Koping individu tidak efektif Gangguan/Sulit Tidur Terlalu Aktif Tidak dapat Tenang Hubungan dengan sebaya buruk
MK: Resiko Kekerasan MK: Pola Tidur Tidak Efektif MK: Resiko Cidera MK: Kerusakan Interaksi Sosial
NOC: Anak tidak melakukan kekerasan terhadap orang NOC: Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu NOC: Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain NOC: klien mampu menunjukan interaksi sosial yang baik
disekitarnya selama 6 sampai 7 jamn setiap malam NIC: NIC:
NIC: NIC: 1. Beri tahu orang tua untuk mengamati perilaku anak secara 1. Kaji pola interaksi antara pasien dan orang lain
1. Jauhkan potensi bahaya dari peralatan disekitar anak 1. Kaji keadaan-keadaan yang menganggu tidur sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan 2. Anjurkan pasien untuk bersikap jujur dalam berinteraksi
2. Monitor jenis keamanan yang dimiliki 2. Anjurkan orang tua untukduduk dengan anak sampai dia interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan dengan orang lain dan menghargai hak orang lain.
3. Batasi penggunaan potensial bahaya klien tertidur kecurigaan 3. Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik.
4. Berikan ruang sendiri dengan potensi kekerasan 3. Anjurkan orang tua untuk membuat jam-jam tidur yang 2. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari 4. Bantu pasien meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan
pada orang lain rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini lingkungan anak keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
5. Monitor klien selama menggunakan media 4. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya 3. Coba untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk 5. Berikan umpan balik yang positif jika pasien dapat
berbahaya : gosok punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik ansietas anak (misalnya : kantung pasien untuk latihan tinju, berinteraksi dengan orang lain.
6. Modifikasi peralatan untuk memperkecil resiko lembut, susu hangat dan mandi air hangat) joging, bola voli)
7. Utamakan keamanan area aktivitas 4. Anjurkan orang tua untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat
kegelisahan dan tegangan mulai meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, MS. (2015). Faktor Risiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Anak di Denpasar. Bali
Kelompok 20 :
1. Desi Retnowati (010217A009)
Bulechek, Gloria M,dkk.(2016).Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.Terjemahan Intansari Nurjanah, Roxsana Devi Tumanggor. Singapore:Eslevier.
2. Junita Fransiska Sae (010217A021)
Herdman, T.Heather. (2016). Nanda International Inc.Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Terjemahan Budi Anna Keliat, dkk. Jakarta:EGC.
Karen J Marcdante, dkk (2013). Nelson Ilmu Kesehatan AnakEsensial. Edisi ke 6. ISBN: Elsevier
Moorhead, Sue, dkk. (2016). Nursing Oucomes Classification (NOC). Edisi 5. Terjemahan Intisari Nurjanah, Roxsana Devi Tumanggor. Singapore: Eslevier.
Prima, dkk. (2015). Pengalaman Orang Tua dengan Anak Kemungkinan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Usia Pra Sekolah. Semarang: PSIK FK UNDIP
Selecta, Mc. (2013). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Pada anak Usia 2 Tahun. Lampung:Fakultas Kedokteran