RSUP Dr M. Djamil Padang dan luarannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Angka kejadian syok sepsis pada pasien anak yang dirawat di PICU pada
tahun 2002 di Amerika Serikat mencapai lebih dari 42.000 kasus pertahunnya
dengan angka mortalitas sebesar 10,3%. Umur rerata anak yang mengalami sepsis
adalah usia 1-4 tahun dengan prevalensi lebih besar pada anak laki-laki
dibandingkan perempuan.15 Penelitian Sehgal dkk pada tahun 2006-2012
menemukan bahwa lebih dari 8 juta kasus sepsis di Amerika Serikat dengan angka
mortalitas akibat sepsis pada tahun 2012 adalah sebesar 12.88 %.,16(15) , (16)
Syok sepsis lebih sering terjadi pada anak dengan komorbiditas yang
mengakibatkan penurunan sistem imunitas seperti keganasan, transplantasi,
penyakit respirasi kronis dan defek jantung bawaan. Prevalensi pasien sepsis di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebesar 19,3% dari 502 pasien mengalami
sepsis dengan angka mortalitas 54% dan insidensinya lebih tinggi pada neonatus
usia <1 tahun (9,7% kasus per 1000 anak) dibandingkan dengan anak usia >1-18
tahun (0,23% kasus per 1000 anak). 3(3)
Kondisi gizi pada pasien syok sepsis anak sangat mempengaruhi kerentanan
pasien terhadap penyakit. Pasien dengan gizi buruk akan lebih rentan terkena
infeksi yang berujung pada sepsis, sedangkan kondisi sepsis sendiri akan
menyebabkan terjadi penurunan napsu makan yang berpengaruh pada kondisi gizi
pasien tersebut. Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2007 prevalensi gizi
buruk pada balita di indonesia adalah 5.4% dan gizi kurang sebesar 13 %. Sebanyak
19 provinsi di Indonesia termasuk Sumatera Barat mempunyai prevalensi gizi
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi. Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering. Jamur, virus, atau parasit dapat
juga menyebabkan infeksi.5 Respon imun terhadap agen infeksi dapat menyebabkan
(5)
syok septik bila berlanjut lama dan tidak ditangani. Organ tersering yang
merupakan infeksi primer adalah paru-paru, otak, saluran kemih, kulit, dan
abdomen. Faktor risiko terjadinya sepsis antara lain usia sangat muda, kelemahan
sistem imun seperti pada pasien keganasan dan diabetes melitus, trauma, atau luka
bakar mayor. Mikroorganisme patogen penyebab sepsis, sangat tergantung pada
usia dan respon tubuh terhadap infeksi itu sendiri.19 (19)
Supit dkk dalam penelitiannya di Rumah sakit Kandau Manado tahun 2010-
2015 menyatakan bahwa dari 21 anak yang dilakukan pemeriksaan kultur darah, 9
anak dinyatakan positif dengan mikroorganisme yang paling sering muncul adalah
adalah Citrobacter difersus, Staphylococcus aureus dan Enterobacter aerogenes.
Bakteri gram negatif merupakan organisme paling sering menyebabkan sepsis pada
anak sedangkan bakteri gram positif baru mulai terjadi peningkatan.4(4)
Staphylococcus Pseudomonas
aureus aeruginosa, Klebsiella,
E.coli, Acinetobacter
Sp
Streptokokus grup A
Haemophilus
influenzae tipe B
Bordetella pertussis
1. Demam (suhu inti >37,5°C atau suhu aksila >37,9°C) atau hipotermia
(suhu inti <36.5°C).
2. Takikardia (peningkatan denyut jantung sesuai usia tanpa adanya
stimulus eksternal, obat kronis, atau nyeri; atau peningkatan denyut
jantung yang tidak dapat dijelaskan lebih dari 0,5 sampai 4 jam).
3. Bradikardia (penurunan denyut jantung sesuai usia tanpa adanya
stimulus vagal eksternal, beta-blocker, atau penyakit jantung
Tabel 2.4 Denyut jantung dan frekuensi napas anak normal dibagi sesuai usia.3 (3)
Pasien syok sepsis di RSCM sebanyak 80% mengalami distres napas, 64%
anak mengalami letargi / perubahan status mental, 43% mengalami instabilitas
suhu, 13,7% mengalami intoleransi minum. Gejala lainnya seperti ikterus, kejang
dan gejala lainnya kurang dari 10%. Kumpulan gejala tersebut merupakan tanda
bahwa tubuh mengalami proses inflamasi disebabkan oleh mikroorganisme
penyebab infeksi. 5(5)
1. Jumlah lekosit dan hitung jenis lekosit untuk menilai adanya lekositosis
atau leukopenia, neutropenia, peningkatan rasio netrofil imatur/total
lebih dari 0,2.
2. Peningkatan protein fase akut (C-reactive protein), peningkatan IgM
3. Ditemukan kuman pada pemeriksaan kultul dan pewarnaan gram pada
sampel darah, urin dan cairan serebrospinal serta dilakukan uji
kepekaan kuman
4. Analisis gas darah : hipoksia, asidosis, metabolik, asidosis laktat
5. Pada pemeriksaan serebrospinal ditemukan peningkatan jumlah leukosit
terutama PMN, jumlah leukosit >20/ml (untuk umur kurang dari 7 hari)
Penelitian ini melihat hasil laboratorium dan hasil kultur darah. Hasil
laboratorium yang dilihat adalah hemoglobin (HB), leukosit, trombosit dan IT rasio.
Jumlah leukosit, trombosit dan I/T ratio menentukan kecurigaan sepsis atau tidak.
Sedangkan hasil kultur yang dilihat adalah pemeriksaan mikrobiologi dari kultur
darah dan urin.26,27 (26), (27)
Usia HB Leukosit
0-30 hari 15 -24 g/dL 9.100 -34.000 mm3
1-23 bulan 10.5 -14 g/dL 6.000-14.000mm3
2-9 tahun 11.5-14.5 g/dL 4.000-12.000 mm3
10 – 18 tahun 12.5 – 16.1 g/dL 4.000 – 10.500 mm3
Sumber : Nelson textbook of pediatrics
Pada trombosit usia 0-7 hari normalnya adalah 84.000-478.000 mm3 dan
usia >7 – 18 tahun 150.000-400.000mm3. IT ratio normal 0.15-0.2.13 (13)
Perbedaan target organ yang terkena pada tubuh pasien akan menyebabkan
perbedaan gambaran klinis sehingga akan sedikit sulit membedakan gejala klinis
dari sepsis itu sendiri atau gejala klinis dari kerusakan organ sekitar. Anak yang
mengalami sepsis dapat mengalami disfungsi organ lebih dari 1 organ tergantung
2.2.2 Mortalitas
Data WHO tahun 2000 menunjukan >500.000 kematian pertahun pada anak
usia 0-4 tahun dan meningkat setiap tahunnya. Tahun 2015 terjadi penurunan angka
kematian sebanyak 400.000 kematian pertahun. Penurunan angka kematian
didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu
penurunan angka kematian akibat sepsis. WHO menyatakan bahwa pada tahun
2015 lebih dari 1.000.000 kasus sepsis pada anak dan sebanyak 40% mengalami
kematian dan sebanyak 60% masih hidup dengan penanganan yang baik. Data
terbaru 2016 terjadi penurunan angka kematian menjadi 390.000.
Mortalitas sepsis neonatorum di RSCM tahun 2008 sebanyak 48%.5 Tahun (5)
2016 dalam buku konsensus IDAI angka mortalistas sebanyak 54%. Beberapa
faktor yang berperan terhadap mortalitas sepsis meliputi faktor penjamu,
mikroorganisme penyebab dan tatalaksana yang diberikan. Status imun penjamu
menjadi merupakan faktor penting untuk menentukan luaran sepsis respon penjamu
terhadap sepsis tergantung dari kematangan imunitas itu sendiri. Pada tahap
perkembangan pada usia anak-anak perkembangan imun belum matang dan
kemampuan untuk melawan patogen belum maksimal. Imunodefisiensi sering juga
ditemukan pada kondisi malnutrisi, penyakit kronis, luka bakar, atau penyakit
keganasan. Malnutrisi terutama gizi buruk paling sering ditemukan pada kasus
sepsis. Survei di PICU RSCM melaporkan angka kejadian malnutrisi berkisar
10%-24% dengan insiden infeksi dan mortalitas yang tinggi. Komplikasi malnutrisi
pada anak dengan sepsis dapat mengenai seluruh sistem seperti menurunkan respon
imun, atrofi, dan mempermudah perpindahan bakteri saluran cerna akibat
peningkatan pemiebilitas barier intestinal. Pada akhirnya anak akan lama
mengalami penyembuhan luka, infeksi lain, reinfeksi, dan meningkatkan angka
kematian.3,33 (3) (33)
dkk menyatakan bahwa dobutamin merupakan Early Goal Directed Therapy jika
Sumber infeksi:
Infeksi bakteri, Usia
- Infeksi Paru
- Infeksi Selaput virus dan jamur
Otak
- Infeksi saluran
cerna Reaksi Jenis kelamin
-Dll imunologik
Efek sistemik
Lama rawatan
Antibiotik
Inotropik
Ventilator
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah semua pasien anak dengan diagnosis syok sepsis
di RSUP DR. M. Djamil Padang dipilih dengan teknik total sampling yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Ekskusi
1. Kriteria inklusi: Semua pasien anak yang didiagnosis / menderita syok
sepsis di RSUP Dr.M.Djamil Padang.
2. Kriteria eksklusi: Data rekam medik yang tidak lengkap sehubungan
dengan data pasien yang akan diteliti.
3.4 Definisi Operasional
1. Syok sepsis
- Definisi : Adanya infeksi (dicurigai atau terbukti) bersamaan
gangguan sistemik dan disfungsi organ.24 (24)
- Alat Ukur : Rekam medik
- Cara Ukur : Kriteria SIRS dan syok.
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Manifestasi klinis
2-4 organ
>4 organ
Data yang sudah didapatkan kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tabel 4.1 angka syok sepsis pada anak terbanyak yang dirawat
di PICU RSUP M.Djamil Padang adalah kelompok usia kurang dari 1 tahun, gizi
kurang, perbandingan antara laki-laki dan perempuan hampir sama.
Berdasarkan tabel 4.2.1 sumber infeksi yang sering muncul pada pasien
syok sepsis anak adalah SSP (meningitis dan ensefalitis) sebanyak 43.8 % di ikuti
oleh paru (bronkopnemonia, pneunomonia, aspirasi pneumonia) sebanyak 37.5 %.
Tabel 4.4 menyatakan angka mortalitas syok sepsis yang dirawat sebanyak
87.5 %, dengan 39.6 % menggunakan ventilator dan 81.3 % mengunakan inotropik.
Tabel 4.5 menyatakan rerata lama rawat pasien syok sepsis yang bertahan
hidup adalah kurang lebih 14 hari.
PEMBAHASAN
Pedro dkk dan Watson dkk mendapatkan perbandingan prevalensi syok sepsis pada
laki-laki dan perempuan adalah 1,1:1.15,19 Dalam buku konsensus dan tatalaksana
sepsis pada anak yang dikeluarkan IDAI dinyatakan bahwa insiden sepsis lebih tinggi
pada kelompok neonatus dan bayi kurang dari 1 tahun dibandingkan dengan usia di
atas 1-18 tahun (9,7 berbanding 0,23 kasus per 1000 anak) dengan penyebab
terseringnya adalah imaturitas sistem imun dan penyakit komorbid lainnya seperti
keganasan, penyakit respirasi kronis dan defek jantung bawaan.3,40,41,42 (3) (40) (4) (16)
(41) (42) (19)
(15)
Syok sepsis lebih sering ditemukan pada anak dengan gizi kurang (39.6%).
Hasil yang sama ditemukan pada penelitian oleh Baranwal dkk sebanyak 49%. Gizi
kurang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh pada anak sehingga rentan untuk
terjadinya infeksi. Respon inflamasi pada infeksi melepaskan mediator-mediator
inflamasi yang dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, peningkatan katabolisme
skeletal dan penghambatan kemampuan tubuh untuk menyimpan energi.18,43 (18) (43)
5.2 Sumber Infeksi dan Hasil Kultur Syok Sepsis
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sumber infeksi syok sepsis pada anak
di PICU RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015-2017 paling sering melalui infeksi
SSP sebanyak 43,8% dan infeksi paru sebanyak 37,5%. Penelitian serupa oleh Pedro
dkk di Brazil mendapatkan angka infeksi Sistem Saraf Pusat dan Paru sebesar 32% dan
14%.19 Vergano dkk menyatakan bahwa infeksi Sistem Saraf Pusat dan Paru dapat
(19)
menyebabkan sepsis hingga kematian. Angka kematian akibat infeksi SSP dan paru di
negara berkembang adalah 33-48%. Studi WHO di Gambia, Ethiopia, Filipina, dan
Papua New Guinea menemukan infeksi tersering pada bayi dibawah 1 minggu adalah
SSP dan paru.44 (44)
Hasil kultur positif yang didapatkan adalah 14 sampel dengan 34 sampel steril.
Mayoritas dari hasil kultur darah yang ditemukan adalah Klebsiella pneumoniae
(28.6%). Penelitian oleh Dewi dkk, Ghoutaslau dkk di Iran dan Atmaram dkk
menemukan hasil yang sama.21,45,46 Port d’entry paling sering adalah melalui aspirasi,
inhalasi, hematogenik, dan penyebaran langsung, dengan kolonisasi pasien oleh isolat
patogen (eksogen atau endogen). Transmisi isolat eksogen dapat berasal dari petugas
rumah sakit yang terkontaminasi, pasien yang berada di ICU dalam kondisi sakit berat
atau immunocompromised. Transmisi endogen dapat berasal dari flora kulit, orofaring,
saluran pencernaan, dan lain-lain.46 (46) (21)
Penelitian ini mendapatkan bahwa angka mortalitas syok sepsis di PICU RSUP
Dr. M. Djamil Padang tahun 2015-2017 sebanyak 87.5% dengan penggunaan ventilator
sebanyak 39.6% dan penggunaan inotropik sebanyak 81.3%. Hal ini sejalan dengan
penelitian Kurade dkk yang menyatakan bahwa penggunaan inotropik sebesar 97%,
penggunaan ventilator sebesar 88% dan mortalitas sebesar 60.4%.39 (39)Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian oleh Saptadi dkk menyatakan bahwa angka mortalitas syok
sepsis anak didapatkan sebanyak 60%, penggunaan ventilator sebanyak 46.5%, dan
pengunaan inotropik sebanyak 85%.48 Jumah dkk menyatakan bahwa biakan darah
positif untuk Klebsiella spp adalah salah satu faktor yang dapat memprediksi kematian
sepsis pada neonatus.49(49)Faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat kematangan
sistem imunitas yang menjadi permasalahan pada anak usia kurang dari satu tahun.33
Pengunaan ventilator dan inotropik diindikasikan pada pasien yang mengalami gagal
(33)
Length of stay (LOS) pada penelitian ini didapatkan rata-rata 14 hari (min-max,
2-29hari) pada pasien yang hidup sedangkan LOS pasien yang meninggal rata-rata 5
hari (min-max, 1-20 hari). Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian di Rumah
Sakit Sadjito Yogyakarta bahwa LOS pasien yang bertahan hidup lebih lama
dibandingkan yang tidak bertahan hidup.50 Haque dkk mendapatkan bahwa LOS
(50)
pasien yang lebih dari 7 hari sebanyak 45.1% .51 Lama rawatan ini dipengaruhi oleh
(51)
komorbid dan faktor risiko lainnya seperti disfungsi organ yang dapat meningkatkan
LOS.30 (30)
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Prevanlensi syok sepsis pada pasien anak yang dirawat di PICU RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2015 – 2017 sebanyak 52.7%.
2. Prevalensi syok sepsis hampir sama antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan, lebih sering pada anak usia kurang satu tahun dan gizi kurang.
3. Etiologi syok sepsis pada pasien anak yang terbanyak adalah Klebsiella
pneumonia.
4. Manifestasi klinis dan penunjang yang sering ditemukan adalah takikardi,
takipneu,hipertermia, anemia, leukositosis dan trombositopenia.
5. Angka mortalitas tinggi, Length of stay yang bertahan hidup lebih panjang,
hampir sebagian pasien mengunakan ventilator dan hampir seluruh pasien
mengunakan inotropik.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sepsis dan syok septik. Dalam: Soedarmo S, Gama
H, Hadinegoro S, Satari H. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2008; 358-362.
2. WHO(2015). Sepsis and Other Infectious Condition of the Newborn. Global health
Observatory data repository. www.who.int/gho/ data/ view.main.CM1002015WO
RLD-CH12.- Diakses Januari 2018
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Diagnosis dan Tatalaksana Sepsis pada
Anak. Rezeki S, Chairulfatah A, Latief A, Pujiadi A, Fachrina R, Alam A, editors.
Jakarta; 2016.
4. Supit P, Mandei J, Rampengan N. Profil Anak dengan Sepsis dan Syok Sepsis
yang dilakukan Kultur Darah Periode Januari 2010 – Juni 2015 di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic. 2016; 4.
12. Dorland. Kamus saku kedokteran dorland edisi 28. 28th ed. Hartanto Y, NIrmala
W, Ardy , Setiono S, Dharmawan D, Yoavita , et al., editors. Jakarta: EGC; 2008.
19. Pedro T, Morcilo A, Baracat E. Etiology and prognostic factors of sepsis among
children and adolescents admitted to the intensive care unit. Brazil: Universidade
Estadual de Campinas, Departamento de Pediatria. 2015.
20. Pawar A, Raut A, Kalrao V, jacob J, Godha I, Thomas R. Etiology and Clinical
Outcomes of Neonatal and Pediatric Sepsis. Arch Pediatr Infect Dis. 2016; 4.
21. Dewi R. Sepsis pada Anak:Pola Kuman dan Uji Kepekaan. Maj Kedokt Indon.
2011; 61.
23. Pusponegoro TS. Sepsis pada Neonatus (Sepsis Neonatal). Sari pediatri. 2000; 2:
p. 96-102.
25. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sepsis neonatal. In Pudjiadi A, Hegar B, Handry
A, Idris N, Gandaputra E, Harmoniati E, editors. Pedoman pelayanan medis.
Jakarta; 2009. p. 263-73.
27. Wulansari D, suryanto. Correlation between I/T ratio and leukocyte count in
neonatal sepsis. MMJKK. 2017; 1.
28. Dewi R. Penggunaan antibiotik secara luas saat rawat jalan, peningkatan
penggunaan NICU dan PICU, Sepsis pada Anak: Pola Kuman dan Uji Kepekaan.
Maj Kedokt Indon. 2011; 61.
29. Wartawan I. Analisis Lama Hari Rawat Pasien yang menjalani pembedahan di
ruang rawat inap bedah kelas III RSUP Sanglah Denpasar tahun 2011 [tesis].
Universitas indonesia. 2012.
32. Zaoutis T, Argon J, chu J, Berlin J, Walsh T, Feudtner C. The Epidemiology and
Attributable Outcomes of Candidemia in Adults and Children Hospitalized in the
United States: A Propensity Analysis. CID. 2005; 41: p. 1232–9.
33. Saraswati DD, Pudjiadi AH, Djer MM, Supriatno B, Syarif DR, Kurniati N. Faktor
risiko yang berperan pada mortalitas sepsis. Sari pediatri. 2014; 15.
36. Widyanti A, Hartawan B, Suparyatha I. Early goal directed theraphy pada syok
septik. MEDICINA. 2012; 43: p. 108-13.
39. Kurade A, Dhanawade S. Clinical Profile and Outcome of Septic shock in Children
Admitted to a Tertiary Care Referral Hospital. International Journal of Pediatric
Research. 2016; 3.
40. Watson RS, Carcillo JA. Scope and epidemiology of pediatric sepsis. Pediatr Crit
Care Med. 2005; 6.
41. Gianoni E, Guignard L, Reymond MK, Perreau M, Kleiner MR, Calandra T, et al.
Estradiol and progesterone strongly inhibit the innate immune response of
mononuclear cells in newborns. American Society for Microbiology. 2011; 79.
42. Barrow RE, Przkora R, Hawkins HK, Barrow LN, Jeschke MG, Herndon DN.
MORTALITY RELATED TO GENDER, AGE, SEPSIS, AND ETHNICITY IN
SEVERELY BURNED CHILDREN. Rapid Communication. 2005: p. 485–487.
46. Adisasmito AW, Hadinegoro SR. Infeksi bakteri gram negatif di ICU anak:
epidemiologi, managemen antibiotik dan pencegahan. Sari Pediatri. 2004; 6.
47. Benamer HM, Alsaiti A, Boffaraj M, Abud H, Tip R. Diagnosis, Management and
Outcome of Sepsis at Benghazi Children Hospital. Pediat Therapeut. 2015; 5.
49. Jumah DS, Hassan MK. Predictor of mortality outcome in neonatal sepsis. The
Medical Journal of Basrah. 2007; 25: p. 11-8.
51. Haque A, Siddiqui N, Jafri S, Hoda M, Bano S, Mian A. Clinical Profiles and
Outcomes of Children Admitted to the Pediatric Intensive Care Unit from the
Emergency Department. Journal of the College of Physicians and Surgeons. 2015;
25: p. 301-303.
Lampiran 1. Ethical Clearance
Lampiran 3. Jadwal kegiatan skirpsi
ANGGARAN BIAYA
BIAYA
NO KEGIATAN
(Rp)
1 PENGAMBILAN DATA Rp. 750.000,-
2 UJIAN ETIK RUMAH SAKIT Rp. 250.000,-
3 FOTOCOPY, PRINT Rp. 100.000,-
TOTAL BIAYA Rp 1.150.000,-
Lampiran 4. Master tabel kelompok syok sepsis anak
Usia Hasil kultur
No nama JK Sumber infeksi
(tahun) Darah Urin LCS Feses
1 CD 12 P Meningitis
2 AY <1 p Diare - - - -
3 GV <1 L Meningitis - - -
Pendarahan
- - - -
4 HI <1 L saluran cerna
5 HD <1 P TB paru - - - -
6 AY 4 P Meningitis - - - -
7 RF 2 L Kandidiasis - - - -
8 NV 9 P Tb paru - - - -
9 RT 7 P Encepalitis - - - -
10 NF <1 P Diare - - - -
11 SH 6 P Meningitis - - - Klebsiela p
12 ZH <1 L Tb paru - - - -
13 PN <1 P Bronkoiolitis - - - -
Dengue
- - - -
14 MF 11 L encepalitis
15 IS 14 L Encepalitis - - - -
16 DZ <1 L Pneumonia - - - -
17 AF <1 P Meningitis tb S.aureus Streril - -
18 KA <1 P Diare - - - -
19 AA <1 L Bronkopneumoni - Steril - Klebsiela p
20 DS <1 P Bronkopneumoni S.pneunomoni - - -
21 AV 13 P Pneumoni Steril Steril - -
22 MT 9 L Pneunomoni S.pneumoni - - -
Klebsiela.
Meningitis Steril - -
23 GA <1 P Pneumoni
24 AS <1 L Pneumoni - - - -
25 ZA 8 P Abses serebri Steril Steril - -
26 EW <1 L Kandidiasis - - - -
27 DS <1 L Pneumoni Candida sp Steril - -
28 DF <1 P Bronkopneumoni Klebsiela. P Steril - -
29 ER <1 L Encepalitis S.aureus Steril - -
N.
Meningitis - - -
30 AG <1 P Menigitides
N.
Encepalitis - - -
31 AY 4 P Menigitides
32 HK 2 P Meningitis - - -
N.
Meningitis - - -
33 RN <1 P Menigitides
Tipoid encepalitis - - -
34 SE 14 P
35 NA 3 P Pneunomoni - - -
36 MN 7 L Pneunomoni S. Aureus - -
37 AP 3 P Bronkopneumoni S.pneumoni - -
38 AN 5 P Leukemia akut - - -
39 RA 3 L Encepalitis - - -
40 GA <1 L Bronkoprnumoni - - -
41 MA 3 L Meningitis - - -
Pendarahan intra
- - -
42 DT <1 L kranial
43 AR <1 L Bronkopneumoni - - -
44 FF 6 L Meningitis - - -
45 AL <1 L Bronkopneumoni - - -
46 RA 4 L Encepalitis - - -
47 DM <1 P Encepalitis - - -
48 SH 3 P Gizi buruk - - -
No Manifestasi klinis
N Hipertermi Hipotermi N Takikardi Bradikardi N Takipneu Bradipneu
10 N Takikardi Takipneu
11 N Takikardi N
12 N Takikardi Takipneu
13 Hipertermia Takikardi Takipneu
14 N Takikardi Takipneu
20 N Takikardi Takipneu
21 N Takikardi Takipneu
26 N N N
27 hipotermia bradikardi Bradipneu
28 hipotermia bradikardi Bradipneu
29 Hipertermia Takikardi Takipneu
30 N Takikardi N
31 Hipertermia Takikardi Bradipneu
32 hipotermia Takikardi Bradipneu
33 Hipertermia Takikardi N
34 N Takikardi N
35 Hipertermia Takikardi N
36 Hipertermia Takikardi Takipneu
37 N Takikardi Takipneu
40 N Takikardi Takipneu
41 N Takikardi Takipneu
42 N Takikardi Takipneu
45 Takikardi Takipneu
46 N Hipertermia Takikardi N
47 N Takikardi Bradipneu
48 Hipertermia Takikardi Takipneu
Lama
Manifestasi klinis Hasil laboratorium
rawatan
No N Leukositosis Leukopenia Status gizi IT
Hb Leukosit Trombosit
ratio
1 Leukositosis Buruk 5
2 Leukositosis Kurang 10.5 12900 151000 0.02 3
3 N Baik 8.4 20500 32300 0.04 18
4 Leukositosis Baik 10.6 7400 23200 0 3
5 N Kurang 10.5 18000 25900 0.01 1
6 Leukositosis Buruk 9.6 6000 50000 0.05 5
7 Leukositosis Buruk 10.5 12900 151000 0.02 2
8 Leukositosis Kurang 13.2 12300 360000 0.02 5
9 Leukositosis Kurang 9.1 16000 89000 0.02 3
10 Leukopenia Buruk 8.2 3600 337000 0.01 1
11 Leukositosis Baik 3.3 30200 160000 0.29 2
12 N Kurang 9.5 18400 275000 0.26 3
13 Leukositosis Kurang 9.8 6000 236000 0 1
14 Leukopenia Buruk 8.3 15000 280000 0.03 4
15 N Baik 7.4 3500 20000 0.01 7
16 Leukositosis Kurang 12.7 9600 232000 0.01 10
17 Leukositosis Buruk 2.4 113400 198000 0 3
18 Leukositosis Buruk 8.7 16000 24800 0.1 29
19 Leukositosis Baik 9.8 7800 12500 0.01 4
20 Leukositosis Baik 9.2 15830 309000 0.01 2
21 Leukositosis Kurang 11.3 39800 55100 0.07 2
22 Leukositosis Buruk 13.8 16300 32000 0.01 2
23 N Kurang 8.6 20000 30090 0.2 1
24 N Kurang 12 10000 152000 0.01 3
25 Leukositosis Buruk 10 9600 234000 0.01 2
26 Leukositosis Buruk 8.3 15400 321000 0.29 4
27 Leukopenia Buruk 10 16000 309000 0 20
28 Leukopenia Buruk 5.2 2500 80000 0.29 4
29 Leukositosis Kurang 5.2 2100 50000 0.2 5
30 Leukopenia Buruk 9.2 13000 350000 0.06 9
31 Leukopenia Kurang 8.3 3100 380000 0.2 4
32 Leukositosis Baik 12 3000 150000 0.01 1
33 N Bail 11.2 15000 410000 0.01 2
34 N Baik 12 10000 380000 0.01 10
35 Leukositosis Kurang 12.2 9600 350000 0.01 3
36 Leukositosis Buruk 10.2 14000 100200 0.2 4
37 Leukositosis Kurang 8.6 20000 480000 0.07 9
38 Leukositosis Buruk 8.4 28300 342000 0.15 2
39 N Kurang 3.9 248600 1000 0.2 4
40 Leukositosis Kurang 10.2 10700 10000 0.01 20
41 Leukositosis Kurang 9.3 33600 240000 0 5
42 Leukositosis Baik 14 20700 490000 0.05 4
43 Leukositosis Baik 6.4 28190 729000 0.06 14
44 N Kurang 10.9 23710 211000 0.12 4
45 Leukositosis Kurang 10.8 6700 170000 0.05 7
46 Leukositosis Baik 10.6 31700 241000 0.08 2
47 Leukositosis Buruk 12.3 14480 105000 0.06 22
48 N Buruk 9.8 20500 167000 0.03 4
Disfungsi organ
No Skor Mortalitas Inotropik Ventilator
Neuro Kardio Renal Respirasi Hema MOD
total
1 Meninggal Ya -
2 1 0 0 0 0 1 1 Meninggal Ya -
3 2 1 0 0 0 3 2 Meninggal Ya -
4 1 2 0 6 0 9 3 Meninggal Tidak -
5 0 0 0 0 2 2 1 Meninggal Ya -
6 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya -
7 2 0 0 1 0 5 2 Meninggal Tidak -
8 0 0 0 0 2 2 1 Meninggal Tidak -
9 0 0 0 2 0 2 1 Meninggal Ya -
10 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal tidak -
11 4 2 0 0 0 6 2 Meninggal Ya Ventilator
12 1 0 0 0 0 1 1 Meninggal Ya Ventilator
13 1 0 0 0 0 1 1 Meninggal Ya -
14 1 0 0 0 0 1 1 Meninggal Ya Ventilator
15 1 2 0 0 0 3 2 Meninggal Ya Ventilator
16 0 2 0 6 0 8 2 Meninggal Ya -
17 0 0 0 2 2 4 2 Meninggal Ya -
18 0 0 0 0 0 0 0 Hidup Ya -
19 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya Ventilator
20 0 0 0 0 0 0 0 Hidup Ya Ventilator
21 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya -
22 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya -
23 4 2 0 2 0 8 3 Meninggal Ya Ventilator
24 4 2 0 2 0 8 3 Hidup Ya -
25 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya -
26 4 0 0 2 0 6 2 Meninggal Tidak -
27 0 0 0 0 0 0 0 Hidup Ya Ventilator
28 2 2 0 2 0 6 3 Meninggal Tidak Ventilator
29 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya Ventilator
30 4 0 0 0 0 4 1 Meninggal Ya -
31 4 0 0 2 0 6 2 Meninggal Ya -
32 4 0 0 0 0 4 1 Meninggal Ya -
33 2 0 0 4 0 6 2 Meninggal Ya Ventilator
34 0 0 0 0 0 0 0 Hidup Ya -
35 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya Ventilator
36 0 0 0 4 0 4 1 Meninggal Ya -
37 4 0 0 2 2 8 3 Meninggal Ya Ventilator
38 0 3 0 0 0 3 1 Meninggal Tidak -
39 0 0 0 2 2 4 2 Meninggal Ya -
40 4 0 0 2 0 6 2 Meninggal Ya -
41 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya Ventilator
42 4 0 0 0 0 4 1 Meninggal Ya Ventilator
43 4 2 0 0 0 6 2 Meninggal Tidak -
44 0 0 0 2 0 2 1 Meninggal Ya Ventilator
45 4 0 2 0 0 6 2 Meninggal Ya Ventilator
46 0 0 0 0 0 0 0 Meninggal Ya -
47 2 0 0 0 0 2 1 Hidup Ya Ventilator
48 2 0 0 4 0 6 2 Meninggal Tidak Ventilator