Anda di halaman 1dari 94

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan
masalah kesehatan utama dinegara maju maupun negara berkembang yaitu salah
satunya hipertensi. Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu didunia
setiap tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang
paling umum dan paling banyak disandang masyarakat (Wolff, 2016). Hipertensi
didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg (Anderson, 2016).
Menurut data World Health Organization (WHO) menunjukkan sekitar
1,13 Miliar orang didunia menyandang hipertensi , artinya 1 dari 3 orang didunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi , dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2018).
Data Kementerian Kesehatan Indonesia (2016) menyatakan jumlah kasus
Hipertensi yang ditangani Instansi Kesehatan di Indonesia menurun setiap
tahunnya. Pada tahun 2016 penderita Hipertensi di Indonesia yang ditangani
sebanyak 46,4 % dari jumlah penderita Hipertensi keseluruhan yang tercatat
berjumlah 6.897.463 orang. Pada tahun 2015, jumlah kasus yang ditangani
4.017.861 orang, sedangkan pada tahun 2014 jumlah penanganan kasus Hipertensi
oleh instansi Kesehatan adalah 8.490.976 orang (Data Kemenkes, 2016).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
Prevalensi Hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun
sebesar 34,1 %, tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun
(31,6%) umur 45-54 tahun(45,3%) umur 55-64 tahun (55,2%) (RISKESDAS,
2018).
2

Hipertensi merupakan penyakit di Indonesia dan merupakan penyakit yang


sering disertai dengan kematian. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia
(2016) terjadi Hipertensi tiap tahun dari tahun 2013 sampai 2016 dengan disertai
peningkatan CFR (Case Fatality Rate). Pada tahun 2013, CFR Hipertensi adalah
1,08 % meningkat menjadi 1,14 % pada tahun 2014. Peningkatan CFR di
Indonesia terus terjadi hingga 2,47 % pada tahun 2015 dan 3,04 % pada tahun
2016. Angka CFR ini belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu < 1% (Data
Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Data Profil Dinas Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan
Bidang Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2017, selama 3 tahun
terakhir cakupan penemuan Hipertensi pada tahun 2018 sebanyak 198 kasus,
cakupan penemuan Hipertensi pada tahun 2019 sedikit menurun sebesar 152
kasus dan cakupan penemuan Hipertensi pada tahun 2020 sampai dengan bulan
Maret sebanyak 38 kasus tidak ada yang meninggal akibat Hipertensi (Profil P2P
Kota Pagar Alam, 2019)
Berdasarkan data Medical Record Rumah Sakit Basemah Kota Pagar
Alam penderita Hipertensi pada orang dewasa tahun 2017 sebanyak 20 kasus,
tahun 2018 sebanyak 29 kasus, dan tahun 2019 sebanyak 34 kasus, dan kunjungan
pasien 60 kasus yang dirawat dari bulan Januari sampai dengan Maret 2020
(Medical Record, 2020).
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh. Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti
stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan
lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal
dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau
yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling
berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular) (Aprice, 2019).
3

Adapun peran perawat dalam hal penanganan masalah hipertensi ini


mencakup empat peranan yaitu upaya peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh. Hal – hal yang
bisa dilakukan adalah seperti edukasi penanganan hipertensi dirumah yang bisa
perawat berikan dengan cara menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang
pola hidup sehat karena gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan
hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan
merokok. Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko
seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah
serta konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik,
konsumsi alkohol berlebihan dan stress (Marell, 2018).
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka Penulis merasa tertarik untuk
melakukan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn.“J“
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam 1
Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020.

1. 2 Ruang Lingkup Penulisan


Karya Tulis Ilmiah ini termasuk dalam ruang lingkup Keperawatan
Medikal Bedah (KMB). Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan
metode interview, observasi dan pemeriksaan fisik secara head to toe atau secara
persistem. Fokus dalam melakukan pembuatan proposal ini adalah klien dengan
diagnosa hipertensi. Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan di Rumah Sakit Besemah
Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan
dengan menerapkan Asuhan Keperawatan yang dimulai dari pengkajian
keperawatan sampai dengan melakukan evaluasi keperawatan yang akan
dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei tahun 2020.
4

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. ”J” dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam 1
Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2020.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. ”J” dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam
1 Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020.
b. Dapat merumuskan Diagnosa Keperawatan pada Tn. ”J” dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam
1 Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020.
c. Dapat menyusun Intervensi Keperawatan pada Tn. ”J” dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam
1 Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020.
d. Dapat melaksanakan tindakan Keperawatan pada Tn. ”J” dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam
1 Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020.
e. Dapat melakukan Evaluasi Keperawatan pada Tn. ”J” dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam
1 Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020.
5

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi tambahan informasi
bagi Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam khususnya tentang
penyakit Hipertensi.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi masukan data dan
memberikan sumbangan pemikiran perkembangan ilmu pengetahuan
untuk penelitian selanjutnya Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Hipertensi serta sebagai bahan masukan untuk
mengetahui bagaimana menerapkannya.
1.4.3 Bagi mahasiswa
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam
penyusunan karya tulis selanjutnya.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan laporan kasus ini digunakan tekhnik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Wawancara / interview
Tanya jawab langsung dengan klien, keluarga, dokter, perawat, atau petugas
kesehatan lainnya yang berhubungan dengan klien.
2. Observasi
Mengamati langsung terhadap kondisi klien selama melakukan Asuhan
Keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik persistem atau head to toe yang dilakukan
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi kepada klien.
4. Pemeriksaan Penunjang
Mengamati dan mengevaluasi hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil
pemeriksaan Laboratorium, Rontgen, USG, EKG, dan lain lain.
6

5. Sumber Teori
Diperoleh dari KTI / Studi kasus, Buku, Jurnal maupun artikel ilmiah yang
berhubungan dengan judul karya tulis.

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk lebih terarahnya penyusunan karya tulis ilmiah ini, maka sistematika
penulisan berisikan uraian singkat mengenai :
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran awal kepada
pembaca / penilai / pemerhati proposal ini tentang permasalahan kesehatan yang
akan dibahas penulis.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam hal ini membahas tentang Konsep Dasar Penyakit yang  terdiri dari
Definisi, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis,
Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis dan keperawatan
dan Konsep Dasar Keperawatan (Asuhan Keperawatan Teoritis) meliputi
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi (perencanaan), Implementasi
(pelaksanaan) dan Evaluasi.
3. Bab III TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus merupakan gambaran pelaksanaan kasus yang penulis rawat
diruang Penyakit Dalam 1 Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi
Sumatera Selatan. Meliputi: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Pelaksanaan
tindakan keperawatan dan Evaluasi.
4. Bab IV PEMBAHASAN
Pembahasan membahas tentang kesenjangan yang penulis dapatkan antara
tinjauan kasus dan teoritis.
5. Bab V PENUTUP
Penutup merupakan kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi


2.1.1 Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
pembuluh darah, makin besar resikonya (Aprice, 2019).
Hipertensi diartikan sebagai tekanan darah yang terus-menerus diatas
140/90 Mmhg sebagai fluktuasi tekanan darah berlangsung antar individu dan bisa
terjadi oleh lingkungan dan anxietas (Marell, 2018).
Hipertensi adalah sebuah sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler
yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan (Sari, 2017).
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg (Anderson,
2016).

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi


Gambar 2.1
Anatomi Sistem Kardiovaskuler

Sumber : Prawesti, (2016)


8

Jantung adalah organ berongga, berotot yang terletak ditengah thoraks,


dan ia menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g (10,6
oz), meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat
badan, bertnya latihan dan kebiasaan fisik dan penyakit jantung (Aprice, 2019).
Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai
mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang
terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut pericardium (Marell, 2018).
Perikardium melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan
baik. Ruangan antara permukaan jantung dan lapisan dalam perikardium berisi
sejumlah kecil cairan , yang melumasi permukaan dan mengurangi gesekan
selama konstraksi jantung (Marell, 2018).
Kamar jantung, sisi kanan dan kiri jantung, masing – masing tersusun atas
dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kiri
disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darahyang datang
dari venadan bertindak sebagai tempat penimbyunana sementara sebelum darah
kemudian dikosongkan ke ventrikel (Pearce, 2018).
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang
dikeluarkan melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran
limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran (Pearce, 2018).
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan
denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi kehidupan,
pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus
jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit (Sari,
2017).
9

Tabel 2.1
Kecepatan Normal Denyut Nadi Per Menit :
Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
Sumber : Pearce, (2018)

Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa
darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada
sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan
kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan
sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya
sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan
aorta mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg.
Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole (Sari, 2017).
Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh
darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan
sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat
pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan
otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan
pernafasan  dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemompa,
isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah
10

dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan
nadi dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya
pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis,
olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga
tekanan nadi meningkat (Sari, 2017).
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (perifer)
yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran
bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran
darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan
gambaran aliran yang yang tidak lancar. Keadaan dapat terjadi pada darah yang
mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau
vasokonstriksi (Syaifuddin, 2016 ).

2.1.3 Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan
penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga (Sadewo, 2016).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,yaitu :
1.  Hipertensi  esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf
simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok,
serta polisitemia (Mansjoer, 2018).
2.  Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi
vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-
lain (Mansjoer, 2018).
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalin) atau
11

noredinefrin (noradrenalin), kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif


(malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal (Sadewo, 2016).

2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Sari,
2017).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
12

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan


keadaan hipertensi (Syaifuddin, 2016 ).
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2016).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 2016).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada renin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan
hormon aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung (Suyono,
2016).
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi
(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan
akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya
rasio antara masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir
adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan
sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)
13

peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi


oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung.
Diperburuk lagi bila disertai dengan penyakit dalam jantung koroner (Aprice,
2019).
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembuluh darah
koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung (Marell, 2018).
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner
yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam
resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut
dan gambaran hemodinamik ini.
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas
mekanik ventrikel kiri (Mansjoer, 2018).
14

Bagan 2.1
Pathway Hipertensi

Sumber : Smeltzer, (2016)


15

2.1.5 Manifestasi klinis


Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi
bertahun – tahun, dan berupa :
1. Sakit kepala (pusing, migraine) saat terjaga, kadang – kadang disertai
mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur
Pada orang yang terus menerus mengalami tekanan darah tinggi,
terjadi penebalan dinding pembuluh darah tersebut. Pada kasus
hipertensi yang berat pembuluh ini dapat pecah dan mengakibatkan
pendarahan kecil yang disebut hemoragic. Dan juga dapat diakibatkan
kerusakan hipertensif (tekanan pembuluh darah) pada retina
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan fibrasi
glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler (Mansjoer, 2018).
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik
lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri
bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila
sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature (Mansjoer,
2018).
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang
diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada
stadium, selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti
(Mansjoer. 2018).
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi
distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik
masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya
menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejala banyak datang. Stadium ini kadang
kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin
16

membentuk kelainan fungsi mekanik / pompa jantung yang selektif (Mansjoer,


2018).

2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa
berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, pecahnya darah otak (Mansjoer, 2018).

2.1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,
pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas
terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit
kardiovascular semaksimal mungkin. Untuk menurunkan tekanan darah, dapat
ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non
darah dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon
kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator
(Mansjoer, 2018).

2.1.8 Pencegahan
Menurut Sadewo (2016), pencegahan yang dilakukan pada hipertensi yaitu :
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (stres) membantu menurunkan berat badan,
dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus
segera di kurangi)
4. Latihan olahraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda
paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorang
yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
17

7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelajari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


           a. Penatalaksanaan medis
 Jenis-jenis pengobatan
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe
dictation evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2.  Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume
input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatov (Mansjoer, 2018)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Mansjoer (2018), gaya hidup yang baik untuk
menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit
digeneratif lainnya.
a. Mengurangi konsumsi garam
b.  Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
18

c. Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan


tangga dari pada lift
d. Menghentikan kebiasaan merokok
e.  Menjaga kestabilan BB
f. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka
sebagai salah satu upayanya

2.1.10 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal
c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal
5. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup.
Pembesaran jantung (Grace & Borley, 2016).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Dalam asuhan keperawatan pada kasus Hipertensi yaitu Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
19

2.2.1 Pengkajian pada penyakit Hipertensi


Pengkajian adalah salah satu dari komponen proses keperawatan yang
merupakan suatu usaha – usaha yang dilakukan perawat dalam menggali
permasalahan pasien meliputi usaha pengumpulan data dan membuktikan data
tentang status kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam melakukan observasi,
komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan
fase proses keperawatan (Muttaqin, 2009).
Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengkajian identitas pasien
dan riwayat penyakit, pemeriksaaan fisik dengan pola ROS (Review of System),
pemeriksaan penunjang dan pengkajian program therafi.
a. Identitas
Menurut Wahyu, dkk (2015), sesudah usia 20 tahun kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun menyebabkan
menurunnya konstraksi dan volumenya
b. Keluhan utama
Beberapa pasien yang menderita hipertensi biasanya datang dengan
keluhan sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,
mual, muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.
c. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Riwayat penyakit saat ini
Merupakan perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang
dirasakan pasien, keluhan yang timbul mendadak atau bertahap
faktor pencetus dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit saat ini,
penyakit yang mungkin dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
lain saat ini dan riwayat pemakaian obat.
3) Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga
Dihubungkan dengan adanya penyakit keturunan, kecenderungan,
penyakit menular akibat kontak langsung atau tidak langsung. Pada
hipertensi dikaji adakah keluarga yang mengalami gejala serupa,
20

pola kebiasaan makan keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi


alkohol dan penggunaan obat – obatan.
4) Riwayat alergi
Apakah ada alergi terhadap makanan tertentu atau alergi terhadap
obat.
d. Pemeriksaan fisik
1) ROS (Review of System) / observasi dan pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kaji tingkat penunjang penampilan & ekspresi
wajah, pasien dengan hipertensi biasanya disertai penurunan
kesadaran.
2) Sistem pernafasan : biasanya ada sumbatan jalan nafas, suara nafas
terdengar ronchi.
3) Sistem kardiovaskuler : frekuensi nadi dapat bervariasi, perubahan
EKG adanya penyakit jantung.
4) Sistem persyarafan dan penginderaan : kaji tingkat kesadaran &
GCS.
5) Sistem perkemihan : biasanya terjadi perubahan sistem berkemih,
seperti inkontinensia.
6) Sistem pencernaan : Biasanya ditentukan perubahan sistem
ketidakmampuan menelan.
7) Sistem muskuloskletal / integument : kelelahan dan kelemahan.
8) Sistem endokrin : dapat terjadi hipoglikemia bila kekurangan
nutrisi elektrolit.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang penderita hipertensi :
1) Hb/ Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal
21

3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat


diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
5) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6) EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
7) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal
8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup.
Pembesaran jantung (Grace & Borley, 2016).

2.2.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja PPNI, 2017).
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler Hipertensi berdasarkan Asuhan Keperawatan
dalam Tim Pokja PPNI (2017) yakni :
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena
kurang kontrol tidur
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
6. Risiko cedera berhubungan dengan ketidaknormalan profil darah
22

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja PPNI, 2018).
Berikut adalah rencana tindakan teoritis yang akan dilakukan pada klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler Hipertensi berdasarkan asuhan
keperawatan dalam Tim Pokja PPNI (2018) yakni :

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1.Identifikasi faktor
Definisi : intervensi pengganggu tidur (fisik
Gangguan kualitas keperawatan selama 3 dan atau psikologis)
dan kuantitas waktu x 24 jam maka 2.Modifikasi
tidur akibat faktor keadekuatan kualitas lingkungan (misal
eksternal . dan kuantitas tidur pencahayaan,
Penyebab : membaik dengan kebisingan,
1.Hambatan kriteria hasil : suhu,matras,dan tempat
lingkungan (misal : 1.Keluhan sulit tidur tidur)
kelembaban, menurun 3.Batasi waktu tidur
lingkungan sekitar, 2.Keluhan sering siang jika perlu
suhu lingkungan, terjaga menurun 4. Tetapkan jadwal
pencahayaan, 3.Keluhan tidak puas tidur rutin
kebisingan, bau tidak tidur menurun 5.Lakukan prosedur
sedap, jadwal 4.Keluhan pola tidur untuk meningkatkan
pemantauan / berubah menurun kenyamanan ( misal
pemeriksaan / 5.Keluhan istirahat pijat, pengaturan posisi,
tindakan. tidak cukup menurun terapi akupresur)
23

2. Kurang kontrol 6. Kemampuan 6.Sesuaikan jadwal


tidur beraktivitas meningkat pemberian obat dan
3. Kurang privasi atau tindakan untuk
4. Restraint fisik menunjang siklus tidur
5. Ketiadaan teman terjaga.
tidur 7.Jelaskan pentingnya
6.Tidak familiar tidur ketika sakit
dengan peralatan tidur 8.Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
Gejala dan tanda
mayor :
Subjektif :
1. Mengeluh sulit
tidur
2. Mengeluh sering
terjaga
3. Mengeluh tidak
puas tidur
4. Mengeluh istirahat
tidak cukup
Objektif :
(tidak tersedia)

Gejala dan tanda


minor :
Subjektif :
Mengeluh
kemampuan
beraktivitas menurun
Objektif :
(tidak tersedia
24

2 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi


efektif intervensi perifer (mis.nadi
Definisi : keperawatan selama 3 perifer, edema,
Penurunan sirkulasi x 24 jam maka pengisian kapiler,
darah pada level keadekuatan aliran warna, suhu, ankle-
kapiler yang dapat darah pembuluh darah brachial index)
mengganggu distal untuk 2.Identifikasi factor
metabolisme tubuh . mempertahankan risiko gangguan
Penyebab : jaringan meningkat sirkulasi (mis.diabetes,
1. Hiperglikemia dengan kriteria hasil : perokok, orang tua,
2.Penurunan 1.Denyut nadi perifer hipertensi dan kadar
konsentrasi meningkat kolesterol tinggi)
hemoglobin 2.Penyembuhan luka 3.Anjurkan berhenti
3.Peningkatan tekanan meningkat merokok
darah 3.Sensasi meningkat 4.Anjurkan berolahraga
4. Kekurangan volume 4.Warna kulit pucat rutin
cairan menurun 5.Anjurkan
5.Penurunan aliran 5.Edema perifer menggunakan obat
arteri dan atau vena menurun penurun tekanan darah,
6.Kurang terpapar 6.Nyeri ekstrimitas antikoagulan, dan
informasi tentang menurun penurun kolesterol jika
faktor pemberat 7.Parastesia menurun perlu
( misal merokok, gaya 8. Kelemahan otot 6. Anjurkan minum
hidup monoton, menurun obat pengontrol tekanan
trauma , obesitas, 9.Kram otot menurun darah secara teratur
asupan garam, 10. Bruit femoralis 7.Anjurkan program
imobilitas) menurun rehabilitasi vascular
7.Kurang terpapar 11.Nekrosis menurun
informasi tentang 12.Pengisian kapiler
proses penyakit (misal membaik
diabetes melitus, 13. Akral membaik
25

hiperlipidemia) 14.Turgor kulit


8. Kurang aktivitas membaik
fisik 15. Tekanan darah
sistolik membaik
Gejala dan tanda 16. Tekanan darah
mayor : diastolik membaik
Subjektif : 17. Tekanan arteri rata
Tidak tersedia – rata membaik
Objektif : 18. Indeks ankle –
1.Pengisian kapiler > brachial membaik
3 detik
2. Nadi perifer
menurun atau tidak
teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit
menurun

Gejala dan tanda


minor :
Subjektif :
1.Parastesia
2.Nyeri ekstrimitas
(klaudikasi intermiten)
Objektif :
1.Edema
2. Penyembuhan luka
lambat
3. Indeks ankle –
brachial <0,90
26

4. Bruit femoral
3 Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda /
jantung intervensi gejala primer
Definisi : keperawatan selama 3 penurunan curah
Ketidak adekuatan x 24 jam maka jantung (meliputi :
jantung memompa keadekuatan jantung dispnnea, kelelahan,
darah untuk memompa darah edema, ortopnea,
memenuhi kebutuhan untuk memenuhi paroxysmal nocturnal
metabolisme tubuh . kebutuhan dyspnea, peningkatan
Penyebab : metabolisme tubuh CVP)
1. Perubahan irama meningkat dengan 2. Identifikasi tanda /
jantung kriteria hasil : gejala sekunder
2.Perubahan 1.Kekuatan nadi penurunan curah
Frekuensi jantung perifer meningkat jantung (meliputi :
3. Perubahan 2. Ejection fraction peningkatan berat
kontraktilitas (EF) meningkat badan,
4. Perubahan preload 3. Cardiac indeks (CI) hepatomegali,distensi
5. Perubahan afterload meningkat vena jugularis,
4.Left ventricular palpitasi, ronkhi basah,
Gejala dan tanda stroke work index oliguria, batuk, kulit
mayor : (LVSWI) meningkat pucat)
Subjektif : 5. Stroke volume 3. Monitor tekanan
1. Perubahan irama indek (SVI) meningkat darah (termasuk
jantung 6.Palpitasi menurun tekanan darah ortostatik
- Palpitasi 7.Bradikardia jika perlu)
2. Perubahan preload menurun 4. Monitor intake dan
- Lelah 8.Takikardia menurun output cairan
3.Perubahan afterload 9.Gambaran EKG 5.Monitor berat badan
- Dispnoe aritmia menurun setiap hari pada waktu
4.Perubahan 10. Lelah menurun yang sama
kontraktilitas 11. Edema menurun 6.Monitor saturasi
27

-Paroxysmal nocturnal 12.Distensi vena oksigen


dyspnoe (PND) jugularis menurun 7.Monitor keluhan
Objektif : 13.Dispnoe menurun nyeri dada, (misal,
1. Perubahan irama 14.Oliguria menurun intensitas, lokasi,
jantung 15. Pucat / sianosis radiasi, durasi,
- Bradikardi / menurun presivitasi yang
takikardi 16.Paroxysmal mengurangi nyeri)
- Gambaran EKG nocturnal dyspnoe 8.Monitor EKG 12
aritmia atau gangguan (PND) menurun sadapan
konduksi 17.Ortopnoe menurun 9.Periksa tekanan darah
2. Perubahan preload 18. Batuk Menurun dan frekuensi nadi
- Edema 19.Suara jantung S3 sebelum dan sesudah
- Distensi vena menurun aktivitas
jugularis 20. Suara jantung S4 10.Fasilitasi pasien dan
- Central venous Menurun keluarga untuk
pressure (CVP) 21. Murmur jantung modifikasi gaya hidup
meningkat/menurun menurun sehat
- Hepatomegali 22.Berat badan 11. Berikan terafi
3.Perubahan afterload menurun relaksasi untuk
- Tekanan darah 23.Hepatomegali mengurangi stress jika
meningkat / menurun menurun perlu
- Nadi perifer teraba 24.Pulmonary 12. Berikan dukungan
lemah vascular resistance emosional dan spiritual
- Capillary refill time (PVR) menurun 13. Berikan oksigen
> 3 detik 25. Systmmic vascular untuk mempertahankan
- Oliguria resitance menurun saturasi oksigen > 94 %
- Warna kulit pucat 26. Tekanan darah 14.Anjurkan
dan atau sianosis membaik beraktivitas fisik secara
4. Perubahan 27. Capillary refill berahap
kontraktilitas time (CRT) membaik 15. Anjurkan berhenti
- terdengar suara 28. Pulmonary artey merokok
28

jantung S3 dan atau wedge pressure 16. Ajarkan pasien dan


S4 (PAWP) membaik keluarga mengukur
-Ejection fraction (EF) 29. Central venous berat badan harian
menurun pressure membaik 17. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
Gejala dan tanda intake dan output cairan
minor : harian
Subjektif : 18.Kolaborasi
1. Perubahan preload pemberian antiaritmia,
( Tidak tersedia ) jika perlu
2. Perubahan afterload 19. Rujuk ke program
( Tidak tersedia ) rehabilitasi jantung
3.Perubahan
kontraktilitas
( Tidak tersedia )
4. Perilaku /
emosional
- cemas
- gelisah
Objektif :
1. Perubahan preload
- murmur jantung
- Berat badan
bertambah
-Pulmonary arteri
wedge pressure
(PAPW) menurun
2. Perubahan afterload
-Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat / menurun
29

- Systemic vascular
resitance (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan
kontraktilitas
- Cardiac index (CI)
menurun
- Left ventricular
stroke work index
(LVSWI) menurun
-Stroke volume index
(SVI) menurun
4.Perilaku / emosional
( Tidak tersedia )
4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Monitor kelelahan
Definisi : intervensi fisik dan emosional
Ketidak cukupan keperawatan selama 3 2. Monitor pola dan jam
energi untuk x 24 jam maka tidur
melakukan aktifitas respons fisiologis 3.Sediakan lingkungan
sehari - hari . terhadap aktivitas nyaman dan rendah
Penyebab : yang membutuhkan stimulus (misal, cahaya,
1.Ketidak seimbangan tenaga meningkat, suara, kunjungan)
antara suplai dan dengan kriteria hasil : 4.Fasilitasi duduk
kebutuhan oksigen 1.Frekuensi nadi ditempat tidur , jika
2. Tirah baring meningkat tidak dapat berpindah
3. Kelemahan 2.Saturasi oksigen atau berjalan
4. Imobilitas meningkat 5.Anjurkan tirah baring
5.Gaya hidup 3.Kemudahan dalam 6.Kolaborasi dengan
monoton melakukan aktivitas ahli gizi tentang cara
sehari-hari meningkat meningkatkan asupan
Gejala dan tanda 4.Kecepatan berjalan makanan
30

mayor : meningkat
Subjektif : 5.Jarak berjalan
Mengeluh lelah meningkat
Objektif : 6.Kekuatan tubuh
Frekuensi jantung bagian atas meningkat
meningkat > 20 % 7.Kekuatan tubuh
dari kondisi istirahat bagian bawah
meningkat
Gejala dan tanda 8.Toleransi dalam
minor : menaiki tangga
Subjektif : meningkat
1.Dispnoe saat / 9.Keluhan lelah
setelah aktivitas menurun
2.Merasa tidak 10.Dispnoe saat
nyaman setelah aktivitas menurun
beraktivitas 11.Dispnoe setelah
3. Merasa lemah aktivitas menurun
Objektif : 12.Perasaan lemah
1.Tekanan darah menurun
berubah >20 % dari 13.Aritmia saat
kondisi istirahat aktivitas menurun
2.Gambaran EKG 14.Aritmia setelah
menunjukkan aritmia aktivitas menurun
saat / setelah aktivitas 15. Sianosis menurun
3.Gambaran EKG 16.Warna kulit
menunjukkan iskemia membaik
4. Sianosis 17.Tekanan darah
membaik
18.Frekuensi nafas
membaik
19.EKG iskemia
31

membaik
5 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Identifikasi lokasi,
Definisi : intervensi karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik keperawatan selama 3 frekuensi, kualitas,
atau emosional yang x 24 jam maka intensitas nyeri
berkaitan dengan pengalaman sensorik 2.Identifikasi skal nyeri
kerusakan jaringan atau emosional yang 3.Monitor efek samping
aktual atau fungsional, berkaitan dengan penggunaan analgetik
dengan onset kerusakan jaringan 4.Berikan tekhnik non
mendadak atau lambat aktual atau fungsional, farmakologis untuk
dan berintensitas dengan onset mengurangi rasa nyeri
ringan hingga berat mendadak atau lambat (missal, TENS, hinosis,
yang berlangsung dan berintensitas akupresur, terapi music,
kurang dari 3 bulan . ringan hingga berat biofeedback, terapi
Penyebab : dan konstan menurun pijat, aroma terapi,
1.Agen pencedera dengan kriteria hasil : tekhnik imajinasi
fisiologis (misal 1.Kemampuan terbimbing, kompres
Inflamasi, iskemia, menuntaskan aktivitas hangat / dingin, terapi
neoplasma) meningkat bermain)
2. Agen pencedera 2.Keluhan nyeri 5. Kontrol lingkungan
kimiawi (misal menurun yang memperberat rasa
terbakar, bahan kimia 3.Meringis menurun nyeri (misal, suhu
iritan) 4.Sikap protektif ruangan, pencahayaan,
3. Agen pencedera menurun kebisingan)
fisik (misal abses, 5.Gelisah menurun 6.Fasilitasi istirahat dan
amputasi, terbakar, 6.Kesulitan tidur tidur
terpotong, menurun 7.Jelaskan penyebab,
mengangkat berat, 7.Menarik diri periode dan pemicu
prosedur operasi, menurun nyeri
trauma, latihan fisik 8. Berfokus pada diri 8.Jelaskan strategi
berlebihan) sendiri menurun meredakan nyeri
32

9. Diaforesis menurun 9.Ajarkan tekhnik


Gejala dan tanda 10.Perasaan depresi nonfarmakologis untuk
mayor : (tertekan) menurun mengurangi rasa nyeri
Subjektif : 11.Perasaan takut 10.Kolaborasi
Mengeluh nyeri mengalami cedera pemberian analgetik,
Objektif : berulang menurun bila perlu
1.Tampak meringis 12.Anoreksia
2.Bersikap protektif menurun
(mis.waspada, posisi 13.Perineum terasaa
menghindari nyeri tertekan menurun
3. Gelisah 14.Uterus teraba
4. Frekuensi nadi membulat menurun
meningkat 15.Ketegangan otot
5. Sulit tidur menurun
16.Pupil dilatasi
Gejala dan tanda menurun
minor : 17. Muntah menurun
Subjektif : 18. Mual menurun
(tidak tersedia) 19.Frekuensi nadi
Objektif : membaik
1.Tekanan darah 20.Pola nafas
meningkat membaik
2. Pola napas berubah 21.Tekanan darah
3.Nafsu makan membaik
berubah 22. Proses berfikir
4.Proses berfikir membaik
terganggu 23. Fokus membaik
5. Menarik diri 24. Fungsi berkemih
6. Berfokus pada diri membaik
sendiri 25. Perilaku membaik
7. Diaforesis 26.Nafsu makan
33

membaik
27.Pola tidur membaik
6 Risiko cedera Setelah dilakukan 1.Identifikasi obat yang
Definisi : intervensi berpotensi
Berisiko mengalami keperawatan selama 3 menyebabkan cedera
bahaya atau kerusakan x 24 jam maka 2.Sediakan
fisik yang keparahan dari cedera pencahayaan yang
menyebabkan yang diamati atau memadai
seseorang tidak lagi dilaporkan menurun 3.Sediakan pispot atau
sepenuhnya sehat atau dengan kriteria hasil : urinal untuk eliminasi
dalam kondisi baik. 1.Toleransi aktivitas ditempat tidur, jika
Faktor risiko : meningkat perlu
- eksternal 2.Nafsu makan 4.Pastikan bel
1. Terpapar patogen meningkat panggilan atau telpon
2. Terpapar zat kimia 3.Toleransi makanan mudah dijangkau
toksik meningkat 5. Anjurkan beganti
3.Terpapar agen 4.Kejadian cedera posisi secara perlahan
nosokomial menurun dan duduk
4.Ketidakamanan 5.Luka / lecet
transportasi menurun
6.Ketegangan otot
- Internal menurun
1.Ketidaknormalan 7. Fraktur menurun
profil darah. 8.Perdarahan menurun
2. Perubahan orientasi 9. Ekspresi wajah
afektif kesakitan menurun
3. Perubahan sensasi 10. Agitas menurun
4. Disfungsi autoimun 11. Irritabilitas
5. Disfungsi biokimia menurun
6.Hipoksia jaringan 12. Gangguan
7.Kegagalan mobilitas menurun
34

mekanisme 13. Gangguan kognitif


pertahanan tubuh menurun
8. Malnutrisi 14. Tekanan darah
9.Perubahan fungsi membaik
psikomotor 15. Frekuensi nadi
10. Perubahan fungsi membaik
kognitif 16. Frekuensi nafas
membaik
17. Denyut jantung
apical membaik
18. Denyut jantung
radialis membaik
19. Pola istirahat /
tidur membaik
Sumber : Tim Pokja PPNI, (2018)

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi Keperawatan atau Pelaksanaan keperawatan adalah kategori
serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga dan
anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang
sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respons pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan (Suparyanto, 2018).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah (Meirisa, 2015).
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
35

efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan


pelaksanaan (Mubarak dkk, 2015).
Berikut ini adalah gambaran umum keadaan pasien diakhir penerapan
proses keperawatan : untuk penentuan masalah teratasi, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan SOAP ( Subjektif, Objektif, Analisis, Planning )
dengan tujuan mencapai tujuan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
a. Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan
b. Objektif merupakan informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
c. Analisis adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi atau tidak teratasi.
d. Planning adalah masalah keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan analisa (Kodim, 2015).

BAB III
TINJAUAN KASUS
36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “J” DENGAN GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER (HIPERTENSI) DI RUANG
PENYAKIT DALAM 1 RUMAH SAKIT BESEMAH KOTA
PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2020

Tanggal MRS : 14 April 2020 Jam : 19.00 WIB


Tanggal Pengkajian : 15 April 2020 Jam : 09.00 WIB
Ruang / Kelas : PDL 1/ III Diagnosa Medis : Hipertensi

3. 1 Pengkajian
3. 1. 1. Anamnesa
a. Identitas
Identitas Pasien
Nama/ Inisial : Tn.”J”
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jln.Perintis Pagar alam
Status Perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Indonesia
No. Registrasi : 1895XX

Identitas Penanggung Jawab


Nama / Inisial : Ny.”S”
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln.Perintis Pagar alam
Hubungan dengan pasien : Istri
37

3. 1. 2 Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Saat datang ke UGD RS Besemah Kota Pagar Alam klien mengatakan
nyeri kepala.

3.1.3 Riwayat Penyakit saat ini


Sebelum dirawat di Rumah Sakit Besemah, keluarga klien mengatakan
tiga hari yang lalu klien mengeluh kurang enak badan, kepala pusing,
nyeri kepala, lelah, badan terasa lemah, tidur tidak nyenyak, badan terasa
pegal-pegal, bagian tubuh sebelah kanan terasa kesemutan lalu klien
berobat ke Puskesmas, dan mendapat obat untuk diminum selama tiga
hari. Klien sudah minum obat selama tiga hari namun belum ada
perubahan. Klien datang diantar istrinya ke UGD RS Besemah Kota Pagar
Alam pada tanggal 14 April 2020 dengan keluhan pusing, nyeri kepala,
badan lemas, mual, muntah 1 kali, penglihatan kabur, bagian tubuh
sebelah kanan terasa kesemutan dan dokter menganjurkan klien di rawat
di RS Besemah Kota Pagar Alam. Saat ini klien mengeluh nyeri kepala
terasa terus-menerus dan gangguan pola tidur, klien menjadi gelisah, TD :
190/100 mmHg, T : 36,5 ⸰C, N : 100 x/menit, RR : 20 x/menit, Skala nyeri
4

3.1 4 Riwayat penyakit yang pernah diderita


Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun
sebelumnya. Riwayat penyakit darah tinggi disangkal, riwayat
penyakit kencing manis disangkal.

3.1 5 Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga


Klien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
seperti ini.
Bagan 3. 1
Genogram TN”J”
38

x X x x

Ket :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Garis keturunan
x : Laki-Laki Meninggal : Tinggal serumah
X : Perempuan Meninggal

3.1.6 Riwayat alergi


Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makan, minum
dan obat.

3.2 Pengkajian Pola Fungsi Gordon


3.2.1 Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan
Klien adalah perokok berat dan tidak pernah minum
alkohol, klien mengatakan jarang sakit jadi tidak pernah
memeriksakan kesehatan secara rutin, jika klien merasa kurang
sehat, klien membeli obat diwarung.
Menurut klien sehat itu adalah tidak ada keluhan dibadan
dan bisa beraktifitas seperti biasa. Klien mengatakam berobat ke
dokter jika merasa sakit sekali atau ketika tidak bisa diatasi
dengan obat diwarung.

3.2.2 Pola aktifitas dan latihan


a. Rutinitas kebersihan sehari – hari, mandi, pakaian, dll
39

Klien mengatakan sebelum sakit, biasanya klien mandi 2x sehari,


keramas setiap mandi, ganti pakaian minimal 2x sehari, berpakaian
dan aktifitas bisa dilakukan secara mandiri. Sejak masuk RS hanya
dilap saja 2x sehari, ganti pakaian sekali sehari, aktifitas ganti
pakaian dibantu oleh istri atau keluarga yang menunggu.
b. Aktivitas sehari – hari
Sebelum sakit klien mengatakan sehari – hari klien adalah
petani yang setiap hari bekerja di kebunnya, pergi pagi pulang sore
hari.
c. Kemampuan perawatan diri
Tabel 3.1 Penilaian kemampuan aktifitas
Aktifitas Skor Aktifitas Skor

Feeding 5 Bladder 10
0 (tidak mampu) 0(inkontinensia
5 (dibantu dengan urin)
dipotong, 5(tidak mampu
dihaluskan) mengontrol)
10 (mandiri) 10(mampu
mengontrol)

Bathing 0 Toilet Use 5


0 (dibantu) 0 (dibantu)
5 (mandiri) 5 (dibantu tapi
sebagian dapat
dilakukan secara
mandiri)
10 (mandiri)

Grooming 0 Transfer 5
0 (dibantu) 0 (tidak mampu,
5(mandiri, cuci tidak memiliki
muka, gosok gigi keseimbangan)
40

dan keramas) 5 (membutuhkan


bantuan 1-2 orang)
10 (membutuhkan
bantuan berupa
instruksi)
15 (mandiri)

Dressing 5 Mobility 10
0 (dibantu) 0 (tidak mampu
5 (dibantu tapi mobilisasi)
sebagian dapat 5 (menggunakan
dilakukan secara kursi roda)
mandiri) 10(berjalan dengan
10 (mandiri) bantuan 1 orang atau
instruksi)
15 (mandiri tapi
dapat juga dengan
menggunakan alat
bantu)

Bowels 10 Stairs 5
0 (inkontinensia 0 (tidak mampu)
atau butuh enema) 5 (butuh bantuan)
5 (tidak mampu) 10 (mandiri)
10 (mampu untuk
mengontrol)

1-20 (dependen total) 55


21-40 (dependen berat)
41-60 (dependen sedang)
61-90 (dependen ringan)
91-100 (dependen/mandiri)

Functional evaluation the barthel index


41

Total skor indeks bartel


55 ( Dependen sedang )

3.2. 3 Pola istirahat dan tidur


Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan tidur sekitar 7 – 8
jam / hari. Tidur pukul 9 atau 10 malam dan bangun ketika shubuh sekitar
pukul 04.30 pagi. Sejak sakit klien mengatakan sering terbangun ketika
tidur, biasanya terbangun ketika kepala terasa nyeri. Klien mengatakan
biasanya dengan mengubah posisi tidur atau minum obat akan membuat
kepala terasa nyaman.

3.2. 4 Pola nutrisi metabolik


Klien mengatakan sebelum sakit, klien jarang sarapan pagi, hanya
minum kopi dan gorengan, klien makan dua kali sehari, bisa lebih jika
perut terasa lapar. Pola makan klien teratur dengan menu nasi, lauk pauk
dan sayur, klien sangat senang makan sayur dan klien tidak suka makan
makanan yang sangat pedas.
Sejak sakit klien mengatakan nafsu makan berkurang, mual dan
muntah, jatah makan dari rumah sakit hanya dimakan 3 sendok saja,
dibantu dengan air minum.
a. Nafsu makan : kurang
b. Mual : ada, Muntah Ket : ± 150 cc/hari
c. Frekuensi makan : 3 x/ hari
d. Porsi makan : ¼ porsi
e. Minum : ±1600 cc/hari, jenis : air putih
f. Mulut dan tenggorokan
1) Mulut : Bersih
2) Mukosa : Lembab
3) Tenggorokan: : Tidak ada keluhan
g. BB sebelum sakit : Tidak ingat BB saat sakit : 48 Kg
Tinggi Badan : 169 Cm IMT/BMI: 17,14(kurus)
42

3.2.5 Pola eliminasi


a. Kebiasaan BAB
1) Frekuensi : 1x/hari
2) Kesulitan BAB : tidak ada darah
3) Konsistensi : padat
4) Warna : Normal
b. Kebiasaan BAK
1) Frekuensi : 2 – 4 x/hari
2) Bau : Normal / khas
3) Warna : Kuning jernih
4) Kesulitan BAK :Tidak ada keluhan
5) Jumlah Urine : ± 200 cc/24 jam
c. Insensible Water Loss (IWL) : 500 cc/24 Jam

3.2. 6 Pola kognitif dan perceptual


a. Nyeri
P : Klien mengatakan nyeri kepala sudah tiga hari,
Q : klien mengatakan nyeri terasa seperti menusuk – nusuk
R : Klien mengatakann nyeri didaerah kepala
S : skala nyeri 4
T : Klien mengatakan nyeri terasa terus menerus
b. GCS : E: 4 M: 6 V: 5 Total 15
c. Kesadaran : Compos mentis
d. Refleks Fisiologis : Normal
e. Refleks Patologis : Normal
f. Fungsi panca indra
1) Penglihatan (mata)
Pupil : isokor
Sklera/Konjungtiva : an anemis / an ikterus
2) Pendengaran/telinga
Gangguan pendengaran : Tidak ada
43

3) Penciuman (hidung) : Tidak ada gangguan

g. Kemampuan bicara : Mampu


h. Kemampuan membaca : Masih mampu

3.2. 7 Pola konsep diri


Klien mengatakan ingin segera sembuh, klien juga kooperatif
ketika dilakukan tindakan keperawatan. Klien menerima keadaannya saat
ini dan ingin cepat sembuh agar segera bisa beraktifitas kembali.

3.2.8 Pola koping


Klien mengatakan bila ada masalah akan segera dibicarakan
bersama keluarga. Hal yang membuatnya agak cemas ketika dirawat
dirumah sakit adalah bagaimana dengan anak – anaknya yang ditinggalkan
dirumah karena istri ikut menjaga di rumah sakit.

3.2.9 Pola seksual – reproduksi


Klien menikah pada umur 20 tahun. Klien mengatakan sangat
bahagia dengan anggota keluarga yang ada sekarang, klien mempunyai 2
orang anak, 1 orang laki – laki dan 1 orang perempuan.

3.2.10 Pola peran berhubungan


Hubungan klien dengan keluarga, saudara, tetangga terbilang baik,
saudara dan tetangga sering berkunjung kerumah klien. Hubungan denga
perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya juga baik, klien sangat
kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan.

3.2.11 Pola nilai dan kepercayaan


44

Klien menganut agama Islam, klien yakin akan keesaan Allah, maka
dengan itu manusia harus tunduk dan patuh kepada ALLAH. Saat sakit
klien sholat dalam keadaan berbaring.

3.2.12 Pemeriksaan Fisik


1. ROS (Review of system)/ Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : ( )Baik ( )sedang (√ ) Lemah
Tanda tanda vital
 Suhu : 36,5 ⸰C
 Pulse : 100 x/menit
 RR : 20 x/menit
 TD : 190/100 mmHg
Tinggi badan : 169 cm
Berat badan sebelum : tidak ingat, Berat badan setelah sakit 48 kg

Keadaan kulit
Warna : Pucat
Turgor : Kurang elastis
Kelembaban : Cukup
Edema : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada

2. Pemeriksaan Kepala dan Leher


a. Kepala
Bentuk kepala : Tidak ada kelainan
Bola mata : Simetris
Kelopak mata : Normal
Konjungtiva : An anemia
Sklera : An ikterus
Pupil : Isokor
Fungsi penglihatan : Jelas
45

Penggunaan alat bantu: Tidak ada


Fungsi pendengaran
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Cukup
Nyeri telinga : Tidak
Penciuman (hidung)
Bentuk : normal
Gangguan penciuman : tidak ada
Mulut : Tidak pecah - pecah
Mukosa : kering
Keadaan bibir : kering
Warna lidah : Merah segar
b. Leher
Bentuk : Normal
Peningkatan JVP : Tidak
Pembesaran tyroid : Tidak
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak
Pembesaran tonsil : Tidak
Nyeri waktu menelan : Tidak
3. Dada
a. Inspeksi
Bentuk dada : Simetris
Kelainan bentuk dada : Tidak
Retraksi dinding dada : Normal
Irama : Teratur
Jenis nafas : Normal
Suara nafas : terdengar ronchi
Sesak nafas : ada
Sputum : ada
b. Palpasi
Ekspansi dada saat bernafas : simetris
46

Nyeri tekan : Tidak


Massa : Tidak ada
Taktil fremitus : Normal
c. Perkusi : Normal
d. Auskultasi
Suara nafas : terdengar ronchi
Suara tambahan : Tidak ada
JANTUNG
a. Inspeksi : pulsasi aorta, ictus cordis
b. Palpasi : Tidak nyeri dada
c. Perkusi : Dalam batas normal
d. Auskultasi : Bunyi jantung Dup - dup
CRT : > 3 detik
Akral : dingin
PAYUDARA
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada hiperpigmentasi, tidak
ada pengeluaran dan tidak ada massa

4. Abdomen
1. Inspeksi : Normal, Tidak ada jejas, dan tidak ada
bekas ostomi
2. Auskultasi : Frekuensi peristaltik usus 12 x/mnt
3. Perkusi : Timpani
4. Palpasi
Hati : tidak teraba , tidak ada nyeri tekan
Lien : tidak teraba , tidak ada nyeri tekan

5. Genetalia
a. Kebersihan : bersih
b. Alat bantu : Tidak ada
c. Kandung kencing :
47

Membesar : tidak
Nyeri tekan : tidak
Gangguan : Tidak ada gangguan

6. Anus dan rectum


Pembesaran vena : tidak
Atresia ani : tidak
Peradangan : tidak

7. Ekstrimitas
a. Otot
Kemampuan pergerakan sendi terbatas
Kekuatan otot :

5 5
5 5
b. Tulang
Inspeksi : Bentuk normal
Peradangan : tidak
Palpasi : normal
Lain-lain : Tidak ada

3.2.13 Pemeriksaan Penunjang


1. Data Penunjang
Tanggal : 14 April 2020
Jenis pemeriksaaan : Laboratorium
Hasil : Normal
Kesan : Baik
Khusus pemeriksaan Lab (Hematologi)
Tanggal : 14 April 2020
Tabel 3.2
48

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1 WBC 3,1 3 – 10 x 1000/ul

2 RBC 4,02 3,2 – 5,3 x 106

3 HGB 13 12 – 16 gr %

4 HCT 39,2 30 – 47 vol %

5 PLT 139.000 128 – 434 x 1000/ul

6 Lym % 34,5 15 – 48 %

7 MXD % 9,6 1 – 25 %

8 NEVT % 55,9 40 – 70 %

Tanggal : 14 April 2020


Jenis pemeriksaaan : EKG
Hasil : Normal
Kesan : Baik

2. Therapi
Tanggal / Shift : 14 April 2020

Tabel 3.3
49

Therapi Tn”J”
Jam Nama Dosis Cara Gol Ket/
Obat pember Obat indikasi
ian

19.00 Ranitidin 2x1 Injeksi Anti Mual


07.00 Ampul IV Histamin

19.00 Ondan 2x1 Injeksi Antiemetik Muntah


07.00 cetron Ampul

19.00 Citicolin 2x1 Injeksi Vitamin Nyeri


07.00 Ampul Syaraf

19.00 Piracetam 3x3 gr Injeksi Kelompok Hipertensi


03.00 obat
11.00 nootropik
dan
neurotonik /
neurotropik

19.00 Mecobala 3x500 Injeksi Vitamin Nyeri


03.00 min mg
11.00

19.00 Amlodipin 1x10 Oral Antihiperte Hipertensi


mg nsi

19.00 Aspilet 1x1 tab Oral Anti Penangana


inflamasi n dan
non steroid pencegaha
n terhadap
nyeri dada
akibat
serangan
50

jantung

19.00 Candesart 1x8 mg Oral Angiotensin Hipertensi


an receptor
blocker
(ARB)

Tanggal : 14 April 2020


Gizi / diet : Nasi Biasa/ Diet rendah garam

Tabel 3.4
ANALISA DATA
51

Tanggal : 14 April 2020 NO RM : 1895XX


Ruangan : PDL 1/ III Nama : Tn. “J”
Diagnosa medis : Hipertensi Tanggal lahir : 01071951

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan

1 Data Subjektif : Hambatan Gangguan pola


Klien mengeluh sulit untuk tidur lingkungan tidur
Data Objektif : karena kurang
1. Klien tampak pucat kontrol tidur
2. Waktu istirahat/ tidur : 4
jam/hari,
3. Klien tampak susah tidur atau
tidak puas tidur
4. Klien sering terbangun
2 Data Subjektif : Peningkatan Perfusi perifer
Klien mengeluh nyeri kepala tekanan darah tidak efektif
Data Objektif :
1. Pengisian kapiler > 3 detik
2. Akral teraba dingin
3. Warna kulit pucat
Turgor kulit menurun
3 Data Subjektif : Kelemahan Intoleransi
Klien mengeluh lelah Aktifitas
Data Objektif :
1. KU lemah
2. Klien berjalan dibantu
keluarga
3. Klien tampak tidak nyaman
setelah beraktivitas
4. Klien tampak dispnea
52

saat/setelah aktivitas
5. Warna kulit pucat

4 Data Subjektif : Peningkatan Nyeri akut


Klien mengeluh nyeri kepala tekanan vaskuler
bagian depan serebral dan
Data Objektif : iskemia
1. Frekuensi nadi
meningkat
2. Nadi 100 x/menit
3. Klien tampak meringis
4. Sulit tidur
5. Tekanan darah
meningkat
6. TD : 190/100 MmHg
5 Data Subjektif : Perubahan Penurunan curah
Klien mengeluh sesak nafas frekuensi jantung
Data Objektif : jantung
1. Klien tampak lelah
2. Tekanan darah
meningkat
3. CRT > 3 detik
4. Warna kulit pucat

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan Pola Tidur
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif
3. Intoleransi Aktifitas
4. Nyeri Akut
5. Penurunan Curah Jantung
53

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung dibuktikan dengan klien mengeluh sesak nafas, klien tampak lelah,
tekanan darah meningkat, CRT > 3 detik dan warna kulit pucat.
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah dibuktikan dengan adanya klien mengeluh nyeri pada kepala, KU
lemah, Pengisian kapiler > 3detik, Akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun, dan ada bunyi nafas tambahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia dibuktikan dengan klien mengatakan nyeri kepala bagian
depan, frekwensi nadi meningkat, Nadi 100 x/menit, klien sulit tidur,
Tekanan darah meningkat, TD 190/100 MmHg, klien tampak meringis,
dan klien tampak memegangi kepala.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena
kurang kontrol tidur dibuktikan dengan adanya keluhan klien sulit untuk
tidur, KU lemah, Klien tampak pucat, waktu istirahat / tidur 4 Jam/ hari,
klien tampak susah tidur atau tidak puas tidur, dan klien sering terbangun.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
Klien mengeluh lelah, klien merasa lemah, klien berjalan dibantu keluarga,
klien tampak tidak nyaman setelah beraktivitas, Klien tampak dispnea
saat/ setelah aktivitas, dan warna kulit pucat.
54

Tabel 3.5
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal : 14 April 2020 NO RM : 189597


Ruangan : PDL 1/ III Nama : Tn. “J”
Diagnosa medis : Hipertensi Tanggal lahir : 01071951
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Intervensi Manajemen nyeri
peningkatan tekanan vaskuler Keperawatan selama 3 x 24 Tindakan
serebral dan iskemia dibuktikan jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :
dengan : menurun 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Data Subjektif : Kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
Klien mengeluh nyeri kepala 1.Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
bagian depan 2. Meringis menurun Terapeutik :
Data Objektif : 3.Sikap protektif menurun Berikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi
1. Frekuensi nadi meningkat 4. Gelisah menurun rasa nyeri (misal, terapi music, terapi pijat, aroma
2. Nadi 100 x/menit 5.Kesulitan tidur menurun terapi, kompres hangat / dingin).
3. Klien tampak meringis Edukasi :
55

4. Sulit tidur Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


5. Tekanan darah meningkat Kolaborasi :
6. TD : 190/100 MmHg Kolaborasi pemberian obat, bila perlu

2 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan Intervensi Perawatan sirkulasi


berhubungan dengan peningkatan Keperawatan selama 3 x 24 Tindakan
tekanan darah dibuktikan dengan : jam diharapkan Perfusi perifer Observasi :
Data Subjektif : meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (mis.nadi perifer, edema,
Klien mengeluh nyeri kepala Kriteria hasil : pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
Data Objektif : 1.Pengisian kapiler membaik 2.Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi
1. Pengisian kapiler > 3 detik 2. Akral membaik (mis.diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
2. Akral teraba dingin 3. Warna kulit pucat menurun kolesterol tinggi)
3. Warna kulit pucat 4.Turgor kulit membaik Edukasi :
4. Turgor kulit menurun 1.Anjurkan berhenti merokok
2.Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol jika perlu
3. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah
secara teratur

3 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Intervensi Perawatan Jantung


56

berhubungan dengan perubahan Keperawatan selama 3 x 24 Tindakan


frekuensi jantung dibuktikan jam diharapkan Curah Jantung Observasi :
dengan : meningkat 1. Identifikasi tanda / gejala primer penurunan curah
Data Subjektif : Kriteria hasil : jantung (meliputi : dispnea)
Klien mengeluh sesak nafas 1. Lelah menurun 2. Identifikasi tanda / gejala sekunder penurunan curah
Data Objektif : 2. Pucat menurun jantung (meliputi : peningkatan berat badan,
1. Klien tampak lelah 3.Tekanan darah membaik hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
2. Tekanan darah meningkat basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. CRT > 3 detik 3.Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
4. Warna kulit pucat ortostatik jika perlu)
4. Monitor intake dan output cairan
5.Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang
sama
6.Monitor keluhan nyeri dada, (misal, intensitas,
lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi
nyeri)
7.Monitor EKG 12 sadapan
Terapeutik :
1.Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
57

oksigen > 94 %
Edukasi :
Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

4 Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan intervensi Dukungan tidur


dengan hambatan lingkungan keperawatan selama 3 x 24 jam Tindakan
karena kurang kontrol tidur maka Pola tidur membaik Observasi :
dibuktikan dengan : dengan kriteria hasil : 1.Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan atau
Data Subjektif : 1.Keluhan sulit tidur menurun psikologis)
Klien mengeluh sulit untuk tidur 2.Keluhan sering terjaga Terapeutik :
Data Objektif : menurun 1.Modifikasi lingkungan (misal pencahayaan,
1. Klien tampak pucat 3.Keluhan tidak puas tidur kebisingan, suhu,matras,dan tempat tidur)
2. Waktu istirahat/ tidur : 4 menurun 2.Tetapkan jadwal tidur rutin
jam/hari, 4.Keluhan pola tidur berubah 3.Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
3. Klien tampak susah tidur atau menurun (misal pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
tidak puas tidur 5.Keluhan istirahat tidak cukup Edukasi :
4. Klien sering terbangun menurun 1.Jelaskan pentingnya tidur ketika sakit
58

2.Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

5 Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen energy


dengan kelemahan dibuktikan keperawatan selama 3 x 24 jam Tindakan
dengan : maka toleransi aktivitas Observasi :
Data Subjektif : meningkat, 1.Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Klien mengeluh lelah Kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
Data Objektif : 1.Keluhan lelah menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. KU lemah 2.Dispnoe saat aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Klien berjalan dibantu menurun 4.Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
keluarga 3.Dispnoe setelah aktivitas melakukan aktivitas
3. Klien tampak tidak nyaman menurun Terapeutik :
setelah beraktivitas 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
4. Klien tampak dispnea (misal : cahaya, suara, kunjungan)
saat/setelah aktivitas 2. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
5. Warna kulit pucat berpindah atau berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
2. Anjurkan menghubungi perawat bila tanda dan
59

gejala kelelahan tidak berkurang


Kolaborasi :
1.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
60

Tabel 3.6
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 15 April 2020 NO RM : 189597


Ruangan : PDL 1/ III Nama : Tn. “J”
Diagnosa medis : Hipertensi Tanggal lahir : 01071951

Nomor Jam Diagnosa Jam Implementasi Jam Evaluasi Nama &


Diagnosa Keperawatan Keperawatan Tanda
tangan
Perawat

1 08.00 Nyeri akut berhubungan Manajemen nyeri 10.00 S : Klien mengeluh Parida
dengan peningkatan Tindakan nyeri kepala bagian
tekanan vaskuler Observasi : depan
08.00
serebral dan iskemia 1.Mengidentifikasi lokasi, O:
dibuktikan dengan : karakteristik, durasi, 1. Frekuensi nadi
Data Subjektif : frekuensi, kualitas, meningkat
Klien mengeluh nyeri intensitas nyeri 2. Nadi 100
61

kepala bagian depan 2.Mengidentifikasi skala x/menit


nyeri 3. Klien tampak
Data Objektif : Terapeutik : meringis
Memberikan tekhnik non
1. Frekuensi nadi 08.10 4. Sulit tidur
farmakologis untuk
meningkat 5. Tekanan darah
mengurangi rasa nyeri
2. Nadi 100 meningkat
(misal, terapi music, terapi
x/menit 6. TD : 190/100
pijat, aroma terapi, kompres
3. Klien tampak MmHg
hangat / dingin).
meringis A : Masalah belum
Edukasi :
4. Sulit tidur teratasi
Menjelaskan penyebab,
5. Tekanan darah 08.20 P : Intervensi
periode dan pemicu nyeri
meningkat dilanjutkan
Kolaborasi :
6. TD : 190/100
Berkolaborasi pemberian
MmHg 08.25
obat, bila perlu

2 08.00 Perfusi perifer tidak 08.30 Perawatan sirkulasi 10.30 S : Klien mengeluh Parida
efektif berhubungan Tindakan nyeri kepala
dengan peningkatan 08.30 Observasi : O:
tekanan darah 1.Memeriksa sirkulasi
1. Pengisian
62

dibuktikan dengan : perifer (misal nadi perifer, kapiler > 3


edema, pengisian kapiler, detik
Data Subjektif : warna, suhu, ankle-brachial 2. Akral teraba
Klien mengeluh nyeri index) dingin
kepala 2.Mengidentifikasi faktor 3. Warna kulit
Data Objektif : risiko gangguan sirkulasi pucat
1. Pengisian kapiler > (mis.diabetes, perokok, 4. Turgor kulit
3 detik orang tua, hipertensi dan menurun
2. Akral teraba dingin kadar kolesterol tinggi) A : Masalah belum
3. Warna kulit pucat 08.35 Edukasi : teratasi
4. Turgor kulit 1.Menganjurkan berhenti P : Intervensi
menurun merokok dilanjutkan
2.Menganjurkan
menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol jika
perlu
3.Menganjurkan minum
obat pengontrol tekanan
63

darah secara teratur

3 08.00 Penurunan curah 08.40 Perawatan Jantung 10. 45 S : Klien mengeluh Parida
jantung berhubungan Tindakan sesak nafas
dengan perubahan 08.40 Observasi : O:
frekuensi jantung 1. Mengidentifikasi tanda /
1. Klien tampak
dibuktikan dengan : gejala primer penurunan
lelah
Data Subjektif : curah jantung (meliputi :
2. Tekanan darah
Klien mengeluh sesak dispnea)
meningkat
nafas 2. Mengidentifikasi tanda /
3. CRT > 3 detik
Data Objektif : gejala sekunder penurunan
4. Warna kulit
1. Klien tampak curah jantung (meliputi :
pucat
lelah peningkatan berat badan,
A : Masalah belum
2. Tekanan darah hepatomegali,distensi vena
teratasi
meningkat jugularis, palpitasi, ronkhi
P : Intervensi
3. CRT > 3 detik basah, oliguria, batuk, kulit
dilanjutkan
4. Warna kulit pucat)
pucat 3.Memonitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
64

ortostatik jika perlu)


4.Memonitor intake dan
output cairan
5.Memonitor berat badan
setiap hari pada waktu yang
sama
6.Memonitor keluhan nyeri
dada, (misal, intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi
nyeri)
7.Memonitor EKG 12
sadapan
Terapeutik :
1.Memberikan oksigen
untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 94 %
08.45 Edukasi :
Menganjurkan beraktifitas
65

fisik secara bertahap


08.50 Kolaborasi :
Berkolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

4 08.00 Gangguan pola tidur 09.00 Dukungan tidur 11.00 S : Klien mengeluh Parida
berhubungan dengan Tindakan sulit untuk tidur
hambatan lingkungan 09.00 Observasi : O:
karena kurang kontrol 1.Mengidentifikasi faktor
1. Klien tampak
tidur dibuktikan dengan pengganggu tidur (fisik dan
pucat
: atau psikologis)
2. Waktu istirahat/
Data Subjektif : 09.10 Terapeutik :
tidur : 4 jam/hari,
Klien mengeluh sulit 1.Memodifikasi lingkungan
3. Klien tampak
untuk tidur (misal pencahayaan,
susah tidur atau
Data Objektif : kebisingan, suhu,matras,dan
tidak puas tidur
1. Klien tampak pucat tempat tidur)
4. Klien sering
2. Waktu istirahat/ 2.Menetapkan jadwal tidur
terbangun
tidur : 4 jam/hari, rutin
A : Masalah belum
3. Klien tampak susah 3.Melakukan prosedur teratasi
66

tidur atau tidak puas untuk meningkatkan


tidur kenyamanan (misal pijat, P : Pantau tanda vital

4. Klien sering pengaturan posisi, terapi dan kesadaran serta

terbangun akupresur) delegasikan ke

09.15 Edukasi : perawat jaga

1.Menjelaskan pentingnya
tidur ketika sakit
2.Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
5 08.00 Intoleransi aktifitas 09.20 Manajemen energy 11.30 S : Klien mengeluh Parida
berhubungan dengan Tindakan lelah
kelemahan dibuktikan 09.20 Observasi : O:
dengan : 1.Mengidentifikasi 1. KU lemah
Data Subjektif : gangguan fungsi tubuh yang 2. Klien berjalan
Klien mengeluh lelah mengakibatkan kelelahan dibantu keluarga
Data Objektif : 2.Memonitor kelelahan fisik 3. Klien tampak tidak
1. KU lemah dan emosional nyaman setelah
2. Klien berjalan 3.Memonitor pola dan jam beraktivitas
dibantu keluarga tidur 4. Klien tampak
67

3. Klien tampak tidak 4.Memonitor lokasi dan dispnea


nyaman setelah ketidaknyamanan selama saat/setelah
beraktivitas melakukan aktivitas aktivitas
4. Klien tampak 09.25 Terapeutik : 5. Warna kulit pucat
dispnea saat/setelah 1.Menyediakan lingkungan A : Masalah belum
aktivitas nyaman dan rendah stimulus teratasi
5. Warna kulit pucat (misal : cahaya, suara, P : Intervensi
kunjungan) dilanjutkan
2.Memfasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
09.30 Edukasi :
1.Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
2.Menganjurkan
menghubungi perawat bila
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
68

09.35
Kolaborasi :
1.Berkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
69

Tabel 3.7
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 16 April 2020 NO RM : 189597


Ruangan : PDL 1/ III Nama : Tn. “J”
Diagnosa medis : Hipertensi Tanggal lahir : 01071951

Nomor Jam Diagnosa Jam Implementasi Jam Evaluasi Nama &


Diagnosa Keperawatan Keperawatan Tanda
tangan
Perawat

1 08.00 Nyeri akut berhubungan 08.00 Manajemen nyeri 10.00 S : Klien mengatakan Parida
dengan peningkatan Tindakan nyeri kepala bagian
tekanan vaskuler Observasi : depan sudah sedikit
serebral dan iskemia 08.00 1.Mengidentifikasi lokasi, berkurang
dibuktikan dengan : karakteristik, durasi, O:
Data Subjektif : frekuensi, kualitas, 1. Frekuensi nadi
70

Klien mengeluh nyeri intensitas nyeri mulai menurun


kepala bagian depan 2.Mengidentifikasi skala 2. Nadi 90
nyeri x/menit
Data Objektif : Terapeutik : 3. Klien tampak
08.10 Memberikan tekhnik non
1. Frekuensi nadi meringis
farmakologis untuk
meningkat 4. Sulit tidur
mengurangi rasa nyeri
2. Nadi 100 5. Tekanan darah
(misal, terapi music, terapi
x/menit meningkat
pijat, aroma terapi, kompres
3. Klien tampak 6. TD : 180/100
hangat / dingin).
meringis MmHg
Edukasi :
4. Sulit tidur A : Masalah teratasi
Menjelaskan penyebab,
5. Tekanan darah 08.20 sebagian
periode dan pemicu nyeri
meningkat P : Intervensi
Kolaborasi :
6. TD : 190/100 dilanjutkan
08.25 Berkolaborasi pemberian
MmHg
obat, bila perlu

2 08.00 Perfusi perifer tidak 08.30 Perawatan sirkulasi 10.30 S : Klien mengeluh Parida
efektif berhubungan Tindakan nyeri kepala sudah
dengan peningkatan 08.30 Observasi : mulai berkurang
71

tekanan darah 1.Memeriksa sirkulasi O:


dibuktikan dengan : perifer (misal nadi perifer,
1. Pengisian
Data Subjektif : edema, pengisian kapiler,
kapiler > 3
Klien mengeluh nyeri warna, suhu, ankle-brachial
detik
kepala index)
2. Akral teraba
Data Objektif : 2.Mengidentifikasi faktor
hangat
1. Pengisian kapiler > risiko gangguan sirkulasi
3. Warna kulit
3 detik (mis.diabetes, perokok,
tidak pucat
2. Akral teraba dingin orang tua, hipertensi dan
4. Turgor kulit
3. Warna kulit pucat kadar kolesterol tinggi)
meningkat
4. Turgor kulit 08.35 Edukasi :
A : Masalah teratasi
menurun 1.Menganjurkan berhenti
sebagian
merokok
P : Intervensi
2.Menganjurkan
dilanjutkan
menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol jika
perlu
3.Menganjurkan minum
72

obat pengontrol tekanan


darah secara teratur
3 08.00 Penurunan curah 08.40 Perawatan Jantung 10. 45 S : Klien mengatakan Parida
jantung berhubungan Tindakan sesak nafas sudah
dengan perubahan 08.40 Observasi : hilang
frekuensi jantung 1. Mengidentifikasi tanda / O:
dibuktikan dengan : gejala primer penurunan
1. Lelah tidak
Data Subjektif : curah jantung (meliputi :
lagi
Klien mengeluh sesak dispnea)
2. Tekanan darah
nafas 2. Mengidentifikasi tanda /
mulai menurun
Data Objektif : gejala sekunder penurunan
3. CRT > 3 detik
1. Klien tampak curah jantung (meliputi :
4. Warna kulit
lelah peningkatan berat badan,
pucat mulai
2. Tekanan darah hepatomegali,distensi vena
berkurang
meningkat jugularis, palpitasi, ronkhi
A : Masalah teratasi
3. CRT > 3 detik basah, oliguria, batuk, kulit
P : Intervensi
4. Warna kulit pucat)
dihentikan
pucat 3.Memonitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
73

ortostatik jika perlu)


4.Memonitor intake dan
output cairan
5.Memonitor berat badan
setiap hari pada waktu yang
sama
6.Memonitor keluhan nyeri
dada, (misal, intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi
nyeri)
7.Memonitor EKG 12
sadapan
Terapeutik :
1.Memberikan oksigen
untuk mempertahankan
08.45 saturasi oksigen > 94 %
Edukasi :
Menganjurkan beraktifitas
74

fisik secara bertahap


08.50 Kolaborasi :
Berkolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
08.55
4 08.00 Gangguan pola tidur 09.00 Dukungan tidur 11.00 S : Klien mengatakan Parida
berhubungan dengan Tindakan sudah bisa tidur
hambatan lingkungan 09.00 Observasi : walaupun sesekali
karena kurang kontrol 1.Mengidentifikasi faktor masih terjaga
tidur dibuktikan dengan pengganggu tidur (fisik dan O:
: atau psikologis)
1. Pucat mulai
Data Subjektif : 09.10 Terapeutik :
berkurang
Klien mengeluh sulit 1.Memodifikasi lingkungan
2. Waktu
untuk tidur (misal pencahayaan,
istirahat/
Data Objektif : kebisingan, suhu,matras,dan
tidur : 5
1. Klien tampak pucat tempat tidur)
jam/hari,
2. Waktu istirahat/ 2.Menetapkan jadwal tidur
3. Klien tampak
tidur : 4 jam/hari, rutin
tidur nyenyak
3. Klien tampak susah 3.Melakukan prosedur
4. Klien jarang
75

tidur atau tidak puas untuk meningkatkan terbangun


tidur kenyamanan (misal pijat, A : Masalah teratasi
4. Klien sering pengaturan posisi, terapi sebagian
terbangun akupresur) P : Intervensi
09.15 Edukasi : dilanjutkan
1.Menjelaskan pentingnya
tidur ketika sakit
2.Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
5 08.00 Intoleransi aktifitas 09.20 Manajemen energy 11.30 S : Klien mengatakan Parida
berhubungan dengan Tindakan lelah sudah berkurang
kelemahan dibuktikan 09.20 Observasi : O:
dengan : 1.Mengidentifikasi 1. KU baik
Data Subjektif : gangguan fungsi tubuh yang 2. Klien sudah bisa
Klien mengeluh lelah mengakibatkan kelelahan berjalan sedikit
Data Objektif : 2.Memonitor kelelahan fisik tanpa dibantu
1. KU lemah dan emosional keluarga
2. Klien berjalan 3.Memonitor pola dan jam 3. Klien mulai
dibantu keluarga tidur nyaman setelah
76

3. Klien tampak tidak 4.Memonitor lokasi dan beraktivitas


nyaman setelah ketidaknyamanan selama 4. Dispnea
beraktivitas melakukan aktivitas saat/setelah
4. Klien tampak 09.25 Terapeutik : aktivitas mulai
dispnea saat/setelah 1.Menyediakan lingkungan berkurang
aktivitas nyaman dan rendah stimulus 5. Warna kulit pucat
5. Warna kulit pucat (misal : cahaya, suara, sudah berkurang
kunjungan) A : Masalah teratasi
2.Memfasilitasi duduk di sebagian
sisi tempat tidur, jika tidak P : Intervensi
dapat berpindah atau dilanjutkan
berjalan
09.30 Edukasi :
1.Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
2.Menganjurkan
menghubungi perawat bila
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
77

09.35
Kolaborasi :
1.Berkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Tabel 3.8
CATATAN PERKEMBANGAN
78

Tanggal : 17 April 2020 NO RM : 189597


Ruangan : PDL 1/ III Nama : Tn. “J”
Diagnosa medis : Hipertensi Tanggal lahir : 01071951

Nomor Jam Diagnosa Jam Implementasi Jam Evaluasi Nama &


Diagnosa Keperawatan Keperawatan Tanda
tangan
Perawat

1 08.00 Nyeri akut berhubungan 08.00 Manajemen nyeri 10.00 S : Klien mengatakan Parida
dengan peningkatan Tindakan nyeri kepala bagian
tekanan vaskuler Observasi : depan sudah hilang
08.00
serebral dan iskemia 1.Mengidentifikasi lokasi, O:
dibuktikan dengan : karakteristik, durasi, 1. Frekuensi nadi
Data Subjektif : frekuensi, kualitas, mulai menurun
Klien mengeluh nyeri intensitas nyeri 2. Nadi 80
kepala bagian depan 2.Mengidentifikasi skala x/menit
nyeri 3. Klien tidak
Data Objektif : Terapeutik : lagi meringis
79

1. Frekuensi nadi Memberikan tekhnik non 4. Klien tidak


meningkat 08.10 farmakologis untuk lagi sulit tidur
2. Nadi 100 mengurangi rasa nyeri 5. Tekanan darah
x/menit (misal, terapi music, terapi menurun
3. Klien tampak pijat, aroma terapi, kompres 6. TD : 150/100
meringis hangat / dingin). MmHg
4. Sulit tidur Edukasi : A : Masalah teratasi
5. Tekanan darah 08.20 Menjelaskan penyebab, P : Intervensi
meningkat periode dan pemicu nyeri dihentikan, anjurkan
6. TD : 190/100 Kolaborasi : istirahat
MmHg 08.25 Berkolaborasi pemberian
obat, bila perlu

2 08.00 Perfusi perifer tidak 08.30 Perawatan sirkulasi 10.30 S : Klien mengatakan Parida
efektif berhubungan Tindakan nyeri kepala sudah
dengan peningkatan 08.30 Observasi : hilang
tekanan darah 1.Memeriksa sirkulasi O:
dibuktikan dengan : perifer (misal nadi perifer,
1. Pengisian
Data Subjektif : edema, pengisian kapiler,
kapiler > 3
Klien mengeluh nyeri warna, suhu, ankle-brachial
detik
80

kepala index) 2. Akral teraba


Data Objektif : 2.Mengidentifikasi faktor hangat
1. Pengisian kapiler > risiko gangguan sirkulasi 3. Warna kulit
3 detik (mis.diabetes, perokok, tidak pucat
2. Akral teraba dingin orang tua, hipertensi dan 4. Turgor kulit
3. Warna kulit pucat kadar kolesterol tinggi) elastis
4. Turgor kulit 08.35 Edukasi : A : Masalah teratasi
menurun 1.Menganjurkan berhenti P : Intervensi
merokok dihentikan
2.Menganjurkan
Anjurkan istirahat
menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol jika
perlu
3.Menganjurkan minum
obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
81

3 08.00 Gangguan pola tidur 09.00 Dukungan tidur 11.00 S : Klien mengatakan Parida
berhubungan dengan Tindakan sudah bisa tidur
hambatan lingkungan 09.00 Observasi : nyenyak
karena kurang kontrol 1.Mengidentifikasi faktor
tidur dibuktikan dengan pengganggu tidur (fisik dan O:
: atau psikologis)
1. Klien tidak lagi
Data Subjektif : 09.10 Terapeutik :
pucat
Klien mengeluh sulit 1.Memodifikasi lingkungan
2. Tidur sudah
untuk tidur (misal pencahayaan,
nyenyak
Data Objektif : kebisingan, suhu,matras,dan
1. Klien tampak pucat tempat tidur) A : Masalah teratasi
2. Waktu istirahat/ 2.Menetapkan jadwal tidur
P : Intervensi
tidur : 4 jam/hari, rutin
dihentikan
3. Klien tampak susah 3.Melakukan prosedur
Anjurkan istirahat
tidur atau tidak puas untuk meningkatkan
tidur kenyamanan (misal pijat,
4. Klien sering pengaturan posisi, terapi
terbangun akupresur)
09.15 Edukasi :
82

1.Menjelaskan pentingnya
tidur ketika sakit
2.Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
4 08.00 Intoleransi aktifitas 09.20 Manajemen energy 11.30 S : Klien mengatakan Parida
berhubungan dengan Tindakan lelah sudah hilang
kelemahan dibuktikan 09.20 Observasi : O:
dengan : 1.Mengidentifikasi 1. KU baik
Data Subjektif : gangguan fungsi tubuh yang 2. Klien sudah bisa
Klien mengeluh lelah mengakibatkan kelelahan berjalan tanpa
Data Objektif : 2.Memonitor kelelahan fisik dibantu keluarga
1. KU lemah dan emosional 3. Klien nyaman
2. Klien berjalan 3.Memonitor pola dan jam setelah beraktivitas
dibantu keluarga tidur 4. Dispnea
3. Klien tampak tidak 4.Memonitor lokasi dan saat/setelah
nyaman setelah ketidaknyamanan selama aktivitas sudah
beraktivitas melakukan aktivitas tidak lagi
4. Klien tampak 09.25 Terapeutik : 5. Warna kulit tidak
dispnea saat/setelah 1.Menyediakan lingkungan lagi pucat
83

aktivitas A : Masalah teratasi


nyaman dan rendah stimulus
5. Warna kulit pucat P : Intervensi
(misal : cahaya, suara,
dihentikan, anjurkan
kunjungan)
istirahat
2.Memfasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
09.30
Edukasi :
1.Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
2.Menganjurkan
menghubungi perawat bila
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
09.35
Kolaborasi :
1.Berkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
84

makanan
85

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pembahasan
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.“J“ dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam 1 Rumah
Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan maka pada bab ini
penulis membahas hal – hal yang mendukung dan menghambat proses
keperawatan sehingga menimbulkan kesenjangan yang terjadi dalam memberi
Asuhan Keperawatan yang dilakukan mulai dari pengkajian, diagnose
keperawatan, Intervensi keperawatan, implementasi keperawtan dan evaluasi
keperawatan.
a. Pengkajian
Pada saat pengkajian penulis dibantu oleh dokter, kepala ruangan, perawat
ruangan dan ahli gizi untuk mendapatkan data penunjang dan hasil laboratorium
Tn.“J“. Pada saat pengkajian langsung kepada pasien Tn.“J“ sangat kooperatif,
dan pada saat melakukan pemeriksaan fisik pasien mau bekerjasama saat ditanya
oleh penulis sehingga penulis mendapat banyak informasi tentang Tn.“J“ dan
penulis mendapat gambaran masalah apa saja yang mungkin timbul.
Menurut Marell, 2018 Hipertensi diartikan sebagai tekanan darah yang terus-
menerus diatas 140/90 Mmhg sebagai fluktuasi tekanan darah berlangsung antar
individu dan bisa terjadi oleh lingkungan dan anxietas, pada pemeriksaan fisik
yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang,
sedangkan data yang diperoleh penulis dari hasil pengkajian tanggal 15 April
2020 jam 09.00 WIB terdapat data kepala pusing, nyeri kepala, badan lemas,
mual, muntah 1 kali, penglihatan kabur, dan sesak nafas sudah tiga hari, dan klien
mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun sebelumnya .
Dari hasil pengkajian terdapat kesenjangan, data yang tidak ditemukan yaitu
tekanan darah yang terus-menerus diatas 140/90 Mmhg sebagai fluktuasi tekanan
darah berlangsung antar individu dan bisa terjadi oleh lingkungan dan anxietas, .
86

Penulis menemukan kesenjangan antara teoritis dan pada saat dilakukan


pengkajian, tidak ditemukan data – data yang mendukung.

b. Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler Hipertensi berdasarkan Asuhan
Keperawatan dalam Tim Pokja PPNI (2017) yakni :
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena
kurang kontrol tidur
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
6. Risiko cedera berhubungan dengan ketidaknormalan profil darah

Sedangkan pada saat pengkajian secara langsung pada Tn.“J“ penulis


mendapatkan kesenjangan antara yang ada diteori dan pada saat pengkajian.
Diagnosa keperawatan yang didapatkan penulis pada Tn.”J” pada saat pengkajian,
ada 5 diagnosa yang ada diteori yaitu :
A. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia, pada diagnosa tersebut terdapat data yang mendukung karena
adanya keluhan nyeri kepala bagian depan, badan terasa lemas, nyeri
berputar – putar, lokasi nyeri dirasakan dibagian kepala, dengan nyeri
timbul saat beraktifitas, KU lemah, Skala nyeri 4 (skala sedang), klien
tampak meringis, dan klien tampak memegangi kepala.
B. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah, pada diagnosa tersebut terdapat data yang mendukung karena
87

adanya keluhan nyeri pada kepala, KU lemah, Akral teraba dingin, warna
kulit pucat, turgor kulit menurun, dan ada bunyi nafas tambahan.
C. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung, pada diagnosa tersebut terdapat data yang mendukung karena
adanya keluhan lelah, sesak nafas, klien tampak cemas dan gelisah, KU
lemah, dan warna kulit pucat.
D. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena
kurang kontrol tidur, pada diagnosa tersebut terdapat data yang
mendukung karena adanya keluhan klien sulit untuk tidur semenjak
dirawat di Rs, sering terjaga disaat tidur, tidak puas tidur, keluhan
istirahatnya tidak cukup.
E. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, pada diagnosa tersebut terdapat data yang
mendukung karena adanya keluhan tidak mampu berjalan sendiri, jika
ingin berjalan atau beraktifitas seperti berputar – putar rasa ingin jatuh,
KU lemah, klien berjalan dibantu keluarga, frekwensi jantung meningkat,
dyspnea, dan warna kulit pucat.

c. Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan pada Tn.”J” penulis menyusun beberapa
rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien. Perencanaan ini disusun dengan tujuan agar tindakan
keperawatan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan.
Dari hasil pengkajian, observasi dan pengamatan penulis menegakkan 5
diagnosa agar masalah keperawatan dapat diatasi, penulis membuat rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.
A. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia. Menurut intervensi secara teoritis ada 10 perencanaan untuk
mengatasi nyeri akut namun penulis hanya mengambil 5 perencanaan yaitu
observasi : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, Terapeutik : berikan tekhnik non
88

farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal, terapi music, terapi


pijat, aroma terapi, kompres hangat / dingin), Edukasi : jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri, , Kolaborasi : kolaborasi pemberian obat, bila
perlu

B. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan


darah. Menurut intervensi ada 7 perencanaan namun penulis hanya
mengambil 5 perencanaan yaitu observasi : Periksa sirkulasi perifer (misal
nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index),
identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis.diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi), Edukasi : anjurkan berhenti
merokok, anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol jika perlu, anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah secara teratur.

C. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi


jantung. Menurut intervensi secara teoritis ada 19 perencanaan untuk
mengatasi Penurunan curah jantung namun penulis hanya mengambil 10
perencanaan yaitu observasi : identifikasi tanda / gejala primer penurunan
curah jantung (meliputi : dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP), identifikasi tanda / gejala sekunder
penurunan curah jantung (meliputi : peningkatan berat badan,
hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat), monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
ortostatik jika perlu), monitor intake dan output cairan, monitor berat
badan setiap hari pada waktu yang sama, monitor keluhan nyeri dada,
(misal, intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi
nyeri), monitor EKG 12 sadapan, Terapeutik : berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen > 94 %, Edukasi : anjurkan beraktifitas
fisik secara bertahap, Kolaborasi : kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
89

D. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena


kurang kontrol tidur, menurut intervensi teoritis ada 8 perencanaan untuk
mengatasi gangguan pola tidur namun penulis hanya mengambil 6
perencanaan yaitu observasi : identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
dan atau psikologis), Terapeutik : modifikasi lingkungan (misal
pencahayaan, kebisingan, suhu,matras,dan tempat tidur), tetapkan jadwal
tidur rutin, lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (misal
pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur), Edukasi : jelaskan pentingnya
tidur ketika sakit, anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

E. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen. Menurut intervensi secara teoritis ada 13
perencanaan untuk mengatasi intoleransi aktifitas namun penulis hanya
mengambil 9 perencanaan yaitu observasi : identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan kelelahan, monitor kelelahan fisik dan
emosional, monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, Terapeutik : sediakan
lingkungan nyaman dan rendah stimulus (misal : cahaya, suara,
kunjungan), fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan, Edukasi : anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap,
anjurkan menghubungi perawat bila tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang, Kolaborasi : kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.

d. Implementasi Keperawatan
Setelah membuat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien Tn.”J”, penulis meakukan tindakan secara nyata kepada
pasien dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan, dan tercapai
kesembuhan pasien dengan Implementasi keperawatan yaitu :
90

A. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


dan iskemia, dibuktikan dengan klien mengatakan nyeri kepala bagian
depan, frekwensi nadi meningkat, Nadi 100 x/menit, klien sulit tidur,
Tekanan darah meningkat, TD 190/100 MmHg, klien tampak meringis,
dan klien tampak memegangi kepala, tindakan yang dilakukan pada
tanggal 15 April 2020 jam 08.00 WIB yaitu observasi : mengidentifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, Terapeutik : memberikan tekhnik non
farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat / dingin), Edukasi : menjelaskan
penyebab, periode dan pemicu nyeri, , Kolaborasi : berkolaborasi
pemberian obat, bila perlu

B. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan


darah. dibuktikan dengan adanya klien mengeluh nyeri pada kepala, KU
lemah, Pengisian kapiler > 3detik, Akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun, dan ada bunyi nafas tambahan, tindakan yang
dilakukan pada tanggal 15 April 2020 jam 08.00 WIB yaitu, observasi :
memeriksa sirkulasi perifer (misal nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu, ankle-brachial index), mengidentifikasi faktor risiko
gangguan sirkulasi (mis.diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi), Edukasi : menganjurkan berhenti merokok,
menganjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol jika perlu, menganjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur.

C. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi


jantung. dibuktikan dengan klien mengeluh sesak nafas, klien tampak
lelah, tekanan darah meningkat, CRT > 3 detik dan warna kulit pucat ,
tindakan yang dilakukan pada tanggal 15 April 2020 jam 08.00 WIB yaitu
observasi : mengidentifikasi tanda / gejala primer penurunan curah jantung
91

(meliputi : dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal


dyspnea, peningkatan CVP), mengidentifikasi tanda / gejala sekunder
penurunan curah jantung (meliputi : peningkatan berat badan,
hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat), memonitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
ortostatik jika perlu), memonitor intake dan output cairan, memonitor
berat badan setiap hari pada waktu yang sama, memonitor keluhan nyeri
dada, (misal, intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi
nyeri), memonitor EKG 12 sadapan, Terapeutik : memberikan oksigen
untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94 %, Edukasi : menganjurkan
beraktifitas fisik secara bertahap.

D. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena


kurang kontrol tidur, dibuktikan dengan adanya keluhan klien sulit untuk
tidur, KU lemah, Klien tampak pucat, waktu istirahat / tidur 4 Jam/ hari,
klien tampak susah tidur atau tidak puas tidur, dan klien sering terbangun
, tindakan yang dilakukan pada tanggal 15 April 2020 jam 08.00 WIB
yaitu observasi : mengidentifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan atau
psikologis), Terapeutik : memodifikasi lingkungan (misal pencahayaan,
kebisingan, suhu,matras,dan tempat tidur), menetapkan jadwal tidur rutin,
melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (misal pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur), Edukasi : menjelaskan pentingnya
tidur ketika sakit, menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

E. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen. dibuktikan dengan Klien mengeluh lelah, klien
merasa lemah, klien berjalan dibantu keluarga, klien tampak tidak nyaman
setelah beraktivitas, Klien tampak dispnea saat/ setelah aktivitas, dan
warna kulit pucat , tindakan yang dilakukan pada tanggal 15 April 2020
jam 08.00 WIB yaitu observasi : mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan, memonitor kelelahan fisik dan emosional,
92

memonitor pola dan jam tidur, memonitor lokasi dan ketidaknyamanan


selama melakukan aktivitas, Terapeutik : menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus (misal : cahaya, suara, kunjungan),
memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan, Edukasi : menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap,
menganjurkan menghubungi perawat bila tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang, Kolaborasi : berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
93

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menggunakan teori mengenai hipertensi, penulis melakukan
asuhan keperawatan pada klien Tn.”J” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam 1 Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam
Provinsi Sumatera Selatan, maka dengan ini penulis menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada klien Tn.”J” tidak ditemukan kesenjangan yang
signifikan antara data yang didapat dengan teori, tetapi hanya beberapa yang
timbul akibat hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang didapatkan penulis melalui pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn.”J” yaitu nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral dan iskemia, perfusi perifer tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan tekanan darah, penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan frekuensi jantung, gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan karena kurang kontrol tidur, intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi
Perencanaan asuhan keperawatan pada klien Tn.”J” disesuaikan dengan teori
yang mana mempertimbangkan fasilitas, sarana, serta kondisi yang disesuaikan
dengan keadaan pasien.
4. Implementasi
Pada implementasi keperawatan pada klien Tn.”J” dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler Hipertensi dilakukan penulis berdasarkan rencana yang telah
disusun.
94

5. Evaluasi
Evaluasi dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan kepada Tn.”J”
cukup baik, semua masalah yang timbul dapat teratasi sesuai dengan rencana
tindakan yang dilaksanakan seperti nyeri akut menurun, Perfusi perifer tidak
efektif kembali stabil, keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk
mempertahankan jaringan meningkat, keadekuatan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh meningkat, pada gangguan pola
tidur, keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur membaik, pada Intoleransi aktifitas,
respons fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga meningkat, klien
dirawat selama tiga hari, dan klien dalam keadaan baik.

B. Saran
Untuk mendapatkan perbaikan dimasa sekarang dan masa yang akan datang,
maka penulis ingin memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Bagi Rumah Sakit Besemah Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera
Selatan
Diharapkan semoga dapat meningkatkan kwalitas sumber daya manusianya
khususnya perawat yang ada melalui pendikan formal berkelanjutan,
workshop dan seminar.
2. Bagi Akper Kesdam II Sriwijaya
Diharapkan Akper kesdam II Sriwijaya dapat meningkatkan mutu
pendidikannya sesuai dengan perkembangan ilmu saat ini.
3. Bagi mahasiswa
Hasil asuhan keperawatan komprehensif ini diharapkan dapat menjadi
rujukan bagi penulis selanjutnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada
kasus Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi sehingga dapat tercapai
hasil yang optimal dengan selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan.

Anda mungkin juga menyukai