Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

KAWASAKI DISEASE

Disusun oleh :

VIGO PERDANA PUTRA


17214164

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG


Jl. Arya Santika, Kel. Margasari, Kec. Karawaci No. 40A
Tangerang
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas penyusunan
makalah tentang “Kawasaki Disease”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah keperawatan anak 2. Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak menghadapi hambatan dan kesulitan, namun
berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan pada
kesempatan ini saya mngucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ida Farida, S.Kp., M.Kes., selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan.
3. Ibu Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep.M.Kep., selaku penanggung jawab 3C
Keperawatan.
4. Ibu Ns. Ria Setia Sari, M.Kep., selaku koordinator mata ajar Keperawatan
Anak 2.
5. Ibu Ns. Mursiah, S.Kep., selaku Dosen Pembimbing.
6. Teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini, dan semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun amat penulis nantikan dari kalangan
pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah
ditugas lainnya dan diwaktu berikutnya.

Tangerang, 25 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 2

1. Tujuan umum 2
2. Tujuan khusus 2

C. Manfaat Penulisan 3
D. Sistematika Penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORI

a) Pengertian 4
b) Etiologi 5
c) Patofisiologi 6
1) Proses perjalanan penyakit 6
2) Manifestasi klinis 7
3) Komplikasi 8
d) Penatalaksanaan medis 9
e) Pengkajian keperawatan 10
f) Diagnose keperawatan 12
g) Perencanaan keperawatan 12
h) Pelaksanaan keperawatan 14
i) Evaluasi keperawatan 15

ii
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 16

B. Saran 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Kawasaki adalah suatu penyakit peradangan pada anak ditandai oleh
demam perseisten dan adenopati servikalis, radang bibir dan rongga mulut,
dan eritema dan edema pada tangan dan kaki. (Rubiana,S. 2015)

Penyebab dari Kawasaki disease belum diketahui secara pasti, Penelitian


menunjukkan bahwa infeksi adalah faktor yang paling mungkin menyebabkan
atau memicu terjadinya Kawasaki disease, Penyebab lain yang juga menjadi
perkiraan antara lain strain pro pionibacterium acnes yang dipindahkan oleh
tungau ke manusia, reaksi imun abnormal terhadap virus rubella dan hepatitis.

Gejala yang ditampakkan berupa demam yang berlanjut selama 5 hari atau
lebih, timbulnya ruam pada tubuh, pembengkakan salah satu kelenjar limfe di
leher dan terjadinya infeksi konjungtiva bilateral, perubahan mukosa mulut
dan bibir serta eritema dan edema pada tangan dan kaki.

Penyakit Kawasaki ditemukan pada tahun 1967 oleh tomisaku Kawasaki


di jepang dan telah menjadi penyebab utama kelainan jantung dapatan di
seluruh dunia, khususnya di Negara maju. Penyakit ini mengenai anak
laki-laki dengan perbandingan 3:2 dan 76% adalah anak usia dibawah 5
tahun. Insidensi penyakit Kawasaki ini meningkat pada beberapa tahun
terakhir, dapat mengenai seluruh etnik dan ras di dunia, Tetapi tingginya
insidensi pada ras asia menunjukkan predisposisi genetic serta
interaksinya dengan lingkungan.

1
2

Di jepang insidensi penyakit ini sebanyak 218,6 per 100.000 pada anak
berusia 0-4 tahun, sementara data di Indonesia menunjukkan perkiraan
insidensi penyakit Kawasaki adalah 6.000 kasus per tahun, tetapi yang
terdiagnosis kurang dari 100 kasus per tahun. Pada suatu penelitian yang
di lakukan di jepang pada 242 anak yang dirawat karena penyakit Kawasaki,
sebanyak 10% merupakan bentuk penyakit Kawasaki atipikal terutama
mengenai bayi di bawah usia 1 tahun.

Pada kasus dari amamnesis didapatkan demam selama 7 hari yang bersifat
persisten, mata kemerahan, perubahan pada mukosa bibir berupa bibir
kering, pecah-pecah dan kemerahan, serta perubahan pada ekskremitas
berupa bengkak, kemerahan pada tangan, kaki, dan sendi-sendi jari
tangan. Penderita penyakit Kawasaki yang sudah tegak harus dirawat
dirumah sakit dengan tujuan untuk observasi, monitoring fungsi jantung,
dan tatalaksana manifestasi sistemik. Tujuan terapi yang ingin dicapai
adalah mencegah timbulnya jangka panjang, terutama abnormalitas arteri
koroner. Evaluasi jangka panjang dan pemantauan penderita Kawasaki
terutama ditunjukan pada kemungkinan timbulnya aneurisma arteri
koroner serta komplikasi jantung lainnya.

B. Tujuan penulisan
1) Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pada anak dengan Kawasaki Disease.
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa/i mampu :
a) Memahami tentang konsep dasar penyakit Kawasaki disease
b) Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada anak
dengan Kawasaki disease
3

c) Menentukan masalah keperawatan pada anak dengan Kawasaki


disease
d) Merencanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Kawasaki
disease

C. Ruang Lingkup
Dalam pengerjaan makalah ini, saya membatasi ruang lingkup
pembahasannya pada “Asuhan Keperawatan Anak dengan Kawasaki disease”
hanya dengan teoritis saja.

D. Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan metode
mengumpulkan data dan informasi dari buku maupun jurnal dan internet.
Studi pustaka ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan penulisan ini.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami dalam penulisan makalah ini, penulis


membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode


penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II : tinjauan teori
meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, (proses perjalanan penyakit,
manifestasi klinis, dan komplikasi), penatalaksanaan medis, pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan. BAB III :
penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Penyakit Kawasaki atau juga dikenal dengan nama sindrom Kawasaki adalah
penyakit autoimunitas dimana pembuluh darah berukuran sedang diseluruh
tubuh menjadi meradang. Hal ini sebagian besar terlihat pada anak di bawah
umur lima tahun. Penyakit ini mempengaruhi banyak sistem organ, terutama
pembuluh darah, kulit, selaput lendir, dan kelenjar getah bening, biarpun
jarang terjadi kerusakan pada hati yang disebabkan oleh aneurisma arteri
koroner dapat terjadi pada anak yang penyakitnya tidak ditangani. (Betz,
2009).

Kawasaki adalah demam pada anak yang berkaitan dengan vaskulitis terutama
pembuluh darah koronaria serta keluhan sistemik lainnya. Disebut demikian
karena penyakit ini menyebabkan perubahan yang khas pada membran
mukosa bibir dan mulut disertai pembengkakan kelenjar limfe yang nyeri.
(Rowley, 2012)

Kawasaki disease di Klasifikasikan terdiri dari:


1) Stadium 1 (2 minggu pertama) : terjadi vaskulitis akut yang terutama
mengenai arteri koronia, Vaskulitis dapat disertai oleh pankarditis,
dengan peradangan pada sistem hantaran jantung.
2) Stadium 2 (2 sampai 4 minggu) : vaskulitis koronaria menetap dan dapat
terjadi aneurisma arteri koronaria, pada sebagian kasus, thrombosis di
aneurisma dapat terjadi, dengan obstruksi aliran darah koronaria.

4
3) Stadium 3 (4 sampai 8 minggu) : peradangan koronaria mulai mereda,
meskipun aneurisma mungkin masih ada, peradangan miokardium hampir
pulih.
4) Stadium 4 (lebih dari 8 minggu) : terjadi pembentukan jaringan parut dan
klasifikasi arteri koronaria, stenosis dan rekanalisasi lumen koronaria, dan
fibrosis miokardium.

B. Etiologi
Hingga saat ini penyebab pasti belum dapat diketahui , meskipun klinis,
laboratorium dan epidemiologi mengacu kepada penyakit infeksi. Diduga
penyakit ini dipicu oleh gangguan imun yang didahului oleh proses infeksi.
Walaupun Rickettsia-like bodies telah ditemukan pada jaringan beberapa
penderita, tetapi uji serologik urnumnya negatif, demikian pula biakan negatif.
Penyebab lain yang juga menjadi perkiraan antara lain strain Pro
pionibacterium acnes yang dipindahkan oleh tungau ke manusia, reaksi imun
abnormal terhadap virus Epstein -Barr, rubeola, rubella, hepatitis,
parainfluensa, toksin yang diproduksi oleh atau reaksi imunologik terhadap
streptokokus sanguis, treponema pallidum, leptospira, brucella atau
mycoplasma.
1) Infeksi
Penyakit Kawasaki konsisten dengan etiologi infeksi termasuk terjadinya
epidemi terutama di akhir musim dingin dan musim semi dengan interval
3 tahun dan penyebaran geografis seperti gelombang epidemi tersebut.
Penyakit Kawasaki tidak umum terjadi pada bayi berusia kurang dari 4
bulan, ini menunjukkan bahwa antibodi ibu dapat memberikan kekebalan
pasif. Selama bertahun-tahun, beberapa agen infeksi telah diteliti sebagai
pencetus atau etiologi penyakit. Adapun berdasarkan sebuah penemuan,
terdapat hipotesis bahwa agen infektif penyakit Kawasaki kemungkinan
besar virus RNA di mana-mana yang mengakibatkan infeksi asimtomatik
pada kebanyakan individu tetapi menyebabkan penyakit Kawasaki pada

5
individu yang memang sebelumnya memiliki predisposisi atau genetik
tertentu

2) Genetik
Dergun et al, Newburger et al, dan Burns et al dalam (Scheinfeld, 2014)
digambarkan keluarga dengan beberapa anggota yang terkena dengan
penyakit Kawasaki. Dalam keluarga ini, penyakit Kawasaki terjadi pada 2
generasi atau dalam beberapa saudara kandung. Tidak ada pola yang jelas
warisan dapat disimpulkan dari silsilah ini. Oleh karena itu, beberapa alel
polimorfik mungkin mempengaruhi kerentanan penyakit Kawasaki.

C. Patofisiologi
1) Proses perjalanan penyakit
Pada tahap awal penyakit, sel-sel endotel vaskular dan media menjadi
bengkak, tetapi lamina elastis internal yang tetap utuh. Kemudian, sekitar
7-9 hari setelah onset demam, masuknya neutrofil terjadi, yang dengan
cepat diikuti oleh proliferasi CD8 + (sitotoksik) limfosit dan
imunoglobulin A-memproduksi sel plasma. Sel-sel inflamasi mensekresi
berbagai sitokin (yaitu, factor necrosis tumor, faktor pertumbuhan endotel
vaskular, monosit chemotactic dan faktor aktivasi), interleukin (ILS, yaitu
IL-1, IL-4, IL-6), dan matriks metalloproteinase (MMP yaitu, terutama
MMP3 dan MMP9) yang menargetkan sel-sel endotel dan menyebabkan
terjadinya kaskade yang eventuates dalam fragmentasi dari lamina elastis
internal dan kerusakan vascular. 3

Selama beberapa minggu atau beberapa bulan berikutnya, sel-sel


inflamasi yang aktif digantikan oleh sel fibroblas dan monosit, dan
jaringan ikat fibrosa mulai terbentuk dalam dinding pembuluh darah.
Dinding Intima berproliferasi dan mengental. Dinding pembuluh
akhirnya menjadi menyempit atau tersumbat akibat stenosis atau trombus.

6
Sebagian besar patologi dari penyakit ini disebabkan oleh vaskulitis arteri
sedang. Awalnya, neutrofil yang hadir dalam jumlah besar, tapi dengan
cepat beralih dan menyusup ke sel mononuklear, limfosit T, dan
imunoglobulin A (IgA)-yang memproduksi sel plasma.

Semua Peradangan melibatkan tiga lapisan pembuluh. Selama Periode


kerusakan vaskular yang terbesar adalah ketika terjadinya peningkatan
yang progresif jumlah trombosit yang sama dalam serum terjadi, dan ini
adalah titik penyakit ketika risiko yang paling signifikan adalah kematian.

2) Manifestasi klinis
Sering kali penyakit ini terlupakan dan baru terdiagnosis setelah anak
menderita demam tinggi berkepanjangan dan pemeriksaan darah terhadap
adanya infeksi yang rutin dikerjakan (seperti infeksi typhus, infeksi
hepatitis, tuberkulosis) menunjukkan hasil yang negatif dan pada saat
yang bersamaan pula berbagai antibiotika telah dicoba. Memang sebagian
anak yang terjangkit baru menunjukkan gejala Kawasaki yang khas
setelah demam tinggi 5 hari. Tetapi ada petunjuk gejala inti yang bisa
dipakai sebagai pegangan untuk secara dini mencurigai anak terpapar
infeksi ini.
a. Fase Akut (10 hari pertama ) Enam gelaja diagnostic:
1) Demam tinggi mendadak, tidak respon dengan antibiotika, dapat
berlangsung 1-2 minggu bahkan bisa 4-5 minggu. Dalam 2-5 hari
demam    gejala lain akan muncul.
2) Konjunctivitis bilateral tanpa eksudat.
3) Bibir merah terang kemudian pecah dan berdarah, lidah merah
(strawberry tongue) dan eritema difus pada rongga mulut dan
faring.

7
4) Edema yang induratif dan kemerahan pada telapak tangan dan
telapak kaki, kadang terasa nyeri.
5) Eksantema berbagai bentuk (polimorfik), dapat di wajah , badan
dan ektremitas. Sering menyerupai urtikaria dan gatal, dapat
seperti makula dan papula sehingga menyerupai campak.
6) Pembesaran kelenjer getah bening leher (cervikal) dijumpai
sekitar 50% penderita, hampir selalu bersifat unilateral dan
berukuran > 1,5 cm.

b. Fase Subakut (hari 11-25)


1) Pengelupasan Kulit dari ujung jari tangan dan diikuti jari kaki
(karakteristik)
2) Eksantema, demam dan limfadenophati menghilang.
c. Fase Konvalesen ( 6-8 minggu dari awitan )
Pada fase ini laju endap darah dan hitung trombosit mencapai nilai
normal kembali, dapat dijumpai garis tranversa yang dikenal dengan
Beau’s line. Meskipun anak tampak menunjukkan perbaikan klinis,
namun kelainan jantung dapat berlangsung terus.

3) Komplikasi
Komplikasi yang ditakutkan adalah kelainan jantung, antara lain : dapat
menyebabkan peradangan pembuluh darah (vasculitis) yang akhirnya
menyebabkan kelainan pada artery coronary. Artery coronary merupakan
pembuluh darah besar yang sangat penting untuk mensuplai darah dari
jantung ke seluruh tubuh. Pada penderita kawasaki, arteri ini menjadi
menipis dan menggelembung, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar,
lambat dan berputar pada daerah yang rusak ini. Darah juga bisa
menggupal sehingga terbentuk bekuan-bekuan darah yang dapat menjadi
sumbatan sehingga terjadi serangan jantung. Komplikasi yang lain terjadi

8
juga peradangan pada otot jantung (myocarditis), selaput pembungkus
jantung (pericarditis) . arrhytmias (kelainan irama jantung) dan
abnormalitas fungsi katup jantung juga dapat terjadi.

D. Penatalaksanaan medis
Tujuan terapi yang ingin dicapai adalah mencegah timbulnya sekuele jangka
panjang, terutama abnormalitas arteri koroner. Penatalaksanaan penyakit
Kawasaki meliputi (Scheinfeld, 2012) :
1) Penatalaksanaan Umum
Penderita penyakit Kawasaki yang sudah tegak diagnosis harus dirawat di
rumah sakit dengan tujuan untuk observasi, monitoring fungsi jantung,
dan tatalaksana manifestasi sistemik.
a. Penatalaksaan Khusus
1) Penatalaksanaan Sistemik
Pada tatalaksana akut diberikan kombinasi aspirin dan
Imunoglobulin Intravena (IGIV). Waktu pemberian terbaik
kombinasi ini adalah dalam 10 hari pertama sakit. Efek samping
yang mungkin dapat timbul, yaitu hepatitis diinduksi obat,
gangguan pendengaran sementara, dan sindrom Reye (Connie,
2009) .
2) Aspirin
Diberikan dengan dosis 80 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Lama pemberian aspirin bervariasi, aspirin dapat diberikan
sampai bebas demam selama 48-72 jam, tetapi beberapa ahli
memberikan sampai hari ke-14 dan demam sudah turun selama
48-72 jam. Aspirin dosis tinggi diberikan untuk memperoleh efek
antiinflamasi selain efek antitrombosis.
3) Imunoglobulin intravena
Diberikan dengan dosis tunggal sebanyak 2 g/kgBB selama 8-12
jam. Imunoglobulin intravena diberikan pertama kali pada

9
penderita Kawasaki pada tahun 1984, tetapi mekanisme pasti
IGIV pada penyakit Kawasaki belum jelas, diduga sebagai
antibodi bagi agen infeksi, toksin, memblokade reseptor Fc,
mempercepat pembersihan fragmen komplemen, mengganggu
kelarutan kompleks imun, meningkatkan sel T supresor,
menghambat pembentukan sitokin, serta menginduksi apoptosis
limfosit dan neutrofil. Efek samping bervariasi pada setiap
individu, efek paling sering biasanya pusing. Sebanyak 85-95%
penderita berespons terhadap kombinasi ini, penderita kemudian
masuk pada tahap terapi di luar fase akut, yaitu pemberian aspirin
dosis rendah 3-5 mg/kgBB diberikan sekali sehari selama 6-8
minggu.
4) Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan terapi utama pada penyakit vaskulitis,
sehingga secara logis dapat juga berperan pada penyakit
Kawasaki, tetapi pada kenyataannya penggunaan kortikosteroid
pada terapi fase awal penyakit Kawasaki masih kontroversi.
Penelitian awal tentang kortikosteroid menunjukkan pemberian
prednisolon oral dengan dosis 2-3 mg/ kgBB/hari selama dua
minggu dilanjutkan dengan 1,5 mg/kgBB/hari selama dua
minggu, maka insidensi aneurisma arteri koroner menurun.

E. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. (Setiadi, 2012).
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas

10
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung kongenital, IM, palpitasi, jatuh
pingsan
Tanda : takikardia, distritmia
3) Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal, penurunan jumlah urin
Tanda : urin pekat dan gelap
4) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada/punggung/sendi
Tanda : perilaku distraksi
5) Keamanan
Gejala : riwayat penyakit infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis:
trauma dada), penurunan sistem imun
Tanda : demam
6) Pemeriksaan penunjang
a) Tes darah
1) Hitung darah lengkap (CBC) mungkin mengungkapkan
anemia normositik dan akhirnya trombositosis
2) Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) akan meningkat
3) C-reaktif protein (CRP) akan meningkat
4) Tes fungsi hati dapat menunjukkan bukti peradangan hati dan
rendah serum albumin

b) Tes lain (mungkin atau mungkin tidak dilakukan)


1) Elektrokardiogram dapat menunjukkan bukti disfungsi
ventrikel atau, kadang-kadang, aritmia karena miokarditis
2) Ekokardiogram dapat menunjukkan perubahan halus arteri
koroner atau, kemudian, aneurisma benar.

11
3) Ultrasound atau tomografi terkomputerisasi dapat
menunjukkan hidrops (pembesaran) dari kantong empedu
4) Urinalisis dapat menunjukkan sel-sel darah putih dan protein
dalam urin (piuria dan proteinuria) tanpa bukti pertumbuhan
bakteri
5) Pungsi lumbal dapat menunjukkan bukti meningitis aseptic
6) Angiografi secara historis digunakan untuk mendeteksi
aneurisma arteri koroner dan tetap menjadi standar emas untuk
mendeteksi mereka, tetapi jarang digunakan saat ini kecuali
aneurisma arteri koroner telah dideteksi dengan
ekokardiografi.

F. Diagnose keperwatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa
data (Carpenito, 2009).
a) Hipertermia
b) Gangguan integritas kulit/jaringan
c) Intoleransi aktivitas

G. Perencanaan keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
1) Hipertermia
Kriteria hasil :
Pucat menurun, suhu tubuh membaik
Rencana tindakan :
Observasi

12
a. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
Rasional : Untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan suhu
tubuh diatas normal

b. Monitor suhu tubuh


Rasional : Mengetahui perubahan suhu pada tubuh
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

2) Gangguan integritas kulit/jaringan


Kriteria hasil :
Perfusi jaringan meningkat, Kemerahan menurun, Suhu kulit membaik.
Rencana tindakan :
Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, suhu lingkungan ekstrim, penurunan
mobilitas)
Rasional : Dilakukan untuk mengetahui kelainan pada kulit
Terapeutik
a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
b) Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit
kering
c) Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering

13
Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembap (mis. Lotion, serum)
b) Anjurkan minum air yang cukup

c) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem


d) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.
3) Defisit nutrisi
Kriteria hasil :
Meningkat, membaik, menurun
Rencana tindakan :
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
Rasional : mengetahui jumlah nutrisi yang dikonsumsi
b) Identifikasi makanan yang disukai
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang disukai untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
Rasional : untuk melihat berapa jumlah asupan yang diterima
d) Monitor berat badan
Rasional : untuk melihat berapa jumlah berat badan saat kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk jika mampu
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

14
H. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Pelaksanaan keperawatan adalah langkah ke empat dari proses keperawatan


yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak
atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan
(Zaidin ali, 2014).

I. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011).
Jenis – jenis evaluasi :
1. Formatif
Evaluasi adalah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu
keefektifan tindskan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan
tercapai.

2. Somatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara objektif,
fleksibel dan efisien.

Adapun evaluasi pada klien dengan Kawasaki disease adalah sebagai berikut :
a) Demam pada hipertermia menurun
b) Integritas kulit / jaringan membaik
c) Defisit nutrisi terpenuhi

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Kawasaki adalah suatu sindroma yang penyebab pastinya tidak
diketahui, terutama menyerang anak dibawah 5 tahun, menyebabkan demam,
konjungtivitis (kedua mata merah) tanpa sekret, kemerahan pada bibir dan
membran mukosa mulut, pembesaran kelenjar limfe bawah leher
(lymphadenopathy) serta timbul bintik2 merah terang (maculoerythematous)
pada kulit perut, punggung kaki dan tangan yang dapat menjadi berat dengan
timbulnya pembengkakan pada kaki dan tangan dan diakhiri dengan
mengelupasnya kulit sekitar kuku kaki dan tangan (www.pediatrics.ucsd.edu
diakses 2 Desember 2012).

Penyebab utama penyakit kawasaki secara pasti belum diketahui, namun ada
indikasi bahwa pemicunya adalah adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
yang didahului infeksi

Karakteristik penyakit kawasaki adalah penyakit akut yang diperantarai oleh


sistem imun tubuh. Tetapi pada beberapa kasus, dapat timbul berbagai macam
komplikasi, misalnya peradangan sendi dan peradangan pada selaput otak atau
meningitis. Komplikasi lain yang biasanya fatal adalah komplikasi jantung,
Banyak peneliti berpendapat mungkin akibat infeksi (virus atau bakteri).
Terdapat kecenderungan kearah faktor herediter/keturunan sehingga misalnya
lebih sering ditemukan pada keturunan Jepang. Saat ini tidak ada bukti bahwa
penyakit ini bisa menular (Hermansyah, 2012).

Gejala Penyakit Kawasaki sering dimulai dengan demam tinggi dan terus-
menerus yang tidak sangat responsif terhadap normal dosis parasetamol
(acetaminophen) atau ibuprofen. The demam dapat bertahan terus selama dua

16
17

minggu dan biasanya disertai dengan mudah marah. Anak-anak yang terkena
mengembangkan mata merah, merah selaput lendir di mulut, merah retak bibir
"strawberry tongue", iritis, keratic precipitates (dapat dideteksi dengan dokter
mata tetapi biasanya terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang), dan
bengkak kelenjar getah bening.

a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. (Setiadi, 2012).
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung kongenital, IM, palpitasi, jatuh pingsan
Tanda : takikardia, distritmia
3. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal, penurunan jumlah urin
Tanda : urin pekat dan gelap
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada/punggung/sendi
Tanda : perilaku distraksi
5. Keamanan
Gejala : riwayat penyakit infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis: trauma
dada), penurunan sistem imun
Tanda : demam
6. Pemeriksaan penunjang
a) Tes darah
1) Hitung darah lengkap (CBC) mungkin mengungkapkan anemia
normositik dan akhirnya trombositosis
18

2) Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) akan meningkat


3) C-reaktif protein (CRP) akan meningkat
4) Tes fungsi hati dapat menunjukkan bukti peradangan hati dan rendah
serum albumin
b). Tes lain (mungkin atau mungkin tidak dilakukan)
1) Elektrokardiogram dapat menunjukkan bukti disfungsi ventrikel
atau, kadang-kadang, aritmia karena miokarditis
2) Ekokardiogram dapat menunjukkan perubahan halus arteri koroner
atau, kemudian, aneurisma benar.
3) Ultrasound atau tomografi terkomputerisasi dapat menunjukkan
hidrops (pembesaran) dari kantong empedu
4) Urinalisis dapat menunjukkan sel-sel darah putih dan protein dalam
urin (piuria dan proteinuria) tanpa bukti pertumbuhan bakteri
5) Pungsi lumbal dapat menunjukkan bukti meningitis aseptic
6) Angiografi secara historis digunakan untuk mendeteksi aneurisma
arteri koroner dan tetap menjadi standar emas untuk mendeteksi
mereka, tetapi jarang digunakan saat ini kecuali aneurisma arteri
koroner telah dideteksi dengan ekokardiografi.
7). Diagnosa keperwatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari
analisa data (Carpenito, 2009).
a) Hipertermia
b) Gangguan integritas kulit/jaringan
c) Intoleransi aktivitas
b. Perencanaan keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
1) Hipertermia
Kriteria hasil :
19

Pucat menurun, suhu tubuh membaik


Rencana tindakan :
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
Rasional : Untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan suhu
tubuh diatas normal
b) Monitor suhu tubuh
Rasional : Mengetahui perubahan suhu pada tubuh
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi atau kipasi permukaan tubuh
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a) .Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

2) Gangguan integritas kulit/jaringan


Kriteria hasil :
Perfusi jaringan meningkat, Kemerahan menurun, Suhu kulit membaik.
Rencana tindakan :
Observasi
a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, suhu lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)
Rasional : Dilakukan untuk mengetahui kelainan pada kulit
Terapeutik
a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
b) Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
20

c) Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering


Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembap (mis. Lotion, serum)
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
d) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.

3) Defisit nutrisi
Kriteria hasil :
Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi Meningkat, frekuensi
makan membaik, perasaan cepat kenyang menurun.
Rencana tindakan :
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
Rasional : mengetahui jumlah nutrisi yang dikonsumsi
b) Identifikasi makanan yang disukai
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang disukai untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
Rasional : untuk melihat berapa jumlah asupan yang diterima
d) Monitor berat badan
Rasional : untuk melihat berapa jumlah berat badan saat kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk jika mampu
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
21

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, serta asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh penulis pada penyakit Kawasaki disease untuk memenuhi mutu dalam
pemberian asuhan keperawatan penulis menyampaikan saran sebagai berikut :

a. Mahasiswa
1) Diharapkan mahasiwa lebih memahami tentang konsep penyakit
Kawasaki disease dengan lebih banyak membaca buku dari sumber yang
berbeda.
2) Diharapkan mahasiswa mampu dalam melaksanakan proses
keperawatan pada klien dengan Kawasaki disease mulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, Implementasi, dan evaluasi keperawatan.

b. Untuk institusi
Diharapkan dapat lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang
mendukung proses pembelajaran seperti penambahan buku sumber di
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standard diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan indicator


diagnostic . Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standard diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan indicator
diagnostic . Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standard diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan indicator
diagnostic . Jakarta : DPP PPNI
Hockenberry M,J., Wilson, D. (2017). Wong’s essentials of pediatric nursing (10th
ed.). St. Louis: Elsevier.
Newburger J, Takahashi M, Burns J. Kawasaki Disease. Journal of The American
College of Cardiology 2016;67(14):1738-49.
McCrindle B, Rowley A, Newburger J, Burns J, Bolger A, Gewitz M, et al.
Diagnosis, Treatment, and Long-Term Management of Kawasaki Disease.
Circulation 2017;135:e927-84.

Anda mungkin juga menyukai