Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


CONGESTIVE HEART FAILURE DI BANGSAL EDELWISE
RSUD WATES

Pembimbing :
RR. Sri Arini Winarti Rinawati, SKM., M.Kep

DISUSUN OLEH :
Fitra Hanif Lathiifah (P07120218001)
Nur Nusaibah Ahmad Sutaya (P07120218003)

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMESTER IV
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CONGESTIVE HEART FAILURE DI BANGSAL EDELWISE
RSUD WATES
2020

Diajukan untuk disetujui pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

(RR. Sri Arini Winarti Rinawati, SKM., M.Kep ) (Sri Kuntari )


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. N dengan Diagnosa Medis
Congstive Heart Failure di Bangsal Edelwise”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Bondan palestin, SKM., M.Kep. Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Ns. Maryana, S.Psi, S.Kep., M.Kep selaku Ka.Prodi D IV Keperawatan Poltekkes
Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. RR. Sri Arini Winarti Rinawati, SKM., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
4. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan penyusunan
laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien An. D dengan Diagnosa Medis Closed Fracture
Claviculla ⅓ Medial di Bangsal Anggrek RSUD Wates. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap
dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih sempurna.

Wates,24 Februari 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada Ny. N
dengan diagnosis keperawatan yang sesuai.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pengkajian terhadap Ny. N diharapkan mahasiswa dapat:
a. Melakukan pengkajian data
b. Intervensi data dasar
c. Merencanakan suatu tindakan yang komprehensif
d. Melakukan asuhan keperawatan sesuai rencana
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan keperawatan.

C. Metode Penulisan
1. Kajian Pustaka
Yaitu metode dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dengan alat berupa buku.
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan berdiskusi dengan teman-teman sekelompok
yang mengetahui tentang informasi yang diperlukan dalam membuat makalah.
3. Internet Surfing
Yaitu metode yang dialkukan dengan mencari bahan- bahan yang berkaitan
dengan pembahasan makalah melalui akses internet.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang di dapat dalam
perkuliahan.
2. Bagi institusi pendidikan
Manfaat untuk pihak institusi pendidikan adalah meningkatan kompetensi
mahasiswa serta meningkatan pengetahuan mahasiswa terhadap diagnosis
medis dyspnea ec asma persisten.
3. Bagi lahan praktik
Memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk mempertahankan dan
menguatkan serta meningkatkan asuhan keperawatan secara profesional agar
terhindar dari komplikasi yang mungkin timbul.

E. Cara Pengumpulan Data


1. Wawancara
Pengumupulan data dengan tanya jawab langsung pada pasien.
2. Observasi
Pengambilan data dengan cara menilai dan memantau perkembangan klien
secara langsung.
3. Studi dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan cara melihat buku rekam medik klien dan
hasil pemeriksaan laboratorium seta pemeriksaan penunjang.
4. Studi pustaka
Teori asuhan keperawatan dari buku-buku yang membahas masalah-masalah
asuhan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien
dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi)
guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah
untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air
dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh
seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak
(congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi
jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke
jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).

B.       Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1     Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2   Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari
tanpa keluhan.
kelas 3     Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 4     Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah
baring.
C.      Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1.     Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/
berat.
2.     Faktor interna (dari dalam jantung)
a.    Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b.    Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c.    Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d.    Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
D.      Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output)
adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke
Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang
harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada
jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2)
Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3)
Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat
yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,
frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang
selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk
meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena
itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia
pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat
memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini
sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek
penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem
rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal
jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium,
yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
PATHWAY

L
aporan Pendahuluan Gagal Jantung Kongestif/ Congestive Heart Failure (CHF)

E.       Manifestasi klinik


1.   Peningkatan volume intravaskular.
2.  Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah
jantung.
3.   Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang menyebabkan
cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan dengan batuk dan nafas
pendek.
4.   Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena
sistemik.
5.   Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan
dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke
jaringan dan organ yang rendah.
6.   Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler
akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)
F.        Studi Diagnostik CHF
1.   Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2.     Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3.     Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik
metabolik maupun respiratorik.
4.    Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan resiko
CAD dan penurunan perfusi jaringan
5.    Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6.    Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7.    Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hepar
atau ginjal
8.     Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9.     Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung,
hipertropi ventrikel
10.   Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan
kemampuan kontraksi.
11.   Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12.   Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13.   EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
Sumber: Wajan Juni Udjianti (2010)
G.     Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:

1.  Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen


dengan pembatasan aktivitas.
2. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
3. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
Penatalaksanaan Medis
1.    Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2.    Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
a.    Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan
aritmia.
b.   Digitalisasi
1). dosis digitalis
a). Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam
dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
b). Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
c).  Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
2). Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia
lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
3).  Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
    Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
a).    Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
b).   Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
Sumber: Mansjoer dan Triyanti (2007)
Terapi Lain:
1.   Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung,
iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan
keadaan output tinggi.
2.   Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3.   Posisi setengah duduk.
4.   Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5.   Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah,
mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah
garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat.
Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6.   Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien
stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan
kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20
menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau
sedang.
7.   Hentikan rokok dan alkohol
8.   Revaskularisasi koroner
9.   Transplantasi jantung
10. Kardoimioplasti

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
1. Airways
a.  Sumbatan atau penumpukan sekret
b.  Wheezing atau krekles
2. Breathing
a.  Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b.  RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c.  Ronchi, krekles
d.  Ekspansi dada tidak penuh
e.  Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a.  Nadi lemah , tidak teratur
b.  Takikardi
c.  TD meningkat / menurun
d.  Edema
e.  Gelisah
f.   Akral dingin
g.  Kulit pucat, sianosis
h.  Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
      Riwayat Keperawatan
1.   Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f.  Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i.  Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2.  Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus,
bedah jantung, dan disritmia.
3.  Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4.  Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid, jumlah
cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5.  Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6.  Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7.  Postur, kegelisahan, kecemasan
8.  Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan
faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1.  Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas, nadi
perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi
jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit pucat,
dan pitting edema.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1.   Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi,
dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
2.    Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
3.   Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
4.    Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang
mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
5.    Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium
oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
6.    Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam
lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
7.    Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Penurunan curah jantung b/d NOC : Cardiac Care


respon fisiologis otot jantung,          Cardiac Pump effectiveness   Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi,
peningkatan frekuensi, dilatasi,          Circulation Status durasi)
hipertrofi atau peningkatan isi          Vital Sign Status   Catat adanya disritmia jantung
sekuncup Kriteria Hasil:   Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
         Tanda Vital dalam rentang putput
normal (Tekanan darah, Nadi,   Monitor status kardiovaskuler
respirasi)   Monitor status pernafasan yang menandakan
         Dapat mentoleransi aktivitas, gagal jantung
tidak ada kelelahan   Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
         Tidak ada edema paru, perifer, perfusi
dan tidak ada asites   Monitor balance cairan
         Tidak ada penurunan kesadaran   Monitor adanya perubahan tekanan darah
  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
  Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
  Monitor toleransi aktivitas pasien
  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
ortopneu
  Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
  Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
  Monitor kualitas dari nadi
  Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus
alterans
  Monitor jumlah dan irama jantung dan monitor
bunyi jantung
  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
  Monitor suara paru, pola pernapasan abnormal
  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
  Monitor sianosis perifer
  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Pola Nafas tidak efektif NOC NIC


  Respiratory status : Ventilation
Definisi : Pertukaran udara   Respiratory status : Airway
         Posisikan pasien untuk memaksimalkan
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak patency
ventilasi
adekuat   Vital sign Status
         Pasang mayo bila perlu
Faktor yang berhubungan :
         Lakukan fisioterapi dada jika perlu
          Hiperventilasi Setelah dilakukan tindakan
         Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
          Penurunan energi/kelelahan keperawatan selama…. Pasien
         Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
          Perusakan/pelemahan menunjukan keefektifan pola napas,
tambahan
muskuloskletal dibuktikan dengan :
         Berikan bronkodilator ……….
          Obesitas
         Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
          Kelelahan otot pernafasan Kriteria Hasil :
Lembab
          Hipoventilasi sindrom  Mendemonstrasikan batuk efektif
         Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
          Nyeri dan suara nafas yang bersih, tidak
keseimbangan.
          Kecemasan ada sianosis dan dyspneu (mampu
         Monitor respirasi dan status O2
          Disfungsi Neuromuskuler mengeluarkan sputum, mampu
         Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
          Injuri tulang belakang bernafas dengan mudah, tidak ada
         Pertahankan jalan nafas yang paten
DS pursed lips)
         Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
-    Dyspnea  Menunjukkan jalan nafas yang
         Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
-    Nafas pendek paten (klien tidak merasa tercekik,
oksigenasi
DO irama nafas, frekuensi pernafasan
-    Penurunan tekanan          Monitor vital sign
dalam rentang normal, tidak ada
inspirasi/ekspirasi suara nafas abnormal)          Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
-    Penurunan pertukaran udara  Tanda Tanda vital dalam rentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas
permenit normal (tekanan darah,          Ajarkan bagaimana batuk secara efektif
nadi,
-    Menggunakan otot pernafasan pernafasan)          Monitor pola nafas
tambahan
-    Orthopnea
-    Pernafasan pursed-lip
-    Tahap ekspirasi berlangsung
sangat  lama
-    Penurunan kapasitas vital
respirasi < 11- 24x/menit

3 Perfusi jaringan tidak efektif b/d NOC : NIC :


menurunnya curah jantung,          Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen
hipoksemia jaringan, asidosis dan          Tissue Prefusion : cerebral sensasi perifer)
kemungkinan thrombus atau Kriteria Hasil :   Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
emboli a.       mendemonstrasikan status terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
sirkulasi   Monitor adanya paretese
Definisi :          Tekanan systole dandiastole   Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
Penurunan pemberian oksigen dalam rentang yang diharapkan jika ada lsi atau laserasi
dalam kegagalan memberi makan          Tidak ada   Gunakan sarun tangan untuk proteksi
jaringan pada tingkat kapiler ortostatikhipertensi   Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Batasan karakteristik :          Tidak ada tanda tanda   Monitor kemampuan BAB
Renal peningkatan tekanan intrakranial   Kolaborasi pemberian analgetik
          Perubahan tekanan darah di (tidak lebih dari 15 mmHg)   Monitor adanya tromboplebitis
luar batas parameter b.       mendemonstrasikan   Diskusikan menganai penyebab perubahan
          Hematuria kemampuan kognitif yang ditandai sensasi
          Oliguri/anuria dengan:
          Elevasi/penurunan BUN/rasio    berkomunikasi dengan jelas dan
kreatinin sesuai dengan kemampuan
Gastro Intestinal     menunjukkan perhatian,
          Secara usus hipoaktif atau konsentrasi dan orientasi
tidak ada    memproses informasi
          Nausea    membuat keputusan dengan
          Distensi abdomen benar
          Nyeri abdomen atau tidak c.        menunjukkan fungsi sensori
terasa lunak (tenderness) motori cranial yang utuh : tingkat
Peripheral  kesadaran mambaik, tidak ada
          Edema gerakan gerakan involunter
          Tanda Homan positif
          Perubahan karakteristik kulit
(rambut, kuku, air/kelembaban)
          Denyut nadi lemah atau tidak
ada
          Diskolorisasi kulit
          Perubahan suhu kulit
          Perubahan sensasi
          Kebiru-biruan

          Perubahan tekanan darah di


ekstremitas
          Bruit
          Terlambat sembuh
          Pulsasi arterial berkurang
          Warna kulit pucat pada
elevasi, warna tidak kembali
pada penurunan kaki
Cerebral
          Abnormalitas bicara
          Kelemahan ekstremitas atau
paralis
          Perubahan status mental
          Perubahan pada respon
motorik
          Perubahan reaksi pupil
          Kesulitan untuk menelan
          Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar 
          Perubahan frekuensi respirasi
di luar batas parameter
          Penggunaan otot pernafasan
tambahan
          Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
          Abnormal gas darah arteri
          Perasaan ”Impending Doom”
(Takdir terancam)
          Bronkospasme
          Dyspnea
          Aritmia
          Hidung kemerahan
          Retraksi dada
          Nyeri dada

Faktor-faktor yang berhubungan :


          Hipovolemia
          Hipervolemia
          Aliran arteri terputus
          Exchange problems
          Aliran vena terputus
          Hipoventilasi
          Reduksi mekanik pada vena
dan atau aliran darah arteri
          Kerusakan transport oksigen
melalui alveolar dan atau
membran kapiler
          Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran darah
          Keracunan enzim
          Perubahan afinitas/ikatan O2
dengan Hb
          Penurunan konsentrasi Hb
dalam darah

4 Gangguan pertukaran gas b/d NOC : NIC :


kongesti paru, hipertensi   Respiratory Status : Gas exchange
Airway Management
pulmonal, penurunan perifer   Respiratory Status : ventilation
yang mengakibatkan asidosis   Vital Sign Status
         Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
laktat dan penurunan curah Kriteria Hasil :
jantung.   Mendemonstrasikan peningkatan jaw thrust bila perlu
ventilasi dan oksigenasi         
yang Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Definisi : Kelebihan atau adekuat ventilasi
         Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
  Memelihara kebersihan paru paru
kekurangan dalam oksigenasi dan
atau pengeluaran karbondioksida dan bebas dari tanda tanda distress jalan nafas buatan
di dalam membran kapiler alveoli pernafasan          Pasang mayo bila perlu
         Lakukan fisioterapi dada jika perlu
  Mendemonstrasikan batuk efektif
Batasan karakteristik :          Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
dan suara nafas yang bersih, tidak
           Gangguan penglihatan          Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
ada sianosis dan dyspneu (mampu
           Penurunan CO2 mengeluarkan sputum, mampu tambahan
           Takikardi          Lakukan suction pada mayo
bernafas dengan mudah, tidak ada
           Hiperkapnia pursed lips)          Berika bronkodilator bial perlu
           Keletihan          Barikan pelembab udara
  Tanda tanda vital dalam rentang
           somnolen normal          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
           Iritabilitas keseimbangan.
           Hypoxia          Monitor respirasi dan status O2
           kebingungan
           Dyspnoe
Respiratory Monitoring
           nasal faring
           AGD Normal
         Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
           sianosis
respirasi
           warna kulit abnormal (pucat,
         Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
kehitaman) penggunaan otot tambahan, retraksi otot
           Hipoksemia supraclavicular dan intercostal
           hiperkarbia          Monitor suara nafas, seperti dengkur
           sakit kepala ketika bangun          Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
           frekuensi dan kedalaman kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
nafas abnormal          Catat lokasi trakea
Faktor faktor yang berhubungan :          Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan
-       ketidakseimbangan perfusi paradoksis )
ventilasi          Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
-      perubahan membran kapiler- tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
alveolar          Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas
utama
         Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

AcidBase Managemen

  Monitro IV line
  Pertahankanjalan nafas paten
  Monitor AGD, tingkat elektrolit
  Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
  Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
  Monitor pola respirasi
  Lakukan terapi oksigen
  Monitor status neurologi
  Tingkatkan oral hygiene
5 Kelebihan volume cairan b/d NOC : Fluid management
berkurangnya curah jantung,   Electrolit and acid base balance   Pertahankan catatan intake dan output yang
retensi cairan dan natrium oleh   Fluid balance akurat
ginjal, hipoperfusi ke jaringan   Pasang urin kateter jika diperlukan
perifer dan hipertensi pulmonal Kriteria Hasil:   Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi
         Terbebas dari edema, efusi, cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
Definisi : Retensi cairan isotomik anaskara   Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
meningkat          Bunyi nafas bersih, tidak ada MAP, PAP, dan PCWP
Batasan karakteristik : dyspneu/ortopneu   Monitor vital sign
-     Berat badan meningkat pada          Terbebas dari distensi vena   Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
waktu yang singkat jugularis, reflek hepatojugular (+) (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
-     Asupan berlebihan dibanding          Memelihara tekanan vena   Kaji lokasi dan luas edema
output sentral, tekanan kapiler paru, output   Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
-     Tekanan darah berubah, jantung dan vital sign dalam batas intake kalori harian
tekanan arteri pulmonalis normal   Monitor status nutrisi
berubah, peningkatan CVP          Terbebas dari kelelahan,   Berikan diuretik sesuai interuksi
-     Distensi vena jugularis kecemasan atau kebingungan   Batasi masukan cairan pada keadaan
-     Perubahan pada pola nafas,          Menjelaskanindikator kelebihan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, cairan   Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
suara nafas abnormal (Rales atau muncul memburuk
crakles), kongestikemacetan Fluid Monitoring
paru, pleural effusion   Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan
-     Hb dan hematokrit menurun, dan eliminaSi
perubahan elektrolit, khususnya   Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
perubahan berat jenis ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi
-     Suara jantung SIII diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
-     Reflek hepatojugular positif disfungsi hati, dll )
-     Oliguria, azotemia   Monitor serum dan elektrolit urine
-     Perubahan status mental,   Monitor serum dan osmilalitas urine
kegelisahan, kecemasan   Monitor BP, HR, dan RR
  Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan
Faktor-faktor yang berhubungan : irama jantung
Mekanisme pengaturan melemah   Monitor parameter hemodinamik infasif
Asupan cairan berlebihan   Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem
Asupan natrium berlebihan perifer dan penambahan BB
  Monitor tanda dan gejala dari odema
6 Cemas b/d penyakit kritis, takut NOC : NIC :
kematian atau kecacatan,   Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
perubahan peran dalam   Coping   Gunakan pendekatan yang menenangkan
lingkungan social atau   Impulse control   Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
ketidakmampuan yang permanen. Kriteria Hasil : pasien
         Klien mampu mengidentifikasi   Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
Definisi : dan mengungkapkan gejala cemas selama prosedur
         Mengidentifikasi,
Perasaan gelisah yang tak jelas   Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
dari ketidaknyamanan atau mengungkapkan dan menunjukkan   Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
ketakutan yang disertai respon tehnik untuk mengontol cemas mengurangi takut
         Vital sign dalam batas normal
autonom (sumner tidak spesifik   Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
atau tidak diketahui          Postur tubuh, ekspresi wajah,
oleh tindakan prognosis
individu); perasaan keprihatinan bahasa tubuh dan tingkat aktivitas   Dorong keluarga untuk menemani anak
disebabkan dari antisipasi menunjukkan berkurangnya   Lakukan back / neck rub
terhadap bahaya. Sinyal ini kecemasan   Dengarkan dengan penuh perhatian
merupakan peringatan adanya   Identifikasi tingkat kecemasan
ancaman yang akan datang dan   Bantu pasien mengenal situasi yang
memungkinkan individu untuk menimbulkan kecemasan
mengambil langkah untuk   Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
menyetujui terhadap tindakan ketakutan, persepsi
Ditandai dengan   Instruksikan pasien menggunakan teknik
        Gelisah relaksasi
        Insomnia   Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
        Resah
        Ketakutan
        Sedih
        Fokus pada diri
        Kekhawatiran
        Cemas

7 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :


keterbatasan pengetahuan   Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
penyakitnya, tindakan yang   Kowledge : health Behavior   Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
dilakukan, obat obatan yang Kriteria Hasil : pasien tentang proses penyakit yang spesifik
diberikan, komplikasi yang         Pasien dan keluarga menyatakan   Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
mungkin muncul dan perubahan pemahaman tentang penyakit, bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan
gaya hidup kondisi, prognosis dan program fisiologi, dengan cara yang tepat.
pengobatan   Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
Definisi :          Pasien dan keluarga mampu pada penyakit, dengan cara yang tepat
Tidak adanya atau kurangnya melaksanakan prosedur yang   Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
informasi kognitif sehubungan dijelaskan secara benar tepat
dengan topic spesifik.          Pasien dan keluarga mampu   Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
menjelaskan kembali apa yang yang tepat
Batasan karakteristik : dijelaskan perawat/tim kesehatan   Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
memverbalisasikan adanya lainnya. dengan cara yang tepat
masalah, ketidakakuratan   Hindari harapan yang kosong
mengikuti instruksi, perilaku   Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tidak sesuai. tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
Faktor yang berhubungan : diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
keterbatasan kognitif, interpretasi yang akan datang dan atau proses pengontrolan
terhadap informasi yang salah, penyakit
kurangnya keinginan untuk   Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
mencari informasi, tidak   Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mengetahui sumber-sumber mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
informasi. atau diindikasikan

  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,


dengan cara yang tepat
  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan
Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006. Semarang: UNDIP
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai