Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Proses pengambilan keputusan etik dalam praktek


keperawatan”
Dosen Pengampu : DR.Nina Mardiana,S.Pd.,M.Kes

Disusun Oleh:
Anggie Yoya Dwi Lestari P07220119108
Dewi Safitri Melati P07220119115
Maylisa Aulia P07220119130
Reninda Rara Safira P07220119137

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS C


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN KALTIM
TAHUN AJARAN
2019
KATA PENGATAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah  ini dengan judul “Proses
pengambilan keputusan etik dalam praktek keperawatan “.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Etika keperawatan
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih
memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun
sistematika dan teknik penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Balikpapan, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.......................................................................i
Daftar Isi................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................1
A. Latar Belakang............................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................3
A. Teori dasar pembutan keputusan husted’s biothical

decision making {modelI}….……………………….3

1. Latar Belakang Pencetus Teori…………………3

2. Sumber Teori…………………………………..3

3. Konsep Utama dan Definisi……………………3

4. Inti Teori……………………………………….4

B. Kerangka pembuatan keputusan…………………….6

1. Model I…………………………………………7
2. Model II………………………………………..7
3. Model III (Model Keputusn Bioetis)…………..8

BAB III PENUTUP...............................................................9


A. Kesimpulan................................................................10
Daftar Pustaka.......................................................................11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang biologi dan kedokteran
telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang
sebagian besar belum teratasi ( catalona,1991 ).Etika adalah peraturan atau
norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang
berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang
dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral ( Nila
ismani,2001 ). Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistimatis tentang
suatu perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan
dengan perilaku. Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang
filosofi moral kedalam situasi nyata dan bertindak dalam kehidupannya
yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang
menggunakan masalah etik untuk menggambarkan etika suatu profesi dalam
hubungannya dalam kode etik profesional seperti kode etik PPNI atau
IBI. Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang
penghargaan suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap atau
perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-
nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku
personal.Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar
personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal
antara etika dalam agama, hukum , adat dan praktek profesional.
     Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang
berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan
profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan
perawat atau bidan dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal
dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila
perawat  mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang
etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat
atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan : yaitu pendekatan
berdasarkan asuhan keperawatan

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah merupakan suatu acuan berdasarkan pada latar belakang
masalah diatas sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa saja teori dasar keputusan ?
2.      Bagaimana kerangka pembuatan keputusan?

C. TUJUAN PENULISAN
1
1.      Mendeskripsikan tentang teori dasar keputusan
2.      Mendeskripsikan tentang kerangka pembuatan keputusan.

BAB II

2
PEMBAHASAN
Teori dasar pembutan keputusan husted’s biothical decision
making {model I}
A.      Latar Belakang Pencetus Teori
Gladys Husted lahir di Pittsbrugh, hampir selama hidupnya dia di
Pittsbrugh. Dia mendapat gelar bachelor tentang ilmu keperawatan di
Universitas Pittsbrugh pada tahun 1962 dan memulai praktik dipelayanan
kesehatan dan merawat pasien pasca bedah. Pada tahun 1968 dia mendapat
gelar master keperawatan sambil mengajar di Louise Suyden School Of
Nursing at St. Margaret’s Memorial Hospital di Pittsbrugh.
James Husted lahir di Kingston, Pennsylvania ketika dia berada di
ketentaraan Jerman. Dia lebih tertarik pada permasalahan etik akhirnya, dia
melepas karirnya sebagai tentara dan berfokus pada perusahaan asuransi
kesehatan dan pada tahun 1974 dia menikah dengan Gladys yang akhirnya
pertemuan atau pernikahan mereka menjadi awal dari teori Symphonologi
karena teori tersebut hasil dari diskusi mereka.

B.       Sumber Teori
Menurut Husted pengertian dari Symphonologi adalah pembelajaran
tentang kesepakatan dan bagian – bagian yang penting untuk terjadinya
kesepakatan. Dalam pelayanan kesehatan Symphonologi dapat berarti
kesepakatan antara tenaga medis dengan pasien. Pengembangan teori ini
berawal untuk membangun praktek berdasarkan kesepakatan dengan
membuat model yang menjelaskan langkah yang benar untuk tenaga medis
dan pasien. Nama teori ini berasal dari Yunani yaitu Symphoni yang berarti
kesepakatan   
Etik adalah sistem standar untuk memajukan, menentukan dan
membenarkan perilaku untuk mendapatkan tujuan utama dan dasar. Etik
juga dapat diartikan sebagai pengetahuan untuk menjadikan kehidupan lebih
baik dan teratur.

C.      Konsep Utama dan Definisi


1.    Kesepakatan bersama
Kesepakatan bersama dalam hubungan tenaga medis dengan pasien
terbentuk dari bertemunya profesinalisme dan kebutuhan pasien. Keputusan
bersama ini bagi pasien merupakan keinginan atau kebutuhan pasien,
sedangkan bagi tenaga medis keputusan bersama berdasarkan kebutuhan
pasien tanpa terjadinya interaksi antara dua kepentingan tersebut yang
berkesuaian maka tidak akan terjadi keputusan bersama.

2.    Kesehatan
Kesehatan adalah konsep yang berlaku pada tiap potensi dari seseorang
untuk menunjang kehidupannya. Kesehatan bukan hanya fisik tapi juga
psikis.

3
3.    Keperawatan
Keperawatan dapat mendorong dan meningkatkan kualitas dari pasien untuk
menunjang hidup, kesehatan, dan interaksi yang baik.

4.    Pasien
Pasien adalah individu dengan karakter unik, memilik hak untuk
mendapatkan tujuannya berdasarkan pilihannya sendiri. Tujuan tersebut
dapat berhubungan untuk bertahan dan meningkatkan hidupnya.

D.      Inti Teori
Symphonologi dapat dikalsifikasikan dalam Grand Theory karena
lingkupnya yang luas. Husted membuat Teori Symphonologi tidak hanya
dari perkembangan yang alami dalam pekerjaan tetapi juga karena
kebutuhan dalam pedoman utama yang berhubungan dengan permasalahan
etik dalam perawatan kesehatan.

-       Hak
Menurut Husted hak adalah elemen penting dalam etik. Symphonologi
menjadikan hak sebagai konsep utama. Hak adalah hasil dari kesepakatan
implisit antara makhluk - makhluk rasional, dibuat dan diselenggarakan
berdasarkan rasionalitas mereka, tidak mendapatkan tindakan dari satu sama
lain, atau untuk menempatkan satu sama lain dalam keadaan apapun kecuali
melalui persetujuan sukarela.
-       Standar Bioethical
Kebaikan adalah standar etik dari sebuah praktik kesehatan. Kesepakatan
antara hubungan pelayanan kesehatan perawat dengan pasien berlandaskan
kebaikan. Berdasarkan asas kebaikan tersebut maka standar biethical
mempunyai cabang yaitu otonomy, freedom, objectivity, beneficence, self-
assertion, dan fidelity.

1.    Otonomy
Otonomy adalah keunikan individu, merupakan karakter utama yang
mambangun individu tersebut. Individu mempunyai hak untuk bertindak
karena keinginan atau kepentingan pribadinya. Jika seorang tenaga medis
mengambil kesepakatan tindakan berdasarkan otonomy pasien maka tenaga
medis tersebut membantu pasien membuat tujuan dan tindakan terhadap
pasien sendiri.
2.    Freedom
Freedom adalah kekuatan (hak) untuk mengambil keputusan jangka panjang
berdasarkan pada evaluasi diri sendiri terhadap situasi dan kondisi. Jika
seorang tenaga medis mengambil kesepakatan tindakan
berdasarkan freedom maka tenaga medis membantu pasien untuk memiliki
visi dan motivasi yang jelas dalam jangka panjang berdasarkan keinginan
pasien dengan mengikuti perubahan situasi dan kondisi.

4
3.    Objectivity
Objectivity adalah kemampuan untuk mengetahui dan bertindak terhadap
sesuatu berdasarkan penilaian diri sendiri. Jika seorang tenaga medis
mengambil kesepakatan tindakan berdasarkan objectivity maka tenaga
medis membantu pasien untuk memungkinkan bertindak tepat berdasarkan
otonomi dan kesadaran pasien sesuai dengan penilaian pasien sendiri.
4.    Beneficence
Beneficence adalah kemampuan dalam mengambil keputusan dan bertindak
untuk memperoleh manfaat yang sesuai dengan manfaat dan tujuan
seseorang. Jika seorang tenaga medis mengambil kesepakatan tindakan
berdasarkan beneficence maka tenaga medis tersebut membantu pasien
mengambil keputusan untuk kebaikan dan manfaat yang tertinggi untuk diri
pasien sendiri dengan meminimalkan bahaya atau efek samping terhadap
pasien tersebut.
5.    Self-assertion
Self-assertion adalah hak dan kemampuan pasien untuk menganmbil
keputusan. Jika seorang tenaga medis mengambil kesepakatan tindakan
berdasarkan self-assertion maka tenaga medis tersebut membantu pasien
mengambil keputusan seseuai dengan keinginan pasien sendiri walaupun itu
dinilai negatif bagi lingkungan pasien.
6.    Fidelity
Fidelity adalah hak dari pasien untuk mempercayai sepenuhnya tindakan
tenaga medis terhadap dirinya tanpa mengetahui baik dan buruknya. Jika
seorang tenaga medis mengambil kesepakatan tindakan
berdasarkan fidelity maka tenaga medis tersebut dituntut untuk bertindak
profesional.

- Keyakinan
Menurut Gladys sebuah tindakan medis disepakati berdasarkan keyakinan
dari tingkat keilmuan, kesadaran dan atau situasi.

Husted membuat teori etik dan decision-making berdasarkan


pemikiran rasional yang dikombinasikan dengan wawasan dan pemahaman.
Teori ini berasal dari konsep dasar hak asasi manusia. Atas dasar tersebut
sehingga kesepakatan yang terjadi dalam hubungan tenaga medis dengan
pasien berlandaskan diantaranya: otonomy, freedom, objectivity,
beneficence, self-assertion, dan fidelity yang distabilkan berdasarkan
keyakinan dari tingkat keilmuan, kesadaran dan atau situasi dari tenaga
medis dan pasien. Salah satu ahli keperawatan adalah Gladys L. huated yang
termasuk dalam teori nursing theory dengan teorinya Simphonological
bioethical theory adalah kesepaatan.husted mendefinisikan symphonology
dari kata yunani symphonia kesepakatan makna sebagai studi tentang
perjanjian diarena perawatan kesehatan antara tenaga kesehatan dan pasien.
Ini adalah etika implikasi dari tenaga kesehatan professional satu set standar
perilaku,persyaratan interaksi yang diperlukan untuk kesepakatan dan
professional yang membutuhkan kontekstual pemahaman dan aplikasi
untuk interksi yang ideal dalam peraturn pelayanan kesehatan.

5
Davis & slater’s model {model II}
Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya
mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi
masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah
digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajad dengan
tugas pengambilan rencana dalam organisasi.

KERANGKA PEMBUATAN KEPUTUSAN

Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu


persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktik keperawatan
profesional (Fry,1989). Dalam membuat keputusan etis, ada beberapa unsur
yang memengaruhi, yaitu nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik
keperawatan, konsep moral perawat dan prinsip etis dan model kerangka
keputusan etis.

Pengenalan dilema etika keperawatan=> mengumpulkan data aktual yang


relevan=> menganalisis dan mencari kejelasan individu yang terlibat=>
mengonsep dan mengevaluasi argumentasi untuk setiap isu dan membuat
alternatif=> mengambil tindakan=> mengadakan evaluasi.

Pertanyaan dasar etika menurut Fry

1. Hal apakah yang membuat tindakan benar apakah benar?


2. Jenis tindakan apa yang benar?
3. Bagaimana aturan dapat diterapkan pada situasi tertentu?
4. Apakah yang harus dilakukan pada situasi tertentu?

Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etiis telah dirancang oleh


banyak ahli etika, dan semua kerangka etika tersebut berupaya menjawab
pertanyaan dasar tentang etika.

Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan


dengan mengacu pada kerangka pembuatan keputusan etika medis
(Murphy,1976; Borody,1981 . Sementara model lain dikembangkan
berdasarkan proses pemecahan masalah seperti diajarkan di pendidikan
keperawatan (Bergman, 1973; Curtin, 1978; Jameton, 1984; Stanley, 1980;
Stenberg, 1979; Thompson, 1985). Berikut merupakan contoh model
pengambilan keputusan etis keperawatan yang dikembangkan oleh
Thompson dan Jameton. Metode Jameton dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah etika keperawatan yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan klien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (1991)
adalah Model I yang terdiri atas enam tahap, Model II yang terdiri atas tujuh
tahap, dan Model III yang merupakan keputusan bioetis.

6
 Model I

1. Mengidentifikasi masalah. Ini berarti klasifikasi masalh dilihat dari


nilai dan konflik hati nurani. Perawat juga harus mengkaji
keterlibatannya pada masalah etika yang timbul dan mengkaji
parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan
memberikan jawaan pada perawat terhadap pernyataan, “Hal apakah
yang membuat tindakan benar adalah benar?” Nilai diklasifikasikan
dan peran perawat dalam situasi yang terjadi diidentifikasi.
2. Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang
dikumpulkan dalam tahap ini meliputi orang yang dekat dengan
klien, yangterlibat dalam membuat keputusan bagi klien, harapan/
keinginan klien dan orang yang teribat dalam pembuatan keputusan.
Perawat kemudian membuat laporaj tertulis kisah dari konflik yang
terjadi.
3. Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara
terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang
memungkinkan harus terjadi, termasuk hasil yang mungkin
diperoleh beserta dampakya. Tahap ini memberikan jawaban atas
pertanyaan, “Jenis tindakan apa yang benar?”
4. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.
Ini berarti perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang
penting bagi individu, nilai dasar manusia yang menjadi pusat
masalah, dan prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah.
Tahap ini menjawab pertanyaan, “Bagaimana aturan tertentu
diterapkan pada situasi tertentu?”
5. Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa
pembuatan keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan
mereka paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika, “Apa
yang harus dilakukan pada situasi tertentu?”
6. Tahap terakhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan
dan hasil.

Model II

1. Mengenali dengan tajam masalah yang terjadi, apa intinya, apa


sumbernya, mengenali hakikat masalah.
2. Mengumpulkan data atau informasi yang berdasarkan fakta, meliputi
semua data yang termasuk variabel masalah yang telah dianalisis
secara teliti.
3. Menganalisis data yang telah diperoleh dan menganalisis kejelasan
orang yang terlibat, bagaimana kedalaman dan intensitas
keterlibatannya, relevansi keterlibatannya dengan masalah etika.
4. Berdasarkan analisis yang telah dibuat, mencari kejelasan konsep
etika yang relevan untuk penyelesaian masalah dengna
mengemukakan konsep filsafat yang mendasari etika maupun
konsep sosial budyaa yang menentukan ukuran yang diterima.

7
5. Mengonsep argumentasi, semua jenis isu yang didapati
merasionalisasi kejadian, kemudian membuat alternatif tentang
tindakan yang akan diambilnya.
6. Langkah selanjutnya mengambil tindakan, setelah semua alternatif
diuji terhadap nilai yang ada di dalam masyarakat dan ternyata dapat
diterima maka pilihan tersebut dikatakan sah (valid) secara etis.
Tindakan yang dilakukan menggunakan proses yang sistematis.
7. Langkah terakhir adalah mengevaluasi, apakah tindakan yang
dilakukan mencapai hasil yang diinginkan mencapai tujuan
menyelesaikan masalah, bila belum berhasl, harus mengkaji lagi hal-
hal apa saja yang menyebabkan kegagalan, dan menjadi umpan balik
untuk melaksanakan pemecahan/ penyelesaian masalah secara
terulang.

 Model III (Model Keputusn Bioetis)

1. Tinjau uang situasi yang dihadapi untuk menentukan masalah


kesehatna, keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu
keunikan.
2. Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi.
3. Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi.
4. Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.
5. Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan.
6. Identifikasi konflik nilai bila ada.
7. Gali siapa yang harus membuat keputusan
8. Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan.
9. Tentukan tindakan dan laksanakan.
10. Evaluasi hasil dari keputusan atau tindakan.

8
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dalam teori dasar ppembuatan keputusan model I, Menurut Husted
pengertian dari Symphonologi adalah pembelajaran tentang kesepakatan dan
bagian – bagian yang penting untuk terjadinya kesepakatan. Dalam
pelayanan kesehatan Symphonologi dapat berarti kesepakatan antara tenaga
medis dengan pasien. Pengembangan teori ini berawal untuk membangun
praktek berdasarkan kesepakatan dengan membuat model yang menjelaskan
langkah yang benar untuk tenaga medis dan pasien. Dalam teori dasar
pembuatan keputusan model II, Keputusan dibuat untuk menghadapi
masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah
digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam penyelesaian masalah etika keperawatan menjadi
tanggung jawab perawat. Berarti perawat melaksanakan norma yang
diwajibkan dalam perilaku keperawatan, sedangkan tanggung gugat adalah
mempertanggungjawabkan kepada diri sendiri, kepada klien/ masyarakat,
kepada profesi atas segala tindakan yang diambil dalam melaksanakan
proses keperawatan dengan menggunakan dasar etika dan standar
keperawatan. Dalam pertanggungjawabkan tindakannya, perawat akan
menampilkan pemikiran etiknya dan perkembangan personal dalam profesi
keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://-priambodo.blogspot.com/2013/02/teori-keperawatan-gladys-l-
husted.html

Tomey, A. M., & Aligood, M. R. (2006). Nursing theorists and their work.(6thEd).
St. Louis: Mosby Elsevier,ine

https://ithinkeducation.wordpress.com/2014/04/28/kerangka-pembuatan-
keputusan-keperawatan-secara-etis-framework-for-ethical-decision-making-in-
nursing/

10

Anda mungkin juga menyukai