KAWASAKI DISEASE
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas penyusunan
makalah tentang “Kawasaki Disease”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah keperawatan anak 2. Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak menghadapi hambatan dan kesulitan, namun
berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan pada
kesempatan ini saya mngucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ida Farida, S.Kp., M.Kes., selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan.
3. Ibu Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep.M.Kep., selaku penanggung jawab 3C
Keperawatan.
4. Ibu Ns. Ria Setia Sari, M.Kep., selaku koordinator mata ajar Keperawatan
Anak 2.
5. Ibu Ns. Mursiah, S.Kep., selaku Dosen Pembimbing.
6. Teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini, dan semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun amat penulis nantikan dari kalangan
pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah
ditugas lainnya dan diwaktu berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
1. Tujuan umum 2
2. Tujuan khusus 2
C. Manfaat Penulisan 3
D. Sistematika Penulisan 3
a) Pengertian 4
b) Etiologi 5
c) Patofisiologi 6
1) Proses perjalanan penyakit 6
2) Manifestasi klinis 7
3) Komplikasi 8
d) Penatalaksanaan medis 9
e) Pengkajian keperawatan 10
f) Diagnose keperawatan 12
g) Perencanaan keperawatan 12
h) Pelaksanaan keperawatan 14
i) Evaluasi keperawatan 15
ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 16
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Kawasaki adalah suatu penyakit peradangan pada anak ditandai oleh
demam perseisten dan adenopati servikalis, radang bibir dan rongga mulut,
dan eritema dan edema pada tangan dan kaki. (Rubiana,S. 2015)
Gejala yang ditampakkan berupa demam yang berlanjut selama 5 hari atau
lebih, timbulnya ruam pada tubuh, pembengkakan salah satu kelenjar limfe di
leher dan terjadinya infeksi konjungtiva bilateral, perubahan mukosa mulut
dan bibir serta eritema dan edema pada tangan dan kaki.
1
2
Di jepang insidensi penyakit ini sebanyak 218,6 per 100.000 pada anak
berusia 0-4 tahun, sementara data di Indonesia menunjukkan perkiraan
insidensi penyakit Kawasaki adalah 6.000 kasus per tahun, tetapi yang
terdiagnosis kurang dari 100 kasus per tahun. Pada suatu penelitian yang
di lakukan di jepang pada 242 anak yang dirawat karena penyakit Kawasaki,
sebanyak 10% merupakan bentuk penyakit Kawasaki atipikal terutama
mengenai bayi di bawah usia 1 tahun.
Pada kasus dari amamnesis didapatkan demam selama 7 hari yang bersifat
persisten, mata kemerahan, perubahan pada mukosa bibir berupa bibir
kering, pecah-pecah dan kemerahan, serta perubahan pada ekskremitas
berupa bengkak, kemerahan pada tangan, kaki, dan sendi-sendi jari
tangan. Penderita penyakit Kawasaki yang sudah tegak harus dirawat
dirumah sakit dengan tujuan untuk observasi, monitoring fungsi jantung,
dan tatalaksana manifestasi sistemik. Tujuan terapi yang ingin dicapai
adalah mencegah timbulnya jangka panjang, terutama abnormalitas arteri
koroner. Evaluasi jangka panjang dan pemantauan penderita Kawasaki
terutama ditunjukan pada kemungkinan timbulnya aneurisma arteri
koroner serta komplikasi jantung lainnya.
B. Tujuan penulisan
1) Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pada anak dengan Kawasaki Disease.
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa/i mampu :
a) Memahami tentang konsep dasar penyakit Kawasaki disease
b) Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada anak
dengan Kawasaki disease
3
C. Ruang Lingkup
Dalam pengerjaan makalah ini, saya membatasi ruang lingkup
pembahasannya pada “Asuhan Keperawatan Anak dengan Kawasaki disease”
hanya dengan teoritis saja.
D. Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan metode
mengumpulkan data dan informasi dari buku maupun jurnal dan internet.
Studi pustaka ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan penulisan ini.
