Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA PADA SISTEM HEMATOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Lab Klinik Keperawatan Medikal Bedah

DOSEN PEMBIMBING :

PATIMAH S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :

NURMIATI

(70300117002)

KEPERAWATAN A
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2020
BAB I

LAPORA N PENDAHULUAN

A. Definisi
Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin ( Hb) di dalam darah lebih
rendah dari nilai normal untuk kelompook orang menurut umur dan jenis kelamin, pada
wanita remaja hemoglobin normal adalah 12-15 g/dl ( Andriani,2017)
World Health Organization ( WHO)(2017) menyebutkan anemia adalah suatu kondisi
jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
Kebutuhan fisiologis tubuh seseorang bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat
tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan.

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin
kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka  pria tersebut dikatakan
anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari
12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan  pencerminan keadaan suatu penyakit atau
akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di


bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan  penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan  beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002) Anemia adalah keadaan dimana
jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003
dalam kahar,2012 )

B. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient ( nutrisional anemia ), meliputi defisiensi besi, folicacid,
piridoksin, vitamin C, dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu


1) Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2) Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3) Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4) Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5) Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6) Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7) Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
8) Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
C. Patofisiologi

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah
suatu anemia pada pasien disebabkan oleh  penghancuran sel darah merah atau produksi
sel darah merah yang tidak mencukupi  biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara  pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

D. Tanda Dan Gejala

1) Lemah, letih, lesu dan lelah


2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3) Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4) Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
5) Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6) Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7) Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare

E. Komplikasi
 
Komplikasi umum akibat anemia adalah:

1.gagal jantung,
2.kejang.
3.Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4.Daya konsentrasi menurun
5.Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
 
F. Pemeriksaan Penunjang

1) 1.Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2) Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3) Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
 
G. Penatalaksanaan Medis
 Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:

1.Anemia aplastik:
a.Transplantasi sumsum tulang

  b.Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

2.Anemia pada penyakit ginjal


a.Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat  
b.Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3.Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga
Hb meningkat.

4.Anemia pada defisiensi besi


a.Dicari penyebab defisiensi besi
b.Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
 
5. Anemia megaloblastik

a.Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
c.Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

H. Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi (ADB) umumnya baik. Prognosis juga
bergantung pada penyakit penyerta dan komplikasi yang timbul.
Prognosis anemia defisiensi zat besi dalam kehamilan umumnya baik untuk ibu
dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan atau komplikasi
lain. Anemia berat yang di obati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus dan
dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan dan infeksi

 
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Lakukan pengkajian fisik
2) Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3) Observasi adanya manifestasi anemia
a.Manifestasi umum  
b.Kelemahan otot
c.Mudah lelah
d.Kulit pucat
4) Manifestasi system saraf pusat
a.Sakit kepala  
b.Pusing
c.Kunang-kunang
d.Peka rangsang
e.Proses berpikir lamba
f.Penurunan lapang pandang
g.Apatis
h.Depresi
5) Syok (anemia kehilangan darah)
a.Perfusi perifer buruh  
b.Kulit lembab dan dingin
c.Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
d.Peningkatan frekwensi jatung
 
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb
2) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3) Defisit perawatan diri b/d kelemahan
4) Resiko infeksi b/d ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan Hb)
5) Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
6) Keletihan b.d anemia

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRIETERIA HASIL
1. Perfusi perifer tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
penurunan konsentrasi Hb keperawatan selama …jam - Periksa perbedaan sensasi
perfusi perifer jaringan panas atau dingin
klien adekuat dengan - Monitor perubahan kulit
kriteria : Terapeutik:
 Membrane mukosa - Hindari pemakaian benda-
merah benda yang berlebihan
 Konjungtiva tidak suhunya (terlalu panas
anemis atau dingin)
 Akral hangat Edukasi:
 TTVdalam rentang - Anjurkan penggunaan
normal thermometer untuk
menguji suhu air
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
anelgesik, jika perlu
2. Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
ketidakmampuan keperawatan selama.. status - Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi nutrien nutrisi klien adekuat - Identifikasi alergi dan
dengan kriteria intoleransi makanan
 Mampu - Identifikasi makanan yang
mengidentifikasi disukai
kebutuhan nutrisi - Monitor asupan makanan
 Tidak ada tanda- - Monitor berat badan
tanda malnutrisi Terapeutik:
 Tidak terjadi - Berikan makanan tinggi
penuruan berat protein dan tinggi kalori
badan yang berarti - Sajikan makanan secara
 Membrane menarik dan suhu yang
konjungtiva dan sesuai
mokus tidak pucat - Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan posisi duduk jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan ahli
gizi, jika perlu
3. Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
kelemahan keperawatan selama.. jam - Identifikasi kebiasaan
kebutuhan mandiri klien aktifitas perawatan diri
terpenuhi dengan kriteria sesuai usia
 Klien terbebas dari - Monitor tingkat
bau badan kemandirian
 Menyatakan Terapeutik
kenyamanan - Sediakan lingkungan yang
terhadap terapeutik ( mis, suasana
kemampuan untuk hangat, rileks, privasi )
melakukan ADL - Siapkan keperluan pribadi
- Fasilitasi kemandirian
Edukasi:
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
4. Resiko infeksi b/d ketidak Setelah dilakukan tindakan Observasi:
adekuatan pertahanan tubuh keperawatan selama..jam - Monitor tanda dan gejala
sekunder (penurunan Hb) status imun klien infeksi local dan sistemik
meningkat dengan kriteria Terapeutik:
hasil - Cuci tangan sebelum dan
 Klien bebas dari sesudah kontak denga
tanda dan gejala orang lain
infeksi Edukasi:
 Menunjukkan - Jelaskan tanda dan gejala
kemampuan untuk infeksi
mencegah - Ajarkan cara mencuci
timbulnya infeksi tangan yang baik dan benar
 Menunjukkan - Ajarkan etika batuk
perilaku hidup sehat - Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
cairan
5. Intoleransi aktifitas b/d setelah dilakukan tindakan Observasi:
ketidakseimbangan antara keperawatan selama.. jam - Identifikasi gangguan
suplai dan kebutuhan oksigen. klien dapat beraktifitas fungsi tubuh yang
dengan kriteria mengakibatkan kelelahan
 Peningkatan - Monitor lokasi dan
toleransi aktivitas ketidaknyamanan selama
 Mengekspresikan melakukan aktivitas
pengertian Terapeutik:
pentingnya - Sediakan lingkungan
keseimbagan nyaman dan rendah
latiham dan istirahat stimulus
 Warna kulit - Fasilitasi duduk disisi
normal,hangat & tempat tidur
kering Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertah
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
6. Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama … - Identifikasi gangguan
keletihan klien teratasi fungsi tubuh yang
dengan kriteria: mengakibatkan kelelahan
 Kemampuan - Monitor lokasi dan
aktivitas adekuat ketidaknyamanan selama
 Mempertahankan melakukan aktivitas
nutrisi adekuat Terapeutik:
 Keseimbangan - Sediakan lingkungan
aktifitas dan nyaman dan rendah
istirahat stimulus
 Mempertahankan - Fasilitasi duduk disisi
kemampuan untuk tempat tidur
konsentrasi Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertah
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan
D. PENYIMPANGAN KDM

Defisiensi B12, Kegagalan produksi Destruksi SDM Perdarahan


asam folat, besi SDM oleh sumsum berlebih /hemofilia
tulang

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia

Suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan

Gangguan
Gastrointestinal Hipoksia SSP pefusi
jaringan

Penurunan kerja Mekanisme anaerob Reaksi antar saraf


GI berkurang

Peristaltik Kerja lambung ATP berkurang


menurun menurun Pusing
Resiki Cedera

Makanan sulit Asam lambung Kelahan


dicerna meningkat Energi untuk memberntuk
antibodi berkurang
Intoleransi
Konstipasi Anoreksia Aktivitas
Mual
Resiko Infeksi
Defisit
perawatan Diri
Ketidakseimbangan nutrisii
kurang dari kebutuuhan
tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Natalia.(2018). Kelainan Darah.Yogyakarta. Nuha Medika

Sandra. (2017). Gizi Anakdan Remaja. Depok: Rajawali Pers.

Setiawan.(2011). Faktor yang Berhubungan dengan Pencegahan Anemia Pada Remaja


Putri.Yokyakarta. Diakses pada 5 April 2019

Siska. (2017) .Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Pada Remaja Putri. Jakarta.
Diakses pada 26 April 2019

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Cetakan
I. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Cetakan
I. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai