Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN

DENGAN COMPENSASI CORDIS

OLEH

Nama Mahasiswa : Fajar Dwi Rohmad, A.Md.Kep.


NIM : 2021206203130P
Program Studi : S 1 Keperawatan
Semester :1
Tahun Akademik : 2021 / Gasal

S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk sehingga dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, maka upaya
kesehatan di masyarakat harus berfokus pada upaya mencegah penyakit
( Preventive ), meningkatkan kesehatan ( promotive ), terapi (curative), maupun pemulihan
(rehabilitative) kesehatan. (Jhonson & leny, 2010).Gagal Jantung merupakan hasil dari suatu
kondisi yang menyebabkan overloadvolume, tekanan, disfungsi miokard,dan gangguan
pengisian, atau peningkatan kebutuhan metabolic . (Udjiyanti, 2010).
Gagal jantung juga di kenal dengan istilah gangguan multisistem, tidak ada satupun
gejala yang spesifik untuk organ tertentu, sebagai contoh sesak napas dapat disebabkan oleh
penyakit paru, sedangkan edema perifer dapat disebabkan oleh insufisiensi vena atau
penyakit hati dan ginjal, walaupun belum ada data yang akurat untuk data gagal jantung di
Indonesia, tetapi sebagai perbandingan yang menyatakan bahwa gagal jantung kini
dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama di Dunia Barat. (Muttaqin,
2009).
Angka kejadian gagal jantung lebih rendah pada perempuan, perempuan
berkontribusi pada setidaknya setengah kasus gagal jantung karena angka harapan
hidup mereka lebih tinggi. Di Amerika, prevalensi gagal jantung pada usia 50 tahun
ialah sebesar (1%), pada usia 80 tahun mencapai (7,5%) Dari jumlah penduduk 318 juta.
Di Inggris, prevalensi gagal jantung pada usia 60-70 tahun sebesar (5%) dan
mencapai (20%) pada usia 80 tahun dari jumlah penduduk 63,7 juta, situasi yang sama
terjadi di Italia dan Portugal. Di Cina, prevalensi gagal jantung pada usia 60 tahun ke
atas sebesar (0,9%) dari jumlah penduduk 1.236 miliar. 2 Diperkirakan lebih dari 15 juta
kasus baru gagal jantung muncul setiap tahunnya di seluruh dunia.(Ervinaria Uly Imaligy
(2014). Gagal jantung pada geriatri. 19 (1) ).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar
(0,13%) dari jumlah penduduk 251 juta, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar
(0,3%) dari jumlah penduduk 251 juta, Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis
dokter tertinggi DIY (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah
(0,18%). Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di NTT (0,8%),
diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar (0,5%).
(Hasil Rikesdas 2013). Kasus decompensasi cordis di wilayah Kota Yukum Jaya khususnya
di Puskesmas Kerkopan Tahun 2014 menunjukkan bahwa angka kunjungan penderita
Decompensasi Cordis pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2014
menunjukkan angka yang tidak sedikit yaitu 138 kunjungan, pada bulan Januari 2015
sampai dengan bulan Maret 2015 ada 10 kunjungan (sumber : data sekunder laporan
bulan januari -Desember tahun 2014 dan bulan Januari -Maret 2015 Puskesmas Kerkopan).
Dalam keluarga, setiap anggota keluarga harus memahami tugas masing-masing individu
sebagai anggota keluarga termasuk tugas keluarga dalam bidang kesehatan. Menurut
Friedman (1988 dalam Mubarak, 2009) tugas kesehatan keluarga adalah mengenal
masalah -masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat, memberi perawatan pada keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang
sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat guna pemeliharaan
kesehatan Dampak dari ketidakmampuan keluarga dalam penatalaksanaan terhadap
penyakit Decompensasi Cordis bila terjadi secara terus -menerus dapat menyebabkan
munculnya komplikasi pada penderita antara lain : edema paru akut, Syok kardigenik,
Episode Trombolitik, Efusi pericardial dan tamponade jantung, selain itu dapat
mempengaruhi ADL, sosial ekonomi dan pergaulan klien di masyarakat, Ketika penderita
gagal jantung tidak dikelola secara komprehensif, maka gagal jantung berdampak
terhadap mortalitas, morbiditas atau kelangsungan hidup klien. (Wijaya & Putri, 2013).
Dalam mengatasi hal tersebut, maka penatalaksanaan Decompensasi Cordis perlu
dilakukan secara dini, yaitu dengan cara melakukan pendidikan kesehatan tentang
gagal jantung, diet jantung, rehabilitasi jantung (latihan fisik aerobic secara bertahap,
edukasi strategi perawatan diri, dukungan psikososial).(Austin et al, (2008). Penelitian
Pengaruh Rehabilitasi Jantung).
Keterlibatan perawat sangat diperlukan dalam pengelolaan penderita Decompensasi
Cordis dengan memberikan pelayanan kesehatan di rumah meliputi aspek promotif,
preventif, dan rehabilitatif sebagai langkah untuk mengubah perilaku atau pola hidup pasien
dan keluarga kearah yang lebih baik, Karena tingginya angka kejadian Decompensasi
Cordis dan komplikasi yang dapat menyebabkan mortalitas di Indonesia cukup tinggi yaitu
lebih dari 50%, maka penulis tertarik membuat laporan asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah masalah Decompensasi Cordis (gagal jantung).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum asuhan keperawatan keluarga yaitu penulis mampu mendiskripsikan
dan mengaplikasikan teori asuhan keperawatan keluarga pada keluatga Tn. X
dengan masalah utama Decompensasi cordis di Yukum Jaya.
2. Tujuan khusus
Setelah memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Tn.. X dengan masalah
utama Decompensasi Cordis , diharapkan mampu :
a. Melaksanakan
1)Pengkajian (assessment), meliputi biodata pasien dan keluarga, mencakup
riwayat kesehatan pasien dan keluarga, review sistem terkait, data umum : hasil
pemeriksaan data fokus, dan pemerikaan penunjang.
2)Masalah keperawatan atau Diagnosis Keperawatan yang ditemukan pada
keluarga dengan Decompensasi Cordis.
3)Perencanaan untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada keluarga
dengan Decompensasi Cordis.
4)Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan Decompensasi Cordis.
5)Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.
b.Membahas kesenjangan antara teori dan kasus Decompensasi Cordis di lahan
praktek.

C. Manfaat Penelitian
1. Penulis
Penulis dapat menerapkan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga
dengan Decompensasi Cordis
2. Institusi Kesehatan
Menjadi tambahan pengelola bagi institusi pelayanan kesehatan, khusunya
(Puskesmas Kota Yukum Jaya) untuk dapat menangani masalah Decompensasi Cordis
(Gagal Jantung) yang terjadi di wilayah Kota Yukum Jaya.
3. Institusi Pendidikan
Asuhan Keperawatan Decompensasi Cordis (Gagal Jantung) ini dapat juga
digunakan untuk memberikan gambaran pada mahasiswa Keperawatan untuk
mendalami asuhan keperawatan keluarga (khususnya masalah Gagal Jantung).
4. Keluarga Tn.X
Dapat memberikan gambaran tanda-tanda dan gejala penyebab penyakit Decompensasi
Cordis (Gagal Jantung) di keluarga sehingga dapat melakukan pencegahan
5. Pembaca
Memberikan manfaat tambahan dan pengetahuan bagi pembaca tentang masalah
Decompensasi Cordis (Gagal Jantung).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan
fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung. Gagal jantung
adalah keadaan patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.

B. Klasifikasi

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung


terbagi atas :

a.       Gagal jantung kiri

Gagal jantung kanan,dan gagal jantung kongestif. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu
d’effort, fatigue, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung,
irama derap, ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernapasan cheyne stokes,
takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.

b.      Gagal jantung kanan

Timbul edema,liver engorgement, anoreksia, dan kembung.Pada pemeriksaan fisik


didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap atrium kanan,
murmur,tanda tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P2
mengeras, asites, hidrothoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan pitting
edema.

c.       gagal jantung kongestif

Terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association
(NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :

1. Kelas 1 ; Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.


2. Kelas 2 ; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari
hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3 ; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
4. Kelas 4 ; Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus
tirah baring.

C. Etiologi

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah


keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan
kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi
aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi
stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada
infark miokard atau kardiomiyopati.Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal
sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler),
gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade
jantung).

D. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan
volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme
primer yang dapat di lihat :

 Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik,


 Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron, dan
 Hipertrofi ventrikel.

Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah


jantung. Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak
pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan
menjadi semakin kurang efektif. Meurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan
membangkitkan respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic
simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan
medulla adrenal.Denyut jantuing dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk
menambah curah jantung.Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan
tekanan arteria dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ
organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan
otak dapat dipertahankan.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa :

1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus,


2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,
3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin
I,
4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan
6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.

Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau
bertambahnya tebal dinding.Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel
miokardium ; tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal
jantung, sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial. Respon miokardium
terhadap beban volume, seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan
bertambahnya tebal dinding.

E. Manifestasi Klinis
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal
antara lain :

 Lelah
 Angina
 Cemas
 Oliguri. Penurunan aktifitas GI
 Kulit dingin dan pucat

Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :

 Dyppnea
 Batuk
 Orthopea
 Reles paru
 Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.

Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :

 Edema perifer
 Distensi vena leher
 Hari membesar
 Peningkatan central venous pressure (CPV)

F. Komplikasi
Komplikasi dari decompensasi cordis adalah:

a. Syok kardiogenik
b. Episode tromboemboli
c. Efusi dan tamporiade pericardium

G. Pencegahan

Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama pada
kelompok dengan risiko tinggi.

1. 1.Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard.


2. Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan.
3. Pengobatan hipertensi yang agresif.
4. Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung.
5. Memerlukan pembahasan khusus.
6. Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang
mendasari.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk
menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang potentially
curable. Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :

1. Non medikamentosa.
Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana
kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benar–benar dengan tirah
baring (bed rest) mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat.
Sering tampak gejala–gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet
umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan
kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Cairan diberikan sebanyak 80–100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.
2. Medikamentosa
Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun
parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung. Sampai
edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal.
Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik dan ACE-
inhibitor tersebut diberikan.
Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT
lainnya) dimana digitalis memiliki mamfaat utama dalam menambah kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot. Jika ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang
memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada
pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang menunjukkan penurunan
mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.
Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi seperti Brain N atriuretic Peptide
(Nesiritide) masih dalam penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac
Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-
Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat
iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup,
namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala
dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti
miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut.
3. Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
1.      Revaskularisasi (perkutan, bedah).
2.      Operasi katup mitral.
3.      Aneurismektomi.
4.      Kardiomioplasti.
5.      External cardiac support.
6.      Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
7.      Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
8.      Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.
9.      Ultrafiltrasi, hemodialisis.

I. Pemeriksaan Penunjang
1.   Foto polos dada
a.       Proyeksi A-P; tonus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, Cefalisasi
arteria pulmonalis.
b.      Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran ventrikel dextra. 
2. EKG
Irama sinus atau atrium fibrilasi, gelombang mitral yaitu gelombang P yang melebar
serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambar
atrium fibrasi.

3. Kateterisasi jantung dan sine angiografi


Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol.
Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui
frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan
ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral.

Konsep Asuhan Keperawatan

A.Pengkajian
1.      Aktivitas dan Istirahat
o Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.
Mengeluh sulit tidur (keringat malam hari).
o Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu,
dispneu.
2.      Sirkulasi
o Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital:
kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak,
hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.
o Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras,
takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.
3.      Integritas Ego
o Tanda: Menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan
kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik.
4.      Makanan / Cairan
o Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.
o Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar
krakela dan mengi.
5.      Neurosensoris
o Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing
o Tanda: Kelemahan

6.      Pernafasan
o Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
o Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah,
gelisah.
7.      Keamanan
o Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi
o Tanda: Kelemahan tubuh
8.      Penyuluhan / pembelajaran
o Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
o Tanda: Menunjukan kurang informasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi: Persepsi terhadap keparahan
penyakit, Pengertian, Tanda dan gejala, Faktor penyebab, Persepsi keluarga terhadap
masalah.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:
a)Sejauhmana keluarga mengerti sifat dan luasnya masalah
b)Masalah dirasakan keluarga dan informasi yang salah
c)Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami
d)Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
e)Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, meliputi:
a)Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
b)Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c)Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
d)Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4)Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
a)Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
b)Pentingnya higyene sanitasi
c)Upaya pencegahan penyakit.
5)Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi:
a)Keberadaan fasilitas kesehatan
b)Keuntungan yang didapat
c)Kepercayaan kelurga terhadap tenaga kesehatan
d)Pengalaman keluarga yang kurang baik
e)Pelayanan kesehatan yang terjangkau. (Achjar, 2010).
C. Intrervensi Keperawatan
Fokus intervensi pada asuhan keperawatan keluarga menurut Mubarak (2009)
adalah sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


Intervensi :
a) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit
b) Bantu keluarga mengenal tanda dan gejala penyakit yang terdapat dalam anggota
keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
Intervensi :
a) Diskusikan bersama keluarga konsekuensi tidak melakukan tindakan
perawatan
b) Beri alternatif pada keluarga tindakan untuk mengatasi masalah
c) Diskusikan dengan keluarga manfaat dari tindakan perawatan.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Intervensi :
a) Berikan pendidikan tentang perawatan penyakit di rumah
b) Jelaskan pada keluarga mengenai jenis makanan , pengolahan dan
penyajian makanan sesuai diit
c) Jelaskan kepada keluarga akibat lanjut dari penyakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
Intervensi :
a) Berikan penjelasan kepada keluarga pengaruh lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi penyakit
b) Jelaskan kepada keluarga tentang usaha memodifikasi lingkungan untuk
mencegah penyakit.
5) Ketidakmam puan keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan
Intervensi :
a) Beri penjelasan kepada keluarga macam -macam fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada di masyarakat
b) Diskusikan kepada keluarga manfaat dari fasilitas pelayanan kesehatan
c) Motivasi kepada keluarga untuk pergi ke fasilitas kesehatan jika mengalami
masalah kesehatan.

D. Implementasi
Menurut Mubarak (2009), tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal
dibawah ini:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara: memberiakn informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang
sehat terhadap masalah. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat dengan cara: mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber -sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
2. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara: mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
3. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara: menemukan sumber -sumber
yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
4. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat

dilihat engan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam


perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat
komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya
(Mubarak, 2009). Menurut S. G. Bailon (dalam Ali, 2010) metode yang sering
dipakai untuk mengevaluasi keperawatan keluarga yaitu:

1)Observasi langsung.
2)Memeriksa laporan atau catatan.
3)Wawancara atau kuesioner.
4)Latihan simulasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Hasil pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 dan 12 Maret 2015 pukul
13.00 WIB pada keluarga Tn. S yang terdiri dari 4 anggota keluarga yaitu Tn. S (63
tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. S (53 tahun), Sdr. R (28), Sdr. Y (23 tahun)
sebagai anak. Tipe keluarga ini, termasuk keluarga inti (nuclear family ) yang
terdiri dari kepala keluarga, istri, dan anak kandung.
Kelurga ini bersuku bangsa Jawa Indonesia. Semua anggota keluarga beragama islam,
mereka selalu taat dan rajin beribadah.

Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki meninggal
: Perempuan : Perempuan meninggal
: Klien -------- : Tinggal serumah

Gambar 3.1
Genogram keluarga Tn. S
Latar belakang pendidikan Tn. S (klien) adalah SI, pendidikan Ny. S adalah
SLTA, pendidikan Sdr. R, dan Sdr. Y adalah SI. Klien adalah seorang pensiunan guru SD,
setiap bulannya klien mendapat uang pensiunan dan kiriman dari anaknya, Sdr. R sudah
tidak tinggal satu rumah, bekerja sebagai Audit Swasta dan sudah berkeluarga. Pendapatan
keluarga dalam satu bulan kurang lebih Rp. 4.500.000,00 dilihat dari jumlah penghasilan
keluarga Tn. S dan harta benda yang dimiliki dalam keluarga, kelurga tersebut mempunyai
status ekonomi yang menengah.
Keluarga ini dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan biasanya
berkumpul dengan keluarga atau dengan jalan santai setiap paginya sambil berkunjung ke
tempat tetangganya untuk menggobrol. Keluarga berada dalam tahap
keluarga usia lanjut saat ini tugas keluarga usia lanjut sudah terpenuhi. Keluarga ini
tinggal dalam satu rumah permanen milik sendiri yang terletak di Cacaban Barat Kota
Yukum Jaya.
Luas tanah kurang lebih 400 m 2 dan luas bangunan 54 m 2 , lantai rumah dari
keramik dan atap dari genting. Di dalam rumah terdapat 7 ruangan yaitu 1 ruang tamu, 1
ruang keluarga, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan WC , 1 gudang dan garasi, 1 ruang
dapur dan 1 ruang makan. Sistem pencahayaan dan ventilasi cukup, jumlah jendela
sebanyak 8 buah, dengan pemanfaatan ruang yang sudah cukup sesuai , jenis
septicthank leher angsa. Jarak septicthank dengan sumber air kurang dari 10 m, air yang
digunakan untuk mandi, mencuci piring baju dan kebutuhan sehari - hari dengan
menggunakan air sumur. Keluarga merasa tidak mempunyai masalah dalam hal kesehatan
lingkungan.
Pola Komunikasi Keluarga Tn. S menggunakan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi dengan anggota keluarga serta masyarakat. Keluarga menerapkan
kepada seluruh anggota keluarga untuk selalu terbuka jika ada sesuatu hal atau
permasalahan yang sedang dihadapi, bila terdapat masalah keluarga di selesaikan
bersama - sama. Pengambilan keputusan diambil berdasarkan musyawarah bersama
anggota keluarga dan tidak ada yang mendominasi. Klien berperan sebagai kepala
keluarga, suami dan bapak dari kedua anaknya, klien dan istri sudah tidak bekerja, dan hanya
mengandalkan dari anak anaknya, Ny.S menjalankan tugas pokoknya sebagai ibu rumah
tangga yang pekerjaannya memasak, bersih - bersih rumah, Sdr.R dan Sdr.Y, sebagai
anak Tn, S, mereka membantu mencari uang.
Tn. S (klien) adalah kepala keluarga dan ayah bagi anak – anaknya berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman. Riwayat kesehatan
klien menderita gagal jantung kiri sejak 4 tahun yang lalu, klien sudah berkali - kali
opname di rumah sakit, terakhir opname bulan September 2014 selama 24 hari di RST dr
Soedjono Yukum Jaya. Penyakit klien sering kambuh dengan keluhan sering kelelahan
sesak nafas dan jantung berdebar bila kelelahan, biasanya saat kambuh klien istirahat dan
minum obat ISDN 20 mg, selain itu klien juga mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan
angina pectoris. Klien selalu kontrol di puskesmas Kerkopan setiap bulannya dan di poli
jantung RST dr Soedjono Yukum Jaya jika obat klien sudah habis atau setiap tiga bulan
sekali. Saat di kaji TD klien : 170/90 mmHg, klien tidak mengeluh pusing, yang
dikeluhkan hanya saat kelelahan pasti penyakitnya kambuh dengan gejala sesak nafas
dan jantung berdebar - debar, pernafasan 20 kali/menit, nadi 95 kali/menit, suhu
36 derat Celsius, bentuk kepala mesochepal, rambut sudah beruban, kunjungtiva
tidak anemis, fungsi penglihatan dan pendengaran baik, mukosa bibir lembab,
pemeriksaan jantung, paru dan abdomen dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas
kanan dan kiri normal, tidak ada kelainan. Sedangkan Ny S mempunyai riwayat hipertensi
dan kadar kolesterol yang tinggi, terakhir tanggal 13 maret 2015 periksa di puskesmas
kerkopan dengan kadar kolesterol 315 mg/dl, saat dikaji tidak ada keluhan TD:140/90
mmHg, pernafasan :20x/mnt, nadi :82x/mnt,suhu :37 derajat Celsius, bentuk kepala
mesochepal, rambut sedikit beruban, kunjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan dan
pendengaran baik, mukosa bibir lembab, pemeriksaan jantung, paru dan abdomen
dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri normal, tidak ada kelainan.
Sdr. Y tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat inap di
Rumah Sakit, saat dikaji TD:110/90 mmHg, pernafasan 20 x/mnt, nadi 78 x/mnt, suhu
37 derajat Celsius, bentuk kepala mesochepal, rambut hitam, kunjungtiva tidak anemis,
ungsi penglihatan dan pendengaran baik, mukosa bibir lembab, pemeriksaan jantung, paru
dan abdomen dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri normal, tidak
ada kelainan.
Keluarga Tn. S mengatakan belum mengetahui, mengenal penyakit gagal jantung,
dan pengetahuan mengenai pencegahan, terbukti saat dilakukan pengkajian, klien sering
bertanya tentang penyakitnya, keluarga hanya mengetahui penyakit jantung
dikarnakan stress, dan ditandai dengan sesak nafas dan jantung berdebar - debar.
Pengetahuan keluarga mengenal penyakit terbatas terutama gagal jantung, keluarga
sedikit mengerti mengenai hal hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan perlu
dilakukan untuk mencegah kekambuhan, keluarga juga kurang begitu tau makanan -
makanan yang dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain
obat - obatan medis untuk penderita gagal jantung, klien mengatakan kadang - kadang masih
mengkonsumsi gorengan, memakai bumbu masak yang berlebih. keingintahuan
keluarga tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga bertanya tentang masalah diit yang
baik.

B. Analisa Data
Keluarga mengatakan belum mengetahui, mengenal penyakit gagal jantung, dan
pengetahuan megenai pencegahan, menurut mereka penyakit jantung dikarnakan, factor
kelelahan, stress, dan ditandai dengan sesak nafas dan jantung berdebar - debar. Berdasarkan
data diatas dapat di ambil diagnosa keperawatan yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah decompensasi cordis berhubungan dengan kurang pengetahuan (pengertian,
tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis ).

Keluarga mengatakan kurang begitu tau makanan - makanan yang dianjurkan


ataupun yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain obat - obatan medis untuk
pende rita gagal jantung, dan keluarga kadang - kadang masih mengkonsumsi gorengan,
memakai bumbu masak yang berlebih, ini bisa dilihat saat dilakukan pengkajian pada
keluarga, menu masakan keluarga klien masih mengandung kolesterol dan garam, terdapat
gorengan sebagai suguhan.
Dari data tersebut dapat diambil diagnosa ketidakefektifan penatalaksanaan
progam terapeutik atau diit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
Dari data-data yang diperoleh dapat dirumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan skoring
sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis berhubungan
dengan kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan
dan pencegahan Decompensasi Cordis ).
Sifat masalah skala : tidak / kurang sehat
3/3 X 1 = 1 masalah gagal jantung
Tn. S dengan keluhan sesak nafas dan jantung berdebar-debar.
kemungkinan masalah sebagian
1/2 X 2 = 1 masalah gagal jantung klien sudah terjadi masih dapat diubah
dengan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, potensial masalah untuk
dicegah cukup masalah gagal jantung klien dapat dicegah kekambuhannya dengan
cara pemberian pendidikan kesehatan tentang gagal jantung dan cara
perawatannya,
menonjolnya masalah Skala : masalah tidak dirasakan 2/2 X 1 = 1 keluarga
mengatakan sudah cukup lama penyakit yang diderita Tn. S dan sebaiknya diatasi .
Total Score 3 2/3.

2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Sifat masalah skala : ancaman kesehatan 2/3 X 1 = 2/3 keluarga kadang -
kadang masih mengkonsumsi gorengan, mengandung kolesterol, memakai bumbu masak
yang berlebih,
kemungkinan masalah sebagian 1/2 X 2 = 1 keingintahuan keluarga tentang perawatan
tinggi dibuktikan keluarga bertanya tentang masalah diit yang baik,
potensial masalah untuk dicegah cukup 2/3 X 1 = 2/3 masalah gagal jantung
klien dapat dicegah kekambuhannya dengan cara pemberian pendidikan kesehatan
tentang diit dan pengobatan altenatif,
menonjolnya masalah skala : masalah tidak dirasakan 1/2 X 1 = 1/2 keluarga
mengatakan kurang begitu tau makanan - makanan yang dianjurkan ataupun yang harus
dihindari serta pengobatan altenatif selain obat - obatan medis untuk penderita gagal
jantung. Total Score 2 5/6.

C. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan skoring diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis berhubungan
dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, Faktor resiko, cara
perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis ).
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

D. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis berhubungan
dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara
perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis )
Intervensi :
a. Gali pengetahuan keluarga tentang penyakit Decompensasi Cordis
b. Jelaskan keluarga tentang pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan
dan pencegahan Decompensasi Cordis
c. Bantu keluarga mengenal dan menyebutkan kembali tentang pengertian,
tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi
Cordis pada anggota keluarga.
d. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan keluarga mengenal masalah
kesehatan decompensasi cordis
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
Intervensi :
a. Tanyakan pengetahuan keluarga mengenai nutrisi pada Decompensasi Cordis.
b. Sebutkan dan jelaskan contoh makanan yang dibatasi dan dihindari
c. Lakukan demonstrasi diit yang baik (pengobatan alternatif) untuk
Decompensasi Cordis.
d. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan keluarga mengetahui
penatalaksanaan diit decompensasi cordis

E. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 13 maret 2015 pukul 10.00 wib
pada keluarga Tn. S adalah sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis berhubungan
dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor
resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis).
Implementasi yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan
Decompensasi Cordis.
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Implementasi yang dilakukan adalah mendiskusikan tindakan penatalaksanaan diit
Decompensasi Cordis menjelaskan makanan yang dianjurkan, contohnya :
karbohidrat (beras ditim, roti, biscuit, kentang), protein (daging tanpa kulit, ikan,
putih telur, tahu, tempe), Sayuran (kangkung, buncis, kacang panjang), buah -
buahan (pisang, papaya, jeruk), menjelaskan makan makanan yang harus
dihindari dan dibatasi, karbohidrat (singkong, tape), protein (gajih, daging ayam
dengan kulit, kacang - kacangan), sayuran (kol, sawi), lemak (minyak kelapa santan),
dan melakukan demonstrasi diit pengobatan altenatif Dengan engkonsumsi
bawang putih 5 siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3 biji dan 2 gelas air, kemudian
direbus di jadikan air satu gelas, kemudian diminum sehari, 2x (pagi,sore), serta
memotivasi keluarga untuk melakukan tindakan yang sudah dijelaskan.

F. Evaluasi
Evaluasi dilakuan pada tanggal 13 maret 2014 jam 11.30 wib adalah sebagai
berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan berhubungan
dengan kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan
dan pencegahan Decompensasi Cordis)
S : Tn. S mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan, keluarga
mengatakan bahwa Decompensasi Cordis terjadi karena stress, kelelahan karena
aktivitas. Tanda gejala dari gagal jantung adalah sesak nafas, mudah lelah, dan
jantung berdebar - debar. Faktor resiko yang utama mengalami gagal jantung adalah
dari keturunan, gaya hidup.
Klien mengatakan cara perawatan dan pencegahan dengan membatasi aktivitas
yang melelahkan, istirahat minimal 8 jam per hari, mengkonsumsi makanan yang
bergizi, mengurangi makan makanan yang mengandung garam, lemah, dan
kolesterol.
O : keluarga mendengarkan dengan antusias, Nampak memahami penjelasan,
keluarga mengangguk - angguk saat dijelaskan, keluarga menjawab pertanyaan
dengan benar.

A : keluarga mampu mengenal pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan
dan pencegahan Decompensasi Cordis.
P : Motivasi keluarga untuk mengenal dan mengetahui tentang
Decompensasi Cordis , dan menerapkan cara perawatan yang telah dijelaskan
dalam kehidupan sehari - hari.
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

S : Keluarga Tn. S mengatakan sudah mengetahui lebih banyak tentang


penatalaksanaan Decompensasi Cordis meliputi diit yang benar, yaitu
menyebutkan makanan yang dianjurkan, contohnya : karbohidrat (beras ditim,
roti, biscuit, kentang), protein (daging tanpa kulit, ikan, putih telur, tahu, tempe),
Sayuran (kangkung, buncis, kacang panjang), buah - buahan (pisang, papaya,
jeruk), makan makanan yang harus dihindari dan dibatasi, karbohidrat (singkong,
tape), protein (gajih, daging ayam dengan kulit, kacang - kacangan), sayuran (kol,
sawi), lemak (minyak kelapa santan), dan berjanji akan selalu melaksanakan diit
Decompensasi cordis, akan mengurangi pembelian lauk pauk berupa gorangan
dari luar, serta akan mencoba menerapkan pengobatan altenatif Dengan
mengkonsumsi bawang putih 5 siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3 biji dan 2 gelas
air, kemudian direbus di jadikan air satu gelas, kemudian diminum sehari, 2x
(pagi,sore).
O : Keluarga mendengarkan dengan antusias, Nampak memahami penjelasan,
keluarga mengangguk-angguk saat dijelaskan, keluarga menjawab pertanyan
dengan benar, dan mampu menyebutkan kembali isi penyuluhan
A : Keluarga mampu menunjukkan contoh bahan makanan yang harus dihindari, dan
bahan makanan pengobatan altenatif.
P : Motivasi keluarga untuk memperhatikan pola pemberian diit khususnya pada
anggota keluarga Tn. S dengan Decompensasi Cordis dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas masalah yang muncul pada keluarga
Tn. S selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S dengan masalah
Decompensasi Cordis di Desa Cacaban Barat Kota Yukum Jaya . Pada pembahasan
kasus di bawah ini penulis akan menguraikan hal - hal yang berkaitan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul, kesenjangan - kesenjangan, skoring dari diagnosa tersebut,
akibat yang terjadi bila masalah tidak diatasi, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Hal ini sesuai dengan tahap pelaksanaan proses keperawatan keluarga menurut (Achjar,
2010). Pengkajian yang dilakukan penulis yaitu dengan melalui wawancara,
pengamatan, dan juga pemeriksaan fisik terhadap klien. Menurut Mubarok, (2009)
pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara
terus - menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hasil dari pengkajian
keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga inti (nuclear family ) yang terdiri dari kepala
keluarga, istri, dan anak kandung. Menurut Allender & Spradley 2001 (dalam Achjar,
2010) Keluarga inti (nuclearfamily) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak kandung atau angkat. Keluarga ini terdiri dari 4 anggota keluarga yaitu Tn.
S (63 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. S (53 tahun), Sdr. R (28 tahun), Sdr. Y (23
tahun) sebagai anak, dan status kepemilikan rumah adalah milik sendiri.
Keluarga Tn. S saat ini dalam tahap perkembangan keluarga dengan
tahapan usia lanjut. Menurut Mubarok, (2009) pada masa tua mempertahankan suasana
rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan kehilangan teman, kekuatan
fisik. dan pendapatan, mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat,
mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat, melakukan life
review (merenungkan hidupnya).
Pada saat ini di keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
Decompensasi Cordis yaitu Tn. S (klien) menderita gagal jantung kiri sejak 4 tahun
yang lalu, dan saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sering kelelahan,
sesek nafas dan jantung berdebar bila kecapean, TD klien : 170/90 mmHg, pernafasan
20 kali/menit, nadi 95 kali/menit, suhu 36 derat Celsius. Menurut Wijaya dan Putri,
(2013) mengemukakan bahwa beberapa tanda dan gejala dari penderita Decompensasi
Cordis terutama adalah mudah lelah, sesak nafas, batuk, nyeri dada, pusing, edema,
asites, takikardi (jantung berdebar - debar), aritmia. Dengan tanda dan gejala
tersebut penulis menemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori, untuk tanda
gejala batuk, nyeri dada, pusing, edema, asites, aritmia, tidak dialami oleh klien,
klien hanya mengeluhkan sering kelelahan, sesek nafas dan jantung berdebar bila
kecapean. Dari kesenjangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala
yang dialami klien masih dalam tahap awal sehingga belum terjadi batuk, nyeri dada,
pusing, edema, asites, aritmia.
Pada saat dilakukan pengkajian dalam kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan decompensasi cordis didapatkan data bahwa keluarga hanya tahu sedikit
tentang penyakit gagal jantung. Menurut kelurga, penyakit yang diderita klien
dikarnakan faktor kelelahan, stress, ditandai dengan sesak nafas dan jantung berdebar -
debar. Kemudian keluarga belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit karena
didapatkan data keluarga Tn. S kurang begitu tahu makanan-makanan yang dianjurkan
ataupun yang harus dihindari serta diit yang baik (pengobatan altenatif), untuk
masalah kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
tidak ditemukan karena Tn. S dan keluarga selalu kontrol di Puskesmas Kerkopan
setiap bulannya dan di poli jantung RST dr Soedjono Yukum Jaya jika obat klien
sudah habis atau setiap tiga bulan sekali, selanjutnya kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat tidak ditemukan karena pada saat
pengkajian ditemukan lantai rumah cukup bersih, ventilasi baik, kamar mandi bersih,
bak kamar mandi bersih, dan yang paling penting keluarga Tn. S sadar bahwa
dengan menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, aman, rapi dapat mencegah
penyebaran jenis penyakit.Untuk masalah kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di masyarakat juga tidak ditemukan karena
keluarga mengetahui dan mengerti semua fasilitas kesehatan yang berada di masyarakat
serta keluarga tahu bagaimana prosedur dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan
yang berada di masyarakat.
Dari data pengkajian di atas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan skoring sesuai teori yang telah dirumuskan Bailon dan Maglaya (dalam
Ali, 2010) , masalah keperawatan yang muncul adalah ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan decompensasi cordisberhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang decompensasi cordis, dan ketidakefektifan penatalaksanaan
progam terapeutik atau diit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit. Setelah ditemukan masalah keperawatan dan
berdasarkan skoring tertinggi maka didapatkan diagnosa keperawatan yang utama yaitu
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang Decompensasi Cordis, Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena
dari hasil skoring diperoleh nilai tertinggi yaitu 3 2/3. Sifat masalah tidak atau
kurang sehat (nilai 1).
Menurut Ali (2010) kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mendapatkan
kesehatan, termasuk di dalamnya adalah keadaan sakit, dan keadaan tumbuh
kembang sesuai kecepatan normal. Masalah gagal jantung pada klien adalah tidak
atau kurang sehat dan memerlukan tindakan segera untuk mengurangi semakin
parahnya penyakit. Kemungkinan masalah dapat diubah hanya sebagian (nilai 1)
karena masalah gagal jantung pada klien sudah terjadi tetapi masih dapat diubah
dengan memberikan pendidikan kesehatan. Potensial masalah untuk dicegah cukup
(nilai 2/3) karena masalah ini masih dapat diubah yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit gagal jantung, sedangkan untuk menonjolnya
masalah, masalah berat harus ditangani (nilai 1) keluarga menyadari adanya masalah
dan keluarga sudah mengatasi dengan cara pemeriksaan kesehatan rutin di puskesmas
maupun rumah sakit.Dari sini tampak bahwa masalah yang diangkat penulis sudah cukup
tepat, karena menurut Achjar, (2010) diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas - tugas
kesehatan dan keperawatan sebagai berikut : ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah, disebabkan persepsi terhadap keparahan penyakit (pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab), persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
Seperti teori kurang pengetahuan menurut Carpenito (2007) adalah suatu keadaaan
ketika seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan
kognitif atau keterampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana
pengobatan. Batasan karakteristik mayornya yaitu : mengungkapkan kurang
pengetahuan atau permintaan informasi, mengekspresikan suatu ketidakakuratan
persepsi status kesehatannya, melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang
dianjurkan. Sedangkan karakteristik minornya adalah kurang integrasi rencana
tindakan ke dalam kegiatan sehari -hari, menunjukkan atau mengekspresikan
gangguan psikologis, misal : cemas, depresi yang diakibatkan oleh salahnya
informasi atau kurangnya informasi. Selanjutnya diagnosa keperawatan yang kedua
yaitu ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit. Untuk diagnosa ini memiliki skore 2 5/6. Skore tersebut diperoleh dari Sifat
masalah Skala : ancaman kesehatan (nilai 2/3) karena keluarga kadang -kadang
masih mengkonsumsi gorengan, mengandung kolesterol, memakai bumbu masak
yang berlebih, kemungkinan masalah (nilai 1) dikarnakan keingintahuan keluarga
tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga bertanya tentang masalah diit yang
baik, potensial masalah untuk dicegah (nilai 2/3) dikarnakan masalah gagal jantung
klien dapat dicegah kekambuhannya dengan cara pemberian pendidikan kesehatan
tentang diit dan pengobatan altenatif, menonjolnya masalah Skala : masalah tidak
dirasakan (nilai 1/2) keluarga mengatakan kurang begitu tau makanan-makanan
yang dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain obat-
obatan medis untuk penderita gagal jantung. Menurut Carpenito, (2007)
ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik adalah suatu pola dimana
keluarga mengalami atau beresiko mengalami kesulitan dalam menyatukan progam
kehidupan sehari-hari untuk penatalaksanaan penyakit dan gejala sisa penyakit yang
memenuhi tujuan kesehatan khusus. Batasan karakteristik mayor yaitu tidak sesuai
aktivitas keluarga untuk mencapai tujuan dan progam tindakan pencegahan. Batas
karakteristik minornya percepatan (diharapkan atau tidak) dari gejala penyakit dan gejala
isinya, pengungkapan kesulitan dengan pengaturan atau penyatuan yang ditentukan
untuk pengobatan penyakit atau pencegahan komplikasi, pengungkapan bahwa
keluarga tidak melakukan usaha atau tindakan untuk mengurangi faktor -faktor
resiko terjadinya peningkatan penyakit dan akibatnya. Menurut Achjar, (2010)
etiologi dari diagnosa ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik
dirumuskan berdasarkan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas -tugas
kesehatan dan keperawatan yaitu ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, disebabkan karena kurang pengetahuan atau tidak mengetahuhi
tentang keadaan penyakit, misalnya sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan
penyakit, gejala, dan perawatannya. Langkah selanjutnya penulis melakukan
perencanaan untuk mengatasi masalah sesuai dengan langkah -langkah pertama yaitu
menentukan sasaran. Sasaran adalah tujuan akhiryang akan dicapai melalui segala
upaya. Sasaran yang ingin dicapai yaitu setelah tindakan keperawatan dilakukan
diharapkan keluarga mampu mengenal decompensasi cordis . Langkah kedua
yaitu menentukan tujuan. Tujuan yaitu pertanyaan yang lebih spesifik atau lebih
terinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan. Tujuan tindakan keperawatan ini adalah keluarga mampu memahami
decompensasi cordis (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan
pencegahan) dan mampu dalam penatalaksanaan progam terapeutik atau diit.
Langkah ketiga adalah menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan. Tindakan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan sebab - sebab yang mengakibatkan ketidaksanggupan eluarga
dalam melaksanakan tugas- tugas kesehatan. Intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi diagnosa ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung
(Decompensasi Cordis)berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi diit yang baik (pengobatan
alternatif).

Menurut Azwar (cit. Machfoedz, I, Suryani, E,Sutrisno, & Santoso, S, 2005)


enyatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan,
yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Output dari pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk
memelihara kesehatan dan meningkatkan kesehatan yang kondusif (Notoatmodjo, 2005).
Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi etidakmampuan
keluarga mengenal masalah gagal jantung (Decompensasi Cordis) berhubungan dengan
kurang pengetahuan yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian,
tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan, pencegahan
Decompensasi Cordis.
Dengan menggunakan media leaflet.
Kemudian untuk mengatasi masalah ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik
atau diit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan menyebutkan contoh makanan
yang dibatasi dan dihindari serta melakukan demonstrasi diit yang baik
(pengobatan altenatif) untuk Decompensasi Cordis, dengan mengkonsumsi bawang
putih 5 siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3 biji dan 2 gelas air, kemudian direbus di
jadikan air satu gelas, selanjutnya diminum sehari, 2x (pagi,sore), serta memotivasi
keluarga untuk melakukan tindakan yang sudah
dijelaskan.(http://www.berbisnisjamur.com/manfaat-jamur-kuping-hitam)
Alat bantu pendidikan atau alat peraga adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut
menjadi 11 macam yaitu kata-kata, tulisan, rekaman (radio), film, televisi, pameran, field
trip, demonstrasi, sandiwara,
benda tiruan, benda asli. Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan adalah
ceramah dan dengan media leaflet. metode ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah, sementara leaflet merupakan suatu bentuk penyampaian informasi
atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam
bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.
(Machfoedz, I, Suryani, E, Sutrisno,& Santoso, S, 2005).
Pada tahap evaluasi masalah ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung
(Decompensasi Cordis) berhubungan dengan kurang pengetahuan didapatkan respon
bahwa keluarga sudah memahami tentang kondisi yang dialami klien dan memahami
tentang penyakit Decompensasi Cordis . Keluarga juga mampu menjawab pertanyaan
evaluasi secara tepat enggunakan Bahasa sendiri yang lebih sederhana. Selanjutnya untuk
masalah ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit didapatkan
respon keluarga mampu menunjukkan contoh bahan makanan yang harus dihindari, dibatasi,
dan bahan makanan pengobatan altenatif, serta mempraktekannya.Sikap klien yang positif
pada saat dilakukan pendidikan esehatan dan demonstrasi sesuai dengan sesuai dengan
pendapat Kelman (1958) dalam Sarwono (2004) yang menjelaskan bahwa perubahan
sikap dan perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir
berupa internalisasi. Tahap kepatuhan (compliance) biasanya perubahan yang terjadi pada
tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada
pengawasan.
B. Simpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga Tn. S dengan masalah
Decompensasi Cordis pada Tn. S di Cacaban Barat Kota Yukum Jaya dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Proses keperawatan yang pertama penulis lakukan adalah tahap pengumpulan
data dengan metode wawancara dan observasi. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11
Maret 2015 dan 12 Maret 2015 pada pukul 13.00 WIB di rumah keluarga Tn. S,
beberapa hal yang dikaji oleh penulis antara lain identitas klien, riwayat keperawatan,
pengkajian fokus serta pemeriksaan fisik. Dari hasil pengkajian yang dilakukan,
kemudian penulis melakukan proses keperwatan selanjutnya yaitu analisa data
sehingga muncul dua diagnosa yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang Decompensasi Cordis,
dan ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Selanjutnya
penulis melakukan perencanaan erhadap tindakan keperawatan disesuaikan dengan
kondisi keluarga Tn. S, umber daya yang ada yaitu dengan cara melakukan
pendidikan kesehatan dan demontrasi diit yang baik (pengobatan altenatif).
Kemudian dilakukan implementasi untuk mengatasi masalah kedua diagnosa
keperawatan yang telah ditemukan tersebut. Terakhir penulis melakukan evaluasi
terhadap mplementasi-implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan terhadap
keluarga Tn. S.Setelah diberikan asuhan keperawatan kepada keluarga Tn. S, dan
kemudian dievaluasi maka didapatkan hasil evaluasi bahwa semua diagnosa
keperawatan yang telah ditangani melalui asuhan keperawatan telah teratasi, namun
penyelesaian terhadap diagnosa tersebut belum optimal sehingga masih perlu
diberikan motivasi dan merencanakan untuk berkoordinasi dengan pihak terkait yaitu
Puskesmas Kerkopan.

Dalam melakukan asuhan keperawatan Penulis menemukan kesenjangan yaitu


klien mengeluh sering kelelahan, sesek nafas dan jantung berdebar bila kecapean.
Menurut Wijaya dan Putri, (2013) mengemukakan bahwa beberapa tanda dan gejala dari
penderita Decompensasi Cordis terutama adalah mudah lelah, sesak nafas, batuk, nyeri
dada, pusing, edema, asites, takikardi (jantung berdebar-debar), aritmia. Maka
penulis menemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori, kenyataannya untuk
tanda dan gejala yang diderita Tn. S tidak sama persis seperti teori yang dikemukakan.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. S
DENGAN
DECOMPENSASI CORDIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 dan 12 Maret 2015 di rumah
keluarga Tn. S pukul 13.00 wib
a. Data Umum
1.Nama : Tn. S
2.Umur : 63 th
3.Jenis kelamin : Laki-laki
4.Agama : Islam
5.Pendidikan terakhir : S1
6.Pekerjaan : Pensiunan
7.Alamat rumah : Cacaban Barat RT 08 RW 10 Kota Yukum Jaya
8.Diagnosa medis : Decompensasi Cordis
9.Komposisi Keluarga

N Nama Anggota JK Hub. Dg Kepala Umur Pendidikan Pekerjaan


O Keluarga Keluarga Terakhir

1 Tn. S L KK 63 S1 Pensiunan
2 Ny. S P Istri 53 SLTA IRT
3 Sdr. R L Anak Kandung 28 S1 S1
4 Sdr. Y L Anak Kandung 23 S1 Swasta

10. Tipe Keluarga


Tipe keluarga Tn. S termasuk keluarga inti ( nuclear family) yang terdiri dari kepala
keluarga, istri, dan anak kandung.
11. Suku bangsa
Seluruh anggota keluarga Tn. S berasal dari suku Jawa, Indonesia
12. Agama Seluruh anggota keluarga Tn. S beragama islam, mereka selalu taat dan rajin
beribadah
13. Status sosial ekonomi keluarga Penghasilan keluarga Tn.S berasal dari uang pensiunan
guru SD dan dapat kiriman uang dari anaknya Sdr.R.
Uang pensiunan Guru SD ± Rp 2.500.000,00 /bulan

Uang kiriman Anaknya ± Rp 2.000.000,00 /bulan


Jumlah penghasilan keluarga Tn. S digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dilihat
dari jumlah penghasilan keluarga Tn. S dan harta benda yang dimiliki dalam keluarga,
kelurga tersebut mempunyai status ekonomi yang menengah.

14.Aktivitas rekreasi keluarga


Setiap hari klien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan
hiburan biasanya berkumpul dengan keluarga atau dengan jalan santai setiap paginya
sambil berkunjung ke tempat tetangganya untuk menggobrol dengan tetangganya.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

15.Tahap perkembangan keluarga saat ini


Pada tahap ini keluarga berada dalam tahap keluarga usia lanjut, tugas
perkembangn keluarga :
a.Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b.Adaptasi dengan perubahan kehilangan teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan
c.Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d.Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e.Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
16.Tahap keluarga yang belum terpenuhi
a.Mempertahankan kesehatan keluarga
b.Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c.Meningkatkan keakraban pasangan
17.Riwayat keluarga inti
Ibu klien mempunyai riwayat jantung koroner, 5 orang saudara kandung klien
mengalami sakit stroke, namun dalam keluarga Tn. S tidak ada riwayat penyakit
menular.
Riwayat masing-masing anggota keluarga Tn. S:

a.Tn. S: klien menderita gagal jantung kiri sejak 4 tahun yang lalu, klien sudah berkali-kali
opname di rumah sakit, terakhir opname bulan September 2014 selama 24 hari di RST dr
Soedjono Yukum Jaya. Penyakit klien sering kambuh dengan keluhan sering kelelahan,
sesak nafas dan jantung berdebar bila kecapean, biasanya saat kambuh klien istirahat
dan minum obat, selain itu klien juga mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan
angina pectoris, Tn. S selalu kontrol di puskesmas Kerkopan setiap bulannya dan
kontrol di poli jantung RST dr Soedjono Yukum Jaya jika obat klien sudah habis atau
setiap tiga bualan sekali.

b.Ny.S: Ny S mempunyai riwayat hipertensi dan kadar kolesterol yang tinggi,


terakhir tanggal 13 maret 2015 periksa di puskesmas kerkopan dengan kadar
kolesterol 315 mg/dl
c.Sdr.L: tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat
inap di Rumah Sakit
d.Sdr.Y: tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat
inap di Rumah Sakit.
18.Riwat penyakit keluarga sebelumya Ibu klien mempunyai riwayat jantung koroner,
5 orang saudara kandung klien mengalami sakit stroke, namun dalam keluarga Tn.
S tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC, HIV dll

C. Lingkungan

19.Karakteristik rumah Status kepemilikan rumah adalah milik sendiri luas tanah kurang
lebih 400 m2 dan luas bangunan 54 m2. Tipe rumah termasuk permanen, lantai rumah
dari keramik dan atap dari genting. Di dalam rumah terdapat 7 ruangan yaitu 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan WC , 1 gudang dan garasi, 1
ruang dapur dan 1 ruang makan. Sistem pencahayaan dan ventilasi cukup, jumlah jendela
sebanyak 8 buah, dengan pemanfaatan ruang yang sudah cukup sesuai , jenis
septicthank leher angsa. Jarak septicthank dengan sumber air kurang dari 10 m, air
yang digunakan untuk mandi mencuci piring baju dan kebutuhan sehari -hari
dengan menggunakan air sumur. Keluarga merasa tidak mempunyai masalah dalam hal
kesehatan lingkungan.

Denah Rumah

6 5 4

3
2

Keterangan :
1. Ruang Tamu
2. Ruang Keluarga
3. Dapur
4. WC
5. Kamar tidur
6. Kamar tidur

20.karakteristik tetanggadan komunitas RW Klien tinggal di daerah pedesaan yang jarak


rumah dengan rumah lainnya lumayan dekat. Tetangga di ingkungan klien ramah
dan saling menghormati satu sama lain serta saling membantu ketika ada hajatan atau
ada yang tertimpa musibah. Tn. S masih aktif dalam mengikuti kegiatan di masyarakat
seperti, pengajian tiap malam jumat.
21.Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn S sudah menetap dilingkungan tersebut sudah lama ± tahun 1974
22.Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan Semua anggota keluarga saling menyayangi
satu sama lain. Tn. S juga sering memberi nasehat yang baik kepada anggota
keluarga. Keluarga
Tn. S juga melakukan komunikasi di masyarakat dengan baik. Sehingga timbul rasa
saling percaya antara anggota masyarakat.

23.System pendukung keluarga


Di rumah fasilitas-fasilitas kesehatan yang dimiliki adalah sarana MCK, tempat tidur,
sumber air bersih, sarana hiburan (televisi) dan motor sebagai sarana transportasi.

D. Struktur Keluarga

24.Pola Komunikasi Keluarga


Keluarga menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga
serta masyarakat. Keluarga menerapkan kepada seluruh anggota keluarga untuk
selalu terbuka jika ada sesuatu hal atau permasalahan yang sedang dihadapi,
bila terdapat masalah keluarga di selesaikan bersama-sama.
25.Struktur kekuatan Keluarga
Dalam anggota keluarga, Tn. S, keputusan diambil berdasarkan musyawarah
bersama anggota keluarga dan tidak ada yang mendominasi.
26.Struktur Peran
Dalam keluarga, Tn. S berperan sebagai kepala keluarga, suami dan bapak dari
kedua anaknya, Tn. S dan Ny. S sudah tidak bekerja, dan hanya mengandalkan dari
anak-anaknya, Ny.S menjalankan tugas pokoknya sebagai ibu rumah tangga yang
pekerjaannya memasak, bersih-bersih rumah. Sdr.L dan Sdr.Y, sebagai anak Tn. S,
mereka membantu mencari uang.
27.Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga tidak mempunyai nilai dan norma khusus, nilai dan norma yang dianut
sesuai dengan agama islam, tidak ada norma yang bertentangan dengan kesehatan
keluarga menganggap kesehatan sangat penting artinya sehingga bila ada keluarga
yang sakit dibawa ke puskesmas
E. Fungsi Keluarga
28.Fungsi Afektif
Didalam keluarga Tn S, semua anggota keluarga saling memberikan kasih sayang
dan perhatian satu sama lain. Keluarga menerapkan sistem demokrasi dan
musyawarah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapai oleh anggota keluarga.
29.Fungsi Sosialisasi
Interaksi antar anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota keluarga
saling menghormati dan menerapkan etika serta sopan santun dalam berperilaku
30. Fungsi Perawatan Keluarga
a.Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarga belum
mengetahui mengenal penyakit gagal jantung, dan pengetahuan megenai
pencegahan, terbukti saat dilakukan pengkajian, Tn. S sering bertanya tentang
penyakitnya keluarga hanya mengetahui penyakit jantung dikarnakan faktor
kelelahan, stress, dan ditandai dengan sesak nafas dan jantung berdebar -debar.
b.Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat : Tn. S dan keluarga mengatakan mengetahui Tn. S sakit jantung setelah
Tn. S di rawat di rumah sakit 5 bulan yang lalu, Tn. S selalu kontrol di
puskesmas Kerkopan setiap bulannya dan kontrol di poli jantung RST dr Soedjono
Yukum Jaya jika obat klien sudah habis atau setiap tiga bualan sekali.
c.Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Pengetahuan keluarga
mengenal penyakit terbatas terutama gagal jantung, keluarga sedikit mengerti
mengenai hal -hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan perlu dilakukan
untuk mencegah kekambuhan, keluarga juga kurang begitu tahu makanan - makanan
yang dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta engobatan altenatif selain obat -
obatan medis untuk penderita gagal jantung. Tn.S mengatakan kadang - kadang
masih mengkonsumsi gorengan, memakai bumbu masak yang berlebih, Keingintahuan
keluarga tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga bertanya tentang masalah diit
yang baik. terdapat gorengan sebagai suguhan dan menu masakan keluarga klien
masih mengandung kolesterol dan garam

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

1)Lantai rumah cukup bersih, ventilasi baik, kamar mandi bersih, bak kamar mandi
bersih
2)Keluarga sadar bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, aman,
rapi dapat mencegah penyebaran jenis penyakit.
e.Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di
masyarakat
1)Keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dalam
menangani penyakitnya
2)Keluarga mengetahui dan mengerti semua fasilitas kesehatan yang berada di
masyarakat serta keluarga tahu bagaimana prosedur dalam memanfaatkan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang berada di masyarakat.
31.Fungsi Reproduksi
a.Tn. S mempunyai anak 2 yaitu laki-laki semua dan memiliki istri satu
b.Ny.S sudah mengalami menopause.
32.Fungsi Ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari
penghasilan pensiunan yang diperoleh dan dari kiriman uang anaknya
.
F.Stres dan Koping Keluarga
33.Stressor jangka panjang dan pendek Tn. S mengatakan merasa khawatir, cemas jika ada
anggota keluarga yang mengeluh tentang masalah kesehatannya.Keluarga merasa tidak
nyaman apabila ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
34.Kemampuan Keluarga Berespon terhadap situasi atau stressor Tn. S berusaha untuk
menangani keluhan kesehatan baik dengan penanganan mandiri maupun dengan layanan
kesehatan Tn. S sudah berusaha mencegah kekambuhan dengan mengatur pola makan,
Aktivitas sesuai dengan kemampuan, istirahat dan tidur.
35.Strategi Koping yang Digunakan
Keluarga memeriksakan diri ke Puskesmas Kerkopan atau Rumah Sakit jika ada keluhan
yang berhubungan dengan kesehatan

G.Harapan Keluarga
36.Harapan Keluarga
Keluarga berharap petugas kesehatan bisa memberikan solusi masalah kesehatan yang
dihadapi keluarga. Serta ingin mendapatkan berbagai informasi dari petugas kesehatan
mengenai kesehatan demi menjaga kesehatan anggota keluarganya.
H.Data Tambahan
1.Nutrisi
Kebiasaan makan keluarga Tn S 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk.
2.Eliminasi
Keluarga Tn S tidak mengalami masalha eliminasi BAB dan BAK dengan lancar
3.Istirahat dan tidur
Keluarga Tn. S mengatakan setiap malamnya terbiasa tidur ± pukul 21.00 WIB sampai pukul
04.00 WIB. Selain itu juga mempunyai kebiasaan tidur siang ± 1-3 Jam.
4.Aktivitas sehari-hari
Kelurga melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan peran masing -masing anggota
keluarga namun jika ada anggota keluarga yang memiliki waktu luang maka saling
membantu dan melengkapi
5.Merokok
Dari keluarga Tn. S tidak ada yang merokok.

I.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Anggota
Tn. S Ny. S Sdr. Y
Keluhan Umum Baik Baik Baik
Kepala bentuk mesochepal, tidak bentuk mesochepal, bentuk mesochepal,
terdapat luka, kulit tidak terdapat luka, tidak terdapat luka,
kepala bersih, tidak kulit kepala bersih, kulit kepala bersih,
berbau, rambut beruban tidak berbau, rambut tidak berbau,
sedikit beruban rambut hitam
TTV TD:170/90 TD:140/90 TD:110/90
RR:20x/mnt RR:20x/mnt RR:20x/mnt
N:95x/mnt N:82x/mnt N:78x/mnt
T:36C T:37C T:37C
BB/TB 67kg/160 cm 50kg/ 150 cm 65kg/170 cm

Mata simetris, reflek pupil simetris, reflek simetris, reflek pupil


terhadap cahaya baik, pupil terhadap terhadap cahaya baik,
sklera tidak ikterik, cahaya baik, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemi sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
konjungtiva tidak anemis
Anemi
Hidung bersih, fungsi penciuman bersih, fungsi bersih, fungsi
baik, tidak terdapat sekret, penciuman baik, penciuman baik,
tidak ada pernapasan tidak terdapat sekret, tidak terdapat sekret,
cuping hidung, tidak ada tidak ada pernapasan tidak ada pernapasan
polip hidung cuping hidung, tidak cuping hidung, tidak
ada polip hidung ada polip hidung
Mulut mukosa bibir lembab, Mukosa bibir mukosa bibir
bentuk simetris, tidak lembab, bentuk lembab, bentuk
ada stomatitis simetris, tidak ada simetris, tidak ada
stomatitis stomatitis
Leher simetris, tidak ada simetris, tidak ada simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
getah bening, tidak ada getah bening, tidak getah bening, tidak
pembesaran kelenjar tiroid ada pembesaran ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada : I : tidak ada lesi, ekspansi I : tidak ada lesi, I : tidak ada
Paru dada simetris ekspansi dada lesi, ekspansi dada
P : vocal fremitus teraba simetris simetris
sama P : vocal fremitus P : vocal fremitus
P : sonor teraba sama teraba sama
A : vesikuler P : sonor P : sonor
A : vesikuler A : vesikuler
Jantung I : Tidak Nampak I :Tidak Nampak I : Tidak
ictus cordis , tidak ada lesi ictus cordis , tidak Nampak iktus
P : ictus cordis teraba di ic ada lesi cordis , tidak ada lesi
5 bunyi jantung P :ictus cordis teraba P : ictus cordis teraba
P : Redup di ic 5 di ic 5
A :Auskultasi S1 P : Redup P : redup
dan S2 reguler A : Auskultasi : S1 A : Auskultasi:
dan S2 S1 dan S2
reguler reguler
Abdomen I : I: I : datar,
datar, tidak ada lesi datar, tidak ada lesi terdapat bekas luka
A : A : bising usus op app
bising usus 15x/menit, 15x/menit, A : bising usus
P :tidak ada pembesaran P :tidak ada 15x/menit,
hepar atau lien, tidak ada pembesaran hepar P :tidak ada
nyeri tekan, atau lien, tidak ada pembesaran hepar tau
P: tympani nyeri tekan, lien, tidak ada
P:tympani nyeri tekan,
P: tympani
Tangan Dapat bergerak bebas, Dapat bergerak Dapat bergerak
tidak ada oedem, tidak bebas, bebas, tidak ada
terdapat lesi tidak ada oedem, oedem, tidak
tidak terdapat lesi terdapat lesi
Kaki Dapat bergerak bebas, Dapat bergerak Dapat bergerak
tidak terdapat oedem bebas, tidak terdapat bebas, tidak terdapat
pada kedua punggung kaki oedem oedem
genetalia Tidak ada keluan Tidak ada keluan Tidak ada keluan
Anus Tidak ada hemoroid Tidak ada hemoroid Tidak ada hemoroid

J.Analisa Data
NO Data Fokus Penyebab Masalah

1. Ds : Kurang pengetahuan Ketidakmampuan


Keluarga mengatakan belum keluarga
mengetahui mengenal penyakit gagal mengenal masalah
jantung, dan pengetahuan megenai kesehatan
pencegahan, menurut mereka penyakit
jantung dikarnakan, faktor kelelahan,
stress, dan ditandai dengan sering
kelelahan, sesak nafas dan jantung
berdebar-debar.
Do : Tn.S sering bertanya tentang
penyakitnya.
TD:170/90 RR:20x/mnt
N:95x/mnt T:36C
2. Ds : keluarga mengatakan kurang Ketidakmampuan Ketidakefektifan
begitu tahu makanan-makanan yang merawat anggota penatalaksanaan
dianjurkan ataupun yang harus dihindari yang sakit progam
serta pengobatan altenatif selain terapeutik atau
obat-obatan medis untuk penderita gagal diit.
jantung, dan keluarga kadang-kadang
masih mengkonsumsi gorengan,
memakai bumbu masak yang berlebih
Do : menu masakan keluarga klien
masih mengandung kolesterol dan
garam pada saat di kaji terdapat
gorengan sebagai suguhan

K.Skala Prioritas
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung (Decompensasi Cordis)
berhubungan dengan kurang pengetahuan

NO Kriteria Perhitungan Pembenaran


(score )
1. Sifat masalah Skala : 3/3 X 1 = 1 Masalah gagal jantung Tn. S
Tidak / kurang sehat dengan keluhan sesak nafas dan
jantung berdebar-debar

2. Kemungkinan masalah : 1/2 X 2 = 1 Masalah gagal jantung Tn. S


sebagian sudah terjadi masih dapat diubah
dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga

3. Potensial masalah untuk 2/3 X 1 = 2/3 Masalah gagal jantung Tn. S


dicegah : dapat dicegah kekambuhannya
cukup dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan
tentang gagal
jantung dan cara perawatannya

4. Menonjolnya masalah 2/2 X 1 = 1 Keluarga mengatakan sudah


Skala : ingin segera di cukup lama penyakit yang
atasi diderita Tn. S dan sebaiknya
diatasi

Total score 3 2/3


2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

NO Kriteria Perhitungan Pembenaran


(score )
1. Sifat masalah Skala : 2/3 X 1 = 2/3 Masalah gagal jantung Tn. S
Ancaman kesehatan dengan keluhan sesak nafas dan
jantung berdebar-debar

2. Kemungkinan masalah : 1/2 X 2 = 1 Masalah gagal jantung Tn. S


sebagian sudah terjadi masih dapat diubah
dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga

3. Potensial masalah untuk 2/3 X 1 = 2/3 Masalah gagal jantung Tn. S


dicegah : dapat dicegah kekambuhannya
cukup dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan
tentang gagal
jantung dan cara perawatannya

4. Menonjolnya masalah 0/2 X 1 = 0 Keluarga mengatakan sudah


Skala : masalah tidak cukup lama penyakit yang
dirasakan diderita Tn. S dan sebaiknya
diatasi

Total score 1 4/6

L.Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung (Decompensasi Cordis)


berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
N Tgl/ Diagnosa Tujuan umum Tujuan Khusus Evaluasi Evaluasi Intervensi Paraf
Jam Keperawatan Kriteria Standar
O

1. 12 Ketidakmampuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal Keluarga Gali pengetahuan


maret keluarga mengenal keperawatan keperawatan selama mampu keluarga tentang
2015 masalah kesehatan selama 1x30 menit, diharapkan menjelas penyakit Decompensasi
16.00 berhubungan dengan 1x30 menit, keluarga dapat ka ordis
wib Kurang pengetahuan diharapkan mengenal masalah tentang 2.Jelaskan keluarga
(pengertian, tanda, keluarga dapat decompensasi Cordis (pengerti tentang pengertian,
gejala, faktor resiko, mengenal yang dialami Tn. S : an, tanda, gejala, aktor
cara perawatan dan masalah 1.Mampu menyebutkan tanda, resiko, cara erawatan
pencegahan Decompensasi kembali pengertian, gejala, dan pencegahan
Decompensasi Cordis) Cordis yang tanda, gejala, faktor faktor Decompensasi ordis
dialami Tn. S resiko, cara perawatan resiko, 3.Bantu keluarga
dan pencegahan cara mengenal dan
Decompensasi Cordis ) perawata menyebutkan kembali
n tentang pengertian,
dan tanda, gejala, faktor
pencegah resiko, cara perawatan
an dan pencegahan
Decomp Decompensasi Cordis
ensasi pada anggota keluarga.
Cordis) 4.Berikan reinforcement
positif atas keberhasilan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
decompensasi cordis
2. 12 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal Keluarga 1.Tanyakan
maret penatalaksanaan keperawatan keperawatan selama mampu pengetahuan keluarga
2015 progam selama 1x30 1x30 menit, diharapkan menyebu mengenai nutrisi pada
16.00 terapeutik/diit menit, diharapkan keluarga dapat tkan Decompensasi Cordis.
wib berhubungan dengan keluarga dapat melaksanakan progam contoh 2.Sebutkan dan jelaskan
ketidakmampuan melaksanakan terapeutik berupa diit makanan contoh makanan yang
keluarga merawat progam terapeutik yang baik terhadap yang dibatasi dan dihindari
anggota keluarga yang berupa diit yang Tn. S, dengan dibatasi, 3.Lakukan demonstrasi
sakit baik terhadap menyebutkan contoh dihindari diit yang baik
Tn. S makanan yang dibatasi, , diit (pengobatan alternatif)
dihindari, diit yang yang untuk Decompensasi
baik (pengobatan baik Cordis.
altenatif) (pengoba 4.Berikan reinforcement
tan positif atas keberhasilan
altenatif) keluarga mengetahui
penatalaksanaan diit
decompensasi cordis

N.Implementasi dan Keperawatan

Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan Khusus Implementasi Evaluasi Paraf

13 Maret Ketidakmampuan Setelah dilakukan 1.menggali pengetahuan S : Tn. S mengatakan mengerti


2015 10.00- Keluarga mengenal pendidikan keluarga tentang penyakit dengan penjelasan
11.30 wib masalah kesehatan kesehatan 1x30 Decompensasi Cordis yang diberikan, keluarga mengatakan
berhubungan dengan menit, diharapkan 2.menjelaskan keluarga bahwa Decompensasi Cordis
Kurang pengetahuan keluarga : tentang terjadi karena stress, kelelahan
(pengertian, tanda, gejala, Mampu pengertian, tanda, gejala, karena aktivitas. Tanda gejala dari
faktor resiko, cara menyebutkan faktor resiko, cara gagal jantung adalah sesak nafas,
perawatan dan pencegahan kembali pengertian, perawatan mudah lelah, dan jantung
Decompensasi Cordis ) tanda, gejala, faktor dan pencegahan berdebar-debar. Faktor resiko yang
resiko, cara Decompensasi Cordis utama mengalami gagal jantung
perawatan dan 3.membantu keluarga adalah dari keturunan, gaya hidup.
pencegahan mengenal dan menyebutkan Tn S mengatakan
Decompensasi kembali tentang pengertian, cara perawatan dan Pencegahan
Cordis ) tanda, gejala, faktor dengan membatasi aktivitas yang
resiko, cara perawatan dan melelahkan,
pencegahan Decompensasi istirahat minimal 8 jam per
Cordis pada anggota hari, mengkonsumsi makanan
keluarga. yang bergizi, mengurangi makan
4.memberikan makanan
reinforcement positif atas yang mengandung garam, emah, dan
keberhasilan keluarga kolesterol.
mengenal masalah O: keluarga mendengarkan dengan
kesehatan decompensasi antusias, Nampak memahami
cordis penjelasan, eluarga
mengangguk-angguk saat
dijelaskan, keluarga menjawab
pertanyan dengan benar.
A: keluarga mampu mengenal
pengertian, tanda, gejala, faktor
resiko, cara perawatan dan
pencegahan Decompensasi Cordis.
P: Motivasi keluarga untuk
mengenal dan mengetahui tentang
Decompensasi Cordis, dan
menerapkan cara perawatan yang
telah dijelaskan dalam kehidupan
sehari-hari.

13 Maret Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.menanyakan pengetahuan S : Keluarga Tn. S


2015 penatalaksanaan progam Pendidikan keluarga mengenai nutrisi mengatakan sudah mengetahui
10.00 terapeutik/diit erhubungan kesehatan selama pada Decompensasi Cordis lebih banyak tentang
- Dengan ketidakmampuan 1x30 menit, penatalaksanaan Decompensasi
11.30 keluarga merawat nggota diharapkan 2.menyebutkan dan Cordis meliputi diit yang benar,
keluarga yang sakit. keluarga dapat jelaskan contoh makanan yaitu menyebutkan makanan yang
melaksanakan yang dibatasi dan dihindari dianjurkan, contohnya :
progam terapeutik 3.melakukan demonstrasi karbohidrat (beras ditim, roti,
berupa diit diit yang baik (pengoba biscuit, kentang), protein (daging
yang baik terhadap tan alternatif) untuk tanpa kulit, ikan, putih telur, tahu,
Tn. S, Decompensasi Cordis tempe), Sayuran (kangkung, buncis,
dengan dengan mengkonsumsi kacang panjang), buah-buahan
menyebutkan bawang putih 5 (pisang, papaya, jeruk), makan
contoh siung, jamur kuping 10 makanan yang harus dihindari dan
makanan yang gram, jahe 3 biji dan 2 gelas dibatasi, karbohidrat (singkong,
dibatasi, dihindari, air, kemudian direbus di tape), protein (gajih, daging ayam
diit yang jadikan air satu gelas, dengan kulit, kacang-kacangan),
baik (pengobatan kemudian diminum sehari, sayuran (kol, sawi), lemak
altenatif) 2x (pagi,sore). (minyak kelapa santan), dan
4.memberikan berjanji akan selalu melaksanakan
reinforcement positif atas diit Decompensasi cordis, akan
keberhasilan keluarga mengurangi pembelian lauk pauk
mengetahui berupa gorangan dari luar, serta
penatalaksanaan diit akan mencoba menerapkan
decompensasi cordis. pengobatan altenatif Dengan
mengkonsumsi bawang putih 5
siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3
biji dan 2 gelas air, kemudian direbus
di jadikan air satu gelas, kemudian
diminum sehari, 2x (pagi,sore).
O : Keluarga mendengarkan
dengan antusias, Nampak
memahami penjelasan, keluarga
Mengangguk -angguk saat
dijelaskan, keluarga menjawab
pertanyan dengan benar, dan
mampu menyebutkan kembali isi
penyuluhan
A: Keluarga mampu menunjukkan
contoh bahan makanan yang harus
dihindari, dan bahan makanan
pengobatan altenatif
P:Motivasi keluarga untuk
memperhatikan pola pemberian diit
khususnya pada anggota keluarga
Tn. S dengan Decompensasi
Cordis dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai