BAB I
PENDAHULUAN
5. Sumber Teori
Diperoleh dari KTI / Studi kasus, Buku, Jurnal maupun artikel ilmiah yang
berhubungan dengan judul karya tulis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Tabel 2.1
Kecepatan Normal Denyut Nadi Per Menit :
Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
Sumber : Pearce, (2018)
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa
darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada
sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan
kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan
sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya
sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan
aorta mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg.
Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole (Sari, 2017).
Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh
darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan
sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat
pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan
otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan
pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemompa,
isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah
10
dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan
nadi dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya
pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis,
olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga
tekanan nadi meningkat (Sari, 2017).
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (perifer)
yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran
bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran
darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan
gambaran aliran yang yang tidak lancar. Keadaan dapat terjadi pada darah yang
mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau
vasokonstriksi (Syaifuddin, 2016 ).
2.1.3 Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan
penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga (Sadewo, 2016).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf
simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok,
serta polisitemia (Mansjoer, 2018).
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi
vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-
lain (Mansjoer, 2018).
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalin) atau
11
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Sari,
2017).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
12
Bagan 2.1
Pathway Hipertensi
2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa
berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, pecahnya darah otak (Mansjoer, 2018).
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,
pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas
terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit
kardiovascular semaksimal mungkin. Untuk menurunkan tekanan darah, dapat
ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non
darah dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon
kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator
(Mansjoer, 2018).
2.1.8 Pencegahan
Menurut Sadewo (2016), pencegahan yang dilakukan pada hipertensi yaitu :
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (stres) membantu menurunkan berat badan,
dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus
segera di kurangi)
4. Latihan olahraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda
paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorang
yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
17
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelajari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress.
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
4. Bruit femoral
3 Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda /
jantung intervensi gejala primer
Definisi : keperawatan selama 3 penurunan curah
Ketidak adekuatan x 24 jam maka jantung (meliputi :
jantung memompa keadekuatan jantung dispnnea, kelelahan,
darah untuk memompa darah edema, ortopnea,
memenuhi kebutuhan untuk memenuhi paroxysmal nocturnal
metabolisme tubuh . kebutuhan dyspnea, peningkatan
Penyebab : metabolisme tubuh CVP)
1. Perubahan irama meningkat dengan 2. Identifikasi tanda /
jantung kriteria hasil : gejala sekunder
2.Perubahan 1.Kekuatan nadi penurunan curah
Frekuensi jantung perifer meningkat jantung (meliputi :
3. Perubahan 2. Ejection fraction peningkatan berat
kontraktilitas (EF) meningkat badan,
4. Perubahan preload 3. Cardiac indeks (CI) hepatomegali,distensi
5. Perubahan afterload meningkat vena jugularis,
4.Left ventricular palpitasi, ronkhi basah,
Gejala dan tanda stroke work index oliguria, batuk, kulit
mayor : (LVSWI) meningkat pucat)
Subjektif : 5. Stroke volume 3. Monitor tekanan
1. Perubahan irama indek (SVI) meningkat darah (termasuk
jantung 6.Palpitasi menurun tekanan darah ortostatik
- Palpitasi 7.Bradikardia jika perlu)
2. Perubahan preload menurun 4. Monitor intake dan
- Lelah 8.Takikardia menurun output cairan
3.Perubahan afterload 9.Gambaran EKG 5.Monitor berat badan
- Dispnoe aritmia menurun setiap hari pada waktu
4.Perubahan 10. Lelah menurun yang sama
kontraktilitas 11. Edema menurun 6.Monitor saturasi
27
- Systemic vascular
resitance (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan
kontraktilitas
- Cardiac index (CI)
menurun
- Left ventricular
stroke work index
(LVSWI) menurun
-Stroke volume index
(SVI) menurun
4.Perilaku / emosional
( Tidak tersedia )
4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Monitor kelelahan
Definisi : intervensi fisik dan emosional
Ketidak cukupan keperawatan selama 3 2. Monitor pola dan jam
energi untuk x 24 jam maka tidur
melakukan aktifitas respons fisiologis 3.Sediakan lingkungan
sehari - hari . terhadap aktivitas nyaman dan rendah
Penyebab : yang membutuhkan stimulus (misal, cahaya,
1.Ketidak seimbangan tenaga meningkat, suara, kunjungan)
antara suplai dan dengan kriteria hasil : 4.Fasilitasi duduk
kebutuhan oksigen 1.Frekuensi nadi ditempat tidur , jika
2. Tirah baring meningkat tidak dapat berpindah
3. Kelemahan 2.Saturasi oksigen atau berjalan
4. Imobilitas meningkat 5.Anjurkan tirah baring
5.Gaya hidup 3.Kemudahan dalam 6.Kolaborasi dengan
monoton melakukan aktivitas ahli gizi tentang cara
sehari-hari meningkat meningkatkan asupan
Gejala dan tanda 4.Kecepatan berjalan makanan
30
mayor : meningkat
Subjektif : 5.Jarak berjalan
Mengeluh lelah meningkat
Objektif : 6.Kekuatan tubuh
Frekuensi jantung bagian atas meningkat
meningkat > 20 % 7.Kekuatan tubuh
dari kondisi istirahat bagian bawah
meningkat
Gejala dan tanda 8.Toleransi dalam
minor : menaiki tangga
Subjektif : meningkat
1.Dispnoe saat / 9.Keluhan lelah
setelah aktivitas menurun
2.Merasa tidak 10.Dispnoe saat
nyaman setelah aktivitas menurun
beraktivitas 11.Dispnoe setelah
3. Merasa lemah aktivitas menurun
Objektif : 12.Perasaan lemah
1.Tekanan darah menurun
berubah >20 % dari 13.Aritmia saat
kondisi istirahat aktivitas menurun
2.Gambaran EKG 14.Aritmia setelah
menunjukkan aritmia aktivitas menurun
saat / setelah aktivitas 15. Sianosis menurun
3.Gambaran EKG 16.Warna kulit
menunjukkan iskemia membaik
4. Sianosis 17.Tekanan darah
membaik
18.Frekuensi nafas
membaik
19.EKG iskemia
31
membaik
5 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Identifikasi lokasi,
Definisi : intervensi karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik keperawatan selama 3 frekuensi, kualitas,
atau emosional yang x 24 jam maka intensitas nyeri
berkaitan dengan pengalaman sensorik 2.Identifikasi skal nyeri
kerusakan jaringan atau emosional yang 3.Monitor efek samping
aktual atau fungsional, berkaitan dengan penggunaan analgetik
dengan onset kerusakan jaringan 4.Berikan tekhnik non
mendadak atau lambat aktual atau fungsional, farmakologis untuk
dan berintensitas dengan onset mengurangi rasa nyeri
ringan hingga berat mendadak atau lambat (missal, TENS, hinosis,
yang berlangsung dan berintensitas akupresur, terapi music,
kurang dari 3 bulan . ringan hingga berat biofeedback, terapi
Penyebab : dan konstan menurun pijat, aroma terapi,
1.Agen pencedera dengan kriteria hasil : tekhnik imajinasi
fisiologis (misal 1.Kemampuan terbimbing, kompres
Inflamasi, iskemia, menuntaskan aktivitas hangat / dingin, terapi
neoplasma) meningkat bermain)
2. Agen pencedera 2.Keluhan nyeri 5. Kontrol lingkungan
kimiawi (misal menurun yang memperberat rasa
terbakar, bahan kimia 3.Meringis menurun nyeri (misal, suhu
iritan) 4.Sikap protektif ruangan, pencahayaan,
3. Agen pencedera menurun kebisingan)
fisik (misal abses, 5.Gelisah menurun 6.Fasilitasi istirahat dan
amputasi, terbakar, 6.Kesulitan tidur tidur
terpotong, menurun 7.Jelaskan penyebab,
mengangkat berat, 7.Menarik diri periode dan pemicu
prosedur operasi, menurun nyeri
trauma, latihan fisik 8. Berfokus pada diri 8.Jelaskan strategi
berlebihan) sendiri menurun meredakan nyeri
32
membaik
27.Pola tidur membaik
6 Risiko cedera Setelah dilakukan 1.Identifikasi obat yang
Definisi : intervensi berpotensi
Berisiko mengalami keperawatan selama 3 menyebabkan cedera
bahaya atau kerusakan x 24 jam maka 2.Sediakan
fisik yang keparahan dari cedera pencahayaan yang
menyebabkan yang diamati atau memadai
seseorang tidak lagi dilaporkan menurun 3.Sediakan pispot atau
sepenuhnya sehat atau dengan kriteria hasil : urinal untuk eliminasi
dalam kondisi baik. 1.Toleransi aktivitas ditempat tidur, jika
Faktor risiko : meningkat perlu
- eksternal 2.Nafsu makan 4.Pastikan bel
1. Terpapar patogen meningkat panggilan atau telpon
2. Terpapar zat kimia 3.Toleransi makanan mudah dijangkau
toksik meningkat 5. Anjurkan beganti
3.Terpapar agen 4.Kejadian cedera posisi secara perlahan
nosokomial menurun dan duduk
4.Ketidakamanan 5.Luka / lecet
transportasi menurun
6.Ketegangan otot
- Internal menurun
1.Ketidaknormalan 7. Fraktur menurun
profil darah. 8.Perdarahan menurun
2. Perubahan orientasi 9. Ekspresi wajah
afektif kesakitan menurun
3. Perubahan sensasi 10. Agitas menurun
4. Disfungsi autoimun 11. Irritabilitas
5. Disfungsi biokimia menurun
6.Hipoksia jaringan 12. Gangguan
7.Kegagalan mobilitas menurun
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
36
3. 1 Pengkajian
3. 1. 1. Anamnesa
a. Identitas
Identitas Pasien
Nama/ Inisial : Tn.”J”
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jln.Perintis Pagar alam
Status Perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Indonesia
No. Registrasi : 1895XX
3. 1. 2 Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Saat datang ke UGD RS Besemah Kota Pagar Alam klien mengatakan
nyeri kepala.
x X x x
Ket :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Garis keturunan
x : Laki-Laki Meninggal : Tinggal serumah
X : Perempuan Meninggal
Feeding 5 Bladder 10
0 (tidak mampu) 0(inkontinensia
5 (dibantu dengan urin)
dipotong, 5(tidak mampu
dihaluskan) mengontrol)
10 (mandiri) 10(mampu
mengontrol)
Grooming 0 Transfer 5
0 (dibantu) 0 (tidak mampu,
5(mandiri, cuci tidak memiliki
muka, gosok gigi keseimbangan)
40
Dressing 5 Mobility 10
0 (dibantu) 0 (tidak mampu
5 (dibantu tapi mobilisasi)
sebagian dapat 5 (menggunakan
dilakukan secara kursi roda)
mandiri) 10(berjalan dengan
10 (mandiri) bantuan 1 orang atau
instruksi)
15 (mandiri tapi
dapat juga dengan
menggunakan alat
bantu)
Bowels 10 Stairs 5
0 (inkontinensia 0 (tidak mampu)
atau butuh enema) 5 (butuh bantuan)
5 (tidak mampu) 10 (mandiri)
10 (mampu untuk
mengontrol)
Klien menganut agama Islam, klien yakin akan keesaan Allah, maka
dengan itu manusia harus tunduk dan patuh kepada ALLAH. Saat sakit
klien sholat dalam keadaan berbaring.
Keadaan kulit
Warna : Pucat
Turgor : Kurang elastis
Kelembaban : Cukup
Edema : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
4. Abdomen
1. Inspeksi : Normal, Tidak ada jejas, dan tidak ada
bekas ostomi
2. Auskultasi : Frekuensi peristaltik usus 12 x/mnt
3. Perkusi : Timpani
4. Palpasi
Hati : tidak teraba , tidak ada nyeri tekan
Lien : tidak teraba , tidak ada nyeri tekan
5. Genetalia
a. Kebersihan : bersih
b. Alat bantu : Tidak ada
c. Kandung kencing :
47
Membesar : tidak
Nyeri tekan : tidak
Gangguan : Tidak ada gangguan
7. Ekstrimitas
a. Otot
Kemampuan pergerakan sendi terbatas
Kekuatan otot :
5 5
5 5
b. Tulang
Inspeksi : Bentuk normal
Peradangan : tidak
Palpasi : normal
Lain-lain : Tidak ada
3 HGB 13 12 – 16 gr %
6 Lym % 34,5 15 – 48 %
7 MXD % 9,6 1 – 25 %
8 NEVT % 55,9 40 – 70 %
2. Therapi
Tanggal / Shift : 14 April 2020
Tabel 3.3
49
Therapi Tn”J”
Jam Nama Dosis Cara Gol Ket/
Obat pember Obat indikasi
ian
jantung
Tabel 3.4
ANALISA DATA
51
saat/setelah aktivitas
5. Warna kulit pucat
Tabel 3.5
INTERVENSI KEPERAWATAN
oksigen > 94 %
Edukasi :
Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Tabel 3.6
CATATAN PERKEMBANGAN
1 08.00 Nyeri akut berhubungan Manajemen nyeri 10.00 S : Klien mengeluh Parida
dengan peningkatan Tindakan nyeri kepala bagian
tekanan vaskuler Observasi : depan
08.00
serebral dan iskemia 1.Mengidentifikasi lokasi, O:
dibuktikan dengan : karakteristik, durasi, 1. Frekuensi nadi
Data Subjektif : frekuensi, kualitas, meningkat
Klien mengeluh nyeri intensitas nyeri 2. Nadi 100
61
2 08.00 Perfusi perifer tidak 08.30 Perawatan sirkulasi 10.30 S : Klien mengeluh Parida
efektif berhubungan Tindakan nyeri kepala
dengan peningkatan 08.30 Observasi : O:
tekanan darah 1.Memeriksa sirkulasi
1. Pengisian
62
3 08.00 Penurunan curah 08.40 Perawatan Jantung 10. 45 S : Klien mengeluh Parida
jantung berhubungan Tindakan sesak nafas
dengan perubahan 08.40 Observasi : O:
frekuensi jantung 1. Mengidentifikasi tanda /
1. Klien tampak
dibuktikan dengan : gejala primer penurunan
lelah
Data Subjektif : curah jantung (meliputi :
2. Tekanan darah
Klien mengeluh sesak dispnea)
meningkat
nafas 2. Mengidentifikasi tanda /
3. CRT > 3 detik
Data Objektif : gejala sekunder penurunan
4. Warna kulit
1. Klien tampak curah jantung (meliputi :
pucat
lelah peningkatan berat badan,
A : Masalah belum
2. Tekanan darah hepatomegali,distensi vena
teratasi
meningkat jugularis, palpitasi, ronkhi
P : Intervensi
3. CRT > 3 detik basah, oliguria, batuk, kulit
dilanjutkan
4. Warna kulit pucat)
pucat 3.Memonitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
64
4 08.00 Gangguan pola tidur 09.00 Dukungan tidur 11.00 S : Klien mengeluh Parida
berhubungan dengan Tindakan sulit untuk tidur
hambatan lingkungan 09.00 Observasi : O:
karena kurang kontrol 1.Mengidentifikasi faktor
1. Klien tampak
tidur dibuktikan dengan pengganggu tidur (fisik dan
pucat
: atau psikologis)
2. Waktu istirahat/
Data Subjektif : 09.10 Terapeutik :
tidur : 4 jam/hari,
Klien mengeluh sulit 1.Memodifikasi lingkungan
3. Klien tampak
untuk tidur (misal pencahayaan,
susah tidur atau
Data Objektif : kebisingan, suhu,matras,dan
tidak puas tidur
1. Klien tampak pucat tempat tidur)
4. Klien sering
2. Waktu istirahat/ 2.Menetapkan jadwal tidur
terbangun
tidur : 4 jam/hari, rutin
A : Masalah belum
3. Klien tampak susah 3.Melakukan prosedur teratasi
66
1.Menjelaskan pentingnya
tidur ketika sakit
2.Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
5 08.00 Intoleransi aktifitas 09.20 Manajemen energy 11.30 S : Klien mengeluh Parida
berhubungan dengan Tindakan lelah
kelemahan dibuktikan 09.20 Observasi : O:
dengan : 1.Mengidentifikasi 1. KU lemah
Data Subjektif : gangguan fungsi tubuh yang 2. Klien berjalan
Klien mengeluh lelah mengakibatkan kelelahan dibantu keluarga
Data Objektif : 2.Memonitor kelelahan fisik 3. Klien tampak tidak
1. KU lemah dan emosional nyaman setelah
2. Klien berjalan 3.Memonitor pola dan jam beraktivitas
dibantu keluarga tidur 4. Klien tampak
67
09.35
Kolaborasi :
1.Berkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
69
Tabel 3.7
CATATAN PERKEMBANGAN
1 08.00 Nyeri akut berhubungan 08.00 Manajemen nyeri 10.00 S : Klien mengatakan Parida
dengan peningkatan Tindakan nyeri kepala bagian
tekanan vaskuler Observasi : depan sudah sedikit
serebral dan iskemia 08.00 1.Mengidentifikasi lokasi, berkurang
dibuktikan dengan : karakteristik, durasi, O:
Data Subjektif : frekuensi, kualitas, 1. Frekuensi nadi
70
2 08.00 Perfusi perifer tidak 08.30 Perawatan sirkulasi 10.30 S : Klien mengeluh Parida
efektif berhubungan Tindakan nyeri kepala sudah
dengan peningkatan 08.30 Observasi : mulai berkurang
71
09.35
Kolaborasi :
1.Berkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Tabel 3.8
CATATAN PERKEMBANGAN
78
1 08.00 Nyeri akut berhubungan 08.00 Manajemen nyeri 10.00 S : Klien mengatakan Parida
dengan peningkatan Tindakan nyeri kepala bagian
tekanan vaskuler Observasi : depan sudah hilang
08.00
serebral dan iskemia 1.Mengidentifikasi lokasi, O:
dibuktikan dengan : karakteristik, durasi, 1. Frekuensi nadi
Data Subjektif : frekuensi, kualitas, mulai menurun
Klien mengeluh nyeri intensitas nyeri 2. Nadi 80
kepala bagian depan 2.Mengidentifikasi skala x/menit
nyeri 3. Klien tidak
Data Objektif : Terapeutik : lagi meringis
79
2 08.00 Perfusi perifer tidak 08.30 Perawatan sirkulasi 10.30 S : Klien mengatakan Parida
efektif berhubungan Tindakan nyeri kepala sudah
dengan peningkatan 08.30 Observasi : hilang
tekanan darah 1.Memeriksa sirkulasi O:
dibuktikan dengan : perifer (misal nadi perifer,
1. Pengisian
Data Subjektif : edema, pengisian kapiler,
kapiler > 3
Klien mengeluh nyeri warna, suhu, ankle-brachial
detik
80
3 08.00 Gangguan pola tidur 09.00 Dukungan tidur 11.00 S : Klien mengatakan Parida
berhubungan dengan Tindakan sudah bisa tidur
hambatan lingkungan 09.00 Observasi : nyenyak
karena kurang kontrol 1.Mengidentifikasi faktor
tidur dibuktikan dengan pengganggu tidur (fisik dan O:
: atau psikologis)
1. Klien tidak lagi
Data Subjektif : 09.10 Terapeutik :
pucat
Klien mengeluh sulit 1.Memodifikasi lingkungan
2. Tidur sudah
untuk tidur (misal pencahayaan,
nyenyak
Data Objektif : kebisingan, suhu,matras,dan
1. Klien tampak pucat tempat tidur) A : Masalah teratasi
2. Waktu istirahat/ 2.Menetapkan jadwal tidur
P : Intervensi
tidur : 4 jam/hari, rutin
dihentikan
3. Klien tampak susah 3.Melakukan prosedur
Anjurkan istirahat
tidur atau tidak puas untuk meningkatkan
tidur kenyamanan (misal pijat,
4. Klien sering pengaturan posisi, terapi
terbangun akupresur)
09.15 Edukasi :
82
1.Menjelaskan pentingnya
tidur ketika sakit
2.Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
4 08.00 Intoleransi aktifitas 09.20 Manajemen energy 11.30 S : Klien mengatakan Parida
berhubungan dengan Tindakan lelah sudah hilang
kelemahan dibuktikan 09.20 Observasi : O:
dengan : 1.Mengidentifikasi 1. KU baik
Data Subjektif : gangguan fungsi tubuh yang 2. Klien sudah bisa
Klien mengeluh lelah mengakibatkan kelelahan berjalan tanpa
Data Objektif : 2.Memonitor kelelahan fisik dibantu keluarga
1. KU lemah dan emosional 3. Klien nyaman
2. Klien berjalan 3.Memonitor pola dan jam setelah beraktivitas
dibantu keluarga tidur 4. Dispnea
3. Klien tampak tidak 4.Memonitor lokasi dan saat/setelah
nyaman setelah ketidaknyamanan selama aktivitas sudah
beraktivitas melakukan aktivitas tidak lagi
4. Klien tampak 09.25 Terapeutik : 5. Warna kulit tidak
dispnea saat/setelah 1.Menyediakan lingkungan lagi pucat
83
makanan
85
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pembahasan
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.“J“ dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam 1 Rumah
Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan maka pada bab ini
penulis membahas hal – hal yang mendukung dan menghambat proses
keperawatan sehingga menimbulkan kesenjangan yang terjadi dalam memberi
Asuhan Keperawatan yang dilakukan mulai dari pengkajian, diagnose
keperawatan, Intervensi keperawatan, implementasi keperawtan dan evaluasi
keperawatan.
a. Pengkajian
Pada saat pengkajian penulis dibantu oleh dokter, kepala ruangan, perawat
ruangan dan ahli gizi untuk mendapatkan data penunjang dan hasil laboratorium
Tn.“J“. Pada saat pengkajian langsung kepada pasien Tn.“J“ sangat kooperatif,
dan pada saat melakukan pemeriksaan fisik pasien mau bekerjasama saat ditanya
oleh penulis sehingga penulis mendapat banyak informasi tentang Tn.“J“ dan
penulis mendapat gambaran masalah apa saja yang mungkin timbul.
Menurut Marell, 2018 Hipertensi diartikan sebagai tekanan darah yang terus-
menerus diatas 140/90 Mmhg sebagai fluktuasi tekanan darah berlangsung antar
individu dan bisa terjadi oleh lingkungan dan anxietas, pada pemeriksaan fisik
yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang,
sedangkan data yang diperoleh penulis dari hasil pengkajian tanggal 15 April
2020 jam 09.00 WIB terdapat data kepala pusing, nyeri kepala, badan lemas,
mual, muntah 1 kali, penglihatan kabur, dan sesak nafas sudah tiga hari, dan klien
mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun sebelumnya .
Dari hasil pengkajian terdapat kesenjangan, data yang tidak ditemukan yaitu
tekanan darah yang terus-menerus diatas 140/90 Mmhg sebagai fluktuasi tekanan
darah berlangsung antar individu dan bisa terjadi oleh lingkungan dan anxietas, .
86
b. Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler Hipertensi berdasarkan Asuhan
Keperawatan dalam Tim Pokja PPNI (2017) yakni :
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena
kurang kontrol tidur
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
6. Risiko cedera berhubungan dengan ketidaknormalan profil darah
adanya keluhan nyeri pada kepala, KU lemah, Akral teraba dingin, warna
kulit pucat, turgor kulit menurun, dan ada bunyi nafas tambahan.
C. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung, pada diagnosa tersebut terdapat data yang mendukung karena
adanya keluhan lelah, sesak nafas, klien tampak cemas dan gelisah, KU
lemah, dan warna kulit pucat.
D. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena
kurang kontrol tidur, pada diagnosa tersebut terdapat data yang
mendukung karena adanya keluhan klien sulit untuk tidur semenjak
dirawat di Rs, sering terjaga disaat tidur, tidak puas tidur, keluhan
istirahatnya tidak cukup.
E. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, pada diagnosa tersebut terdapat data yang
mendukung karena adanya keluhan tidak mampu berjalan sendiri, jika
ingin berjalan atau beraktifitas seperti berputar – putar rasa ingin jatuh,
KU lemah, klien berjalan dibantu keluarga, frekwensi jantung meningkat,
dyspnea, dan warna kulit pucat.
c. Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan pada Tn.”J” penulis menyusun beberapa
rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien. Perencanaan ini disusun dengan tujuan agar tindakan
keperawatan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan.
Dari hasil pengkajian, observasi dan pengamatan penulis menegakkan 5
diagnosa agar masalah keperawatan dapat diatasi, penulis membuat rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.
A. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia. Menurut intervensi secara teoritis ada 10 perencanaan untuk
mengatasi nyeri akut namun penulis hanya mengambil 5 perencanaan yaitu
observasi : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, Terapeutik : berikan tekhnik non
88
d. Implementasi Keperawatan
Setelah membuat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien Tn.”J”, penulis meakukan tindakan secara nyata kepada
pasien dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan, dan tercapai
kesembuhan pasien dengan Implementasi keperawatan yaitu :
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menggunakan teori mengenai hipertensi, penulis melakukan
asuhan keperawatan pada klien Tn.”J” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam 1 Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam
Provinsi Sumatera Selatan, maka dengan ini penulis menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada klien Tn.”J” tidak ditemukan kesenjangan yang
signifikan antara data yang didapat dengan teori, tetapi hanya beberapa yang
timbul akibat hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang didapatkan penulis melalui pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn.”J” yaitu nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral dan iskemia, perfusi perifer tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan tekanan darah, penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan frekuensi jantung, gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan karena kurang kontrol tidur, intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi
Perencanaan asuhan keperawatan pada klien Tn.”J” disesuaikan dengan teori
yang mana mempertimbangkan fasilitas, sarana, serta kondisi yang disesuaikan
dengan keadaan pasien.
4. Implementasi
Pada implementasi keperawatan pada klien Tn.”J” dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler Hipertensi dilakukan penulis berdasarkan rencana yang telah
disusun.
94
5. Evaluasi
Evaluasi dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan kepada Tn.”J”
cukup baik, semua masalah yang timbul dapat teratasi sesuai dengan rencana
tindakan yang dilaksanakan seperti nyeri akut menurun, Perfusi perifer tidak
efektif kembali stabil, keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk
mempertahankan jaringan meningkat, keadekuatan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh meningkat, pada gangguan pola
tidur, keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur membaik, pada Intoleransi aktifitas,
respons fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga meningkat, klien
dirawat selama tiga hari, dan klien dalam keadaan baik.
B. Saran
Untuk mendapatkan perbaikan dimasa sekarang dan masa yang akan datang,
maka penulis ingin memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Bagi Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera
Selatan
Diharapkan semoga dapat meningkatkan kwalitas sumber daya manusianya
khususnya perawat yang ada melalui pendikan formal berkelanjutan,
workshop dan seminar.
2. Bagi Akper Kesdam II Sriwijaya
Diharapkan Akper kesdam II Sriwijaya dapat meningkatkan mutu
pendidikannya sesuai dengan perkembangan ilmu saat ini.
3. Bagi mahasiswa
Hasil asuhan keperawatan komprehensif ini diharapkan dapat menjadi
rujukan bagi penulis selanjutnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada
kasus Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi sehingga dapat tercapai
hasil yang optimal dengan selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan.