Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

HIPOKSEMIA

Disusun Oleh :

SARTIYAH

17214137

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG

Jl. Arya Santika, Kel. Margasari, Kec. Karawaci No. 40A

Tangerang

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Hipoksemia”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah keperawatan anak 2. Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak menghadapi hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan pada kesempatan ini saya mngucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ida Farida, S.Kp., M.Kes., selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan.
3. Ibu Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep.M.Kep., selaku penanggung jawab 3C
Keperawatan.
4. Ibu Ns. Ria Setia Sari, M.Kep., selaku koordinator mata ajar Keperawatan
Anak 2.
5. Ibu Ns. Mursiah, S.Kep., selaku Dosen Pembimbing.
6. Teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini, dan semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun amat penulis nantikan dari kalangan
pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah
ditugas lainnya dan diwaktu berikutnya.

Tangerang, 29 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 3

1.Tujuan Umum 3
2.Tujuan Khusus 3

C. Ruang Lingkup 4

D. Metode Penulisan 4

E. Sistematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian 5
B. Etiologi 5
C. Patofisiologi 6
1. Proses Perjalanan Penyakit 6
2. Manifestasi Klinik 6
3. Komplikasi 7
D. Penatalaksanaan Medis 7
E. Pengkajian Keperawatan 9
F. Diagnosa Keperawatan 10
G. Perencanaan Keperawatan 11
H. Pelaksanaan Keperawatan 15
I. Evaluasi Keperawatan 15

ii
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 17

B. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsurvital dalam proses
metabolisme. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses
tubuh secara fungsional serta kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Imelda, 2009). Oksigen
diperlukan sel untuk mengubah glukosa menjadi energi yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti aktivitas fisik, penyerapan
makanan, membangun kekebalan tubuh, pemulihan kondisi tubuh, juga
penghancuran beberapa racun sisa metabolisme (Nikmawati, 2006).

Pemeliharaan oksigenasi jaringan tergantung pada 3 sistem organ yaitu


sistem kardiovaskuler, hematologi, dan respirasi. Jika aliran oksigen ke
jaringan berkurang, atau jika penggunaan berlebihan di jaringan maka
metabolisme akan berubah dari aerobik ke metabolisme anaerobik untuk
menyediakan energi yang cukup untuk metabolisme (Sudoyo etal, 2009).
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan metabolisme berlangsung tidak
sempurna, adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan
hipoksemia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian
jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Hipoksemia adalah kadar
oksigen pada arteri yang berkurang dapat disebabkan oleh defek jantung
dan kelainan yang memungkinkan darah terdeoksigenasi memasuki
sirkulasi sistemik tanpa melewati paru, tanda tandanya termasuk
penurunan saturasi oksigen arterial, penurunan tekanan parsial oksigen
arteri (PaO2) (Harahap, 2005).

Sebagian penyebab hipoksemia yaitu hipoventilasi, ketidakcocokan


ventilasi/perfusi, pirau kanan ke kiri, gangguan difusi, dan PO2 rendah,
yang biasanya mempengaruhi laju atau volume udara yang memasuki

1
2

paru-paru (ventilasi) atau penyebab apapun yang mempengaruhi


perpindahan udara dari paru-paru ke darah.

Pada penderita hipoksemia menunjukkan tanda dan gejala seperti sesak


napas, peningkatan laju pernapasan, penggunaan otot dada dan perut untuk
bernapas, mengerutkan bibir, sianosis, clubbing digital, batuk, hemoptisis,
sakit kepala, kelelahan, kebingungan, gelisah, dan nyeri dada karena
jantung tidak menerima cukup oksigen.

Berdasarkan klasifikasi klinis WHO, terdapat 13,3% (9,3-37,5%), karena


setiap tahunnya 11-20 juta anak dirawat di rumah sakit dengan hipoksemia
kronik. Di American Society of Anesthesiologist (ASA) tahun 2005
menuliskan bahwa sejak pulse oximetry diadopsi ASA tahun 1990 sebagai
standar perawatan karena logis diindikasikan dan alat ini berguna dalam
mengurangi insiden cedera kepala, henti jantung, dan kematian,
hipoksemia atrial pada pasien sirosis hepatis lebih kurang terjadi pada 10%
pasiennya. Pada tahun 1980-an didapatkan data bahwa episode hipoksemia
lebih banyak terjadi dibandingkan dengan dugaan sebelumnya dengan
insiden sekitar 20% - 82%, pada 20.802 pasien bedah, monitoring SpO 2
berhubungan dengan 19 kali lipat peningkatan insiden penegakan
diagnosis hipoksemia, penelitian lain pada anak juga memberi hasil yang
sama. Berdasarkan studi pendahuluan di ICU RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, pasien yang dirawat di ICU pada bulan Januari-Oktober 2006
sebanyak 661 pasien dengan kejadian hipoksemia sebanyak 198 pasien
(30%) pada masa perawatan lima hari dan kejadian hipoksemia 330 pasien
(50%) pada saat pasien dirawat kurang dari lima hari.

Bila hipoksemia tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan


fungsi normal tubuh, teramasuk fungsi otak, hati, jantung, dan organ
lainnya. Saat kadar oksigen darah mulai rendah akan merasakan napas
lebih pendek (sesak napas), sebagai respon paru-paru untuk meningkatkan
kadar oksigen dalam darah, detak jantung lebih cepat, sebagai respon
3

jantung untuk membantu mengedarkan oksigen dalam darah ke seluruh


tubuh, sakit kepala, kelelahan, kebingungan, gelisah, nyeri dada, karena
jantung tidak menerima cukup oksigen. Hipoksemia yang lebih parah
dapat menyebabkan fungsi otak terganggu, hal ini bisa membuat perhatian
menurun dan disorietasi. Pada sistem pernapasan, ini dapat menyebabkan
pernapasan tidak teratur. Pada jantung, hipoksemia berat dapat
menyebabkan detak jantung dan tekanan darah menurun. Pada akhirnya,
hipoksemia yang sangat parah bisa menyebabkan koma atau kematian.

Untuk mengatasi penyakit hipoksemia di perlukan asuhan keperawatan


yang komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan oleh karena
itu perawat memegang peranan penting pada aspek promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Aspek promotif yaitu upaya dalam peningkatan
kesehatan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
tentang pentingnya menjaga pola makan dan makanan yang bergizi agar
tetap sehat. Aspek preventif dengan cara ibu menghindarkan anaknya dari
orang yang sedang merokok, cukup minum air mineral, dan pola hidup
sehat. Sementara aspek kuratif yaitu dengan cara bekerja sama dengan tim
medis lainnya seperti dokter dalam pemberian obat-obatan dan terapi
oksigen, dan aspek rehabilitatif dengan cara menerapkan pola hidup sehat.

Berdasarkan uraian di atas dengan melihat angka insiden yang terjadi di


Indonesia dan dunia maka saya tertarik untuk membahas kasus tentang
“Asuhan Keperawatan pada anak dengan hipoksemia”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pada anak dengan hipoksemia.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i mampu :
4

a. Memahami tentang konsep dasar penyakit hipoksemia


b. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada anak
dengan hipoksemia
c. Menentukan masalah keperawatan pada anak dengan hipoksemia
d. Merencanakan asuhan keperawatan pada anak dengan hipoksemia

C. Ruang Lingkup
Dalam pengerjaan makalah ini, saya membatasi ruang lingkup
pembahasannya pada “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan
Hipoksemia”.

D. Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan metode
mengumpulkan data dan informasi dari buku maupun jurnal dan internet.
Studi pustaka ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan penulisan
ini.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami dalam penulisan makalah ini,


penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode


penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II : tinjauan
teori meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, (proses perjalanan
penyakit, manifestasi klinis, dan komplikasi), penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan. BAB III : penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan metabolisme berlangsung tidak
sempurna, adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan
hipoksemia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian
jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Hipoksemia adalah kadar
oksigen pada arteri yang berkurang dapat disebabkan oleh defek jantung
dan kelainan yang memungkinkan darah terdeoksigenasi memasuki
sirkulasi sistemik tanpa melewati paru, tanda tandanya termasuk
penurunan saturasi oksigen arterial, penurunan tekanan parsial oksigen
arteri (PaO2) (Harahap, 2005).

Hipoksemia di klasifikasikan berdasarkan jenis penyebabnya terdiri dari :


1. Hipoksemia Ringan : mungkin asimptomatik, sianosis ringan,
pertumbuhan dan perkembangan normal (atau mendekati normal)
2. Hipoksemia Berat : asupan makan yang buruk, berat badan yang
buruk, takipnea, dyspnea, tanda-tanda konsisten dengan perfusi yang
tidak adekuat.
3. Serangan Hipersianotik Mendadak (hypercyanotic spells) :
Berhubungan dengan anak yang mengalami tetralogy of Fallot;
biasanya terjadi antara usia 2 dan 12 bulan. Tanda-tandanya termasuk
pernapasan dalam yang cepat, sianosis akut. Dan jika tidak segera
diobati, dapat menyebabkan kerusakan otak, kematian.

B. Etiologi
Hipoksemia mengacu pada kekurangan oksigen dalam darah. Dengan
demikian setiap penyebab yang mempengaruhi laju atau volume udara
yang memasuki paru-paru (ventilasi) atau penyebab apapun yang
mempengaruhi perpindahan udara dari paru-paru ke darah dapat

5
6

menyebabkan hipoksemia. Seperti halnya penyebab pernapasan ini,


penyebab kardiovaskular seperti pirau juga dapat menyebabkan
hipoksemia. Hipoksemia disebabkan oleh lima kategori etiologi :
hipoventilasi, ketidakcocokan ventilasi/perfusi, pirau kanan ke kiri,
gangguan difusi, dan PO2 rendah.

C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Patofisiologi dari hipoksemia dimulai dari etiologi yang diantaranya
hipoventilasi, ketidakcocokan ventilasi/perfusi, pirau kanan ke kiri,
gangguan difusi, dan PO2 rendah. Adanya sumbatan pada jalan napas
ke sphincter cardia yang relaks masuk ke isi lambung mengalir
kembali ke orofaring (regurgitasi) menjadikan kegagalan respirasi
mencakup kegagalan oksigenasi maupun kegagalan ventilasi
menyebabkan PaCO2 menaik dan Ph <7,35 membangkitkan tekanan
yang diperlukan mengakibatkan kelelahan otot-otot respirasi dan jika
tidak segera diobati, dapat menyebabkan kerusakan otak, koma, dan
kematian.

2. Manifestasi Klinik
Hipoksemia dapat menyebabkan gejala seperti pada gangguan
pernapasan. Ini termasuk sesak napas, peningkatan laju pernapasan,
penggunaan otot dada dan perut untuk bernapas, dan mengerutkan
bibir. Hipoksemia kronis dapat dikompensasi atau tidak dikompensasi.
Kompensasi dapat menyebabkan gejala diabaikan pada awalnya,
namun penyakit lebih lanjut atau stress seperti setiap peningkatan
permintaan oksigen akhirnya dapat membuka kedok hipoksemia yang
ada. Dalam keadaan terkompensasi, pembuluh darah yang memasok
area paru yang kurang berventilasi dapat berkontraksi secara selektif,
untuk mengarahkan darah ke area paru-paru yang berventilasi lebih
baik. Namun, dalam konteks kronis, dan jika paru-paru tidak
berventilasi baik pada umumnya, mekanisme ini dapat menyebabkan
7

hipertensi paru, membebani ventrikel kanan jantung dan menyebabkan


cor pulmonale dan gagal jantung sisi kanan, polistemia juga dapat
terjadi. Pada anak-anak, hipoksemia kronis dapat bermanifestasi
sebagai pertumbuhan yang tertunda, perkembangan neurologis dan
perkembangan motorik dan penurunan kualitas tidur dengan seringnya
gairah tidur. Gejala hipoksemia lainnya mungkin termasuk sianosis,
clubbing digital, dan gejala yang mungkin berhubungan dengan
penyebab hipoksemia, termasuk batuk, hemoptisis, napas lebih pendek
(sesak napas) sebagai respon paru-paru untuk meningkatkan kadar
oksigen dalam darah, detak jantung lebih cepat sebagai respon jantung
untuk membantu mengedarkan oksigen dalam darah ke seluruh tubuh,
nyeri dada karena jantung tidak menerima cukup oksigen, sakit kepala,
kelelahan, kebingungan, dan gelisah.

3. Komplikasi
Hipoksemia dapat mengganggu fungsi normal tubuh, teramasuk fungsi
otak, hati, jantung, dan organ lainnya :
1. Hipertensi paru
2. Membebani ventrikel kanan jantung lalu menyebabkan cor
pulmonale dan gagal jantung sisi kanan
3. Hipoksemia kronik
4. Polisitemia
5. Pertumbuhan pada anak tertunda
6. Perkembangan neurologis
7. Perkembangan motorik
8. Penurunan kualitas tidur

D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Oksigen (O2)
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis
tujuan utama pemberian O2 adalah untuk mengatasi keadaan
8

Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, dan


untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard. Syarat-
syarat pemberian O2 meliputi : Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat
terkontrol, tidak terjadi penumpukan CO2, mempunyai tahanan jalan nafas
yang rendah, efisien dan ekonomis, dan nyaman untuk pasien.
a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu
dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan
aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter
nasal.
c. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8
L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.

d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing


Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu
60 – 80% denganaliran 8 – 12 L/mnt
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi O2 mencapai
99% denganaliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi.
2. Terapi Oksigen Hiperbarik
Suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% O2 kepada pasien
dalam suatu hyperbaric chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan
lebih dari udara atmosfir normal.
3. Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat kerbonat anhidrase menyebabkan peningkatan
ekresi HCO3- di urin merangsang pernapasan meningkatkan PCO2
dan mengurangi pembentukan cairan serebrospinal.
9

4. Penilaian dari pengelolaan jalan napas harus dilakukan dengan cepat,


tepat dan cermat.
a. Chin lift yaitu dengan empat jari salah satu tangan diletakkan
dibawah rahang ibu jari diatas dagu, kemudian secara hati-hati
dagu diangkat ke depan. Bila perlu ibu jari dipergunakan untuk
membuka mulut/bibir atau dikaitkan pada gigi seri bagian bawah
untuk mengangkat rahang bawah. Manuver Chin lift ini tidak boleh
menyebabkan posisi kepala hiperekstensi.
b. Jaw Thrust yaitu dengan mendorong angulus mandibula kanan dan
kiri ke depan dengan jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi
bawah berada di depan barisan gigi atas, kedua ibu jari membuka
mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi
penderita untuk melakukan immobilisasi kepala. Tindakan jaw
thrust buka mulut dan head tilt disebut airway manuver.

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi
dan dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan berkesinambungan
(Barbara Kozier, et, al, 2010).
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala: kelemahan, dispnea saat aktivitas atau istirahat
Tanda: disnpea saat melakukan aktivitas, kecepatan jantung tidak
normal, sulit tidur, perubahan tanda-tanda vital saat beraktivitas.
b. Kardiovaskuler
Gejala: retraksi dada, palpitasi, gagal napas.
Tanda: takikardia, peningkatan atau penurunan tekanan darah, nadi
perifer berkurang, nadi sentral jugulari kuat.
c. Pernafasan
Gejala: dispnea pada saat beraktivitas
Tanda: takpnea, dispnea, pernafasan dangkal, adanya otot bantu saat
bernafas, retraksi.
10

d. Pencernaan
Gejala: nafsu makan berkurang, berat badan sukar naik, porsi makan
tidak habis
Tanda: kehilangan berat badan, kelemahan otot untuk menelan,
sianosis pada membrane mukosa.
e. Integritas ego
Gejala: gelisah, menangis, ketakutan
Tanda: wajah tegang, menangis, merintih, peningkatan keringat
f. Neurosensori
Gejala: kelemahan, pusing
Tanda: otot wajah tegang, disorientasi, perubahan perilaku
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: nyeri dada saat bernapas, otot tegang
Tanda: tidak tenang, gelisah, ketegangan otot
h. Keamanan
Gejala: kehilangan kekuatan atau kelemahan pada tonus otot
Tanda: gangguan regulasi suhu, kelemahan tonus otot
i. Pemeriksaan Penunjang
1) Analisa Gas Darah
Sampel darah dari pembuluh arteri diperiksa untuk mengetahui
kadar oksigen yang terikat di sel darah merah.
2) Saturasi oksigen
Pada jari atau telinga penderita untuk mendeteksi kadar oksigen
dalam darah.
3) Tes Fungsi Paru
Tes ini dilakukan untuk mengetahui penyebab berkurangnya
oksigen dalam tubuh.

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial,
dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara
11

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara


pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah
status kesehatan klien (Carpenito, 2000 ; Gordon, 1976 & NANDA).
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
oksigen
2. Pola napas tidak epektif berhubungan dengan detak jantung lebih
cepat, sebagai respon jantung untuk membantu mengedarkan oksigen
dalam darah ke seluruh tubuh
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel ditandai
dengan kelemahan saat beraktivitas mobilisasi
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup

G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan
langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,
rencana tindakan, dan penilaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis data dan diagnosis keperawatan (Hendry dan Walker,
2004).
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
oksigen.
Kriteria hasil : PCO2, PO2 membaik, sianosi membaik, dispnea
menurun.

Rencana Tindakan
Mandiri :
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas, monitor
nilai AGD, monitor saturasi oksigen.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan
dan atau kronisnya proses penyakit
b. Kaji seacara rutin warna kulit dan membran mukosa
Rasional : sianosis perifer atau sentral mengindikasikan
12

beratnya hipoksemia
c. Auskultasi bunyi napas
Rasional : Bunyi napas mungkin redup karna penurunan aliran
udara atau adanya sekret tertahan

Terapeutik :
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Rasional : untuk mengetahui tindakan selanjutnya

Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional : untuk menambah wawasan keluarga

Kolaborasi :

a. Awasi pemeriksaan AGD


Rasional : PaCO2 biasanya meningkat dan PaO2 menurun,
sehingga hipoksemia terjadi dengan derajat lebih
besar atau lebih kecil
b. Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional : Dapat memperbaiki atau mencegah memperburuknya
hipoksemia

2. Pola napas tidak epektif berhubungan dengan detak jantung lebih


cepat, sebagai respon jantung untuk membantu mengedarkan oksigen
dalam darah ke seluruh tubuh
Kriteria hasil : dispnea menurun, frekuensi napas membaik,
kedalaman napas membaik.
13

Rencana Tindakan

Mandiri :

a. Memantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya untuk bernapas


Rasional : Untuk mengetahui apakah masih kesulitan bernapas
atau tidak, menggunakan otot bantu.
b. Posisikan semi fowler atau fowler
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernapasan.
c. Auskultasi bunyi napas tambahan
Rasional : Untuk mengetahui ada kelaianan pada saluran
pernapasan.

Terapeutik :

a. Posisikan semi fowler atau fowler


Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernapasan.
Edukasi :
a. Ajarkan tarik napas dalam
Rasional : Untuk meningkatkan pola napas.

Kolaborasi :
a. Berikan oksigen tambahan
Rasional : Dapat memperbaiki atau mencegah memperburuknya
hipoksemia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel ditandai
dengan kelemahan saat beraktivitas mobilisasi
Kriteria hasil: frekuensi nadi meningkat, keluhan lelah menurun,
dispnea saat dan setelah beraktivitas menurun
14

Rencana tindakan
Mandiri:
a. Identifikasi gangguan fungsional yang mengakibatkan kelelahan
Rasional: untuk mengurangi kelelahan
b. Monitor pola dan jam tidur
Rasional: untuk memantau pola tidur yang baik

Terapeutik:
a. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Rasional: untuk mengurangi stress karena kelelahan

Edukasi
a. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
Rasional: untuk menghindari kelelahan akibat aktifitas yang
berlebih.

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup


Kriteria hasil : porsi makanan yang dihabiskan meningkat, berat
badan membaik, membran mukosa membaik.

Rencana Tindakan
Mandiri :
a. Kaji kebiasaan asupan makanan secara tepat
Rasional : agar makanan yang masuk sesuai dengan yang
dibutuhkan tubuh.
b. Berikan perawatan oral sering
Rasional : Rasa tidak enak dan penampilan adalah pencegah
utama terhadap napsu makan dan dapat membuat
mual dan muntah.
c. Mengkaji perilaku klien yang berhubungan dengan pola makan,
penambahan dan kehilangan berat badan
Rasional : untuk mengetahui perilaku klien yang dapat
15

memicu penambahan atau kehilangan berat


badan.
Terapeutik :
a. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Rasional : untuk meningkatkan napsu makan

Edukasi :
a. Ajarkan diet yang diprogramkan
Rasional : untuk menaikkan berat badan dan menjaga pola
makanan

Kolaborasi :
a. Konsul dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang diutuhkan untuk kebutuhan gizi.
Rasional : agar intake kalori dan nutrisi seimbang.

H. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan serangkaian yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang di
hadapi ke status kesehatan yang baik menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam potter & perry, 1997).

Proses pelaksanaan harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor


lain yang mempengahruhi kebutuhan keperawatan, strategi pelaksanaan
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (kozier et al, 1995).

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan fase kunjungan dan fase terakhir
keperawatan. Melalui evaluasi perawat menunjukan tanggung jawab
tanggung gugat terhadap tindakan mereka, menunjukan perhatian pada
hasil tindakan keperawatan dan menunjukan keinginan untuk tidak
16

melanjutkan tindakan yang tidak efektif tapi mentransformasi yang lebih


efektif (Kozier, 2011).
Jenis-jenis evaluasi:
1. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.

Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkan adalah :

1. Tidak ada Gangguan pertukaran gas


2. Pola pernapasan efektif
3. Aktivitas adekuat
4. Kebutuhan nutrisi adekuat
BAB III

PENUTUP

Setelah penulis membahas secara keseluruhan tentang Asuhan Keperawatan


dengan penyakit hipoksemia baik dari segi tinjauan teoritis ataupun tinjauan
kasus, maka dapat disimpulkan dan beberapa saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan metabolisme berlangsung tidak
sempurna, adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksemia,
yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat
mengancam kehidupan. Hipoksemia adalah kadar oksigen pada arteri yang
berkurang dapat disebabkan oleh defek jantung dan kelainan yang
memungkinkan darah terdeoksigenasi memasuki sirkulasi sistemik tanpa
melewati paru, tanda tandanya termasuk penurunan saturasi oksigen arterial,
penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) (Harahap, 2005).

Sebagian penyebab hipoksemia yaitu hipoventilasi, ketidakcocokan


ventilasi/perfusi, pirau kanan ke kiri, gangguan difusi, dan PO2 rendah, yang
biasanya mempengaruhi laju atau volume udara yang memasuki paru-paru
(ventilasi) atau penyebab apapun yang mempengaruhi perpindahan udara dari
paru-paru ke darah. Pada penderita hipoksemia menunjukkan tanda dan gejala
seperti sesak napas, peningkatan laju pernapasan, penggunaan otot dada dan
perut untuk bernapas, mengerutkan bibir, sianosis, clubbing digital, batuk,
hemoptisis, sakit kepala, kelelahan, kebingungan, gelisah, dan nyeri dada
karena jantung tidak menerima cukup oksigen.

Rencana tindakan yang dilakukan salah satunya yaitu berikan oksigen,


monitor nyeri, memberikan teknik non farmakologi, berkolaborasi dalam
pemberian obat, dan menjaga aktivitas seminimal mungkin untuk mengurangi

17
18

kelelahan dengan kreteria hasil sesak napas menurun, nyeri menurun,


palpitasi menurun, lelah menurun, dispnea menurun, pucat / sianosis menurun,
tekanan darah membaik, dan keluhan lelah menurun.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, pada asuhan keperawatan pada anak dengan
penyakit hipoksemia penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Mahasiswa
a. Diharapkan mahasiswa menjadikan makalah ini salah satu sumber
pembuatan tulisan
b. Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan apa yang tertera di makalah ini
c. Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep teori tentang
penyakit hipoksemia pada anak
2. Institusi
Diharapkan dapat lebih meningkatkan saran dan prasarana yang
mendukung untuk proses pembelajaran seperti penambahan buku sumber
diperpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Heny Nyimas & Sulastri Titi. (2017). Keperawatan Anak. Edisi 1. Indonesia:
Elsevier.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnosa, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Efendi dkk.2009.Akurasi Pulse Oximetry dalam menentukan hipoksemia.


https://jurnal.ugm.ac.id/jik/article/view/10328. Diakses tanggal 29
November 2019 Pukul 13.00.

Wikipedia.2019.Hipoksemia. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Hypoxemia
Diakses tanggal 29 November 2019 Pukul 09.00.

Anda mungkin juga menyukai