Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN CONGESTIVE

HEART FAILURE (CHF) DI RUANG CVCU RSUD ARIFIN

ACHMAD PEKANBARU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Desi Asmerita, S. Kep


2. Aina Mardiah, S.Kep
3. Anil Nurrahman, S.Kep
4. Aspiani, S.Kep
5. Irma Zarina, S.Kep

PRESEPTOR AKDEMIK : Ns. Riani, S. Kep, M. Kes

PRESEPTOR KLINIK : Ns. Rosmalinda, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan nikmat
yang telah dilimpahkan kepada kelompok penyusun, kelompok dapat menyelesaikan usulan
laporan seminar dengan kasus “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S dengan Congestive
Heart Failure (CHF) di Ruangan CVCU Rsud Arifin Achmad Pekanbaru ”

Kelompok mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak- pihak


yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan seminar ini Presseptor Akademik
dan Presseptor Klinik, yang telah banyak meluangkan waktu, pemikiran maupun tenaga
dalam memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran yang membangun kepada kelompok
sehingga penyusunan laporan seminar ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kelompok penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang
baik, namun apabila terdapat kekurangan semua itu disebabkan keterbatasan kemampuan
kelompok. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangunkan kelompok.
Akhirnya kelompok berharap semoga penyusunan laporan seminar ini dapat bermanfaat bagi
kita tenaga kesehatan khususnya keperawatan.

Pekanbaru, 17 Januari 2023

Kelompok 4

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung memiliki sebutan lain yaitu kardio, maka kita sering mendengar istilah
kardiovaskuler. Kardiovaskuler adalah sistem pompa darah dan saluran-salurannya
(sampai ukuran mikro). Sistem ini membawa makanan serta oksigen dalam darah
keseluruh tubuh. Jantung merupakan organ tubuh manusia yang mempunyai peran
penting dalam kehidupan manusia dan pastinya sangat berbahaya jika jantung kita
mempunyai masalah mengingat bahwa banyak kematian disebabkan oleh penyakit
jantung.
Penyakit Jantung adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi
jantung dan pembuluh darah. Kegagalan sistem kardiovaskuler atau yang umumnya
dikenal dengan istilah gagal jantung adalah kondisi medis di mana jantung tidak dapat
memompa cukup darah ke seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh membutuhkan
oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik. Gagal jantung dapat dibagi menjadi
gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.
Data tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 persen kematian didunia 2 2
disebabkan oleh penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta
kematian. Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45%
disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah dengan total 17,7 juta dari 39,5
juta kematian (WHO,2015). Hasil riset kesehatan dasar Kementrian kesehatan, data
menunjukan prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia
yaitu sebesar 1,5% dari total penduduk. Data riskesdas 2018 mengungkapkan tiga
provinsi dengan prevalensi penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara
2,2%, Daerah Istimewa Yogyakarta 2%, dan Gorontalo 2%. Selain itu 8 provinsi lain
juga memliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional, salah satunya
Provinsi Kalimantan Timur yaitu 1,8% (Kemenkes RI, 2018).
Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung yang
mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri yaitu : penyakit jantung iskemik,
penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis,
kardiomiopati, amioloidosis jantung, keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia,
fistula 3 3 arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri,
penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit

3
jantung kongenital (VSD,PDA), hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif
(chandrasoma,2006) didalam (Aspani, 2016). Penyebab gagal jantung digolongkan
berdasarkan sisi dominan jantung yang mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi
kiri yaitu : penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup
aorta, penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amioloidosis jantung,
keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula 3 3 arteriovenosa). Apabila
dominan pada sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis
katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD,PDA),
hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif (chandrasoma,2006) didalam (Aspani,
2016).
pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan
menunjukkan masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak pada
penyimpangan kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan
pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi
aktivitas, hipervolemia, nyeri, ansietas, defisit nutrisi, dan resiko gangguan integritas
kulit (Aspani, 2016).

pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan
menunjukkan masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak pada
penyimpangan kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan
pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi
aktivitas, hipervolemia, nyeri, ansietas, defisit nutrisi, dan resiko gangguan integritas
kulit (Aspani, 2016). Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan
asuhan keperawatan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki
kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total dalam posisi semi fowler,
memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan, menurunkan volume cairan
yang berlebih dengan mencatat asupan dan haluaran (Aspani, 2016).
Istirahat total dalam posisi semi fowler dapat mengurangi keluhan yang
dialami pasien gagal jantung diantaranya, sesak nafas dan kesulitan tidur. Hal ini
sejalan dengan penelitian (Melanie, 2012) tentang sudut posisi tidur semi fowler 45°
terhadap kualitas tidur dan tanda vital pasien gagal jantung diruang rawat intensif
RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Hasil Penelitian ini membuktikan adanya
pengaruh antara sudut posisi tidur terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung.
Namun, tidak ada pengaruh yang signifikan antara sudut posisi tidur terhadap tanda
4
vital. Oleh karena itu pengaturan sudut posisi tidur dapat menghasilkan kualitas tidur
yang baik, sehingga bisa dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi untuk
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien.
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah
tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
pasien Dengan Gagal Jantung Kongestif ”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF) ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gagal
jantung kongestif (CHF).
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami gagal
jantung kongestif (CHF).
b. Mampu menegakkan diasnosa keperawatan pada pasien yang
mengalami gagal jantung kongestif (CHF).
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami
gagal jantung kongestif (CHF).
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
gagal jantung kongestif (CHF).
e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

D. Manfaat
a) Bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah agar peneliti dapat menegakkan diagnosa dan
intervensi dengan tepat untuk pasien dengan masalah keperawatan pada
system peredaran darah, khususnya dengan pasien yang mengalami gagal
jantung kongestif (CHF), sehingga perawat dapat melakukan tindakan asuhan
keperawatan yang tepat.

5
b) Bagi tempat penelitian
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi masukan atau
saran dalam merencanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung
kongestif (CHF).

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1) Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup. Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak
mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi
tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi.

2) Anatomi fisiologi
a) Anatomi

Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara peredaran
melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa
darah ke jantung. kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang
diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan
buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler dan

7
interstisial. Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga,
basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya) miring
kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. 9 9 Kedudukan jantung:
jantung berada didalam toraks, antara kedua paru-paru dan dibelakang
sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan.

Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :


a) Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang samma dengan
perikardium viseral.
b) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan
dalam menentukan kekuatan kontraksi.
c) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang
melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katung jantung

Katup jantung : berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui


bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan katup
semilunar

8
a) Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing –masing atrium ke ventrikel saat
diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat sistole ventrikel.
Katup atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan katup
biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3 buah daun katup yang terletak
antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau katup mitral
memiliki 2 buah dauh katup dan terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
b) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari
ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri
pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal. Katup yang membatasi ventikel
kiri dan aorta disebut katup semilunar aorta. Adanya katup ini memungkinkan
darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta
selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu
diastole ventrikel. Ruang jantung : jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium
kanan, atrium kiri, ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas
ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh
katup satu arah. Antara organ rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
c) Fisiologi
Fisiologi jantung Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama
jantung. Dalam bentuk yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi
bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya

9
karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel. Sisklus jantung merupakan
periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi. Satu kali siklus jantung sama
dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole
( saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan
depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan
keadaan relaksasi ventrikel. Pada siklus jantung, sistole(kontraksi) atrium
diikuti sistole ventrikel sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan
darah 12 12 dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi
atrium dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah
melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan
darah juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel
melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian
relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus
kembali.
Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan selama satu menit.
Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung permenit dan stroke
volume. Isi sekuncup ditentukan oleh :
1) Beban awal (pre-load)
 Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri jantung
memanjang atau meregang sampai akhir diastole. Pre-load adalah
jumlah darah yang berada dalam ventrikel pada akhir diastole.
 Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini tergantung
pada pengambilan darah dari pembuluh vena dan pengembalian darah
dari pembuluh vena ini juga tergantung pada jumlah darah yang
beredar serta tonus otot.
 Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut miokardium.
 Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel miokardium)
akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel makin banyak maka
peregangan ini makin panjang.
 Hukum frank starling : semakin besar regangan otot jantung semakin
besar pula kekuatan kontraksinya dan semakin besar pula curah
jantung. pada keadaan preload terjadi pengisian besar pula volume
darah yang masuk dalam ventrikel.

10
 Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2 µm. Dalam
keadaan tertentu apabila peregangan sarkomer melebihi 2,2 µm,
kekuatan kontraksi berkurang sehingga akan menurunkan isi
sekuncup.
2) Daya kontraksi
 Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh terhadap curah
jantung, makin kuat kontraksi otot jantung dan tekanan ventrikel.
 Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium, keseimbangan
elektrolit terutama kalium, natrium, kalsium, dan keadaan konduksi
jantung.

3) Beban akhir
 After load adalah jumlah tegangan yang harus dikeluarkan ventrikel
selama kontraksi untuk 14 14 mengeluarkan darah dari ventrikel
melalui katup semilunar aorta.
 Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah perifer dan
ukuran pembuluh darah. Meningkatnya tahanan perifer misalnya
akibat hipertensi artau vasokonstriksi akan menyebabkan beban akhir
 Kondisi yang menyebabkan baban akhir meningkat akan
mengakibatkan penurunan isi sekuncup.
 Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan berjumlah ±70ml
sehingga curah jantung diperkirakan ±5 liter. Jumlah ini tidak cukup
tetapi dipengaruhi oleh aktivitas tubuh
 Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja otot, stress,
peningkatan suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan, sedang kan
saat tidur curah jantung akan menurun.

Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut


: (Aspani, 2016)
 Disfungsi miokard
 Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
o Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus
arteriosus paten

11
o Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
o Disaritmia c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik
(diastolic overload)
 Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,


gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

a. Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita


kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung
mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan
penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun .
b. Aterosklerosis koroner Aterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang
abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal
jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel
kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri
sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark
miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia
atrial maupun aritmia ventrikel.

12
3) Manifestasi Klinik
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3
atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
(PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas,
sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
b. Gagal Jantung Kanan Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol,
karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomondasikan semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.
1) Edema ekstremitas bawah
2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena dihepar.
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan

4) Klasifikasi Gagal Jantung

Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart

Kelas 1 Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang


biasa tidak menyebabkan dipsnea napas,

13
palpitasi atau keletihan berlebihan
Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman
ketika beristirahat, tetapi aktivitas biasa
menimbulkan keletihan dan palpitasi.
Kelas 3 Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata :
merasa nyaman ketika beristirahat, tetapi
aktivitas yang kurang dari biasa dapat
menimbulkan gejala.
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitas fisik
apapun tanpa merasa tidak nyaman : gejala
gagal jantung kongestif ditemukan bahkan
pada saat istirahat dan ketidaknyamanan
semakin bertambah ketika melakukan
aktifitas fisik apapun.

5) Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal
disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan
jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada
penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital normal. Sebagai respon terhadap gagal
jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu meningkatnya aktivitas
adrenergik simpatis, 20 20 meningkatnya beban awal akibat aktifitas
neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha
untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin
memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir
normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal. Mekanisme dasar dari
gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume

14
sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang
dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload
(jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
terganggu maka curah jantung akan menurun. Kelainan fungsi otot jantung
disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot 21
21 degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal
(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri
dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron, maka
kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

6) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien dengan kasus gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi
sebelummnya.
c. Ekokardiografi

15
 Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik
dan kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan
bersama EKG)
 Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
 Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d) Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
e) Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh
darah abnormal
f) Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
g) Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
h) Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN menunjukkan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan
indikasi
i) Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas
tiroid sebagai pencetus gagal jantung

7) Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :
a. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin
converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor
blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian
laksarasia pada pasien dengan keluhan konstipasi.
b. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya
hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan
serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.

16
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Congestive Heart
Failure (CHF)
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
a. Airway: Bersihan jalan napas klien bisa terganggu karena produksi sputum pada
gagal jantung kiri
b. Breathing:
Kongesti vaskuler pulmonal
Gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal adalah dispnea,orto-pnea,dispnea
noktural paroksismal,batuk,dan edema pulmonal akut.
- Dispnea,dikarakteristikan dengan pernapasan cepat,dangkal, dan keadaan
yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara cukup yang
menekan klien. Terkadang klien mengeluh adanya insomnia, gelisah, atau
kelemahan yang disebabkanoleh dispnea.
- Ortopnea,ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispneaadalah
keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan dengan
kongesti vaskuler pulmonal. Perawat harus menentukan apakah ortopnea
benar-benar berhubungan dengan penyakit jantung atau apakah peninggian
kepala saat tidur adalah kebiasaan klien belaka. Sebagai contoh bila klien
menyatakan bahwa ia terbiasa menggunakan tiga bantal saat tidur. Namun,
perawat harus menanyakan alasan klien tidur dengan menggunakan tiga
bantal. Bila klien mengatakan bahwa ia melakukan ini karena menyukai
tidur dengan ketinggian ini dan telah di lakukan sejak sebelum mempunyai
gejala gangguan jantung, Kondisi ini tidak tepat di anggap sebagai
ortopnea.
- Dispnea nokturnal paroksismal (DNP) adalah keluhan yang dikenal baik
oleh klien yaitu klien biasanya terbangun di tengah malam karena
mengalami napas pendek yang hebat. Dispnea nokturnal paroksismal di
perkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan dari jaringan ke dalam
kompartemen intravaskuler sebagai akibat dari posisi terlentang. Pada siang
hari,saat klien melakukan aktivitas,tekanan hidrostatisk vena
meningkat,khususnya pada bagian bawah tubuh karena adanya
gravitasi,peningkatan volume cairan,dan peningkatan tonus sismpatetik.

17
- Batuk iritatif adalah salah satu gejala dari kongesti vaskuler pulmonal yang
sering tidak menjadi perhatian tetapi dapat merupakan gejala dominan.
Batuk ini dapat produktif, tetapi biasanya kering dan batuk pendek.gejala
ini dihubungkan dengan kongesti mukosa bronchial dan berhubungan
dengan peningkatan produksi mucus.
- Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling bervariasi
dihubungkan dengan kongesti vaskuler pulmonal.edema pulmonal akut ini
terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi tekanan yang cenderung
mempertahankan cairan di dalam saluran vaskuler (kurang lebih 30
mmHg).
c. Circulation:
1) Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut pada dada,keluhan kelemahan
fisik,dan adanya edema ekstremitas
2) Palpasi :Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya di temukan.
3) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya di
temukan apabila penyebab gagal jantung adalah kelainan katup.
4) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjuk-kan adanya
hipertrofi (kardiomegali).
- Penuranan Curah Jantung
Selain gejala-gejala yang di akibatkan gagal ventrikel kiri dan
kongesti vaskuler pulmonal,kegagalan ventrikel kiri juga di hubungkan
dengan gejala tidak spesifik yang berhubungan dengan penurunan curah
jantung. Klien dapat mengeluh lemah,mudah lelah,apatis,letargi,kesulitan
berkonsentrasi,defisit memori,atau penurunan toleransi latihan. Gejala ini
mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan merupakan
keluhan utama klien.
- Bunyi Jantung dan Crackles
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri yang
dapat dikenali dengan mudah adalah adanya bunyi jantung ketiga
dankeempat (S3 dan S4) dan crackles pada paru-paru. S4 atau gallop
atrium, dihubungkan dengan dan mengikuti kon-traksi atrium dan terdengar
paling baik dengan bell stetoskop yang ditempelkan dengan tepat pada
apeks jantung.
18
- Disritmia
Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respon awal jantung
terhadap stress, sinus takikardia mungkin di curigai dan sering di temukan
pada pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung. Irama lain yang
berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi kontraksi atrium
prematur,takikardia atrium paroksismal,dan denyut ventrikel prematur.
Kapanpun abnormalitas irama terdeteksi,seseorang harus berupaya untuk
menemukan mekanisme dasar patofisiologisnya,kemudian terapi dapat di
rencanakan dan diberikan dengan tepat
- Ditensi Vena Jugularis
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi terhadap kegagalan
ventrikel kiri, akan terjadi dilatasi dari ruang ventrikel,peningkatan
volume,dan tekanan pada diastolik akhir ventrikel kanan,tahanan untuk
mengisi ventrikel, dan peningkatan lanjut pada tekanan atrium kanan.
Peningkatan tekanan ini akan di teruskan ke hulu vena kava dan dapat di
ketahui dengan peningkatan pada tekanan vena jugularis. Seseorang dapat
mengevaluasi peningkatan vena jugularis dengan melihat pada vena-vena di
leher dan memerhatikan ketinggian kolom darah. Klien diinstruksikan
untuk berbaring di tempat tidur dan kepala tempat tidur dan kepala di
tempat tidur ditinggikan antara 30-60 derajat,kolom darah di vena-vena
jugularis eksternal akan meningkat. Pada orang normal, hanya beberapa
millimeter di atas batas klavikula. Namun, pada klien dengan gagal
ventrikel kanan akan tampak sangat jelas dan berkisar antara 1-2 cm.
- Kulit Dingin
Kegagalan arus darah ke depan (forward failure) pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda yang menunjukkan ber-kurangnya perfusi ke
organ-organ. Karena darah di alihkan dari organ-organ nonvital ke organ-
organ vital seperti jantung dan otak untuk mempertahankan
perfusinya,maka manifestasi paling awal dari gagal ke depan yang lebih
lanjut adalah berkurangnya perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot
rangka. Kulit tampak pucat dan terasa dingin karena pembuluh darah perifer
mengalami vasokontriksi dan kadar hemoglobin yang tereduksi meningkat.
Sehingga akan terjadi sianosis.
- Perubahan Nadi
19
Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung akan menunjukkan
denyut yang cepat dan lemah.

1. Pengkajian Sekunder
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit gagal jantung
kongestif, yaitu : :
- Umur         : Gagal jantung adalah penyakit sistem kardio-vaskuler
yang banyak terjadi pada orang dewasa.
- Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap
pengetahuan klien tentang penyakit gagal jan-tung.
- Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh ka-rena dapat
menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien
rendah dan mudah jatuh sakit. 
2) Identitas penanggung jawab meliputi :
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah saat beraktivitas
dan sesak nafas.
2) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilaku-kan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kele-mahan fisik klien
secara PQRST.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan mena-nyakan
apakah sebelumya klien pernah menderita nyeri dada,hipertensi, iskemia
miokardium, infark miokardium,diabetes mellitus, dan hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa di minum oleh klien pada
masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini
20
meliputi obat diuretik,nitrat,penghambat beta,serta antihipertensi.catat
adanya efek samping yang terjadi di masa lalu,alergi obat dan reaksi alergi
yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek
samping obat.
4) Riwayat keluarga      
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh
keluarga,anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia
produktif,dan penyebab kematianya.penyakit jantung iskemik. Pada orang
tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama
terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunanya.
5) Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat klien bekerja dan lingkunganya.
Kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalya
minum alcohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok dengan menanyakan
tentang kebiasaan merokok,sudah berapa lama,berapa batang perhari, dan
jenis rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan tersebut,data biografi juga
merupakan data yang perlu diketahui,yaitu dengan menanyakan
nama,umur,jenis kelamin,tempat tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh
klien.
Saat mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan
kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis,maka pertanyaan yang di
ajukanbukan pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan
yang jawabanya adalah “ya” dan “tidak” atau pertanyaan yang dapat di
jawab dengan gerakan tubuh,yaitu menganggnk atau menggelengkan kepala
sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
6) Pengkajian psikososial
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah klien
menyangkal,takut mati,perasaan ajal sudah dekat,marah pada
penyakit/perrawatan yag tak perlu,kuatir tentang keluarga,pekerjaan, dan
keuangan.kondisi ini ditandai dengan sikap menolak, menyangkal, cemas,
kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada
diri sendiri.

21
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stress karena keluarga,
pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi dan kesulitan koping dengan sresor
yang ada, kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung
dapat terjadi ditandai dengan adanya keluhan insomnia atau tampak
kebingungan.
7) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum,kesadaran klien gagal jantung
biasanya baik atau kompos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan perfusi sistem, saraf pusat.
- B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering di temu-kan sianosis
perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian
objektif klien meliputi wajah
meringis,menangis,merintih,meregang,dan menggeliat.
- B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine selalu di hubungkan de-ngan intake
cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan
tanda awal dari syok kardio-genik. Adanya edema ekstremitas
menunjukkan adanya retensi cairan yang parah.
- B5 (Bowel)
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang,
maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan
terdorong masuk ke rongga abdomen,suatu kondisi yang di namakan
asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat
menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga klien dapat
mengalami distress pernapasan.
- Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi aki-bat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
- B6 (Bowel)
Edema
22
- Mudah lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah. Hal ini terjadi
akibat curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat
sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jari-ngan dan
penghambat  pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang  di gunakan untuk bernapas dan insomnia
yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan
dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat di picu oleh
ketidakseimbanagan cairan dan elektrolit atau anorek-sia.

23
BAB III

PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN PRAKTIK PROFESI KGD


PRODI PROFESI NERS UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

Kelompok :4 Tanggal : 17 Januari 2022


Ruangan : CVCU

A. INFORMASI UMUM
Nama pasien : Ny. R Suku Bangsa : Minang
Umur : 39 Tahun Tanggal Masuk RS : 14 Januari 2023
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2023
Tanggal Lahir : 6-10-1984 Dari Rujukan : Datang Sendiri
Diagnose Medis : CHF+ MS severe

B. PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN (KHUSUS RUANGAN IGD)


1. Kategori Triase (Khusus IGD)
(menggunakan format Australasion Triage scale)
1 2 3 4 5
*Lingkari salah Satu

2. Survey Primer
Airway (A) : Jalan nafas tidak paten karena terdapat secret cair banyak

Breathing (B) : Terpasang nasal kanul 3 liter/menit, RR= 29x/menit, Spo2 ; 100%, CRT < 2
detik

Circulation (C) : TD= 87/65 MmHg, N=90x/menit, S= 36

Disability (D) :
GCS : 15, E : 4, M : 6, V : 5
Kesadaran : Compos Mentis
Kekuatan Otot : +/+
Pupil :2/2

Exposure (E) : Keadaan kulit baik, tidak ada jejas, cedera dan lainnya
Foley Cateter (F) : Pasien terpasang kateter dengan jumlah cairan ± 600 CC/6 jam , warnanya
kuning pekat, lama pemakaian kateter ± sudah 3 hari
Gaatric Tube (G) : Pasien tidak terpasang NGT, Pasien bias makan lewat oral
Heart Monitor (H) : Pasien terpasang heart monitor. TD ; 87/65 mmHg, N ; 90x/m, Spo2 ; 99,
RR ; 29x/m, S ; 36 C

24
3. Secondary Survey
a. Alergi : Pasien tidak ada riwayat alergi
b. Medikasi : Lasix 1mg/jam, inj pentroprazole 1x1, inj diviti 1x25mg, Spironolazone
1x100mg,
c. Last Oral :Nasi lunak + sayur

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama: Ny. R masuk cvcu pada tanggal 14 januari 2023 dengan diagnose medis
CHF, pada saat dilakukan pengkajian pada tangaal 17 januari 2023 Ny. R mengatan sesak nafas
dan nyeri pada dada dengan skala nyeri 5, pasien juga mengatakan pusing dan mual.

2. Riwayat penyakit saat ini :Riwayat kesehatan saat ini pasien menderita CHF

3. Riwayat kesehatan sebelumnya: Pasien mengatan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

4. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat


kesehatan apapun

5. Riwayat kelahiran (Khusus ruangan PICU)

6. Riwayat Immunisasi (Khusus ruangan PICU)


( ) BCG ( ) HepatitisI ( ) DPT I ( ) Rotavirus
( ) Polio 0 ( ) Hepatitis II ( ) DPT II ( ) Tifoid
( ) Polio I ( ) Hepatitis III ( ) DPT III ( ) Varicela
( ) Polio II ( ) Hepatitis IV ( ) HB ( ) Influenza
( ) Polio III ( ) Campak ( ) MMR
*checklist immunisasi yang telah diperoleh

D. KEADAAN UMUM
a. Kesadaran
b. GCS : 15 E : 4, M : 6, V : 5
c. Antropometri
- BB : 30 kg
- TB : 160 cm
- IMT : 11,7 cm
- LILA : 25 cm

E. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)


1. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala
Jelaskan : rambut Ny.r panjang, kepala terlihat bersih, rambut rontok (-), ketombe (-)

b. Mata
Jelaskan : Konjungtiva anemis

c. Telinga
Jelaskan : Tidak ada gangguan

25
d. Hidung
Jelaskan : Terpasang nasal kanul 4 liter/menit
2. Leher
Jelaskan : Tidak ada pembesaran vena jugularis

3. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada jejas

Palpasi: Pergerakan dada simetris, Nyeri tekan (-), Massa (-)

Perkusi : Terdengar sonor, terdengar bunyi jantung tambahan S3 S4

Auskultasi: - bronkovesikuler (paru)

4. Payudara dan axila


Jelaskan: Payudara simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan

5. Tangan
Jelaskan : Tangan utuh dan teraba dingin

6. Abdomen
Jelaskan hasil pemeriksaan
Inspeksi : Abdomen terlihat simetris, terdapat asites

Palpasi : Nyeri tekan(-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus 15x/menit

7. Perkemihan dan genitalia


Jelaskan: Pasien terpasang kateter

8. Rectum dan anus


Jelaskan :Tidak ada gangguan

9. Kuku
Jelaskan : Bersih, Tidak panjang,

10. Punggung
(termasuk penapisan kulit menggunakan skala NORTON/BRADES)
Jelaskan : Tidak ada gangguan

11. Tungkai kaki : simetris, tidak ada jejas

26
F. KENYAMANAN POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
(Mencakup Skala nyeri, pada pasien dewasa dan anak ≥7 tahun menggunakan NUMERIK RATING
SCALE/CRITICAL PAIN OBSERVASIONAL TOOLS, pada pasien anak <7tahun gunakan
FLACC. Catat lokasi, frekuensi, penjalaran, dan kualitas nyeri. Khusus pasien tersedari gunakan
skala COMFORT/Richmond Agitation and Sedation Sclae (RASS). Catat juga jumlah jam dan
frekuensi tidur, gangguan tidur dsb)
Jelaskan: Pola aktivitas pasien tirah baring, pasien mengatakan nyeri dada dengan nyeri sedang,
skala nyeri 5, tidur pasien terganggu karena sering merasa pusing dan mual.

POLA AKTIVITAS HARIAN (ADL)


(Asesmen fungsional menggunakan BAREL INDEKS dan penilaian risiko jatuh menggunakan
skala MORSE bagi dewasa dan HUMTY DUMPTY bagi pasien anak)
Jelaskan: Pasien resiko jatuh, pasien tirah baring

G. PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
(Mencakup persepsi, ekspresi dan reaksi terhadap penyakit, konsep diri, kebiasaan ibadah)
Jelaskan: Pasien berharap dapat segera sembuh dan kembali berkumpul bersama keluarga.

H. CAIRAN-NUTRISI-ELIMINASI
1. Intake Oral/Enteral
a. Jenis diit : 200 kkal/hari
b. Kebutuhan kalori harian : kkal/hari
c. Jumlah kalori diit dari ahli gizi :kkal/hari
d. Frekuensi makan
- Makan berat : tidak ada, kali/hari (tampak dlm 1 shift)
- Makan selingan : tidak ada (tampak dlm 1 shift)
e. Jumlah makan cair : 100 ml/hari (tampak dlm 1 shift)
f. Jumlah minum : 100 cc gelas/hari (tampak dlm 1 shift)
g. Parenteral : __500_________________ ml/shift

Jelaskan (kemampuan menghabiskan makanan, gangguan mengunyah dan menelan dsb) :


Pasien makan tidak habis, makan pelan

2. Eliminasi
a. Frekuensi BAK : 4-5kali/hari (tampak dlm 1 shift)
b. Urine output : 600ml/shift

c. Jumlah cairan muntah : _______-______________ ml/shift


d. BAB
Frekeunsi : _____1________________ kali/hari (tampak dlm 1 shift)
Konsistensi : _____cair________________ kali/hari (tampak dlm 1 shift)
Warna : ___warna cokelat kekuningan __________________
Jumlah : _____1000________________ ml/shift (bila BAB cair)
e. Drain : ______-_______________ ml/hari (tampak dlm 1 shift)

27
3. Balance Cairan
a. Intake : 1000 kali/hari (tampak dlm 1 shift)
b. Output : 600 cc/kg/BB/jam
c. IWL : 45 ml/shift (+10% kenaikan suhu tubuh/11ºCc

d. Balance cairan : 445 cc/shift

Jelaskan (urin output dan balance cairan harian pada shift/hari sebelumnya dsb :

I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


1. Hasil labor
tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
CEK DARAH 13,9
14 JANUARI - HB 145
2023 - TROMBOSIT ↓ 25,3
- MCH ↓ 30,8
- MCHC ↓ 21,6
- RDW-CV↓ 62,2
- RDW-SD↑ 3,3

- ALBUMIN↓ 57

PEMERIKSAAN AGD
- PCO2↑ 58
- PO2↓ 37
- HCO3↑ 39
- TCO2↑ 12
- BE↑

28
2. Hasil Radiologi (CT-scan, X-Ray, MRI, USG, Echocardiography)
(tulis keterangan tanggal dan kesal hasil pembacaan/ exptertised)

Jenis pemeriksaan ; pemeriksaan radiologi, thorax, satuproyeksi, frontal

x- fhoto thorax ;
cor ; CTR > 50%
pulmo : corakan broncovaskuler normal
infiltrate (-)
kranialisasi +
diafragma dan sinus kostrofrenikus normal.

Kesan : kardiomegali dengan bendungan paru.

29
3. Hasil EKG terbaru

AF

30
J.MEDIKASI/ OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN SAAT INI
No Rute Pemberian Obat (Nama Obat) Dosis Indikasi Kontra indikasi

1 LASIX 5mg/jam Untuk Hipersensitif


mengeluarkan terhadap
cairan yang furosemide dan
berlebihan pada sulfonamide
kondisi udem
pada penderita
gagal ginjal/gagal
jantung ( diuretic)

2 Inj. Pentoprazole 1x1 Untuk Pada pasien


mengurangi yang memiliki
keluhan dan masalah
gejala akibat pernafasan,
peningkatan asam ginjal, obat-
lambung obatan seperti
lansoprazole,
3 Diviti 1x2,5 Untuk omeprazole,
pembekuan darah nexium
pada kaki (anti
koagulan)

Hipersensitif
4 Spironolactone 1x100 mg Untuk terhadap
menurunkan komponen obat
tekanan darah
pada hipertensi
(diuretic)
-Adanya kondisi
5 Curcuma 3x1 tab hiperkolemia,
Untuk menambah anuria, gg
atau ginjal.
meningkatkan -Hipersensitif
nafsu makan daya
tahan tubuh Pasien dengan
febrilasi vertikel
6 Digoxin 1x1,2 tab dan riwayat
Untuk membuat hipersensitivitas
irama jantung terhadap
kembali normal digoxin/digitalis
( digitalis ) lainnya

31
FORMAT ANALISA DATA

N Masalah
Data Penunjang Etiologi
o Keperawatan
CHF
1 Ds: pasien mengatakan merasa sesak, ↓ Penurunan curah
pusing, mual, dan nyeri pada dada Daya pompa jantung↓ jantung
DO: pasien tampak lemah, pucat, akrar ↓
dingin, CRT > 3 detik, gambaran EKG Penurunan curah
AF, jantung
TTV: TD: 87/65 mmHg
N: 90x/menit
RR: 29x/menit
S: 36,5ºC
SPO2 : 100 %
CTR : 60 %
ODEM : Gred
Posisi semi fowler

CHF Bersihan jalan nafas


DS:- pasien mangatakan sesak ↓ tidak efektif
- Pasien mengeluh ada sekret Distendi pembulu
DO: -Pasien tampak gelisa darah diparu
- Sesak ↓
- Terpasang nasal kanul 4 l/m Peningkatan tekanan
- Pasien tampak batuk hidostatik dan
menurunan tekanan
onkotik

Perpindahan cairan
intravaskuler
keintersitial

Cairan masuk
kepernapasan

Edema paru

Pembentukan lender/
mucus

Bersihan jalan nafas
tidak efektif

32
3 DS: Pasien mengatakan nyeri dada CHF Nyeri Akut
DO: - pasien tampak meringis ↓
- Gelisah Suplai darah dan
- Sulit tidur oksigen ke miokard ↓
- Pola nafas berubah ↓
- P: nyeri dada tiba2 Hipoksia otot jantung
- Q: seperti tertusuk ↓
- R: nyeri pada dada Metabolisme anaerob
- S: skala nyeri 5 ↓
- T: waktu yang lama Penimbunan asam
laktat

Pelepasan mediator
kimia

Nyeri akut

K. DIAGNONA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung
2. bersihan jalan nafas
3. Nyeri akut

33
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. R


No RM :

No SDKI (SLKI) SIKI

1 Penurunan curah - Tekanan darah Perawatan jantung


jantung membaik
- CRT membaik Observasi
- Identifikasi tanda gejala curah
- Palpilasi ↓
jantung
- Gambaran EKG
- Monitor tekanan darah, ouput,
aritmia ↓
saturasi oksigen
- Lelah ↓
- Berikan terapi
relaksasi untuk Terapeutik
mengurangi stres - Posisikan pasien semi powler atau
poeler
- Berikan diet jantung yang sesui
- Pasilitasi pasien dan krlurga untuk
motifasi gaya hidup sehat
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
> 94%

Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
kondisi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengatur BB dan intake,output.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian authovitmia

2 Bersihan jalan Bersihan Jalan Napas Observasi


nafas tidak Meningkat (L.01002)
efektif Setelah dilakukan  Identifikasi kemampuan batuk
tindakan keperawatan  Monitor adanya retensi sputum
selama 3x24 jam  Monitor tanda dan gejala infeksi
diharapkan jalan nafas saluran napas
membaik dengan kriteria  Monitor input dan output cairan
hasil: (misal: jumlah dan karakteristik)

34
1. Batuk efektif Terapeutik
meningkat
2. Produksi  Atur posisi semi-fowler dan fowler
sputum  Pasang perlak dan bengkok di
menurun pangkuan pasien
3. Mengi menurun  Buang sekret pada tempat sputum
4. Wheezing
Edukasi
menurun
5. Mekonium
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
(pada neonatus) efektif
menurun  Anjurkan Tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik
 Anjurkan mengulangi Tarik napas
dalam hingga 3 kali
 Anjutkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik napas
dalam yang ke-3

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian mukolitik


atau ekspektoran, jika perlu.

35
3 Nyeri Akut Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Manajemen nyeri
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan derajat nyeri - Identifikasi lokasi
berkurang - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri - Motivasi efek samping penggunaan
menurun analgetik
2. Meringis Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis
menurun
untuk mengurangi rasa nyeri
3. Sikap protektif - Kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
4. Gelisah - Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun - Pertimbangkan jenis dan
5. Kesulitan tidur sumbernyeri dalampemeliharaan
menurun strategi nyeri
6. Frekuensi nadi Edukasi
membaik - Ajarkan penyebab nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik

36
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny, R
Diagnose Medis : CHF
Ruangan : CVCU
Hari/Tgl Diagnosa Implementasi SOAP Tanda tangan
dan Jam Keperawatan perawat
Selasa Penurunan - Monitor TD S: Pasien masih
09.30 curah jantung - Monitor keluhan merasakan pusing
wib dan EKG O: pasien masih
17-01- tampak lemah
- Posisi pasien semi
2023 A: Masalah belum
fowler teratasi
- Berikan oksigen P: intervensi
(nasal kanul) 4 dilanjutkan
liter/menit

Rabu
18-01-
2023

Nyeri akut - Identifikasi skala S: Pasien


Rabu nyeri mengatakan nyeri
18-01- - Kontrol masih berkurang
2023 lingkungan O: - pasien tampak
- Fasilitasi istirahat pucat
dan tidur - Sulit tidur
- Ajarkan teknik - TTV: TD
relaksasi nafas 114/69
dalam - N: 95
- RR:
26X/menit
- S 36,6
A: Masalah belum

37
teratasi
P: Intervensi
dilanutkan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus

dengan CHF di ruangan CVCU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Tinjauan kasus merupakan

38
permasalahan yang ditemukan di ruang CVCU pada tanggal 17 Januari 2023. Pembahasan ini

dibuat dengan langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi meliputi :

a. Pengkajian

Tahap ini merupakan langkah awal dilakukan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada klien dengan CHF. Di dalam melakukan pengkajian ini tidak

menemukan kendala yang berarti, meskipun dalam keadaan sakit, pasien cukup

kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang ditanyakan.

Tidak ditemukan adanya kesenjangan yang berarti antara teroritis dan kasus yang

ditemukan dilapangan, perawat mengkaji kebutuhan klien yang berkaitan dengan

perawatan klien dengan CHF.

b. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh pada klien kelolaan didapatkan 10

diagnosa keperawatan namun karena keterbatasan waktu, kelompok memprioritaskan 3

diagnosa keperawatan saja, meliputi :

1. Penurunan curah jantung .(D0008)

2. Kebersihan jalan nafas .(D0001)

3. Nyeri akut.(D0077)

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus.

c. Intervensi

Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang telah ditegakkan. Adapun acuan dalam penyusunan intervensi keperawatan

menggunakan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) oleh DPP-PPNI, serta

39
buku keperawatan lainnya yang dimana sesuai dengan keadaan pasien dan situasi serta

kondisi yang ada di ruangan CVCU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Penyusunan intervensi antara teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan,

sebab intervensi yang dilakukan kepada Ny.R sama dengan teori yang muncul dalam

tinjauan teori.

d. Implementasi

Implementasi dilakukan selama 2 jam.. Implementasi yang dilakukan berdasarkan

prioritas masalah yang diangkat. Implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini

dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini juga mendapatkan

bimbingan dan kesempatan yang baik dari pembimbing dan perawat dalam pelaksanaan

tindakan sehingga tindakan keperawatan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai dalam mengatasi masalah.

e. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan

setelah tindakan keperawatan dilaksanakan. Dari 3 diagnosa keperawatan 2 diagnosa

sudah teratasi yaitu nyeri dan bersihan jalan nafas . Untuk diagnosa penurunan curah

jantung belum teratasi. dan pasien pindah ruangan kekrisan .

BAB V

PENUTUP

40
A. Kesimpulan

CHF (Congestive heart failure) adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan

fungsi jantung dan pembuluh darah. Kegagalan sistem kardiovaskuler atau yang

umumnya dikenal dengan istilah gagal jantung adalah kondisi medis di mana jantung

tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh

membutuhkan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik.

B. Saran

1) Bagi penulis

Hasil studi kasus yang penulis dapatkan dalam karya tulis ini dapat memberikan

informasi lebih lanjut sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang CHF. Bagi

penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan komprehensif

dalam waktu yang lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

2) Bagi tempat pelaksanaan studi kasus

Instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil studi ini sebagai dasar

pertimbangan untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sehingga

meningkatkan pelayanan kepada pasien sehingga pasien merasa puas dengan

pelayanan yang diberikan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

3) Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan untuk mengambil kebijakan

dalam upaya memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

41

Anda mungkin juga menyukai