Anda di halaman 1dari 96

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah

dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara

terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi merupakan

peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi sering kali disebut silent killer karena termasuk yang

mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai

peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu adalah sakit kepala

atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah lelah, penglihatan

kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia

termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus

meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini

salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak,

kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup

sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan

terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hid modern
2

serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi

(Anindya,2009).

Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan

menyebabkan komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan

dengan baik dapat menyebabkan komplikasi (Riskesdas,2013). Apabila hipertensi

tidak ditangani dengan tepat maka akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke,

infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal kronik dan retinopati (Nuraini, 2015).

Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972

juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini

kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta

pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada

dinegara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga

menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan

dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria

(29% ) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara

berkembang (Triyanto, 2014).

Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Prevelensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga

kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang

minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Penyakit

terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada

usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun.


3

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang

berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran serta menciptakan dan

mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2010). Keluarga sebagai unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup yang

sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit akan

menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia. Beberapa ahli

berpendapat bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya Hipertensi.

Oleh sebab itu pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus

dari peningkatan tekanan darah sangat disarankan agar terhindar dari keadaan

yang lebih parah (Harmoko, 2012).

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami

dan dilakukan, ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut

Friedman (1998) dalam Dion & Betan, (2013) yaitu :mengenal masalah dalam

kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakanyang tepat, memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit,mempertahankan atau

mengusahakan suasana rumah yang sehat,menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada di masyarakat. Tugaskeluarga tersebut harus selalu

dijalankan. Apabila salah satu atau beberapa diantara tugas tersebut tidak

dijalankan justru akan menimbulkan masalah kesehatan dalam keluarga.

Kasus Hipertensi di Puskesmas KANDIS dalam 2 tahun terakhir terus

meningkat dan menurut jenis kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan,
4

berdasarkan kelompok usia tertinggi selalu terjadi pada kelompok usia di atas

45 tahun. Tahun 2016 kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas KANDIS

mencapai 193 kasus dimana perempuan sebanyak 101 kasus dan laki-laki

sebanyak 92 kasus. Pada tahun 2017 kasus hipertensi di Puskesmas KANDIS

semakin meningkat yaitu sebesar 212 dengan kasus tertinggi pada perempuan

sebanyak 117 kasus dan terendah laki-laki sebanyak 95 kasus. Dari wawancara

yang dilakukan pada petugas Puskesmas KANDIS didapatkan bahwa penderita

hipertensi banyak yang tidak rutin mengontrol tekanan darah, memiliki

kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak sehat, jika kebiasaan tersebut tidak

diatasi maka akan memicu terjadi hipertensi dan berlanjut ke komplikasi

seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan. Keluarga

pada umumnya mengatasi hipertensi dengan beristrahat serta sedikitnya

langsung memeriksakan kondisi kesehatannya di Puskesmas (Profil Puskesmas

KANDIS Tahun 2018).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik mengambil

kasus Hipertensi pada keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas KANDIS Kabupaten SIAK

Tahun 2018”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah pelaksanaan Asuhan

Keperawatan Keluarga dengan hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Kandis ta-

hun 2019”
5

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif

pada keluarga dengan Hipertensi pada di Wilayah Kerja

Puskesmas KANDIS Kabupaten SIAK Tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keluarga dengan Hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas KANDIS Kabupaten SIAK Tahun

2019.

b. Penulis mampu melakukan diagnosa keluarga dengan Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas KANDIS Kabupaten SIAK Tahun 2019.

c. Penulis mampu merumuskan intervensi keperawatan keluarga

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas KANDIS

Kabupaten SIAK Tahun 2019.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas KANDIS

Kabupaten SIAK Tahun 2019.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas KANDIS Kabupaten

SIAK Tahun 2019.


6

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dalam

menerapkan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat

mengembangkan dan menambah wawasan peneliti.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat/Klien

Menambah pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam upaya

pencegahan, perawatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan

dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan informasi

/pengetahuan sebagai referensi perpustakan Poltekkes Kemenkes

Riau yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan

dan dasar untuk studi kasus selanjutnya.

c. Bagi Puskesmas

Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan “Asuhan

Keperawatan Keluarga dengan kasus Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas KANDIS Kabupaten SIAK”


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

2.1.1. Defenisi Hipertensi

Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit

dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik

diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang

tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri.

Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks

dan mengisi darah kembali.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung

dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus– menerus

lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol– arteriol

konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan

tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan

arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh

darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan

dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih

dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).


8

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi

2.1.2.1. Anatomi

Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler

(arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler adalah

menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan memompakan darah

dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi.

a. Jantung

Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan

berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-

paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut

apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya pada ruang

interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclavikularis,

sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak kekanan tepat nya pada

kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira

panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya sekitar 200 sampai

425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada perempuan sekitar 225 gram.

b. Pembuluh darah

Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen

dikelilinggi oleh dinding yang terdiri atas tiga lapisan :

1). Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan langsung

dengan darah. Terdiri atas lapisan dalam endotelium yang dikelilingi

berbagai jaringan ikat.


9

2). Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan

berbagai serat elastik.

3). Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat.

Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam pembuluh

darah yang membentuk sistem jalur-jalur tertutup :

a) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung.

1). Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabang-cabang

terdekatnya. Mengandung banyak jaringan ikat.

2). Arteri muskular bercabang dari arteri elastik dan mendistri-

busikan darah keberbagai bagian tubuh.

3). Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian besar

arteriol mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan jumlah

otot polos yang memadai pada tunika medika.

b). Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai

dinding sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada dinding

ini. Sebagian dindingnya hanya mengandung satu lapisan

endotelium.

c). Vena mengangkut darah kembali ke jantung.

1). Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori, tetapi

mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika media.

2).Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding

venula yang lebih besar berlapis tiga.


10

3). Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima dan

tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang berukuran

serupa.

2.1.2.2. Fisiologi

Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim

regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas

tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar

aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak

dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim

sirkulasi organ tersebut.

a. Darah

Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim

kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi

pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat

badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar 55% merupakan

plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai

dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler dapat berfungsi

sebagaimana mestinya.

b. Curah jantung

Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi

yang digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan

yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output)

pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut jantung


11

(heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung

orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan curah jantung

terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup.

c. Denyut jantung

Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut

jantung ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus

SA dan system purkinje. Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung

dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf

otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system saraf otonom

dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks

kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.

d. Tekanan vena

Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient,

ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg

pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan

menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri,

kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat

besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya

kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah tekanan

vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang

disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan

meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke

jantung.
12

e. Ruang jantung

1). Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai

tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi

sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru . darah

yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan

melalui vena cava superior, inferior dan sinus koronarius.

2). Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang

berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang

cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi

pulmunar merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan

resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari

ventrikel kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh

lebih ringan dari pada ventrikel kiri.

3). Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru

melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena

pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir

kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan

dalam atrium kiri (retrograde).

4). Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk

mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah

ke jaringan-jaringan perifer.
13

b. Katup jantung

1) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel,

mempunyaitiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis.

Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri

mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral.

2) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary dan

katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri

pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.

katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

2.1.3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat

klasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :

Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg

Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Sumber : Smeltzer, et al, 2012


14

Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah orang

dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasifikasi tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang De-

wasa

Kategori TD Sistolik TD diastolik (mmHg)

(mmHg)

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg

Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg

Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg

Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg

Sumber : Triyanto, 2014

2.1.4. Etiologi

2.1.4.1. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin

penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil

(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap

“ pada suatu saat dapat juga

terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang

menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi

primer atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang

berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart, 2015).

Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang berperan dalam


15

hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh

lingkungan seperti :stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang,

dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen

dalam hipertensi.

2.1.4.2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab

tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai

obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart, 2015).

Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder

diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,

kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,

hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan

kartikosteroid.

2.1.5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat

diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah

sebagai berikut :

a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah

1). Riwayat keluarga `

Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada

seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi

dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan

tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua
16

yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih

tinggi pada usia muda.

2). Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.

Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang

berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah

sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena merupakan

predictor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan

seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit

ginjal.

3). Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita

sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper

sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.

4). Etnis

Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam

tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar

rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap

vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.


17

b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah

1). Diabetes mellitus (DM)

Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien

diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan

menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.

2). Stress

Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung

serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah

permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang

menciptakan banyak stressor dan respon stress.

3). Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya

jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan

dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor-

faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga

meningkatkan resiko hipertensi.

4). Nutrisi

Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi

pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone

natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung

menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi

mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga

menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan

magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.


18

5). Penyalahgunaan obat

Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa

penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko

hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat

seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara

langsung.

2.1.6. Patofisiologi

Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung

dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah

perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika

terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi

perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika

terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem

yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor,

reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang

berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang

cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan

perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor.

Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang

merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis

ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga

mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun

lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan

penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah

kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran


19

darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam

bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena

gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan

darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Bustan 2007).

Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan

bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak

terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan

darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi

penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak

dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan

diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

2.1.7. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun

selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh

darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus )

(Brunner & Suddart, 2015).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri

koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai

hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban

kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang

menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban

kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
20

Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa

sebagian besar gejala klinis timbul :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah

akibat peningkatan tekana intracranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan

hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan

hipertensi.

f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiofaskuler)


21

g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan

vasikonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme

primer (penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal

dan atau adanya diabetes.

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan

adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan

untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.

k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko

terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin

dapat juga meningkat.

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;

deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau

feokromositoma.

p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013)


22

2.1.9. Komplikasi

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan

menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat

suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada

organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :

a. Jantung

Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan

penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja

jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan

diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak

nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,

apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat

menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat

lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan di dalam tubuh.


23

d. Mata

Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi

dan dapat menimbulkan kebutaan.

2.1.10. Penatalaksanaan Medis

Tujuan setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian dan

komplikasi dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri atau

kurang dari 140 mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes dan penderita

penyakit ginjal kronis), kapanpun jika memungkinkan (Brunner & Suddart,

2010).

1). Pendekatan nonfamakologis mencakup penurunan berat ba-

dan,pembatasan alkohol dan natrium, olah raga teratur dan

relaksasi. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertention)

tinggi buah,sayuran,dan produk susu rendah lemak telah terbukti

menurunkan tekanan darah tinggi.

2). Pilih kelas obat yang memiliki efektifitas terbesar,efek samping

terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima oleh pasien. Dua ke-

las obat tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik penyekat be-

ta.

3). Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kom-

pleks.
24

2.1.11. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Black (2003) beberapa penatalaksanaan untuk penyakit

hipertensi, yaitu:

1). Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup efektif untuk penurunana tekanan darah dan

mengurangi faktor resiko cardiovaskuler. Modifikasi gaya hidup di-

anjurkan untuk terapi definitif awal bagi beberapa klien. Paling tidak

untuk 6 - 12 bulan pertama setelah diagnosa.

2). Pengurangan berat badan

Pengurangan berat badan dapat mengurangi setidaknya 10 mmHg dari

setiap penurunan berat badan sebanyak 4,5 kilogram. Pengurangan be-

rat badan juga memperbesar keefektifan obat antihipertensi.

3). Pembatasan natrium

Pembatasan asupan natrium 2 - 3 gram dapat menurunkan tekanan

darah. Selain itu, pembatasan natrium dapat menurunkan tingkat deple-

si kalium yang sering mengiringi terapi diuretik.

4). Modifikasi diet lemak

Dengan menurunkan lemak jenuh dan meningkatkan lemak tak jenuh

sedikit berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.

5). Olah raga

Program olah raga aerobik teratur yang adekuat untuk mencapai paling

tidak kadar cukup kebugaran fisik memfasilitasi pengondisian kardio-

vaskuler dan dapat membantu klien obesitas hipertensi dalam mengu-


25

rangi berat badan dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler dan

semua penyebab kematian.

6). Pembatasan alkohol

Terdapat bukti yang kuat bahwa mengurangi minum alkohol dapat

menurunkan tekanan darah, badan berwenang di Inggris mengingatkan

bahwa batas maksimum mengkonsumsi alkohol adalah 21 unit per

minggu bagi pria dan 1 unit per minggu bagi wanita. Hindarilah pesta

minuman keras karena dapat menyebabkan stroke. Minum lebih dari

empat kali perhari tampaknya berkaitan dengan meningkatnya resiko

hipertensi dan stoke, juga berdampak merusak pada organ hati, sistem

syaraf,dan kualitas hidup.

7). Pembatasan kafein

Walaupun konsumsi kafein akut dapat menaikkan tekanan

darah,kosumsi kafein sedang kronis terlihat tidak memiliki efek yang

signifikan terhadap peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, pem-

batasan kafein tidak terlalu penting kecuali mempengaruhi terhadap re-

spon jantung.

8). Tekhnik relaksasi

Dapat mengurangi tekanan darah padaq pendirita hipertensi walaupun

hanya sementara.

9). Menghentikan kebiasaan merokok

Penghentian kebiasaan merokok sangat dianjurkan, bagaimana pun un-

tuk mengurangi resiko terhadap penyakit lainnya.


26

2.2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam

Sudiharto (2012) menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih

yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan,

memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya. Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam

Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang

mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki

hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau

dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka

menganggap dirinya sebagai keluarga.

2.2.1. Ciri-Ciri Keluarga

Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak.


27

e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.

2.2.2. Tipe Keluarga

Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1). Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi

atau keduanya.

2). Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

( kakek-nenek, paman-

b. Secara Modern

Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas

adalah :

1). Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2). Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.


28

3). Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah,

perkawinan atau meniti karier.

4). Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

5). Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar

rumah.

6). Dual Carrier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7). Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu

tertentu.

8). Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

9). Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.


29

10). Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu

panti-panti.

11). Comunal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas.

12). Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di

dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin

dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

13). Unmaried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi.

14). Cohibing Couple

Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

15). Gay and Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

Sama
30

2.2.3. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi,

strukrur peran, struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma

(Mubarak dkk, 2011) menggambarkan sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,

terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.

b. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang

diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur

peran bisa bersifat formal atau informal.

c. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol

atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate

power (hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian),

reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota

keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini

adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar

keluarga.
31

2.2.4. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan

maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga

fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling

penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi

afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan

kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota

keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak

tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang

dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status

sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi

sosialisasi. Pemberian status kepada anak

berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi

saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa

Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan

masyarakat yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.


32

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan

dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik

kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat

keluarga.

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

2.2.5. Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :

a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga

barudengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai

kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap

pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah

membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,

berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan

perencanaan keluarga.

b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi

berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah

satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan


33

keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga

memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan

anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga

inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab.

c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with

preschool)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga

saatini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi

pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-

saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini

berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan

anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di

sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat

rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan

fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with

schoolchildren) Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki

sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan

diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga

biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan

hubungan akhir tahap ini juga maksimal.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat

mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah

dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.


34

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau

perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini

berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih

singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih

lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau

20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja

adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung

jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam

mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa mudah. Tugas

perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring

dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi.

Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua

untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka.

Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk

anggota keluarga,terutama orang tua dan anak remaja,untuk

berkomunikasi secara terbuka satu sama lain.

f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching

centerfamilies)

Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya

anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan

“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan

rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung
35

pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum

menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU

atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini

adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar,

orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu

mereka menjadi mandiri.

g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)

Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua,

dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir

dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini

dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun

dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai

18 tahun kemudian.

Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita

memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup

dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang

berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang

sehat.

h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat

pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai

kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian

pasangan yang lain.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah

mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali


36

kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi

problematik.

2.2.6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga

mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang

mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1). Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis

dan perawatannya).

2). Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.


37

3). Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

4).Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga

yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,

fasilitas fisik,psikososial).

5). Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1). Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2). Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkunga

3). Pentingnya hiegine sanitasi.

4). Upaya pencegahan penyakit.

5). Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6). Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas

kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.


38

2.2.7. Peran Perawat Keluarga

Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah

sebagai berikut :

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan

pada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan

yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan

diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit

pelayanan kesehatan.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui

kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki

masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit

dapat menjadi“entry point” bagi perawatan untuk memberikan

asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga

melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga

berisiko
39

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi

hakhak keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui

harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan

untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang

baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai

klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan

2.2.8. Prinsip perawatan kesehatan keluarga

Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu

diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :

a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat

sebagai tujuan utama.

c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai

peningkatan kesehatan keluarga.

d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat

melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah

dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah.

e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan

preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabiliatif.


40

f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga,

keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin

untuk kepentingan kesehatan keluarga.

g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga

secara keseluruhan.

h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan

Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan

masalah dengan menggunakan proses keperawatan.

i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan

keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan

kesehatan dasar atau perawatan dirumah.

j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang

kesehatan antara lain adalah :

1). Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur

dengan masalah:

a). Tingkat sosial ekonomi yang rendah.

b). Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah

kesehatan sendiri.

c). Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga

dengan penyakit keturunan.

2). Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :

a). Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).

b). Menderita kekurangan gizi (anemia).


41

c). Menderita hipertensi.

d). Primipara dan Multipara.

e). Riwayat persalinan atau komplikasi

3). Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :

a). Lahir prematur (BBLR).

b). Berat badan sukar naik.

c). Lahir dengan cacat bawaan.

d). ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.

e). Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan

anaknya.

4). Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga

a). Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk

digugurkan.

b). Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan

sering timbul cekcok dan ketegangan.

c). Ada anggota keluarga yang sering sakit

d). Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal,cerai,lari

meninggalkan rumah
42

2.2.9. Pathway

Faktor Predidposisi: Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas

Hipertensi Perubahan Situasi Informasi Yang Minim

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Defesiensi Pengetahuan
Ansetas
Perubahan Struktur

Vaskontriksi penyumbatan pembuluh darah Krisis Situasional

Gangguan sirkulasi otak suplai O2 ke otak berkurang Metode Koping Tidak Efekti

Resistensi pembuluh darah ke otak meningkat Ketidakefektifan perfusi ketidak efektifan koping
Jaringan otak Koping

Ginjal Retina Pembuluh Darah

Vasokontriksi Pembuluh Darah Spasme Arteriol Sistemik Koroner


Blood Flow Menurun Resiko cidera Vasokontriksi Afterload Iskemik Miokard
Respon R A A Kelelahan
Merangsang Aldesteron Intoleransi Aktivitas Nyeri
Retensi NA Edema Kelebihan Volume Cairan

Sumber : (NANDA NIC-NOC, 2015).


43

2.3. Asuhan Keperawatan Hipertensi

2.3.1. Pengkajian

Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke

kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :

a. Data umum

Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :

1). Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis ke-

lamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.

2). Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masa-

lah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial

ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh

keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1). Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini.

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga ini.

2). Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, men-

jelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum ter-


44

penuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkem-

bangan tersebut belum terpenuhi.

3). Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, per-

hatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status

imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluar-

ga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.

4). Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami

dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah ru-

angan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air,

sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta

dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010)

d. Fungsi keluarga

1). Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling

mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa em-

pati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).

2). Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin,penghargaan,hukuman,serta memberi


45

dan menerima cinta (Friedman, 2010).

3). Fungsi keperawatan

a). Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang di-

anut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan

tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).

b). Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa :

keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang mem-

buat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan

(Friedman, 2010).

c). Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang

dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang

dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan

(Friedman, 2010).

d). Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang dil-

akukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit,

perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawa-

tan dirumah (Friedman, 2010). e). Tindakan pencegahan secara

medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).

4). Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : be-

rapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah ang-

gota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengen-

dalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).


46

5). Fungsi ekonomi

Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi

sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status

kesehatan.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

2.3.2. Diagnosa keperawatan

a. Diagnosa keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke

system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian

keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah

kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki

kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan

pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa

keperawatan adalah:

1). Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan).

2). Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila

sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

3). Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu

kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat ditingkatkan.


47

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada

keluarga dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) :

1). Penurunan curah jantung

2). Intoleransi aktivitas

3). Nyeri (sakit kepala)

4). Kelebihan volume cairan

5). Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

6). Ketidakefektifan koping

7). Defisiensi pengetahuan

8). Ansietas

9). Resiko cidera


48

b. Skala Prioritas Masalah

Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga

Kriteria Skor Bobot

1
1)
) Sifat masalah : 1
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah 2
a) Mudah 2
b) Sebagian 1
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah : 1
a) Tinggi 3
b) Cukup 2
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah: 1
a). Masalah dirasakan dan perlu 1
segera ditangani
b). Masalah dirasakan tapi tidak perlu
segera ditangani 1

c). Masalah tidak dirasakan 0

Total Skore

Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)


49

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan Skoring adalah :

1). Tentukan skor untuk setiap criteria

2). Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3). Jumlah skor untuk semua criteria

4). Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan

keluarga.

2.3.3. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan

tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan

keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga

diantaranya.

1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruh tentang

masalah atau situasi keluarga.

2. Rencana yang baik harus realitis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan.

3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

kesehatan.

4. Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga.


50

5. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis hal ini selain

berguna untuk perawatan juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan

lainnya.

2.3.4. Pelaksanaan keperawatan

Menurut Harmoko (2012), pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari pros-

es keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membang-

kitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Adanya kesulitan,kebingungan,serta ketidak mampuan yang dihadapi keluarga harus

menjadi perhatian. Oleh karena itu, diharapkan perawat dapat memberikan kekuatan

dan membantu mengembangkan potensi-potensi yang ada, sehingga keluarga dapat :

1. Menstimuluskan kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan

kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasikan kebutuhan

dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat ter-

hadap masalah.

2. Menstimuluskan keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasikan konsekuensi untuk tidak melakukan tinda-

kan,mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,dan

mendiskusikan konsekuensi setiap malam.

3. Memberikan kepercayaan diri dalam masyarakat anggota keluarga yang sakit

dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasil-

itas yang ada dirumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.


51

4. Membantu keluarga untuk menentukan cara membuat lingkunggan menjadi

sehat dengan menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan

melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga untuk

berkerja sama melakukan tindakan kesehatan antara lain :

1).Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapatkan infor-

masi,tetap keliru.

2).Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap,sehingga mereka melihat ma-

salah hanya sebagian.

3).Keluarga tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang diterima dengan

situasi yang dihadapi.

4). Keluarga tidak mampu menghadapi situasi

5). Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial

6). Keluarga ingin mempertahankan satu pola tingkah laku.

7).Keluarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan upaya

keperawatan.

8). Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.

2.3.5. Evaluasi

Menurut Harmoko (2012) langkah dalam meevaluasi pelayanan keperawatan

yang diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut :

1). Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga

mengatasi masalah tersebut.

2). Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang akan dicapai.


52

3). Tentukan keriteria dan standar untuk evaluasi.

4). Tentukan metode atau tekhnik evaluasi yang sesuai serta sumber data yang diper-

lukan.

5). Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan dengan kriteria dan standar

untuk evaluasi).

6). Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan

yang kurang memuaskan perbaiki tujuan berikutnya.

2.3.6. Macam-macam Evaluasi

Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu :

1. Evaluasi kuantitatif.

Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas,jumlah pelayanan,atau

kegiatan yang telah dikerjakan. Misalnya jumlah keluarga yang dibina atau

jumlah imunisasi yang telah diberikan. Evaluasi kuantatif sering digunakan

dengan evaluasi kualitatif. Pada evaluasi kualitatif jumlah kegiatan dianggap

dapat memberikan hasil yang memuaskan.

2. Evaluasi kualitatif

Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada sa-

lah satu dari tiga dimensi yang terkait.

1). Struktur atau sumber

Evaluasi atau struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia atau ba-

han- bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Upaya keperawa-

tan yang terkait antara lain :


53

(1). Kecakapan atau kualifikasi perawat

(2). Minat atau dorongan

(3). Waktu atau tenaga yang digunakan

(4). Macam dan banyaknya peralatan yang digunakan

(5). Dana yang tersedia

2). Proses

Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk

mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan

kepada keluarga lansia dengan masalah nutrisi.

3). Hasil

Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga dalam

melaksanakan tugas-tugas kesehatan.


54

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.1.1. Data umum

1. Nama kepala keluarga : Budiman

2. Umur kepala keluarga : 55 Tahun

3. Alamat : Jl. Mawar RT 001 RW 006

4. Pekerjaan kepala keluarga : Tani

5. Pendidikan kepala keluarga : SLTP

6. Komposisi keluarga :

NO NAMA JK HUBUNGAN UMUR PEKEJAAN PENDIDIKAN


DENGAN
KELUARGA
1 Tn. B L Kepala keluarga 55 Th Tani/kebun SLTP

2 Ny. S P Istri 50 Th Guru S1

3 An. F L Anak 14 Th Pelajar -

4 Nn. S L Anak 10 Th Pelajar -

7. Genogram
55

8. Tipe keluarga

Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu, anak .

9. Suku bangsa

Semua anggota keluarga Tn.B bersuku Tapanuli.

10. Agama

Semua anggota keluarga beragama islam

11. Status sosial ekonomi

Tn. B bekerja sebagai petani, Ny.S sebagai ibu rumah tangga serta bekerja

sebagai Guru. Penghasilan keluarga dalam sebulan ± 5.000.000.

12. Aktivitas rekreasi keluarga

Keluarga Tn.B hanya sekali setahun untuk pergi rekreasi, dan keluarga

mendapatkan sarana hiburan dari menonton TV.

3.1.2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah anak sekolah (families with

shoolchildren)

2. Tugas perkembangan keluarga

a. Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :

Mendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih

mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat.

b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Semua tugas

perkembangan keluarga sudah terpenuhi


56

3. Riwayat keluarga inti

Keluarga mengatakan tidak anggota keluarga inti yang menderita penyakit

keturunan atau mengidap penyakit tertentu.

4. Riwayat keluarga sebelumya

Tn.B mengatakan seluruh saudaranya menderita penyakit hipertensi.

3.1.3. Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Jenis rumah yaitu permanen batu bata, status kepemilikin rumah adalah

milik pribadi Tn.B dengan jumlah kamar 4, kamar mandi 1, dapur 1,

atap seng lantai ruang tamu dan tengah dari keramik. Rumah

mempunyai ventilasi yang cukup dan sirlukasi udara yang bagus serta

pencahayaan yang baik. Sumber air keluarga yaitu sumur, dengan

kondisi bersih dan tidak berbau. Jarak kamar mandi dengan sumur ± 10

meter.

2. Denah rumah
57

3. Karakteristik tetangga dan komunitas RT/RW

Tidak ada karakteristik khusus tetangga atau komunitas,hubungan

bertetangga dan komunitas berjalan rukun, tidak ada aturan khusus yang

mengikat individu dalam bermasyarakat selama tidak menimbulkan

keresahan bagi masyarakat lainnya.

4. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor. Tn B jika ingin ke

Puskesmas di antar oleh Istrinya. Keluarga tidak memiliki kebiasaan

berpindah tempat tinggal

5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Tidak ada perkumpulan yang diikuti keluarga, interaksi keluarga dengan

masyarakat terjalin baik, interaksi antar warga banyak dilakukan pada saat

selesai sholat bersama di masjid dan sore hari di teras warung.

6. Sistem pendukung keluarga

Jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.

Keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia di Desa yaitu

Puskesmas

3.1.4. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Keluarga Tn.B selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu

berkomunikasi dengan keluarga yang lainnya, bahasa sehari-hari yang

digunakan adalah bahasa daerah Tapanuli dan bahasa Indonesia.

Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka, jika ada masalah maka

keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.


58

2. Struktur kekuatan keluarga

Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan cara

musyawarah seluruh anggota keluarga. Tn.B selaku kepala keluarga

memiliki kekuatan untuk mengendalikan dan mempengaruhi anggota

keluarga untuk merubah prilaku

3. Struktur peran

Peran formal : Tn.B berperan sebagai kepala keluarga dan Ny.S sebagai

wakil kepala keluarga.

Peran informal: Tn.B memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah,

Ny.S sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja sebagai Guru dimana

memiliki akdil yang cukup berpengaruh dalam keluarga, dan Anak-anak

Tn.B.

4. Nilai dan norma

Di dalam keluarga Tn.B tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat

anggota keluarga, untuk masalah kesehatan keluarga juga tidak memiliki

praktik yang harus dilakukan. Sistem nilai yang dianut dipengaruhi oleh

adat dan agama.

3.1.5. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Hubungan Tn.B dengan istri, ibu beserta anaknya terjalin dengan baik,

angota keluarga saling menghormati, memperhatikan, menyayangi dan

menyemangati.
59

2. Fungsi sosialisasi

Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab dan disiplin, saling

mengenal dengan masyarakat lainnya.

3. Fungsi reproduksi

Tn.B memiliki 2 anak, keluarga mengendalikan jumlah anak dengan

mengikuti program keluarga berencana (KB).

4. Fungsi ekonomi

Tn. B bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan. Ny.S juga turut serta membantu ekonomi keluarga dengan

bekerja sebagai Guru. Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang

ada, keluarga menggunakan kartu BPJS untuk berobat.

5. Fungsi perawatan kesehatan keluarga

1). Kemampuan keluarga mengenal masalah

Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi Tn.B

mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih Tn.B

mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin.

Hasil pengkajian :

Tn.B dan keluarga hanya sedikit tahu tentang penyakit hipertensi.

2). Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang

tepat : Keluarga sudah mampu mengambil keputusan yang tepat.

keluarga mengantarkan Tn.B ke Puskesmas untuk berobat.

3). Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : Keluarga

mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit

dengan hipertensi
60

4). Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan : Keluarga tidak

mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk perawatan

hipertensi.

5). Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu

Puskesmas.

3.1.6. Stres Dan Koping Keluarga

1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang

a. Jangka pendek (<6 bulan)

Keluarga mengatakan sementara tidak mempunyai masalah berat,

hanya saja Tn.B mengalami keluhan sakit kepala.

b. Jangka panjang (>6 bulan)

Keluarga mengatakan stressor jangka panjang yaitu memikirkan

masalah biaya untuk hidup dan tetap menyekolahkan anak-anaknya

setingi mungkin serta meningkatkan taraf hidup keluarganya.

c. Respon keluarga terhadap stresor dan mekanisme koping yang

digunakan

d. Respon keluarga terhadap stresor

Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Tn.B harus

mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi kondisi lebih

buruk lagi.

e. Strategi koping yang digunakan

Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk

mengatasi keluhan Tn.B


61

f. Strategi adaptasi disfungsional


Keluarga Tn.B tidak pernah melakukan perilaku kasar atau kejam
terhadap anggota keluarganya dan tidak pernah melakukan
ancaman dalam menjelaskan masalah.
3.1.7. Harapan Keluarga
Keluarga berharap terhadap petugas kesehatan agar memberikan
pengobatan untuk kesembuhan kepada Tn.B
3.1.8. Pemeriksaan Fisik

Tabel 3
Pemeriksaan Fisik Keluarga
Data Tn.B Ny.S An.F Nn.S
TTV TD : 130/90 TD: 110/80 TD : 120/80 TD : -
N : 76 x/m N : 78x/m N : 84x/m N : 94x/m
RR : 20 x/m RR : 20 x/m RR : 22 x/m RR : 22 x/m
S : 36,5 ̊ C S : 37 ̊ S : 36,7 ̊ C S : 36,5 ̊ C
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris, simetris, simetris, simetris,
bersih, bersih, bersih, bersih,
rambut rambut Rambut rambut
warna hitam warna hitam warna hitam warna hitam

Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


pembesaran pembesaran Pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar Kelenjar kelenjar
getah getah Getah getah
bening bening Bening bening
Aksila Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
lesi dan lesi dan lesi dan lesi dan
pembengka- pembengka- pembengka- pembengka-
kan pada kan pada kan pada kan pada
axila axila Axila axila
Dada Dada Dada Dada Dada
tampak tampak Tampak tampak
simetris, simetris, simetris, simetris,
tidak tidak Tidak tidak
terdengar terdengar Terdengar terdengar
suara suara Suara suara
nafas nafas Nafas nafas
tambahan, tambahan, tambahan, tambahan,
tidak lesi tidak lesi tidak lesi tidak lesi
dan dan Dan dan
pembengkakan pembengkakan Pembengkakan pembengkakan
62

berupa berupa berupa berupa


benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
retraksi retraksi retraksi retraksi
dinding dinding dinding dinding
dada dada dada dada
Abdom- Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
En asietes, asietes, asietes, asietes,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri nyeri nyeri nyeri
tekan dan tekan dan tekan dan tekan dan
nyeri lepas nyeri lepas nyeri lepas nyeri lepas
disetiap disetiap disetiap disetiap
kuardran kuardran kuardran kuardran
Ekstre- Tidak Tidak Tidak Tidak
mitas oedema, oedema, oedema, oedema,
atas pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
baik baik baik baik
Ekstre- Tidak Tidak Tidak Tidak
mitas oedem, oedem, oedem, oedem,
bawah varises tidak varises tidak varises tidak varises tidak
ada, turgor ada, turgor ada, turgor ada, turgor
kulit baik. kulit baik. kulit baik. kulit baik.
63

3.1.9. Analisa Data

Tabel 4
Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


1 DS : Ketidakmampuan Nyeri Akut
1. Tn.B mengeluh kepala keluarga
terasa sakit. merawat anggota
P: Tn.B mengatakan keluarga sakit
timbulnya keluhan karena
tekanan darahnya yang
kembali naik.
Q: Tn.Bmengatakan
keluhan yang dirasakan
seperti tertekan benda
berat
R: Tn.B mengatakan
keluhan dirasakan
pada daerah kepala
dan leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Tn.B mengatakan
keluhan timbul secara
tiba-tiba, sakit kepala
yang dirasakan hilang
timbul
2. Tn.B mengatakan
pusing, nyeri pada
leher dan terasa berat.
DO:
1. Tn.B tampak meringis
2. Tn.B tampak gelisah.
3. Tanda-tanda vital.
TD:180/110
N : 96x/m
RR: 18x/m
S : 37 ̊ C
64

DS : Ketidakmampuan Defisiensi
DS : 1. Keluarga mengatakan tidak keluarga pengetahuan
mengetahui tentang mengenal
penyakit hipertensi masalah
2. Keluarga mengatakan tidak
tahu cara merawat anggota
keluarga yang sakit dengan
Hipertensi
3. Tn.B mengatakan masih
sering mengosumsi garam
yang berlebih
4. Tn.B mengatakan masih
sering mengosumsi yang
bersantan, ikan asin.

DO :
1. TD : 180/110 mmHg
2. Tn.B dan keluarga
kurang dapat mengingat
3. Tn.B dan keluarga
tampak bingung dan
tidak mengerti ketika
ditanya mengenai
penyakit hipertensi.
65

3.2. Prioritas Masalah


Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
sakit
Tabel 5
Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Nyeri Akut
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : 3x1/3 1 Masalah nyeri


Aktual : 3 akut pada Tn.B
dirasakan dan
perlu tindakan
perawatan
2 Kemungkinan 1x2/2 1 Pengetahuan
masalah dapat diubah sumber daya dan
: Sebagian : 1 Fasilitas
Kesehatan
tersedia dan dapat
Dijangkau
/dimanfaatkan
3 Potensial masalah 2x1/3 0,6 Nyeri dapat
Untuk dicegah bila
Dicegah Keluarga
cukup : 2 mengetahui cara
perawatan yang
Benar
4 Menonjol masalah: 2x1/2 1 Masalah
Masalah Dirasakan
dirasakan dan oleh Tn.B dan
perlu segera ditangani bisa menjadi
:2 lebih serius bila
tidak segera
Ditanggani
Total Skore 3,6
66

2. Defisiensi pengetahuan b/d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah

Tabel 6
Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : 3x1/3 1 Keluarga tidak
Aktual : 3 mengetahui
tentang penyakit
hipertensi
2 Kemungkinan 1x2/2 1 Dengan informasi
masalah dapat diubah yang cukup, akan
Sebagian : 1 menambah
wawasan dan
pengetahuan
keluarga
mengenai
hipertensi
3 Potensial untuk 3x1/3 1 Hipertensi adalah
Dicegah : penyakit yang
Mudah : 3 dapat
dikendalikan
apabila
keluarga
mengetahui
4 Menonjol masalah 0x1/2 0 Masalah tidak
Masalah tidak dirasakan
dirasakan : 0 oleh Tn.B dan
keluarga
Total Skore 3
67

3.3. Intervensi Keperawatan Keluarga

Tabel 7
Intervensi Keperawatan Keluarga
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan
dengan ketidakmampuan Setelah dilakukan kunjungan rumah Manejemen nyeri
keluarga merawat sebanyak 3 kali kunjungan rumah 1. Kaji nyeri secara komprehensif.
anggota keluarga sakit. diharapkan nyeri teratasi. 2. Observasi tanda-tanda vital
Kriteria hasil : 3. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik
1. Klien mampu mengontrol nyeri relaksasi)
(tahu penyebab nyeri, mampu 4. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri
menggunakan teknik (distraksi)
nonfarmakologi untuk 5. Anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga
mengurangi nyeri, mencari kompres hangat pada kepala bagian belakang.
bantuan) 6. Anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat.
2. Melaporkan bahwa nyeri 7. Beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri.
berkurang dengan manajemen 8. Beri informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan
nyeri. perawatan yang diberikan.
3. Menyatakan rasa nyaman 9. Kolabari pemberian terapi farmakologi (analgetik) untuk
setelah nyeri berkurang. megurangi nyeri (katopril 25 mg)
2 Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan Setelah dilakukan kunjungan rumah Teaching : disease proses
Ketidakmampuan sebanyak 3 kali kunjungan rumah 1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi
keluarga mengenal diharapkan keluarga mengetahui 2. Diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan
masalah. proses penyakit. menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian
Kriteria hasil : hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit,
1. Pasien dan keluarga menyatakan komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi.
68

pemahaman tentang penya-


kit,kondisi dan program pengobatan. 3. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk
merawat anggota kelaurga sakit.
4. Diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota
keluarga yang sakit.

5. Jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan


dihindari penderita hipertensi.

6. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan


yang menunjang kesehatan.

2. Pasien dan keluarga mampu 7. Diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan


melaksanakan prosedur yang dijelas- fasilitas kesehatan.
kan secara benar.

3. Pasien dan keluarga mampu


menjelaskan kembali apa yang di-
jelaskan perawat.

4. Klien dan keluarga menge-


tahui komplikasi hipertensi
69

3.4. Implementasi keperawatan keluarga


Diagnosa Hari Implementasi Paraf
keperawatan Tanggal
Jam
Nyeri akut b.d Senin, 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
ketidakmampuan Hasil :
keluarga merawat 06 Mei 2019 P: Tn.B mengatakan timbulnya keluhan
anggota keluarga karena tekanan darahnya yang
sakit. 15.30 WIB kembali naik.
Q: Tn.B mengatakan keluhan yang
dirasakan seperti tertekan benda berat

R: Tn.B mengatakan keluhan dirasakan


Pada daerah kepala dan leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Tn.B mengatakan keluhan timbul
secara tiba-tiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul
15.45 WIB 2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil :
TD:180/110
N: 96x/m
RR: 18x/m
S : 37 ̊C
16.00 WIB 2. 3. Mengajarkan/demonstrasikan teknik
3. manajemen nyeri(teknik relaksasi).
Hasil :
DS : Klien mengatakan bersedia
diajarkan teknik relaksasi
DO : Klien mengikuti teknik
relaksasi yang diajarkan.
4. Mengajarkan/demonstrasikan
teknik manajemen nyeri
(distraksi).
DS : Klien mengatakan belum
tahu apa itu teknik distraksi.
DO : Tampak klien menyimak
Teknik distraksi yang
Diajarkan
5. Menganjurkan/demonstrasikan
16.30 WIB pada klien dan keluarga
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
Hasil : Klien dan keluarga kooperatif.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat
Hasil :
DS : Klien mengatakan paham
70

dengan instruksi yang


disampaikan.
DO : Klien kooperatif.Tampak
menyimak dengan baik instruksi
yang disampaikan.

7. Menganjurkan keluarga memberi


lingkungan yang nyaman untuk klien
untuk mengurangi nyeri.
Hasil :
DS : Keluarga mengatakan paham
dengan instruksi yang disampaikan
DO : Keluarga kooperatif.

17.00 WIB 8. Memberikan informasi pada klien dan


keluarga tentang nyeri dan perawatan
yang diberikan.
Hasil :
DS : Klien mengatakan bersedia
mendengarkan informasi.
DO : Tampak klien dan keluarga
menyimak informasi yang
disampaikan.

Defisiensi Selasa, 1. Mengkaji pengetahuan klien dan


pengetahuan b.d keluarga tentang hipertensi.
ketidakmampuan 07 1 Mei 2019 Hasil :
keluarga mengenal DS : Klien mengatakan hipertensi
masalah. 16.00 WIB adalah darah tinggi.
DO : Klien dan keluarga tampak bingung
ketika ditanya tentang hipertensi.

2. Mendiskusikan dengan keluarga


tentang hipertensi dengan
menggunakan leaflet/lembar balik
meliputi pengertian hipertensi,
penyebab, tanda dan gejalah, proses
penyakit, komplikasi, perawatan
dan pencegahan hipertensi.
Hasil :
DS : Keluarga mengatakan
bersedia mendengarkan informasi.
DO : Keluarga kooperatif.

3. Mendiskusikan dengan keluarga


tentang keputusan untuk merawat
anggota kelurga sakit.
Hasil:
71

DS : Keluarga mengatakan
memanfaatkan Puskesmas
untuk mengobati Tn.B
DO : Keluarga kooperatif
16.30 WIB
4. Mendiskusikan dengan
keluarga cara merawat
(program pengobatan) anggota
keluarga yang sakit.
Hasil:
DS : Keluarga mengatakan
bersedia diajarkan tentang cara
merawat Tn.B.
DO : Keluarga kooperatif.

5. Menjelaskan makanan yang harus


dikonsumsi dan dihindari
penderita hipertensi.
Hasil :
DS : Klien menyebutkan diet makanan
yang baik untuk hipertensi.
DO : Klien mampu mengulang
informasi yang disampaikan.

6. Mendiskusikan dengan keluarga


tentang lingkungan yang
menunjang kesehatan.
Hasil :
DS : Keluarga menyebutkan lingkungan
yan baik untuk menunjang kesehatan.
DO : Keluarga mampu mengulang
Informasi yang disampaikan.

7. Mendiskusikan bersama keluarga


tentang pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
Hasil :
DS : Keluarga menyebutkan manfaat
faskes untuk kesembuhan
anggota keluarga sakit.
DO :Keluarga mampu mengulang informa-
si yang disampaikan
72

Nyeri akut b.d Rabu, 1. Mengkaji skala nyeri.


ketidakmampuan Hasil : Tn.B mengatakan
keluarga merawat 08 Mei 2019 skala nyeri yang dirasakan
anggota keluarga adalah 4 (nyeri sedang).
sakit. 17.00 Wib 2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil :
TD : 150/100.
N : 90 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,8 ̊ C
17.15 WIB 3. Menganjurkan melakukan teknik
manajemen nyeri (teknik relaksasi).
4. Menganjurkan klien melakukan
teknik manajemen nyeri (distraksi)
sesuai kebiasaan klien.
Hasil : klien mengatakan melakukan
teknik distraksi dengan membaca
kitab suci Al- Quran.
17.30 WIB 5. Menganjurkan pada klien dan
keluarga kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
Hasil : Klien dan keluarga kooperatif.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istrahat.
Hasil :
DS : Klien mengatakan paham dengan
instruksi yang disampaikan.
DO : Klien kooperatif. Tampak
menyimak dengan baik instruksi
yang disampaikan.
Defisiensi Senin, 1. Mengkaji pengetahuan klien dan
pengetahuan b.d keluarga tentang hipertensi.
ketidakmampuan 13
1 Mei 2019 Hasil :
keluarga mengenal DS : Klien dan keluarga menyebutkan
masalah. 16.00 WIB Tentang hipertensi dengan bahasa
sendiri.
DO : Klien dan keluarga mampu
Menyebutkan tentang hipertensi
Namun masih sering lupa dan
tidak lancar.
2. Mendiskusikan dengan keluarga
tentang hipertensi dengan mengguna
kan leaflet/lembar balik
meliputi pengertian hipertensi,
penyebab, tanda dan gejala, proses
penyakit, komplikasi,perawatan dan
pencegahan hipertensi.
DS: Keluarga mengatakan bersedia
73

mendengarkan informasi.
DO : Keluarga kooperatif.
16.30 WIB 3. Mendiskusikan dengan
keluarga cara merawat
(program pengobatan)
anggota keluarga yang sakit.
DS : Keluarga mengatakan
melaksanakan program pen-
gobatan sesuai dengan yang di-
jelaskan perawat.
DO : Keluarga kooperatif.
Nyeri akut b.d Selasa, 1. Mengkaji skala nyeri.
ketidakmampuan Hasil :
keluarga merawat 14 Mei 2019 Tn.B mengatakan skala nyeri
anggota keluarga yang dirasakan adalah 3 (nyeri
sakit. 15.00 WIB ringan).
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil :
TD : 140/90.
N : 84 x/m
RR : 18 x/m
S : 37 ̊ C
3. Menganjurkan melakukan teknik
15.30 WIB manajemen nyeri (teknik relaksasi).
Hasil :
Tn.B mendemonstrasikan
teknik relaksasi.
4. Menganjurkan klien melakukan
teknik manajemen nyeri (distraksi)
sesuai kebiasaan klien.
Hasil :
klien mengatakan melakukan teknik
distraksi dengan membaca kitab
16.00 WIB suci Al-Quran.
5. Menganjurkan pada klien dan keluarga
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
Hasil :
Klien dan keluarga kooperatif.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istrahat.
Hasil :
DS : Klien mengatakan paham
dengan instruksi yang disam-
paikan.
DO : Klien kooperatif. Tampak
menyimak dengan baik instruksi
yang disampaikan
74

Rabu,
Defisiensi 15 Mei 2019 1. Mengkaji pengetahuan klien dan
pengetahuan b.d keluarga tentang hipertensi.
ketidakmampuan 16.00 WIB Hasil :
keluarga DS : Klien dan keluarga me-
mengenal nyebutkan tentang hiperten-
masalah. si dengan bahasa sendiri.
DO : Klien dan keluarga mampu
me nyebutkan tentang
hipertensi meski masih ser-
ing lupa.
16.25 WIB 2. Mendiskusikan dengan keluarga
tentang hipertensi dengan
menggunakan
leaflet/lembar balik meliput
pengertian hipertensi, penyebab,
tanda
dan gejalah, proses penyakit,
komplikasi,perawatan dan
pencegahan
hipertensi.
DS : Keluarga mengatakan berse-
diamendengarkan informa-
si.
DO : Keluarga kooperatif.
16.40 WIB 3. Mendiskusikan dengan keluarga
cara merawat(program pen-
gobatan)
anggota keluarga yang sakit.
DS : Keluarga mengataka
melaksanakan program
pengobatan sesuai dengan
yang dijelaskan perawat.
4. DO : Keluarga kooperatif.
75

8.1. Evaluasi keperawatan keluarga

Diagnosa Hari Evaluasi Paraf


keperawatan Tanggal SOAP
Jam
Nyeri akut b.d Selasa, Subjektif :
ketidakmampuan - Klien mengatakan nyeri
keluarga merawat 07 Mei 2019 masih dirasakan namun sudah
anggota keluarga sedikit berkurang (skala nyeri
sakit. 16.00 WIB 4).
- Klien mengatakan mampu
mengontrol nyeri dengan
teknik relaksasi dan distraksi
(klien melakukan teknik
distraksi nyeri dengan
membaca Al-Quran).
- Klien menyebutkan penyebab
terjadinya dan nyeri.
- Klien mengatakan nyeri
sedikit berkurang setelah
melakukan teknik menejeman
nyeri yang diajarkan.
- Klien mengatakan merasa
lebih nyaman dan nyeri
berkurang setelah melakukan
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
Objektif :
- Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
- Klien mampu menyebutkan
penyebab terjadinya nyeri.
- Tn.B tidak lagi terlihat gelisah
dan meringis.
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100.
N : 90 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,8 ̊ C
A : Masalah teratasi sebagian
Planning :
- Kaji skala nyeri
- Observasi TTV
- Anjurkan melakukan teknik
relaksasi.
76

- Anjurkan melakukan teknik


distraksi.
- Anjurkan memberi kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Anjurkan klien meningkatkan
istrahat.

Defenisi penge- Rabu, Subjektif :


tahuan b.d ketidak
mampuan 08 Mei 2019 - Keluarga mengatakan paham
mengenal masalah tentang penyakit, kondisi, dan
17.00 WIB program pengobatan yang
diberikan pada Tn.B.
- Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai dengan yang di-
jelaskan perawat.
- Keluarga menyebutkan
pengertian hipertensi,
penyebabnya, tanda
dan gejalah, komplikasi,
perawatan dan pencegahan
penyakit hipertensi dengan
bahasa sendiri.

Objektif :
- Klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang di-
jelaskan secara benar.
- Klien dan keluarga mampu men-
jelaskan kembali apa yang dijelas-
kan namun masih sering
lupa dan tidak lancar.
- Klien dan keluarga mengetahui
komplikasi hipertensi

A : Masalah teratasi sebagian.


Planning :
- kaji pengetahuan keluarga
tentang hipertensi.
- Diskusikan dengan keluarga
tentang hipertensi dengan
menggunakan leaflet/lembar
balik meliputi pengertian
hipertensi, penyebab, tanda dan
gejalah, proses penyakit,
komplikasi, perawatan dan
77

pencegahan hipertensi.
- Diskusikan dengan keluarga cara
merawat (program pengobatan)
anggota keluarga sakit.

Nyeri akut b.d Kamis, Subjektif :


ketidakmampuan - Tn.B mengatakan nyeri sudah
keluarga merawat 09 Mei 2019 sedikit berkurang daripada
anggota keluarga kemarin (skala nyeri 3).
sakit 17.00 WIB - Klien mengatakan mampu
mengontrol nyeri dengan teknik
relaksasi dan distraksi (klien
melakukan teknik distraksi nyeri
dengan membaca Al-Quran).
- Klien menyebutkan penyebab
terjadinya dan nyeri.
- Klien mengatakan nyeri
berkurang setelah melakukan
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.

Objektif :
- Klien mampu mendemonstrasikan-
teknik relaksasi, distraksi dan
kompres hangat pada kepala bagian
belakang.
- Tn.B tidak terlihat gelisah dan me
ringis.
- Tanda-tanda vital :
TD : 130/90.
N : 78 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,6 ̊ C

A : Masalah teratasi sebagian


Planning :
- Kaji skala nyeri
- Observasi TTV
- Anjurkan melakukan teknik
relaksasi
- Anjurkan melakukan teknik dis-
traksi
78

Defenisi Selasa, Subjektif :


pengetahuan b.d - Keluarga mengatakan paham
ketidakmampuan 14 Mei 2019 tentang penyakit, kondisi, dan
mengenal masalah program pengobatan yang
17.00 WIB diberikan pada Tn.B.
- Keluarga menyebutkan pengertian
hipertensi, penyebabnya, tanda dan
gejalah, komplikasi, perawatan dan
pencegahan penyakit hipertensi
dengan bahasa sendiri.

Objektif :
- Klien dan keluarga mampu men-
jelaskan kembali apa yang dijelas-
kan namun masih sering lupa
dan tidak lancar.
- Klien dan keluarga mengetahui
komplikasi hipertensi

A : Masalah teratasi sebagian.


Planning :
- kaji pengetahuan keluarga
tentang hipertensi.
- Diskusikan dengan keluarga ten-
tang hipertensi dengan-
menggunakan leaflet/lembar balik
meliputi pengertian hipertensi,
penyebab, tanda dan gejalah, pros-
es
penyakit,komplikasi, perawatan
dan
pencegahan hipertensi.
- Diskusikan dengan keluarga cara
merawat (program pengobatan)
anggota keluarga sakit.

Nyeri akut b.d Rabu, Subjektif :


ketidakmampuan - Klien mengatakan nyeri sudah
keluarga merawat 15 Mei 2019 tidak dirasakan.
anggota keluarga - Klien mengatakan mampu
sakit 17.00 WIB mengontrol nyeri dengan teknik
menejemen nyeri.
- Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan manajemen
nyeri.
- Klien mengatakan sudah merasa
nyaman karena nyeri yang
79

dirasakan sudah hilang.

Objektif :
- Klien menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
- Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan kom-
pres hangat pada kepala bagian
belakang.
- Klien mampu menyebutkan
penyebab terjadinya nyeri.
- Tn.B tidak terlihat gelisah dan
meringis.
- Tanda-tanda vital :
TD : 130/90.
N : 78 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,6 ̊ C

A : Masalah teratasi
Planning :
Intervensi dipertahankan klien dan
keluarga.

Defenisi Kamis, Subjektif :


pengetahuan b.d - Keluarga mengatakan paham
ketidakmampuan 16 Mei 2019 tentang penyakit, kondisi, dan
mengenal masalah program pengobatan yang
17.00 WIB diberikan pada Tn.B.
- Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai dengan yang
dijelaskan perawat.
- Keluarga menyebutkan
pengertian hipertensi,
penyebabnya, tanda dan
gejalah,perawatan dan
pencegahan penyakit hipertensi
dengan bahasa sendiri.
- Klien dan keluarga menyebutkan
komplikasi hipertensi
Objektif :
- Klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
- Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
80

dijelaskan perawat tentang


hipertensi.
- Klien dan keluarga mengetahui
komplikasi hipertensi
A : Masalah teratasi.
Planning :
Intervensi dipertahankan keluarga.
81

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pengkajian

Pengakajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil data yang

ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan professional

yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Pengumpulan data

keluarga berasal dari berbagai sumber : wawancara, observasi rumah keluarga dan

fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga (Padila, 2012).

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian pada

keluarga Tn.B dengan menggunakan format pengkajian keluarga, metode wawancara,

observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang diperlukan. Saat

dilakukan pengkajian pada tanggal 15 April 2019 jam 15.45 WIB Tn.B mengeluh

kepala terasa sakit, Tn.B mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya

yang kembali naik, keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat pada daerah

kepala dan leher, Skala nyeri 6 (sedang), keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala

yang dirasakan hilang timbul. Tn.B mangatakan kepala terasa sakit disertai pusing,

nyeri pada leher dan terasa berat. Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah

didapatkan hasil 180/110 mmHg, Nadi 96 x/menit. Keluhan yang disampaikan

tersebut sesuai dengan tanda dan gejala hipertensi menurut Crowin, (2000) dalam

Wijaya & Putri, (2013) namun tidak semua gejalah muncul dalam kasus keluarga

Tn.B, berdasarkan teori Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013) tanda dan

gejalah hipertensi yaitu nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan

muntah, akibat peningkatan tekana intracranial, penglihatan kabur akibat kerusakan

retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
82

saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,

edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. (Brunner &

Suddart, 2015) juga mengatakan bahwa gejala yang timbul selain dari peningkatan

darah yang tinggi, dapat pula ditemukan ditemukan perubahan pada retina, seperti

perdarahan, eksudat (kumpulan cairan ), penyempitan pembuluh darah, dan pada

kasus berat edema pupil ( edema pada diskus optikus ).

Pada pengkajian fungsi perawatan kesehatan keluarga didapatkan data

keluarga tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi, Tn.B mengatakan masih

sering mengosumsi garam yang berlebih dan masih sering mengosumsi yang

bersantan, ikan asin. Objektif ; Tn.B dan keluarga kurang dapat mengingat, Tn.B

dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya mengenai

penyakit hipertensi. Keluarga juga tidak tahu cara perawatan penyakit hipertensi.

Hal tersebut sesuai teori menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang

berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan

pengaruh lingkungan seperti : stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang

kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen

dalam hipertensi.

4.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu

atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,

menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012).

Penulisan diagnosa keperawatan mengacu pada P-E-S (Problem + etiologi

+ simptom) dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari NANDA.
83

Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data berdasarkan data

subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori

dengan kasus mengenai masalah hipertensi terdapat sedikit perbedaan.

Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus keluarga Tn.B dengan

hipertensi pada Tn.B adalah :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga sakit.

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah.

Dari beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan 2 diagnosa

yang dipilih berdasarkan prioritas masalah yaitu :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga sakit.

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial yang digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa

(international association for the study of pain) : awitan yang tiba-tiba

atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (NANDA NIC-

NOC, 2013). Nyeri terjadi diawali adanya fakor predisposisi yang

menyebabkan terjadinya hipertensi (Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres,

Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas),

hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan vaskuler pembuluh darah

kemudian terjadi vasokontriksi sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi,


84

ganggan sirkulasi menyebabkan resistensi pembuluh darah ke otak

meningkat sehingga menyebabkan terjadinya nyeri ( sakit kepala).

Masalah bersifat aktual dan sangat dirasakan, perawatan segera perlu

dilakukan untuk menghindari semakin parahnya masalah.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi klien

langsung kooperatif terhadap intervensi yang diberikan perawat, klien

mampu menggunakan teknik non farmakologi (manajemen nyeri) untuk

mengurangi/mengatasi nyeri.

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah.

Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi

informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA NIC-

NOC, 2013). Berdasarakan patofisiologis penyakit hipertensi terjadi

diawali dengan adanya faktor predisposisi terjadinya hipertensi, informasi

yang kurang tentang penyakit menyebabkan terjadinya perubahan situasi

pada keluarga. Masalah bersifat aktual namun tidak memerlukan tindakan

perawatan segera karena masih dapat ditolerir dan tidak memberikan

ancaman fisik.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi

keluarga langsung kooperatif terhadap intervensi yang diberikan perawat,

keluarga paham tentang penyakit hipertensi.


85

4.3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber,

serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi

dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja

(Friedman, 2010).

Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan keperawatan yang

ada. Intervensi dari diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit disusun sesuai dengan

NANDA NIC-NOC yaitu manajemen nyeri, intervensi yang diberikan adalah kaji

nyeri secara komprehensif, observasi tanda-tanda vital, ajarkan/demonstrasikan

teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi), ajarkan/demonstrasikan teknik

manajemen nyeri (distraksi), anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga

kompres hangat pada kepala bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan

istrahat, beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi

pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan serta kolabari

pemberian terapi analgetik untuk megurangi nyeri.

Intervensi diagnosa kedua defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Penyusunan intervensi disesuaikan

dengan NANDA NIC-NOC (teaching: disease procces) dan fungsi perawatan

kesehatan keluarga, intervensi yang diberikan yaitu kaji pengetahuan klien dan

keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan

menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda

dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi,


86

diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota keluarga sakit,

diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit, jelaskan

makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi, diskusikan

dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang kesehatan dan diskusikan

bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan.

4.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi

rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan

memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat

menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui

implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk : mengenal masalah

kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang

dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,

memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sudiharto,2012). Adapun

implementasi keperawatan dibuat berdasarkan intervensi keperawatan keluarga

yang telah disusun adalah :

1. Implementasi dari diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit

yaitu mengkaji nyeri secara komprehensif, mengobservasi tanda-tanda

vital, mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri

(teknik relaksasi), mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen

nyeri (distraksi), menganjurkan/mendemonstrasikan pada klien dan

keluarga kompres hangat pada kepala bagian belakang, menganjurkan

klien untuk meningkatkan istrahat, memberi lingkungan yang nyaman


87

untuk mengurangi nyeri, serta memberi informasi pada klien dan

keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan.

2. Implementasi dari diagnosa kedua yaitu defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yaitu

mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi,

mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan

menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi,

penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan

dan pencegahan hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga tentang

keputusan untuk merawat anggota kelaurga sakit, mendiskusikan

dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit,

menjelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita

hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang

menunjang kesehatan serta mendiskusikan bersama keluarga tentang

pemanfaatan fasilitas kesehatan.

4.5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas

yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen

kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah

tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam

melaksanakan evaluasi (Sudiharto,2012).


88

4.5.1 Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

sakit adalah :

1. Pada hari pertama evaluasi pada tanggal 20 April 2019 pukul 15.55

didapatkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri masih dirasakan

namun sudah sedikit berkurang (skala nyeri 4), klien mengatakan

mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi (klien

melakukan teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-Quran), klien

menyebutkan penyebab terjadinya dan nyeri, klien mengatakan nyeri

sedikit berkurang setelah melakukan teknik menejeman nyeri yang

diajarkan, klien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang

setelah melakukan kompres hangat pada kepala bagian belakang. Hasil

objektif didapatkan data klien mampu mendemonstrasikan teknik

relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang,

klien mampu menyebutkan penyebab terjadinya nyeri, Tn.B tidak lagi

terlihat gelisah dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan tekanan darah 150/100, nadi 90 x/m, pernafasan 18 x/m

dan suhu 36,8 ̊ C. Analisis masalah teratasi sebagian dengan plenning

kaji skala nyeri, observasi TTV, anjurkan melakukan teknik relaksasi,

anjurkan melakukan teknik distraksi, anjurkan memberi kompres

hangat pada kepala bagian belakang serta anjurkan klien meningkatkan

istrahat.
89

2. Hari kedua evaluasi keperawatan diagnosa nyeri akut pada tanggal 22

April pukul 16.25 didapatkan hasil subjektif Tn.B mengatakan nyeri

sudah sedikit berkurang daripada kemarin (skala nyeri 3), klien

mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan

distraksi (klien melakukan teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-

Quran), klien menyebutkan penyebab terjadinya dan nyeri, klien

mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan teknik menejeman

nyeri yang diajarkan, klien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri

berkurang setelah melakukan kompres hangat pada kepala bagian

belakang. Data objektif didapatkan Tn.B mampu mendemonstrasikan

teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian

belakang, Tn.B tidak lagi terlihat gelisah dan meringis, hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 140/90, nadi

84 x/m, pernafasan18 x/m dan suhu 37 ̊ C. Hasil analisi masalah

teratasi sebagian dengan planning kaji skala nyeri, observasi TTV,

anjurkan melakukan teknik relaksasi, anjurkan melakukan teknik

distraksi, anjurkan memberi kompres hangat pada kepala bagian

belakang serta anjurkan klien meningkatkan istrahat.

3. Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 24 April 2019 pukul 16.10

dan didapatkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri sudah tidak

dirasakan, klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik

menejemen nyeri, klien mengatakan nyeri berkurang dengan

manajemen nyeri, klien mengatakan sudah merasa nyaman karena

nyeri yang dirasakan sudah hilang. Data objektif didapatkan klien


90

menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, klien mampu

mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat

pada kepala bagian belakang, klien mampu menyebutkan penyebab

terjadinya nyeri, Tn.B tidak terlihat gelisah dan meringis, hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90, nadi

78 x/m, pernafasan 18 x/m dan suhu 36,6 ̊ C. Hasil analisis masalah

teratasi dan intervensi dipertahankan klien dan keluarga.

4.5.2. Evaluasi keperawatan diagnosa kedua defisiensi pengetahuan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

1. Hari pertama evaluasi dilakukan pada tanggal 24 April pukul 16.05

dan diapatkan hasil subjektif kmengatakan paham tentang penyakit,

kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Tn.B, keluarga

mengatakan melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang

dijelaskan perawat, keluarga menyebutkan pengertian hipertensi,

penyebabnya, tanda dan gejalah, komplikasi, perawatan dan pencegahan

penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri. Data objektif didapatkan klien

dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara

benar, klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan namun masih sering lupa dan tidak lancar, klien dan keluarga

mengetahui komplikasi hipertensi. Analisis masalah teratasi sebagian

dengan planning kaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi, diskusikan

dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar

balik
91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga

Tn.B dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas KANDIS Kabupaten SIAK

Tahun 2019, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada hasil

pengkajian didapatkan data dimana Tn.B mengeluhkan sakit kepala, pusing,

nyeri pada leher dan sterasa berat, keluarga tidak tahu tentang masalah yang

dialami, tidak mampu merawat anggota keluarga sakit. Hasil pemeriksaan

diperoleh data Tn.B tampak meringis dan gelisah, keluarga tampak tidak

mengerti tentang penyakit. Hasil pemeriksaan TTV Tn.B diperoleh

TD:180/110, N: 96x/m, RR: 18x/m, dan S : 37 ̊ C.

2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa

keperawatan keluarga yaitu nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit dan defisiensi

pengetahuan berhubungan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah

keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang direncanakan untuk

diagnosa nyeri akut yaitu kaji nyeri secara komprehensif, observasi tanda-

tanda vital, ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik

relaksasi), ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi),

anjurkan /demonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada


92

kepala bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat, beri

lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi pada

klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan dan

kolabari pemberian terapi analgetik untuk megurangi nyeri. Sedangkan

intervensi yang direncanakan untuk diagnosa defisiensi pengetahuan yaitu

kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan

keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang keputusan

untuk merawat anggota kelaurga sakit, diskusikan dengan keluarga cara

merawat anggota keluarga yang sakit, jelaskan makanan yang harus

dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi, diskusikan dengan keluarga

tentang lingkungan yang menunjang kesehatan serta diskusikan bersama

keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan.

4. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.

5. Evaluasi yang telah dilaksanakan sesuasi dengan tujuan keperawatan yang

telah disusun. Analisis masalah nyeri akut didapatkan hasil masalah

teratasi dan masalah keperawatan defisiensi pengetahuan juga didapatkan

analisis masalah teratasi.

5.2. Saran

1. Bagi Mayarakat/Klien

Keluarga berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga

diharapkan perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin

dari keluarga. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengontrol

emosi, mengontrol pola makan, dan memeriksakan kesehatan secara rutin.


93

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan sebagai

referensi perpustakaan yang bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai

bahan acuan dan dasar dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga

khususnya hipertensi.

3. Bagi Puskesmas

Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan motivasi dan bimbingan

kesehatan khususnya penyakit hipertensi kepada keluarga dan dapat

memberikan asuhan keperawatan keluarga secara optimal serta lebih

meningkatkan mutu pelayanan di komunitas atau di lapangan.


94
95
96

Anda mungkin juga menyukai