E. Sistematika Penulisan
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Penyakit Kawasaki atau juga dikenal dengan nama sindrom Kawasaki adalah
penyakit autoimunitas dimana pembuluh darah berukuran sedang diseluruh
tubuh menjadi meradang. Hal ini sebagian besar terlihat pada anak di bawah
umur lima tahun. Penyakit ini mempengaruhi banyak sistem organ, terutama
pembuluh darah, kulit, selaput lendir, dan kelenjar getah bening, biarpun
jarang terjadi kerusakan pada hati yang disebabkan oleh aneurisma arteri
koroner dapat terjadi pada anak yang penyakitnya tidak ditangani. (Betz,
2009).
Kawasaki adalah demam pada anak yang berkaitan dengan vaskulitis terutama
pembuluh darah koronaria serta keluhan sistemik lainnya. Disebut demikian
karena penyakit ini menyebabkan perubahan yang khas pada membran
mukosa bibir dan mulut disertai pembengkakan kelenjar limfe yang nyeri.
(Rowley, 2012)
4
3) Stadium 3 (4 sampai 8 minggu) : peradangan koronaria mulai mereda,
meskipun aneurisma mungkin masih ada, peradangan miokardium hampir
pulih.
4) Stadium 4 (lebih dari 8 minggu) : terjadi pembentukan jaringan parut dan
klasifikasi arteri koronaria, stenosis dan rekanalisasi lumen koronaria, dan
fibrosis miokardium.
B. Etiologi
Hingga saat ini penyebab pasti belum dapat diketahui , meskipun klinis,
laboratorium dan epidemiologi mengacu kepada penyakit infeksi. Diduga
penyakit ini dipicu oleh gangguan imun yang didahului oleh proses infeksi.
Walaupun Rickettsia-like bodies telah ditemukan pada jaringan beberapa
penderita, tetapi uji serologik urnumnya negatif, demikian pula biakan negatif.
Penyebab lain yang juga menjadi perkiraan antara lain strain Pro
pionibacterium acnes yang dipindahkan oleh tungau ke manusia, reaksi imun
abnormal terhadap virus Epstein -Barr, rubeola, rubella, hepatitis,
parainfluensa, toksin yang diproduksi oleh atau reaksi imunologik terhadap
streptokokus sanguis, treponema pallidum, leptospira, brucella atau
mycoplasma.
1) Infeksi
Penyakit Kawasaki konsisten dengan etiologi infeksi termasuk terjadinya
epidemi terutama di akhir musim dingin dan musim semi dengan interval
3 tahun dan penyebaran geografis seperti gelombang epidemi tersebut.
Penyakit Kawasaki tidak umum terjadi pada bayi berusia kurang dari 4
bulan, ini menunjukkan bahwa antibodi ibu dapat memberikan kekebalan
pasif. Selama bertahun-tahun, beberapa agen infeksi telah diteliti sebagai
pencetus atau etiologi penyakit. Adapun berdasarkan sebuah penemuan,
terdapat hipotesis bahwa agen infektif penyakit Kawasaki kemungkinan
besar virus RNA di mana-mana yang mengakibatkan infeksi asimtomatik
pada kebanyakan individu tetapi menyebabkan penyakit Kawasaki pada
5
individu yang memang sebelumnya memiliki predisposisi atau genetik
tertentu
2) Genetik
Dergun et al, Newburger et al, dan Burns et al dalam (Scheinfeld, 2014)
digambarkan keluarga dengan beberapa anggota yang terkena dengan
penyakit Kawasaki. Dalam keluarga ini, penyakit Kawasaki terjadi pada 2
generasi atau dalam beberapa saudara kandung. Tidak ada pola yang jelas
warisan dapat disimpulkan dari silsilah ini. Oleh karena itu, beberapa alel
polimorfik mungkin mempengaruhi kerentanan penyakit Kawasaki.
