PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung merupakan penyakit yang menyebabkan angka
kematian tertinggi berdasarkan seluruh data yang telah di dikumpulkan
dari WHO, pada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit
jantung meningkat menjadi 20 juta jiwa dan akan tetap meningkat sampai
tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta jiwa penduduk akan meninggal akibat
penyakit jantung. Penyebab kematian utama penyakit jantung di dunia
karena dilihat dari pola gaya hidup masyarakat (WHO, 2016).Salah satu
penyakit jantung yang meningkatkan angka kematian adalah Congestive
Heart Failure (WHO, 2015).Di Indonesia data kematian karena penyakit
jantung pada tahun 2015 sebesar 2,43%. Salah satu penyakit jantung yang
meningkatkan angka kematian adalah Congestive Heart Failure (WHO,
2015)
Congestive Heart Failure (CHF) atau Gagal Jantung merupakan
salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat
jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia, 17,5 juta jiwa (31%) dari 58 juta
angka kematian di dunia disebabkan oleh penyakitCongestive Heart
Failure.Di Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir Congestive Heart
Failure sering ditemukan, apalagi dengan adanya fasilitas diagnostik dan
unit-unit perawatan jantung intensif yang makin tersebar merata.
Di Indonesia Prevalensi penyakit Gagal Jantung Kongestif
berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar
229.696 orang dan Provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi akan
penyakit Congestive Heart Failure adalah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yaitu 0,25% (Depkes, RI 2014;PERKI, 2015).Berdasarkan
diagnosis/gejala estimasi jumlah penderita Congestive Heart Failure
terbanyak di Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487, sedangkan Provinsi
1
Sulawesi Utara sebanyak 6.795.Berdasarakan data tersebut Provinsi
Sulawesi Utara menempati urutan ke 12 dari 33 Provinsi di Indonesia.
(Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Robert Wolter
Mongisidi pada tanggal 11 April 2019 diperoleh jumlah pasien dengan
Congestive Heart Failurepada Bulan Desember sebanyak 4 pasien, Bulan
Januari sebanyak 19 pasien dan Bulan Februari sebanyak 16 pasien. Dari
data tersebut menunjukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah
pasien setiap bulannya yang ada di Rumah Sakit. Oleh karena itu
berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Congestive Heart Failure “
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu konsep
asuhan keperawatan pada Pasien dengan CHF (Congestive Heart
Failure)dan dengan pendekatan proses Keperawatan yang terdiri dari lima
tahap meliputi, Pengkajian, Diagnosis Keperawatan, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Diterapkannya proses Asuhan Keperawatan secara sistematis mulai
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi pada pasien denganCongestive Heart Failure.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi pengkajian Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Congestive Heart Failure.
b. Teridentifikasi diagnosis keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure.
2
c. Teridentifikasi intervensi pada pasien dengan Congestive Heart
Failure.
d. Teridentifikasi implementasi pada pasien dengan Congestive Heart
Failure.
e. Teridentifikasi evaluasi pasien dengan Congestive Heart Failure.
f. Teridentifikasi terjadinya kesenjangan antara teori dan praktek.
g. Teridentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam merawat
pasien Congestive Heart Failure.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Pasien
Memperoleh Asuhan Keperawatan yang berkesinambungan sesuai
dengan kebutuhannya mulai dari pengkajian hingga evaluasi.
2. Untuk Rumah Sakit
Untuk dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
upaya meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan.Khususnya
penerapan asuhan keperawatan pada pasien Congestive Heart Failure.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Menjadi bahan masukan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
belajar mengajar khususnya pada pasien dengan Congestive Heart
Failure.
4. Untuk Penulis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan khususnya Pada pasien denganCongestive Heart Failure.
E. Metode Penulisan
Metode penulisanKarya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode
Deskriptif yaitu metode pemecahan masalah yang menggambarkan
keadaan yang terjadi pada saat sekarang dengan metode pengumpulan data
yang didapat melalui:
1. Wawancara
3
mengumpulkan data dengan mengadakan dialog atau komunikasi
dengan pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan lain secara
langsung.
2. Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada pasien dengan menerapkan
proses keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe langsung pada pasien.
4. Dokumentasi
Melihat serta mempelajari catatan perawat dan medis yang ada di
rumah sakit.
5. Kepustakaan
Menggunakan literatur dari berbagai sumber yang berkaitan
denganCongestive Heart Failure.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Pre Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut:
BAB I :Pendahuluan yang meliputi latar belakang, ruang lingkup, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan teoritis Asuhan Keperawatan pada pasien dengan CHF
yangmeliputi: pengertian, etiologi, anatomi fisiologi,
klasifikasi, patofisiologi, penyimpangan KDM, tanda dan
gejala,komplikasi,penatalaksanaan, pengkajian
keperawatan,diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, riwayat sakit dan
kesehatan, pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, terapi dan pengobatan, klasifikasi
data analisis data, prioritas masalah, diagnosis keperawatan,
catatan perkembangan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
4
BAB IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
A. Pengertian
Pengertian Congestive Heart Failure menurut beberapa ahli, antara lain:
B. Klasifikasi
1. Gagal Jantung Akut-Kronik
6
a. Gagal jantung akut terjadi secara tiba – tiba, ditandai dengan
penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
Ini dapat mengakibatkan oedema paru dan kolaps pembuluh darah.
b. Gagal jantung kronik terjadi secara perlahan ditandai dengan
penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung
kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga
menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan
hipertrofi.
2. Gagal Jantung Kanan – Kiri
a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa
darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal,
hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral.
b. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo
akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga
cairan yang terbendung akan terakumulasi secara sistemik di kaki,
asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
3. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik
a. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri
sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya
kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi.
b. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah
akibatnya stroke volume cardiac output (Kasron ,2012).
Menurut New York Heart Assosiation (NYHA) klasifikasi
Congestive Heart Failure dibagi menjadi:
1) Grade 1 : Penurunan fungsi ventrikel kiri tanpa gejala.
2) Grade 2 : Sesak napas saat aktifitas berat.
3) Grade 3 : Sesak napas saat aktivitas sehari-hari.
4) Grade 4 : Sesak napas saat sedang istirahat (Ardiansyah, 2012).
7
Gambar 2.1 anatomi jantung(Saswaran, 2016)
1. Anatomi
Jantung berbentuk seperti buah pir/kerucut seperti piramida terbalik
dengan apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis
(anterior inferiorICS –V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat
aorta, batang nadi paru, pembuluh darah balik atas dan bawah.
Jantung sebagai pusat system kardiovaskuler terletak di sebelah
rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae
tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutjantung, kita
dapat memeriksa dibawah papilla mammae 2 jari setelahnya. Berat
Jantung pada orang dewasa sekitar 250-350 gram. Dinding jantung
terdiri dari tiga lapisan, bagian jantung dan peredaran curah jantung
yaitu :
a. 3 lapisan dinding jantung :
1) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan
di belakang korpus sterni dan tulang rawan II- IV yang terdiri
dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan
viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat cairan
sebagai pelicin untuk menjaga agar gesekan pericardium
tidak mengganggu jantung.
2) Tengah/miokardium
8
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri
koronaria.
3) Dalam/endocardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membraneyang
mengikat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir
endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena
kava.
b. Ruang Jantung
Jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri
ventrikel kiri dan ventrikel kanan.Atrium terletak diatas ventrikel
dan saling berdampingan.Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh
katup satu arah.Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh
septum.
c. Katup Jantung
Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah
searah melalui bilik jantung.Ada dua jenis katup, yaitu katup
atrioventrikuler dan katup semilunar.
d. Bagian – bagian jantung :
1) Basis kordis:
bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan
pembuluh darah besar dan dibentuk oleh atrium sinistra dan
sebagian oleh atrium dekstra.
2) Apeks kordis:
bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.
9
aorta melalui sebuah katup valvulasemilunaris aorta (pembuluh
darah terbesar) dan membawa darah ke seluruh tubuh.
f. Peredaran darah jantung terbagi 3, yaitu :
1) Arteri koronaria kanan
berasal dari sinus anterior aorta berjalan kedepan antara
trunkus pulmonalis dan aurikula memberikancabang-cabang
ke atrium dekstra dan ventrikel kanan.
2) Arteri koronaria sinistra
lebih besar dari arteri koronaria dekstra
3) Aliran vena jantung
sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan
melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang
sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.
(Ardiansyah, 2012)
2. fisiologi
a. Fungsi umum otot jantung, yaitu:
1) Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa
adanya rangsangan dari luar.
2) Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal.
3) Tidak dapat berkontraksi tetanik.
4) Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Metabolisme otot jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy
kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari
metabolisme asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari
metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses
metabolisme jantung adalah aerobic yang membutuhkan oksigen.
10
1) Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada cairan
ekstraseluler (CES) menyebabkan jantung dilatasi, lemah dan
frekuensi lambat.
2) Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan
jantung berkontraksi spastis.
3) Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
d. Sistem konduksi jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1) SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada
di dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
e. Siklus jantung
11
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan dua
pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai
kontraksi berikutnya disebut siklus jantung. (Aspiani, 2014)
Siklus jantung terdiri dari sistole dan diastole.Jantung berkontranksi
secara berirama dengan pusat dengan pusat kendali impuls berasal dari
simpul sinus.Pengisian darah di dalam ruang-ruang jantung terjadi
selama diastoledan pengeluarannya terjadi selama sistole secara
berirama dan secara serentak di jantung kanan dan kiri. (Ronny 2009)
D. Etiologi
Ada beberapa etiologi / penyebab dari gagal jantung:
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit degenerative atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung.Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat).Infark miokardium (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.Peradangan dan
12
penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrophi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard)
dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak
jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal,
dan akhirnya akan jadi Congestive Heart Failure.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.Biasanya
mencakup gangguan aliran darah yang masuk ke jantung (stenosis
katup semilunar), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load akibat meningkatnya tekanan darah
sistemik (hipertensi malignan) dapat menyebabkan Congestive Heart
Failuremeskipun tidak ada hipertrofi miokardial.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung.Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik.Hipoksia dan anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung.Asidosis respiratorik atau
metabolic dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas
jantung, disritmia jantung juga dapat terjadi dengan sendirinya
atausecara sekunder akibat Congestive Heart Failure menurunkan
13
efisiensi keseluruhan fungsi jantung (Menurut Kasron 2012 dalam
Wulandari, 2017).
E. Patofisiologi
Bila kekuatan jantung untuk merespon stress tidak mencukupi
dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, jantung akan gagal untuk
melakukan tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi gagal
jantung, pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa dapat
mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah
dan kegagalan respons fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung,
Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan
perfusi organ vital tetap normal.
Sebagai respons terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme
respons primer, yaitu meningkatnya aktivitas, andrenergik simpatis,
meningkatnya beban awal akibat aktivitas neurohormon, dan hipertrofi
ventrikel.Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal
pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
Resisntesi jantung yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kekuatan kontraktilitas dini mengakibatkan bendungan paru-paru dan vena
sistemik serta oedema, fase kontruksi arteri dan redistribusi aliran darah
mengganggu perfusi jaringan pada anyaman vaskuler yang terkena
menimbulkan tanda serta gejala, misalnya berkurangnya jumlah air kemih
yang dikeluarkan dan kelemahan tubuh.Vasokonstriksiarteri juga
menyebabkan beban akhir dengan memperbesar resitensi terhadap ejeksi
ventrikel, beban akhir juga meningkat jika terjadi dilatasi ruang jantung.
Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokardakan oksigen juga
meningkat, serta adanya hipertensi miokard dan perangsangan simpatik
lebih lanjut. Maka jika kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi
akan terjadi iskemia miokard, akhirnya dapat timbul beban miokard yang
tinggi dan serangan gagal jantung yang berulang (Ardiansyah, 2012).
14
F. Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia
15
G. Tanda dan gejala
Adapun beberapa tanda dan gejala dari Congestive Heart Failureini antara
lain:
1. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat
ataupun beraktifitas (gejalanya dapat dipicu oleh aktifitas gerak yang
minimal atau sedang).
2. Ortopnea, yakni kesulitan bernapas saat penderita berbaring.
3. Paroximal, yakni nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi setelah
pasien duduk lama dengan posisi kaki dan tangan dibawah atau setelah
pergi berbaring ke tempat tidur.
4. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan dahak /lendir
(sputum) berbusa dalam jumlah banyak, kadang disertai darah dalam
jumlah banyak.
5. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang
kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen
yang normal, disamping menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme.
6. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat
munculnya rasa sesak saat bernapas, dan karena si penderita
mengetahui jantungnya tidak berfungsi dengan baik.
7. Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan,dengan tanda dan
gejala berikut:
a. Oedema ekstremitas bawah atau edema dependen;
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen;
c. Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran vena dan
status vena di dalam rongga abdomen;
d. Rasa ingin kencing pada malam hari, yang terjadi karena perfusi
renal dan didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
15
e. Badan lemah, yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan (Ardiansyah, 2012).
H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat Congestive Heart
Failure, antara lain sebagai berikut:
1. Shock Kardiogenik.
2. Oedema Paru.
3. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena statis
darah.
4. Efusi dan temponade perikardium.
5. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis
(Kasron, 2012)
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk Congestive Heart Failureadalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Oksigenasi
Pemberian oksigen sangat dibutuhkan, terutama pada pasien gagal
jantung yang disertai oedema paru. Pemenuhan oksigen akan
mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh.
2. Terapi Nitrat dan Vasodilator
Penggunaan nitrat, baik secara akut maupun kronis, dalam
penatalaksanaan gagal jantung telah banyak mendapat dukungan dari
para pakar kesehatan, dengan menyebabkan vasodilatasi perifer,
jantung diunloaded (penurunan afterload), pada peningkatan curah
jantung lanjut, penurunan pulmonary artery wedge pressure
(pengukuran derajat kongestif dan beratnya gagal jantung ventrikel kiri),
serta penurunan pada konsumsi oksigen miokard. Bentuk terapi ini
telah diketahui bermanfaat pada gagal ginjal ringan sampai sedang,
serta pada kasus gagal oedema pulmonal akut yang berhubungan
16
dengan infark miokard, gagal ventrikel kiri yang sulit sembuh kronis,
dan kegagalan yang berhubungan dengan regurgitasi mitral berat.
3. Deuretik
Selain tirah baring (bed rest), pembatasan garam dan air serta deuretik
baik oral maupun parenteralakan menurunkan preload dan kerja
jantung. Deuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan
pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan
volume cairan dan merendahkan tekanan darah (Syarifudin, 2013).
J. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosa
Congestive Heart Failure. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk
mengetahui sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi organ
lain, seperti hati, ginjal dan lain-lain.
2. Radiologi
a. Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke
pinggir berkurang.
b. Lapang paru bercak-bercak karena oedema paru.
c. Distensi vena paru
d. Hidrotoraks
e. Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks meningkat.
3. EKG (Elektro Kardio Grafi)
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik,hipertrofi ventrikel,
gangguan irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infark miokard,
emboli paru).
4. Ekokardiografi
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi
penyebab gagal jantung.
5. Kateterisasi jantung
Pada gagal jantung kiri didapatkan (Virginia Development Partnership)
10 mmHg atau pulmonary arterial wedge pressure>12 mmHg dalam
17
keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,71/menit/m2luas
permukaan tubuh (Syarifudin, 2013).
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan Congestive Heart Failuremerupakan
salah satu aspek penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting
untuk merencanakan tindakan selanjutnya.Perawat mengumpulkan data
dasar informasi status terkini pasien mengenai pengkajian sistem
kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian (Muttaqin, 2009).
a. Pengumpulan Data
Merupakan bagian awal dari pengkajian, adapun yang perlu dikaji
pada pasien Congestive Heart Failureadalah:
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal/jam pengkajian dan diagnosis medis
a. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan
alamat
b. Genogram
Dibuat dalam tiga generasi dan pasien berada di generasi ketiga.
c. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, dan riwayat penyakit dahulu.
a) Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk
meminta pertolongan pada tenaga kesehatan adalah:
(1) Dispnea
Keluhan dispnea atau sesak napas merupakan manifestasi
kongesti pulmonalissekunder akibat kegagalan ventrikel
kiri dalam melakukan kontraktilitas, sehingga
18
akanmengurangi curah jantung (cardiac output atau
banyaknya darah yang dikeluarkan ventrikel kiri ke dalam
aorta setiap menit).
(2)Kelemahan Fisik
Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah
kelemahan dan kelelahan dalam melakukan aktivitas.
(3) Edema Sistemik
Tekanan arteri paru dapat meningkat sebagai respons
terhadap peningkatan kronis terhadap tekanan vena
paru.Hipertensi pulmonari meningkatkan tahanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Mekanisme kejadian yang
seperti terjadi pada jantung kiri juga akan terjadi pada
jantung kanan, yang akhirnya akan terjadi kongestif
sistemik dan edema sistemik.
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
memberikan serangkaian pertanyaan tentang kronologis
keluhan utama.Pengkajian yang didapat dengan adanya gejala-
gejala kongestif vaskular pulmonal, yakni munculnya dispnea,
ortopnea, dispnea nocturnal paroksimal, batuk, dan oedema
pulmonal akut.Pada pengkajian dispnea (yang ditandai oleh
pernapasan cepat, dangkal, dan sensasi sulit dalam
mendapatkan udara yang cukup menekan pasien), tanyakan
apakah gejala-gejala itu mengganggu aktivitas pasien.
Tanyakan juga jika sekiranya muncul keluhan-keluhan lain,
seperti insomnia, gelisah, atau keluhan yang disebabkan oleh
dispnea.
b) Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami
oleh keluarga.Bila ada anggota keluarga yang meninggal,
maka penyebab kematian juga perlu ditanyakan. Penyakit
jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usiamuda
19
merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung iskemik
bagi keturunannya.
c) Psikososial
Kegelisaan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stres akibat kesakitan bernapas, dan pengetahuan
bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.Penurunan lebih
lanjut dari curah jantung dapat disertai insomnia atau
kebingungan.
d) 11 Pola Fungsi Kesehatan menurut Gordon
1) Pola Persepsi terhadap Kesehatan
Menggambarkan persepsi pasien dan penanganan
kesehatan dan kesejahteraan.Pada pasien dengan Gagal
Jantung Kongestif ditemukan adanya keluhan sesak napas
dalam beraktivitas.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit.Pada pasien dengan Congestive Heart
Failureditemukan adanya pembatasan asupan cairan karena
adanya resiko pembekuan.
3) Pola Aktivitas
Menggambarkan pola latihan aktivitas fisik.Pada pasien
dengan Congestive Heart Failureditemukan keterbatasan
pola aktivitas dan latihan kelemahan/cepat lelah dalam
beraktivitas, gangguan pola pernapasan (kesulitan
bernapas).Karena adanya sesak napas terjadi akibat
perubahan sirkulasi karena adanya kerusakan pertukaran
gas.
4) Pola Istirahat Tidur
Menggambarkan pola tidur dan istirahat.Pada pasien dengan
Congestive Heart Failureditemukan adanya perubahan pola
tidur dan istirahat karena adanya sesak napas.
5) Pola Eliminasi
20
Menggambarkan pola eliminasi, kandung kemih, integumen
dan pernapasan menggambarkan pola fungsi ekskresi usus
dan kandung kemih, pada pasien dengan Congestive Heart
Failuredidapati perubahan pola eliminasi di mana sering
berkemih di malam hari.
6) Pola Perseptual-Kognitif
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan,
pengecapan, perabaan, penciuman, persepsi nyeri dan
bahasa.
7) Pola Konsep Diri
Menggambarkan konsep tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan.Pada pasien dengan Congestive Heart
Failuredidapati adanya sikap tidak berdaya karena
kelemahan.
8) Pola Koping Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan
penggunaan sistem pendukung.Pada pasien dengan
Congestive Heart Failureditemukan stres karena penyakit
yang dialami membuat perubahan pola
kemampuan/aktivitas sehari-hari.
9) Pola Seksual Reproduksi
Menggambarkan kepuasaan atau masalah yang aktual atau
dirasakan dengan seksualitas.Pada pasien dengan
Congestive Heart Failuredidapati penurunan fungsi
seksualitas dan reproduksi karena adanya sesak napas.
10) Pola Peran Hubungan
Menggambarkan keefektifan peran karena tidak dapat
melaksanakanaktivitas sehari-hari dan perubahan pola
hubungan karena keterbatasan dalam berkomunikasi.
11) Pola Nilai Kepercayaan
Menggambarkan spiritual, nilai dan kepercayaan. Pada
pasien dengan Congestive Heart Failureditemukan sikap
21
pasien yang lebih mendekatkan diri pada sang pencipta.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran pasien deng Congestive Heart Failure biasanya baik
atau composmentis (GCS 14-15) dan akan berubah sesuai tungkat
gangguan perfusi sistem saraf pusat.
2) Mata
a) Konjungtiva biasanya anemis, sklera biasanya tidak ikterik.
b) Palpebra biasanya bengkak.
3) Hidung
Biasanya bernafas dengan cuping hidung serta hidung sianosis.
4) Mulut
Bibir biasanya terlihat pucat.
5) Wajah
Biasanya wajah terlihat lelah dan pucat.
6) Leher
Biasanya terjadi pembengkakan pada vena jugularis.
7) Sistem Pernafasan
a) Dispnea saat beraktivitas atau tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal
b) Batuk dengan atau tanpa sputum
c) Penggunaan bantuan pernafasan, missal oksigen atau
medifikasi
d) Pernafasan takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboral
e) Penggunaan otot aksesori
f) Sputum mungkin bercampur darah merah muda/berbuih
g) Edema pulmonal
h) Bunyi nafas : Adanya krakels banner dan mengi (Wijaya &
Yessi 2013, dalam wulandari 2017)
8) Jantung
a) Adanya jaringan parut pada dada
b) Bunyi jantung tambahan (ditemukan jika penyebab Congestive
22
Heart failure adalah kelainan katup)
c) Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukan adanya
hipertrofi jantung (Kardiomegali)
d) Adanya bunyi jantung S3 atau S4
e) Takikardia
9) Abdomen
a) Adanya hepatomegali
b) Adanya splenmogali
c) Adanya asites
10) Eliminasi
a) Penurunan frekuensi kemih
b) Urin berwarna gelap
c) Nokturia (berkemih pada malam hari)
d) Diare/konstipasi
11) Ekstermitas
a) Terdapat oedema dan CRT kembali > 2 detik
b) Adanya oedema
c) Sianosis perifer (Smeltzer & Bare, 2013)
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah
(Nursalam, 2009).
Menurut Muttaqin (2012), berdasarkan patofisiologi dan data
pengkajian di atas, diagnosis keperawatan utama untuk pasien tersebut
mencangkup hal-hal sebagai berikut.
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitasmiokardia/perubahan inotropik, perubahan frekuensi,
irama, dan konduksi listrik, serta perubahan struktural. Gejala ini
23
ditandai adanya peningkatan frekuensi jantung (takikardia), yaitu
disritmia dan perubahan gambaran pola EKG; perubahan tekanan
darah (hipotensi/hipertensi); bunyi ekstra (S3 dan S4); penurunan
keluaran urine; nadi perifer tidak teraba; kulit dingin dan kusam;
serta ortopnea, crackles, pembesaran hepar, edema, dan nyeri dada.
2) Nyeri akut yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder dari
penurunan suplai darah ke miokardium produksi asam laktat.
3) Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan
paru tidak optimal, kelebihan paru sekunder pada edema paru akut
4) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan
kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
5) Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan urine
output, volume plasma meningkat, dan tekanan hidrostatik
meningkat.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan Dispnea nocturnal
disebabkan oleh tekanan pada paru-paru saat tidur, sehingga tekanan
oksigen di paru menurun dan paru-paru menjadi kaku, kesulitan
dalam memilih posisi tidur, nokturia.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang
telah diidentifikasi pada diagnosa keperawatan.Tahap ini dimulai
setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan
rencana dokumentasi.(Nursalam, 2009).
Berdasarkan diagnosa keperawatan untuk pasien Gagal Jantung
Kongestif maka rencana tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut :
a. DiagnosisKeperawatan 1
24
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardia/perubahan inotropik, perubahan frekuensi,
irama, dan konduksi listrik, serta perubahan struktural. Gejala ini
ditandai adanya peningkatan frekuensi jantung (takikardia), yaitu
disritmia dan perubahan gambaran pola EKG; perubahan tekanan
darah (hipotensi/hipertensi); bunyi ekstra (S3 dan S4); penurunan
keluaran urine; nadi perifer tidak teraba; kulit dingin dan kusam;
serta ortopnea, crackles, pembesaran hepar, edema, dan nyeri dada.
Tujuan : jangka pendek: Pasien akan menunjukkan tanda
vitaldalam batas yangdapat diterima (disritmiaa
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal
jantung.
Jangka menengah: Dari hasil pengamatan, tidak
ditemukan adanya penurunan episode dispnea
dan angina sebagai faktor yang turut menambah
beban kerja jantung.
Kriteria hasil : Tidak terjadi takikardi, tidak terjadi perubahan
tekanandarah,tidakterjadi perubahan gambaran
pola EKG.
Tabel 1.Intervensi dan Rasional Diagnosis 1
Intervensi Rasional
1. Auskultasi nadi apikal, kaji 1. Biasanya terjadi takikardia
frekuensi, irama jantung (meskipun pada saat pasien
beristirahat) untuk mengompensasi
penurunan kontraksi ventrikel
Intervensi Rasional
25
ke serambi yang disteni. Bunyi
murmur dapat menunjukan
inkompetensi/ stenosis katup
26
7. Berikan oksigen tambahan dengan 7. Meningkatkan persediaan oksigen
kanula nasal/masker dan obat untuk kebutuhan miokardium
sesuai indikasi (kolaborasi) sebagai mekanisme melawan efek
hipoksia/iskemia. Banyak obat
dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup
darah, memperbaiki kontraktilitas,
dan menurunkan kongesti
(Muttaqin,2009).
b. Diagnosis Keperawatan 2
Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan
paru tidak optimal, kelebihan paru sekunder pada edema paru akut
1) Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan tidak
terjadiperubahan pola napas.
2) Kriteria : Pasien tidak sesak napas, RR dalam batas
normal 16-20kali/menit, respon batuk berkurang
Tabel 2.Intervensi dan Rasional Diagnosis 2
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bunyi napas (crackles) 1. Indikasi edema paru sekunder
akibat dekompensasi jantung
Intervensi Rasional
27
4. Timbang berat badan 4. Perubahan tiba-tiba dari berat
badan menunjukan gangguan
kesimbangan cairan
(Muttaqin,2009).
c. Diagnosis Keperawatan 3
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan urine
output, volume plasma meningkat, dan tekanan hidrostatik
meningkat.
1) Tujuan : Tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik
2) Kriteria : Pasien tidak sesak napas, edema ekstrimitas
berkurang, Pitting edema (-), produksi urine >600
ml/hari.
28
1. Kaji adanya edema ekstremitas. 1. Curiga gagal kongestif/kelebihan
volume cairan
2. Kaji tekanan darah 2. Sebagai salah satu cara untuk
mengetahui peningkatan jumlah
cairan yang dapat diketahui dari
meningkatnya tekanan darah.
3. Timbang berat badan 3. Perubahan tiba-tiba berat badan
menunjukan gangguan
keseimbangan cairan
4. Pertahankan duduk atau tirah baring 4. Menigkatkan filtrasi ginjal dan
dengan posisi semifowler selama menurunkan produksi ADH
fase akut. sehingga meningkatkan diuresis.
5. Kolaborassi. Berikan diet tanpa 5. Nartium meningkatkan retensi
garam cairan dan meningkatkan volume
plasma yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung
dan akan membuat kebutuhan
miokardium meningkat
(Muttaqin, 2009).
d. Diagnosis Keperawatan 4
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik akibat
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan
kebutuhan sekunder dengan curah jantung.
1) Tujuan : Aktifitas sehari-hari pasien tepenuhi dan
meningkatnya
Kemampuan beraktivitas.
2) Kriteria : Pasien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa
gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi di
tempat tidur.
Tabel 4.Intervensi dan Rasional Diagnosis 4
Intervensi Rasional
29
1. Catat frekuensi jantung irama, dan 1. Respons pasien terhadap aktivitas
perubahan tekanan darah, selama dapat mengindikasikan adanya
dan sesudah aktivitas penurunan oksigen miokard
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, 2. Menurunkan kerja
dan berikan aktivitas seringan yang miokard/konsumsi oksigen
tidak berat
3. Anjurkan pasien untuka 3. Dengan mengejan dapat
menghindari peningkatan tekanan mengakibatkan bradikardi,
abdomen, misalnya : mengejan saat menurunkan curah jantung dan
defekasi takikardia, serta peningkatan
tekanan darah
30
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal 1. Reaksi verbal/nonverbal dapat
kecemasan, damping pasien, dan menunjukan rasa agitasi, marah,
lakukan tindakan bila menunjukan dan gelisah
perilaku merusak
2. Beri kesempatan kepada pasien 2. Dapat menghilangkan ketegangan
untuk mengunngkapkan ansietasnya terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan
3. Berikan privasi untuk pasien dan 3. memberi waktu untuk
orang yang terdekat mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi
4. Kolaborasi pemberian anticemas 4. meningkatkan relaksasi dan
sesuai indikasi. Contohnya menurunkan kecemasan
diazepam
(Muttaqin,2009).
f. Diagnosis keperawatan 6
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
Dispneanocturnaldisebabkan oleh tekanan pada paru-paru saat tidur,
sehingga tekanan oksigen di paru-paru menurun dan paru-paru
menjadi kaku, kesulitan dalam memilih posisi tidur, nokturia.
1) Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan perasaan nyaman,
tidur sesuai dengan pola kebiasaan, kebutuhan istirahat
cukup.
2) Kriteria :Pasien dapat tidur sesuai kebutuhan, pasien mengutarakan
merasa segar dan puas.
31
1. Beri ruangan yang nyaman dan 1. Dengan ruangan yang nyaman dan
tenang tenang pasien dapat beristirahat
dengan tenang
BAB III
TINJAUAN KASUS
32
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Tn. D
b. Umur : 77 thn
c. Jenis kelamin : Laki - laki
d. Agama : Kristen Protestan
e. Suku / bangsa : Minahasa / Indonesia
f. Pendidikan : SMP
g. Pekerjaan : Tani
h. Alamat : Bumi beringin, Wenang
i. Ruangan/kelas : Cendana
j. No rekam medik : 16 41 43
k. Tanggal / jam MRS :25Juni 2019jam12.00
l. Tanggal / jam pengkajian : 25 Juni 2019jam15.00
m. Penanggung jawab :
1) Nama : Ny. S.M
2) Umur : 70
3) Pendidikan : SMP
4) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5) Hubungan dengan Pasien : Istri
33
dada kiri dialami pasien bersamaan
dengan sesak, nyeri seperti ditusuk-
tusuk menjalar sampai kebelakang,
lama nyeri 15 menit, hilang saat
istirahat dengan posisi semifowler.
c. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengalami sesak selama 2
minggu dan menghebat selama 3
hari sebelum masuk rumah sakit.
Saat pasien kontrol di poli jantung
pasien menjalani pemeriksaan
sehingga dokter menyimpulkan
harus dirawat di rumah sakit. Saat
dikaji pada tanggal jam pasien
masih mengatakan sesak napas,
pasien tampak batuk
berlendir dengan sputum encer
berbusa, dan badan terasa lemah.
Pasien tampak terbaring di tempat
tidur dengan posisi semifowler.
Pasien terpasang venflon pada
ekstremitas kanan atas dan
terpasang Oksigen 3 L/m via nasal
canule.
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah:120/90 mmHg
Nadi :91 x/m
Respirasi :30 x/m
Suhu badan :37,0 ºC
SPo2 : 99 %
d. Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi dialami pasien sejak
pasienberumur 30 tahun,
pengobatan tidak teratur.
34
e. Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi
f. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit jantung kecuali
pasien namun ada anggota keluarga
yang menderita penyakit Hipertensi
(ayah)
g. Genogram (minimal 3 generasi):
ket : : Laki-laki
: Perempuan
/ : Meninggal
: Hubungan keluarga
: Pasien
: Meninggal karena hipertensi
35
Tabel 7. Pola nutrisi dan metabolisme
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 3 x Sehari 3 x Sehari
Jenis Nasi, Ikan, Sayur Makanan Rendah
Garam
Porsi 1 Porsi ½ Porsi
Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
36
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung / tidak mampu
e. Pola Eliminasi
Tabel 9.Pola Eliminasi Urin
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 5 – 6 x / Hari 2 – 3 x / Hari
Jumlah 100 cc 130 cc
Bau Khas ammonia Khas ammonia
Warna Kuning Kuning
Perasaan Setelah BAK Lega Lega
Total Produksi 600 cc 400 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada
37
pasien yakin akan sembuh dari sakitnya saat ini.
2). Praktik ibadah : Baik
g. Pola Seksual Reproduksi
1). Sebelum sakit : Pasien sudah tidak melakukankegiatan
seksual. Pasien mempunyai 5 orang anak.
2). Saat sakit : tidak ada kegiatan seksual.
h. Pola Kognitif Perseptual
1). Sebelum sakit
Proses pikir dan orientasi pasien masih baik. Pasien tidak
mengalami gangguan jiwa, pasien dapat berkomunikasi dengan
baik, dan penglihatannya tidak terganggu.
2). Saat dikaji
a). Data subjektif
Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik.
Pasien mengatakan dapat mengenali orang, mengetahui
waktu, dan tempat pasien berada sekarang.
38
berhubungan dengan anggota keluarga dan lingkungan
sekitarnnya. Dalam keluarga pasien berperan sebagai ayah, dan
dalam masyarakat pasien hanya berperan sebagai anggota
masyarakat.
2). Saat dikaji
Pasien mengatakan pasienberperan sebagai ayah dalam
keluarga. Hubungan dengan keluarga masih sangat harmonis,
dan beberapa keluarga serta teman menyempatkan untuk
menjenguk pasien.Tampak keluarga pasien selalu menjaga dan
membantu pasien selama di rumah sakit.
k. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
1). Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak mengetahui mengalami penyakit
seperti ini dan pasien masih mengenali dirinya sebagai orang
tua juga sebagai anggota masyarakat disekitas lingkungan
rumahnya.
2). Saat sakit
Pasien mengatakan mengetahui bahwa penyakitnya
dikarenakan gaya hidup yang tidak teratur saat sehat, pasien
menyadari kondisinya saat ini hanya dapat beristirahat
ditempat tidur dan tidak bisa beraktivitas berat.
4. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
a. Keadaan umum : Tampak sakit
b. Kesadaran : Composmentis
GCS :E:4 V:5 M:6
c. TTV : TD: 120/90 mmHg R: 30 x/menit
N: 91 x/menit S: 37,0ºC
SPo2 : 99%
d. BB :sebelum sakit :62 kg
selama sakit :60kg
e. IMT :25
f. TB :155cm
39
g. Kepala
1). Bentuk kepala :Normal bentuk kepala bulat
2). Warna rambut : Hitam keputihan
3). Penyebaran : Tidak merata
4). Tekstur kulit kepala : Bersih lembab
5). Benjolan/lesi : Tidak ada lesi / benjolan
6). Tulang tengkorak : Normal
7). Ukuran dan kontur : Normal
h. Mata
1). Inspeksi
a). Bentuk mata :
( ƴ ) normal ( ) enoftalmus
( ) eksoptalmus ( ) lainnya
b). Konjungtiva :
( ) normal (ƴ ) anemis
( ) ikterik ( ) infeksi
c). Pupil :
(ƴ ) normal ( ) menyempit
d). Gerakan bola mata :
(ƴ ) normal ( ) menyempit
e). Visus / ketajaman pengelihatan : Baik
f). Buta warna : Tidak buta warna
i. Hidung (pembauan)
1). Inspeksi
Nasal septum tegak lurus, membran mukosa lembab, tidak ada
obstruksi, dan terpasang 02 3 L/menit via nasal canule.
2). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus.
j. Telinga (pendengaran)
1). Inspeksi
Bentuk simetris kiri dan kanan, daun telinga warna merah
40
muda, lubang telinga bersih tidak ada serumen dan tidak ada
gangguan pendengaran.
k. Mulut dan Leher
1). Mulut
a). Bibir
Bibir simetris, kondisi kering, warna merah muda pucat,
tidak ada lesi.
b). Gusi
Warna merah muda, tidak ada perdarahan.
c). Lidah
Warna merah muda, tidak ada beslag, tekstur kasar, tidak
tremor.
d). Palatum
Warna merah muda, kontur cekung.
2). Leher
a). Inspeksi
Warna kulit kuning langsat, terdapat ada peningkatan vena
jugularis.
b). Palpasi
Tidak ada pembesaran kelanjar tiroid dan kelenjar getah
bening.
l. Pernapasan (respiratory)
1). Inspeksi
Saat inspirasi dan ekspirasi pergerakan thoraks kiri dan kanan
simetris. Jenis pernapasan ada
2). Palpasi
Tidak ada massa dan tidak ada nyeri tekan.
3). Auskultasi
Bunyi suara napas crackels.
m. Cardiovaskuler
1). Inspeksi
41
Denyut ictus cordis bergeser 2 cm dari mid inter costa ke IV.
2). Palpasi
Teraba nadi dengan hasil 91 x/menit
3). Auskultasi
Bunyi jantung S1-S2 normal,
Terdapat suara tambahan S3 gallop ventrikel.
n. Abdomen
1). Inspeksi
Permukaan datar dan lemah, tidak asites.
2). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
3). Auskultasi
Bising usus (ada) 9
o. Persyarafan
1). Tingkat kesadaran : Composmentis
2). GCS : E:4 V:5 M:6
3). Refleks
a). Refleks bicep:Positif, respon kontraksi otot berupafleks
sebagian dari siku.
b). Reflekstricep :Positif, respon kontraksi otot
berupaekstensi dari siku.
c). Refleks patella: positif, respon otot ekstensi.
d). Babinsky : negative, kelima jari merupakan
plantarfleksi.
4). Pemeriksaan saraf kranial
a). Nervus I (Olfaktory)
Pasien tidak mengalami kelainan padapenciuman/anosmia.
b). Nervus II (Optikus)
Pasien tidak menggunakan kaca mata, ketajaman
pengelihatan baik, tidak ada penurunan lapang pandang.
c). NervusIII,IV,VI(Oculomotorius,Trochlear,Abducens)
Pasien mampu menggerakkan bola mata ke kiri, kekanan,
42
menutup mata dan ke arah atas bawah.
d). Nervus V (Trigeminus)
Pasien mampu menggerakkan rahang ke atas dan kebawah.
e). Nervus VII (Facial)
Pasien mampu untuk tersenyum, Pasien mampu
mengidentifikasi rasa manis dan asin pada lidah.
f). Nervus VIII (Acustikus)
Pendengaran Pasien tidak ada gangguan.
g). Nervus IX,X (Glossofaringeal,Vagus)
Pasien mampu menelan dengan baik dan tanpa kesulitan.
h). Nervus XI (Accessorius)
Pasien mampu menggerakkan leher dengan baik.
i). Nervus XII (Hypoglosus)
Pasien mampu menggerakkan lidah dan dapat membedakan
rasa.
5). Koordinasi gerak : Tidak ada gangguan
6). Kejang : Tidak ada kejang
7). Perasa : Baik
43
a. Tampak adanya pembengkakan pada ekstremitas kiri.
b. Tampak adanya pitting oedema.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kimia klinik
Nama : Tn. D Tanggal order : 25 juni 2019
No rekam medik : 16 41 43 Ruang : Cendana
Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 77 tahun
Tabel 11.Kimia klinik
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
Bilirubin total 0,66 mg/dL 0,10-1,20 mg/dL
Bilirubin direct 0,27 mg/dL ˂ 0,30 mg/dL
Ureum darah 23 mg/dL Oct-40 mg/dL
Creatinin darah 0,7 mg/dL 0,5-1,5 mg/dL
Uric acid darah 7,8 mg/dL 2,0-6,5 mg/dL
Cholesterol 177 mg/dL 133-200 mg/dL
HDL cholesterol 39 mg/dL ˃ 40 mg/dL
LDL cholesterol 99 mg/dL 60-130 mg/dL
Trigliserida 194 mg/dL 30-190 mg/dL
GDS 89 mg/dL 70-125 mg/dL
Magnesium 1,65 mg/dL 1,70-2,50 mg/dL
Albumin 3,85 g/dL 3,50-5,70 g/dL
Globulin 4,47 g/dL 2,50-3,50 g/dL
Chlorida darah 103,0 mEq/L 98,0-109,0 mEq/L
Kalium darah 3,70 mEq/L 3,50-5,30 mEq/L
Natrium darah 140 mEq/L 135-153 mEq/L
Calsium 9,41 mEq/L 8,10-10,40 mEq/L
c. Terapi/ Pengobatan
Tabel 13.Terapi/Pengobatan
45
Cara
Nama Obat Dosis obat Rute Indikasi Kontra Indikasi
Pemberian
Ramipril 2,5 mg 1x 2,5 mg Oral 1 x1 Hipertensi, gagal jantung. Pasien yang
memiliki riwayat
hipersensitif
terhadap ramipril
46
bengkak TD : 120/90 mmHg
4. Pasien mengatakan perlu bantuan R : 30 x/menit
keluarga dalam melakukan aktivitas. N : 91 x/menit
5. Pasien mengatakan cemas, dengan SB: 37,00C
sakit yang dialaminya, karena pasien 4. Pasien tampak batuk berlendir.
baru mengetahui bahwa memiliki 5. Terpasang oksigen 3
riwayat penyakit jantung. liter/menit via nasal canule.
6. Pasien terpasang venflon pada
ekstremitas atas kiri.
7. EKG = Dilatasi
ventrikel,dengan irama tidak
teratur, HR 101 x/menit.
8. Pasien terbaring lemah di
tempat tidur.
9. Akral dingin pada perabaan.
10. Bunyi suara napas crackles
11. Edema pada ektermitas kiri
bawah
12. BAK 2-3 x/hari (400 cc)
13. Diet rendah garam
14. Tingkat kecemasan sedang
15. Aktivitas seperti kebersihan
diri makan dan minum obat
Data Subjektif Data objektif
dibantu keluarga dan perawat.
16. Pasien tampak terbaring di
tempat tidur.
17. Skala aktivitas 2
18. Ekspresi wajah pasien tampak
gelisah.
19. Pasien sering mengulang-
ulang pertanyaan yang sama
47
kepada dokter dan perawat.
C. Analisis Data
Tabel 15.Analisis Data
Data Etiologi Masalah
48
1. Data subjektif Menurunnya kontraklitas Penurunan curah
Pasien mengatakan badanya jantung jantung
terasa lemah.
2. Data objektif
a. EKG = dilatasi ventrikel,
dengan irama tidak
teratur, HR 101 x/menit.
b. Pasien terbaring lemah di
tempat tidur.
c. Akral dingin pada
perabaan.
d. Pada auskultasi terdapat
suara S3 gallop ventrikel.
1. Data subjektif : Pengembangan paru tidak Pola napas tidak
Pasien mengeluh sesak napas optimal efektif
bila beraktivitas dan dalam
keadaan tidur terlentang.
2. Data objektif :
a. Pasien tampak lemah
terbaring di tempat tidur
dengan posisisemifowler.
b. Pasien tampak sesak
napas
c. TTV :
TD : 120/90 mmHg
R : 30 x/menit
N : 91 x/ menit
Sb : 37,00C
d. Pasien batuk berlendir
Data Etiologi Masalah
49
e. Terpasang oksigen 3 liter/
menit via nasal canule.
f. Terpasang venvlon pada
ekstremitas kiri atas.
g. Bunyi suara napas
crackles.
h. Terdapat suara S3 gallop.
50
Pasien mengatakan cemas, penyakit
dengan sakit yang
dialaminya karena pasien
baru mengetahui bahwa
memiliki riwayat penyakit
jantung.
2. Data objektif
a. Pasien tampak gelisah
b. Pasien sering mengulang-
ulang pertanyaan yang
sama tentang keadaannya
kepada dokter dan
perawat.
c. tingkat kecemasan sedang
D. Prioritas Masalah.
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunya
kontraktilitas jantung.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal .
3. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan urine output
menurun, volume plasma meningkat, tekanan hidrostatik.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan suplai
oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah
jantung.
5. Kecemasan berhubungan dengan kondisi dan prognosis penyakit.
51
E. Perencanaan Keperawatan
Tabel 16.Care Plan
52
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
terasa lemah. badanya kebutuhan d. Aklar dingin masih lemah.
DO : sudah tidak pasien . 3. TTV :
a. EKG = merasa TD: 100/70 mmHg
Dilatasi lemah. 2. Atur posisi tirah 2. Pasien dengan Jam 14.20 N :96 x/menit.
ventrikel 2. Pasien tidak baring yang gagal jantung 2. Mengatur posisi tirah R : 26 x/menit.
b. Pasien terlihat ideal. Kepala kongestif baring pasien, yaitu SB : 36,50C
terbaring lemah lagi harus dinaikkan dapat dengan meninggikan 4. Bunyi jantung
lemah di 3. Tanda-tanda 20 sampai 30 berbaring kepala pasien 30 cm S3, gallop
tempat tidur. vital dalam cm. dengan posisi lebih tinggi dari ventrikel
c. Akral dingin batas normal setengah badan. 5. Aklar dingin
pada 4. Kekuatan nadi duduk untuk Hasil: pasien merasa
perabaan. dalam batas mengurangi nyaman dengan posisi A : Masalah belum
d. Bunyi suara normal kesulitan yang diberikan. teratasi
napas bernafas dan
crackles mengurangi P: lanjutkan
jumlah darah intervernsi
yang kembali
53
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
ke jantung
sehingga dapat
mengurangi
kongesti paru.
Jam 14.30
3. Ciptakan 3. Lingkungan 3. Membatasi
lingkungan yang yang tenang pengunjung dan
tenang. berfungsi merapihkan tempat
untuk tidur pasien.
istirahatkan Hasil : menganjurkan
psikologi. keluarga, teman agar
mengikuti jadwal jam
besuk sehingga pasien
dapatberistirahat tanpa
ada gangguan
pengunjung.
54
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Jam 14.40
4. Istirahatkan 4. Tirah baring 4. Menganjurkan pasien
Pasien merupakan untuk beristirahat.
dengantirah bagian yang Hasil : pasien dapat
baring optimal. penting dari melakukannya.
pengobatan
untuk
menurunkan
beban kerja
jantung.
Jam 14.50
5. Kolaborasi 5. Meningkatkan 5. Berkolaborasi dalam
55
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
dalam sediaan pemberianoksigen
pemberian oksigen untuk 3L/menit via nasal
oksigen. kebutuhan canule.
miokardium Hasil : pasien merasa
guna melawan nyaman.
efek
hipoksia/iskem
ia.
Jam 15.00
6. Kolaborasi 6. Depresi 6. Melakukan rekam
untuk memantau segmen ST jantung dan
EKG. dan datarnya konsultasikan.
gelombang T Hasil :terjadi dilatasi
dapat terjadi ventrikel, dengan
karena irama tidak teratur
peningkatan dan HR 101 x/menit.
56
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
kebutuhan
oksigen. .
57
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2. Pola napas Polanapas efektif Selasa,25 Juni 2019 Selasa,25 Juni 2019
tidakefekif setelah diberi Jam 14.15 Wita Jam 19.00
berhubungan tindakan 1. Ukur dan catat 1. Pasien gagal 1. Mengkaji tanda- tanda S:Pasien masih
dengan keperawatan vital sign tiap 6 jantung dengan vital. mengeluh sesak
pengembangan selama 3 hari jam pola napas Hasil : napas.
paru tidak dengan kriteria tidak efektif Td : 100 / 90 mmhg O:
optimal yang hasil : biasanya terjadi
N : 78 x/menit 1. Pasien tampak
ditandai dengan : 1. Pasien tidak peningkatan R : 25 x/menit lemah terbaring di
DS : lagi mengeluh frekuensi nadi SB : 36,00C tempat tidur
Pasien sesak. dan respirasi. dengan posisi
Mengeluh 2. Pasien tidak Jam 14.25 setengah duduk.
adanya sesak tampak lemah. 2. Auskultasi bunyi 2. Indikasi edema 2. Mendengar bunyi napas 2. Adanya sesak
napas saat 3. Tidak terdapat napas (crackels). paru sekunder pasien. Hasilnya bunyi napas.
tidur sesak napas. Setiap shift, 8 akibat gagal napas yang didapat TD = 100/70mmhg
terlentang. 4. TTV dalam jam atau ketika jantung adalah crackels. N = 96 x/menit.
batas normal. pasien mengeluh. kongestif. R = 26 x/menit.
SB = 36,5 0 C.
5. Tidak 3. Masih terpasang
58
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
DO : terpasang Jam 14.35 oksigen 3 L/menit
1. Pasien tampak oksigen. 3. Anjurkan pasien 3. Menganjurkan pasien
lemah 6. Frekuensi untuk membatasi 3. Memenuhi untuk membatasi A :
terbaring di TTV dalam jumlah cairan. kebutuhan jumlah cairan yang Masalah belum
tempat tidur batas normal cairan tetapi masuk+ 1,5 L/hari. teratasi.
dengan posisi 7. Respon batuk memerlukan Hasil : pasien dapat P:
miring berkurang pembatasan mematuhinya. Lanjutkan intervensi
kekanan dengan adanya
2. Pasien Sesak gagal jantung
napas. kongestif.
3. TTV: 4. Anjurkan Pasien
TD:120/90mmHg untuk tidak 4. Baju ketat dapat Jam 14.45
N : 91 x/menit memakai baju menahan 4. Menganjurkan pasien
R : 30 x/menit ketat. pengembangan untuk tidak memakai
SB: 36 0C paru. baju yang ketat.
4. Pasien batuk Hasil :Pasien mengerti
berlendir. dan akan
5. Terpasang
59
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
oksigen 3 melakukannya.
Liter/menit.
5. Kolaborasi dalam
pemberian diet 5. Natrium Jam 15.05
tanpa garam. meningkatkan 5. Berkolaborasi dengan
retensi cairan tim gizi dalam
dan pemberian diet rendah
meningkatkan garam, nasi, ikan, sayur
volume plasma dan pisang.
yang terdampak Hasil: menu makan
terhadap pasien sesuai dengan
peningkatan diet yang diberikan.
beban kerja
jantung dan
akan membuat
kebutuhan
miokardium
meningkat.
60
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
6. Diuretik
6. Kolaborasi dalam bertujuan untuk Jam 12.00 Wita
pemberian menurunkan 6. Melakukan
diuretik. retensi cairan di injeksifurosemid 40
jaringan dan mg/IV
volume plasma,
sehingga
menurunkan
resiko
terjadinya
edema paru.
61
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
3. Kelebihan Selasa,25 Juni 2019 Selasa,25 Juni 2019
volume cairan Setelah Jam 14.00 Jam 21.00
yang diberikan
1. Mengkaji adanya S :
berhubungan tindakan 1. Kaji adanya 1. Curiga
kelebihan volume Pasien mengatakan kaki
dengan urine keperawatan oedema adanya
cairan/oedema.
output menurun, selam 3x24 jam ektremitas kelebihan kiri pasien bengkak.
Hasil : Adanya
volume plasma tidak terjadi volume
oedema pada kaki
meningkat, kelebihan cairan/
kiri. O:
tekanan volume oedema.
hidrostatik, sistemik. \ 1. Oedema pada
64
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
4. Intoleransi 1. Kaji skala 1. Dapat Selasa, 25 Juni 2019 Selasa, 25 Juni 2019
aktivitas Aktivitas pasien aktivitas mengetahui Jam 14.30 Jam 21.00
berhubungan dapat terpenuhi tingkat 1. Mengkajiskalaaktivit
dengan tanpa adanya kekuatan otot as. S:
ketidakseimban sesak setelah pasien. Hasil : 2 1. Pasien mengatakan
gan suplai diberikan sesak bila beraktivitas
oksigen ke tindakan secara berlebihan.
jaringan dengan keperawatan 2. Pasien mengeluh
kebutuhan selama 3 hari Jam 14.50 badannya terasa lemah.
sekunder yang dengan kriteria 2. Pertahankan 2. Untuk 2. Mempertahankan
ditandai dengan: hasil : Pasien pada mengurangi posisi pasien untuk O:
posisi tirah beban jantung. tirah baring yaitu 1. Pasien terbaring lemah
DS : 1. Aktivitas baring semifowler. di tempat tidur.
1. Pasien pasien sementara sakit Hasil : Pasien mau 2. Aktivitas seperti
mengatakan terpenuhi akut. mempertahankan makan, minum obat,
perlu tanpa adanya posisi semifowler kebersihan diri dan
bantuankelu keluhan sesak mobilisasi di bantu
arga dalam 3. Tingkatkan 3. miokard dan
65
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
melakukan nafas. istirahat, batasi konsumsi Jam 15:05 Wita perawat dan keluarga.
aktivitas. 2. Pasien aktivitas dan oksigen. 3. Menganjurkan pasien 3. Adanya sesak nafas
DO : mampu berikan aktivitas untuk meningkatkan bila beraktivitas
1. Aktivitas beraktivitas senggang yang istirahat, batasi 4. TTV:
seperti secara tidak berat. aktivitas.Memberikan TD : 100/60 mmHg
kebersihan mandiri. aktivitas sedang yang Nadi: 96 x/menit
diri makan tidak berat, seperti R : 26 x/menit.
dan minum membaca buku. SB : 36,50C.
obat dibantu Hasil : pasien mau
keluarga dan melakukannya.
perawat. 4. Anjurkan pasien 4. Dengan
2. Pasien untuk mengejan Jam 15.30 A:
tampak menghindari dapat 4. Menganjurkan pasien, masalah belum teratasi.
terbaring di peningkatan mengakibatka pada saat BAB, tidak
tempat tidur. tekanan n bradikardi, mengejan. Agar tidak
3. Skala abdomen, menurunya dapat mengakibatkan P:
aktivitas 2 misalnya: curah jantung tekanan abdomen. lanjutkan intervensi.
mengejan saat dan takikardi, Hasil : pasien
66
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
defekasi. serta mengerti dan mau
peningkatan melakukannya.
tekanan darah.
67
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
5. Kecemasan Selasa, 25 Juni 2019 Selasa, 25 Juni 2019
berhubungan Kecemasan
dengan kondisi hilang atau Jam 15.00 Jam 21.00 Wita
dan prognosis berkurang 1. Kaji tanda 1. Reaksi verbal 1. Mengkaji tanda S:
penyakit, setelah verbal dan atau nonverbal verbal dan nonverbal Pasien mengatakan sudah
ditandai dengan: dilakukan nonverbal dapat kecemasan, secara tidak merasa cemas lagi.
DS : pertemuan kecemasan. menunjukan verbal pasien O:
Pasien sebanyak 1 hari, rasa gelisah mengatakan merasa 1. Pasien tidak tampak
mengatakan dengan kriteria dan cemas. cemas dengan cemas lagi.
cemas, karena hasil : keadaannya sekarang, 2. Pasien tidak lagi
pasien baru 1. Pasien dan pasien tampak bertanya-tanya tentang
pertama kali mengatakan gelisah. keadaannya.
mengalami sakit tidak lagi A:
seperti cemas Masalah teratasi.
sekarang. dengan
DO : keadaan P:-
penyakitnya.
1. Ekspresi
68
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
wajah pasien Jam 16.30
tampak 2. Pasien 2. Beri lingkungan 2. Mengurangi 2. Menciptakan
gelisah. tampak yang tenang. rangsangan lingkungan yang
2. Pasien tenang. eksternal yang tenang dengan
sering 3. Ekspresi tidak perlu. membatasi
mengulang- wajah tidak pengunjung.
ulang tampak Hasil : pasien dapat
pertanyaan cemas. beristirahat dengan
yang sama 4. Pasien tidak tenang.
kepada bertanya-
dokter dan tanya tentang Jam 17.40
perawat. keadaannya. 3. Tingkatkan 3. Kontrol 3. Menjelaskan kepada
5. TTV dalam kontrol sensasi sensasi pasien pasien tentang
batas normal. pasien. dengan cara penyakitnya, jika
memberikan melaksanakan terapi
informasi dan bisa bekerjasama
mengenai dengan tim medis
keadaan pasti akan sembuh,
69
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
pasien, “sesak yang bapak
menekankan alami akibat jantung
pada sudah mengalami
penghargaan penurunan fungsi, jadi
terhadap bapak perlu istirahat
sumber- banyak”
sumber koping
yang positif,
membantu
latihan
relaksasi dan
teknik
pengalihan,
serta
memberikan
respon balik
yang positif.
70
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Jam 18.00
4. Dapat 4. Memberikan
4. Beri kesempatan menghilangka kesempatan bagi
kepada pasien n ketegangan pasien untuk
untuk terhadap mengungkapkan rasa
mengungkapkan kekhawatiran kecemasannya, pasien
ansietasnya yang tidak mengatakan adanya
diekspresikan. rasa sesak.
71
1. Catatan Perkembangan.
Tabel 17.Catatan Perkembangan Tanggal 26juni 2019
Hari/Tanggal Nd
Implementasi Evaluasi
Jam x
26 Juni 2019 2
09.30 1. Mengkaji tanda penurunan Jam 14.00 Wita
curah jantung
a. Pasien tampak lemah. S:
b. Suara napas crackles Pasien mengatakan
c. Bunyi jantung S3 gallop badannya masih
ventrikel. merasa lemah.
d. Aklar dingin O:
1. Pasien masih
09.45 2. Mengatur posisi tirah baring terbaring lemah
pasien, yaitu dengan di tempat tidur.
meninggikan kepala pasien 30 2. Kekuatan nadi
cm lebih tinggi dari badan. masih lemah.
Hasil: pasien merasa nyaman 3. Bunyi jantung
dengan posisi yang diberikan. S3, gallop
ventrikel
4. Aklar dingin
09.45
A:
Masalahbelum
3. Membatasi pengunjung dan teratasi.
merapihkan tempat tidur pasien. P:
Hasil :menganjurkan keluarga Lanjutkan
dan teman untuk mengikuti jam intervensi
berkunjung agar pasien dapat
beristirahat tenang.
72
Hari/Tanggal Nd
Implementasi Evaluasi
Jam x
10.00
Jam 15.00 wita
4. Menganjurkan pasien untuk
beristirahat. S:
Hasil : pasien dapat Pasien mengatakan
10.30 melakukannya. badannya masih
5. Memperbaiki oksigen 3L/menit merasa lemah.
via nasal canule. O:
Hasil : pasien merasa nyaman. 1. Pasien masih
SPo2 : 99% terbaring lemah
11.00 di tempat tidur.
6. Melakukan rekam jantung dan 2. Kekuatan nadi
konsultasikan. masih lemah.
Hasil: terjadi dilatasi ventrikel. 3. Bunyi jantung
11.20 S3, gallop
ventrikel
7. Memberikan obat Ramipril 2,5 4. Aklar dingin
mg, Digoxin 0,25 mg diberikan A:
secara oral. Masalah belum
teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi
26 Juni 2019 3
Jam 14.00 Wita
1.Mengkaji adanya kelebihan
08.00 S:
volume cairan/oedema.
Pasien mengatakan
Hasil : Adanya oedema pada
kaki kiri pasien
kaki kiri
bengkak.
O:
73
Hari/Tanggal Nd
Implementasi Evaluasi
Jam x
09.00 2. Mengkaji frekuensi BAK pasien. 1.Eodema pada
Hasil : 2-3 x/hari( 130cc) ekstremitas kiri
bawah.
10.15
2.BAK 2-3 x/hari
3. Menimbang berat badan pasien.
(400 cc)
Hasil : 60 kg.
3.Diet rendah
natrium
11.30
4.Tingkat
4. Mengkaji minum pasien.
kecemasan
Hasilnya : 1,5 L/hari, sekali
sedang
minum 300 cc.
A:
Masalah belum
teratasi
5. Memberikan diet rendah natrium,
konsumsi garam di bawah 3 P:
gram/hari. Hasilnya : pasien
makan sesuai dengan porsi yang Lanjutkan
diberikan. intervensi
Pasien mengatakan
kaki kiri pasien
bengkak.
O:
13.00
1.Oedema pada
ekstremitas kiri
bawah.
74
Hari/Tanggal Nd
Implementasi Evaluasi
Jam x
3.Diet rendah
natrium
4.Tingkat
kecemasan sedang
A:
Masalah belum
teratasi
P.
Lanjutkan
intervensi.
26 Juni 2019 4 1. Mengkaji skla aktivitas. Jam 14:00 Wita
Hasil : 2 S:
08.30
2. Mempertahankan posisi pasien 1. Pasien
untuk tirah baring yaitu mengatakan
09.45
semifowler. sesak bila
beraktivitas
3. Menganjurkan pasien untuk secara
11.00
meningkatkan istirahat, batasi berlebihan.
aktivitas.Memberikan aktivitas 2. Pasien
sedang yang tidak berat, seperti mengeluh
membaca buku. badannya terasa
Hasil : pasien mau lemah.
melakukannya. O:
1. Pasien terbaring
4. Menganjurkan pasien, pada saat lemah di tempat
75
Hari/Tanggal Nd
Implementasi Evaluasi
Jam x
BAB, tidak mengejan. Agar tidur.
tidak dapat mengakibatkan 2. Aktivitas seperti
tekanan abdomen. makan, minum
Hasil : pasien mengerti dan mau obat, kebersihan
melakukannya. diri dan
mobilisasi di
bantu perawat
dan keluarga.
3. Adanya sesak
nafas bila
beraktivitas
4. TTV:
TD:100/60mmHg
N : 96 x/menit
R : 26 x/menit.
SB: 36,50C.
12.30
76
Hari/Tanggal Nd
Implementasi Evaluasi
Jam x
13.00 5. Membantu pasien dalam A :
aktivitas seperti, mengganti masalah belum
pakaian, makan dan minum. teratasi.
Hasil : pasien kooperatif dan P :
kebutuhan pasien terpenuhi lanjutkan intervensi.
dengan bantuan perawat.
77
Hari/Tanggal Nd
Implementasi Evaluasi
Jam x
bantu perawat
dan keluarga.
3. Adanya sesak
nafas bila
beraktivitas
4. TTV:
TD : 110/70 mmHg
N : 96 x/menit
R : 26 x/menit.
SB: 36,50C.
A:
masalah belum
teratasi.
P:
lanjutkan intervensi.
2. Catatan Perkembangan.
Tabel 18.Catatan Perkembangan Tanggal 27Juni 2019
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
27 Juni 2019 1 - Mengkaji tanda- tanda vital. Jam 13:30 Wita
09.00 Hasilnya :
TD : 100/ 60 mmhg S:
N : 78 x/menit Pasien masih
R : 28 x/menit mengeluh sesak
Sb : 36, 0C napas.
78
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
09. 30 - Menganjurkan pasien untuk dengan posisi
membatasi jumlah cairan yang setengah duduk.
masuk+ 1,5 L/hari. Hasil : 2. Adanya sesak
pasien dapat mematuhinya napas.
TD:100/70mmhg
N : 96 x/menit.
- Menganjurkan pasien untuk R : 26 x/menit.
tidak memakai baju yang ketat. SB : 36,5 0 C.
Hasil : mengerti dan akan 3. Masih terpasang
melakukannya. oksigen 3 L/menit
via nasal canule.
- Memberi diet rendah garam, A :
09.45
nasi, ikan, sayur dan pisang. Masalah belum
Hasil : menu makan pasien teratasi.
sesui dengan diet yang P :
diberikan. Lanjutkan intervensi
11.00
79
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
Hasil : mengerti dan akan
melakukannya.
14.00
ditempat tidur
dengan posisi
setengah duduk.
2. Adanya sesak
napas.
TD: 100/70mmhg
N : 96 x/menit.
R : 26 x/menit.
SB : 36,5 0 C.
3. Masih terpasang
oksigen 3 L/menit
via nasal canule.
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi
27 Juni 2019 2 1. Mengkaji tanda penurunan Jam 14.00 Wita
09.30 Wita curah jantung
1. Pasien tampak lemah. S:
2. Suara napas crackles Pasien
3. Bunyi jantung S3 gallop mengatakanbadannya
ventrikel. masih merasa lemah.
4. Aklar dingin O:
1. Pasien masih
2. Mengatur posisi tirah baring terbaring lemah
pasien, yaitu dengan
80
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
09.45 meninggikan kepala pasien 30 di tempat tidur.
cm lebih tinggi dari badan. 2. Kekuatan nadi
Hasil: pasien merasa nyaman masih lemah.
dengan posisi yang diberikan. 3. Bunyi jantung S3,
gallop ventrikel
4. Aklar dingin
A:
09.45
Masalah belum
teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi
81
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
13.00 P:
6. Melakukan rekam jantung dan Lanjutkan intervensi
konsultasikan.
Hasil :terjadi dilatasi ventrikel,
13.45
dengan irama tidak teratur dan
HR 101 x/menit.
82
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
Hasil : 62 kg. 4.Tingkat kecemasan
sedang
11.30 4. Mengkaji minum pasien. A:
Hasil : 1,5 L/hari Masalah belum
teratasi
5. Memberikan diet rendah P :
natrium, konsumsi garam di Lanjutkan intervensi
bawah 3 gram/hari. Hasil :
pasien makan sesuai dengan Jam 14.25 wita
porsi yang diberikan.
12.00 S:
Pasien mengatakan
6. Mengkaji minum pasien.
kaki kiri pasien
Hasilnya : 1,5 L/hari.
bengkak.
O:
7. Memberikan diet rendah
1.Eodema pada
13.00 natrium, konsumsi garam di
ekstremitas kiri
bawah 3 gram/hari. Hasilnya :
bawah.
pasien makan sesuai dengan
2.BAK 2-3 x/hari
porsi yang diberikan.
13.50 (400 cc)
3.Diet rendah
natrium
4.Tingkat kecemasan
sedang
A.
Masalah belum
teratasi
P.
Lanjutkan
Intervensi
83
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
84
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
5. Mempertahankan posisi pasien TD : 100/70 mmHg
untuk tirah baring yaitu N : 96 x/menit
13.30
semifowler. R : 26 x/menit.
SB : 36,50C.
6. Menganjurkan pasien, pada saat A :
BAB, tidak mengejan. Agar masalah belum
tidak dapat mengakibatkan teratasi.
13.40
tekanan abdomen. P:
Hasil : pasien mengerti dan mau lanjutkan intervensi.
melakukannya.
85
Hari/Tanggal Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
mobilisasi di
bantu perawat
dan keluarga.
3. Adanya sesak
nafas bila
beraktivitas
4. TTV:
TD : 110/70 mmHg
N : 98 x/menit
R : 25 x/menit.
SB : 36,50C.
A:
masalah belum
teratasi.
P:
3. lanjutkan
intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengkajian pada TnD. yang
dilakukan pada tanggal 25 juni 2019.
Menurut teori data yang di dapat dari hasil pengkajian pada pasien
dengan Congestive Heart Failure yaitu ketidakmampuan jantung untuk
86
memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi . Istilah Congestive Heart Failuresering digunakan kalau
terjadi Gagal Jantung kiri dan kanan. Terdapat tanda dan gejala, dispnea,
orthopnea, paroximal nocturnal dyspnea, batuk, mudah lelah, ronchi,
gelisah, cemas, oedema perifer, peningkatan berat badan, distensi vena
jugularis, hepatomegali, asites, pitting edema, anoreksia, mual.
Sedangkan pada kasus penulis mendapatkan data subjektif, pasien
mengatakan sesak napas bila beraktivitas dan dalam keadaan tidur
terlentang. Data objektif pasien tampak lemah terbaring di tempat tidur
dengan posisi miring ke kanan, pasien mengatakan sesak napas, TTV : TD :
100/60 mmHg, R : 26 x/menit, N : 96 x/menit, SB : 36.0 0C, terpasang
oksigen 3 liter/menit.
Dari hasil pengkajian ini maka penulis menyimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus, karena semua tanda dan gejala pada
pasien dengan Congestive Heart Failure ditemukan pada kasus atau semua
keluhan pasien terdapat dalam tanda dan gejala yang ada pada teori.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus Congestive Heart
Failure pada pasien Tn. D adalah sebagai berikut :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardia/perubahan inotropik, perubahan frekuensi,
irama, dan konduksi listrik, serta perubahan struktural. Gejala ini
ditandai adanya peningkatan frekuensi jantung (takikardia), yaitu
disritmia dan perubahan gambaran pola EKG; perubahan tekanan
darah (hipotensi/hipertensi); bunyi ekstra (S3 dan S4); penurunan
keluaran urine; nadi perifer tidak teraba; kulit dingin dan kusam;
serta ortopnea, crackles, pembesaran hepar, edema, dan nyeri dada.
2. Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan
dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru.
3. Aktual/risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan yang
berhubungan dengan urine output menurun, volume plasma
87
meningkat, peningkatan kontraktilitas.
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder
penurunan curah jantung.
5. Cemas yang berhubungan dengan kondisi dan prognosis penyakit.
Diagnosa diangkat berdasarkan masalah yang ditemukan pada saat
pengkajian. Berdasarkan data di atas, penulis menyimpulkan bahwa
tidak ada kesenjangan antara keperawatan teoritis dan diagnosa
keperawatan aktual atau yang ada pada kasus karena dari lima
diagnosa tersebut terdapat dalam 5 diagnosa keperawatan teoritis.
Tidak semua diagnosa teoritis diangkat menjadi masalah
keperawatan yang aktual, karena diagnosa pada kasus disesuaikan
pada keluhan pasien dan tanda-tanda yang diidapat dari pengkajian.
C. Perencanaan
Perencanaan yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. penulis
merumuskan rencana keperawatan yang meliputi tujuan waktu, kriteria hasil
dan menetapkan intervensi keperawatan yang diangkat, intervensi yang ada
pada teori tidak semuanya dilaksanakan pada praktek karena disesuikan
dengan keadaan dan kondisi pasien.
Pada diagnosa keperawatan pertama, pola napas tidak efektif
berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal terdapat enam
intervensi yaitu: kaji tanda-tanda vital, auskultasi bunyi napas crackles,
88
pertahankan pemasukan cairan dalam toleransi kardiovaskuler, anjurkan
pasien untuk tidak memakai baju ketat, kolaborasi dalam pemberian diet
tanpa garam, koraborasi dalam pemberian diuretik.
Diagnosa kedua : penurunan curah jantung berhubungan dengan
menurunya kontraktilitas jantung, yaitu : kaji dan laporkan tanda penurunan
curah jantung, atur posisi tirah baring yang ideal kepala harus dinaikan 20-
30 derajat, ciptakan lingkungan yang tenang, istirahatkan pasien dengan
tirah baring optimal, kolaborasi dalam pemberian oksigen, kolaborasi untuk
memantau EKG.
Diagnosa ketiga : intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder, yaitu;
kaji skala aktivitas, pertahankan pasien pada posisi tirah baring sementara
sakit akut, tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat, anjurkan pasien untuk menghindari peningkatan
tekanan abdomen, misalnya: mengejan saat defekasi, bantu dalam latihan
aktivitas.
Diagnosa ke empat : kecemasan berhubungan dengan perubahan
kesehatan, yaitu; kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, beri
lingkungan yang tenang, tingkatkan kontrol sensasi pasien, beri kesempatan
kepeda pasien untuk menggungkapkan ansietasnya.
Diagnosa kelima : resiko tinggi kelebihan volume cairan yang
berhubungan dengan kelebihan cairan sistemik, perembesan cairan
interstisial di sistemik sebagai dampak sekunder dari penurunan curah
jantung, gagal jantung kanan, yaitu; kaji adanya edema, kaji tekanan darah,
timbang berat badan, kolaborasi, berikan diet tanpa garam.
Berdasarkan intervensi yang penulis susun, penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan praktek, di mana semua intervensi
yang dilakukan pada pasien sudah berdasarkan teori yang ada.
D. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana
tindakan yang telah disusun, tahap pelaksanaan dilaksanakan selam tiga hari
89
yaitu mulai dari tanggal 25 sampai 27juni, dilaksanakan sesuai proses
keperawatan secara observasi, tindakan mandiri, health education, dan
tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. Pada dasarnya intervensi yang
disusun diaplikasikan dalam pelaksanaan.
Pada diagnosa keperawatan pertama, pola napas tidak efektif
berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, implementasi yang
dilakukan yaitu: mengkaji tanda-tanda vital , hasil: 100/70 mmHg, N: 96
x/menit, R: 24 x/menit, SB: 36,0 0C, mendengar bunyi napas pasien,
hasilnya bunyi napas yang didapat adalah crackles, mengganjurkan pasien
untuk membatasi jumlah cairan yang masuk + 1,5 L/hari, hasilnya pasien
dapat mematuhinya, menganjurkan pasien untuk tidak memakai baju yang
ketat, hasilnya pasien mengerti dan akan melakukannya, memberikan diet
rendah natrium, nasi, ikan, sayur dan pisang, hasilnya menu makanan pasien
sesuai dengan diet yang diberikan, melakukan injeksifurosemid 40 mg.
Diagnosa keperawatan kedua, mengkaji tanda penurunan curah
jantung, mengantur posisi tirah baring pasien yaitu dengan meninggikan
kepala pasien 450 lebih tinggi dari badan. Hasilnya, pasien merasa nyaman
dengan posisi yang diberikan, membatasi pengunjung dan merapikan tempat
tidur pasien, hasilnya pasien bisa beristirahat dengan baik, menganjurkan
pasien untuk beristirahat, hasilnya, pasien mengerti dan akan beristirahat,
memperbaikan oksigen 3 liter/menit, hasilnya, pasien merasa nyaman,
melakukan rekam jantung dan dikonsultasikan, hasilnya, dilatasi ventrikel.
Diagnosa keperawatan ketiga, mengkaji skala aktivitas hasilnya 3,
mempertahankan posisi pasien untuk tirah baring yaitu semifowler,
menganjurkan pasien untuk meningkatkan istirahat batasi aktivitas seperti
memberikan aktivitas sedang yang tidak berat, seperti membaca buku,
menganjurkan pasien pada saat BAB, tidak mengejan. Agar tidak dapat
mengakibatkan tekanan abdomen, hasilnya, pasien mengerti dan akan
melakukannya, membantu pasien dalam aktivitas seperti, mengganti
pakaian, makan dan minum, hasilnya, pasien kooperatif dan kebutuhan
pasien terpenuhi, dengan bantuan perawat.
Diagnosa keempat, mengkaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan,
90
secara verbal pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya
sekarang dan pasien tampak gelisah, menciptakan lingkungan yang tenang
dengan membatasi pengunjung, hasilnya, pasien bisa beristirahat dengan
tenang, menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, jika melaksanakan
terapi dan bisa berkerjasama dengan tim medis pasti akan sembuh, sesak
yang bapak alami akibat jantung sudah mengalami penurunan fungsi jadi
bapak perlu beristirahat banyak, memberikan kesempatan bagi pasien untuk
menggungkapkan penyebab rasa cemasnya, hasilnya, pasien cemas dengan
sakit yang dialaminya karena pasien sudah banyak kali keluar masuk rumah
sakit dan belum juga sembuh.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana
pada tahap ini penulis melakukan evaluasi pada pasien sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ingin dicapai dalam diagnosa keperawatan yang
diangkat. Dan ini dilakukan dalam memperhatikan respon dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada pasien dari hasil evaluasi yang Penulis
dapatkan pada pasien Tn. D dengan Congestive Heart Failure di ruangan
CendanaRS TK.II Robert Wolter Mongisidi Manado, bahwa hanya ada satu
masalah dapat teratasi yaitu kecemasan sehubungan dengan perubahan
kesehatan dan ada 4 masalah belum teratasi yaitu pola napas tidak efektif
berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak optimal, penurunan
curah jantung berhubungan dengan menurunnya kontraktilitas miokard,
Kelebihan volume cairain berhubungan dengan kelebihan cairan sistemik,
perembesan cairan interstisial di sistemik sebagai dari penurunan curah
jantung, gagal jantung kanan, intoleransi aktivitas sehubungan dengan
suplai O2 ke jaringan tubuh tidak adekuat, Keempat masalah ini masih
belum teratasi karena keadaan pasien yang sudah memasuki Gagal Jantung
Kongestif tahap III.
Tahap evaluasi menggambarkan perkembangan dari masalah-
masalah yang ditemukan dan hasil dari tindakan yang diberikan dalam
mengatasi masalah-masalah tersebut. Adapun hasil evaluasi dari penerapan
91
asuhan keperawatan pada Tn. D. yang dilakukan mulai tanggal 25-27 Juni
2019 diangkat 5 diagnosa keperawatan. Dari kelima diagnosa keperawatan
tersebut seutuhnya belum dapat teratasi. meliputi :
1. Diagnosa I rencana tujuan keperawatan selama 3 hari, tetapi masih
belum teratasi di tandai dengan hasil:
S : Pasien masih mengeluh sesak napas
O:
a. Pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur dengan posisi
setengah duduk.
b. Adanya sesak napas
c. TTV = TD : 100/70 mmhg, N : 96 x/menit, R : 26 x/menit,
SB : 36,5 0C
d. Masih terpasang oksigen 3 liter/menit via nasal canule.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunya
kontraktilitas jantung di tandai dengan hasil.
S :Pasien mengatakan badannya masi terasa lemah.
O:
a. Pasien masih terbaring lemah di tempat tidur
b. Kekuatan nadi masih lemah
c. TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 96 x/menit.
R : 26 x/menit.
SB : 36,5 0 C
d. Bunyi jantung S3, gallop ventrikel.
e. Aklar dingin
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan cairan
sistemik, perembesan cairan interstisial di sistemik sebagai dari
92
penurunan curah jantung, gagal jantung kanan
S :Pasien mengatakan bengkaknya berkurang
O:
P : Lanjutkan intervensi
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan dilakukan secara komprehensif sesuai dengan
tahapan proses keperawatan. Perencanaan yang ditetapkan berdasarkan tujuan
sedangkan pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan kondisi dan
perencanaan dan setiap implementasi dilakukan evaluasi.
- Dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. Ddengan
Congestive Heart Failuretidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek, dimana seluruh masalah keperawatan yang ditemukan terdapat
pula dalam teoritis.
- Dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. D dengan
Congestive Heart Failuresaat pelaksanaan faktor penunjang yaitu pasien,
keluarga dan tim kesehatan lain dapat bekerjasama dengan baik. Dan tidak
ditemukan faktor penghambat dalam penerapan asuhan keperawatan yang
dilakukan perawat kepada pasien.
- Dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. D
denganCongestive Heart Failure, telah terlaksana Asuhan Keperawatan
secara sistematis yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi mulai tanggal 25 sampai 27 juni. Dalam Asuhan
keperawatan yang diberikan yaitu 5 diagnosa hanya 1 diagnosa telah
teratasi yaitu masalah kecemasan.
94
B. Saran
95
DAFTAR PUSTAKA
Priscilla, L., Karen, M., & Gerene, B. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi Kesehatan
Jantung. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia RI.
96