PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah serangan dari gejala gagal jantung akibat kelainan struktur dan
fungsi jantung, dapat didahului ataupun tanpa sakit jantung sebelumnya. Kelainan struktur
dan fungsi jantung dapat berupa disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik, irama jantung yang
tidak abnormal, dan pre-load dan after-load yang tidak seimbang. Kejadian ini harus dianggap
serius untuk segera dilakukannya penyelamatan jiwa dan pengobatan pasien secara cepat dan
tepat. (American Heart Association, 2016)
Proses perjalanan penyakit gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai akibat
kelanjutan dari gagal jantung kiri. Setelah terjadi hipertensi pulmonal terjadi penimbunan
darah dalam ventrikel kanan, selanjutnya terjadi gagal jantung kanan. Setiap hambatan pada
arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah
berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan pengaliran (forward failure)akan
menimbulkan adanya gejala backward failuredalam sistem sirkulasi aliran darah. Mekanisme
kompensasi jantung yang pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh mempertahankan
peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi
yang terjadi pada gagal jantung ialah dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang
simpatis berupa takikardia, vasiokonstriksi perifer, peninggian kadar katekolamin plasma,
retensi garam, cairan badan, dan peningkatan ekstraksi oksigen oleh jaringan. Apabila jantung
bagian kanan dan kiri bersama-sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan
adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik
dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut gagal jantung kongestif.Gejala yang muncul adalah
nyeri, sesak nafas, dan intoleransi (Aspiani, 2017).
Data WHO (2017), 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular
pada tahun 2008, mewakili 30% dari semua kematian global. Dari kematian ini,
diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung. Lebih dari 80% kematian
penyakit kardiovaskular terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan
terjadi hampir sama pada pria dan wanita (Yancy, 2017). Diperkirakan bahwa 5,3 juta warga
Amerika saat ini memiliki gagal jantung kronik dan setidaknya ada 550.000 kasus gagal
jantung baru didiagnosis setiap tahunnya. Pasien dengan gagal jantung akut kira-kira
mencapai 20% dari seluruh kasus gagal jantung. Prevalensi gagal jantung meningkat seiring
dengan usia, dan mempengaruhi 6-10% individu lebih dari 65 tahun (Yancy, 2017).
Data Riskesdas tahun 2017 menyebutkan bahwa prevalensi gagal jantung di
Indonesia sebesar 0,3%. Sedangkan estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung
terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 0,19% atau 54.826 orang. Di RSUD
Bangil Pasuruan sendiri jumlah penderita gagal jantung pada tahun 2018 mencapai 987 orang.
WHO memperkirakan diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh
pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi
dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan
menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh
kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang
disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang
meninggal di Indonesia adalah akibat PJK.
Berdasarkan data rekam medis RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, jumlah pasien baru
rawat inap CHF mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir, yaitu sebanyak 238
pasien pada Tahun 2013, 248 pasien pada Tahun 2014 dan sebanyak 295 pasien pada tahun
2015.
Menurut data dari dinas kesehatan Tana Toraja tercatat jumlah penderita CHF pada
tahun 2016 sebanyak 119 orang, jumlah ini meningkat pada tahun 2017 mencapai 194 orang,
kemudian pada tahun 2018 sebanyak 116 orang, 65 laki-laki dan 51 berjenis kelamin
perempuan.
Berdasarkan uraian di atas dikarenakan pravelansi CHF yang cukup tinggi sehingga
penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada pasien chf
dan bagaimana cara penanganan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat karya tulis
ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. F
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER “CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF)” DI LINGKUNGAN SULA KELURAHAN REMBON KABUPATEN
TANA TORAJA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang telah di paparkan di
atas dan bagaimana upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan
menekankan pada aspek peran serta masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan,
peningkatan dan mempertahankan upaya kesehatan sebagai tujuan praktek keperawatan
komunitas perlu dilakukan berbagai studi dalam konteks keperawatan keluarga. Namun
karena dibatasi oleh waktu dan kesempatan maka penulisan ini hanya didasarkan pada hasil
studi kasus keperawatan kesehatan keluarga selama tiga hari dengan focus pengalaman
belajar yang ditekankan pada aspek metode proses keperawatan yang meliputi:
1. Bagaimana melakukan pengkajian kesehatan keluarga?
2. Bagaimana menetapkan diagnosa keperawatan kesehatan keluarga?
3. Bagaimana menetapkan intervensi keperawatan kesehatan keluarga?
4. Bagaimana melaksanakan implementasi keperawatan kesehatan keluarga?
5. Bagaimana melaksanakan evaluasi keperawatan kesehatan keluarga?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran secara langsung dan nyata dalam pemberian asuhan
keperawatan keluarga yang komprehensif pada “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn.
F Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Dengan Diagnosa Medik “CONGESTIVE
HEART FAILURE (CHF)” Di Lingkungan Sula Kelurahan Rembon Kabupaten Tana
Toraja.
2. Tujuan Khusus
penulis dapat memberikan asuhan keperawatan melalui tahapan proses keperawatan
yaitu:
a. untuk memeperoleh gambaran nyata dalam melakasanakan pengkajian keluarga pada
pasien congestive heart failure.
b. untuk memperoleh gambaran nyata dalam menetapkan dan merumuskan diagnosa
menetapkan skoring prioritas diagnosa keperawatan keluarga yang muncul pada
pasien congestive heart failure.
c. untuk memperoleh gambaran nyata dalam menetapkan dan merumuskan intervensi
keperawatan keluarga yang muncul pada pasien congestive heart failure.
d. untuk memperoleh gambaran nyata dalam melakukan implementasi keperawatan
keluarga yang muncul pada pasien congestive heart failure.
e. untuk memperoleh gambaran nyata dalam melakukan evaluasi keperawatan keluarga
yang muncul pada pasien congestive heart failure.
D. Manfaat Penulisan
1. Ilmiah
a. Bagi Penulis
sebagai syarat dalam studi pada Yayasan Kasih Bunda Kalalembang AKPER
Rantepao Tana Toraja Program DIII Keperawatan dan merupakan pengalaman
berharga dalam memperoleh wawasan pengetahuan congestive heart failure.
b. Bagi Institusi Pendidikan dan Pengalaman
sebagai gambaran informasi bagi kegiatan penelitian selanjutnya serta menjadi bahan
kajian bagi perkembangan ilmu pengetahuan agar institusi pendidikan senantiasa
terinspirasi terhadap kenyataan yang ada di lapangan.
2. Praktisi
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan
sebagai masukan yang bermakna dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan keperawatan keluarga terhadap pasien congestive heart failure dengan
meningkatkan pelaksanaan program pengobatan
b. Bagi tenaga kesehatan
menambah wawasan tenaga kesehatan tentang asuhan keperawatan keluarga pada
klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler dengan diagnosa medik congestive
heart failure di lingkungan sula kelurahan rembon.
c. Bagi keluarga/pasien
sebagai salah satu informasi bagi keluarga pentingnya peran keluarga dalam
pencegahan dan penanganan pada penderita congestive heart failure.
E. Metode penulisan
Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan
Yaitu dengan memepelajari buku-buku sumber, literatue dan lain-lain yang ada
hubungannya sebagai landasan teoritis dalam penyususnan karya tulis ini
2. Studi kasus
a. Dalam metode ini dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
lima tahap yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
dengan cara observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga.
b. Wawancara langsung dan tanya jawab pada klien dan keluarganya
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Gagal jantung kogestif dapat di sebabkan oleh:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung dapat di sebabkan oleh kelainan otot jantung, disebankan menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
mencakup aterioklerosis coroner, hipertensi arterial, dan penyakit degenerative atau
inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokridium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infrak
mikoardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degenerative, berhubungan dengan gagal
jantung, menyebabkan. Kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan after losd)
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada giliranya mengakibat kan hipertrofi
serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. mekanisme Mekanisme biasanya terlihat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semilunar),
ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif,
atau stenosis AV), peningkatan mendadak (after load).
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolismme (mis: demam, tiroksikosis), hipoksia
dan anemia di perlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi kemampuan kontraktilitas
jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah normal. Bila curah
jantung berkurang, sitem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme kompensasi ini gagal maka volume sekuncup jantunglah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Volume sekuncup, jumlah
darah yang dipompa setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu :
a) Preload adalah sinonim dari hokum starling pada jantung yang mengatakan bahwa
jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
b) Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
c) Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriola.
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu,
hasilnya curah jantung berkurang. Kemudahan dalam pengukuran hemodinamika melalui
prosedur pemantauan invasive telah mempermudah diagnosa gagal jantung kongestif.
4. Manifestasi klinis
Gejala Congestive Heart Failure (CHF) menurut NHFA, 2016 sebagai berikut:
a. Sesak nafas saat beraktifitas muncul pada sebagian besar pasien, awalnya sesak
dengan aktifitas berat, tetapi kemudian berkembang pada tingkat berjalan dan akhirnya
saat istirahat
b. Ortopnea, pasien menopang diri dengan sejumlah bantal untuk tidur. Hal ini
menunjukkan bahwa gejala lebih cenderung disebabkan oleh Congestive Heart
Failure (CHF), tetapi terjadi pada tahap berikutnya.
c. Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) juga menunjukkan bahwa gejala
lebih cenderung disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF), tetapi sebagian besar
pasien dengan (CHF) tidak memiliki PND
d. Batuk kering dapat terjadi, terutama pada malam hari. Pasien mendapatkan kesalahan
terapi untuk asma
e. Kelelahan dan kelemahan mungkin jelas terlihat
f. Pusing
5. Komplikasi
a. Stroke
b. Penyakit katup jantung
c. Infark miokard
d. Emboli pulmonal
e. Hipertensi
6. Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
adalah:
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan bahan
farmakologis
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan
istirahat (Mansjoer & Triyanti, 2017).
Penatalaksanaan gagal jantung menurut Amin & Hardi, 2016 dibagi atas:
a. Terapi non farmakologi
1) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
gagal jantung sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus,
serta menggunakan obat secara benar dan berkonsultasi pada tim kesehatam
b. Terapi farmakologi
2) Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi
jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan
vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada
saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea,
berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan di tandai
dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan
terjad perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut
normal dan premature saling berganti),dan takikardia atria proksimal.
3) Pemberian Diuretic, yaitu untuk memacu eksresi natrium dan air melaui ginjal.
Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu
istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin
pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien
juga harus menimbang badanya setiap hari turgo kulit untuk menghindari
terjadinya tanda-tanda dehidrasi.
4) Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati
depresi pernapasan.
5) Pemberian oksigen.
6) Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoktive merupakan
pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi
impedasi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Ketidakefektifan pola napas NOC : NIC:
Defenisi : inspirasi dan/atau ekspirasi a. Respons alergik a. Monitor TD,
yang tidak memberi ventilasi yang b. Respon ventilasi Nadi, RR, Suhu
adekuat. mekanis b. Monitor
Batasan karakteristik: c. Respon frekuensidan
Subjektif: penyapihan irama pernapasan
- Dispnea ventilasi mekanik c. Ajarkan pasien
Objektif: d. Status pernapasan cara mengatasi
- Perubahan ekskursi dada e. Status tanda- sesak napas bila
- Mengambil posisi tiga titik tanda vital mengalami
tumpu (tripod) kekambuhan
- Bradipnea seperti duduk
- Penurunan tekanan inspirasi- semi fowler dan
eksprirasi relaksasi napas
- Penurunan ventilasi semenit dalam
- Penurunan kapsitas vital d. Anjurkan klien
- Perubahan dalam kedalaman dan keluarga
bernafas (dewasa VT 500 mL untuk
pada saat istrahat, bayi6-8 menghindari
mL/kg) faktor pencetus
- Peningkatan diameter penyakit muncul
anterior-posterior
- Nafas cuping hidung
- Ortopnea
- Fase ekspirasi memanjang
- Pernafasan bibir mencucu
- Takipnea
- Peggunaan obat akssoris
untuk bernafas (Non-
NANDA-1) Kecepatan
pernafasan:
Usia dewasa 14 tahun atau
lebih: ≤ 11 atau >24 [kali per
menit],
Usia 5-14: <15 atau >25
Usia 1-4: <20 atau> 30
Bayi: <25 atau> 60
Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tugas
- Deforminas dinding dada
- Kelelahan
- Hiperventilasi
- Sindrom hiperventilasi
- Gangguan muskulosteletal
- Kerusakan neurologis
- Imaturitas neurologis
- Disfungsi neuromuskular
- Obesitas
- Nyeri
- Kelelahan otot-otot
pernapasan
- Cedera medula spinalis
PENYIMPANGAN KDM
Kontraktilitas
Hambatan pengosongan
Ventrikel
Sesak napas
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN (Tanggal: 28 November 2019)
I. Data Umum
1. Kepala Keluarga (KK) : Tn. F
2. Alamat : Kelurahan Rembon
3. Pekerjaan KK : Petani
4. Pendidikan KK : SD
5. Komposisi :
Genogram:
G1 X X X X
G2 X X X X X
X X X X
G3 68 ? 49
64 55
Keterangan:
: Laki-laki : Garis pernikahan
G1: Kakek dan nenek klien sudah meninggal dan tidak diketahui penyebabnya
G2: Ayah dan ibu klien sudah meninggal dan tidak diketahui penyebabnya
G3: Klien tinggal serumah bersama istri, anak, menantu, dan cucunya
6. Tipe Keluaga : Keluarga Tn. F merupakan tipe keluarga extend family (keluarga
besar) karena terdiri dari istri, anak, dan cucunya.
7. Suku Bangsa : Suku Toraja
8. Agama : Kristen Protestan
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
Tn. F adalah seorang petani yang berpenghasilan kurang lebih Rp.1.000.000,-
perbulan dan dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena dibantu
oleh anak-anaknya yang sudah bekerja.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Keluarga Tn. F tidak setiap saat berekreasi ke tempat rekreasi, tetapi keluarga Tn. F
mengisi waktu luang dengan menonton TV dan mengurus rumah.
II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini:
Tahapan perkembangan keluarga Tn. F saat ini adalah tahap perkembangan keluarga
yang melepas anak usia dewasa (mencakup anak yang sudah meninggalkan rumah).
Anak dari Tn. F sudah berkeluarga atau menikah.
12. Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi:
Tugas perkembangan keluarga Tn. F sudah terpenuhi karena mereka sudah mendidik
anak-anak mereka dengan baik sehingga anak-anaknya dapat mengetahui peran dan
tanggung jawab mereka masing-masing. Anak Tn. F sudah menikah dan memiliki
seorang anak.
13. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti:
Tn. F dan Ny. K menikah sejak 35 tahun yang lalu. Perkawinannya direstui oleh
kedua orang tua masing-masing. Ny. K merupakan pilihan sendiri oleh Tn. F dan
tidak dijodohkan. Tn. F adalah kepala keluarga dan sebagai ayah bagi anaknya, Ny. K
adalah istri dan ibu bagi anaknya. Tn. F saat ini tinggal bersama istri, anak, menantu
dan cucunya yang saling berketergantungan satu sama lain.
14. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya:
Tn. F mengatakan pernah masuk rumah sakit karena penyakit jantung yang di
alaminya. Tn. F mengatakan keluarganya tidak memiliki kebiasaan berjudi dan
mabuk. Ny. K dan anak-anaknya pernah terkena flu, demam, batuk. Kedua orang tua
Tn. F dan Ny. K meninggal karena tidak diketahui penyebabnya.
III. Data Lingkungan
15. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. F bersifat permanen (rumah batu). Rumah Tn. F merupakan rumah sendiri
yang terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dapur, ruang keluarga, WC. Kondisi WC
bersih dengan model jamban leher angsa, lantai terbuat dari tehel, sirkulasi udara
diperoleh dari pintu, jendela dan ventilasi, keluarga mempunyai halaman rumah,
sampah keluarga biasanya dibakar, keadaan rumah bersih, air minum diperoleh dari
PDAM dengan kondisi air bersih. Air dimasak terlebih dahulu sebelum diminum,
jarak septik tank sekitar 10 meter.
Dena Rumah:
1 1 1
5 2
3
4
6
Keterangan :
1. Kamar tidur
2. Dapur
3. Ruang keluarga
4. Kamar mandi
5. Ruang makan
6. Teras
16. Karakteristik Tetangga dan Komunitasnya:
Keluarga Tn. F tinggal di lingkungan yang cukup ramai. Mayoritas penduduk bersuku
Toraja, satu sama lain terjalin keakraban dan saling menolong satu sama lain bila ada
kesusahan.
17. Mobilitas Geografis Keluarga:
Keluarga Tn. F sudah lama tingga di kelurahan rembon. Rumah Tn. F berada ± 50
meter dari jalan raya, jens kendaraan yang biasa digunakan anggota keluarga adalah
kendaraan umum dan motor anaknya.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Tn. F dan keluarga sangat aktif mengikuti kebiasaan yang ada di lingkungannya, baik
itu kegiatan kemasyarakatan maupun kegiatan di rumah ibadah.
19. Sistem pendukung keluarga:
Dalam keluarga Tn. F bila ada masalah keluarga Tn. F selalu dibantu oleh anak dan
keluarganya dalam menyeleseikan masalah. Keluarga Tn. F bila ada masalah selalu
mencari jalan keluar bersama. Bila ada anggota keluarga yang sakit di usahakan
untuk berobat dan mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai kondisinya
membaik kembali.
IV. Struktur Keluarga
20. Struktur Peran :
Dalam keluarga Tn. F berperan sebagai kepala keluarga dan orang tua bagi anaknya
serta kakek bagi cucunya. Dalam keluarga Ny. K berperan sebagai istri atau ibu
rumah tangga dan ibu bagi anaknya serta nenek bagi cucunya, saat ini Tn. F tidak
memiliki peranan penting dalam lingkungannya karena kondisi yang semakin tua dan
tidak kuat lagi.
21. Nilai atau norma keluarga:
Keluarga menerapkan nilai-nilai budaya Toraja dan agama Kristen Protestan dalam
kehidupan sehari-hari.
22. Pola komunikasi keluarga:
Komunikasi dalam keluarga Tn. F dilakukan secara terbuka, bila ada masalah,
mereka akan mendiskusikan dan mencari jalan keluar bersama.
23. Struktur kekuatan keluarga:
Keluarga Tn. F saling mendukung satu dengan yang lain, bila ada anggota keluarga
yang bermasalah, mereka selalu mencari jalan keluar bersama-sama.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Ekonomi:
Dalam hal ekonomi Tn. F merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan di
bantu oleh anaknya baik kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keluarga Tn. F juga
mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada baik yang ditanggung oleh
asuransi kesehatan dan yang ada disekitarnya.
25. Fungsi Mendapatkan Status Sosial:
Keluarga Tn. F selalu mengikuti kegiatan social di lingkungan masyarakat apabila
tidak ada halangan.
26. Fungsi Pendidikan:
Keluarga Tn. F mengatakan betapa pentingnya pendidikan bagi anggota keluarganya.
Oleh sebab itu keluarga Tn. F selalu mendukung pendidikan bagi anaknya serta
cucunya. Tn. F selalu memberikan dukungan dan support bagi cucunya yang
sementara bersekolah agar selalu belajar dengan baik supaya kelak menjadi orang
yang berhasil dan berguna.
27. Fungsi Sosialisasi:
Keluarga Tn. F sudah mampu menjalankan fungsi sosialisasinya dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan social di sekitarnya, serta dapat berinteraksi dengan sesamanya
dengan baik.
28. Fungsi Pemenuhan:
a. Mengenal Masalah Kesehatan:
Keluarga Tn. F belum mampu mengenal penyakit yang diderita oleh Tn. F secara
mendalam.
b. Mengambil Keputusan Mengenai Tindakan Kesehatan:
Keluarga Tn. F mampu mengambil tindakan atau keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang dilakukan apabila ada anggota keluarga yang sakit. Khususnya
bila Tn. F mengalami kekambuhan penyakitnya segera dibawah ke pelayanan
kesehatan.
c. Kemampuan Merawat Anggota Keluarga yang Sakit:
Keluarga Tn. F mampu merawat anggota keluarga apabila ada anggota keluarga
yang sakit.
d. Kemampuan Keluarga Memelihara/Memodifikasi Lingkungan Rumah yang
Sehat:
Keluarga mampu memelihara kebersihan rumah dan mampu memodifikasi
lingkungan yang sehat.
e. Kemampuan Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Keluarga Tn. F mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan seperti bila
ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas dan rumah sakit.
29. Fungsi Religius:
Keluarga Tn. F menganut agama Kristen Protestan dan setia menjalankan ibadah.
30. Fungsi Rekreasi:
Keluarga Tn. F jarang melakukan rekreasi ke tempat wisata, namun waktu luangnya
digunakan untuk kegiatan yang lain seperti nonton televisi.
31. Fungsi Reproduksi:
Tn. F memiliki satu orang anak dan sudah menikah, anak Tn. F tinggal bersama Tn. F
dan keluarganya. Tn. F mengtakan tidak ingin punya anak lagi karena usianya yang
sudah tua dan Ny. K juga sudah mengalami monopouse. Tn. F dan Ny. K sudah tidak
mengikuti program keluarga berencana karena usianya yang sudah lanjut.
32. Fungsi Afeksi:
Keluarga Tn. F dan Ny. K mereka memandang dirinya layaknya seorang manusia
yang normal. Mereka sangat bangga apabila ada anggota keluarga yang berhasil baik
dalam pendidikan maupun dalam pekerjaan dan keluarga merasa sedih apabila ada
anggota keluarga yang sakit khususnya Tn. F yang saat ini menderita penyakit gagal
jantung.
VI. Stres dan Koping Keluarga
33. Stressor jangka pendek dan jangka panjang:
Stressor jangka pendek, keluarga mengatakan saat ini mereka cemas memikirkan
kesehatan keluarga khususnya Tn. F
Stressor jangka panjang, Tn. F dan Ny. K menginginkan agar pernikahan anaknya
senantiasa bahagia dan cucunya dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
34. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor:
Keluarga Tn. F mmeberikan respon yang positif terhadap stressor yang dialaminya
dengan berdiskusi bersama keluarga dengan melibatkan anak-anaknya dan
melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan walaupun tidak secara berkala.
35. Strategi koping yang digunakan:
Keluarga Tn. F bersama istri selalu berdiskusi untuk pemecahan masalah dengan
melibatkan anak-anaknya. Jika terjadi masalah di dalam keluarga, maka keluarga Tn.
F akan melakukan musyawarah. Keluarga Tn. F juga selalu mengandalkan Tuhan atas
segalanya.
36. Strategi adaptasi disfungsional:
Dalam keluarga Tn. F selalu menyeleseikan masalah dengan baik agar tidak berlanjut
ke arah negatif. Keluarga Tn. F selalu terbuka satu sama lain dalam menyeleseikan
masalah dan selalu mencari solusi yang baik dalam menyeleseikan masalah.
D. Implementasi Keperawatan
No Tgl dan waktu Diagnosa keperawatan Implementasi
1 Ketidakefektifan pola 1. Memonitor TD, Nadi, RR, dan suhu
napas berhubungan Hasil:
dengan TTV:
ketidakmampuan N: 86x/menit
keluarga dalam P: 18x/menit
mengenal masalah S: 36,7ºc
kesehatan gagal TD: 140/80 mmHg
jantung secara 2. Memonitor frekuensi dan irama
terperinci prnapasan
Hasil:
Frekuensi pernapasan 18x/menit, irama
pernapasan teratur
3. Menganjarkan kepada pasien teknik
mengatasi sesak apabila terjadi
kekambuhan, seperti relaksasi napas
dalam dan posisi tidur semi fowler
untuk memaksimalkan ventilasi
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang di ajarkan
4. Menganjurkan pasien untuk
menghindari faktor penyebab
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang di ajarkan
2 Intoleransi aktivitas 1. Mengkaji tingkat kemampuan dan
berhubungan dengan aktivitas klien
ketidakmampuan Hasil:
keluarga merawat Klien tidak mampu beraktivitas seperti
anggota keluarg ayang biasanya dikarenakan masalah
sakit kesehatan
2. Mendiskusikan bersama keluarga dan
pasien mengenai pengguna alat bantu
aktivitas seperti tongkat dan lan
sebagainya
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang di diskusikan
3. Mendiskusikan bersama keluarga
mengenai kondisi rumah yang dapat
menyebabkan intoleransi aktivitas
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang di diskusikan
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap
membantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang dianjurkan
5. Memberikan penyuluhan tentang
pentingnya nutrisi yang baik
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang di ajarkan
3 Defisiensi 1. Mengkaji pengetahuan pasien dan
pengetahuan keluarga mengenai penyakit gagal
berhubungan dengan jantung
ketidakmampuan Hasil:
keluarga dalam Klien dan keluarga mengatakan belum
mengenal masalah mengerti secara rinci mengenai
kesehatan gagal penyakit gagal jantung
jantung secara 2. Menjelaskan pengertian gagal jantung
terperinci Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang dijelaskan
3. Menjelaskan tanda dan gejala gagal
jantung
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang dijelaskan
4. Menjelaskan cara mencegah
kekambuhan penyakit gagal jantung
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apayang dijelaskan
5. Mengajarkan cara menangani penyakit
gagal jantung dengan menggunakan
tanaman tradisional yang ada disekitar
rumah
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahamiapa yang diajarkan
1 Ketidakefektifan pola 1. Memonitor TD, Nadi, RR, dan suhu
napas berhubungan Hasil:
dengan TTV:
ketidakmampuan N: 82x/menit
keluarga dalam P: 20x/menit
mengenal masalah S: 36,5ºc
kesehatan gagal TD: 140/80 mmHg
jantung secara 2. Memonitor frekuensi dan irama
terperinci pernapasan
Hasil:
Frekuensi pernapasan 18x/menit, irama
pernapasan teratur
3. Mendiskusikan bersama keluarga
mengenai kondisi rumah yang dapat
menyebabkan intoleransi aktivitas
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang di diskusikan
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap
membantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang di anjurkan
5. Memberikan penyuluhan tentang
pentingnya nutrisi yang baik
Hasil:
Klien dan keluarga mengerti dan
memahami apa yang diajarkan
E. Evaluasi
No Tgl dan waktu Diagnosa Evaluasi
keperawatan
1 28/11/2019 Ketidakefektifan pola S:
10.00 WITA napas berhubungan - Keluarga mengatakan Tn. F
dengan mengalami sesak napas saat
ketidakmampuan penyakitnya kambuh
keluarga dalam - Ny. K mengatakan Tn. F memiliki
mengenal masalah riwayat penyakit gagal jantung
kesehatan gagal - Tn. F mengatakan cepat lelah saat
jantung secara beraktivitas
terperinci - Tn. F mengatakan terkadang sulit
untuk bernapas
O:
- TTV:
N: 86x/menit
P: 18x/menit
S: 36,7ºc
TD: 140/80 mmHg
- Frekuensi pernapasan 18x/menit,
irama pernapasan teratur
- Keluarga dan pasien menyimak
penjelasan dan penyuluhan dengan
baik
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
3 28/11/2019 Defisiensi S:
10.30 WITA pengetahuan - Keluarga dan pasien mengatakan
berhubungan dengan tidak mengerti secara rinci tentang
ketidakmampuan penyakit yang diderita Tn. F
keluarga dalam - Tn. F mengatakan pernah
mengenal masalah mendengar tentang penyakitnya
kesehatan (gagal tapi hanya sekedar tahu dan belum
jantung) secara paham
terperinci - Ny. K mengatakan selalu bertanya
kepada petugas kesehatan
mengenai penyakit yang diderita
Tn. F
O:
- Keluarga dan pasien menyimak
penjelasan dan penyuluhan dengan
baik
- Keluarga Tn. F tidak mampu
menjelaskan secara rinci mengenai
penyakit gagal jantung yang di
derita Tn. F
- Keluarga Tn. F selalu bertanya-
tanya kepada mengenai penyakit
yang di deritaTn. F
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intevensi 1, 2, 3, 4, 5
1 29/11/2019 Ketidakefektifan pola S:
10.00 WITA napas berhubungan - Keluarga mengatakan Tn. F
dengan mengalami sesak napas saat
ketidakmampuan penyakitnya kambuh
keluarga dalam - Ny. K mengatakan Tn. F memiliki
mengenal masalah riwayat penyakit gagal jantung
kesehatan gagal - Tn. F mengatakan cepat lelah saat
jantung secara beraktivitas
terperinci - Tn. F mengatakan terkadang sulit
untuk bernapas saat penyakitnya
kambuh
O:
- TTV:
N: 82x/menit
P: 20x/menit
S: 36,5ºc
TD: 140/80 mmHg
- Frekuensi pernapasan 18x/menit,
irama pernapasan teratur
- Keluarga dan pasien menyimak
penjelasan dan penyuluhan dengan
baik
- Keluarga dan pasien mampu
melakukan apa yang sudah
diajarkan
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Pertahankan intervensi 1, 2, 3, 4
3 29/11/2019 Defisiensi S:
10.32 WITA pengetahuan - Keluarga dan pasien mampu
berhubungan dengan menjelaskan kembali apa yang
ketidakmampuan sudah didiskusikan bersama
dalam mengenal sebelumnya
masalah kesehatan - Keluarga mengatakan gagal
(gagal jantung) secara jantung adalah ketidakmampuan
terperinci jantung memompa darah secara
maksimal
- Klien dan keluarga mengatakan
tanda dan gejala gagal jantung
adalah sesak napas, kelelahan
denyut jantung cepat, mudah lelah
- Klien dan keluarga mampu
menjelaskan cara penanganan
gagal jantung menggunakan
tanaman tradisional yang ada
disekotar kita:
Daun sirsak disiapkan 5 lembarlalu
rebus di air yang mendidih, tunggu
hingga air berubah warna, tiriskan
lalu dinginkan
O:
- Keluarga dan klien menyimak
penjelasan dan penyuluhan yang
diberikan degan baik
- Keluarga dan klien mampu
melakukan apa yang sudah
diajarkan dengan baik
A:
- Tujuan tercapai sesuai rencana
- Masalah teratasi
P:
- Pertahankan intervensi 1, 2, 3, 4, 5