C. Patofisiologi
1) Proses perjalanan penyakit
Pada tahap awal penyakit, sel-sel endotel vaskular dan media menjadi
bengkak, tetapi lamina elastis internal yang tetap utuh. Kemudian, sekitar
7-9 hari setelah onset demam, masuknya neutrofil terjadi, yang dengan
cepat diikuti oleh proliferasi CD8 + (sitotoksik) limfosit dan
imunoglobulin A-memproduksi sel plasma. Sel-sel inflamasi mensekresi
berbagai sitokin (yaitu, factor necrosis tumor, faktor pertumbuhan endotel
vaskular, monosit chemotactic dan faktor aktivasi), interleukin (ILS, yaitu
IL-1, IL-4, IL-6), dan matriks metalloproteinase (MMP yaitu, terutama
MMP3 dan MMP9) yang menargetkan sel-sel endotel dan menyebabkan
terjadinya kaskade yang eventuates dalam fragmentasi dari lamina elastis
internal dan kerusakan vascular. 3
6
Sebagian besar patologi dari penyakit ini disebabkan oleh vaskulitis arteri
sedang. Awalnya, neutrofil yang hadir dalam jumlah besar, tapi dengan
cepat beralih dan menyusup ke sel mononuklear, limfosit T, dan
imunoglobulin A (IgA)-yang memproduksi sel plasma.
2) Manifestasi klinis
Sering kali penyakit ini terlupakan dan baru terdiagnosis setelah anak
menderita demam tinggi berkepanjangan dan pemeriksaan darah terhadap
adanya infeksi yang rutin dikerjakan (seperti infeksi typhus, infeksi
hepatitis, tuberkulosis) menunjukkan hasil yang negatif dan pada saat
yang bersamaan pula berbagai antibiotika telah dicoba. Memang sebagian
anak yang terjangkit baru menunjukkan gejala Kawasaki yang khas
setelah demam tinggi 5 hari. Tetapi ada petunjuk gejala inti yang bisa
dipakai sebagai pegangan untuk secara dini mencurigai anak terpapar
infeksi ini.
a. Fase Akut (10 hari pertama ) Enam gelaja diagnostic:
1) Demam tinggi mendadak, tidak respon dengan antibiotika, dapat
berlangsung 1-2 minggu bahkan bisa 4-5 minggu. Dalam 2-5 hari
demam gejala lain akan muncul.
2) Konjunctivitis bilateral tanpa eksudat.
3) Bibir merah terang kemudian pecah dan berdarah, lidah merah
(strawberry tongue) dan eritema difus pada rongga mulut dan
faring.
7
4) Edema yang induratif dan kemerahan pada telapak tangan dan
telapak kaki, kadang terasa nyeri.
5) Eksantema berbagai bentuk (polimorfik), dapat di wajah , badan
dan ektremitas. Sering menyerupai urtikaria dan gatal, dapat
seperti makula dan papula sehingga menyerupai campak.
6) Pembesaran kelenjer getah bening leher (cervikal) dijumpai
sekitar 50% penderita, hampir selalu bersifat unilateral dan
berukuran > 1,5 cm.
3) Komplikasi
Komplikasi yang ditakutkan adalah kelainan jantung, antara lain : dapat
menyebabkan peradangan pembuluh darah (vasculitis) yang akhirnya
menyebabkan kelainan pada artery coronary. Artery coronary merupakan
pembuluh darah besar yang sangat penting untuk mensuplai darah dari
jantung ke seluruh tubuh. Pada penderita kawasaki, arteri ini menjadi
menipis dan menggelembung, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar,
lambat dan berputar pada daerah yang rusak ini. Darah juga bisa
menggupal sehingga terbentuk bekuan-bekuan darah yang dapat menjadi
sumbatan sehingga terjadi serangan jantung. Komplikasi yang lain terjadi
8
juga peradangan pada otot jantung (myocarditis), selaput pembungkus
jantung (pericarditis) . arrhytmias (kelainan irama jantung) dan
abnormalitas fungsi katup jantung juga dapat terjadi.
