Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

KOAGULASI INTRAVASKULAR DISEMINATA (DIC)


MAKALAH

Disusun oleh :

Oktaviani Pratiwi
17214110

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI


Jl. Aria Santika Margasari, Karawaci Kota Tangerang – Banten 15113
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Koagulasi
Intravascular Diseminata (DIC)” hinga selesai.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Anak 2. Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak menghadapi hambatan dan kesulitan, namun
berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya ini dapat diselesaikan
untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya.


2. Ibu Ida Faridah, S. Kp., M.Kes., selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S. Kep., M., Kep., selaku kaprodi S1 keperawatan.
4. Ibu Ns. Ayu Pratiwi, S. Kep., M.Kep., selaku penanggung jawab tingkat III.
5. Ibu Ns. Ria Setia Sari, M.Kep, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak 2.
6. Ibu Ns. Mursiah, S.Kep, selaku dosen pembimbing pembuatan makalah.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan para
mahasiswa/I Stikes Yatsi Tangerang

Tangerang, 12 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum3
2. Tujuan Khusus3
C. Ruang Lingkup Penulisan4
D. Metode Penulisan4
E. Sistematika Penulisan4

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian5
B. Etiologi6
C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit6
2. Manifestasi Klinik7
3. Komplikasi8
D. Penalaksanaan Medis8
E. Pengkajian Keperawatan9
F. Diagnosa Keperawatan11
G. Perencanaan Keperawatan12
H. Pelaksanaan Keperawatan15
I. Evaluasi Keperawatan16

ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan18
B. Saran20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koagulasi intravascular diseminata atau DIC, yang juga dikenal dengan nama
koagulopati konsumsi, merupakan gangguan koagulasi sekunder yang terjadi
akibat komplikasi dari sejumlah proses patologik, seperti hipoksia, asidosis, syok,
dan kerusakan endotel. DIC dapat juga terjadi karena kelainan sistemik yang
berat, seperti penyakit jantung kongeniatal, enterokolitis, nekrotikans, sepsis
akibat bakteri gram-negatif, infeksi ricketsia, dan beberapa infeksi virus yang
berat. Gangguan ini ditandai oleh aktivasi dan akselerasi mekanisme pembekuan
normal secara sistemik yang tidak tepat (Wong, Donna L 2008 hal : 1135).

Sebagian penyebab dari koagulasi intravascular diseminata (DIC) yaitu


Perdarahan terjadi karena hipofibrinogenemia, trombositopenia, Beredarnya
antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen), fibrinolisis
berlebihan, KID dapat terjadi dalam penyakit penyakit seperti, infeksi (demam
berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika, infeksi
oleh beberapa jenis riketsia), komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian
janin intrauterin, emboli cairan amnion), keganasan (karsinoma prostat,karsinoma
paru,leukemia akut.

Pada penderita koagulasi intravascular diseminata (DIC) menunjukkan tanda dan


gejala seperti petekie, purpura, perdarahan dari luka pada kulit, (seperti lokasi
pungsi vena, luka insisi pada pembedahan), perdarahan dari umbilicus, trakea
(bayi baru lahir), bukti adanya perdarahan GI, hipotensi, disfungsi organ akibat
infark dan iskemia.

1
2

Berdasarkan laporan WHO tahun 2014 menyatakan DIC terjadi pada 30%-50%
pasien dengan sepsis. Selain itu diperkirakan DIC terjadi 1% dari semua pasien
yang dirawat di rumah sakit. Di Amerika Serikat kira-kira terjadi 18.000 kasus
DIC pada tahun 2014. Sedangkan angka mortalitasnya tergantung pada tingkat
keparahan penyakit yang didahului dan koagulopatinya. Secara keseluruhan
angka kematian untuk anak-anak saja dengan sepsis terkait DIC adalah 13-40%.
Di negara berkembang, tingkat ini bisa melebihi 90%. DIC ditemukan sebagai
komplikasi pada sekitar 35% kasus sepsis berat dan menyumbang angka 1% pada
pasien rawat inap rumah sakit. Menurut data di di Jepang, proporsi kejadian DIC
mencapai 300/10 juta populasi. Akan tetapi, data prevalensi dan insidensi
mengenai DIC ini masih sangat sedikit termasuk pula di Indonesia. Penyakit DIC
sangat langka kurang dari 15000 kasus per tahun di Indonesia.

Bila koagulasi intravascular diseminata (DIC) tidak segera ditangani akan


mengakibatkan Syok / hipoperfusi, Nekrosis tubular akut, Edema pulmoner,
Gagal ginjal kronis, Konvulsi, Koma, Gagal system organ besar, Thrombosis
vena dalam, KID fulminan, Acute respiratory distress syndrome (ARDS),
Penurunan fungsi ginjal, Gangguan susunan saraf pusat, Gangguan hati, Ulserasi
mukosa gastrointestinal seperti perdarahan, Peningkatan enzim jantung seperti
ischemia, aritmia.

Untuk mengatasi penyakit koagulasi intravascular diseminata (DIC) diperlukan


asuhan keperawatan yang komprehensif dengan menggunakan proses
keperawatan oleh karena itu perawat memegang peran penting pada aspek
promotif, prevenif, kuratif, dan rehabilitative. Aspek promotif yaitu upaya dalam
peningkatan kesehatan dengan mengurangi faktor-faktor risiko yang dapat
mengakibatkan koagulasi intravascular diseminata (DIC). Aspek preventif dengan
dilakukan beberapa tes yang terkait dengan level platelet, faktor pembekuan darah
dan komponen darah lainnya. Sementara aspek kuratif yaitu dengan cara bekerja
3

sama dengan tim medis lainnya seperti dokter dalam pemberian obat-obatan, dan
aspek rehabilitative dengan membantu klien serta keluarga dalam proses
penyembuhan dengan selalu kontrol.

Berdasarkan uraian diatas dengan melihat insidensi yang terjadi di negara


berkembang dan dunia maka penulis tertarik untuk membahas tentang “ asuhan
keperawatan pada anak dengan koagulasi intravascular diseminata (DIC)”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit koagulasi intravascular
diseminata (DIC) serta asuhan keperawatan terhadap penyakit koagulasi
intravascular diseminata (DIC).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC).
b. Mengetahui Etiologi pada Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC).
c. Mengetahui Patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinis,
komplikasi ) dari Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC).
d. Mengetahui Penalaksanaan Medis pada Koagulasi Intravaskular
Diseminata (DIC)
e. Mengetahui Pengkajian Keperawatan pada Koagulasi Intravaskular
Diseminata (DIC).
f. Mengetahui Perencanaan Keperawatan pada Koagulasi Intravaskular
Diseminata (DIC).
g. Mengetahui Pelaksanaan Keperawatan pada Koagulasi Intravaskular
Diseminata (DIC).
h. Mengetahui Evaluasi Keperawatan pada Koagulasi Intravaskular
Diseminata (DIC).
4

C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya pada
“Asuhan Keperawatan pada anak dengan koagulasi intravascular diseminata
(DIC)”

D. Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode deskriptif dan metode kepustakaan. Metode
deskriptif yaitu metode yang bersifat menggambarkan suatu keadaan secara
objektif mulai dari pengumpulan data, menganalisa data dan menarik kesimpulan
yang selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi. Teknik yang digunakan adalah
wawancara yang diperoleh dari klien, keluarga klien, studi dokumentasi
pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan klien yang ada di ruangan
baik catatan keperawatan atau catatan medis. Metode kepustakaan yaitu metode
penulisan yang didapat dengan memelajari buku-buku sumber yang berhubungan
dengan kasus ini.

E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami dalam penulisan makalah ini, penulis
membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teori meliputi
pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinis,
dan komplikasi), penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan medis, evaluasi
keperawatan. BAB III : Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Koagulasi Intravascular Diseminata atau DIC, yang juga dikenal dengan nama
koagulopati konsumsi, merupakan gangguan koagulasi sekunder yang terjadi
akibat komplikasi dari sejumlah proses patologik, seperti hipoksia, asidosis, syok,
dan kerusakan endotel. DIC dapat juga terjadi karena kelainan sistemik yang
berat, seperti penyakit jantung kongeniatal, enterokolitis, nekrotikans, sepsis
akibat bakteri gram-negatif, infeksi ricketsia, dan beberapa infeksi virus yang
berat. Gangguan ini ditandai oleh aktivasi dan akselerasi mekanisme pembekuan
normal secara sistemik yang tidak tepat (Wong, Donna L 2008 hal : 1135).

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana


bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan
yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan (Fauji, Rizqi A 2013 ).

Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai


dengan adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh
karena terbentuknya plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang di
dapatkan dalam sirkulasi (LPA Sari, Ms Harahap 2013).

Klasifikasi dari koagulasi intravascular diseminata (DIC) dapat dibagi menjadi 2


kelompok yaitu :
1. DIC akut (overt DIC) adalah kondisi dimana pembuluh darah dan darah serta
komponennya tidak dapat mengkompensasi atau mengembalikkan
homeostasis dalam merespon injury. Ditandai dengan abnormalitas dari

5
6

parameter koagulasi. Akibatnya terjadi thrombosis dan/atau perdarahan yang


berujung kegagalan organ multiple.
2. DIC kronik (non-overt DIC), adalah kondisi klinik dari kerusakan pembuluh
darah yang memperberat sistem koagulasi. Namun respon tubuh masih dapat
menjaga agar tidak terjadi pengaktifan lebih lanjut dari sistem hemostasis dan
inflamasi.

B. Etiologi
Perdarahan terjadi karena :
1. Hipofibrinogenemia
2. Trombositopenia
3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen)
4. Fibrinolisis berlebihan
KID dapat terjadi dalam penyakit penyakit:
1. Infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat,
malaria tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia).
2. Komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli
cairan amnion).
3. Keganasan (karsinoma prostat,karsinoma paru,leukemia akut).

C. Patofisiologi
1. Proses perjalanan penyakit
Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) adalah efek dalam koagulasi yang
ditandai dengan perdarahan dan koagulasi simultan. DIC adalah hasil
stimulasi abnormal dari proses koagulasi normal sehingga selanjutnya
terbentuk trombi mikrovaskular yang tersebuar luas dan kehabisan faktor
pembekuan. Sindrom ini dipicu oleh berbagai penyakit seperti sepsis, trauma
multipel, luka bakar, dan neoplasma. DIC dapat dijelaskan sebagai dua proses
koagulasi yang terkendali dengan tepat yang menjadi terakselerasi dan tidak
7

terkendali. Pada mulanya, cedera pada jaringan yang disebabkan oleh


penyakit primer (mis, infeksi atau trauma) mengaktifkan mekanisme yang
membebaskan thrombin, yang diperlukan untuk pembentukan fibrin
pembekuan, ke dalam sirkulasi. Thrombin juga mengaktifkan proses yang
diperlukan untuk perombakan fibrin dan fibrinogen sehingga terbentuk fibrin
dan produk degradasi fibrinogen (fibrinogen degradation products, FDP). FDP
dalam sirkulasi bekerja sebagai antikoagulan. DIC ditandai dengan tiga gejala
utama seperti, perdarahan umum, iskemia yang disebabkan oleh trombi,
perubahan hemodinamik, dan kekacauan metabolic, yang turut berperan
terhadap terjadinya gagal multiorgan, dan anemia. Prognosis bergantung pada
berbagai faktor yang mencakup beratnya kondisi primer dan sekunder.

2. Manifestasi klinik
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa memandnag ras, jenis
kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan
penyakit yang mendasarinya , ditambah gejala tambahan akibat thrombosis,
emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.
Manifestasi yang sering dilihat pada DIC antara lain :
a. Petekie
b. Purpura
c. perdarahan dari luka pada kulit (seperti lokasi pungsi vena, luka insisi
pada pembedahan)
d. perdarahan dari umbilicus, trakea (bayi baru lahir)
e. bukti adanya perdarahan GI
f. hipotensi
g. disfungsi organ akibat infark dan iskemia.
8

3. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada DIC adalah :
a. Syok / hipoperfusi
b. Nekrosis tubular akut
c. Edema pulmoner
d. Gagal ginjal kronis
e. Konvulsi
f. Koma
g. Gagal system organ besar
h. Thrombosis vena dalam
i. KID fulminan
j. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
k. Penurunan fungsi ginjal
l. Gangguan susunan saraf pusat
m. Gangguan hati
n. Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
o. Peningkatan enzim jantung : ischemia, aritmia
p. Purpura fulminan
q. Insufisiensi adrenal

D. Penatalaksanaan Medis
Penalaksanaan DIC yang utama adalah mengobati penyakit yang akan mendasari
terjadinya DIC jika hal ini tidak dilakukan, pengobatan terhadap DIC tidak akan
berhasil. Kemudian pengobatan lainnya yang bersifat sportif dapat diberikan :
1. Antikoagulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses
pembekuan, baik yang disebabkan oleh infeksi maupun penyebab lain.
9

2. Plasma dan Trombosit


Pemberian plasma maupun trombosit harus bersifat selektif, trombosit
diberikan kepada pasien DIC pada perdarahan atau prosedur infasif dengan
kecenderungan perdarahan. Pemberian plasma juga dapat patut
dipertimbangkan, karena di dalam plasma hanya berisi faktor-faktor
pembekuan tertentu saja sementara pada pasien DIC terjadi gangguan seluruh
faktor pembekuan.
3. Penghambat Pembekuan (AT III)
Pemberian AT III dapat bermanfaat bagi pasien DIC meski biaya pengobatan
ini cukup mahal.
4. Antifibrinolitik
Antifibrinolitik sangat efektif pada pasien perdarahan, faktor-faktor
pembekuan DIC tetapi pada pasien DIC pemberian Antifibrinolitik tidak
dianjurkan. Karena obat ini akan menghambat proses fibrinolysis sehingga
fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah, akibatnya DIC yang terjadi
akan semakin berat.

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan proses dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga
aktivitas dasar : mengumpulkan data secara sistematis, menyortir dan mengatur
data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat
dibuka kembali (Marilynn E. Dongoes, 2000 : hal : 14).
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Lemah, lemas, ketidakmampuan saat beraktivitas, merasakan nyeri
Tanda : Keterbatasan gerak, gaya hidup yang monoton, kelelahan otot
2. Sirkulasi
Gejala : Hematom
Tanda : Keterbatasan gerak
10

3. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan, merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi, bingung,
Tanda : Gelisah, tegang
4. Makanan atau cairan
Gejala : Mual muntah,
Tanda : Perubahan berat badan
5. Neurosensori
Gejala : Sulit berkonsentrasi
Tanda : Kelelahan
6. Nyeri atau kenyamanan
Gejala :Nyeri sendi, otot, gelisah
Tanda : Terasa sakit pada sendi dan otot
7. Pernapasan
Gejala : Napas pendek
Tanda : Dispnea, takipnea
8. Keamanan
Gejala : Purpura yang teraba pada awalnya di dada dan abdomen
Tanda : Hematoma
9. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala : Kurang menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat
10. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan D – Dimer
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan
mengukur fibrin yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai
kelainan biasanya lebih tinggi dibandig dengan keadaan normal
b. Prothrimbin Time (PTT)
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang
diperlukan dalam proses pembekuan darah. Sedikitnya ada belasan protein
11

darah, atau factor pembekuan yang diperlukan untuk membekukan darah


dan menghentikan pendarahan. Prothrombin atau factor II adalah salah
satu dari factor pembekuan yang dihasilkan oleh hati. PTT yang
memanjang dapat digunakan sebagai tanda dari DIC.
c. Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam
darah. Fibrinogen adalah protein yang mempunyai peran dalam proses
pemnekuan darah. Tingkant fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda
DIC. Hal ini terjadi ketika tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari
yang diproduksi.
d. Complete Blood Count (CBC)
CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel
darah merah dan sel darah putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat
digunakan untuk mendiagnosa DIC, namun dapat memberikan informasi
seorang tenaga medis untuk menegakkan diagnosa.
e. Hapusan Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan
pewarna khusus. Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah,
ukuran dan bentuk sel darah merah, sel darah putih,dan platelet dapat di
identifikasi. Sel darah sering terlihat rusak dan tidak normal pada pasien
dengan DIC.

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses keperawatan dimana data yang sudah
dikumpulkan dianalisis, dan melalui proses penentuan diagnosa, pernyataan
diagnosa pasien yang spesifik dibuat (PPNI 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia : Definisi dan indicator diagnostic, Edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI).
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
12

2. Risiko ketikseimbangan cairan berhubungan dengan trauma/perdarahan.


3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perifer.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisik (mis, prosedur operasi,
trauma).
5. Risiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan koagulasi
intravascular diseminata fibrilasi atrium.

G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan bukti tertulis dari tahap dua dan tahap tiga proses
keperawatan yang mengidentifikasi masalah / kebutuhan pasien, tujuan / hasil
perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani
masalah / kebutuhan pasien (Marilynn E. Dongoes, 2000 : hal 81).
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
Rencana Tindakan
Mandiri :
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis, kondisi, waktu, stressor)
Rasional : Untuk mengurangi faktor apa saja yang bisa memungkinkan
ansietas itu berubah.
b. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Rasional : Untuk mengetahui tanda apa saja yang menyebabkan ansietas
supaya tidak terulang kembali.
c. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Rasional : Untuk membantu identifikasi klien dengan menceritakan situasi
yang dapat memicunya pada kecemasan.
d. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Rasional : Untuk membantu sebagai langkah awal dalam mengatasi
perasaan dan persepsi terhadap identifikasi tindakan yang
dapat membantu diri dari kecemasan.
13

Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas (jika perlu)
Rasional : Untuk mengurangi rasa kecemasan

2. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan trauma/perdarahan


Rencana Tindakan
Mandiri :
a. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Rasional : Untuk mengurangi risiko perdarahan yang mungkin terjadi.
b. Monitor koagulasi (mis, prothrombin time (PT), partial thromboplastin
time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin dan platelet)
Rasional : Untuk megetahui tanda dan gejala yang mungkin terjadi.
c. Pertahankan bed rest selama perdarahan
Rasional : Untuk mencegah agar tidak terjadinya perdarahan seperti
sebelumnya.
d. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Rasional : Agar tidak menyebabkan perdarahan yang berkelanjutan.
Kolaborasi
a. Anjurkan pemberian obat pengontrol perdarahan (jika perlu)
Rasional : Untuk mengurangi perdarahan yang mungkin akan tejadi.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi


perifer
Rencana Tindakan
Mandiri :
a. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea)
Rasional : Untuk mengetahui tanda yang menyebabkan pola napas tidak
efektif.
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
14

Rasional : Untuk memeriksa pola napas normal tidaknya.


c. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional : Dengan memberikan penjelasan akan dapat membantu
mengetahui terhadap penyakitnya.

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisik (mis, prosedur operasi,
trauma).
Rencana Tindakan
Mandiri :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Rasional : Untuk mengidentifikasi secara menyeluruh dengan menentukan
tingkat kenyamanan nyeri serta untuk menentukan perawatan
yang tepat pada nyeri.
b. Identifikasi skala nyeri
Rasional : Agar mengetahui seberapa besar tingkat keparahan nyeri yang
dirasakan.
c. Identifikasi respon nyeri non-verbal
Rasional : Untuk mengetahui respon klien terhadap nyeri yang dirasa.
d. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Rasional : Untuk membantu mengindetifikasi nyeri yang dialami agar
dapat meringankan dan mengurangi nyeri pada kenyamanan
yang diterima.
e. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis, terapi
bermain)
Rasional : Dengan memberikan terapi nonfarmakologis seperti terapi
bermain akan mengalihkan pada rasa nyeri yang di alami dan
memberikan rasa senang.
f. Fasilitasi istirahat dan tidur
15

Rasional : Dengan memberikan istirahat dan tidur bisa menghilangkan


pada rasa nyeri yang dirasakan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami.

5. Risiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan koagulasi


intravascular diseminata dan fibrilasi atrium.
Rencana Tindakan :
Mandiri :
a. Periksa kontraindikasi terapi trombolitik (mis, riwayat traumaa, atau
pembedahan.
Rasional : Untuk mencegah kontraindikasi yang tidak di inginkan terjadi.
b. Monitor tekanan darah (setiap 15 menit pada 2 jam pertama)
Rasional : Untuk mengetahui normalnya tekanan darah agar tetap
terkontrol.
c. Pertahankan tirah baring selama 6 jam setelah terapi.
Rasional : Dengan tirah baring atau bed rest kondisi tubuh akan tetap
terjaga setelah terapi
d. Anjurkan membatasi aktivitas untuk menrunkan risiko cedera dan
perdarahan
Rasional : Dengan membatasi aktivitas yang bisa mengakitbatkan cedera
dan perdarahan yang tidak di inginkan diharuskan istirahat
atau bed rest.

H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi atau aktivitas yang
telah dilakukan (Marilynn E. Dongoes, 2000 : hal 105).
16

Pelaksanaan keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan


kepada klien. Pencatatan ini mencakup tindakan keperawatan yang diberikan baik
secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan criteria hasil terhadap
tindakan yang diberikan kepada klien (Serri Hutahaean, 2010 : hal 120).

Pelaksanaan keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan.


Pelaksanaan keperawatan dicatat untuk mengkomunikasikan rencana perawatan,
mencapai tujuan dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan masalah, serta
tetap melakukan pengkajian untuk evaluasi efektif terhadap perawatan (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2002 : hal 39).

I. Evaluasi Keperawatan
Tahap akhir proses keperawatan. Proses yang kontinu yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan
dengan meninjau proses pasien untuk menentukan keefektifan rencana perawatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien (Marilynn E. Dongoes, 2000 : hal 119).
Jenis-jenis evaluasi :
1. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu keefektifan
tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
2. Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif,
fleksibel dan efisien.
Adapun evaluasi pada klien dengan koagulasi intravascular diseminata (DIC)
adalah sebagai berikut :
1. Ansietas
2. Risiko ketidakseimbangan cairan
3. Gangguan pertukaran gas
4. Nyeri akut
17

5. Risiko perfusi cerebral tidak efektif


BAB III
PENUTUP

Setelah penulis membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan penyakit koagulasi intravascular diseminata baik dari segi tinjauan teoeritis
ataupun tinjaun kasus, maka dapat disimupulkan dan beberapa saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana
bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan
yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan (Fauji, Rizqi A 2013 ).

penyebab dari koagulasi intravascular diseminata (DIC) yaitu Perdarahan terjadi


karena hipofibrinogenemia, trombositopenia, Beredarnya antikoagulan dalam
sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen), fibrinolisis berlebihan, KID dapat
terjadi dalam penyakit penyakit seperti, infeksi (demam berdarah dengue, sepsis,
meningitis, pneumonia berat, malaria tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia),
komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli cairan
amnion), keganasan (karsinoma prostat,karsinoma paru,leukemia akut.

koagulasi intravascular diseminata (DIC) menunjukkan tanda dan gejala seperti


petekie, purpura, perdarahan dari luka pada kulit, (seperti lokasi pungsi vena, luka
insisi pada pembedahan), perdarahan dari umbilicus, trakea (bayi baru lahir),
bukti adanya perdarahan GI, hipotensi, disfungsi organ akibat infark dan iskemia.

Pengkajian merupakan proses dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga


aktivitas dasar : mengumpulkan data secara sistematis, menyortir dan mengatur

18
19

data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat


dibuka kembali (Marilynn E. Dongoes, 2000 : hal : 14).

Pemeriksaan diagnostic dengan penyakit koagulasi intravascular diseminata pada


teori disebutkan (Pemeriksaan D – Dimer), Prothrimbin Time (PTT), Fibrinogen,
Complete Blood Count (CBC), Hapusan darah.

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan 5 diagnosa keperawatan. Diagnosa


keperawatan yang ada di teori yaitu ansietas berhubungan dengan ancaman
terhadap kematian, risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan trauma
atau perdarahan, ganggua pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi, nyeri akut berhubungan dengan agen pendera fisik (mis,
prosedur operasi, trauma), dan risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan
dengan koagulasi intravascular diseminata dan fibrilasi atrium.

Pada diagnosa keperawatan pertama, yaitu ansietas berhubungan dengan ancaman


terhadap kematian. Rencana tindakan keperawatan pada teori disebutkan motivasi
mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, hal ini agar untuk membantu
klien menceritakan situasi yang dapat memicunya pada kecemasan.

Pada diagnosa kepeawatan kedua, yaitu risiko ketidakseimbangan cairan


berhubungan dengan trauma atau perdarahan. Rencana tindakan keperawatan
pada teori disebutkan monitor tanda dan gejala perdarahan, hal ini agar untuk
mengurangi perdarahan yang mungkin terjadi.

Pada diagnosa keperawatan ketiga, yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan


dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Rencana tindakan keperawatan pada
teori disebutkan monitor pola napas (seperti bradipnea dan takipnea) hal ini agar
untuk mengetahui tanda yang menyebabkan pola napas tidak efektif.
20

Pada diagnosa keperawatan keempat, yaitu nyeri akut berhubugan dengan agen
pendera fisik (mis, prosedur operasi, trauma). Rencana tindakan keperawatan
pada teori disebutkan identifikasi skala nyeri, hal ini dikarenakan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat nyeri yang dirasakan.

Pada diagnosa keperawatan kelima, yaitu risiko perfusi serebral tidak efektif
berhubungan dengan koagulasi intravascular diseminata dan fibrilasi atrium.
Rencana tindakan keperawatan pada teori disebutkan periksa kontraindikasi terapi
trombolitik (mis riwayat trauma atau pembedahan), hal ini dikarenakan untuk
mencegah kontraindikasi yang tidak diinginkan terjadi.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, serta asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada penyakit koagulasi intravascular diseminata (DIC) untuk memenuhi mutu
dalam pemberian asuhan keperawatan penulis menyimpukan saran sebagai
berikut :
1. Mahasiswa
a. Diharapkan mahasiswa lebih aktif dalam mempelajari tentang penyakit
pada anak dengan koagulasi intravascular diseminata.
b. Diharapkan mahasiswa dapat menyampaikan idea tau memberikan
masukan bila ada intervensi keperawatan yang belum dilakukan dengan
baik.
c. Diharapkan mahasiswa lebih memahami tentang konsep penyakit
koagulasi intravascular diseminata dengan lebih banyak membaca buku
sumber yang ada.
d. Diharapkan mahasiswa mampu dalam melaksanakan proses keperawatan
pada anak dengan koagulasi intravascular diseminata mulai dari
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
21

2. Untuk institusi
Diharapkan dapat lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung
proses pembelajaran seperti penambahan buku sumber diperpustakaan
DAFTAR PUSTAKA

Fauji, Rizqi A. “Asuhan Keperawatan dengan Dic”. 2016 Februari 2013.


https://www.scribd.com/doc/127426629/askep-klien-dengan-DIC

LPA Sari, MS Harahap. 2013. “Perbedaan Mortalitas antara Pasien Sepsis dan Sepsis
Komplikasi Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) di ICU RSUP Dr Kanadi,
Diponegoro : Universitas Diponegoro

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 2. Jakarta
: EGC

Diakses pada hari kamis 12 Desember 2019, Jam 19.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai