SIROSIS HEPATIS
Oleh:
Fathma Mardhotilla 2040312144
Lastri Daniati 2040312016
Preseptor:
dr. Dinda Aprilia, Sp.PD, FINASIM
Penulis
BAB 2
2.1 Definisi
Istilah sirosis diberikan petama kali oleh Laennec tahun 1819, yang berasal
dari kata kirrhos yang berarti kuning orange (orange yellow), karena terjadi
perubahan warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk.11 Sirosis hepatis adalah
penyakit hati kronik yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat
disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati
yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur
hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro akibat penambahan
jaringan ikat dan nodul tersebut.12
Sirosis hepatis merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis yang akan
menyebabkan penurunan fungsi hati dan perubahan bentuk hati dan disertai
penekanan pada pembuluh darah sehingga aliran darah vena porta terganggu yang
akhirnya menyebabkan hipertensi portal.11
2.2 Epidemiologi
Jumlah pasien sirosis hati di RS Dr. Sardjito Yogyakarta berkisar 4,1 % dari
pasien yang dirawat di bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun (2004).
Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819
(4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.11
Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata
prevalensi sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal Penyakit
Dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat.
Perbandingan prevalensi sirosis pada pria banding wanita adalah 2,1:1 dan usia
rata-rata 44 tahun. Data di Kota Padang menunjukkan bahwa di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2011 sampai 31
Desember 2013, terdapat 304 kasus sirosis hepatis.11
Bhattarai et al. di Nepal tahun 2017 menyatakan bahwa 72,5% adalah laki-
laki dengan usia rata-rata adalah 54 tahun.6,7 Chang et al. tahun 2015 di Singapur
menemukan hal serupa, yakni laki-laki 63,8% dengan rata-rata usia 60,9 tahun.8
2.3 Etiologi
Menurut penelitian Setiawan et al. di Amerika tahun 2016, menyatakan
bahwa penyebab utama sirosis hepatis di negara barat adalah alcoholic liver
disease, non-alcoholic fatty liver disease dan Hepatitis C. 9 Bhattarai et al. di Nepal
tahun 2017 menyatakan bahwa alcoholic liver disease sebagai penyebab tersering.6
Zhou et al.tahun 2014 di Cina menyebutkan bahwa NAFLD atau non-alcoholic
fatty liver disease telah berkembang menjadi penyebab utama sirosis hepatis di
negara barat, seperti amerika dimana prevalensi sirosisnya mencapai 30% dari
keseluruhan populasi.15
Di region Asia Pasifik, hepatitis B kronik masih menjadi masalah endemik,
sehingga menjadi penyebab paling banyak sirosis hepatis. Namun etiologi dari
sirosis hepatis bervariasi tergantung dari regionnya. Contohnya di Jepang, hepatitis
C menjadi penyebab utama sirosis hepatis dan kanker liver.8
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, disebutkan bahwa virus hepatitis
B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%, dan virus hepatitis C sebesar 30-40%,
sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui. Alkohol sebagai penyebab sirosis
di Indonesia diduga frekuensinya sangat kecil walaupun belum terdapat data yang
menunjukkan hal tersebut. 9
Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Kalista et al. tahun 2019
menemukan bahwa 51,8% disebabkan oleh hepatitis B.7 Hal ini juga didukung oleh
Chang et al. tahun 2015 di Singapur sebanyak 63,3% .8 Qua et al. tahun 2011 di
Malaysia menemukan bahwa paling banyak 46,1% adalah hepatitis B, diikuti oleh
18,5% hepatitis C, criptogenik 15,4%, dan alcohol 12,6%.9 Etiologi lain dari sirosis
hepatis adalah kelainan genetik seperti hemokromatosis, Wilson’s disease, sirosis
biliaris primer, kolangitis sklerosis primer, dan hepatitis autoimun. Beberapa
penyebab lainnya adalah idiopatik atau disebut juga dengan kriptogenik.17
Manifestasi Klinis
a. Ikterus
Sekitar 60% pendeita sirosis mengalami icterus selama perjalanan
penyakitnya, walaupun pada keadaan minimal. Hyperbilirubinemia tanpa ikterus
lebih sering ditemukan. Penderita dapat menjadi ikterus selama fase dekompensata
yang disertai adanya gangguan fungsi hati. Ikterus intermiten merupakan gambaran
khas pada sirosis biliaris dan terjadi bila timbul peradangan aktif hati dan saluran
empedu. Pada keadaan hypoalbuminemia ditemukan perubahan kuku-kuku
Muehrcke berupa pita putih horizontal yang dipisahkan dengan warna normal kuku.
Akan tetapi tanda ini juga ditemukan pada keadaan album rendah lain seperti pada
sindroma nefrotik.11
b. Gangguan endokrin
Gangguan endokrin sering terjadi pada keadaan sirosis akibat terganggunya
metabolisme hormon korteks adrenal, testis, dan ovarium. Kelebihan hormon
estrogen di dalam darah dapat menimbulkan terjadinya spider nevi, atrofi testis dan
ginekomastia (pada laki-laki), alopesia pada dada dan aksila, serta palmar eritem.
Angioma laba-laba merupakan suatu lesi vaskular yang dikelilingi beberapa vena
kecil, sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas. Palmar eritem dijumpai
dalam bentuk warna merah saga pada thenar dan hypothenar telapak tangan. 11
c. Ganguan hematologik
Gangguan hematologi yang sering terjadi adalah kecenderungan perdarahan
,anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Penderita sering mengalami perdarahan
hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar. Hal ini dapat terjadi akibat
berkurangnya pembentukan faktor-faktor pembekuan darah. Anemia, leukopenia,
dan trombositopenia terjadi akibat hipersplenisme, dimana limpa tidak hanya
membesar,tetapi juga lebih aktif menghancurkan sel-sel darah dari sirkulasi.11
d. Edem perifer
Edem perifer biasanya terjadi setelah munculnya gejala asites. Keadaan ini
disebabkan oleh keadaan hipoalbuminemia dan retensi garam dan air. Retensi
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan beberapa gambaran klinis:
a. Spider nevi (atau spider telangiektasi)
Suatu lesi vaskular yang dikelilingi beberapa vena kecil. Tanda ini sering
ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas. Mekanisme terjadinya belum diketahui
dengan pasti, diduga terkait dengan peningkatan kadar estradiol dan testosteron. 11
b. Eritema Palmaris
Warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak tangan. Tanda ini tidak
spesifik pada sirosis, hal ini dikaitkan juga dengan perubahan metabolisme hormon
estrogen. Eritema palmaris ditemukan pula pada kehamilan, artritis reumatoid,
hipertiroidisme, dan keganasan hematolog.22
c. Muehrcke
2.8 Tatalaksana
Sekali diagnosis sirosis hati ditegakkan, prosesnya akan berjalan terus tanpa
dapat dibendung. Usaha-usaha yang dapat dilakukan hanya bertujuan untuk
mencegah timbulnya komplikasi. Membatasi kerja fisik, tidak minum alkohol, dan
2.9 Komplikasi
Komplikasi sirosis hati yang utama adalah hipertensi portal, asites,
peritonitis bakterial spontan, perdarahan varises esofagus, sindroma hepatorena,
enselopati hepatikum, dan kanker hati.1 Pada sindrom hepatorenal, terjadi
2.10 Prognosis
Perjalanan alamiah sirosis hati tergantung pada sebab dan penanganan
etiologi yang mendasari penyakit. Beberapa sistem skoring bisa dipakai untuk
menilai keparahan han menetukan prognosisnya. Sistem skoring ini antara lain skor
Chid Turcotte Pugh (CTP) dan Model end stage liver disease (MELD) yang
digunakan untuk evaluasi pasien dengan rencana transplantasi hati.19
Variabel yang dinilai pada Child-Pugh meliputi konsentrasi bilirubin,
albumin, ada tidaknya asites dan ensefalopati juga status nutrisi. Klasifikasinya
terdiri dari Child A (5-6 poin), B (7-9 poin), dan C (10-15 poin). Klasifikasi Child-
Pugh berkaitan dengan angka kelangsungan hidup selama satu tahun pada pasien.
Angka kelangsungan hidup selama 1 tahun untuk penderita sirosis dengan Child-
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama/Kelamin/Umur : Tn. SA/ Laki-Laki/ 60 tahun
b. Pekerjaan/ Pendidikan : Pekebun/ Tidak pernah sekolah
c. Alamat : Pulau Pandan, Kerinci
d. No MR : 01. 10. 57.08
2. Keluhan Utama:
Perut yang semakin membesar sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
7. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 106/71 mmHg
Frekuensi Nadi : 81 kali/menit, regular, kuat angkat, pengisian cukup
Frekuensi Napas : 20 kali/menit, tipe pernapasan abdominothorakal
Suhu : 36,7OC
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 51 kg
Pemeriksaan Sistemik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus
(-), sianosis (-), spider nevi (-) pada dada, telapak tangan dan kaki pucat (-),
pertumbuhan rambut normal.
Kelenjar Getah Bening
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di leher, submandibula,
supraklavikula, infraklavikula, aksila, inguinalis.
Kepala
Bentuk normochepali, simetris, deformasi (-), rambut hitam, lurus, tidak
mudah dicabut.
Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+).
8. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin (24-5-2021)
Hb : 9,7 gr/dl
Leukosit : 10.07
Trombosit : 330.000
Kesan : Anemia, leukositosis dengan neutrofilia shift to the
right
13. Follow Up
Tgl S O A P
25 Perut KU: sedang - Asites ec Sirosis - Diet Hepar III, diet
Mei membuncit Kes: CMC Hepatis rendah garam
2021 (+), badan TD: 120/80 - Anemia sedang ec - IVFD Aminofusin
terasa lemah. Nadi: 80 perdarahan akut hepar 12 jam/kolf
Nafas: 20 DD/ Anemia - Spironolacton
Suhu: 36,8 sedang ec penyakit 1x100mg PO
Mata : konjungtiva kronik - Furosemide 1 x 40 mg
anemis -/-, sklera PO
ikterik +/+ - Lactulac syrup 3x1
Thorax: Cor: BJ I - Pemeriksaan labor
dan II regular, bising lengkap
(-), Pulmo: dada - HBsAg dan Anti
simetris kiri-kanan, HCV
pergerakan dada
sama kiri-kanan,
suara napas
Seorang pasien laki-laki Tn. SA usia 60 tahun dari Pulau Pandan, Kerinci
datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pasien datang dengan keluhan utama perut
yang semakin membesar sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Perut yang
membesar dapat memberikan tanda adanya kelainan pada organ dalam abdomen
mulai dari penyakit infeksi sampai keganasan atau bahkan penyebab dari luar
abdomen, oleh karena itu untuk memperkuat perkiraan penyebab dan mengeklusi
diagnosis banding secara klinis dilakukan anamnesis lanjutan, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Pasien merasakan perut yang semakin membesar sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit disertai dengan sesak, sesak tersebut tidak berkurang dengan
istirahat dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca, dan makanan. Selain itu, kedua
tungkai pasien dirasakan sembab sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. BAB
berwarna hitam juga ada sejak masuk rumah sakit, Bab bercampur darah disangkal,
dan BAK berwarna the pekat disangkal. Pasien menyebutkan tidak pernah sakit
parah dan lama sebelumnya dan belum pernah dirawat di rumah sakit. Pasien juga
menyebutkan bahwa ia mengalami penurunan berat badan kurang lebih 9kg dalam
2 bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat mengonsumsi rokok 2 bungkus per hari
sejak usia 14 tahun dan berhenti sejak 2 bulan lalu.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan sklera ikterik dan konjungtiva anemis
pada pasein, hal ini menunjukkan kadar bilirubin yang tinggi dan terjadi anemia
pada pasien. Pada pemeriksaan paru, ditemukan perbedaan antara fremitus kiri dan
kanan, fremitus kanan meningkat daripada fremitus kiri. Pada pemeriksaan
abdomen, terlihat perut membuncit dan terdapat vena kolateral. Tidak terdapat
nyeri tekan dan nyeri lepas, teapi terdapat undulasi, shifting dullness, dan bising
usus. Pada pemeriksaan ekstremitas atas, ditemukan eritema palmaris dan pada
pemeriksaan ekstremitas bawah ditemukan edema pada kedua tungkai dan turgor
kembali lambat.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada
pasien, secara klinis diperkirakan bahwa kemungkinan telah terjadi gangguan hati