D. Penatalaksanaan medis
Tujuan terapi yang ingin dicapai adalah mencegah timbulnya sekuele jangka
panjang, terutama abnormalitas arteri koroner. Penatalaksanaan penyakit
Kawasaki meliputi (Scheinfeld, 2012) :
1) Penatalaksanaan Umum
Penderita penyakit Kawasaki yang sudah tegak diagnosis harus dirawat di
rumah sakit dengan tujuan untuk observasi, monitoring fungsi jantung,
dan tatalaksana manifestasi sistemik.
a. Penatalaksaan Khusus
1) Penatalaksanaan Sistemik
Pada tatalaksana akut diberikan kombinasi aspirin dan
Imunoglobulin Intravena (IGIV). Waktu pemberian terbaik
kombinasi ini adalah dalam 10 hari pertama sakit. Efek samping
yang mungkin dapat timbul, yaitu hepatitis diinduksi obat,
gangguan pendengaran sementara, dan sindrom Reye (Connie,
2009) .
2) Aspirin
Diberikan dengan dosis 80 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Lama pemberian aspirin bervariasi, aspirin dapat diberikan
sampai bebas demam selama 48-72 jam, tetapi beberapa ahli
memberikan sampai hari ke-14 dan demam sudah turun selama
48-72 jam. Aspirin dosis tinggi diberikan untuk memperoleh efek
antiinflamasi selain efek antitrombosis.
3) Imunoglobulin intravena
Diberikan dengan dosis tunggal sebanyak 2 g/kgBB selama 8-12
jam. Imunoglobulin intravena diberikan pertama kali pada
9
penderita Kawasaki pada tahun 1984, tetapi mekanisme pasti
IGIV pada penyakit Kawasaki belum jelas, diduga sebagai
antibodi bagi agen infeksi, toksin, memblokade reseptor Fc,
mempercepat pembersihan fragmen komplemen, mengganggu
kelarutan kompleks imun, meningkatkan sel T supresor,
menghambat pembentukan sitokin, serta menginduksi apoptosis
limfosit dan neutrofil. Efek samping bervariasi pada setiap
individu, efek paling sering biasanya pusing. Sebanyak 85-95%
penderita berespons terhadap kombinasi ini, penderita kemudian
masuk pada tahap terapi di luar fase akut, yaitu pemberian aspirin
dosis rendah 3-5 mg/kgBB diberikan sekali sehari selama 6-8
minggu.
4) Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan terapi utama pada penyakit vaskulitis,
sehingga secara logis dapat juga berperan pada penyakit
Kawasaki, tetapi pada kenyataannya penggunaan kortikosteroid
pada terapi fase awal penyakit Kawasaki masih kontroversi.
Penelitian awal tentang kortikosteroid menunjukkan pemberian
prednisolon oral dengan dosis 2-3 mg/ kgBB/hari selama dua
minggu dilanjutkan dengan 1,5 mg/kgBB/hari selama dua
minggu, maka insidensi aneurisma arteri koroner menurun.
E. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. (Setiadi, 2012).
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
10
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung kongenital, IM, palpitasi, jatuh
pingsan
Tanda : takikardia, distritmia
3) Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal, penurunan jumlah urin
Tanda : urin pekat dan gelap
4) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada/punggung/sendi
Tanda : perilaku distraksi
5) Keamanan
Gejala : riwayat penyakit infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis:
trauma dada), penurunan sistem imun
Tanda : demam
6) Pemeriksaan penunjang
a) Tes darah
1) Hitung darah lengkap (CBC) mungkin mengungkapkan
anemia normositik dan akhirnya trombositosis
2) Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) akan meningkat
3) C-reaktif protein (CRP) akan meningkat
4) Tes fungsi hati dapat menunjukkan bukti peradangan hati dan
rendah serum albumin
11
3) Ultrasound atau tomografi terkomputerisasi dapat
menunjukkan hidrops (pembesaran) dari kantong empedu
4) Urinalisis dapat menunjukkan sel-sel darah putih dan protein
dalam urin (piuria dan proteinuria) tanpa bukti pertumbuhan
bakteri
5) Pungsi lumbal dapat menunjukkan bukti meningitis aseptic
6) Angiografi secara historis digunakan untuk mendeteksi
aneurisma arteri koroner dan tetap menjadi standar emas untuk
mendeteksi mereka, tetapi jarang digunakan saat ini kecuali
aneurisma arteri koroner telah dideteksi dengan
ekokardiografi.
