OLEH
S1 KEPERAWATAN
C. Manfaat Penelitian
1. Penulis
Penulis dapat menerapkan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga
dengan Decompensasi Cordis
2. Institusi Kesehatan
Menjadi tambahan pengelola bagi institusi pelayanan kesehatan, khusunya
(Puskesmas Kota Yukum Jaya) untuk dapat menangani masalah Decompensasi Cordis
(Gagal Jantung) yang terjadi di wilayah Kota Yukum Jaya.
3. Institusi Pendidikan
Asuhan Keperawatan Decompensasi Cordis (Gagal Jantung) ini dapat juga
digunakan untuk memberikan gambaran pada mahasiswa Keperawatan untuk
mendalami asuhan keperawatan keluarga (khususnya masalah Gagal Jantung).
4. Keluarga Tn.X
Dapat memberikan gambaran tanda-tanda dan gejala penyebab penyakit Decompensasi
Cordis (Gagal Jantung) di keluarga sehingga dapat melakukan pencegahan
5. Pembaca
Memberikan manfaat tambahan dan pengetahuan bagi pembaca tentang masalah
Decompensasi Cordis (Gagal Jantung).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan
fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung. Gagal jantung
adalah keadaan patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
B. Klasifikasi
Gagal jantung kanan,dan gagal jantung kongestif. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu
d’effort, fatigue, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung,
irama derap, ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernapasan cheyne stokes,
takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.
Terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association
(NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan
volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme
primer yang dapat di lihat :
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau
bertambahnya tebal dinding.Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel
miokardium ; tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal
jantung, sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial. Respon miokardium
terhadap beban volume, seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan
bertambahnya tebal dinding.
E. Manifestasi Klinis
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal
antara lain :
Lelah
Angina
Cemas
Oliguri. Penurunan aktifitas GI
Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :
Dyppnea
Batuk
Orthopea
Reles paru
Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Edema perifer
Distensi vena leher
Hari membesar
Peningkatan central venous pressure (CPV)
F. Komplikasi
Komplikasi dari decompensasi cordis adalah:
a. Syok kardiogenik
b. Episode tromboemboli
c. Efusi dan tamporiade pericardium
G. Pencegahan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama pada
kelompok dengan risiko tinggi.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk
menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang potentially
curable. Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :
1. Non medikamentosa.
Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana
kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benar–benar dengan tirah
baring (bed rest) mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat.
Sering tampak gejala–gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet
umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan
kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Cairan diberikan sebanyak 80–100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.
2. Medikamentosa
Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun
parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung. Sampai
edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal.
Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik dan ACE-
inhibitor tersebut diberikan.
Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT
lainnya) dimana digitalis memiliki mamfaat utama dalam menambah kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot. Jika ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang
memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada
pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang menunjukkan penurunan
mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.
Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi seperti Brain N atriuretic Peptide
(Nesiritide) masih dalam penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac
Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-
Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat
iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup,
namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala
dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti
miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut.
3. Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
1. Revaskularisasi (perkutan, bedah).
2. Operasi katup mitral.
3. Aneurismektomi.
4. Kardiomioplasti.
5. External cardiac support.
6. Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
7. Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
8. Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.
9. Ultrafiltrasi, hemodialisis.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos dada
a. Proyeksi A-P; tonus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, Cefalisasi
arteria pulmonalis.
b. Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran ventrikel dextra.
2. EKG
Irama sinus atau atrium fibrilasi, gelombang mitral yaitu gelombang P yang melebar
serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambar
atrium fibrasi.
A.Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
o Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.
Mengeluh sulit tidur (keringat malam hari).
o Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu,
dispneu.
2. Sirkulasi
o Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital:
kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak,
hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.
o Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras,
takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.
3. Integritas Ego
o Tanda: Menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan
kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik.
4. Makanan / Cairan
o Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.
o Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar
krakela dan mengi.
5. Neurosensoris
o Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing
o Tanda: Kelemahan
6. Pernafasan
o Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
o Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah,
gelisah.
7. Keamanan
o Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi
o Tanda: Kelemahan tubuh
8. Penyuluhan / pembelajaran
o Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
o Tanda: Menunjukan kurang informasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi: Persepsi terhadap keparahan
penyakit, Pengertian, Tanda dan gejala, Faktor penyebab, Persepsi keluarga terhadap
masalah.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:
a)Sejauhmana keluarga mengerti sifat dan luasnya masalah
b)Masalah dirasakan keluarga dan informasi yang salah
c)Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami
d)Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
e)Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, meliputi:
a)Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
b)Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c)Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
d)Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4)Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
a)Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
b)Pentingnya higyene sanitasi
c)Upaya pencegahan penyakit.
5)Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi:
a)Keberadaan fasilitas kesehatan
b)Keuntungan yang didapat
c)Kepercayaan kelurga terhadap tenaga kesehatan
d)Pengalaman keluarga yang kurang baik
e)Pelayanan kesehatan yang terjangkau. (Achjar, 2010).
C. Intrervensi Keperawatan
Fokus intervensi pada asuhan keperawatan keluarga menurut Mubarak (2009)
adalah sebagai berikut :
D. Implementasi
Menurut Mubarak (2009), tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal
dibawah ini:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara: memberiakn informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang
sehat terhadap masalah. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat dengan cara: mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber -sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
2. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara: mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
3. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara: menemukan sumber -sumber
yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
4. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
1)Observasi langsung.
2)Memeriksa laporan atau catatan.
3)Wawancara atau kuesioner.
4)Latihan simulasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Hasil pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 dan 12 Maret 2015 pukul
13.00 WIB pada keluarga Tn. S yang terdiri dari 4 anggota keluarga yaitu Tn. S (63
tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. S (53 tahun), Sdr. R (28), Sdr. Y (23 tahun)
sebagai anak. Tipe keluarga ini, termasuk keluarga inti (nuclear family ) yang
terdiri dari kepala keluarga, istri, dan anak kandung.
Kelurga ini bersuku bangsa Jawa Indonesia. Semua anggota keluarga beragama islam,
mereka selalu taat dan rajin beribadah.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki meninggal
: Perempuan : Perempuan meninggal
: Klien -------- : Tinggal serumah
Gambar 3.1
Genogram keluarga Tn. S
Latar belakang pendidikan Tn. S (klien) adalah SI, pendidikan Ny. S adalah
SLTA, pendidikan Sdr. R, dan Sdr. Y adalah SI. Klien adalah seorang pensiunan guru SD,
setiap bulannya klien mendapat uang pensiunan dan kiriman dari anaknya, Sdr. R sudah
tidak tinggal satu rumah, bekerja sebagai Audit Swasta dan sudah berkeluarga. Pendapatan
keluarga dalam satu bulan kurang lebih Rp. 4.500.000,00 dilihat dari jumlah penghasilan
keluarga Tn. S dan harta benda yang dimiliki dalam keluarga, kelurga tersebut mempunyai
status ekonomi yang menengah.
Keluarga ini dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan biasanya
berkumpul dengan keluarga atau dengan jalan santai setiap paginya sambil berkunjung ke
tempat tetangganya untuk menggobrol. Keluarga berada dalam tahap
keluarga usia lanjut saat ini tugas keluarga usia lanjut sudah terpenuhi. Keluarga ini
tinggal dalam satu rumah permanen milik sendiri yang terletak di Cacaban Barat Kota
Yukum Jaya.
Luas tanah kurang lebih 400 m 2 dan luas bangunan 54 m 2 , lantai rumah dari
keramik dan atap dari genting. Di dalam rumah terdapat 7 ruangan yaitu 1 ruang tamu, 1
ruang keluarga, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan WC , 1 gudang dan garasi, 1 ruang
dapur dan 1 ruang makan. Sistem pencahayaan dan ventilasi cukup, jumlah jendela
sebanyak 8 buah, dengan pemanfaatan ruang yang sudah cukup sesuai , jenis
septicthank leher angsa. Jarak septicthank dengan sumber air kurang dari 10 m, air yang
digunakan untuk mandi, mencuci piring baju dan kebutuhan sehari - hari dengan
menggunakan air sumur. Keluarga merasa tidak mempunyai masalah dalam hal kesehatan
lingkungan.
Pola Komunikasi Keluarga Tn. S menggunakan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi dengan anggota keluarga serta masyarakat. Keluarga menerapkan
kepada seluruh anggota keluarga untuk selalu terbuka jika ada sesuatu hal atau
permasalahan yang sedang dihadapi, bila terdapat masalah keluarga di selesaikan
bersama - sama. Pengambilan keputusan diambil berdasarkan musyawarah bersama
anggota keluarga dan tidak ada yang mendominasi. Klien berperan sebagai kepala
keluarga, suami dan bapak dari kedua anaknya, klien dan istri sudah tidak bekerja, dan hanya
mengandalkan dari anak anaknya, Ny.S menjalankan tugas pokoknya sebagai ibu rumah
tangga yang pekerjaannya memasak, bersih - bersih rumah, Sdr.R dan Sdr.Y, sebagai
anak Tn, S, mereka membantu mencari uang.
Tn. S (klien) adalah kepala keluarga dan ayah bagi anak – anaknya berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman. Riwayat kesehatan
klien menderita gagal jantung kiri sejak 4 tahun yang lalu, klien sudah berkali - kali
opname di rumah sakit, terakhir opname bulan September 2014 selama 24 hari di RST dr
Soedjono Yukum Jaya. Penyakit klien sering kambuh dengan keluhan sering kelelahan
sesak nafas dan jantung berdebar bila kelelahan, biasanya saat kambuh klien istirahat dan
minum obat ISDN 20 mg, selain itu klien juga mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan
angina pectoris. Klien selalu kontrol di puskesmas Kerkopan setiap bulannya dan di poli
jantung RST dr Soedjono Yukum Jaya jika obat klien sudah habis atau setiap tiga bulan
sekali. Saat di kaji TD klien : 170/90 mmHg, klien tidak mengeluh pusing, yang
dikeluhkan hanya saat kelelahan pasti penyakitnya kambuh dengan gejala sesak nafas
dan jantung berdebar - debar, pernafasan 20 kali/menit, nadi 95 kali/menit, suhu
36 derat Celsius, bentuk kepala mesochepal, rambut sudah beruban, kunjungtiva
tidak anemis, fungsi penglihatan dan pendengaran baik, mukosa bibir lembab,
pemeriksaan jantung, paru dan abdomen dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas
kanan dan kiri normal, tidak ada kelainan. Sedangkan Ny S mempunyai riwayat hipertensi
dan kadar kolesterol yang tinggi, terakhir tanggal 13 maret 2015 periksa di puskesmas
kerkopan dengan kadar kolesterol 315 mg/dl, saat dikaji tidak ada keluhan TD:140/90
mmHg, pernafasan :20x/mnt, nadi :82x/mnt,suhu :37 derajat Celsius, bentuk kepala
mesochepal, rambut sedikit beruban, kunjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan dan
pendengaran baik, mukosa bibir lembab, pemeriksaan jantung, paru dan abdomen
dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri normal, tidak ada kelainan.
Sdr. Y tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat inap di
Rumah Sakit, saat dikaji TD:110/90 mmHg, pernafasan 20 x/mnt, nadi 78 x/mnt, suhu
37 derajat Celsius, bentuk kepala mesochepal, rambut hitam, kunjungtiva tidak anemis,
ungsi penglihatan dan pendengaran baik, mukosa bibir lembab, pemeriksaan jantung, paru
dan abdomen dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri normal, tidak
ada kelainan.
Keluarga Tn. S mengatakan belum mengetahui, mengenal penyakit gagal jantung,
dan pengetahuan mengenai pencegahan, terbukti saat dilakukan pengkajian, klien sering
bertanya tentang penyakitnya, keluarga hanya mengetahui penyakit jantung
dikarnakan stress, dan ditandai dengan sesak nafas dan jantung berdebar - debar.
Pengetahuan keluarga mengenal penyakit terbatas terutama gagal jantung, keluarga
sedikit mengerti mengenai hal hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan perlu
dilakukan untuk mencegah kekambuhan, keluarga juga kurang begitu tau makanan -
makanan yang dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain
obat - obatan medis untuk penderita gagal jantung, klien mengatakan kadang - kadang masih
mengkonsumsi gorengan, memakai bumbu masak yang berlebih. keingintahuan
keluarga tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga bertanya tentang masalah diit yang
baik.
B. Analisa Data
Keluarga mengatakan belum mengetahui, mengenal penyakit gagal jantung, dan
pengetahuan megenai pencegahan, menurut mereka penyakit jantung dikarnakan, factor
kelelahan, stress, dan ditandai dengan sesak nafas dan jantung berdebar - debar. Berdasarkan
data diatas dapat di ambil diagnosa keperawatan yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah decompensasi cordis berhubungan dengan kurang pengetahuan (pengertian,
tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis ).
C. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan skoring diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis berhubungan
dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, Faktor resiko, cara
perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis ).
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
D. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis berhubungan
dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara
perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis )
Intervensi :
a. Gali pengetahuan keluarga tentang penyakit Decompensasi Cordis
b. Jelaskan keluarga tentang pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan
dan pencegahan Decompensasi Cordis
c. Bantu keluarga mengenal dan menyebutkan kembali tentang pengertian,
tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi
Cordis pada anggota keluarga.
d. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan keluarga mengenal masalah
kesehatan decompensasi cordis
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
Intervensi :
a. Tanyakan pengetahuan keluarga mengenai nutrisi pada Decompensasi Cordis.
b. Sebutkan dan jelaskan contoh makanan yang dibatasi dan dihindari
c. Lakukan demonstrasi diit yang baik (pengobatan alternatif) untuk
Decompensasi Cordis.
d. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan keluarga mengetahui
penatalaksanaan diit decompensasi cordis
E. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 13 maret 2015 pukul 10.00 wib
pada keluarga Tn. S adalah sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis berhubungan
dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor
resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis).
Implementasi yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan
Decompensasi Cordis.
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Implementasi yang dilakukan adalah mendiskusikan tindakan penatalaksanaan diit
Decompensasi Cordis menjelaskan makanan yang dianjurkan, contohnya :
karbohidrat (beras ditim, roti, biscuit, kentang), protein (daging tanpa kulit, ikan,
putih telur, tahu, tempe), Sayuran (kangkung, buncis, kacang panjang), buah -
buahan (pisang, papaya, jeruk), menjelaskan makan makanan yang harus
dihindari dan dibatasi, karbohidrat (singkong, tape), protein (gajih, daging ayam
dengan kulit, kacang - kacangan), sayuran (kol, sawi), lemak (minyak kelapa santan),
dan melakukan demonstrasi diit pengobatan altenatif Dengan engkonsumsi
bawang putih 5 siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3 biji dan 2 gelas air, kemudian
direbus di jadikan air satu gelas, kemudian diminum sehari, 2x (pagi,sore), serta
memotivasi keluarga untuk melakukan tindakan yang sudah dijelaskan.
F. Evaluasi
Evaluasi dilakuan pada tanggal 13 maret 2014 jam 11.30 wib adalah sebagai
berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan berhubungan
dengan kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan
dan pencegahan Decompensasi Cordis)
S : Tn. S mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan, keluarga
mengatakan bahwa Decompensasi Cordis terjadi karena stress, kelelahan karena
aktivitas. Tanda gejala dari gagal jantung adalah sesak nafas, mudah lelah, dan
jantung berdebar - debar. Faktor resiko yang utama mengalami gagal jantung adalah
dari keturunan, gaya hidup.
Klien mengatakan cara perawatan dan pencegahan dengan membatasi aktivitas
yang melelahkan, istirahat minimal 8 jam per hari, mengkonsumsi makanan yang
bergizi, mengurangi makan makanan yang mengandung garam, lemah, dan
kolesterol.
O : keluarga mendengarkan dengan antusias, Nampak memahami penjelasan,
keluarga mengangguk - angguk saat dijelaskan, keluarga menjawab pertanyaan
dengan benar.
A : keluarga mampu mengenal pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan
dan pencegahan Decompensasi Cordis.
P : Motivasi keluarga untuk mengenal dan mengetahui tentang
Decompensasi Cordis , dan menerapkan cara perawatan yang telah dijelaskan
dalam kehidupan sehari - hari.
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas masalah yang muncul pada keluarga
Tn. S selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S dengan masalah
Decompensasi Cordis di Desa Cacaban Barat Kota Yukum Jaya . Pada pembahasan
kasus di bawah ini penulis akan menguraikan hal - hal yang berkaitan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul, kesenjangan - kesenjangan, skoring dari diagnosa tersebut,
akibat yang terjadi bila masalah tidak diatasi, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Hal ini sesuai dengan tahap pelaksanaan proses keperawatan keluarga menurut (Achjar,
2010). Pengkajian yang dilakukan penulis yaitu dengan melalui wawancara,
pengamatan, dan juga pemeriksaan fisik terhadap klien. Menurut Mubarok, (2009)
pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara
terus - menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hasil dari pengkajian
keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga inti (nuclear family ) yang terdiri dari kepala
keluarga, istri, dan anak kandung. Menurut Allender & Spradley 2001 (dalam Achjar,
2010) Keluarga inti (nuclearfamily) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak kandung atau angkat. Keluarga ini terdiri dari 4 anggota keluarga yaitu Tn.
S (63 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. S (53 tahun), Sdr. R (28 tahun), Sdr. Y (23
tahun) sebagai anak, dan status kepemilikan rumah adalah milik sendiri.
Keluarga Tn. S saat ini dalam tahap perkembangan keluarga dengan
tahapan usia lanjut. Menurut Mubarok, (2009) pada masa tua mempertahankan suasana
rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan kehilangan teman, kekuatan
fisik. dan pendapatan, mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat,
mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat, melakukan life
review (merenungkan hidupnya).
Pada saat ini di keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
Decompensasi Cordis yaitu Tn. S (klien) menderita gagal jantung kiri sejak 4 tahun
yang lalu, dan saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sering kelelahan,
sesek nafas dan jantung berdebar bila kecapean, TD klien : 170/90 mmHg, pernafasan
20 kali/menit, nadi 95 kali/menit, suhu 36 derat Celsius. Menurut Wijaya dan Putri,
(2013) mengemukakan bahwa beberapa tanda dan gejala dari penderita Decompensasi
Cordis terutama adalah mudah lelah, sesak nafas, batuk, nyeri dada, pusing, edema,
asites, takikardi (jantung berdebar - debar), aritmia. Dengan tanda dan gejala
tersebut penulis menemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori, untuk tanda
gejala batuk, nyeri dada, pusing, edema, asites, aritmia, tidak dialami oleh klien,
klien hanya mengeluhkan sering kelelahan, sesek nafas dan jantung berdebar bila
kecapean. Dari kesenjangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala
yang dialami klien masih dalam tahap awal sehingga belum terjadi batuk, nyeri dada,
pusing, edema, asites, aritmia.
Pada saat dilakukan pengkajian dalam kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan decompensasi cordis didapatkan data bahwa keluarga hanya tahu sedikit
tentang penyakit gagal jantung. Menurut kelurga, penyakit yang diderita klien
dikarnakan faktor kelelahan, stress, ditandai dengan sesak nafas dan jantung berdebar -
debar. Kemudian keluarga belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit karena
didapatkan data keluarga Tn. S kurang begitu tahu makanan-makanan yang dianjurkan
ataupun yang harus dihindari serta diit yang baik (pengobatan altenatif), untuk
masalah kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
tidak ditemukan karena Tn. S dan keluarga selalu kontrol di Puskesmas Kerkopan
setiap bulannya dan di poli jantung RST dr Soedjono Yukum Jaya jika obat klien
sudah habis atau setiap tiga bulan sekali, selanjutnya kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat tidak ditemukan karena pada saat
pengkajian ditemukan lantai rumah cukup bersih, ventilasi baik, kamar mandi bersih,
bak kamar mandi bersih, dan yang paling penting keluarga Tn. S sadar bahwa
dengan menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, aman, rapi dapat mencegah
penyebaran jenis penyakit.Untuk masalah kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di masyarakat juga tidak ditemukan karena
keluarga mengetahui dan mengerti semua fasilitas kesehatan yang berada di masyarakat
serta keluarga tahu bagaimana prosedur dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan
yang berada di masyarakat.
Dari data pengkajian di atas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan skoring sesuai teori yang telah dirumuskan Bailon dan Maglaya (dalam
Ali, 2010) , masalah keperawatan yang muncul adalah ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan decompensasi cordisberhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang decompensasi cordis, dan ketidakefektifan penatalaksanaan
progam terapeutik atau diit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit. Setelah ditemukan masalah keperawatan dan
berdasarkan skoring tertinggi maka didapatkan diagnosa keperawatan yang utama yaitu
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang Decompensasi Cordis, Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena
dari hasil skoring diperoleh nilai tertinggi yaitu 3 2/3. Sifat masalah tidak atau
kurang sehat (nilai 1).
Menurut Ali (2010) kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mendapatkan
kesehatan, termasuk di dalamnya adalah keadaan sakit, dan keadaan tumbuh
kembang sesuai kecepatan normal. Masalah gagal jantung pada klien adalah tidak
atau kurang sehat dan memerlukan tindakan segera untuk mengurangi semakin
parahnya penyakit. Kemungkinan masalah dapat diubah hanya sebagian (nilai 1)
karena masalah gagal jantung pada klien sudah terjadi tetapi masih dapat diubah
dengan memberikan pendidikan kesehatan. Potensial masalah untuk dicegah cukup
(nilai 2/3) karena masalah ini masih dapat diubah yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit gagal jantung, sedangkan untuk menonjolnya
masalah, masalah berat harus ditangani (nilai 1) keluarga menyadari adanya masalah
dan keluarga sudah mengatasi dengan cara pemeriksaan kesehatan rutin di puskesmas
maupun rumah sakit.Dari sini tampak bahwa masalah yang diangkat penulis sudah cukup
tepat, karena menurut Achjar, (2010) diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas - tugas
kesehatan dan keperawatan sebagai berikut : ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah, disebabkan persepsi terhadap keparahan penyakit (pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab), persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
Seperti teori kurang pengetahuan menurut Carpenito (2007) adalah suatu keadaaan
ketika seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan
kognitif atau keterampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana
pengobatan. Batasan karakteristik mayornya yaitu : mengungkapkan kurang
pengetahuan atau permintaan informasi, mengekspresikan suatu ketidakakuratan
persepsi status kesehatannya, melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang
dianjurkan. Sedangkan karakteristik minornya adalah kurang integrasi rencana
tindakan ke dalam kegiatan sehari -hari, menunjukkan atau mengekspresikan
gangguan psikologis, misal : cemas, depresi yang diakibatkan oleh salahnya
informasi atau kurangnya informasi. Selanjutnya diagnosa keperawatan yang kedua
yaitu ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit. Untuk diagnosa ini memiliki skore 2 5/6. Skore tersebut diperoleh dari Sifat
masalah Skala : ancaman kesehatan (nilai 2/3) karena keluarga kadang -kadang
masih mengkonsumsi gorengan, mengandung kolesterol, memakai bumbu masak
yang berlebih, kemungkinan masalah (nilai 1) dikarnakan keingintahuan keluarga
tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga bertanya tentang masalah diit yang
baik, potensial masalah untuk dicegah (nilai 2/3) dikarnakan masalah gagal jantung
klien dapat dicegah kekambuhannya dengan cara pemberian pendidikan kesehatan
tentang diit dan pengobatan altenatif, menonjolnya masalah Skala : masalah tidak
dirasakan (nilai 1/2) keluarga mengatakan kurang begitu tau makanan-makanan
yang dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain obat-
obatan medis untuk penderita gagal jantung. Menurut Carpenito, (2007)
ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik adalah suatu pola dimana
keluarga mengalami atau beresiko mengalami kesulitan dalam menyatukan progam
kehidupan sehari-hari untuk penatalaksanaan penyakit dan gejala sisa penyakit yang
memenuhi tujuan kesehatan khusus. Batasan karakteristik mayor yaitu tidak sesuai
aktivitas keluarga untuk mencapai tujuan dan progam tindakan pencegahan. Batas
karakteristik minornya percepatan (diharapkan atau tidak) dari gejala penyakit dan gejala
isinya, pengungkapan kesulitan dengan pengaturan atau penyatuan yang ditentukan
untuk pengobatan penyakit atau pencegahan komplikasi, pengungkapan bahwa
keluarga tidak melakukan usaha atau tindakan untuk mengurangi faktor -faktor
resiko terjadinya peningkatan penyakit dan akibatnya. Menurut Achjar, (2010)
etiologi dari diagnosa ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik
dirumuskan berdasarkan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas -tugas
kesehatan dan keperawatan yaitu ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, disebabkan karena kurang pengetahuan atau tidak mengetahuhi
tentang keadaan penyakit, misalnya sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan
penyakit, gejala, dan perawatannya. Langkah selanjutnya penulis melakukan
perencanaan untuk mengatasi masalah sesuai dengan langkah -langkah pertama yaitu
menentukan sasaran. Sasaran adalah tujuan akhiryang akan dicapai melalui segala
upaya. Sasaran yang ingin dicapai yaitu setelah tindakan keperawatan dilakukan
diharapkan keluarga mampu mengenal decompensasi cordis . Langkah kedua
yaitu menentukan tujuan. Tujuan yaitu pertanyaan yang lebih spesifik atau lebih
terinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan. Tujuan tindakan keperawatan ini adalah keluarga mampu memahami
decompensasi cordis (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan
pencegahan) dan mampu dalam penatalaksanaan progam terapeutik atau diit.
Langkah ketiga adalah menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan. Tindakan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan sebab - sebab yang mengakibatkan ketidaksanggupan eluarga
dalam melaksanakan tugas- tugas kesehatan. Intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi diagnosa ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung
(Decompensasi Cordis)berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi diit yang baik (pengobatan
alternatif).
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 dan 12 Maret 2015 di rumah
keluarga Tn. S pukul 13.00 wib
a. Data Umum
1.Nama : Tn. S
2.Umur : 63 th
3.Jenis kelamin : Laki-laki
4.Agama : Islam
5.Pendidikan terakhir : S1
6.Pekerjaan : Pensiunan
7.Alamat rumah : Cacaban Barat RT 08 RW 10 Kota Yukum Jaya
8.Diagnosa medis : Decompensasi Cordis
9.Komposisi Keluarga
1 Tn. S L KK 63 S1 Pensiunan
2 Ny. S P Istri 53 SLTA IRT
3 Sdr. R L Anak Kandung 28 S1 S1
4 Sdr. Y L Anak Kandung 23 S1 Swasta
a.Tn. S: klien menderita gagal jantung kiri sejak 4 tahun yang lalu, klien sudah berkali-kali
opname di rumah sakit, terakhir opname bulan September 2014 selama 24 hari di RST dr
Soedjono Yukum Jaya. Penyakit klien sering kambuh dengan keluhan sering kelelahan,
sesak nafas dan jantung berdebar bila kecapean, biasanya saat kambuh klien istirahat
dan minum obat, selain itu klien juga mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan
angina pectoris, Tn. S selalu kontrol di puskesmas Kerkopan setiap bulannya dan
kontrol di poli jantung RST dr Soedjono Yukum Jaya jika obat klien sudah habis atau
setiap tiga bualan sekali.
C. Lingkungan
19.Karakteristik rumah Status kepemilikan rumah adalah milik sendiri luas tanah kurang
lebih 400 m2 dan luas bangunan 54 m2. Tipe rumah termasuk permanen, lantai rumah
dari keramik dan atap dari genting. Di dalam rumah terdapat 7 ruangan yaitu 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan WC , 1 gudang dan garasi, 1
ruang dapur dan 1 ruang makan. Sistem pencahayaan dan ventilasi cukup, jumlah jendela
sebanyak 8 buah, dengan pemanfaatan ruang yang sudah cukup sesuai , jenis
septicthank leher angsa. Jarak septicthank dengan sumber air kurang dari 10 m, air
yang digunakan untuk mandi mencuci piring baju dan kebutuhan sehari -hari
dengan menggunakan air sumur. Keluarga merasa tidak mempunyai masalah dalam hal
kesehatan lingkungan.
Denah Rumah
6 5 4
3
2
Keterangan :
1. Ruang Tamu
2. Ruang Keluarga
3. Dapur
4. WC
5. Kamar tidur
6. Kamar tidur
D. Struktur Keluarga
1)Lantai rumah cukup bersih, ventilasi baik, kamar mandi bersih, bak kamar mandi
bersih
2)Keluarga sadar bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, aman,
rapi dapat mencegah penyebaran jenis penyakit.
e.Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di
masyarakat
1)Keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dalam
menangani penyakitnya
2)Keluarga mengetahui dan mengerti semua fasilitas kesehatan yang berada di
masyarakat serta keluarga tahu bagaimana prosedur dalam memanfaatkan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang berada di masyarakat.
31.Fungsi Reproduksi
a.Tn. S mempunyai anak 2 yaitu laki-laki semua dan memiliki istri satu
b.Ny.S sudah mengalami menopause.
32.Fungsi Ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari
penghasilan pensiunan yang diperoleh dan dari kiriman uang anaknya
.
F.Stres dan Koping Keluarga
33.Stressor jangka panjang dan pendek Tn. S mengatakan merasa khawatir, cemas jika ada
anggota keluarga yang mengeluh tentang masalah kesehatannya.Keluarga merasa tidak
nyaman apabila ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
34.Kemampuan Keluarga Berespon terhadap situasi atau stressor Tn. S berusaha untuk
menangani keluhan kesehatan baik dengan penanganan mandiri maupun dengan layanan
kesehatan Tn. S sudah berusaha mencegah kekambuhan dengan mengatur pola makan,
Aktivitas sesuai dengan kemampuan, istirahat dan tidur.
35.Strategi Koping yang Digunakan
Keluarga memeriksakan diri ke Puskesmas Kerkopan atau Rumah Sakit jika ada keluhan
yang berhubungan dengan kesehatan
G.Harapan Keluarga
36.Harapan Keluarga
Keluarga berharap petugas kesehatan bisa memberikan solusi masalah kesehatan yang
dihadapi keluarga. Serta ingin mendapatkan berbagai informasi dari petugas kesehatan
mengenai kesehatan demi menjaga kesehatan anggota keluarganya.
H.Data Tambahan
1.Nutrisi
Kebiasaan makan keluarga Tn S 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk.
2.Eliminasi
Keluarga Tn S tidak mengalami masalha eliminasi BAB dan BAK dengan lancar
3.Istirahat dan tidur
Keluarga Tn. S mengatakan setiap malamnya terbiasa tidur ± pukul 21.00 WIB sampai pukul
04.00 WIB. Selain itu juga mempunyai kebiasaan tidur siang ± 1-3 Jam.
4.Aktivitas sehari-hari
Kelurga melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan peran masing -masing anggota
keluarga namun jika ada anggota keluarga yang memiliki waktu luang maka saling
membantu dan melengkapi
5.Merokok
Dari keluarga Tn. S tidak ada yang merokok.
I.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Anggota
Tn. S Ny. S Sdr. Y
Keluhan Umum Baik Baik Baik
Kepala bentuk mesochepal, tidak bentuk mesochepal, bentuk mesochepal,
terdapat luka, kulit tidak terdapat luka, tidak terdapat luka,
kepala bersih, tidak kulit kepala bersih, kulit kepala bersih,
berbau, rambut beruban tidak berbau, rambut tidak berbau,
sedikit beruban rambut hitam
TTV TD:170/90 TD:140/90 TD:110/90
RR:20x/mnt RR:20x/mnt RR:20x/mnt
N:95x/mnt N:82x/mnt N:78x/mnt
T:36C T:37C T:37C
BB/TB 67kg/160 cm 50kg/ 150 cm 65kg/170 cm
J.Analisa Data
NO Data Fokus Penyebab Masalah
K.Skala Prioritas
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung (Decompensasi Cordis)
berhubungan dengan kurang pengetahuan
L.Diagnosa Keperawatan