Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN PENYAKIT

KAWASAKI DISEASE

Disusun oleh :

Nama : Vigo perdana putra


NIM : 17214164

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG

Jl. Arya Santika No. 40A Margasari Karawaci Kota Tangerang Banten
Telp: (021)55726558 / 085809062377
Tahun 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik, penulis dapat menyusun pembuatan
makalah ini dengan judul “KAWASAKI DISEASE” adapun penulisan
makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah keperawatan anak,
Penulis sampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak yang
sudah mendukung kami selama berlangsungnya pembuatan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Tangerang, 28 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….... i

DAFTAR ISI ….…………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

1. Latar belakang ………………………………………………………… 1


2. Rumusan masalah …………………………………………………… 3
3. Tujuan penulisan …………………………………………………….. 3
4. Metode penulisan ……………………………………………………. 4

BAB II TINJAUAN TEORI ……………………………………………... 5

1. Pengertian ……………………………………………………………... 5
2. Etiologi ……………………………………………………………….. 6
3. Klasifikasi ……………………………………………………………. 7
4. Patofisiologi ………………………………………………………….. 9
5. Manifestasi klinis ……………………………………………………... 10
6. Komplikasi …………………………………………………………….. 13
7. Penatalaksanaan medis ………………………………………………. 14
8. Pemeriksaan penunjang …………………………………………….... 16

BAB III TINJAUAN KASUS …….……………………………………… 19

1. Pengkajian ……………………………………………………………. 19
2. Diagnosa keperawatan ………………………………………………. 20
3. Intervensi …………………………………………………………….. 22
4. WOC …………………………………………………………………. 24

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………… 25

1. Kesimpulan …………………………………………………………… 25
2. Saran ………………………………………………………………….. 25

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Kawasaki ditemukan pada tahun 1967 oleh tomisaku


Kawasaki di jepang dan telah menjadi penyebab utama kelainan
jantung dapatan di seluruh dunia, khususnya di Negara maju. Penyakit
ini mengenai anak laki-laki dengan perbandingan 3:2 dan 76% adalah
anak usia dibawah 5 tahun. Insidensi penyakit Kawasaki ini meningkat
pada beberapa tahun terakhir, dapat mengenai seluruh etnik dan ras di
dunia, Tetapi tingginya insidensi pada ras asia menunjukkan
predisposisi genetic serta interaksinya dengan lingkungan.

Di jepang insidensi penyakit ini sebanyak 218,6 per 100.000 pada


anak berusia 0-4 tahun, sementara data di Indonesia menunjukkan perkiraan
insidensi penyakit Kawasaki adalah 6.000 kasus per tahun, tetapi yang
terdiagnosis kurang dari 100 kasus per tahun. Pada suatu penelitian yang
di lakukan di jepang pada 242 anak yang dirawat karena penyakit
Kawasaki, sebanyak 10% merupakan bentuk penyakit Kawasaki atipikal
terutama mengenai bayi di bawah usia 1 tahun.

1
Perjalanan penyakit Kawasaki dapat dibagi atas 3 fase, yakni fase
akut, subakut, dan konvalesen. Fase akut berlangsung selama 10 – 14
hari, ditandai dengan timbulnya demam, kongjungtivitis, limfadenopati,
ruam pleomorfik, eritrema, dan edema leher. Fase ini dapat juga
disertai dengan gangguan jantung berupa karditis yang ditandai dengan
takikardia, atau tanda-tanda gagal jantung dan gangguan hati.

Pada kasus dari amamnesis didapatkan demam selama 7 hari yang


bersifat persisten, mata kemerahan, perubahan pada mukosa bibir
berupa bibir kering, pecah-pecah dan kemerahan, serta perubahan pada
ekskremitas berupa bengkak, kemerahan pada tangan, kaki, dan sendi-
sendi jari tangan. Penderita penyakit Kawasaki yang sudah tegak
harus dirawat dirumah sakit dengan tujuan untuk observasi, monitoring
fungsi jantung, dan tatalaksana manifestasi sistemik. Tujuan terapi
yang ingin dicapai adalah mencegah timbulnya jangka panjang,
terutama abnormalitas arteri koroner. Evaluasi jangka panjang dan
pemantauan penderita Kawasaki terutama ditunjukan pada kemungkinan
timbulnya aneurisma arteri koroner serta komplikasi jantung lainnya.

2
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kawasaki disease?
2. Bagaimana Etiologi dari Kawasaki disease?
3. Bagaimana patofisiologi dari Kawasaki disease?
4. Apa manifestasi klinis untuk Kawasaki disease?
5. Apa komplikasi dari Kawasaki disease?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk Kawasaki disease?
7. Apa pemeriksaan penunjang dari Kawasaki disease?
8. Apa asuhan keperawatan dari Kawasaki disease?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian dari Kawasaki disease?
2. Mengetahui Etiologi dari Kawasaki disease?
3. Mengetahui patofisiologi dari Kawasaki disease?
4. Mengetahui manifestasi klinis untuk Kawasaki disease?
5. Mengetahui komplikasi dari Kawasaki disease?
6. Mengetahui penatalaksanaan medis untuk Kawasaki disease?
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Kawasaki disease?
8. Mengetahui asuhan keperawatan dari Kawasaki disease?

3
D. Metode penulisan
1. Untuk Pembaca
Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambahkan
pengetahuan dan wawasan. Sebagai sumber informasi yang sangat
penting untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk Mahasiswa
Sebagai referensi informasi keperawatan anak dalam penyakit
Kawasaki disease.
3. Untuk Perawat
Memberikan pengetahuan bagi tenaga medis terkait penyakit
Kawasaki disease.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Landasan teori
 Pengertian
Penyakit Kawasaki atau juga dikenal dengan nama sindrom
Kawasaki adalah penyakit autoimunitas dimana pembuluh darah
berukuran sedang diseluruh tubuh menjadi meradang. Hal ini sebagian
besar terlihat pada anak di bawah umur lima tahun. Penyakit ini
mempengaruhi banyak sistem organ, terutama pembuluh darah, kulit,
selaput lendir, dan kelenjar getah bening, biarpun jarang terjadi
kerusakan pada hati yang disebabkan oleh aneurisma arteri koroner dapat
terjadi pada anak yang penyakitnya tidak ditangani.

Penyakit Kawasaki merupakan suatu penyakit yang langka, dan


ditemukan pada anak-anak. Penampakkan penyakit ini dapat mengelabui
mata sehingga dapat terdiagnosis sebagai campak, alergi obat, infeksi
virus atau bahkan penyakit gondong. Penyakit Kawasaki adalah demam
pada anak yang berkaitan dengan vaskulitis terutama pembuluh darah
koronaria serta keluhan sistemik lainnya. Disebut demikian karena
penyakit ini menyebabkan perubahan yang khas pada membran mukosa
bibir dan mulut disertai pembengkakan kelenjar limfe yang nyeri.

5
2. Etiologi
Etiologi dari penyakit Kawasaki ini masih dalam kontroversi, ada
beberapa pendapat yang mengatakan bahwa penyakit Kawasaki
berhubungan dengan infeksi berbagai mikroorganisme, diantaranya
adalah staphylococcus, streptococcus dan mycoplasma pneumonniae.
Pendapat yang mengatakan bahwa infeksi sebagai pemicu terjadinya
Kawasaki berdasarkan teori bahwa vaskulitis yang terjadi adalah akibat
respon sistem imun terhadap superantigen (SAg) dari bakteri tersebut.
Faktor genetik juga dikatakan berperan dalam penyakit Kawasaki ini.
Hubungan antara faktor genetik dan penyakit Kawasaki ini berdasarkan
atas data penelitian bahwa penduduk Jepang dan Asia memliki
kecenderungan lebih besar terkena penyakit Kawasaki dibandingkan
dengan penduduk di Amerika Serikat ataupun Eropa.

Hingga saat ini etiologi pada penyakit Kawasaki belum dapat


diketahui, meskipun gambaran klinis, laboratorium, epidemiologi
mengarah kepada penyakit infeksi. Diduga penyakit ini dipicu oleh
gangguan imun yang didahului oleh proses infeksi. Hasil penelitian Prof.
Anne H Rovley dkk, menunjukkan adanya antibody Immunoglobulin A
(IgA) yang berikatan dengan struktur spheroid pada bronkhus penderita
kawasaki. Antibody ini merupakan inclusion bodies berisi protein dan
asam nukleat yang merupakan ciri khas infeksi disebabkan virus. Dari
hasil temuan ini mereka menduga penyebab kawasaki disease adalah
infeksi virus yang masuk melalui jalur pernapasan. Namun sampai
sekarang tidak ada seorangpun yang dapat membuktikannya.

6
3. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit Kawasaki terbagi menjadi beberapa tahap
Diantaranya :
a. Tahap pertama
Tahap pertama terjadi pada minggu ke-1 sampai minggu ke-2, pada
tahap ini, gejala yang muncul adalah :
 Demam yang berlangsung selama lebih dari 3 hari
 Bibir dan lidah kering, kemerahan, serta pecah-pecah
 Ruam kemerahan muncul hampir diseluruh bagian tubuh
 Telapak tangan dan kaki membengkak, serta memerah
 Mata memerah, tanpa disertai keluarnya cairan
 Muncul benjolan dileher akibat pembengkakan kelenjar betah
bening.

b. Tahap kedua
Gejala pada tahap kedua muncul pada minggu ke-2 sampai minggu
ke-4. Gejala pada tahap kedua yaitu :
 Diare
 Muntah
 Sakir perut
 Sakit kepala
 Tubuh terasa lelah
 Nyeri dan pembengkakan pada sendi
 Kulit di jari tangan dan kaki terkelupas
 Kulit dan bagian putih mata tampak menguning
 Terdapat nanah dalam urine

7
c. Tahap ketiga
Tahap ketiga terjadi pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6,
ditandai dengan mulai meredanya gejala. Meskipun demikian, kondisi
anak masih lemas dan mulai lelah. Butuh waktu setidaknya 8 minggu
sampai kondisi anak kembali normal.
Kapan harus ke dokter, Penyakit Kawasaki merupakan penyakit
yang dapat menimbulkan kerusakan jantung permanen, sehingga
dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter anak, bila anak
mengalami demam lebih dari tiga hari, terutama bila disertai dengan
gejala berikut :
 Kedua mata kemerahan
 Lidah membengkak dan memerah
 Telapak tangan dan kaki kemerahan
 Muncul benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan akibat
pembengkakan kelenjar getah bening
 Muncul ruam dikulit
 Kulit mengelupas

Bila terkena penyakit Kawasaki, ikutilah anjuran dokter untuk kontrol


Rutin hingga 6 bulan setelah terkena penyakit.

8
4. Patofisiologi
Bagian yang paling sering terkena dari jantung adalah pembuluh darah
koroner. Bagian ini dapat melemah dan melebar (menonjol) dan menjadi
aneurisma. Penggumpalan darah dapat terjadi pada area yang melemah ini,
sehingga menyumbat arteri tersebut, dimana terkadang menyebabkan
serangan jantung (heart attack). Aneurisma dapat juga pecah namun hal ini
jarang terjadi. Perubahan lain yang dapat terjadi adalah peradangan /
inflamasi pada otot jantung (miocarditis), dan pada kantong yang
mengelilingi jantung (pericarditis).

Irama jantung yang abnormal (aritmia) dan radang pada katup-katup


jantung (valvulitis) dapat juga terjadi. Biasanya semua masalah yang terjadi
pada jantung tersebut akan menghilang dalam waktu 5-6 minggu, namun
kadang kala kerusakan pada pembuluh darah koroner bisa menetap untuk
waktu yang lama.

9
5. Manifestasi klinis
Perjalanan penyakit Kawasaki ada beberapa fase, dimana dalam fase-
fase tersebut muncul pula beberapa gejala atau manifestasi klinis yang dapat
dijumpai. Manifestasi klinis yang dapat dijumpai pada masing-masing fase
adalah sebagai berikut:
1. Fase akut (10 hari)
 Demam tinggi mendadak dengan suhu dapat mencapai 39 oC. Demam
yang terjadi dapat persisten hingga 10-11 hari tanpa pengobatan. Dengan
terapi yang adekuat, demam biasanya dapat turun pada hari kedua,
setelah 5 hari manifestasi klinis lain pada fase akut ini akan dapat
muncul.
 Konjungtivitis tanpa eksudat muncul beebrapa saat setelah onset demam
muncul. Namun manifestasi konjungtivitis ini dapat hilang sendiri.
 Perubahan pada bibir dan mulut, perubahan yang terjadi dapat berupa
eritema, kering, fissure, bahkan bisa berdarah. Pada lidah dapat terbentuk
warna kemerahan seperti strawberry yang sering disebut strawberry
tongue. Mukosa orofaring juga dapat terlihat hiperemis.
 Perubahan pada ekstremitas, yaitu eritema dan edema pada tangan dan
kaki, terkadang dapat dijumpai indurasi yang nyeri pada ekstremitas
tersebut. lesi kulit deskuamasi dapat terjadi setelah 2-3 minggu.

10
 Hari ke 5 demam biasanya akan muncul kemerahan pada kulit tubuh.
Kemerahan tanpa disertai lesi vesikobulosa. Distribusi ruam kemerahan
ini biasanya didaerah trunkal dan ekstremitas. Daerah lain yaitu di daerah
perineum, dimana lesi deskuamasi dapat sering muncul.
 Limfadenopati servikalis dapat terjadi sekitar 50% kasus, pembengkakan
kelenjar limfe regio servikal ini berjumlah lebih dari 1 dengan ukuran +
1,5cm.

1. Selain 6 gejala utama yang telah disebutkan diatas, manifestasi klinis


yang dapat dijumpai pada fase akut meliputi beberapa organ, yaitu:
sistim kardiovaskular, system musculoskeletal, system genitourinaria,
dan system saraf pusat.

 Gangguan pada system kardiovaskular meliputi gangguan pada


pericardium, miokardium endocardium, katup ataupun arteri koroner.
Manifestasi yang dapat muncul diantaranya adalah takikardia, bunyi
jantung tambahan (gallop), disfungsi ventrikel kiri dengan kardiomegali
(miokarditis), efusi pericardium, regurgitasi mitral (murmur pansistolik),
abnormalitas arteri koroner yang dapat ulai dilihat pada akhir minggu
pertama. Abnormalitas gelombang EKG yang dapat muncul pada
seseorang yang mengalami penyakit Kawasaki yaitu pemanjangan
interval PR, perubahan pada segmen ST atau gelombang T serta
abnormal gelombang Q. abnormal gelombang Q biasanya berhubungan
dengan terjadinya infark pada miokardium.

11
 Gejala musculoskeletal yang dapat muncul yaitu arthralgia, arthritis pada
beberapa sendi
 System genitourinary dapat terlibat pada penyakit Kawasaki, meskipun
hanya sebagian kecil. Manifestasi yang dapat muncul yaitu pyuria steril
hingga gangguan ginjal akut (acute kidney injury).
 Nyeri perut dan diare, gangguan hepar hingga ikterik dapat muncul
sebagai manifestasi gangguan system gastrointestinal.
 Meningitis aseptic, tuli sensori neural (sensory neural hearing loss) serta
iritabilitas da letargi juga merupakan petunjuk keterlibatan system saraf
pusat.

12
6. Komplikasi
Kasus yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi yang lebih
serius, seperti vaskulitis, peradangan pada pembuluh darah. Ini akan sangat
berbahaya karena dapat mempengaruhi arteri koroner, yang memasok darah
ke jantung. Selain arteri koroner, otot jantung, lapisan, katup, dan membran
luar yang mengelilingi jantung bisa menjadi meradang. Aritmia (perubahan
dalam pola normal detak jantung) atau fungsi abnormal beberapa katup
jantung juga dapat terjadi. Kematian mendadak dan gangguan fungsi jantung
serta pembuluh darah yang berat merupakan masalah serius pada anak.
Kelainan jantung yang paling serius ialah aneurisma, obstruksi koronaria,
infark miokard dan kelainan katup yang berat.

Komplikasi yang paling ditakutkan dari penyakit Kawasaki adalah


penyakit jantung. penderita Kawasaki memiliki komplikasi pada jantung
yang terjadi sekitar 7 hingga 8 minggu sejak terjadinya demam. Penyakit
Kawasaki dapat merusak pembuluh nadi koroner yang berhubungan
langsung dengan jantung. Pada awalnya, pembuluh darah melebar namun
lama kelamaan akan menyempit di bagian dalam atau tersumbat. Akibatnya,
aliran darah yang membawa sari makanan terganggu sehingga terjadilah
kematian otot pada jantung yang disebut myokard infark. Matinya otot
jantung ini lama kelamaan bisa menyebabkan gagal jantung yang berakibat
pada kematian.

13
7. Penatalaksanaan medis
Pengobatan sangat bergantung pada tahap atau level penyakit
Kawasaki. Beberapa penderita penyakit Kawasaki level pertama hanya
diberi obat-obatan dan infus. Namun, bagi penderita yang telah mengalami
komplikasi dan atau telah parah maka operasi bypass diperlukan. Obat-
obatan memang bisa menyembuhkan penderita penyakit Kawasaki.
Sayangnya, harga obat yang terbilang mahal selalu menjadi hambatan
kesembuhan pasien. Harga per gram obat adalah 1 juta rupiah dan berapa
banyak obat yang diperlukan tergantung berat badan si penderita. Penyakit
Kawasaki di Indonesia pertama kalinya ditemukan sekitar tahun 1996. Dan
di Asia, penderitanya telah mencapai ratusan ribu jiwa dan tingkat kematian
0.1-2% di seluruh dunia.

Alangkah bijaknya jika tidak menganggap enteng demam


berkepanjangan yang menyerang putra-putri Anda. Sebelum menderita
komplikasi penyakit jantung, segera periksakan ke dokter dan dapatkan
perawatan yang memadai. Semua pasien dengan Penyakit Kawasaki fase
akut harus menjalani tirah baring dan rawat inap. Selama fase akut aspirin
dapat di berikan 80-100 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis terbagi dan
immunoglobulin intravena 2 gr/kgbb dosis tunggal diberikan selama
10-12 jam.

14
Lamanya pemberian aspirin bervariasi, pengurangan dosis dilakukan
48-72 jm bebas demam, beberapa klinisi memberikan aspirin dosisi tinggi
sampai 14 hari sakit dan 48-72 jam setelah demam hilang. Dosis rendah
aspirin 3-5mg/kgbb/hari dan dipertahankan hingga pasien tidak menunjukan
perubahan arteri koroner dalam 6-8 minggu onset penyakit. Steroid
digunakan untuk Penyakit Kawasaki bila terdapat kegagalan respon dengan
terapi inisial. Regimen steroid yang umum diberikan methylprednisolon
intravena 30mg/kg selama 2-3 hari diberikan sekali sehari selama
1-3 jam.

Meskipun penyebab pasti PK belum diketahui, beberapa obat tertentu


terbukti mampu untuk mengobati penyakit ini, Aspirin misalnya sering
digunakan pada penyakit PK untuk menurunkan panas, mengurangi
iritasi/ruam kulit, nyeri sendi dan dapat mencegah penggumpalan darah.
Obat jenis lain seperti Intravenous Immunoglobulin (IVIG) dipakai untuk
mengurangi resiko terjadinya kelainan/kerusakan pada pembuluh darah
koroner, ini harus diberikan sedini mungkin.

15
8. Pemeriksaan penunjang
Kelainan yang dapat dijumpai adalah:
A. Darah
1. Leukositosis dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
2. Terdapat peningkatan reaktan fase akut: CRP (C Reactive-Protein),
Laju endap darah
3. Trombositosis dijumpai pada fase subakut
4. SGOT/SGPT dapat meningkat
5. Albumin serum dapat menurun
6. Peningkatan enzim miokardium seperti creatin phospokinase MB
(CPK MB) menunjukkan adanya infark miokard.
B. Urin
Dapat ditemukan piuria yang steril (akibat urethritis): pada urin
ditemukan jumlah sel lekosit di atas normal.
C. EKG
Rekaman EKG dapat menunjukkan voltase QRS rendah, interval PR
memanjang, ST elevasi atau depresi, QT memanjang. Gelombang Q
yang dalam dan lebar pada antaran ekstremitas atau prekordial
menunjukkan adanya infark miokard.

16
d. Ekokardiografi
1. Ekokardiografi mutlak dilakukan untuk mendeteksi kelainan arteri
koroner, lesi katup, efusi perikardium dan gangguan fungsi
jantung.
2. Ekokardiografi pertama dilakukan saat diagnosis ditegakkan;
selain untuk mencari kemungkinan terdapatnya kelainan koroner,
dicari juga adanya kelainan katup, gangguan fungsi ventrikel kiri,
serta efusi perikardium.
3. Jika tidak ditemukan kelainan koroner, ekokardiografi diulang 2
minggu setelah awitan dan kemudian 6 minggu setelah awitan.
Jika hasil ekokardiografi pada 6 minggu setelah awitan normal
dan laju endap darah sudah normal maka ekokardiografi tidak
harus diulang lagi.
4. Jika ditemukan kelainan pada fase akut, ekokardiografi ulangan
selanjutnya tergantung pada derajat kelainan.

e. Foto dada

Foto dada umumnya tidak banyak memberi informasi. Sering


dijumpai infiltrat ringan pada kedua lapangan paru. Dapat ditemukan
kardiomegali jika terjadi kelainan katup.

17
F. Kateterisasi jantung
Kateterisasi dan angiografi jantung diperlukan pada kondisi berikut:
a. Pada pemeriksaan ekokardiografi ditemukan aneurisma yang besar
(>8
b. Terdapat tanda iskemia secara klinis atau pada rekaman EKG
c. Pada pemantauan jangka panjang pasien dengan risiko lesi koroner
stenosis atau oklusif.

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesse
 Identitas pasien
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Masalah psikososial
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum, anak tampak
lemah, rewel, tidak sianosis, disertai demam terus menerus selama 5
hari dan kedua mata merah tanpa kotoran dan bibir kering, pecah-
pecah kemudian menjadi kemerahan selama 4 hari dan kedua tangan
penderita terlihat bengkak, disertai kemerahan pada sendi-sendi jari
tangan selama 12 jam. Tidak ada riwayat keluhan bercak- bercak
kemerahan ataupun kulit melepuh pada anak tersebut. Selain itu
tidak ditemukan riwayat alergi pada anak maupun keluarganya. Hasil
tanda vital : nadi 130 x/menit, pernafasan 26 x/menit, suhu 38,5oC,
tekanan darah 100/70 mmHg. Pada pemeriksaan suhu subfebris
disertai dengan injeksi konjungtiva, fissura lips eritrematous,
strawberry tongue, dan faring hiperemis. Pemeriksaan fisik lain
menunjukkan edema dorsum manus disertai artritis pada sendi-sendi
pergelangan jari tangan.

19
B. Diagnosa keperawatan

1. Hipertermia
2. Gangguan integritas kulit/jaringan
3. Intoleransi aktivitas

No. Diagnosa keperawatan

1. Kategori : Lingkungan

Sub kategori : keamanan dan proteksi

Kode : D. 0130 ( Hipertermia )

2. Kategori : Lingkungan

Sub kategori : Keamanan dan proteksi

Kode : D. 0192 ( Gangguan Integritas kulit/Jaringan )

3. Kategori : Fisiologis

Sub kategori : Aktivitas / Istirahat

Kode : D. 0056 ( Intoleransi aktivitas )


20

C. Intervensi Keperawatan

No. Dx. Keperawatan SLKI SIKI


1. Kode : D. 0130 Setelah dilakukan tindakan Kode : I. 15506
selama 15-30 menit maka ( Manajemen
( Hipertermia ) diharapkan Hipertermia dapat Hipertermia )
teratasi dengan kriteria hasil : - Identifikasi
Kode : L. 14134 manajemen
( Termoregulasi) hipertermia
- Kulit merah ( menurun ) - Monitor suhu
- Pucat ( menurun ) tubuh
- Hipoksia ( menurun ) - Monitor
- Suhu tubuh ( cukup komplikasi
membaik ) akibat
hipertermia
2. Kode : D. 0192 Setelah dilakukan tindakan Kode : I. 11353
selama 15-30 menit maka ( Perawatan integritas
( Gangguan integritas diharapkan Gangguan integritas kulit )
kulit / jaringan )
kulit / jaringan dapat teratasi - Identifikasi
dengan kriteria hasil : penyebab
Kode : L. 14125 ( Integritas gangguan
kulit dan jaringan ) integritas kulit
- Perfusi jaringan ( cukup - Ubah posisi
meningkat ) tiap 2 jam jika
- Nyeri ( menurun ) tirah baring
- Kemerahan ( menurun ) - Anjurkan
- Suhu kulit ( cukup menghindari
membaik ) terpapar suhu
ekstrem

3. Kode : D. 0056 Setelah dilakukan tindakan Kode : I. 05186


(Intoleransi aktivitas) selama 15-30 menit maka ( Terapi aktivitas )
diharapkan Intoleransi aktivitas - Identifikasi
dapat teratasi dengan kriteria defisit tingkat
hasil : aktivitas
Kode : L. 05047 ( Toleransi - Fasilitasi focus
aktivitas ) pada
- Kekuatan tubuh bagian kemampuan,
atas ( Cukup bukan defisit
meningkat ) yang dialami
- Perasaan lemah - Fasilitasi
( menurun ) aktivitas
- Warna kulit ( Cukup motoric untuk
membaik ) merelaksasi
otot

D. Intervensi dan Evaluasi


No. Implementasi Evaluasi
1. - Mengidentifikasi manajemen S = Klien mengatakan sudah tidak
hipertermia demam
- Memonitor suhu tubuh O = Klien tampak
- Memonitor komplikasi akibat A = Masalah teratasi
hipertermia P = Hentikan intervensi

2. - Mengidentifikasi penyebab S = Klien mengatakan


gangguan integritas kulit O = Klien tampak
- Mengubah posisi tiap 2 jam A = Masalah teratasi
jika tirah baring P = Hentikan intervensi
- Menganjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem

22

3. - Mengidentifikasi defisit tingkat S = Klien mengatakan sudah bisa


aktivitas beraktivitas
- Menfasilitasi focus pada
kemampuan, bukan defisit yang O = Klien tampak sudah bergerak
dialami A = Masalah teratasi
- Menfasilitasi aktivitas motoric
P = Hentikan intervensi
untuk merelaksasi otot
23

WOC KAWASAKI
24

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Kawasaki merupakan penyakit pada anak kecil yang menyebabkan
vaskulitis sistemik luas. Penyakit ini biasa terjadi pada anak-anak berusia
dibawah 5 tahun. Penyakit ini menyebabkan cedera pembuluh darah kecil
dan sedang dan dapat menimbulkan konsekuensi kardiovaskular yang dapat
mengancam hidup. Etiologi dari penyakit ini belum ditemukan namun
diduga akibat adanya agen infeksius (bakteri/ virus) yang didukung oleh
beberapa faktor risiko yang pada intinya dapat melemahkan sistem imun
tubuh seperti genetik, usia, makanan, musim dan sebagainya. Gejala khas
yang timbul pada penyakit ini diantaranya demam, ruam, infeksi
konjungtiva, limfadenitis serviks, peradangan pada bibir dan rongga mulut,
eritema, dan edema dari tangan dan kaki. Oleh karena itu diperlukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik yang didukung oleh pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan secara bertahap.

B. Saran
Terjadinya perkembangan zaman telah memicu timbulnya penyakit
yang disebabkan oleh perilaku dan pola hidup yang salah. Salah satu
contohnya adalah penyakit Kawasaki disease yang merupakan suatu
penyakit yang dapat menyerang anak-anak dibawah umur. Untuk itu
perlu pencegahan sejak dini dalam menghindari penyakit tersebut dengan
menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat dimulai dari lingkungan
keluarga dengan cara melakukan pola hidup yang sehat.

25

Daftar Pustaka

Levine, J.A. (2015). What are the risks of sitting too much?
http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/adult-health/expert-
answers/sitting/faq-20058005

James, S,R., Nelson, K., Ashwill, J. (2013). Nursing care of children: Principle
and practice (4th ed.). St. Louis, Elsevier.

Hockenberry M,J., Wilson, D. (2017). Wong’s essentials of pediatric nursing (10th


ed.). St. Louis: Elsevier.
Newburger J, Takahashi M, Burns J. Kawasaki Disease. Journal of The American
College of Cardiology 2016;67(14):1738-49.

McCrindle B, Rowley A, Newburger J, Burns J, Bolger A, Gewitz M, et al.


Diagnosis, Treatment, and Long-Term Management of Kawasaki Disease.
Circulation 2017;135:e927-84.

Anda mungkin juga menyukai