oleh
Alisa Miradia Puspitasari, S.Kep.
NIM 122311101074
TIM PEMBIMBING
Hipotensi (darah
Di bawah 90 mmHg Di bawah 60 mmHg
rendah)
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
(Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)
3. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu (Anies, 2006):
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder (Gunawan, 2010).
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atautransport Na.
2. Obesitas, terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Corwin, 2005).
5. Tanda Gejala
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Epistaksis
4. Pusing/migrain
5. Rasa berat ditengkuk
6. Sukar tidur
7. Mata berkunang kunang
8. Lemah dan lelah
9. Muka pucat
10. Suhu tubuh rendah
Menurut Rokhaeni (2009), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu:
a. mengeluh sakit kepala, pusing;
b. lemas, kelelahan;
c. sesak nafas;
d. gelisah;
e. mual muntah;
f. epistaksis;
g. kesadaran menurun.
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur;
b. gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Karyadi (2010), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu:
a. peningkatan tekanan darah;
b. mengeluh sakit kepala, pusing;
c. lemas, kelelahan;
d. sesak nafas;
e. gelisah, mudah marah;
f. mual muntah;
g. kesadaran menurun.
h. Gejala berat/ kronis yaitu nyeri dada dan pandangan kabur (akibat
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal).
c. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
Pada pasien hipertensi juga dialkukan diet pembatasan garan atau
Diet Rendah Garam. Diet rendah garam dibagi menjadi beberapa
tingkatan sesuai dengan keadaan penyakit. Pola ini disarankan oleh
Departemen Kesehatan RI.
a) Diet Rendah Garam Tingkat 1
– Diet Hipertensi Berat
Konsumsi Natrium = 200 mg – 400 mg/hari setara dengan ½ gr – 1
gr garam dapur beryodium/hari.
b) Diet Rendah Garam Tingkat 2 – Diet
Hipertensi Sedang
Konsumsi Natrium = 400 mg – 800 mg/hari setara dengan 1gr – 2
gr garam dapur beryodium/hari.
c) Diet Rendah Garam Tingkat 3 – Diet
Hipertensi Ringan
Konsumsi Natrium = 800 mg – 1200 mg/hari setara dengan 2gr – 3
gr garam dapur beryodium/hari.
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien hipertensi yang tidak
dilakukan penatalaksanaan dengan baik adalah :
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga
aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yag
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksi jantung, dan peningkatan risiki
pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah
ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,
protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi
kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di sleuruh susunan saraf pusat.
Neoron-neoron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
e. Kejang dapat terjadi pada wanita pre eklamasi. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan
9. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan dalam upaya mencegah hipertensi
adalah sebagai berikut (Soenanto, 2009):
a. Menerapkan gaya hidup sehat, mengurangi atau membatasi makanan yang
mengandung lemak kolesterol tinggi, makanan berminyak, santan, goreng-
gorengan. Mengonsumsi makanan berserat tinggi, seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
b. Ciptakan suasana damai, santai, rileks di dalam hati, pikiran dalam setiap
keadaan dan tindakan
c. Mengendalikan stress, emosi, ketegangan saraf, tergesa-gesa dalam
berpikir dan bertindak
d. Menghindari produk tembakau (rokok), alkohol
e. Membatasi konsumsi kafein
f. Rajin melakukan olahraga secara teratur, sesuai dengan kemampuan tubuh,
meningkatkan aktivitas fisik
g. Mengukur tekanan darah secara rutin
h. Diet rendah garam
i. Menurunkan berat badan klien jika terjadi kegemukan.
B. Clinical Pathways
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertensi
Kurangnya
Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan status paparan
kesehatan informasi
Perubahan struktur
Ansietas Kurang
Penyumbatan pembuluh darah pengetahuan
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
edema
Ketidakefektifan
pola nafas
Kelebihan
volume cairan
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien, meliputi nama pasien, umur (usia lebih dari 50 tahun
lebih beresiko), jenis kelamin (prevalensi pada wanita lebih besar),
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat.
b. Keluhan utama
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
degeneratif dan penyakit lainnya yang bisa menyebabkan hipertensi
seperti ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, nekrosis tubular akut,
tumor), penyakit vascular (aterosklerosis, hyperplasia, trombosis,
aneurisma, emboli kolestrol, vaskulitis), kelainan endokrin (DM,
hipertiroidisme, hipotiroidisme), penyakit saraf (stroke, ensepalitis,
SGB), dan obat – obatan (kontrasepsi oral, kortikosteroid)
d. Pengkajian fokus
Beberapa hal yang perlu dikaji pada klien dengan hipertensi, antara
lain:
1) Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi; aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda : kenaikan td, nadi: denyutan jelas, frekuensi/irama: takikardia,
disritmia, bunyi jantung: murmur, distensi vena jugularis
3) Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian
kapiler mungkin lambat, edema ekstremitas.
4) Integritas Ego
Gejala, meliputi: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan,
pekerjaan)
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata).
5) Nutrisi dan Eliminasi
Gejala, meliputi: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal ), makanan / cairan, makanan yang
disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik, obesitas.
6) Neurosensori
Gejala, meliputi: keluhan pusing/pening, sakit kepala, kebas,
kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan
kabur, diplopia), epistaksis.
Tanda: Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori (ingatan), Respon motorik: penurunan kekuatan
genggaman, Perubahan retinal optik
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala, meliputi: nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen.
8) Pernapasan
Gejala, meliputi: Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, Takipnea,
Ortopnea, dispnea nokturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
Bunyi napas tambahan (krekles, mengi), Sianosis.
9) Keamanan
Gejala , meliputi: Gangguan koordinasi, cara jalan
2. Diagnosa Keperawatan
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular
b) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
c) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah akibat hipertensi
d) Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan kardiak output
e) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya suplai O2 ke
jaringan
f) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium berlebih
dalam tubuh
g) Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan spasmus
arteriol mata
h) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
i) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi
terkait penyakit
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Z. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Karyadi. 2010. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner.
Jakarta: PT Intisari Mediatama.
Soenanto, Hardi. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan
Obesitas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Utami, M.S. 2007. Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi
Kecemasan Berbicara di Muka Umum. Tesis. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.