Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

RHABDOMYOSARCOMA

Disusun Oleh :

NIAR

17214104

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG

Jl. Arya Santika, Kel. Margasari, Kec. Karawaci No. 40A

Tangerang

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Rhabdomyosarcoma”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah keperawatan anak 2. Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak menghadapi hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan pada kesempatan ini saya mngucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ida Farida, S.Kp., M.Kes., selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan.
3. Ibu Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep.M.Kep., selaku penanggung jawab 3B
Keperawatan.
4. Ibu Ns. Ria Setia Sari, M.Kep., selaku koordinator mata ajar Keperawatan
Anak 2.
5. Ibu Ns. Mursiah, S.Kep., selaku Dosen Pembimbing.
6. Teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini, dan semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun amat penulis nantikan dari kalangan
pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah
ditugas lainnya dan diwaktu berikutnya.

Tangerang, 08 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4

B. Tujuan Penulisan 6

1.Tujuan Umum 6
2.Tujuan Khusus 6

C. Ruang Lingkup 6

D. Metode Penulisan 6

E. Sistematika Penulisan 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian 8
B. Etiologi 9
C. Patofisiologi 10
1. Proses Perjalanan Penyakit 10
2. Manifestasi Klinik 10
3. Komplikasi 11
D. Penatalaksanaan Medis 12
E. Pengkajian Keperawatan 13
F. Diagnosa Keperawatan 14
G. Perencanaan Keperawatan 16
H. Pelaksanaan Keperawatan 18
I. Evaluasi Keperawatan 18

ii
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 19

B. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rhabdomyosarcoma adalah kanker yang tumbuh dari otot rangka, yaitu
yang dapat diatur gerakannya. Otot rangka bukan hanya terletak di lengan
dan tungkai, tetapi juga berada di kepala dan leher, kandung kemih, serta
dada dan perut. Seluruh tempat tersebut merupakan tempat di mana
rhabdomyosarcoma biasa tumbuh.(Eddison, 2014)

Hingga saat ini, penyebab pasti rhabdomyosarcoma belum


diketahui.Seperti layaknya kanker lain, rhabdomyosarcoma terjadi karena
adanya pertumbuhan sel-sel secara abnormal. Beberapa faktor yang diduga
dapat meningkatkan risiko seseorang menderita rhabdomyosarcoma,
antara lain adalah :

a) Menderita kelainan genetik, sindrom Li-Fraumeni, sindrom


Beckwith-Wiedemann, sindrom Costello, dan sindrom Noonan.
b) Paparan sinar radiasi saat masih di kandungan.
c) Menggunakan ganja dan kokain saat kehamilan.
d) Kecanduan alkohol saat kehamilan.

Gejala rhabdomyosarcoma yang muncul, tergantung dari besar dan lokasi


tumor, serta stadium keparahan dari kanker yang dialami penderita.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang mungkin muncul pada area tubuh
tertentu :

a) Tumor pada otot leher, dada, punggung, lengan, tungkai dan


selangkangan (termasuk testis) -  gejala berupa benjolan yang terkadang
dapat menimbulkan nyeri serta berwarna kemerahan.
b) Tumor di sekitar otot mata - mengakibatkan mata seperti menonjol
keluar, terlihat seperti mata juling, serta penglihatan juga terganggu.
5

c) Tumor pada perut - gejala berupa muntah, perut terasa nyeri, serta
perubahan pola buang air besar.
d) Tumor pada kandung kemih, vagina, atau prostat - gejala berupa keluar
darah pada urine atau perdarahan dari vagina. Tumor yang sudah sangat
besar dapat menyebabkan kesulitan buang air kecil atau buang air besar.
e) Tumor pada telinga dan hidung - gejala berupa nyeri pada telinga, hidung
tersumbat, serta mimisan dan keluar darah dari telinga.

Saat tumor semakin membesar parah atau sudah menyebar ke organ lain
dapat menimbulkan keluhan kesemutan dan kelemahan otot akibat saraf
yang tertekan, serta batuk, sesak, pucat, dan nyeri tulang, tergantung
penyebaran tumor.

Rhabdomyosarcoma (RMS) merupakan jenis tumor jaringan ikat lunak


yang paling sering terdapat pada anak-anak. Nama ini diambil dari kata
Yunani Rhabdo, yang berarti sudut batang, dan myo, yang berarti otot.
Meskipun Weber pertama kali mengemukakan rhabdomyosarcoma pada
tahun 1854, namun gambaran histopatologis baru didapatkan pada tahun
1946, ketika Stout menemukan kelainan morfologi dari rhabdomyoblast.
Sesuai dengan namanya, tumor ini diperkirakan berasal dari sel otot
primitif.

Rhabdomyosarcoma lebih sering terjadi pada laki-laki dimana 87% pada


penderita dibawah usia 15 tahun dan 13% pada penderita usia antara 15-21
tahun. Sangat jarang terjadi pada usia dewasa muda.

Meskipun tumor ini diperkirakan berasal dari sel otot primitif, namun
tumor ini dapat timbul dimana saja kecuali tulang. Bagian yang tersering
adalah kepala dan leher (28%), ekstremitas (24%), saluran kemih
(18%), rongga dada (11%), mata (7%), dan retroperitonium (6%).
Rhabdomyosarcoma muncul di lain tempat kurang dari 3% penderita.
6

Tipe Botryoid sering terdapat pada kandung empedu, vagina, dan saluran
THT. Lesi pada ekstremitas sering kali merupakan tipe alveolar. Proses
metastase sering terjadi pada paru, tulang, sumsum tulang, kelenjar getah
bening, payudara, dan otak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pada anak dengan rhabdomyosarcoma
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i mampu :
a. Memahami tentang konsep dasar penyakit hipoksemia
b. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada anak
dengan rhabdomyosarcoma
c. Menentukan masalah keperawatan pada anak dengan
rhabdomyosarcoma
d. Merencanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
rhabdomyosarcoma

C. Ruang Lingkup
Dalam pengerjaan makalah ini, saya membatasi ruang lingkup
pembahasannya pada “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan
rhabdomyosarcoma”.

D. Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan metode
mengumpulkan data dan informasi dari buku maupun jurnal dan internet.
Studi pustaka ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan penulisan
ini.
7

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami dalam penulisan makalah ini,


penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode


penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II : tinjauan
teori meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, (proses perjalanan
penyakit, manifestasi klinis, dan komplikasi), penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan. BAB III : penutup meliputi kesimpulan dan saran.
8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Rhabdomyosarcoma adalah kanker ganas yang paling sering ditemukan pada
anak-anak. Daerah yang paling umum diserang antara lain kepala, leher, saluran
urogenital, lengan atau kaki. Penyebab Rhabdomyosarcoma tidak diketahui secara
pasti. Tumor ini adalah tumor langka hanya terjadi dalam beberapa pasien.
Beberapa anak dengan cacat lahir tertentu mengalami peningkatan risiko, dan
beberapa keluarga memiliki mutasi gen yang memungkinkan risiko terserang
kanker ini. Namun, sebagian besar anak-anak dengan rhabdomyosarcoma tidak
memiliki faktor risiko yang diketahui. (Wilson, 2016)

Rabdomiosarkoma adalah jenis sarkoma (tumor jaringan lunak) dan sarkoma ini
berasal dari otot skeletal. Rabdomiosarkoma juga bisa menyerang jaringan otot,
sepanjang intestinal atau dimana saja termasuk leher. Umumnya terjadi pada
anak-anak usia 1-5 tahun dan bisa ditemukan pada usia 15-19 tahun walaupun
insidennya sangat jarang. Rabdomiosarkoma relatif jarang terjadi. Dua bentuk
yang sering terjadi adalah embrional rabdomiosarkoma dan alveolar
rabdomiosarkoma.(Levine, 2015)

Klasifikasi rhabdomyosarcoma terdiri dari :


1) Embrional rabdomiosarkoma adalah tipe histopatologi yang paling umum
terlihat di orbit dan umumnya memiliki prognosis yang baik. Embrional
rabdomiosarkoma terdiri dari bolak daerah seluler dan myxoid. Sel-sel tumor
yang memanjang dengan inti hyperchromatic dikelilingi oleh sejumlah besar
sitoplasma eosinofilik.

2) Alveolar rabdomiosarkoma, bernama karena penampilan histologis mirip


dengan alveoli paru-paru, merupakan varietas yang paling umum dan membawa
9

prognosis terburuk. Ini terdiri dari rhabdomyoblasts eosinofilik longgar melekat


dalam septa hyalinized tipis. Sel tumor di pinggiran alveoli sering terjaga dengan
baik sementara mengambang bebas di tengah diatur secara longgar dan kurang
terpelihara.

3) Botyroid rabdomiosarkoma sering dianggap sebagai varian dari embrional


rabdomiosarkoma karena lebih sering muncul sebagai massa berdaging seperti
anggur atau proliferasi di fornikel konjungtiva. Histologis terlihat mirip dengan
rabdomiosarkoma embrional.

B. Etiologi
Hingga saat ini penyebab Rhabdomiosarkoma belum diketahui secara pasti.
Faktor genetik dan lingkungan diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit ini.
Tumor ini merupakan tumor langka dan hanya terjadi pada beberapa pasien.
Walaupun sebagian besar rhabdomiosarkoma terjadi secara sporadik, namun
demikian 10-33% rhabdomiosarkoma dapat berkembang karena faktor genetic
( McDowell, 2013).

Anak-anak dengan gangguan genetik langka tertentu memiliki risiko lebih tinggi
terkena rhabdomiosarkoma. Beberapa anak dengan cacat lahir tertentu
mengalami peningkatan risiko, dan beberapa keluarga memiliki mutasi gen
memungkinkan risiko terserang kanker ini.

Beberapa faktor lingkungan yang diduga berperan dengan prevalensi


rhabdomiosarkoma Penggunaan orang tua terhadap marijuana dan kokain,
penyinaran sinar X, makanan dan pola makan, polusi lingkungan yang
mengandung zat-zat karsinogen, penggunaan obatobat sitostatika dalam hal ini
obat kemoterapi, sering kontak dengan sinar matahari terutama pada anak-anak,

penggunaan alkohol sebelumnya, kontak dengan zat-zat karsinogen di daerah


tempat bekerja khususnya pada orang dewasa.
10

C. Patofisiologi
1) Proses perjalanan penyakit
Meskipun rabdomiosarkoma berasal dari sel otot skeletal, tumor ini bisa
menyerang bagian manapun dari tubuh kecuali tulang. etiologi dari
rabdomiosarkoma tidak diketahui. Rabdomiosarkoma diduga timbul dari
mesemkim embrional yang sama dengan otot serat lintang. Atas dasar
gambaran mikroskopik cahaya, rabdomiosarkoma termasuk kelompok
“tumor sel bulat kecil”, yang meliputi sarkoma Ewing, neuroblastoma,
tumor neuroektodermal primitif dan limfoma non hodgkin. Diagnosis
pasti adalah histopatologi atau perlu ditambah pemeriksaan
imunohistokimia dengan menggunakan antibody terhdap otot skelet (desmin,
aktin khas otot) dan mikroskop elektron untuk membedakan gambaran khas.

2) Manifestasi klinis
Gejala klinik sesuai dengan tempat di mana tumor tersebut tumbuh:
a) Kepala dan leher
jika mengenai mata atau alis mata, maka dapat menyebabkan mata
menonjol, bengkak pada palpebra, atau paralisis otot-otot mata. Jika
mengenai sinus, maka dapat menyebabkan hidung tersumbat, terkadang
sekret hidung berupa darah atau nanah. Bila mengenai parameningeal,
maka dapat terjadi kelumpuhan saraf kranial. (William.W.H., Levin.M.J.,
Sondhimer.J.M., Deterding.R.R., 2012). Pada lokasi lain kepala dan leher,
gejala umum yang timbul adalah benjolan yang tidak sakit atau bengkak
yang cepat membesar. Rabdomiosarkoma yang terdapat dekat dengan
tulang tengkorak.

b) Tractus genitourinaria
11

sulit berkemih, hematuria, kontipasi, benjolan pada vagina, sekret vagina


yang mengandung darah, atau pembesaran salah satu scrotum namun tidak
sakit.
c) Ekstremitas dan batang tubuh : berupa benjolan dengan atau tanpa rasa
sakit, lunak, dan berwarna kemerahan. (Rudolph. A. M., 2002.)
d) Demam tinggi mendadak dengan suhu dapat mencapai 39oC. Demam
yang terjadi dapat persisten hingga 10-11 hari tanpa pengobatan. Dengan
terapi yang adekuat, demam biasanya dapat turun pada hari kedua, setelah
5 hari manifestasi klinis lain pada fase akut ini akan dapat muncul.
e) Konjungtivitis tanpa eksudat muncul beebrapa saat setelah onset demam
muncul. Namun manifestasi konjungtivitis ini dapat hilang sendiri.
f) Perubahan pada bibir dan mulut, perubahan yang terjadi dapat berupa
eritema, kering, fissure, bahkan bisa berdarah. Pada lidah dapat terbentuk
warna kemerahan seperti strawberry yang sering disebut strawberry
tongue. Mukosa orofaring juga dapat terlihat hiperemis.
g) Perubahan pada ekstremitas, yaitu eritema dan edema pada tangan dan
kaki, terkadang dapat dijumpai indurasi yang nyeri pada ekstremitas
tersebut. lesi kulit deskuamasi dapat terjadi setelah 2-3 minggu.

3) Komplikasi
a) Impetigo
Adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lelupuhan kecil
berisi nanah
b) Cellulitis
Adalah peradangan dari syaraf dibawah kulit. Biasanya akan terjadi
pembemkakan dan kemerahan dibagian kulit itu.

c) Mastitis
12

Pada wanita-wanita yang menyusui, staph dapat berakibat


mastitis(peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-
bisul bernanah staph dapat mengeluarkan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.
d) Edocarditis
Adalah infeksi dari katup-katup jantung. Dapat menyebabkan gagal
jantung.
e) Mual, Muntah, Diare, dan Dehidrasi
Memakan makanan yang sudah terinfeksi bakteri staphylococcus dapat
menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi karena memakan
makanan beracun yang dikeluarkan oleh bakteri staph itu sendiri

D. Penatalaksanaan medis
1) Tumor Primer
a) Tumor yang resektabel
Dilakukan pembedahan radikal pada tumor yang resektabel dengan syarat
tumor dapat diangkat semua dan batas sayatan bebas sel tumor ganas.
Terdapat 2 macam prosedur pembedahan yaitu :
a. Eksisi luas lokal : untuk G1 dan tumor masih terlokalisir
b. Eksisi luas radikal : untuk G3 dan tumor sudah menyebar
Regional/KGB
b) Tumor yang Rekuren
Pembedahan yang tidak adekuat dan manipulasi tumor pada saat
pembedahan merupakan penyebab timbulnya rekuren lokal. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah :
1. Evaluasi kembali derajat keganasan dengan melakukan biopsy insisional
2. Nilai kembali ekstensi tumor dalam mempertimbangkan re-eksisi tumor
untuk tujuan kuratif.

2) Prognosis
13

Diantara penderita dengan tumor yang dapat direseksi, 80-90% mendapatkan


ketahanan hidup bebas penyakit yang lama. Kira-kira 60% penderita dengan
tumor reginal yang direseksi tidak total juga mendapatkan ketahanan hidup
bebas penyakit jangka panjang. Penderita dengan penyakit menyebar
mempunyai prognosis buruk.
Prognosis tergantung dari :
a) Ukuran tumor
b) Lokasi tumor
c) Derajat keganasan
d) Sel nekrosis

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi dan
dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan berkesinambungan (Barbara
Kozier, et, al, 2010).

Pemeriksaan Fisik meliputi :


1) Kepala dan leher
a) Kepala :
 Inspeksi: terdapat bengkak, penyebaran rambut tidak merata, mudah
rontok.
 Palpasi: terdapat benjolan, adanya nyeri tekan pada bagian luka.
b) Muka :
 Inspeksi: Tidak simetris, warna kulit kemerahan karena adanya
inflamasi.
 Palpasi: ada nodul, dan nyeri pada muka.
c) Mata :
 Inspeksi: tidak simetris, pada muka tampak mata menonjol, bengkak
pada palpebra, bulu mata rontok.
 Palpasi: adanya nyeri tekan pada bola mata.
14

d) Hidung :
 Inspeksi: tidak simetris, hidung tersumbat, sekret hidung berupa darah
atau nanah.
 Palpasi: ada nodul yang lebih dari 1 cm yang berisi pust.
e) Leher:
 Inspeksi: tidak simetris, ada bengkak pada daerah kanker, pemebsaran
pada daerah kelenjar tiroid.
 Palpasi: Ada massa pada sekitar kelenjar tiroid. Tekstur kasar pada
kulit.
2) Dada dan thorax
a) Inspeksi: Bengkak, adanya lesi kulit.
b) Palpasi: ada massa pada dada.
(pada dada dan thorax jarang di temukannya penyakit kanker
Rabdomiosarkoma)
3) Ekstremitas
 Inspeksi:Lesi, dan berwarna kemerahan.
 Palpasi: Berupa benjolan dengan tanpa rasa sakit, lunak
4) Genetalia
 Inspeksi: Terdapat lesi pada vagina, sekret vagina yang mengandung
darah (pada wanita), pembesaran di salah satu scrotum (pada laki-laki).
 Palpasi: ada benjolan pada sekitar kemaluan/pubis yg lunak.

5) Pemeriksaan penunjang
a) CT-Scan
digunakan untuk mengetahui adanya kanker yang telah
bermetastasis(menyebar kebagian organ lain) pemeriksaan ini dilakukan
sesuai standart penyembuhan penyakit kanker. Cara pemeriksaan ini yaitu
dengan menganjurkan pasien masuk ke dalam alat yang berbentuk
15

tube(tabung) serta menganjurkan pasien untuk diam tanpa adanya gerakan


untuk memberikan hasil yang maksimal, biasanya pasien dalam keadaan

berbaring. Hasil dari gambar jaringan lunak dan pembuluh darah terlihat
lebih jelas dan lebih detail serta menyediakan informasi yang lebih rinci
mengenai cedera, bahawa adanya daerah yang terinfeksi(metatase) pada
organ lain.

b) Bone-scans
digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di tulang yang
diakibatkan kanker Rabdomiosarkoma(RMS). Cara pemeriksaan ini yaitu
dengan menganjurkan pasien untuk mengambil posisi di depan alat
dengan menganjurkan pasien diam dalam posisi tegak dan tangan dalam
keadaan terbuka (tidak boleh menggenggamkan tangan).Hasil dari
pemeriksaan ini adalah gambar yang akurat mengenai tulang yang
terinfeksi, lebih akurat pada bagian tulang. Dengan adanya lesi tulang
akibat kanker ini.

c) X-rays
pemeriksaan ini menggunakan penyinaran dengan sinar x yang
berfungsi untuk melihat organ dalam dan mendeteksi adanya
gangguan pada organ tersebut serta melihat apakah organ itu
berfungsi atau tidak. Cara pemeriksaan ini yaitu dengan menganjurkan
pasien dalam posisi berdiri atau duduk dengan pandangan ke depan
menghadap kearah sinar x, dan berposisi yang tegak. Hasilnya yaitu
mengetahui organ-organ yang terserang pada daerah sekita kanker ini, dan
mengetahui seberapa parah akibat dari keganasan kanker tersebut.