F. Diagnose keperwatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa
data (Carpenito, 2009).
a) Hipertermia
b) Gangguan integritas kulit/jaringan
c) Intoleransi aktivitas
G. Perencanaan keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
1) Hipertermia
Kriteria hasil :
Pucat menurun, suhu tubuh membaik
Rencana tindakan :
Observasi
12
a. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
Rasional : Untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan suhu
tubuh diatas normal
13
Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembap (mis. Lotion, serum)
b) Anjurkan minum air yang cukup
14
H. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
I. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011).
Jenis – jenis evaluasi :
1. Formatif
Evaluasi adalah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu
keefektifan tindskan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan
tercapai.
2. Somatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara objektif,
fleksibel dan efisien.
Adapun evaluasi pada klien dengan Kawasaki disease adalah sebagai berikut :
a) Demam pada hipertermia menurun
b) Integritas kulit / jaringan membaik
c) Defisit nutrisi terpenuhi
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Kawasaki adalah suatu sindroma yang penyebab pastinya tidak
diketahui, terutama menyerang anak dibawah 5 tahun, menyebabkan demam,
konjungtivitis (kedua mata merah) tanpa sekret, kemerahan pada bibir dan
membran mukosa mulut, pembesaran kelenjar limfe bawah leher
(lymphadenopathy) serta timbul bintik2 merah terang (maculoerythematous)
pada kulit perut, punggung kaki dan tangan yang dapat menjadi berat dengan
timbulnya pembengkakan pada kaki dan tangan dan diakhiri dengan
mengelupasnya kulit sekitar kuku kaki dan tangan (www.pediatrics.ucsd.edu
diakses 2 Desember 2012).
Penyebab utama penyakit kawasaki secara pasti belum diketahui, namun ada
indikasi bahwa pemicunya adalah adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
yang didahului infeksi
Gejala Penyakit Kawasaki sering dimulai dengan demam tinggi dan terus-
menerus yang tidak sangat responsif terhadap normal dosis parasetamol
(acetaminophen) atau ibuprofen. The demam dapat bertahan terus selama dua
16
17
minggu dan biasanya disertai dengan mudah marah. Anak-anak yang terkena
mengembangkan mata merah, merah selaput lendir di mulut, merah retak bibir
"strawberry tongue", iritis, keratic precipitates (dapat dideteksi dengan dokter
mata tetapi biasanya terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang), dan
bengkak kelenjar getah bening.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. (Setiadi, 2012).
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung kongenital, IM, palpitasi, jatuh pingsan
Tanda : takikardia, distritmia
3. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal, penurunan jumlah urin
Tanda : urin pekat dan gelap
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada/punggung/sendi
Tanda : perilaku distraksi
5. Keamanan
Gejala : riwayat penyakit infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis: trauma
dada), penurunan sistem imun
Tanda : demam
6. Pemeriksaan penunjang
a) Tes darah
1) Hitung darah lengkap (CBC) mungkin mengungkapkan anemia
normositik dan akhirnya trombositosis
18
3) Defisit nutrisi
Kriteria hasil :
Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi Meningkat, frekuensi
makan membaik, perasaan cepat kenyang menurun.
Rencana tindakan :
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
Rasional : mengetahui jumlah nutrisi yang dikonsumsi
b) Identifikasi makanan yang disukai
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang disukai untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
Rasional : untuk melihat berapa jumlah asupan yang diterima
d) Monitor berat badan
Rasional : untuk melihat berapa jumlah berat badan saat kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk jika mampu
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
21
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, serta asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh penulis pada penyakit Kawasaki disease untuk memenuhi mutu dalam
pemberian asuhan keperawatan penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
a. Mahasiswa
1) Diharapkan mahasiwa lebih memahami tentang konsep penyakit
Kawasaki disease dengan lebih banyak membaca buku dari sumber yang
berbeda.
2) Diharapkan mahasiswa mampu dalam melaksanakan proses
keperawatan pada klien dengan Kawasaki disease mulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, Implementasi, dan evaluasi keperawatan.
b. Untuk institusi
Diharapkan dapat lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang
mendukung proses pembelajaran seperti penambahan buku sumber di
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA