KELOMPOK 6
JAKARTA
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA
NY.X DENGAN GAGAL JANTUNG DI RUANG MAHONI DI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.1 RADEN SAID
SUKANTO
KELOMPOK 6
JAKARTA
2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Jakarta,
Pembimbing Makalah
Mengetahui
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah Kegawatdaruratan dengan judul “Makalah Kegawatdaruratan pada Ny.X
dengan Gagal Jantung”. Dalam penyusunan Makalah Kegawatdaruratan ini, saya
mendapatkan banyak bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
Saya menyadari Makalah Kegawatdaruratan ini jauh dari sempurna, baik susunan
maupun isi makalah kegawatdaruratan ini, untuk itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah Kegawatdaruratan
ini di masa yang akan datang.
Jakarta,
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Angka kejadian gagal jantung dalam tiga bulan terakhir diruang ICCU RS
Bhayangkarat tingkat 1 Raden Said Sukanto sebanyak 15,8%. Masalah
keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal jantung adalah
aktual/resiko tinggi penurunan curah jantung, pola nafas tidak efektif, nyeri
akut pada dada, aktual/ resiko tinggi penurunan tingkat kesadaran,
aktual/resiko tinggi kelebihan kelebihan volume cairan, intoleransi aktifitas
(Mutaqqin, 2011). Pada pasien gagal jantung dengan penurunan curah
jantung terjadi karena pada jantung ventikel kiri tidak mampu memompa
darah yang datang dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru
(Nugroho & Bunga, 2016).
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan pada pasien sesak nafas yaitu
Slow Deep Breathing. Slow Deep Breathing merupakan tindakan yang
disadari untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat. Slow Deep
Breathing lebih fokus mengajarkan cara bernapas yang benar sehingga
dapat menurunkan gejala pada sesak nafas dan dapat terkontrol. Selain itu
slow deep breathing dapat dilakukan secara mandiri oleh penderita sesak
nafas sehingga dapat diimplementasikan sebagai salah satu terapi
komplementer yang bertujuan untuk mengontrol sesak nafas khususnya
pada penderita CHF (McHugh, Aitcheson, Duncan & Houghton, 2013).
Makalah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab satu pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab dua tinjauan teori yang terdiri dari: pengertian, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan, pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Bab tiga tinjauan
kasus yang terdiri dari: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan. Bab empat pembahasan yang terdiri dari: pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Bab lima penutup
yang terdiri: dari kesimpulam dan saran.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Gagal jantung adalah syndrome klinis (sekumpulan data dan gejala),
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfingsi diastolic) dan kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik. (Sudoyo Aru,dkk 2009).
2.2 Etiologi
Menurut Bararah dan Jauhar (2012) penyebab gagal jantung dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Intrinsik :
1) kardiomiopati
2) infark miokard
3) miokarditis
4) penyakit jantung
5) iskemik
6) defek jantung bawaan
7) perikalditis
b. Sekunder :
1) emboli paru
2) anemia
3) tirotoksikosis
4) hipertensi
5) kelebihan volume darah
6) asidosis metabolic
7) keracunan obat
8) aritmia jantung
2.3 Patofisiologi
2.3.3 Komplikasi
Menurut Bararah dan Jauhar (2013, hal.87) komplikasi dapat berupa :
a. Kerusakan atau Kegagalan Jantung
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal tidak ditangani.
Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis
untuk pengobatan.
b. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat
terjadi kerusakan pada katup jantung.
c. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang
menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat
menyebabkan jaringan paru yang mengakibatkan hati tidak dapat
berfungsi dengan baik.
d. Serangan jantung dan stroke
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal
jantung daripada di jantung yang normal , maka semakin besar
kemungkinan anda akan mengembangkan pembekuan darah yang
dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Terapi
a. Terapi non farmakologi yaitu antara lain perubahan gaya hidup,
montoring dan kontrol faktor resiko
b. Terapi farmakologi yang dapat diberikan antara lain golongan
diuretik, ACEI, beta bloker, ARB, glikosida jantung, vasodilator,
agonis beta, serta bipiridin.
1) Kesadaran
a) Komposmentis: Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap
lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri.
b) Apatis: Keadaan pasien dimana tampak acuh tak acuh dan
segan terhadap lingkungannya.
c) Delirium: Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran
disertai kekacauan motorik serta siklus tidur bangun yang
terganggu.
d) Somnolen: Keadaan pasien mengantuk yang dapat pulih
jika dirangsang, tapi jika rangsangan itu berhenti pasien
akan tidur kembali.
e) Sopor(stupor): Keadaan pasien mengantuk yang dalam.
f) Semi-koma(komaringan): keadaan pasien mengalami
penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons
rangsang terhadap rangsang verbal, serta tidak mampu
untuk di bangunkan sama sekali, tapi respons terhadap
nyeri tidak adekuat serta reflek (pupil & kornea) masih
baik.
g) Koma: keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran
yang sangat dalam, tidak terdapat respons pada rangsang
nyeri serta tidak ada gerakan spontan(Gordon, 2015)
2) Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan
seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal
maupun non verbal (Aziza, 2010)
3) Sistem penglihatan, pada klien gagal jantung mata mengalami
pandangan kabur(Gordon, 2015)
4) Sistem pendengaran, pada klien gagal jantung pada sistem
pendengaran telinga tidak mengalami gangguan (Gordon, 2015)
5) Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati
(Gordon, 2015)
6) Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara
dinit tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi.
Pengkajian meliputi persentase fraksioksigen, volume tidal,
frekuensi pernapasan dan modus yang digunakan untuk
bernapas(Aziza, 2010)
7) Sistem kardiovaskuler
a) Inspeksi
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada
terdapatpenonjolan setempat yang lebar di daerah precordium,
diantara sternum dan apeks codis. Benjolan ini dapat
dipastikan dengan perabaan.
b) Palpasi
Impuls apical terkadang dapat pula dipalpasi. Normlanya
terasa sebagai denyutan ringan, dengan diameter 1 sampai 2
cm. Telapak tangan mula-mula digunakan untuk mengetahui
ukuran dan kualitasnya.
c) Perkusi
Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung.
Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada
daerah manubrium sterni terdapat pekak yang merupakan
daerah aorta. Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat
aneurisma aorta. Untuk menentukan batas kiri jantung lakukan
perkusi dari arah lateral ke medial.
d) Auskultasi
(1) Bunyi jantung
Untuk mendengar bunyi jantung, perhatikan lokalisasi dan
asal bunyi jantung.
(2) Irama dan frekuensi bunyi jantung
Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan
dengan frekuensi nadi. Normal irama jantung adalah
teratur dan bila tidak teratur disebut arrhythmia cordis.
Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam semenit,
kemudian dibandingkan dengan frekuensi nadi. Bila
frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-masing lebih dari
100 kali per menit disebut tachycardi dan bila frekuensi
kurang dari 60 kali per menit disebut bradycardia.
8) Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi
auskultrasi bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi)
(Aziza,2010).
9) Sistem muskuluskeletal, pada klien gagal jantung adanya
kelemahan dan kelelahan otot sehinggah timbul ketidak mampuan
melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya
dilakukan(Aziza, 2010).
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (mis. nyeri saat
bernafas, kelemahan otot pernafasan)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
ketidakefektifan pola nafas dapat terasai.
Kriteria hasil :
Suara nafas bersih, tidak ada sianosis, menunjukkan jalan nafas yang
paten, tanda tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis gurging, mengi, wheeszing,
ronkhi, kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna,aroma)
4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-
lift(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
5. Posisikan semi fowler atau fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Lakukan penghisapan lendir atau suction
9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
11. Berikan oksigen, jika perlu
12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
13. Ajarkan teknik batuk efektif
14. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperwatan pada Ny.X dengan
Gagal jantung di RS Bhayangkara tk 1 Raden Said Sukanto pada tanggal 27
Oktober 2020. Asuhan Keperawatan dilakukan Selama 1 hari dengan
menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
3.1.2 Resume
Pasien tiba di RS Bhayangkara tk 1 Raden Said Sukanto tanggal 27
Oktober 2020 pukul 08.00 WIB dengan diagnosa medis Gagal
jantung .Pasien mengatakan adanya keluhan nyeri dada selama 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit, skala nyeri 7, sesak nafas, sulit untuk
tidur dan nafsu makan berkurang.
Rencana Tindakan
1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(mel. Dyspnea,kelelahan,edema)
2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
jantung(mel. Peningkatan BB, hepatomegaly)
3) Observasi keadaan umum pasien
4) Monitor tekanan darah
5) Monitor keluhan nyeri dada
6) Monitor saturasi oksigen
7) Monitor nilai laboratorium jantung (mis, elektrolit)
8) Monitor tanda- tanda vital
9) Posisikan pasien semi fowler
10) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%
11) Monitor berat badan
12) Kolaborasi pemberian aritmia
13) Monitor EKG
Pelaksanaan Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Pelaksanaan Keperawatan
Evaluasi keperawatan
Pelaksanaan keperawatan
Tanggal 27 oktober 2020
Pukul 08.00 WIB
Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
Hasil : Pasien mengatakan merasa cepat lelah saat melakukan
aktivitas berlebih atau aktivitas terlalu lama
Pukul 09.30 WIB
Evaluasi keperawatan
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan. Pada tahap
ini penulis memperoleh data dengan wawancara langsung dengan pasien dan
keluarga, melakukan pemeriksaan fisik serta diskusi dengan perawat. Selama
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan karena adanya
kerjasama antara pasien dengan penulis dimana pasien kooperatif dalam
menyampaikan keluhan dan data yangdibutuhkan oleh penulis.
Pengkajian dilakukan pada pasien Ny.X dengan diagnosa medis gagal jantung.
Dengan hasil pengkajian, di teori riwayat sakit yang pernah diderita oleh
keluarga yang biasnya terjadi pada pasien gagal jantung yaitu hipertensi tetapi
dikasus riwayat sakit yang pernah diderita oleh keluarga tidak ada penyakit
apapun yang diderita. Pada pengkajian system penglihatan di teori Sistem
penglihatan, pada klien gagal jantung mata mengalami pandangan kabur
sedangakan di kasus sistem penglihatan fungsi penglihatan baik, tidak ada
pemakaian kaca mata,reaksi terhadap cahaya baik.
4.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang terdapat dalam teori dengan diagnosa yang terdapat dalam
kasus sama yaitu Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, dan konduksi elektrikal, Pola nafas tidak efektif b.d hambatan
upaya nas (mis. nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan), Nyeri akut
b.d agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma), Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Pada teori dan kasus diagnosa ini menjadi prioritas yang pertama. Curah
jantung adalah ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolic, salah satu batasan karakteristik yaitu
takikardi, perubahan EKG dan palpitasi jantung. Jika pada diagnosa
penurunan curah jantung tidak dijadikan diagnosa prioritas curah jantung
berkurang, system saraf simpatis akan memepercepat frekuensi jantung
untuk memepertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini
gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas penulis
mengobservasi pada hari terakhir dengan data subjektif Pasien mengatakan
masih sering terasa sesak dan kadang sulit untuk bernafas. Data objektif
Pasien tampak meringis karna sulit untuk bernafas, pernafasan cuping hidung,
pasien tampak sesak, keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
Intervensi yang dilanjutkan yaitu, berikan oksigen facemask (jika pernafasan
masih diatas 30x/menit).