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga,
dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial, dimana
16

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat


mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah status kesehatan klien
(Carpenito, 2009 ; Gordon, 2006 & NANDA).

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d.


2. Pola nafas tidak efektif b.d.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d.

G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-
langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan, rencana
tindakan, dan penilaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis data
dan diagnosis keperawatan (Hendry dan Walker, 2004).
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kriteria hasil :
1. Batuk efektif meningkat, Produksi sputum menurun, Frekuensi nafas
membaik.
Rencana Tindakan
Observasi :
a) Monitor pola nafas
b) Monitor bunyi nafas
c) Monitor sputum
Terapeutik :
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas
b) Lakukan fisoterapi dada
Edukasi :
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator
17

2) Pola nafas tidak efektif


Kriteria hasil :
Tekanan ekspirasi emningkat, dipsnea menurun, frekuensi nafas membaik.

Rencana Tindakan
Observasi :
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b) Monitor kemampuan batuk efektif
c) Auskultasi bunyi nafas
Terapeutik :
a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan

3) Gangguan mobilitas fisik


Kriteria hasil :
Pergerakan ekskremitas meningkat, gerakan terbatas menurun, kelemahan fisik
menurun.
Rencana Tindakan
Observasi :
a) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
b) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik :
a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
b) Fasilitasi melakukan pergerakan
Edukasi :
a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
18

H. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan serangkaian yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi ke
status kesehatan yang baik menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 2010).

Proses pelaksanaan harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain


yang mempengahruhi kebutuhan keperawatan, strategi pelaksanaan keperawatan,
dan kegiatan komunikasi

I. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan fase kunjungan dan fase terakhir keperawatan.


Melalui evaluasi perawat menunjukan tanggung jawab tanggung gugat terhadap
tindakan mereka, menunjukan perhatian pada hasil tindakan keperawatan dan
menunjukan keinginan untuk tidak melanjutkan tindakan yang tidak efektif tapi
mentransformasi yang lebih efektif (Kozier, 2011).

Jenis-jenis evaluasi:
1) Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2) Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.

Adapun evaluasi pada kilen dengan Rhabdomyosarcoma adalah sebagai berikut :

1) Bersihan jalan nafas efektif


2) Pola nafas membaik
3) Mobilitas fisik terpenuhi
19

BAB III

PENUTUP

Setelah penulis membahas secara keseluruhan tentang Asuhan Keperawatan dengan


penyakit rhabdomyosarcoma baik dari segi tinjauan teoritis, maka dapat disimpulkan dan
beberapa saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
Rhabdomyosarcoma adalah kanker yang tumbuh dari otot rangka, yaitu yang dapat
diatur gerakannya. Otot rangka bukan hanya terletak di lengan dan tungkai, tetapi
juga berada di kepala dan leher, kandung kemih, serta dada dan perut. Seluruh tempat
tersebut merupakan tempat di mana rhabdomyosarcoma biasa tumbuh.(Eddison,
2014)

Hingga saat ini, penyebab pasti rhabdomyosarcoma belum diketahui. Seperti


layaknya kanker lain, rhabdomyosarcoma terjadi karena adanya pertumbuhan sel-sel
secara abnormal. Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang
menderita rhabdomyosarcoma, antara lain adalah :

a) Menderita kelainan genetik, sindrom Li-Fraumeni, sindrom Beckwith-


Wiedemann, sindrom Costello, dan sindrom Noonan.
b) Paparan sinar radiasi saat masih di kandungan.
c) Menggunakan ganja dan kokain saat kehamilan.
d) Kecanduan alkohol saat kehamilan.

Gejala rhabdomyosarcoma yang muncul, tergantung dari besar dan lokasi tumor, serta
stadium keparahan dari kanker yang dialami penderita. Berikut ini adalah beberapa
gejala yang mungkin muncul pada area tubuh tertentu :
20

a) Tumor pada otot leher, dada, punggung, lengan, tungkai dan selangkangan (termasuk
testis) -  gejala berupa benjolan yang terkadang dapat menimbulkan nyeri serta
berwarna kemerahan.
b) Tumor di sekitar otot mata - mengakibatkan mata seperti menonjol keluar, terlihat
seperti mata juling, serta penglihatan juga terganggu.
c) Tumor pada perut - gejala berupa muntah, perut terasa nyeri, serta perubahan pola
buang air besar.
d) Tumor pada kandung kemih, vagina, atau prostat - gejala berupa keluar darah pada
urine atau perdarahan dari vagina. Tumor yang sudah sangat besar dapat
menyebabkan kesulitan buang air kecil atau buang air besar.
e) Tumor pada telinga dan hidung - gejala berupa nyeri pada telinga, hidung tersumbat,
serta mimisan dan keluar darah dari telinga.

Saat tumor semakin membesar parah atau sudah menyebar ke organ lain dapat
menimbulkan keluhan kesemutan dan kelemahan otot akibat saraf yang tertekan, serta
batuk, sesak, pucat, dan nyeri tulang, tergantung penyebaran tumor.

E. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi dan
dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan berkesinambungan (Barbara
Kozier, et, al, 2010).

Pemeriksaan Fisik meliputi :


a) Kepala dan leher
a) Kepala :
 Inspeksi: terdapat bengkak, penyebaran rambut tidak merata, mudah
rontok.
 Palpasi: terdapat benjolan, adanya nyeri tekan pada bagian luka.
b) Muka :
21

 Inspeksi: Tidak simetris, warna kulit kemerahan karena adanya


inflamasi.
 Palpasi: ada nodul, dan nyeri pada muka.
c) Mata :
 Inspeksi: tidak simetris, pada muka tampak mata menonjol, bengkak
pada palpebra, bulu mata rontok.
 Palpasi: adanya nyeri tekan pada bola mata.
d) Hidung :
 Inspeksi: tidak simetris, hidung tersumbat, sekret hidung berupa darah
atau nanah.
 Palpasi: ada nodul yang lebih dari 1 cm yang berisi pust.
e) Leher:
 Inspeksi: tidak simetris, ada bengkak pada daerah kanker, pemebsaran
pada daerah kelenjar tiroid.
 Palpasi: Ada massa pada sekitar kelenjar tiroid. Tekstur kasar pada
kulit.
b) Dada dan thorax
 Inspeksi: Bengkak, adanya lesi kulit.
 Palpasi: ada massa pada dada.
(pada dada dan thorax jarang di temukannya penyakit kanker
Rabdomiosarkoma)
c) Ekstremitas
 Inspeksi:Lesi, dan berwarna kemerahan.
 Palpasi: Berupa benjolan dengan tanpa rasa sakit, lunak
d) Genetalia
 Inspeksi: Terdapat lesi pada vagina, sekret vagina yang mengandung darah
(pada wanita), pembesaran di salah satu scrotum (pada laki-laki).
 Palpasi: ada benjolan pada sekitar kemaluan/pubis yg lunak.
22

e) Pemeriksaan penunjang
a) CT-Scan
digunakan untuk mengetahui adanya kanker yang telah
bermetastasis(menyebar kebagian organ lain) pemeriksaan ini dilakukan
sesuai standart penyembuhan penyakit kanker. Cara pemeriksaan ini yaitu
dengan menganjurkan pasien masuk ke dalam alat yang berbentuk
tube(tabung) serta menganjurkan pasien untuk diam tanpa adanya gerakan
untuk memberikan hasil yang maksimal, biasanya pasien dalam keadaan

berbaring. Hasil dari gambar jaringan lunak dan pembuluh darah terlihat
lebih jelas dan lebih detail serta menyediakan informasi yang lebih rinci
mengenai cedera, bahawa adanya daerah yang terinfeksi(metatase) pada
organ lain.

b) Bone-scans
digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di tulang yang
diakibatkan kanker Rabdomiosarkoma(RMS). Cara pemeriksaan ini yaitu
dengan menganjurkan pasien untuk mengambil posisi di depan alat dengan
menganjurkan pasien diam dalam posisi tegak dan tangan dalam keadaan
terbuka (tidak boleh menggenggamkan tangan).Hasil dari pemeriksaan ini
adalah gambar yang akurat mengenai tulang yang terinfeksi, lebih
akurat pada bagian tulang. Dengan adanya lesi tulang akibat kanker ini.

c) X-rays
pemeriksaan ini menggunakan penyinaran dengan sinar x yang
berfungsi untuk melihat organ dalam dan mendeteksi adanya gangguan
pada organ tersebut serta melihat apakah organ itu berfungsi atau
tidak. Cara pemeriksaan ini yaitu dengan menganjurkan pasien dalam posisi
berdiri atau duduk dengan pandangan ke depan menghadap kearah sinar x,
dan berposisi yang tegak. Hasilnya yaitu mengetahui organ-organ yang
23

terserang pada daerah sekita kanker ini, dan mengetahui seberapa parah
akibat dari keganasan kanker tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga,
dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial, dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah status kesehatan klien
(Carpenito, 2009 ; Gordon, 2006 & NANDA).

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif


b) Pola nafas tidak efektif
c) Gangguan mobilitas fisik

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-
langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan, rencana
tindakan, dan penilaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis data
dan diagnosis keperawatan (Hendry dan Walker, 2004).
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kriteria hasil :
a) Batuk efektif meningkat, Produksi sputum menurun, Frekuensi nafas
membaik.
Rencana Tindakan
Observasi :
a) Monitor pola nafas
b) Monitor bunyi nafas
c) Monitor sputum
Terapeutik :
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas
24

b) Lakukan fisoterapi dada


Edukasi :
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator

2) Pola nafas tidak efektif


Kriteria hasil :
Tekanan ekspirasi emningkat, dipsnea menurun, frekuensi nafas membaik.

Rencana Tindakan
Observasi :
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b) Monitor kemampuan batuk efektif
c) Auskultasi bunyi nafas
Terapeutik :
a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan

3) Gangguan mobilitas fisik


Kriteria hasil :
Pergerakan ekskremitas meningkat, gerakan terbatas menurun, kelemahan fisik
menurun.
Rencana Tindakan
Observasi :
a) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
b) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik :
25

a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu


b) Fasilitasi melakukan pergerakan

Edukasi :
a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
26

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, pada asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
rhabdomyosarcoma penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Mahasiswa
a. Diharapkan mahasiswa menjadikan makalah ini salah satu sumber pembuatan
tulisan
b. Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan
apa yang tertera di makalah ini
c. Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep teori tentang penyakit
rhabdomyosarcoma pada anak
2. Institusi
Diharapkan dapat lebih meningkatkan saran dan prasarana yang mendukung
untuk proses pembelajaran seperti penambahan buku sumber diperpustakaan.
27

DAFTAR PUSTAKA

Misra S, Patill K, Misra N, Patill K. Advanced case of rhabdomyosarcoma. Journal of


Clinical and Experimental Ophthalmology. 2016;7(2):1-3.

Hadjistilianou D, Karcioglu A. Malignant pediatric tumors. orbital tumors. New Orleans:


Springer; 2015; 304-7.

Timothy PC. Rhabdomyosarcoma. http://www.emedicine.com. (diakses 11 Maret 2016).

Moon S, Kwon SW, Lee HJ. A case of alveolar rhabdomyosarcoma of the ethmoid sinus
invading the orbit in an adult. Korean Journal of Ophthalmology. Incheon.
2015;20(2):70-5.

Nagarkar R, Roy S, Akheel M. Rhabdomysarcoma: a rare case report and review. IJJS
Case Report and review. 2014; 1 (5): 6-10.

Anda mungkin juga menyukai