Anda di halaman 1dari 109

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN.

W DENGAN
SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMARA II RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TINGKAT 1 RADEN SAID SUKANTO JAKARTA

KELOMPOK V

MERIN AURIA SEKAR ARUM DALUH (18077)

MUHAMMAD FADLY SUBAGYA (18078)

MUHKTAROH AZIZAH (18079)

NABELLA KHOFIFAH FAUZIAH (18080)

NADIA YULIANI (18081)

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI

JAKARTA

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN.W DENGAN
SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMARA II RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TINGKAT 1 RADEN SAID SUKANTO JAKARTA

Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk tugas akhir semester pada
Mata Kuliah KMB II

KELOMPOK V

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI

JAKARTA

2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah KMB 2 oleh kelompok V (LIMA) dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
An.F dengan Sindroma nefrotik di Ruang Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I
Raden Said Sukanto Jakarta” ini telah diperiksa dan disetujui.

Jakarta, 10 Juni 2020

Pembimbing Makalah

(Ns. Hendry Agustina S.Kep)

Mengetahui

Koordinator Mata Kuliah KMB II

( Ns. Ursula Arus Rinestaelsa, S.Kep., M.Kep )

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratan Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah yang
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul ’’Asuhan Keperawatan pada An.F dengan Sindroma nefrotik di Ruang
Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto Jakarta” Makalah ini disusun
dan ditujukan untuk memenuhi tugas Diagnosa Keperawatan Akademi Keperawatan Polri
Jakarta Angkatan 25, tahun ajaran 2019/2020.

Tidak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak berterimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Yuyun Kurniasih, SAP ,S.Kp.,M.Kep selaku direktur Akademi Keperawatan Polri.


2. Ns.Ursula Arus Rinestaelsa, S.Kep, M.Kep Selaku Koordinator Pengajar dan
Pembimbing Makalah Besar Keperawatan Medikal Bedah II Ns. Hendry Agustina
S.Kep.
3. Keluarga yang telah memberi dukungan pembuatan makalah ini.
4. Terimakasih kepada anggota kelompok 5 yang telah menyatukan pikiran kita sehingga
jadilah makalah ini.
5. Teman-teman terbaikku yang telah memberikan semangat.
6. Rekan-rekan mahasiswa Akademi Keperawatan Polri Jakarta Angkatan 25 yang telah
memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Meskipun kami sudah mengumpulkan referensi untuk menunjang penyusunan makalah ini,
namun kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan makalah yang lebih baik
lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi para
pembaca.

Jakarta, 10 Juni 2020

Kelompok 5

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………... ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………iv

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………….1


1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………......4
1.2.1 Tujuan Umum……………………………………………………4
1.2.2 Tujuan Khusus…………………………………………………...4
1.3 Metode Penulisan……………………………………………………….4
1.4 Ruang Lingkup………………………………………………………….5
1.5 Sistematika Penulisan…………………………………………………...5

BAB 2 TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian……………………………………………………………….6
1.2 Etiologi………………………………………………………………….6
1.3 Patofisiologi……………………………………………………………. 7
1.3.1 Proses Perjalanan Penyakit……………………………………..9
1.3.2 Manifestasi Klinik………………………………………………10
1.3.3 Komplikasi………………………………………………….......11
1.4 Penatalaksanaan………………………………………………………..12
1.4.1 Terapi…………………………………………………………...12
1.4.2 Tindakan Medis………………………………………………... 13
1.5 Pengkajian Keperawatan……………………………………………….13
1.6 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………16
1.7 Perencanaan Keperawatan…………………………………………......33

iv
BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan………………………………………………. 43


3.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………56
3.3 Perencanaan Keperawatan……………………………………………..56
3.4 Implementasi Keperawatan……………………………………………..56
3.5 Evaluasi Keperawatan…………………………………………………..56

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian……………………………………………………………… 81
4.2 Diagnosa……………………………………………………………….. 85
4.3 Perencanaan…………………………………………………………….88
4.4 Pelaksanaan……………………………………………………………..90
4.5 Evaluasi………………………………………………………………… 93

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 96
5.2 Saran…………………………………………………………………… 98

BAGIAN AKHIR

Daftar Pustaka……………………………………………………………….80

Lampiran

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Menurut Wiguno penyebab SN dan Klasifikasinya………………………………6

Gambar 2.2 Pathway Nefrotik Sindrom………………………………………………………9

Table 2.3 Intervensi Keperawatan……………………………………………………………33

Tabel 3.1 Analisa Data Pengkajian Ny.W dengan Sindrom Nefrotik ………………………53

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

BAB ini menjelaskan tentang permasalahan, latar belakang penyakit Sindroma nefrotik
secara umum, tujuan penulisan, ruanglingkup, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.

1.1 Latar Belakang


Menurut Johnson (2008), Sindrom nefrotik adalah gejala glomerulus primer yang di
tandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan hyperlipidemia. Hal ini
terlihat dalam kondisi apapun yang secara serius merusak membran kapiler
glomerulus, menyebabkan permeabilitas glomerulus meningkat dengan hilangnya
protein dalam urin. Umumnya ini terjadi pada anak-anak, terjadi juga pada orang
dewasa, termasuk orang tua..

Sindrom nefrotik biasanya ditandai dengan edema periorbital dan tergantung


“pitting”, edema muka dan berlanjut ke abdomen daerah genital, dan ekstremitas
bawah, anoreksia, fatigue, nyeri abdomen, dan berat badan meningkat. Komplikasi
yang dapat terjadi dari sindrom nefrotik yaitu hipovolemia, infeksi pneumococcus,
dehidrasi, hilangnya protein dalam urin, dan venous thrombosis atau bekuan darah
yang terbentuk di pembuluh darah (Suriadi & Yuliani, 2010).

Angka kejadian sindrom nefrotik ini tergolong jarang, namun penyakit ini perlu di
waspadai pada anak-anak, karena jika tidak segara di tangani akan mengganggu
system urinaria dan akan mengganggu masa tumbuh kembang anak tersebut. Sindrom
ini banyak terjadi pada anak karena pada umur tersebut, anak mulai masuk sekolah
dan banyak bermain di luar rumah, sehingga lebih besar kemungkinan untuk
terjangkit infeksi virus atau bakteri juga adanya pengaruh lingkungan dan perubahan
pola makan dan pada kasus orang dewasa jarang terjadi dikarenakan antigen dan
antibody yang sudah matang atau maksimal sehingga antigen seperti protein pada
orang dewasa sudah baik atau bekerja dengan optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan antigen merupakan zat yang merangsang respon imunitas

1
2

atau kekebalan tubuh pada orang dewasa sudah baik sehingga tidak mudah terserang
penyakit.

Menurut Suprapto & Pardede (2014), angka kejadian sindrom nefrotik pada anak
tidak diketahui pasti, namun diperkirakan pada anak usia bawah 16 tahun berkisar
antara 2 sampai 7 kasus pertahun pada setiap 100.000 anak. Angka kejadian kasus
sindrom nefrotik di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk, sedangkan kejadian
di Indonesia pada sindrom nefrotik mencapai 6 kasus per tahun dari 100.000 anak usia
kurang dari 14 tahun dengan rasio anak lelaki dan perempuan sekitar 2 : 1. Sindrom
nefrotik primer yang paling sering di temukandan terjadi pada anak usia 1,5-5 tahun.

Sindrom nefrotik berdasarkan penyebab dibagi menjadi 3, yaitu sindrom nefrotik


kongenital, primer (idiopatik), dan sekunder. Sindrom nefrotik yang sering di temukan
yaitu sindrom nefrotik primer. Sindrom nefrotik kongenital adalah sindrom nefrotik
yang terjadi hingga 3 bulan pertama kehidupan. Dapat disebabkan oleh pengaruh
genetik (autosomal resesif), atau sekunder akibat infeksi (sifilis, hepatitis B)
eritematosa sistemik. Usia, ras, dan geografis juga mempengaruhi terjadinya sindrom
nefrotik (Suprapto & Pardede,2014).

Terapi yang bisa diberikan pada anak penderita sindrom nefrotik menurut Suriadi &
Yuliani (2010) adalah terapi diuretik sesuai program, pembatasan sodium jika anak
hipertensi, diit tinggi protein, antibiotik untuk mencegah infeksi, terapi albumin jika
intake oral dan output urin karang, dan terapi prednison dengan dosis 2 mg/kgBB per
hari sesuai program.

Perawat berperan memberikan asuhan keperawatan dalam lingkup promotif, preventif,


kuratif dan rehabilitatif. Promotif adalah suatu kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Promotif adalah suatu
kegiatan pencegahan terhadap suatu penyakit. Kuratif adalah suatu kegiatan
pengobatan yang di tunjukan untuk penyembuhan penyakit, atau pengendalian
penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin. Rehabilitatif adalah suatu kegiatan untuk mengembalikan berkas penderita
kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang
3

berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan


kemampuannya (Kemenkes, 2009).

Dalam askpek promotif yang bisa dilakukan oleh perawat ialah melakukan promosi
kesehatan kepada mayarakat tentang penyakit sindrom nefrotik pada anak, mengawasi
anak saat bermain di kebun, hindari pemakaian obat di luar instruksi dokter dan
adanya program pemeritah tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) seperti
cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, mandi minimal 2x/hari,
makan buah dan sayur setiap hari, mengonsumsi garam beryodium, membuang
sampah pada tempatnya, menggunakan jamban, dan lainnya.

Preventifnya yaitu dengan memberikan anak imunisasi dan vaksin yang lengkap
(Hepatitis B , Polio, BCG, Campak, Pentavalen (DPT-HB-HiB), Pneumokokus,
Varisela, Influenza, Hepatitis A, HPV), menyarankan orang tua untuk memberikan
anaknya makanan yang bergizi, mengurangi konsumsi yang mengandung garam,
lemak, serta kolestrol, anjurkan orangtua untuk menghindari makanan yang
berpengawet dan tinggi MSG seperti ciki dan kripik, serta anjurkan untuk
mengurangi konsumsi makan manis seperti coklat dan permen.

Aspek kuratif yaitu memonitor tanda-tanda vital,memonitor intake dan output cairan,
memonitor pemeriksaan laboratorium (elektrolit, albumin, protein urin), timbang berat
badan secara berkala, mengkaji tingkat edema dengan mengukur lingkar abdomen
pada umbilikus serta pantau edema sekitar mata, memberikan terapi obat diuretik,
menyarankan banyak istirahat sampai edema berkurang, memberikan diet tinggi
protein, membatasi asupan natrium secara praktis dengan menggunakan garam
secukupnya.

Dalam aspek rehabilitatif yaitu berperan penting untuk menyarankan kepada keluarga
agar obat pulang dihabiskan sesuai petunjuk dan segara kembali bila terjadi tanda dan
gejala dari sindrom nefrotik, seperti demam, terjadi pembengkakan di area mata,
wajah, perut sampai ke kaki, penurunan nafsu makan, nyeri perut, berat badan
meningkat, serta ajarkan orang tua untuk mengetahui pemeriksaan protein urin serta
memonitor tekanan darah.
4

Jika asuhan keperawatan pada anak sindrom nefrotik tidak diberikan secara adekuat
maka akan mengakibatakan komplikasi seperti gagal ginjal, karena itu sangatlah
penting peran perawatdalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
sindrom nefrotik.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa memperoleh
pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Sindroma nefrotik.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Sindroma nefrotik.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan Sindroma
nefrotik.
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Sindroma
nefrotik.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Sindroma
nefrotik.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasiendengan Sindroma
nefrotik.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang erdapat antara teori dan kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
sertamencari solusi atau alternatif pemecahan masalah.
h. Mampu mendokumentasi asuhan keperawatan pada pasien denganSindroma
nefrotik.

1.3 Metode Penulisan


Menurut Nazir (2011), penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang
dan metode kepustakaan merupakan metode kepustakaan merupakan metode yang
5

dilakukan dengan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,
baik berupa buku maupun informasi diinternetpendekatan yang digunakan adalah
studi kasus dimana penulisan mengelola suatu kasus menggunakan prses keperawatan
mengumpulkan data melalui wawancara yaitu dengan cara bertaya kepada pasien,
mengobservasi secara langsung melalukan pengamatan pada pasien dengan Sindrom
nefrotik dan menarik kesimpulan kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Metode
kepustakaan yang digunakan adalah studi dari buku-buku sumber yang berhubungan
dengan Sindroma nefrotik. Menurut Sugiono (2013), studi dokumen merupakan
catetan rekam medis dan laporan perawat.

1.4 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dalam penulisan makalah ini adalah Asuhan Keperawatan pada
pasien An.F dengan Sindroma nefrotik diruang Anggrek II Rumah Sakit
Bhayangkara Tk.1 Raden Said Sukanto Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 12
maret 2020.

1.5 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan sistematika yang disusun sebagai berikut, yang
terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut :
Bab 1 pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan. Bab 2 tinjauan teori yang berisi
pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalanan penyakit, masnifestasi klinis, dan
komplikasi), penatalaksanaan (terapi dan tindakan medis), pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Bab 3 tinjauan khusus berisi tentang pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Bab 4 pembahasan berisi tentang pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab 5 penutup berisi tentang kesimpulan dan
saran.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Sindrom nefrotik adalah merupakan manifestasi klinis dari glomerulonefritis


(GN)

Ditandai dengan gejala edema,proteinuria masif 3,5g/hari, hipoalbuminemia


<3,5 lipiduria dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria,hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. (SudoyoAru)

Sindrom nefrotik paling banyak terjadi pada anak umur 3-4 tahun dengan
perbandingan pasien wanita dan pria 1:2.

2.2 Etiologi

2.2.1 Menurut Patrick Davey penyakit penyebab sindrom nefrotik seperti


diabetes (yang telah berlangsung lama),glomerulonefritis (lesi
minimal,membranosa,fokal segmental),amiloid ginjal
(primer,mieloma),penyakit auto imun,misalnya SLE, obat-obatan misalnya
preparat emas,penisilamin.

2.2.2 Menurut Wiguno penyebab SN dan klasifikasinya dibagi menjadi:

Table 2.1 2 Menurut Wiguno penyebab SN dan klasifikasinya

Penyebab Kriteria

Glomerulonefritis primer - GN lesi minimal (GNLM)


- Glomerulosklerosis fokal (GSF)
- GN membranosa (GNMN)
- GN membranoproliferatif (GNMP)
- GN proliferative lain

Glomerulonefritis sekunder
akibat:

6
7

Infeksi :

- HIV, hepatitis virus B dan C


- Sifilis,malaria, skistosoma
- Tuberkulosis, lepra

Keganasan :

- Adenokarsinoma paru,payudara, kolon,


limfoma hodgkin, mieloma multiple, dan
karsinoma ginjal

Penyakit jaringan terhubung :

- Lupus eritematosus sistemik, arthritis


rheumatoid, MCTD (mixed connective
tissue disease)

Efek obat dan toksin :

- Obat antiinflamasi non-steroid,preparat


emas, penisilinamin, probenesid, air raksa,
kaptropil, heroin

Lain-lain :

- Diabetes melitus, amiloidosis, pre-eklamsia,


rejeksi alograf kronik, refluks vesikoureter,
atau sengatan lebah.

2.3 Patofisiologi

Patofisiologi sindrom nefrotik (SN) didasarkan pada kerusakan membran


glomerulus ginjal, sehingga meningkatkan permeabilitas glomerulus.
8

Kapiler glomerulus dilapisi oleh fenestrated endothelium, dilapisi oleh epitel


glomerulus atau podosit, serta terdapat celah filtrasi di antara podosit. Ketiga
struktur tersebut membentuk glomerular filtration barrier.
Kerusakan pada permukaan endotel, membran dasar glomerular, atau podosit
akan menyebabkan perubahan fungsi filtrasi glomerulus, sehingga terjadi
proteinuria atau albuminuria. Selain itu, hilangnya albumin menyebabkan
penurunan tekanan koloid plasma, yang berakibat muncul edema pada SN.
Hipotesis lain penyebab edema adalah retensi natrium primer pada tubulus
renal.

Mutasi pada beberapa protein podosit telah diidentifikasi pada SN bawaan.


Faktor plasma dapat mengubah permeabilitas glomerulus, terutama pada
pasien sindrom nefrotik yang resisten terhadap steroid. Sebuah studi in vitro,
menunjukkan bahwa podosit mengekspresikan reseptor untuk IL-4 dan IL-13.
Aktivasi reseptor tersebut mengganggu permeabilitas glomerulus, sehingga
mengakibatkan proteinuria.
SN juga dikaitkan dengan perubahan metabolisme lipid dan dislipidemia,
penurunan aktivitas lipoprotein lipase di endotelium, otot, dan jaringan
adiposa, serta penurunan aktivitas lipase hati dan peningkatan kadar enzim
PCSK9.
9

2.3.1 Proses perjalanan penyakit


Gambar 2.2 pathway nefrotik sindrom
10

2.3.2 Manifestasi klinik


-Edema
-Oliguria
-Tekanan darah normal
-Proteinuria sedang sampai berat
-Hipoproteinemia dengan rasio albumin : globulin terbalik
-Hiperkolesterolemia
-Ureum/kreatinin darah normal atau meninggi
-Beta 1C globulin (C3) normal
11

2.3.3 Komplikasi

1. Terjadi Penggumpalan Darah

Sindrom nefrotik dapat membuat glomerulus tidak mampu menyaring darah


dengan baik. Hal ini memungkinkan kadar protein dalam darah yang
membantu mencegah terjadinya pembekuan tidak tersaring dan masuk ke
dalam urine. Dengan kata lain, sindrom nefrotik meningkatkan risiko darah
untuk membeku dalam pembuluh darah kamu.

2. Anemia

Penyakit anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah kamu


lebih rendah dari jumlah normal. Anemia juga dapat terjadi jika sel-sel darah
merah tidak mengandung cukup hemoglobin. Hemoglobin adalah protein
kaya zat besi yang memberikan warna merah darah. Protein ini membantu
sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

3. Penyakit Jantung

Penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung adalah berbagai kondisi


ketika terjadi penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Kondisi
tersebut dapat menyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina), atau
stroke.

4. Tekanan Darah Tinggi

Penyakit ini adalah kondisi ketika tekanan darah lebih tinggi dari 140/90
milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan
sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu,
angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam
keadaan relaks sembari mengisi ulang bilik-bilik dengan darah.

5. Gagal Ginjal

Penyakit ginjal adalah gangguan yang terjadi pada ginjal. Ginjal merupakan
dua orang yang terletak di rongga perut kamu di kedua sisi tulang belakang
di tengah punggung kamu, tepat di atas pinggang. Ketika ginjal rusak,
12

produk-produk limbah dan cairan dapat menumpuk dalam tubuh,


menyebabkan pembengkakan di pergelangan kaki, muntah, lemas, kurang
tidur, dan sesak napas.

Penyakit ginjal dapat dipicu oleh berbagai masalah kesehatan lainnya,


misalnya tekanan darah tinggi (hipertensi) dan diabetes. Artinya, orang
yang memiliki kedua penyakit tersebut berisiko tinggi terkena penyakit
ginjal

6. Kadar Kolesterol dan Trigliserida Darah Tinggi

Gangguan ginjal ini akan menyebabkan kadar protein terlepas ke dalam


urine. Akibatnya, kadar protein albumin dalam darah kamu menurun.
Kemudian, organ hati akan membuat albumin dalam jumlah yang berlebih.
Pada saat yang sama, organ hati juga akan melepaskan lebih banyak
kolesterol dan trigliserida.

2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Terapi
1. Obat kortikosteroid
Obat ini berfungsi untuk menangani peradangan pada ginjal atau
mengobati penyakit peradangan penyebab sindrom
nefrotik, seperti lupus atau amioloidosis. Contoh obat ini
adalah methylprednisolone.

2. Obat Antihipertensi
Obat ini berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi yang bisa
meningkat saat terjadi kerusakan ginjal. Selain itu, obat darah tinggi
dapat mengurangi jumlah protein yang terbuang melalui urine. Contoh
obat ini adalah obat ACE inhibitor, seperti enalapril atau catropril.

2. Obat Diuretik
Fungsi obat diuretik adalah untuk membuang cairan yang berlebihan
dari dalam tubuh, sehingga dapat mengurangi gejala edema. Contoh
obat ini adalah furosemide.
13

3. Obat Pengencer Darah
Fungsi obat ini adalah untuk menurunkan risiko penggumpalan darah
yang merupakan komplikasi dari sindrom nefrotik. Contoh obat ini
adalah heparin.
4. Obat Penisilin
Penisilin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mencegah
infeksi yang merupakan komplikasi dari sindrom nefrotik.

2.4.2 Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan

1. Pemeriksaan elektrolit, kreatinin, bersihan kreatinin, tes dipstik urine

2. USG saluran ginjal

3. Immunoglobulin (elektroforesis protein), glukosa, ANF, ANCA

4. Biopsy ginjal (untuk mengetahui penyebab proteinuria

2.5 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas

Sindrome nefrotik paling banyak terjadi pada anak umur 3-4 th dengan
perbandingan pasien wanita dan pria 1:2 (Nurarif & Kusuma, 2016, hal.
130)

2. Status kesehatan saat ini


 Keluhan Utama
Di tandai dengan gejala edema / odeme anasarka (Amin Huda Nurarif,
Asuhan Keperawatan Praktis, 2016, hal. 130)

 Alasan Masuk Rumah Sakit


Edema, kadang-kadang mencapai 40% dari berat badan,dan didapatkan
edema anasarka (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 143)

 Riwayat penyakit sekarang


14

Klien mengalami tanda edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan


hiperlipidermia (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 139) 

 Riwayat Penyakit Sebelumnya


Biasanya memiliki diabetes (yang telah berlangsung lama),
glomerulonefritis (lesiminimal, membranosa, fokalsegmental) ,amiloid
ginjal (primer, mieloma), penyakit autoimun, misalnya SLE (Nurarif &
Kusuma, 2016, hal. 130)

 Riwayat penyakit keluarga


Biasanya tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga sebab sindrome
nefrotik bukan penyakit menular

 Riwayat pengobatan
Penyebab sekunder akibat obat misalnya obat antiinflamasi non-steroid
atau preparat emas organik. (Prodjosudjadi, 2010, hal. 999)

3. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Kesadaran
Adanya edema (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)

Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)

 Body System
1. Sistem pernafasan
Penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan efusi pleura
(Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 140)

Ketidakefektifan pola nafas berdasarkan ekspansi paru tidak maksimal


ditandai dengan asites,dyspnea (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 132)
15

2. Sistem kardiovaskuler
Penurunan curah jantung berdasarkan perubahan afterload, kontraktilitas
dan frekuensi jantung (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 132)

3. Sistem persarafan
Ditemukannya hipertensi ringan (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 143)

4. Sistem perkemihan
Beberapa pasien mungkin mengalami dimana urine berbusa, akibat
penurunan tekanan permukaan akibat proteinuria (Suharyanto & Madjid,
2013, hal. 141)

5.Sistem pencernaan
Biasanya pada pasien, dengan nefrotik sindrom pada sistem pencernaan
ditemukan adanya nyeri pada abdomen (Suriadi, 2010, hal. 201)

6. Sistem integument
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema,
penurunan pertahanan tubuh (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 143)

7. Sistem musculoskeletal
Gangguan metabolisme kalsium dan tulang sering dijumpai pada sindrom
nefrotik (Prodjosudjadi, 2010, hal. 999)

8. Sistem endokrin
Biasanya tidak ditemukan komplikasi pada sistem endokrin

9. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi normal

10. Sistem penginderaan


Terjadi edema pada tangan dan kaki yang berfungsi sebagai indera peraba
(Nugroho, 2011, hal. 100)
16

11. Sistem imun


Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan,kemungkinan
disebabkan oleh karena hypoalbuminemia,hyperlipidermia atau defisiensi
seng (Suriadi, 2010, hal. 199)

2.6 Diagnosa keperawatan

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif (PPNI, 2017, hal. 18)


Definisi  : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Penyebab  :

 Spasme jalan nafas


 Hipersekresi jalan nafas
 Disfungsi neuromuskuler
 Benda asing dalam jalan nafas
 Adanya jalan nafas buatan
 Sekresi yang tertahan
 Hiperplasia dinding jalan nafas
 Proses infeksi
 Respon alergi
 Efek agen farmakologis ( mis.anastesi)
Gejala dan tanda Mayor

 Subyektif
(tidak tersedia)

 Objektif
 Batuk tidak efektif
 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebihan
 Mengi, wheesing dan/atau ronkhi kering
17

 Mekonium dijalan nafas (pada neonatus)


Gejala dan tanda Minor

 Subyektif
 Dispnea
 Sulit bicara
 Ortopnea
 Objektif
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi nafas menurun
 Frekuensi nafas berubah
 Pola nafas berubah

Kondisi klinis terkait

 Gullia barre syndrome


 Sklerosis multipel
 Myasthenia gravis
 Prosedur diagnostik (mis. Bronkoskopi, transesophageal echocardiography
([TEE])
 Depresi sistem saraf pusat
 Cedera kepala
 Stroke
 Kuadriplegia
 Sindrom aspirasi mekonium
 Infeksi saluran nafas
 

2. Gangguan citra tubuh (PPNI, 2017, hal. 186)


Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu
18

Penyebab :

 Perubahan struktur/ bentuk tubuh (mis. amputasi,luka bakar,


obesitas,jerawat)
 Perubahan fungsi tubuh ( mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
 Perubahan fungsi kognitif
 Ketidaksesuaian budaya, keyakinan, atau sistem nilai
 Transisi perkembangan
 Gangguan psikososial
 Efek tindakan/ pengobatan ( mis. Pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
Gejala dan tanda Mayor

 Subyektif
 Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
 Obyektif
 Kehilangan bagian tubuh
 Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
Gejala dan tanda Minor

 Subyektif
 Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
 Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
 Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan.reaksi orang lain
 Mengungkapkan perubahan gaya gidup
 Obyektif
 Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara berlebihan
 Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
 Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
 Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
 Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
 Hubungan sosial berubah
19

Kondisi klinis terkait

 Mastektomi
 Amputasi
 Jerawat
 Parut dan luka bakar yang terlihat
 Obesitas
 Hiperpigmentasi pada kehamilan
 Gangguan psikiatrik
 Program terapi neoplasma
 Alopecia chemically induced
 

3. Resiko infeksi (PPNI, 2017, hal. 304)


Definisi   : beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

Penyebab :

 Penyakit kronis (mis. Diabetes militus)


 Efek prosedur invasif
 Malnutrisi
 Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
 Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
1. Gangguan paristaltik
2. Kerusakan integritas kulit
3. Perubahan sekresi pH
4. Penurunan kerja siliaris
5. Ketuban pecah lama
6. Ketuban pecah sebelum waktunya
7. Merokok
8. Statis cairan tubuh
 Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
1. Penurunan hemoglobin
20

2. Imununosupresi
3. Leukopenia
4. Supresi respon inflamasi
5. Vaksinasi tidak adekuat

Kondisi klinis terkait

 AIDS
 Luka bakar
 Penyakit paru obstruksi kronis
 Diabetes millitus
 Tindakan infasif
 Kondisi pengunaan terapi steroid
 Penyalahgunaan obat
 Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
 Kanker
 Gagal ginjal
 Imunosupresi
 Lymphedema
 Leukositopenia
 Gangguan fungsi hati
 

4. Pefusi perifer tidak efektif (PPNI, 2017, hal. 37)


Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh

Penyebab :

 Hiperglikemia
 Penurunan konsentrasi hemoglobin
 Penignkatan tekanan darah
 Kekurangan volume cairan
21

 Penurunan aliran arteri dan / atau vena


 Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat ( mis. Merokok,gaya
hidup monoton, trauma,obesitas, asupan garam, imobilitas )
 Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit ( mis. Diabetes militus,
hiperlipidermia )
 Kurang aktivitas fisik

Gejala dan tanda Mayor :

Subyektif
( tidak tersedia )

Obyektif
 Pengisisan kapiler >3 detik
 Nadi perifer menurun atau tidak teraba
 Akral teraba dingin
 Warna kulit pucat
 Turgor kulit menurun
Gejala dan tanda Minor :

Subyektif
 Parastesia
 Nyeri ekstrimitas ( klaudikasi intermiten )

Obyektif
 Edema
 Penyembuhan luka lambat
 Indeks ankle-brachial <0,90 bruit femoral

Kondisi klinis terkait


22

 Tromboflebitis
 Diabetes millitus
 Anemia
 Gagal jantung kongestif
 Kelainan hantung kongenital
 Trombosis arteri
 Varises
 Trombosis vena dalam
 Sindrom kompartemen
 

5. Intoleransi aktivitas (PPNI, 2017, hal. 128)


Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab :

 Ketidakseimbangan antara suplai dan kubutuhan oksigen


 Tirah baring
 Kelemahan
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton

Gejala dan tanda Mayor :

Subyektif
 Mengeluh lelah
Obyektif
 Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda Minor :


23

Subyektif
 Dispnea saat/setelah aktivitas
 Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
 Merasa lemah
 

Obyektif
 Tekanan darah berubah >20%dari kondisi istirahat
 Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
 Gambaran EKG menunjukkan iskemia
 Sianosis
 

6. Defisit nutrisi (PPNI, 2017, hal. 56)


Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab :

 Keidakmampuan menelan makanan


 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
 Peningkatan kebutuhan metabolisme
 Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
 Faktor psikologis ( mis. Stres,keengganan untuk makan)

Gejala dan tanda Mayor :

Subyektif
(tidak tersedia)

Obyektif
24

 Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Gejala dan tanda Minor :

Subyektif
 Cepat kenyang setelah makan
 Kram/nyeri abdomen
 Nafsu makan menurun

Obyektif
 Bising usus hiperaktif
 Otot penguyah lemah
 Otot menelan lemah
 Membran mukosa pucat
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok berlebihan
 Diare

Kondisi klinis terkait

 Anemia
 Gagal jantung kognitif
 Penyakit jantung koroner
 Penyakit katup jantung
 Aritmia
 Penyakit paru bstruktif kronis (PPOK)
 

7. Pola nafas tidak efektif (PPNI, 2017, hal. 26)


25

Definisi : inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi


adekuat

Penyebab :

 Depresi pusat pernafasan


 Hambatan uoaya nafas (mis. Myeri saat bernafas, kelemahan otot
pernafasan)
 Deformitas dinding dada
 Deformitas tulang dada
 Gangguan neuromuskuler
 Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram [EEG] positif, cedera
kepala, gangguan kejang)
 Imaturitas neurologis
 Penurunan energi
 Obesitas
 Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
 Sindrom hipoventilasi
 Kerusakan intervasi diafragma ( kerusakan saraf C5 keatas)
 Cedera pada medula spinalis
 Efek agen farmakologi
 Kecemasan

Gejala dan tanda Mayor

Subyektif
 Dispnea

Obyektif
 Penggunaan otot bantu pernafasan
 Fase ekspirasi memanjang
 Pola nafas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
26

Gejala dan tanda Minor


Subyektif
 Ortopnea

Obyektif
 Pernafasan pursed-lip
 Pernafasan cuping hidung
 Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
 Ventilasi semenit menurun
 Kapasitas vital menurun
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan inspirasi menurun
 Ekskursi dada berubah

Kondisi klinis terkait

 Depresi sistem saraf pusat


 Cedera kepala
 Trauma thoraka
 Gullian barre syndrome
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Stroke
 Kuadriplegia
 Intoksikasi alkohol
 

8. Konstipasi (PPNI, 2017, hal. 113)


Definisi : penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan
tidak tuntas serta feses kering dan banyak

Penyebab :
27

fisiologis

 Penurunan motilitas gastrointestinal


 Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
 Ketidakcukupan diet
 Ketidakcukupan asupan serat
 Ketidakcukupan asupa cairan
 Aganglionik ( mis. Penyakit hircsprung)
 Kelemahan otot abdomen
Psikologis

 Konfusi
 Deperesi
 Gangguan emosional
Situasional

 Perubahan kebiasaan makan (mis. Jenis makanan,jadwal makanan )


 Ketidakadekuatan toileting
 Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
 Penyalahgunaan laksatif
 Efek agen farmakologis
 Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
 Kebiasaan menahan dorongan defekasi
 Perubahan lingkungan

Gejala dan tanda Mayor

Subyektif
 Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
 Pengeluaran feses lama dan sulit

Obyektif
28

 Feses keras
 Peristaltik usus menurun

Gejala dan tanda Minor

Subyektif
 Mengejan saat defekasi

Obyektif
 Distensi abdomen
 Kelemahan umum
 Teraba massa pada rektal

Kondisi klinis terkait

 Lesi/cedera pada medula spinalis


 Spina bifida
 Stroke
 Sklerosis multiple
 Penyakit parkinson
 Demensia
 Hiperparatiroidisme
 Hipoparatiroidisme
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Hemoroid
 Obesitas
 Pasca operasi obstruksi bowel
 Kehamilan
 Pembesaran prostat
 Abses rektal
 Fisura aronektal
 Prolaps rektal
29

 Striktura anorektal
 Ulkus rektal
 Rektokel
 Tumor
 Penyakit hircsprung
 Impaksi feses
 

9. Penurunan curah jantung (PPNI, 2017, hal. 34)


Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh

Penyebab :

 Perubahan irama jantung


 Perubahan frekuensi jantung
 Perubahan kontraktilitas
 Perubahan preload
 Perubahan afterload

Gejala dan tanda Mayor

Subyektif
 Perubahan irama jantung
Palpasi
 Perubahan preload
Lelah
 Perubahan afterload
Dispnea
 Perubahan kontraktilitas
Paroxysmal nocturnal dispnea (PND)
Ortopnea
30

Batuk

Obyektif
 Perubahan irama jantung
1. Bradikardia/takikardia
2. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi

 Perubahan preload
1. Edema
2. Distensi vena juguralis
3. Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun
4. Hepatomegali

 Perubahan afterload
1. Tekanan darah meningkat/menurun
2. Nadi perifer teraba lemah
3. Capillary refill time >3 detik
4. Oliguria
5. Warna kulit pucat dan/ sianosis

 Perubahan kontraktilitas
1. Terdengar suara jantung S3 dan/ atau S4
2. Ejection fraction (EF) menurun
Gejala dan tanda Minor

Subyektif
 Perubahan preload
(tidak tersedia)

Perubahan afterload

(tidak tersedia)
31

 Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)

 Perilaku/emosional
1. Cemas
2. Gelisah

Obyektif
 Perubahan preload
1. Murmur jantung
2. Berat badan bertambah
3. Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun

 Perubahan afterload
1. Pulmonary vascular resistance (PVR) meningkat/menurun
2. Systematic vascular resistance (SVR) meningkat/menurun

 Perubahan kontraktilitas
1. Cardiac index (CI) menurun
2. Left vascular stroke work index (LVSWI) menurun
3. Stroke volume index (SVI) menurun

 Perilaku/emosional
(tidak tersedia)

Kondisi klinis terkait

 Gagal jantung kongestif


 Sindrom koroner akut
 Stenosis mitral
 Regurgitasi mitral
 Stenosis aorta
 Regurgitasi aorta
32

 Stenosis trikuspidal
 Regurgitasi trikuspidal
 Stenosis pulmonal
 Regurgitasi pulmonal
 Aritmia
 Penyakit jantung bawaan
  

10. Hipervolemia ( kelebihan volume cairan) (PPNI, 2017, hal. 62)


Definisi :  peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial,dan/atau
intraseluler

Penyebab :

 Gangguan mekanisme regulasi


 Kelebihan asupan cairan
 Kelebihan asupan natrium
 Gangguan aliran balik vena
 Efek agen farmakologis ( mis. Kartikosteroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazepine )

Gejala dan tanda Mayor

Subyektif
 Ortopnea
 Dispnea
 Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

Obyektif
 Edema anasarka dan/atau edema periver
 Berat badan meningkat dalam waktu singkat
 Jugular venous pressure (JVP) dan/atau central venous pressure (CVP)
meningkat
33

 Refleks hepatojugular positif

Gejala dan tanda Minor

Subyektif
(tidak tersedia)

Obyektif
 Distensi vena jugularis
 Terdengar suara nafas tambahan
 Hepatomegali
 Kadar Hb /Ht turun
 Oliguria
 Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
 Kongesti paru
 

Kondisi klinis terkait

 Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik


 Hipoalbuminemia
 Gagal jantung kongestif
 Kelainan hormon
 Penyakit hati ( mis. Sirosis, asites, kanker hati)
 Penyakit vena periver ( mis. Varises vena, trombus vena, plebitis)
 imobilitas

2.7 Intervensi keperawatan

Table 2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


34

Kelebihan volume Tujuan : pasiena.       Kaji a.       perlu untuk


cairan berhubungan tidak masukan yang menentukan fungsi
dengan kehilangan menunjukkan relatif ginjal, kebutuhan
protein sekunder bukti-bukti terhadap penggantian cairan dan
terhadap akumulasi cairan keluaran penurunan resiko
peningkatan (pasien secara akurat. kelebihan cairan.
permiabilitas mendapatkan
b.      Timbang b.      Mengkaji retensi
glomerulus. volume cairan
berat badan cairan
yang tepat)
setiap hari
c.       Untuk mengkaji
Kriteria hasil: (ataui lebih
ascites dan karena
·       Penurunan sering jika
merupakan sisi umum
edema, ascites diindikasikan).
edema.
·       Kadar proteinc.       Kaji
d.      Agar tidak
darah meningkat perubahan
mendapatkan lebih dari
edema : ukur
·       Output urine jumlah yang
lingkar
adekuat 600 – dibutuhkan
abdomen pada
700 ml/hari
umbilicus e.      Untuk
·       Tekanan darah serta pantau mempertahankan
dan nadi dalam edema sekitar masukan yang
batas normal. mata. diresepkan

d.      Atur f.        Untuk menurunkan


masukan ekskresi proteinuria
cairan dengan
g.       Untuk memberikan
cermat.
penghilangan
e.      Pantau infus sementara dari edema.
intra vena

f.        Kolaborasi
35

: Berikan
kortikosteroid
sesuai
ketentuan.

g.       Berikan
diuretik bila
diinstruksikan.

Ketidakseimbangan Tujuan : Dalama.       Catat intakea.       Monitoring asupan


nutrisi kuruang dari waktu 2x24 jam dan output nutrisi bagi tubuh
kebutuhan kebutuhan makanan
b.      Gangguan nuirisi
berhubungan nutrisi akan secara akurat
dapat terjadi secara
dengan malnutrisi terpenuhi
b.      Kaji adanya perlahan. Diare sebagai
sekunder terhadap
anoreksia, reaksi edema
kehilangan protein
hipoproteinem intestinalMencegah
dan penurunan Kriteria Hasil :
ia, diare. status nutrisi menjadi
napsu makan.
         Napsu makan lebih buruk.
c.       Pastikan
baik
anak mendapatc.       membantu
         Tidak terjadi makanan pemenuhan nutrisi
hipoprtoeinemia dengan diet anak dan meningkatkan
yang cukup. daya tahan tubuh anak
         Porsi makan
yang d.      Beri diet d.      asupan natrium dapat
dihidangkan yang bergizi memperberat edema
dihabiskan usus yang
e.      Batasi
menyebabkan
         Edema dan natrium
hilangnya nafsu makan
ascites tidak ada. selama edema
anak
dan trerapi
kortikosteroide.      agar anak lebih
mungkin untuk makan
f.        Beri
lingkungan f.        untuk merangsang
36

yang nafsu makan anak


menyenangka
g.       untuk mendorong
n, bersih, dan
agar anak mau makan
rileks pada
saat makan h.      untuk menrangsang
nafsu makan anak
g.       Beri
makanan
dalam porsi
sedikit pada
awalnya dan
Beri makanan
dengan cara
yang menarik

h.      Beri
makanan
spesial dan
disukai anak

Resiko tinggi Tujuan : a.       Lindungi a.       Meminimalkan


infeksi anak dari masuknya organisme.
Tidak terjadi
berhubungan orang-orang Mencegah terjadinya
infeksi
dengan imunitas yang terkena infeksi nosokomial.
tubuh yang Kriteria hasil : infeksi melalui
b.      Mencegah terjadinya
menurun. pembatasan
         Tanda-tanda infeksi nosokomial.
pengunjung.
infeksi tidak ada
c.       Membatasi
b.      Tempatkan
         Tanda masuknya bakteri ke
anak di
vital dalam batas dalam tubuh. Deteksi
ruangan non
normal dini adanya infeksi
infeksi.
dapat mencegah sepsis.
         Ada
c.       Cuci tangan
perubahan d.      Untuk meminimalkan
sebelum dan
37

perilaku sesudah pajanan pada


keluarga dalam tindakan. organisme infektif
melakukan
d.      Lakukan e.      Untuk memutus mata
perawatan.
tindakan rantai penyebaran
invasif secara infeksi
aseptik
f.        Karena kerentanan
e.      Gunakan terhadap infeksi
teknik pernafasan
mencuci
g.       Indikasi awal adanya
tangan yang
tanda infeksi
baik
h.      Memberi
f.        Jaga agar
pengetahuan dasar
anak tetap
tentang tanda dan
hangat dan
gejala infeksi
kering

g.       Pantau
suhu.

h.      Ajari orang
tua tentang
tanda dan
gejala infeksi

Ansietas Tujuan : Kecem


a.       Validasi a.       Perasaan adalah
berhubungan asan menurun perasaan takut nyata dan membantu
dengan lingkungan atau hilang atau cemas. pasien untuk tebuka
perawatan yang sehingga dapat
Kriteria hasil :b.      Pertahankan
asing (dampak menghadapinya.
kontak dengan
hospitalisasi).          Kooperatif
klien. b.      Memantapkan
pada tindakan
hubungan,
keperawatan c.       Upayakan
meningkatan  ekspresi
38

         Komunikatif ada keluarga perasaan.


pada perawat yang
c.       Dukungan yang terus
menunggu
         Secara verbal menerus mengurangi
mengatakan d.      Anjurkan ketakutan atau
tidak takur orang tua kecemasan yang
untuk dihadapi.
membawakan
d.      Meminimalkan
mainan atau
dampak hospitalisasi
foto keluarga
terpisah dari anggota
keluarga.

Intoleransi aktifitas Tujuan : mamp


a.       Kaji a.       sebagai pengkajian
berhubungan u melakukan kemampuan awal aktivitas klien.
dengan kelelahan. aktivitas sesuai klien
b.      meningkatkan
kemampuan melakukan
istirahat dan
aktivitas
Kriteria hasil : ketenangan klien,
b.      Tingkatkan posisi telentang
Terjadi
tirah baring / meningkatkan filtrasi
peningkatan
duduk. ginjal dan menurunkan
mobilitas.
produksi ADH
c.       Ubah posisi
sehingga meningkatkan
dengan sering.
diuresis.
d.      Berikan
c.       pembentukan edema,
dorongan
nutrisi melambat,
untuk
gangguan pemasukan
beraktivitas
nutrisi dan imobilisasi
bertahap. 
lama merupakan
e.      Ajarkan stressor yang
teknik mempengaruhi
penghematan intregitas kulit.
energi contoh
39

duduk, tidak d.      melatih kekuatan otot


berdiri. sedikit demi sedikit.

f.        Berikan e.      menurunkan
perawatan diri kelelahan.
sesuai
f.        memenuhi
kebutuhan
kebutuhan perawatan
klien.
diri klien selama
intoleransi aktivitas.

Gangguan body Tujuan: tidak a.    Kaji a.       memberikan


image berhubungan terjadi gangguan pengetahuan informasi untuk
dengan perubahan boby image pasien memformulasikan
penampilan Kriteria Hasil: terhadap perencanaan.
adanya potensi
         menytakan b.      ketidakmampuan
kecacatan
penerimaan untuk melihat bagian
yangberhubun
situasi diri, tubuhnya yang terkena
gan dengan
mungkin
         memasukkan pembedahan
mengindikasikan
perubahan dan
kesulitan dalam
konsep diri perubahan.
koping.
tanpa harga diri
b.    Pantau
negatif c.       memberikan jalan
kemampuan
untuk mengekpresikan
         Anak mau pasien untuk
dirinya.
mengungkapkan melihat
perasaannya. perubahan d.      meningkatkan control
bentuk diri sendiri atas
         Anak tertarik
dirinya. kehilangan.
dan mampu
bermain c.    Dorong
pasien untuk
mendiskusikan
perasaan
40

mengenai
perubahan
penampilan

d.    Diskusikan
pilihan untuk
rekontruksikan
dan cara-cara
untuk
membuat
penampilan
yang kurang
menjadi
menarik.

kerusakan Tujuan : Kulit a.       Berikan a.       memberikan


integritas kulit anak tidak perawatan kenyamanan pada anak
berhubungan menunjukkan kulit dan mencegah
dengan edema, adanya kerusakan kulit
b.      Hindari
penurunan kerusakan
pakaian ketat b.      dapat mengakibatkan
pertahanan tubuh. integritas :
area yang menonjol
kemerahan atauc.       Bersihkan
tertekan
iritasiKerusakan dan bedaki
integritas kulit permukaan c.       untuk mencegah
tidak terjadi kulit beberapa terjadinya iritasi pada
kali sehari kulit karena gesekan
Kriteria hasil:
dengan alat tenun
d.      Topang
         Menunjukkan
organ edema, d.      untuk menghilangkan
perilaku untuk
seperti aea tekanan
mencegah
skrotum
kerusakan kulit. e.      karena anak dengan
e.      Ubah posisi edema massif selalu
         Turgor kulit
dengan letargis, mudah lelah
bagus
41

         Edema tidak sering ; dan diam saja


ada. pertahankan
untuk mencegah
kesejajaran
terjadinya ulkus
tubuh dengan
baik

f.        Gunakan
penghilang
tekanan atau
matras atau
tempat tidur
penurun
tekanan sesuai
kebutuhan

Ketidakefektifan TUJUAN : 1.    Posisikan 2.    Posisi


pola pernafasan pasien untuk efisiensi membantumemaksimal
berhubungan menunjukkan ventilasi yang kan ekspansi paru dan
dengan gangguan fungsi maksimum menurunkan upaya
fungsi pernafasan pernafasan pernafasan.
2.    Atur aktifitas
normal
untuk 3.    Menurunkan
KRITERIA
memungkinka konsumsi/ kebutuhan
HASIL :
n penggunaan selama periode
         anak energy yang penurunan pernafasan
beristirahat dan minimal, dapat menurunkan
tidur dengan istirahat, dan beratnya gejala.
tenang tidur.
4.    Pakaian yang terlalu
         Pernafasan 3.    Hindari ketat dapat
tidak sulit pakaian yang menyebabkan kurang
ketat. efisiennya ventilasi
         anak
pernafasan tetap4.    Berikan 5.    untuk memperbaiki
dalam batas oksigen hipoksemia yang dapat
42

normal tambahan terjadi sekunder


yang sesuai terhadap penurunan
ventilasi
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada Ny.W dengan
Neprotik Syndrome di ruang cemara 2 Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat 1
Raden Said Sukanto Jakarta Asuhan Keperawatan dilakukan selama 3 hari
dimulai dari tanggal 5 sampai dengan 7 maret 2020 dengan menggunakan proses
keperawatan yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

3.1 Pengkajian Keperawatan

Pada tahap pengkajian dilakukan tanggal 5 maret 2020, penulis memperoleh


data dari pengamatan secara langsung, wawancara dengan keluarga,
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi), bertanya pada
perawat senior di ruangan, catatan medis pasien, dan catatan keperawatan.

3.1.1 Data Biografi


a) Identitas
Nama Ny.W dengan jenis kelamin perempuan, beragama islam, tempat
tinggal lahir yaitu Jakarta 13 November 1985, berumur 35 tahun, suku
bangsa Sunda, pendidikan SMP, dan tinggal di Jl. Jaha RT 011 RW 01
No.54 Kalisari Jakarta Timur.

b) Identitas Keluarga
Nama ibu ialah Ny.N, usia 55 Tahun, pendidikan terakhir SD,
pekerjaan ibu rumah tangga, beragama Islam, suku bangsa Sunda,
Nama ayah ialah Tn.W, usia 60 Tahun, pendidikan terakhir SD,
pekerjaan pedagang, beragama Islam, suku bangsa Sunda, Alamat
rumah di Jl.Jaha RT 011 RW 011 RW 01 No. 54 Kalisari Jakarta
Timur.

43
44

3.1.2 Ny.W berusia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Bhayangkara


Tingkat 1 Raden Said Sukanto Jakarta pada tanggal 4 Maret 2020
pukul 01:43 WIB, rujukan dari Klinik Budhi Pratama, dengan diagnosa
medis sindrom nefrotik. Pasien mengatakan post rawat di RS Tugu Ibu
2 hari yang lalu dari tanggal 29 Februari - 2 Maret 2020, dengan
diagnosa medis Tipoid. Pasien mengatakan mulai membengkak setelah
dirawat di RS Tugu Ibu dan sebelum masuk RS tidak bengkak, bengkak
mulai dari mata, wajah, perut hingga ke kaki. Pasien mengatakan badan
menguning sudah 3 hari, ada mual, muntah 2 kali berisi cairan
bercampur makanan, demam, tidak ada diare, mukosa bibir kering,
konjungtiva merah muda, CRT < 3 detik, makan habis ¼ porsi, berat
badan sebelum sakit 55 kg, berat badan saat ini 59 kg, Tanda-tanda vital
: frekuensi nadi 101 x/menit, suhu 38,6 derajat C, frekuensi nafas 20
x/menit.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 Maret 2020 pukul


02:01 WIB : Hemoglobin 9,8 d/dl, Lekosit 8900 u/l, Hemotokrit 29%,
Trombosit 278.000/ul, SGOT 25,2 U/L, SGPT 11,0 U/L, Ureum 204
mg/dl, Creatinine 1,5 mg/dl, GDS 93 mg/dl, Natrium 136 mmol/l,
Kalium 4,3 mmol, Chlorida 106 mmol/l. Hasil pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 4 Maret 2020 pukul 05:19 WIB : Urine
Lengkap warna kuning muda, kejernihan keruh, Protein ++, Darah/Hb
++, Lekosit +, Leukosit 8-9/LPB, Eritrosit +. Hasil pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 4 Maret 2020 pukul 17:09 WIB :
Hemoglobin 10,5 g/dl, Lekosit 10.000 u/l, Hematokrit 32%, Trombosit
335.000/ul, Laju Endap Darah 57 mm/jam, Eritrosit 3,72 juta/ul,
Protein Total 6,5 g/dl, Albumin 3,1 g/dl, Globulin 3,4 d/dl. Terapi yang
diberikan tanggal 4 Maret 2020, yaitu Cefotaxime 3x1 gram (intra
vena), Rantin 2x25 mg (intra vena), Ondancentron 3x4 mg (intra vena).

Masalah keperawatan yang muncul adalah ketidakseimbangan volume


cairan dan elektrolit, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
45

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan yaitu, memasang infus RL


melalui IV 14 tpm, mengambil darah melalui IV untuk cek
laboratorium H2TL, GDS, Ur/Cr, SGOT/SGPT, Urine lengkap,
mengukur tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, dan
frekuensi nafas), memberikan obat Domperidon 1x5 mg via oral,
menimbang BB , mengkaji mual dan muntah, memberikan diet selagi
hangat, memberikan terapi Rantin 2x25 mg via IV, memberikan terapi
Ceftriaxone 3x1 gram via IV.

Evaluasi keperawatan secara umum yaitu, masalah keperawatan


ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi tujuan belum tercapai,
tindakan keperawatan dilanjutkan.

3.1.3 Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Kebiasaan sehari-hari (keadaan sebelum dirawat)


1) Pola Makan dan Minum
Frekuensi makan pasien 2-3 x/hari, jenis makanan yang
diberikan adalah nasi dan lauk pauk, makanan yang
disenangi adalah makanan berlemak, pasien tidak
memiliki alergi makanan, waktu makan yaitu pagi, siang,
dan malam. pasien minum kirang lebih 300-500 ml/hari,
frekuensi minum pasien tidak tentu dan pasien jarang
minum, kebiasaan minum pasien yaitu minum air putih.
2) Pola Tidur
Lamanya tidur malam 5-6 jam, tidak ada kelainan waktu
tidur kebiasaan pasien menjelang tidur adalah main
gadget.
3) Pola Aktifitas/Latihan/Olahraga/Bermain/Hobi
Pasien mengatakan mempunyai hobi membaca dan
menonton film.
4) Pola Kebersihan Diri
46

Frekuensi mandi 2x/hari. Pasien melakukan oral


hygiene 2-3 x/hari, waktunya pagi, sore, dan malam.
Cuci rambut 4-5 x/minggu dengan sampo.
5) Pola Eliminasi
Frekuensi BAB 1-2 x/hari, waktunya tidak tentu,
warnanya kuning kecoklatakan, bau khas, konsistensinya
lunak, tidak ada keluhan, tidak ada penggunaan laxatif/
pencahar, dan tidak ada kebiasaan apapun pada waktu
BAB. Frekuensi BAK anak 5-7 x/hari, warna kuning tua,
tidak ada keluhan yang berhubungan dengan BAK.
6) Kebiasaan Lain
Tidak ada kebiasaan lain..

3.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga Ny.W, tidak ada penyakit yang sedang
diderita tetapi ibu pasien mempunyai riwayat penyakit
hipertensi. Saudara kandung serta keluarga ayah lain tidak ada
yang sedang sakit dan tidak ada riwayat penyakit apapun.
b. Koping Keluarga
Koping keluarga efektif. Jika ada masalah dalam keluarga
diselesaikan secara musyawarah dan ketika anak sakit keluarga
bermusyawarah untuk membawa ke rumah sakit.

c. Sistem Nilai

Keluarga menganut sistem nilai yang sesuai dengan tatak rama


dan tidak bertentangan nilai kepercayaan dalam adat dan
istiadat mereka.

d. Spiritual

Menganut ajaran agama islam.


47

3.1.5 Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal mulai sakit 4 Maret 2020, dengan keluhan utama pasien
mengatakan badan masih bengkak, nafsu makan menurun,
pasien mengatakan bengkak terjadi setelah dirawat di RS Tugu
Ibu, lamanya bengkak kurang lebih sudah 1 minggu di RS Tugu
pasien di pasang infus, faktor pencetus timbulnya penyakit
karena kelebihan volume cairan, upaya untuk mengurangi
penyakit dibawa ke klinik 24 jam saat pasien bengkak dan
demam, pasien sudah pulang dari RS Tugu Ibu 2 hari yang lalu,
cara waktu masuk melalui IGD dengan rujukan dari klinik
Budhi Pratama.

b. Pengkajian Secara Fisik Secara Fungsional


1) Data keluhan pasien
Data Subjektif : pasien mengatakan badan masih
bengkak, nafsu makan berkurang. Ny.W selama dirawat
menjadi tidur terus, pasien mengatakan kurang mengerti
dengan penyakitnya, kenapa menjadi bengkak diseluruh
badan, pasien juga mengatakan kalau menurutnya
bengkak karena dari infusan saat dirawat di RS Tugu Ibu
dan hanya tahu anaknya sakit ginjal.

Data Objektif : Kesadaran kompos mentis, tekanan darah


130/100 mmHg, frekuensi nadi 108x/menit, suhu 36,2
derajat C, frekuensi pernafasan 21x/menit.

2) Nutrisi dan Metabolisme


Data Subjektif: pasien mengatakan nafsu makan
menurun, ada peningkatan berat badan, berat badan
sebelum sakit 55 kg, diit makan lunak, makan habis
48

kurang lebih ¼ porsi, minum kurang lebih 200 ml, tidak


ada mual dan muntah, tidak ada kesulitan menelan.

Data Objektif: Mukosa mulut kering, warna pucat, tidak


ada lesi, tidak ada kelainan palatum, bibir simetris, gusi
bersih, lidah normal, tidak ada karang gigi, tidak ada
karies, tidak ada obesitas, integritas kulit baik, turgor
kulit elastis, tekstur lembut, warna kekuningan, tidak ada
pemakaian NGT, intake 1540 ml (makan + minum 600
ml, infus 800 ml, air metabolisme 140 ml), output 1420
ml (BAK + BAB 1000 ml, IWL 420 ml), balance cairan
+ 120 ml per 24 jam.

3) Respirasi/Sirkulasi
Data Subjektif: pasien mengatakan tidak sesak nafas,
tidak ada batuk dan sputum, pasien mengatakan tidak
sakit dada, ada edema di mata, wajah, tenggorokan,
perut, dan kaki.

Data Objektif: Suara pernafasan vesikuler, tidak ada


batuk dan sputum, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
dan pernafasan cuping hidung, tidak ada ikterus, tidak
ada sianosis, edema di seluruh tubuh (mata, wajah, perut,
kaki), tidak ada palpasi, pengisian kapiler <3 detik,
temperatur 36,2 derajat C, frekuensi nafas 21x/menit.

4) Eliminasi
Data subjektif: pasien mengatakan abdomen kembung,
abdomen tidak sakit/nyeri, BAB bau khas, warna kuning
kecoklatan, tidak ada lendir, tidak diare, konsistensi
lunak, frekuensi BAB 1x/hari, jumlah BAK kurang lebih
49

500 ml, frekuensi 2x/hari, tidak ada sakit/keluhan, ada


hematuria, tidak ada nocturia, dysuria dan inkontinensia.

Data Objektif: Abdomen tegang/kaku, kembung, bising


usus 8x/menit, lingkar perut 55 cm, BAB frekuensi
1x/hari, bau khas, warna kuning kecoklatan, tidak ada
lendir, konsistensi lunak, tidak ada melena, BAK
frekuensi 2x/hari, warna kuning tua pekat, bau khas,
tidak terpasang kateter, rectum/anus tidak iritasi, tidak
ada anresiani ani dan prolaps.
5) Aktivitas/Latihan
Data Subjektif: pasien mengatakan menjadi malas
beraktifitas selama dirawat, tingkat kekuatan/ketahanan
baik, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari dibantu, tidak ada kelakuan pergerakan sendi dan
rasa nyeri pada sendi.

Data Objektif: pasien mampu berjalan dengan baik dan


seimbang, kekuatan menggenggam tangan kiri dan
tangan kanan baik, bentuk kaki normal, otot kaki baik,
tidak terjadi kelemahan.

6) Sensori Persepsi
Data Subjektif: pasien mengatakan pendengaran baik
saat dipanggil akan langsung menyaut, penglihatan
normal dan menatap saat diajak berinteraksi, penciuman
normal.

Data Objektif: Reaksi terhadap rangsangan baik,


orientasi baik, pupil isokor, konjungtiva anemis,
pendengaran normal saat dipanggil akan langsung
merespon, penglihatan normal saat perawat mendatangi
50

langsung melihat dan mau menatap saat diajak


berinteraksi.

7) Konsep Diri
Data Subjektif: pasien mengatakan menjadi malas dan
suka tidur dikasur saja.

Data Objektif: Ada kontak mata saat diajak berinteraksi,


postur tubuh normal, dan perilaku saat menjadi sakit
menjadi pemalas.
8) Tidur/Istirahat
Data Subjektif: pasien mengatakan tidur merasa nyenyak
dan tidak ada masalah/gangguan waktu tidur.

Data Objektif: Tidak ada tanda-tanda kurang tidur.

7) Seksualitas/Reproduksi
Data Subjektif: pasien mengatakan tidak mempunyai
gangguan sistem reproduksi, dan tidak ada keluhan yang
dirasa.

Data Objektif: Tidak ada gangguan pada sistem


reproduksi dan tidak ada benjolan pada buah dada.

c. Dampak Hospitalisasi
Pada pasien, anak menjadi malas beraktifitas, pasien tampak
gelisah, dan suka tidur terus, tidak ada kelainan waktu tidur.

3.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 maret 2020 pukul 02:01
WIB: Hemoglobin 9,8 g/dl, Lekosit 8900 u/l, Hematokrit 29%
Trombosit 278.000/ul, SGOT 25,2 U/L, SGPT 11,0 U/L, Ureum 204
51

mg/dl, Creatinine 1,5 mg/dl, GDS 93 mg/dl, Natrium 136 mmol/l,


Kalium 4,3 mmol/l, Chlorida 106 mmol/l. Hasil pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 4 Maret 2020 pukul 05:56 WIB: Urine
Lengkap = Warna kuning muda, Kejernihan keruh, pH 5,0 Berat Jenis
1025, Protein ++, Darah/ Hb ++, Lekosit +, Leukosit 8-9 /LPB, Eritrosit
+. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 Maret 2020 pukul
17:16 WIB: Hemoglobin 10,5 g/dl, Lekosit 10.000/Ul, Hematokrit
32%, Trombosit 335.000 /Ul, Laju Endap Darah 57 mm/jam, Albumin
3,1 g/dl, Globulin 3,4 g/dl, C Reaktif Protein reaktif, ASTO reaktif.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 5 Maret 2020 pukul 13:44
WIB: Kolesterol Total 223 mg/dl.

Kesimpulan dari pemeriksaan penunjang pasien, yaitu anemia, uremia,


hiperkreatinemia, laju endap darah tinggi, eritrosit rendah,
hipoalbuminemia, globulin tinggi, hiperkolesterolemia.

3.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hari pertama pada tanggal 4 Maret 2020 sampai
tanggal 7 Maret 2020 diberikan IVFD RL tpm, Cefotaxime 3x1 gram
via IV (pukul 01:00, 09:00, dan 17:00 WIB), Rantin 2x25 mg via IV
(pukul 09:00, dan 21:00 WIB), Ondancentron 3x4 mg via IV (pukul
01:00, 09:00, dan 17:00 WIB), Lasix 1x10 ml via IV (pukul 09:00
WIB), Prednison 3x20 mg via oral (pukul 01:00, 09:00, dan 17:00
WIB), Captopril 1x12,5 mg via oral (pukul 06:00 WIB), Diit makan
lunak (pukul 07:00, 13:00, dan 18:00 WIB).

3.1.8 Data Fokus


Data Subjektif : pasien mengatakan badan masih bengkak, nafsu makan
menurun, pasien mengatakan tidak mengerti tentang penyakinya, pasien
mengatakan bengkak karena dipasang infus saat dirawat di RS Tugu
52

Ibu, pasien mengatakan hanya tahu sakit ginjal, pasien mengatakan


pernah dirawat dengan diagnosa tipoid.

Data Objektif: Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tanda-


tanda vital: tekanan darah 130/100 mmHg, frekuensi nadi 108x/menit,
suhu 36,2 derajat C, frekuensi pernafasan 21x/menit, mukosa bibir
kering, warna bibir pucat, turgor kulit elastis, kulit terasa hangat dan
lembut, suara nafas vesikuler, ada edema diseluruh di seluruh tubuh
(mata, wajah, perut, kaki), anak tampak pucat, pengisian kapiler <3
detik, abdomen tegang/kaku, abdomen kembung, bising usus 8x/menit,
lingkar perut 55 cm, BAB 1x/hari, warna kuning kecoklatan,
konsistensi lunak, bau khas, BAK 2x/hari, warna kuning tua pekat,
hematuria, pupil isokor, konjungtiva anemis, berat badan saat ini 59 kg,
tinggi badan 155 cm, intake 1540 ml (makan + minum 600 ml, infus
800 ml, air metabolisme 140 ml), output 1420 ml (BAK + BAB 1000
ml, IWL 420 ml), balance cairan + 120 ml per 24 jam. Paien tampak
bingung saat ditanya tentang penyakit anaknya.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4-5 Maret 2020


kesimpulannya, yaitu pasien mengalami anemia, uremia,
hiperkreatinemia, laju endap darah tinggi, eritrosit rendah,
hipoalbuminemia, globulin tinggi, hiperkolesterolemia, proteinuria.
53

3.1.9 Analisa Data


Tabel 3.1 Analisa Data Pengkajian Ny.W dengan Sindrom Nefrotik

NO. Data Masalah Etiologi

1. DS: pasien mengatakan Ketidakseimbangan Kehilangan protein


badan masih bengkak, volume cairan dan sekunder terhadap
pasien mengatakan tidak elektrolit peningkatan
sesak. permeabilitas
DO: Keadaan umum glomerulus
lemah,kesadaran kompos
mentis, tanda tanda vital:
tekanan darah 130/100
mmHg, frekuensi nadi 108
x/menit, suhu 36,2 derajat
C, frekuensi pernafasan
21 x/menit, mukosa bibir
kering, warna bibir pucat,
turgor kulit elastis, kulit
terasa hangat dan lembut,
ada edema di seluruh
tubuh (mata, wajah, perut,
kaki), pasien tampak
pucat, pengisian kapiler <
3 detik, suara nafas
vesikuler, abdomen
tegang/kaku, abdomen
kembung, bissing usus 8
x/menit, lingkar perut 55
cm, konjungtiva
ananemis, berat bada
sebelum sakit 55 kg, berat
badan saat ini 59 kg, ada
54

peningkatan berat badan 3


kg. tinggi badan 155 cm, ,
hasil laboraturium:
Hemoglobin 10,5 g/dl,
Globulin 3,4 g/dl, Ureum
204 mg/dl, Kreatinin 1,5
mg/d, Natrium 136
mmol/l, Kalium 4,3

2. mmol/l, Chlorida 106 Perubahan nutrisi Anoreksia


mmol/l, protein urine. kurang dari
kebutuhan tubuh
DS: pasien mengatakan
nafsu makan menurun.
DO: Kesadaran umum
lemah, keadaan compos
mentis, tanda-tanda vital:
tekanan darah 130/100
mmHg, frekuensi nadi
108x/menit, suhu 36,2
derajat C, frekuensi
pernafasan 21x/menit,
mukosa bibi kering, warna
bibir pucat, pasien tampak
pucat, abdomen
tegang/kaku, abdomen
kembung, bising usus
8x/menit, lingkar perut 55
cm, makan habis ¼ porsi,
pasiemn tampak tidak
nafsu makan, konjungtiva
anemis, tidak ada
sariawan, tidak ada
55

kerontokan pada rambut,


tidak ada diare, tidak ada
gangguan menelan, berat
badan saat ini 59 kg,
tinggi badan 155 cm, hasil
3. Ansietas ringan Dampak hospitalisasi
laboratorium: Hemoglobin
10,5 g/dl, Albumin 3,1
g/dl.

DS: pasien mengatakan


saat dirumah sering
mengobrol tetapi selama
dirawat menjadi banyak
diam.
DO: Tanda-tanda vital:
tekanan darah 130/100
mmHg, frekuensi
pernafasan 21x/menit,
pasien tampak gelisah,
tidak ada kelainan waktu
tidur, saat pertama kali
4. Kurang Kurang terpapar
didatangi perawat pasien
pengetahuan informasi
tidak mau menjawab,
pasien terlihat malas
menggerakan tubuhnya.

Ds: pasien mengatakan


tidak mengerti tentang
penyakitnya, pasien
mengatakan hanya tahu
sakit ginjal, pasien
mengatakan bengkak
56

karena di pasang infus


saat dirawat di RS Tugu
Ibu, pasien mengatakan
pendidikan terakhirnya
SMP.
DO: pasien menyebutkan
pendidikan terakhirnya
SMP, pasien menanyakan
tentang penyakitnya,
pasien tampak bingung
dan menggelekan
kepalanya saat ditanya
tentang pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala, cara pencegahan
sindrom nefrotik, dan cara
perawatan Sindrom
Nefrotik.

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan
permeabilitas glomerulus.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
c. Ansietas ringan berhubungan dengan dampak hopitalisasi.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kiurang terpapar
informasi.

3.3 Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Keperawatan


57

a. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektolit berhubungan


dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan
permeabilitas glomerulus, ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan badannya masih bengkak,
pasien mengatakan tidak sesak.
DO : Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis,
tanda-tanda vital: tekanan darah 130/100 mmHg,
frekuensi nadi 108x/menit, suhu 36,2 derajat C,
frekuensi pernafasan 21x/menit, mukosa bibir
kering, warna bibir pucat, turgor kulit elastis, kulit
terasa hangat dan lembut, ada edema di seluruh
tubuh (mata, wajah, perut, kaki), pasien tampak
pucat, pengisian kapiler <3 detik, suara nafas
vesikuler, abdomen tegang/kaku, abdomen
kembung, bising usus 8x/menit, lingkar perut 55
cm, konjungtiva anemis, berat badan saat ini 55 kg,
ada peningkatan berat badan 59 kg, tinggi badan
155 cm, hasil laboratorium: Hemoglobin 10,5 g/dl,
Hemotokrit 32%, Albumin 3,1 g/dl, Globulin 3,4
g/dl, Ureum 204 mg/dl, Kreatinin 1,5 mg/dl,
Natrium 136 mmol/l, Kalium 4,3 mmol/l, Chlorida
106 mmol/l, Protein urine ++, intake 1540 ml
(makan + minum 600 ml, infus 800 ml, air
metabolisme 140 ml), output 1420 ml (BAK +
BAB 1000 ml, IWL 420 ml), balance cairan + 120
ml per 24 jam.
TUJUAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan masalah keperawatan
ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit
dapat teratasi.
Kriteria Hasil Keadaan umum membaik, tanda-tanda vital dalam
batas normal: tekanan darah 85-120/55-80 mmHg.
58

Frekuensi nadi 60-140 x/menit, suhu 36,5-37,5


derajat C, frekuensi nafas 18-30 x/menit, mukosa
bibir lembab, warna bibir merah muda, turgor kulit
elastis, edema berkurang/hilang, abdomen lembek,
suara nafas vesikuler, konjungtiva anemis, balance
cairan seimbang.

Rencana Tindakan :
a. Monitor keadaan umum
b. Monitor tanda-tanda vital pasien tiap 4 jam
c. Timbang berat badan setiap hari
d. Batasi masukan cairan pasien (kurang lebih 600 ml/hari)
e. Kaji perubahan edema: pantau edema sekitar mata
f. Ukur lingkar perut
g. Kaji mukosa bibir
h. Kaji turgor kulit
i. Kaji konjungtiva
j. Monitor infus pasien (infus RL 14 tpm makro)
k. Pantau intake dan ouput cairan
l. Hitung balance cairan
m. Berikan terapi Lasix 1x10 ml via IV (pukul 09:00 WIB)
n. Berikan terapi Prednison 3x20 mg via oral (pukul 01:00,
09:00, dan 17:00 WIB)
o. Pantau hasil laboratorium (hemoglobin, hematokrit,
globulin, albumin, elektrolit)

Pelaksanaan Keperawatan
Senin, 5 Maret 2020
Pukul 07:45 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran
pasien, hasil: keadaan umum lemah dan kesadaran kompos
mentis, pukul 08:00 WIB menghitung balance cairan, hasil:
intake 1540 ml (makan + minum 600 ml, infus 800 ml, air
59

metabolisme 140 ml), output 1420 ml (BAK + BAB 1000 ml,


IWL 420 ml), balance cairan + 120 ml per 24 jam. Pukul 08:10
WIB menganjurkan pasien untuk mengurangi minum kurang
lebih 600 ml/hari (1 botol air mineral tanggung), hasil: pasien
mendengarkan saran perawat dan mengikutinya. Pada pukul
08:20 WIB mengukur tanda-tanda vital , hasil: tekanan darah
130/100 mmHg, frekuensi nadi 108 x/menit, suhu 36,2 derajat
C, frekuensi pernafasan 21 x/menit.

Pukul 09:00 WIB memantau hasil lab, hasil: pemeriksaan


laboratorium terakhir pada tanggal 4 Maret 2020 yaitu
hemoglobin 10,5 g/dl, hematokrit 32%, albumin 3,1 g/dl,
globulin 3,4 g/dl, ureum 204 mg/dl, kreatinin 1,5 mg/dl, natrium
136 mmol/l, kalium 4,3 mmol/l, chlorida 106 mmol/l, protein
urine ++. Pukul 09:20 WIB memberikan terapi Lasix 10 mg via
IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda
alergi, pasien diam saja saat diberikan obatnya, pukul 09:25
WIB memberikan terapi Prednison 20 mg via oral, hasil: obat
masuk dengan lancar, pasien bisa menelan obat, tidak ada tanda-
tanda alergi. Pukul 10:30 WIB mengkaji mukosa bibir, hasil:
mukosa bibir kering, warna pucat. Pukul 10:40 WIB mengkaji
turgor kulit, hasil: turgor kulit elastis, pasien tampak pucat.
Pukul 10:45 WIB mengkaji konjugtiva, hasil: konjungtiva
anemis. Pukul 11:00 WIB memonitor infus pasien, hasil: aliran
infus RL 14 tpm lancar dan tidak ada flebitis. Pukul 11:10 WIB
mengkaji keadaan edema, hasil: pasien mengatakan badannya
masih bengkak, ada edema di mata, wajah, dan kaki.

Pukul 12:00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan


darah 120/100 mmHg, frekuensi nadi 113 x/menit, suhu 36,8
derajat C, frekuensi pernafasan 21 x/menit. Pukul 14:10 WIB
mengkaji keadaan umum dan kesadaran kompos mentis. Pukul
60

14:15 WIB mengkaji mukosa bibir, hasil: bibir kering, warna


pucat. Pukul 14:20 WIB mengkaji keadaan edema, hasil: pasien
mengatakan masih bengkak badannya, ada edema di mata,
wajah, dan kaki. Pukul 15:00 WIB menghitung balance cairan,
hasil: intake 496,7 ml ( makan + minum 200 ml, infus 250 ml,
air metabolisme 46,7 ml), output 390 ml (BAK + BAB 250 ml,
IWL 140 ml), balance cairan + 106,7 ml per shift. Pukul 17:15
WIB memberikan terapi Prednison 20 mg via oral, hasil: obat
masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda alergi, pasien dapat
menelan obat dengan baik.

Selasa, 6 Maret 2020


Pukul 01:10 WIB memberikan terapi Prednison 20 mg via oral,
hasil: obat masuk dengan lancar, pasien bisa menelannya, tidak
ada tanda-tanda alergi. Pukul 07:45 WIB mengkaji keadaan
umum dan kesadaran pasien, hasil: keadaan umum lemah dan
kesadaran kompos mentis. Pukul 08:00 WIB menghitung
balance cairan, hasil: intake 1440 ml ( makan + minum 550 ml,
infus 750 ml, air metabolisme 140 ml), output 1220 ml (BAK +
BAB 800 ml, IWL 420 ml), balance cairan + 220 ml per 24 jam.
Pukul 08:20 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan
darah 120/90 mmHg, frekuensi nadi 109 x/menit, suhu 37
derajat C, frekuensi pernafasan 21 x/menit.

Pukul 09:00 WIB memantau hasil lab, hasil: pemeriksaan


laboratorium terakhir pada tanggal 4 Maret 2020 yaitu
hemoglobin 10,5 g/dl, hematokrit 32%, albumin 3,1 g/dl,
globulin 3,4 g/dl, ureum 204 mg/dl, kreatinin 1,5 mg/dl, natrium
136 mmol/l, kalium 4,3 mmol/l, chlorida 106 mmol/l, protein
urine ++. Pukul 09:20 WIB memberikan terapi Lasix 10 mg via
IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda
alergi, pasien diam saja saat diberikan obatnya. Pukul 09:25
61

WIB memberikan terapi Prednison 20 mg via oral, hasil: obat


masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda alergi. Pukul 10:30
WIB mengkaji mukosa bibir, hasil: mukosa bibir kering, warna
pucat. Pukul 10:40 WIB mengkaji turgor kulit, hasil: turgor kulit
elastis, pasien tampak pucat. Pukul 10:45 WIB mengkaji
kunjungtiva dan pupil, hasil: konjungtiva anemis, pupil isokor.
Pukul 11:00 WIB memonitor infus pasien, hasil: aliran infus RL
14 tpm lancar dan tidak ada flebitis. Pukul 11:10 WIB mengkaji
keadaan edema, hasil: pasien mengatakan badannya masih
bengkak, ada edema di mata, wajah, dan kaki.

Pukul 12:00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan


darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36,5
derajat C, frekuensi pernafasan 22 x/menit. Pukul 12:15 WIB
menimbang berat badan dan tinggi badan, hasil: berat badan 29
kg. pukul 14:10 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran
pasien, hasil: keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis.
Pukul 14:15 WIB mengkaji mukosa bibir, hasil: mukosa bibir
kering, warna pucat. Pukul 14:20 WIB mengkaji keadaan
edema, hasil: pasien mengatakan badannya masih bengkak, ada
edema di mata, wajah, dan kaki. Pukul 15:00 WIB menghitung
balance cairan, hasil: intake 65,6,7 ml ( makan + minum 260 ml,
infus 350 ml, air metabolisme 46,7 ml), output 540 ml (BAK +
BAB 400 ml, IWL 140 ml), balance cairan + 116,7 ml per shift.
Pukul 17:15 WIB memberikan terapi Prednison 20 mg via oral,
hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda alergi.

Rabu, 7 Maret 2020 WIB


Pukul 01:00 WIB memberikan terapi Prednison 20 mg via oral,
hasil: obat masuk dengan lancar, dan tidak ada tanda-tanda
alergi. Pukul 07:45 WIB mengkaji keadaan umum dan
kesadaran pasien, hasil: keadaan umum lemah, dan kesadaran
62

kompos mentis. Pukul 08:00 WIB menghitung balance cairan,


hasil: intake 1440 ml (makan+ minum 600 ml, infus 700 ml, air
metabolisme 140 ml) output, 1320 ml (BAK + BAB 900 ml,
IWL 420 ml), balance cairan + 120 ml per 24 jam. Pukul 08:20
WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah 130/90
mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, suhu 36,6 derajat C,
frekuensi nafas 20 x/menit. Pukul 09:00 WIB memantau hasil
lab, hasil: pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 4
Maret 2020 yaitu hemoglobin 10,5 g/dl, hematokrit 32%,
albumin 3,1 g/dl, globulin 3,4 g/dl, ureum 204 mg/dl, kreatinin
1,5 mg/dl, natrium 136 mmol/l, kalium 4,3 mmol/l, chloride 106
mmol/l, protein urine ++.

Pukul 09:20 WIB memberikan terapi Lasix 10 mg via IV bolus,


hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda alergi.
Pukul 09:25 WIB memberikan terapi Prednison 20 mg via oral,
hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda alergi.
Pukul 10:30 WIB mengkaji mukosa bibir, hasil: mukosa bibir
kering, warna pucat. Pukul 10:40 WIB mengkaji turgor kulit,
hasil: turgor kulit elastis. Pukul 10:45 WIB mengkaji
konjungtiva dan pupil, hasil: konjungtiva anemis, pupil isokor.
Pukul 11:00 WIB memonitor infuse pasien, hasil: aliran infus
RL 14 tpm lancar dan tidak ada flebitis. Pukul 11:10 WIB
mengkaji keadaan edema, hasil: pasien mengatakan bengkak
sedikit berkurang, tampak ada edema di sekitar mata, dan kaki.

Pukul 12:00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan


darah 120/90 mmHg, frekuensi nadi 116 x/menit, suhu 36,7
derajat C, frekuensi pernafasan 21 x/menit. Pukul 14:10 WIB
mengkaji keadaan umum lemah dan kesadaran kompos mentis.
Pukul 14:15 WIB mengkaji mukosa bibir, hasil: mukosa bibir
kering, warna pucat. Pukul 14:20 WIB mengkaji keadaan
63

edema, hasil: pasien mengatakan bengkak sedikit berkurang, ada


edema dimata dan di kaki. Pukul 15:00 WIB menghitung
balance cairan, hasil: intake 746,7 ml (makan + minum 300 ml,
infus 400 ml, air metabolisme 46,7 ml), output 640 ml (BAK +
BAB 500 ml, IWL 140 ml), balance cairan + 106,7 ml per shift.

Evaluasi Keperawatan
Senin, 05 Maret 2020 pukul 15:00 WIB
Subjektif : Pasien mengatakan badannya masih bengkak.
Objektif : Keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis,
mukosa bibir kering, warna pucat, ada edema di
mata, wajah, dan kaki, tekanan darah 120/100
mmHg, frekuensi nadi 113 x/menit, berat badan 29
kg, tinggi badan 125 cm, intake 496,7 ml (makan +
minum 200 ml), infus 250 ml, air metabolisme 46,7
ml), balance cairan + 106,7 ml per shift,
pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 4
Maret 2020 yaitu hemoglobin 10,5 g/dl, hematokrit
32%, albumin 3,1 g/dl, globulin 3,4 g/dl, ureum 204
mg/dl, kreatinin 1,5 mg/dl, natrium 136 mmol/l,
kalium 4,3 mmol.l, chloride 106 mmol/l, protein
urine ++.
Analisa data : Masalah keperawatan ketidakseimbangan volume
cairan dan elektrolit belum teratasi dan tujuan belum
tercapai.
Perencanaan : Tindakan keperawatan dilanjutkan
(a,b,c,d,e,f,g,h,I,j,k,l,m,n,o).

Selasa, 06 Maret 2020 pukul 08:30 WIB


Subjektif : Tidak ada
Objektif : Keadaan umum lemah, kesadaran kompos
mentis,mukosa bibir kering, warna pucat, ada edema
64

di mata, wajah, dan kaki, intake 1440 ml (makan +


minum 550 ml, infus 750 ml, air metabolisme 140
ml), output 1220 ml (BAK + BAB 800 ml, IWL 420
ml), balance cairan + 220 ml per 24 jam. Pukul
08:20 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil:
tekanan darah 120/90 mmHg, frekuensi nadi 109
x/menit, suhu 37 derajat C, frekuensi pernafasan 21
x/menit.
Analisa data: Masalah keperawatan ketidakseimbangan volume
cairan dan elektrolit belum teratasi dan tujuan belum
tercapai.
Perencanaan : Tindakan keperawatan dilanjutkan
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o).

Selasa, 06 Maret 2020 pukul 15:00 WIB


Subjektif Pasien mengatakan badannya masih bengkak.
Objektif Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis
mukosa bibir kering, warna pucat. Ada edema di
mata, wajah, dan kaki, tekanan darah 120/80
mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36,5
derajat C, frekuensi pernafasan 22 x/menit, berat
badan 59 kg, intake 656,7 ml (makan + minum 260
ml, infus 350 ml, air metabolisme 46,7 ml), output
540 ml (BAK + BAB 400 ml, IWL 140 ml),
balance cairan + 116,7 ml per shift, pemeriksaan
laboratorium hemoglobin 10,5 g/dl, hematokrit 32
%, albumin 3,1 g/dl, globulin 3,4 g/dl, ureum 204
mg/dl, kreatinin 1,5 mg/dl, natrium 136 mmol/l,
kalium 4,3 mmol/l, chloride 106 mmol/l, protein
urine ++.
65

Analisa data Masalah keperawatan ketidakseimbangan volume


cairan dan elektrolit belum teratasi dan tujuan
belum tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan.
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o).

Rabu 07 Maret 2020


Subjektif -
Objektif Keadaan umum lemah dan kesadaran compos
mentis, intake 1440 ml (makan + minum 600 ml,
infus 700 ml, air metabolisme 140 ml), output 1320
ml (BAK + BAB 900 ml, IWL 420 ml), balance
cairan + 120 ml per 24 jam, tekanan darah 130/90
mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, suhu 36,6
derajat C, frekuensi pernafasan 20 x/menit.
Analisa data Masalah keperawatan ketidakseimbangan volume
cairan dan elektrolit belum teratasi dan tujuan
belum tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o).

Rabu, 07 Maret 2020 pukul 15:00 WIB


Subjektif : Ibu anak msngatakan bengkak sedikit berkurang.
Objektif : Keadaan umum lemah dan kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 120/90 mmHg, frekuensi
nadi 116 x/menit, suhu 36,7 derajat C, frekuensi
pernafasan 21 x/menit, berat badan 29 kg,
mukosa bibir kering, warna pucat, ada edema di
mata, dan kaki, intake 746,7 ml (makan +
minum 300 ml, infus 400 ml, air metabolisme
46,7 ml), output 640 ml (BAK + BAB 500 ml,
IWL 140 ml), balance cairan + 106,7 ml per shift,
66

pemeriksaan laboratorium hemoglobin 10,5 g/dl,


hematokrit 32%, albumin 3,1 g/dl, globulin 3,4
g/dl, ureum 204 mg/dl, kreatinin 1,5 mg/dl,
natrium 136 mmol/l, kalium 4,3 mmol/l, chloride
106 mmol/l, protein urine ++.
Analisa data : Masalah keperawatan ketidakseimbangan volume
cairan dan elektrolit belum teratasi dan tujuan
belum tercapai.
Perencanaan : Tindakan keperawatan dilanjutkan
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o).

b. Peubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, ditandai dengan:

Data subjektif Pasien mengatakan nafsu makannya menurun.

Data objektif Kesadaran umum lemah, kesadaran kompos


mentis, tanda-tanda vital: tekanan darah
130/100 mmHg, frekuensi nadi 108 x/menit,
suhu 36,2 derajat C, frekuensi pernafasan 21
x/menit, mukosa bibir kering, warna bibir pucat,
abdomen tegang/kaku, abdomen kembung,
bising usus 8 x/menit, makan habis ½ porsi,
pasien tampak tidak nafsu makan, konjungtiva
anemis, tidak ada sariawan, tidak ada
kerontokan pada rambut, tidak ada diare, tidak
ada gangguan menelan, berat badan saat ini 59
kg, tinggi badan 155 cm, IMT 18,56 (normal),
hasil laboratorium: Hemoglobin 10,5 g/dl,
Albumin 3,1 g/dl.

Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan


perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dapat teratasi.
67

Kriteria hasil Keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam


batas normal, mukosa bibir lembab, pasien tidak
tampak pucat, abdomen lembek, tidak kembung,
konjungtiva anemis, berat badan dalam batas
normal, balance cairan seimbang, hasil
laboratorium Hemoglobin 12-14 g/dl, Albumin
3,5 – 5,2 g/dl.

Rencana tindakan :

a. Memonitor keadaan umum dan kesadaran pasien.


b. Memonitor tanda-tanda vital pasien tiap 4 jam
c. Kaji keadaan gangguan menelan
d. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinuria, dan diare
e. Kaji konjungtiva pasien
f. Kaji mukosa bibir pasien
g. Auskultasi basing usus pasien
h. Pastikan pasien mendapatkan makanan dengan diet yang cukup
i. Beri diit yang sesuai yaitu diit tinggi protein
j. Beri makan sedikit tapi sering
k. Beri makan selagi hangat
l. Beri makanan yang disukai pasien
m. Kaji mual dan muntah
n. Beri terapi Rantin 2x25 mg via IV (pukul 09:00 dan 21:00 WIB)
o. Beri terapi Ondancentron 3x4 mg via IV (pukul 01:00, 09:00, dan
17:00 WIB)
p. Pantau hasil laboratorium (hemoglobin, albumin)

Pelaksanaan Keperawatan
Senin, 05 Maret 2020
Pukul 07:45 WIB mengkaji keadaan umum lemah dan kesadaran
kompos mentis. Pukul 08:15 WIB mengkaji mual dan muntah, hasil:
pasien mengatakan tidak mual dan muntah. Pukul 08:20 WIB
68

mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah 130/100 mmHg,


frekuensi nadi 108 x/menit, suhu 36,2 derajat C, frekuensi
pernafasan 21 x/menit. Pukul 08:40 WIB mengkaji adanya
gangguan menelan, hasil: tidak ada gangguan menelan.

Pukul 09:00 WIB memantau hasil lab, hasil: pemeriksaan


laboratorium terakhir pada tanggal 4 Maret 2020 yaitu hemoglobin
10,5 g/dl, albumin 3,1 g/dl. Pukul 09:10 WIB memberikan terapi
Rantin 25 mg via IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, pasien
mengatakan sedikit perih saat obat dimasukan, tidak ada tanda-tanda
alergi. Pukul 09:15 WIB memberikan terapi Ondancentron 4 mg via
IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda
alergi, pasien mengatakan tidak mual. Pukul 10:30 WIB mengkaji
mukosa bibir, hasil: mukosa bibir kering, warna pucat. Pukul 10:45
WIB mengkaji konjungtiva, hasil: konjungtiva anemis.

Pukul 12:00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah


120/100 mmHg, frekuensi nadi 113 x/menit, suhu 36,8 derajat C,
frekuensi pernafasan 21 x/menit. Pukul 12:30 WIB mengkaji
abdomen, hasil: abdomen tegang/kaku dan kembung. Pukul 12:50
WIB mengkaji nafsu makan pasien, hasil: pasien mengatakan nafsu
makannya menurun. Pukul 13:00 WIB memberikan diit siang, hasil:
pasien makan disuapi oleh anaknya, makan habis ¼ porsi. Pukul
14:10 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum lemah dan kesadaran compos mentis. Pukul 14:15
WIB mengkaji mukosa bibir, hasil: mukosa bibir kering, warna
pucat. Pukul 14:30 WIB mengkaji mual dan muntah, hasil: pasien
mengatakan tidak mual dan muntah.

Pukul 17:10 WIB membeikan terapi Ondancentron 4 mg via IV


bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda alergi.
Pukul 18:00 WIB memberikan diit sore, hasil: pasien makan sendiri
69

dan makan habis ½ porsi. Pukul 21:00 WIB memberikan terapi


Rantin 25 mg via IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak
ada tanda-tanda alergi.

Selasa, 6 Maret 2020


Pukul 01:50 WIB memberikan terapi Ondancentron 4 mg, via IV
bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda alergi,
pasien diam saja saat diberikan obat. Pukul 07:00 WIB memberikan
diit pagi, hasil: pasien makan sendiri, habis ¼ porsi. Pukul 07:45
WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil: keadaan
umum lemah dan kesadaran kompos mentis. Pukul 08:15 WIB
mengkaji mual dan muntah, hasil: pasien mengatakan tidak mual
dan muntah. Pukul 08:20 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil:
tekanan darah 120/90 mmHg, frekuensi nadi 109 x/menit, suhu 37
derajat C, frekuensi pernafasan 21 x/menit. Pukul 08:30 WIB
mengauskultasi bising usus, hasil: bising usus 8 x/menit. Pukul
08:40 WIB mengkaji adanya gangguan menelan, hasil: tidak ada
gangguan menelan.

Pukul 09:00 WIB memantau hasil lab, hasil: pemeriksaan


laboratorium terakhir tanggal 4 Maret 2020 yaitu hemoglobin 10,5
g/dl, albumin 3,1 g/dl. Pukul 09:10 WIB memberikan terapi Rantin
25 mg via IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, pasien
mengatakan sedikit perih saat obat dimasukan, tidak ada tanda-tanda
alaergi. Pukul 09:15 WIB memberikan terapi Ondancentron 4 mg
via IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda
gejala alergi, pasien mengatakan tidak mual. Pukul 10:30 mengkaji
mukosa bibir kering, warna pucat. Pukul 10:45 WIB mengkaji
konjungtiva, hasil konjungtiva anemis.

Pukul 12:00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah


120/80 mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36,3 derajat C,
70

frekuensi pernafasan 22 x/menit. Pukul 12:15 WIB menimbang


berat badan, hasil: berat badan 29 kg. Pukul 12:30 WIB mengkaji
abdomen, hasil: abdomen tegang/kaku dan kembung. Pukul 12:50
WIB mengkaji nafsu makan pasien, hasil: pasien mengatakan nafsu
makannya sudah bertambah. Pukul 13:00 WIB memberikan diit
siang, hasil: pasien makan sendiri, makan habis ¼ pori. Pukul 14:10
WIB mengkaji kesadaran kompos mentis. Pukul 14:15 WIB
mengkaji mukosa bibir, hasil: mukosa bibir kering, warna pucat.
Pukul 14:30 WIB mengkaji mual dan muntah, hasil: pasien
mengatakan tidak mual dan muntah,

Pukul 17:10 WIB memberikan terapi Ondancentron 4 mg via IV


bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada tanda-tanda alergi.
Pukul 18:00 WIB memberikan diit sore, hasil: pasien makan sendiri
dan makan habis ½ porsi. Pukul 21:00 WIB memberikan terapi
Rantin 25 mg via IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, pasien
diam saja saat diberikan obat, tidak ada tanda-tanda alergi.

Rabu, 07 Maret 2020


Pukul 01:05 WIB memberikan terapi Ondan centron 4 mg via IV
bolus, hasil: obat masuk dengan lancar tidak ada tanda-tanda alergi.
Pukul 07:00 WIB memberikan diit pagi, hasil: pasien makan sendiri,
makan habis ½ porsi. Pukul 07:45 WIB mengkaji keadaan umum
dan kesadaran pasien, hasil: keadaan umum lemah dan kesadaran
kompos mentis. Pukul 08:15 WIB mengkaji mual dan muntah, hasil:
pasien mengatakan tidak mual dan muntah, pukul 08:20 WIB
mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan pernafasan 20 x/menit.
Pukul 08:30 WIB mengauskultasikan bising usus, hasil: bising usus
8x/menit.

Pukul 09:00 WIB memantau hasil lab, hasil: pemeriksaan


laboratorium terakhir pada tanggal 4 Maret 2020 hemoglobin 10,5
71

g/dl, albumin 3,1 g/dl. Pukul 09:10 WIB memberikan terapi Rantin
25 mg via IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar, tidak ada
tanda-tanda alergi. Pukul 09:15 WIB memberikan terapi
Ondancentron 4 mg via IV bolus, hasil: obat masuk dengan lancar,
tidak ada tanda-tanda alergi, pasien mengatakan tidak mual. Pukul
10:30 WIB mengkaji mukosa bibir kering, pukul 10:45 WIB
mengakaji konjungtiva, hasil: Konjungtiva anemis.

Pukul 12:00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah


120/90 mmHg, frekuensi nadi 116 x/menit. Suhu 36,7 derajat C,
frekuensi pernafasan 21 x/menit. Pukul 12:30 WIB mengkaji
abdomen, hasil: abdomen tegang/kaku dan kembung. Pukul 12:50
WIB mengkaji nafsu makan pasien, hasil: pasien mengatakan nafsu
makannya sudah bertambah. Pukul 13:00 WIB memberikan diit
siang, hasil: memberikan diit siang, hasil: pasien makan sendiri,
makan habis ¼ porsi. Pukul 14:10 WIB mengkaji keadaan umum
dan kesadaran pasien, hasil: keadaan umum dan kesadaran kompos
mentis. Pukul 14:15 WIB mengkaji mukosa bibir, hasil: mukosa
bibir kering. Pukul 14:30 WIB mengkaji mual dan muntah, hasil:
pasien mengatakan tidak mual dan muntah.

Evaluasi Keperawatan
Senin, 05 Maret 2020 pukul 15:00 WIB
Subjektif Pasien mengatakan nafsu makannya menurun,
pasien mengatakan tidak mual dan muntah.
Objektif Keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 120/100 mmHg, frekuensi nadi 113
x/menit, suhu 36,8 derajat C, frekuensi pernafasan
21 x/menit, berat badan 59 kg, abdomen tegang/
kaku dan kembung. Pasien makan disuapi oleh
anaknya, makan habis ½ porsi, mukosa bibir kering,
warna pucat, lingkar perut 55 cm, pemeriksaan
72

laboratorium terakhir pada tanggal 4 Maret 2020


yaitu hemoglobin 10,5 g/dl, albumin 3,1 g/dl.
Analisa data Masalah keperawatan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi, tujuan belum
tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q).

Selasa, 06 Maret 2020 pukul 08:40 WIB


Subjektif Pasien mengatakan tidak mual dan muntah, pasien
mengatakan tidak ada gangguan menelan.
Objektif Keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 120/90 mmHg, frekuensi nadi 109
x/menit, suhu 37 derajat C, frekuensi pernafasan 21
x/menit, makan habis ¼ porsi, pasien makan sendiri,
bising usus 8 x/menit.
Analisa data Masalah keperawatan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi, tujuan belum
tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q).

Selasa, 06 Maret 2020 pukul 15:00 WIB


Subjektif Pasien mengatakan nafsu makannya sudah
bertambah, pasien mengatakan tidak mual dan
muntah.
Objektif Keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 112
x/menit, suhu 36,3 derajat C, frekuensi pernafasan
22 x/menit, berat badan 29 kg, pasien makan
sendiri, makan habis ¼ porsi, konjungtiva anemis,
abdomen tegang/kaku dan kembung, mukosa bibir
73

kering, pucat, pemeriksaan laboratorium


hemoglobin 10,5 g/dl, albumin 3,1 g/dl.
Analisa data Masalah keperawatan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi, tujuan belum
tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan.
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q).

Rabu, 07 Maret 2020 pukul 08:30 WIB


Subjektif Pasien mengatakan tidak mual dan muntah.
Objektif Keadaan umum lemah dan kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi
110 x/menit, suhu 36,6 derajat C, frekuensi
pernafasan 20 x/menit, pasien makan sendiri, makan
habis ½ porsi, bising usus 8 x/menit.
Analisa data Masalah keperawatan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi, tujuan belum
tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan.
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q).

Rabu, 07 Maret 2020 pukul 15:00 WIB


Subjektif Pasien mengatakan nafsu makannya sudah bertahan,
pasien mengatakan tidak mual dan muntah.
Objektif Keadaan umum lemah dan kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 120/90 mmHg, frekuensi nadi
116 x/menit, suhu 36,7 derajat C, suhu 36,7 derajat
C, frekuensi pernafasan 21 x/menit, berat badan 29
kg, abdomen tagang/kaku dan kembung, pasien
makan sendiri, makan habis ¾ porsi, mukosa bibir
kering, pemeriksaan laboratorium hemoglobin 10,5
g/dl, albumin 3,1, g/dl.
74

Analisa data Masalah keperawatan perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh belum teratasi, tujuan belum
tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan.
(a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q)

c. Ansietas ringan berhubungan dengan dampak hospitalisasi,


ditandai dengan:
Data subjektif Anak pasien mengatakan saat dirumah ibunya
aktif dan sering mengobrol tetapi selama
dirawat pasien menjadi diam.
Data Objektif Tanda-tanda vital: tekanan darah 130/100
mmHg, frekuensi nadi 108 x/menit, suhu 36,2
derajat C, frekuensi pernafasan 21 x/menit,
pasien tampak gelisah, tidak ada kelainan waktu
tidur.
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x 24 jam diharapkan masalah keperawatan
ansietas ringan dapat teratasi.
Kriteria hasil Pasien tidak diam lagi, dan lebih banyak
berbicara seperti biasanya.
Rencana tindakan:
a) Pantau tanda-tanda vital pasien
b) Kaji pola tidur pasien
c) Upayakan ada keluarga yang selalu menunggu

Pelaksanaan Keperawatan

Senin, 5 Maret 2020

Pukul 08:20 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah


130/100 mmHg, frekuensi nadi 108 x/menit, suhu 36,2 derajat C,
frekuensi pernafasan 21 x/menit, respon pasien diam saja saat
dilakukan pengukuran tanda-tanda vital. Pukul 12:00 WIB
75

mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah 120/100 mmHg,


frekuensi nadi 113 x/menit, suhu 36,8 derajat C, frekuensi
perrnafasan 21 x/menit. Pukul 13:40 WIB mengkaji kecemasan
pasien, hasil: pasien tampak gelisah, pasien terlihat malas
menggerakan tubuhnya. Pukul 13:50 mengkaji pola tidur, hasil:
pasien mengatakan tidur dengan nyenyak. Pukul 14:10 WIB
mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil: keadaan
umum lemah dan kesadaran kompos mentis.

Selasa, 6 Maret 2020

Pukul 07:55 WIB mengkaji kecemasan pasien dan melakukan


komuikasi terapeutik, hasil: pasien mengatakan bosan dengan
suasana di rumah sakit, pasien mengatakan tidur dengan nyenyak.
Pukul 08:20 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah
120/90 mmHg, frekuensi nadi 109 x/menit, suhu 37 derajat C,
frekuensi pernafasan 21 x/menit.

Pukul 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil: tekanan darah


120/80 mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36,5 derajat C,
frekuensi pernafasan 22 x/menit. Pukul 14:10 WIB mengkaji
keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil: keadaan umum lemah
dan kesadaran kompos mentis.

Evaluasi Keperawatan

Senin, 05 Maret 2020 pukul 15:00 WIB

Subjektif Anak pasien mengatakan saat dirumah ibunya


sangat aktif dan banyak bicara tetapi saat dirawat
pasien menjadi tidur terus dan pendiam, pasien
mengatakan tidur dengan nyenyak.
76

Objektif Tekanan darah 120/100 mmHg, frekuensi nadi 113


x/menit, suhu 36,8 derajat C, frekuensi pernafasan
21 x/menit, pasien tampak gelisah, pasien terlihat
malas menggerakan tubuhnya.

Analisa data Masalah keperawatan ansietas ringan belum teratasi,


tujuan belum tercapai.

Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan (a,b,c,d,e,f,g).

Selasa, 06 Maret 2020 pukul 08:30 WIB

Subjektif Pasien mengatakan bosan dengan suasana di rumah


sakit, pasien mengatakan tidur dengan nyenyak.

Objektif Tekanan darah 120/90 mmHg, frekuensi nadi 109


x/menit, suhu 37 derajat C, frekuensi 21 x/menit.

Analisa data Masalah keperawatan ansientas ringan belum


teratasi, tujuan tercapai sebagian.

Perencanaan Tindakan Keperawatan dilanjutkan (a,b,c,d,e).

Selasa, 06 Maret 2020 pukul 15:00 WIB

Subjektif Pasien mengatakan senang saat diajak menggobrol.

Objektif Keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis,


tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 112
x/menit, suhu 36,5 derajat C, frekuensi pernafasan
22 x/menit,

Analisa data Masalah keperawatan ansietas ringan teratasi, tujuan


tercapai.

Perencanaan Tindakan keperawatan dihentikan.


77

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar


informasi, ditandai dengan:
Data subjektif Anak pasien mengatakan tidak mengerti tentang
penyakit ibunya, anaknya mengatakan hanya
tahu ibunya sakit ginjal, anak pasien
mengatakan ibunya bengkak di pasang infus
saat di rawat di RS Tugu Ibu, anak pasien
mengatakan pendidikan terakhir SMP.
Data objektif Anak pasien menyebutkan pendidikan
terakhirnya SMP, anak pasien menanyakan
tentang penyakit ibunya, anak pasien tampak
bingung dan menggelekan kepalanya saat
ditanya tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, cara penanganan sindrom nefrotik, dan
cara perawatan sindrom nefrotik.
Tujuan Setelah dilakukan tindakan selama 2x 24 jam
diharapkan masalah keperawatan kurang
pengetahuan dapat teratasi.
Kriteria hasil Anak pasien mengerti tentang penyakit ibunya
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara
pencegahan, dan cara perawatan), anak pasien
dapat menjelaskan tentang penyakit Sindrom
Nefrotik.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang sindrom nefrotik
c. Kaji respon keluarga ketika diberikan pendidikan kesehatan
d. Evaluasi pemahaman setelah diberikan pendidikan kesehatan
78

Pelaksanaan Keperawatan
Senin, 5 Maret 2020
Pukul 14:05 WIB mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
penyakit pasien, hasil: keluarga mengatakan kurang mengerti tentang
penyakit pasien dan hanya tahu pasien sakit ginjal, keluarga pasien
tampak bingung dan menggelengkan kepala saat ditanya tentang
penyakit yang diderita oleh pasien, keluarga mengatakan pasien
bengkak karena di pasang infus saat dirawat di RS Tugu Ibu.

Selasa, 6 Maret 2020


Pukul 07:50 WIB mengkaji tingkat pengetahuan keluarga, hasil:
keluarga pasien mengatakan masih tidak mengerti apa itu sindrom
nefrotik. Pukul 09:00 WIB melakukan kontrak waktu kepada
keluarga untuk pendidikan kesehatan dalam waktu 30 menit pada
pukul 11:15 WIB, hasil: keluarga mengatakan bersedia untuk
mendengarkan pendidikan kesehatan tentang sindrom nefrotik
dengan baik. Pukul 11:15 WIB memberikan pendidikan kesehatan
tentang sindrom nefrotik pada salah satu keluarga pasien.

Pukul 11:45 WIB mengevaluasi pemahaman keluarga setelah


diberikan pendidikan kesehatan, hasil: tampak keluarga pasien
mengerti dan dapat menyebutkan definisi, tanda dan gejala,
penyebab, komplikasi, dan perawatan di rumah, keluarga pasien
dapat mengatakan sindrom nefrotik bukan penyakit tapi gejala yaitu
protein bilang melalui air kencing, bengkak. Keluarga pasien
menyebutkan 4 dari 7 tanda dan gejala sindrom nefrotik yaitu
bengkak di mata, perut, kaki, nyeri, perut, kencing sedkit, air
kencing berwarna kemerahan. Keluarga pasien menyebutkan
komplikasi sindrom nefrotik yaitu bisa jadi gagal ginjal dan sakit
jantung. Keluarga pasien menjelaskan cara perawatan pasien dengan
sindrom nefrotik yaitu berikan pasien antibiotik, berikan pasien
79

bedrest total, berikan pasien diet tinggi kalori tinggi protein dan
batasi penggunaan garam.

Evaluasi Keperawatan
Senin, 05 Maret 2020 pukul 15:00 WIB
Subjektif Keluarga pasien mengatakan kurang mengerti
tentang penyakit yang dialami pasien dan hanya
tahu pasien sakit diginjal, keluarga pasien
mengatakan pasien bengkak karena di pasang infus
saat dirawat di RS Tugu Ibu.
Objektif Keluarga pasien tampak bingung dan
menggelengkan kepala saat ditanya tentang
penyakit yang diderita oleh pasien.
Analisa data Masalah keperawatan kurang pengetahuan belum
teratasi, tujuan belum tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan (b,c,d,e).

Selasa, 06 Maret 2020 pukul 08:30 WIB


Subjektif Keluarga pasien mengatakan masih tidak mengerti
apa itu sindrom nefrotik, keluarga pasien
mengatakan bersedia untuk mendengarkan
pendidikan kesehatan tentang sindrom nefrotik pada
Ny.W pada pukul 11:15 WIB.
Objektif Keluarga pasien merespon dengan baik dan bersedia
diberikan pendidikan kesehatan tentang sindrom
nefrotik pada Ny.W pada pukul 11:15 WIB.
Analisa data Masalah keperawatan kurang pengetahuan belum
teratasi, tujuan belum tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dilanjutkan (b,c,d,e).
80

Selasa, 06 Maret 2020 pukul 15:00 WIB


Subjektif Keluarga pasien dapat mengatakan sindrom nefrotik
bukan penyakit tapi gejala yaitu protein hilang
melalui air kencing, bengkak. Keluarga pasien
menjelaskan penyebab sindrom nefrotik yaitu dari
alergi, infeksi, efek obat. Keluarga pasien
menyebutkan 4 dari 7 tanda dan gejala sindrom
nefrotik yaitu bengkak di mata, perut, kaki, nyeri
perut, kencing sedikit, air kencing berwarna
kemerahan. Keluarga pasien menyebutkan
komplikasi sindrom nefrotik yaitu bisa jadi gagal
ginjal dan sakit jantung. Keluarga pasien
menjelaskan cara perawatan pasien dengan sindrom
nefrotik yaitu berikan pasien antibiontik, berikan
pasien bedrest total, berikan pasien diet tinggi kalori
tinggi protein dan batasi penggunaan garam.
Objektif Tampak keluarga pasien mengerti dan dapat
menyebutkan definisi, tanda, dan gejala, penyebab,
komplikasi, dan perawatan dirumah.
Analisa data Masalah keperawatan kirang pengetahuan teratasi,
tujuan tercapai.
Perencanaan Tindakan keperawatan dihentikan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membuat setiap permasalahan yang di dapat pada kasus
dan membandingkan dengan teori yang ada meliputi kesamaan dan kesenjangan
yang disertai dengan faktor pendukung dan penghambat dalam lingkup
permasalahan yang mencakup tahap-tahap dan proses keperawatan terdiri dari
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian Keperawatan

Penulis melakukan pengkajian keperawatan dengan cara observasi,


wawancaea, pemeriksaan head to toe, serta mengumpulkan data dari catatan
medis pasien, catatan keperawatan perawat diruangan, dan hasil dari
pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium. Dari hasil pengkajian,
penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus Ny.W
dengan sindrom nefrotik.

Pada bab 2 telah di jelaskan salah satu faktor resiko terjadinya sindorm
nefrotik menurut Garniasih et al. (2008) ialah menurunnya kadar albumin dan
kadar kalsium . Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah
manusia. Mengatur tekanan osmotic dalam darah merupakan fungsi utama
protein yang diproduksi oleh organ hati ini. Keseimbangan albumin
dibutuhkan untuk menjaga agar cairan yang terdapat dalam darah tidak bocor
ke jaringan tubuh. Kalsium adalah mineral paling umum dan salah satu yang
penting bagi tubuh. Tubuh memerlukannya untuk membangun dan
memperbaiki tulang serta gigi, membantu kerja saraf dan otot, membantu
pembekuan darah, mengaktifkan enzim yang mengubah makanan menjadi
energy, serta membantu kerja jantung. Beberapa makanan yang mengandung
banyak kalsium seperti susu, yogurt, keju dan roti gandum. Nilai kadar
kalsium normal dalam darah yaitu 8,8—10,4 mg/dl. Pada kasus Ny. W

81
82

sayangnya kadar kalsium dalam darahnya tidak diperiksakan tetapi


diperiksakan pemeriksaan albumin pada tanggal 4 februari 2018 yang hasilnya
mengalami penurunan yaitu 3,1 g/dl. Terjadi penurunan kadar albumin karena
pada kasus sindrom nefrotik preambilitas dinding kapiler glomerular akan
meningkat dan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan
terjadi proteinuria. Kehilangan protein melalui urin inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoalbuminemia.

Menurut Setiabudiawan et al. (2014) faktor resiko yang terjadinya sindrom


nefrotik bisa juga karena usia remaja, jenis kelamin perempuan, tinkat
pendidikan yang rendah, dan status sosio ekonomi rendah. Pada kasus Ny.W
faktor risiko terjadinya sindrom nefrotik bisa dikatakan juga karena singkat
pendidikan yang rendah yaitu pasien mengatakan pendidikan terakhirnya
hanya sampai SMP. Hubungan tingkat pendidikan yang rendah dengan
sindrom nefrotik yaitu karena kemampuan untuk menyerap suatu pengatahuan
akan semakin baik dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi pula.
Kurangnya pengartahuan masyarakat awam tentang sindrom nefrotik. Dan
karena rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang sindrom nefrotik
sehingga tidak tahu bagaimana cara mencegah terjadinya sindorm nefrotik,
seperti menghindari makan makanan yang berpengawet dan tinggi MSG
seperti ciki dan keripik dll.

Pada manifestasi klinis yang terdapat dalam teori dan juga ada dalam kasus
yaitu bengkak pada kedua kelopak mata, perut (asites), anoreksia, fatigue,
berat badan meningkat, malaise, penurunan jumlah urin disertai dengan
keluhan urin keruh atau berwarna kemerahan (hematuria), albumin rendah,
dan hipertensi. Karena dilihat dari patofisiologi sindrom nefrotik menurut
Suriadi dan Yuliani (2010) yaitu meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Penurunan albumin dan tekanan
osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume caira intravaskuler berkurang,
83

sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi.


Menurunya aliran darah ke renal kemudian terjadi retensi natrium dan air yang
akan menyebabkan edema dan berlanjut pada asites.

Terjadinya asites menyebabkan tertekannya saraf vagus dan lambung, lalu


membuat persepsi kenyang dan rasa tidak enak di epigastrium yang
mengakibatkan terjadinya anoreksia. Adanya anoreksia atau penurunan nafsu
makan mengakibatkan badan menjadi lelah, lemas, letih, lesu. Berat badan
meningkat karena terjadinya bengkak di seluruh tubuh, pada sindrom nefrotik
juga volume cairan vaskuler meningkat kemudian terjadi stimulus
reninangiotensin, lalu sekresi ADH yang mmengakibatkan reabsorbsi natrium
dan air meningkat. Meningkatnya natrium dan air membuat volume urine
yang di ekskresi menurun atau disebut juga terjadi oliguria. Stimulus rennin-
angiotensin juga mengakibatkan terjadinya vasokontriksi yang kemudian
terjadi hipertensi.

Manifestasi klinis yang ada dalam teori tetapi tidak ada didalam kasus adalah
nyeri abdomen karena saat dikaji sudah masuk hari kedua perawatan di ruang
cemara dan pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada abdomen.
Manifestasi klinis yang tidak ada dalam teori tetapi ada di dalam kasus, yaitu
pada pasien ditemukan mukosa mulut kering dan pucat. Mukosa mulu kering
serta pucat terjadi karena pasien yang jarang minum.

Menurut Suparto dan Pardede (2014), komplikasi yang dapat terjadi dari
sindrom nefrotik adalah selulitis, peritonitis bakterialis spontan, gagal ginjal,
dan pada kasus sindrom nefrotik jangka panjang komplikasinya adalah
gangguan kardiovaskuler pada pasien seperti hipertensi, venous thrombosis,
dan penyakit jantung. Selulitis yaitu infeksi bakteri pada jaringan kulit yang
dapat menyebabkan kulit terlihat kemerahan, bengkak, terasa lembek, dan
sakit saat ditekan. Peritonitis bakterialis spontan atau disebut juga peritonitis
primer didefinisikan sebagai infeksi pada peritoneum tanpa adanya sumber
84

infeksi local. Gagal ginjal yaitu kondisi saat fungsi ginjal mulai menurun
secara bertahap. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang berkaitan
dengan jantung dan pembulu darah. Pada kasus Ny.W belum ditemukan
komplikasi karena saat pengkajian di dapat data saat Ny.W baru terjadi
bengkak, pasien langsung ke rumah sakit.

Pada pemeriksaan diagnostik yang ada diteori dilakukan semua pada Ny.W
yaitu pemeriksaan urine lengkap, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan
kolesterol, pemeriksaan SGOT/SGPT dan elektrolit pemeriksaan urine
lengkap dilakukan untuk memantau perkembangan penyakit dan respons
tubuh terhadap pengobatan yang dijalani, misalnya pada pasien penderita
penyakit diabetes kerusakan dan infeksi ginjal, penyakit saluran kemih, lupus
dan tekanan darah. Selain itu juga mendiagnosis kondisi medis seperti radang
ginjal, protein dalam urine, kerusakan otot, gangguan ginal berupa batu dan
infeksi ginjal, gula darah atau diabetes yang tidak terkendali, dan infeksi
saluran kemih.

Pemeriksaan darah lengkap penting dilakukan untuk mengatahui kondisi


kesehatan secara keseluruhan, termasuk medeteksi kemungkinan adanya
penyakit. Selain mendeteksi penyakit, pemeriksaan darah lengkap juga bisa
dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan ketika sedang dalam pengobatan
berupa terapi radiasi atau obat-obatan yang dapat mempengaruhi kondisi
darah. Pemeriksaan darah ini juga temasuk sebagai bagian dari medical check
up yang dilakukan sesuai keperluan atas anjuran dokter pemeriksa. Seperti
misalnya pada penderita penyakit infeksi, anemia dan kelainan darah lainnya,
termasuk kelainan fungsi pembekuan darah dan kanker darah. Pemeriksaan
yang mencakup pemeriksaan darah lengkap yaitu hemoglobin (Hb),
hematokrit (Ht), trombosit, sel darah merah, sel darah putih, dan gula darah.

Pemeriksaan kolesterol adalah tes darah yang digunakan untuk mengukur


jumlah total zat lemak (kolesterol dan trigliserida) dalam darah. Koleterol
85

bergerak melalui darah dan melekat pada protein, kolesterol dan protein ini
disebut dengan lipoprotein. Analisa lipoprotein (profil lipoprotein atau profil
lipid) mengukur kadar darah dari jumlah kolesterol, LDL (low-density
lipoprotein) kolesterol, HDL (high-density lipoprotein) kolesterol dan
trigliserida (Samiadi,2017)

Menurut Prameswari (2014) pemeriksaan SGOT dan SGPT dilakukan karena


enzim SGOT dan SGPT dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati,
dan penanda kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah
proses infeksi yang disebabkan oleh virus. Sedangkan pemeriksaan elektrolit
untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).

Faktor pendukung saat melakukan pengkajian pada pasien adalah pasien


sangat kooperatif yaitu saat ditanya tentang kondisi selalu menjawab dengan
jelas dan ramah sehingga membantu penulis dalam mendapatkan informasi
tentang pasien, respon pasien juga cukup kooperatif. Adanya dokumentasi
keperawatan dan kerjasama penulis dengan perawat ruangan juga
memudahkan penulisan, serta adanya buku-buku dan jurnal-jurnal mengenai
sindromnefrotik. Faktor penghambat dalam melakukan pengkajian pada Ny.W
yaitu kurang lengkapnya data hari pertama perawatan oleh perawat ruangan.
Solusinya penulis melakukan pengkajian keperawatan dengan benar dan
lengkap serta melihat catatan medis dan catatan perawat.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul ada kasus Ny.W yang sesuai dengan teori yaitu
ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan protein sekunder tehadap peningkatan permeabilitas glomerulus,
berbeda dengan etiologi di teori yaitu resistensi sodium dan air, dikasus
diganti karena pada hasil pemeriksaan sodium Ny.W dalam batas normal yaitu
136 mmol/l. diagnosa ini muncul karena saat pengkajian pasien mengatakan
86

badan masih bengkak, pasien mengatakan tidak sesak, keadaan umum lemah,
kesadaran composmentis, tanda-tanda vital: tekanan darah 130/100 mmHg,
frekuensi nadia 108x/menit, suhu 36,2ºC, frekuensi pernafasan 21x/menit,
mukosa bibir kering, warna bibir pucat, tugor kulit elastic, ada edema di
seluruh tubuh (mata, wajah, perut, kaki), pasien tampak pucat, pengisian
kapiler < 3detik, suara nafas versikuler, abdomen tegang/kaku, abdomen
kembung, bising usus 8x/menit, lingkar perut 55cm, pupil isokor, konjungtiva
anemis, berat badan sebelum sakit 55 kg, berat badan saat ini 59 kg kg,
balance cairan + 120 ml per 24 jam, hasil laboratorium: Hemoglobin 10,5 g/dl,
Hematokrit 32 %, Albumin 3,1 g/dl, Globulin 34 g/dl, Ureum 204 mg/dl,
Kreatinin 1,5 mg/dl, Natrium 136 mmol/l, Kalium 4,3 mmol/l, Chlorida 106
mmol/l.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, diagnosa ini dimunculkan karena pasien mengatakan nafsu makan
menurun, mukosa bibir kering, warna bibir pucat, abdomen tengang/kaku,
abdomen kembung, bising usus 8x/menit, lingkar perut 55 cm, makan habis ¼
porsi, berat badan saat ini 59 kg, tinggi badan 155 cm, hasil laboratorium:
Hemoglobin 10,5 g/dl, Albumin 3,1 g/dl

Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi karena pada dasarnya


setiap orang mempunyai dampah hospitalisasi selama masa perawatan
dirumah sakit, karena suasana dirumah sakit yang berbeda dengan dirumah
dan pasientidak dapat beraktivitas seperti biasanya. Pada kasus Ny.W, pasien
mengatakan selama dirawat suka tidur,pasien tampah gelisah, tidak ada
kelainan waktu tidur, kebiasaan pasien menjelang tidur adalah main gadget,
dan kebiasaan yang membuat nyaman saat tidur yaitu harus memeluk
gulingnya, pasien terlihat malas menggerakan tubuhnya, saat pertama kali
didatangi perawat pasien tidak mau menjawab dan melihat perawat saat diajak
bicara.
87

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi karena pasien


menanyakan tentang penyakit anaknya dan mengatakan tidak mengerti tentang
penyakitnya sindrom nefrotik, pasien hanya tau anaknya sakit ginjal, pasien
mengatakan anaknya bengkak karena dipasang infuse saat dirawat di RS Tugu
Ibu, pendidikan terakhir pasien hanya SMP, pasien tampak bingung dan
menggelengkan kepalanya saat ditanya tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, cara pencegahan sindrom nefrotik, dan cara perawatan sindrom
nefrotik.

Diagnosa yang ada dalam teori tetapi tidak muncul dalam kasus yaitu
gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya
sirkulasi diagnosa ini tidak dimunculkan pada kasus karena tidak ada
gangguan integritas kulit pada pasien dan saat dikaji tugor kulit elastic, kulit
terasa hangat serta lembut, pasien ada edema tapi tidak ada kemerahan, tidak
terasa panas dan nyeri, tidak ada penurunan sirkulasi, bunyi nafas versikuler,
dan pasien juga setiap hari memakaikan lotion pada anak sehingga kulit anak
terawat dengan baik. Risiko infeksi berhubungan dengan terapi
immunosppressive dan hilanganya gama globulin, tidak muncul karena tidak
ada tanda-tanda infeksi pada pasien seperti dolor (rasa sakit/nyeri), kalor (rasa
panas), rubor (kemerahan), fungsi laesa (perubahan fungsi jaringan) saat dikaji
walaupun ada tumor (bengkak) tetapi tidak sampai yang menimbulkan infeksi,
hasil tanda-tanda vitalnya tekanan darah 130/100 mmHg, frekuensi nadia
108x/menit, suhu 36,2ºC, frekuensi pernafasan 21x/menit dan hasil
laboratorium leukosit pasin juga masih dalam batas normal, yaitu 10.000/UI
(5000-10.000/UI).

Dalam merumuskan diganosa keperawatan, faktor pendukung penulis yaitu


adanya kerjasama dengan pasien, perawat ruangan, kelengkapan data, serta
tersedianya buku-buku tentang diagnosa keperawatan sehingga memudahkan
88

penulis dalam merumuskan diagnosa keperawatan. Faktor penghambat dalam


menentukan diagnose keperawatan yaitu penulis bingung dan kesulitan untuk
menemukan etiologi. Solusinya adalah penulis melihat data-data secara
lengkap pada pasien kemudian penulis membaca sumber referensi yang ada
untuk disamakan dan didapati diagnosa yang tepat.

4.3 Perencanaan Keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan antara teori dan kasus, yaitu


ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilagan protein sekunder terhadap peningkatan permeabilitas glomerulus.
Penulis menjadikan diagnosa ini utama karena air merupakan bagian terbesar
dari komposisi tubuh manusia dan hampir semua reaksi di dalam tubuh
manusia memerlukan cairan. Fungsi cairan tubuh sangat banyak, antara lain
mengatur suhu tubuh, melancarkan peredaran darah, membuang racun dan sisa
makanan, untuk mengatur stuktur dan dungsi kulit, dalam proses pencernaan
untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke
sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem
pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus akan lebih lancar,
sehingga feses pun keluar dengan lancar, dalam pernafasan karena paru-paru
harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa
karbondioksida keluar tubuh, melindungi dan melumasi gerakan pada sendi
dan otot untuk pemulihan penyakit.

Terdapat rencana tindakan keperawatan yang ada dikasus sesuai dengan di


teori yaitu monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam rasionalnya tanda-tanda vital
merupakan acuhan untuk mengetahui keadaan umum pasien, timbang berat
badan setiap hari untuk mengkaji retensi cairan, kaji perubahan edema: ukur
lingkar perut untuk mengkaji asites, pantau edema sekitar mata rasionalnya
karena merupakan sisi umum edema,monitor infus pasien untuk
mempertahankan masukan, pantau intake dan output cairan untuk menentukan
89

fungsi ginjal, kebutuhan pergantian cairan, dan penurunan resiko kelebihan


cairan, hitung balance cairan untuk mengetahui keseimbangan cairan masuk
dan keluar, berika terapi lasix 1 x 10 ml via IV untuk penghilangan sementara
dari edema, berikan terapi prednisone 3 x 20 mg via oral untuk menurunkan
ekskresi proteinuria, monitor pemeriksaan laboratorium; elektrolit untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi). Sedangkan rencana tindakan yang ada
dikasus tetapi tidak ada di teori ialah monitor keadaan umum karena pada teori
ini termasuk pada monitor tanda-tanda vital dan kurangi masukan cairan
(±600 ml/hari) karena agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah masukan
yang dibutuhkan. Terjadi perbedaan antara teori dan kasus untuk Ny.W di
rencana tindakan kurangi masukan cairan (± 600 ml/hari), karena sesuai
rumus kebutuhan cairan berdasarkan berat badan seharusnya Ny.W dibatasi
minum 336 ml/hari. Caranya yaitu 10 kg berat badan pertama dikalikan 100,
10 kg kedua dikali 50, dan seterusnya dikali 20 sehingga didapatkan
kebutuhan cairan Ny.W yaitu 1680 ml/hari. Cairan infus yang masuk dalam
24 jam yaitu 1304 ml/hari sesuai 14 tetes permenit, sehingga untuk minum
Ny.W membutuhkan 336 ml/hari.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


menjadi prioritas kedua karena menurut teori maslow nutrisi sangat penting.
Fungsi nutrisi sebagai sumber energi, memperbaiki sel-sel yang rusak dan
mempertahankan fungsi organ tubuh. Rencana tindakan keperawatan yang
sesuai dengan teori dan dikasus yaitu timbang berat badan secra berkala bila
memungkinkan rasionalnya dengan menimbang berat badan dapat memantau
peningkatan dan penurunan status gizi, kaji mual dan muntah untuk
menetapkan intervensi selanjutnya, pantau hasil pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin,albumin) rasionalnya untuk meningkatkan efektivitas program
pengobatan, beri terapi ondansentron 3 x 4 mg bia IV (pukul 01.00, 09.00 dan
17.00 WIB) untuk mengurangi mual dan muntah, anjurkan makan dalam porsi
sedikit tapi sering untuk mengurangi rasa bosan sehingga makanan habis,
konsultasi ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi atau diet yang sesuai
90

pertahankan kebersihan mulut rasionalnya yaitu mulut yang bersih


meningkatkan nafsu makan.

Adapun rencana keperawatan yang tidak terdapat pada teori tetapi ada kasus
adalah monitor tanda-tanda vital anak tiap 4 jam rasionalnya tanda-tanda vital
merupakan acuhan untuk mengatahui keadaan umum pasien, kaji adanya
gangguan menelan untuk mengintervensi tergantung pada penyebab masalah,
kaji konjungtiva dan mukosa bibir. rasionalnya untuk mengetahui adanya
tanda-tanda dehidrasi atau kekurangan masukan cairan, auskultrasi bising usus
untuk mengetahui adanya bunyi usus mungkin menurun/ tidak ada bila proses
infeksi berat, beri makan sedikit tapi sering dan makan selagi hangat untuk
mendapatkan peningkatan nafsu makan, beri makan yang disukai untuk
mendorong pasien agar mau makan, beri terapi rantin 2 x 25 mg via IV (pukul
09.00 dan 21.00 WIB) untuk menghambat sekresi lambung.

Faktor pendukung dalam menyusun perencanaan keperawatan bagi penulis


yaitu adanya buku-buku dan jurnal-jurnal terkait rencana tindakan
keperawatan pada pasien dengan sindrom nefrotik dan juga adanya kerjasama
denga perawat ruangan untuk membuat perencanaan yang tepat. Faktor
penghambat penulis mengalami sedikit kesulitan dalam menentukan
perencanaan yang tepat dan yang pasti untuk mencapai kesembuhan pasien.
Pemecahan masalah untuk menentukan perencanaan yang tepat yaitu
bekerjasama dengan perawat ruangan untuk menentukan perencanaan yang
telah dibuat.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan

Dalam tahap pelaksanaan keperawatan ini dilakukan sesuai dengan rencana


tindakan yang telah dibuat sebelumnya dan semua tindakan yang telah
dilakukan pada pasien didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Semua
91

rencana tindakan keperawatan dapat dilakukan oleh penulis tetapi tidak


semua pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan diruangan sesuai
dengan teori.

Pada diagnosa pertama, yaitu ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit


berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan
permeabilitas glomerulus. Semua tindakan dilakukan oleh penulis yaitu
memonitor keadaan umum, memonitor tanda-tanda vital tiap 4 jam,
menimbang berat badan setiap hari, menyarankanpasien untuk mengurangi
masukan cairan , mengkaji perubahan edema: mengukur lingkar perut,
memantau edema sekitar mata, memonitor infus , memantau intake dan
output cairan, menghitung balance cairan, memberikan terapi lasix 1 x 10 ml
via IV, dan memberikan terapi prednisone 3 x 20 mg via oral. Sedangkan
tindakan yang ada dikasus tetapi tidak ada di teori ialah memonitor keadaan
umum karena pada teori ini termasuk pada memonitor tanda-tanda vital dan
mengurangi masukan cairan (± 600 mk/hari) karena agar tidak mendapatkan
lebih dari jumlah masukan yang dibutuhkan. Dan terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus saat memantau hasil laboratorium karena pada kasus Ny.W
pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, hematokrit, globulin, albumin,
elektrolit) hanya dilakukan sekali pada tanggal 4 februari 2018, sehingga saat
penulis memantau hasil laboratorium di hari kedua dan ketiga hasilnya masih
sama dengan hari pertama saat pemeriksaan 4 februari 2018 yaitu
hemoglobin 10,5 g/dl, hematokrit 32 %, albumin 3,1 g/dl, globulin 3,4 g/dl,
ureum 204 mg/dl, kreatinin 1,5 mg/dl, natrium 136 mmol/l, kalium 4,3
mmol/l, chloride 106 mmol/l, protein urine ++.

Pada diagnosa kedua, yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, proteinuria. Tindakan yang dilakukan penulis
ialah mengkaji adanya gangguan menelan, mengkaji adanya anoreksia,
hipoproteinuria, dan diare, memastikan pasien mendapat makanan dengan
diet yang cukup, memberi diit yang sesuai, memeberi makan sedikit tapi
sering, memberi makan selalgi hangat, memberi makan yang disukai pasien,
92

mengkaji mual dan muntah, menimbang berat badan setiap hari, meberi
terapi rantin 2 x 25 mg via IV dan memberi terapi ondansentron 3 x 4 mg via
IV. Adapun tindakan keperawatan yang tidak terdapat di teori tetapi ada
dikasus adalah memonitor tanda-tanda vital tiap 4 jam untuk mengetahui
keadaan umum pasien, mengkaji adanya gangguan menelan untuk
mengintervensi penyebab masalah, mengkaji konjungtiva dan mukosa bibir
untuk mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi atau kekurangan masukan
cairan, mendengarkan bising usus untuk mengetahui adanya bunyi usus
mungkin menurun/tidak, memberi makan sedikit tapi sering dan makan selagi
hangat untuk mendorong pasien untuk mau makan, memberi terapi rantin 2 x
25 mg via IV (pukul 09.00 dan 21.00 WIB) untuk menghambat sekresi asam
lambung. Ada kesenjangan antara teori dan kasus saat memantau hasil
laboratorium karena pada kasus Ny.W pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, albumin) hanya dilakukan sekali pada tangga 4 fenruari 2018,
sehingga saat penulis memantau hasil laboratorium di hari kedua dan ketiga
hasilnya masih sama dengan hari pertama saat pemeriksaan pada tanggal 4
februari 2018 yaitu hemoglobin 10,5 g/dl dan albumin 3,1 g/dl.

Pada diagnosa ketiga, yaitu ansietas berhubungan dengan dampak


hospitalisasi. Tindakan yang dilakukan penulis ialah mengkaji perasaan takut
atau cemas pasien,mengupayakan ada keluarga yang selalu menunggu.
Tindakan dilakukan karena agar pasien tidak cemas selama masa perawatan,
kehilangan kontrol juga terjadi akibat di rawat di rumah sakit karena adanya
pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada
perubahan peran dalam keluarga, pasien kehilangan kelompok sosialnya
karena ia biasa melakukan kegiatan aktivitas atau pergaulan sosial, dan
adanya kelemahan fisik.

Pada diagnosa keempat, yaitu kurang pengetahuan berhubungan dengan


kurangnya informasi. Tindakan yang dilakukan ialah mengkaji tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga, memberikan pendidikan kesehatan sindrom
nefrotik, mengevaluasi tingkat pengetahuan pasien dan keluarga. Penulis
93

memberikan pendidikan kesehatan agar pasien dapat mengerti tentang


penyakit anak sindrom nefrotik meliputi pengertiannya, penyebab, tanda dan
gejala, cara pencegahan sindrom nefrotik, dan cara perawatannya sehingga
pasien juga bisa segera kembali kerumah sakit bila terjadi kekambuhan.

Faktor pendukung bagi penulis dalam melakukan tindakan keperawatan


adalah pasien yang kooperatif dalam mebantu penulis melakukan tindakan
keperawatan dan pasien juga mau melaksanakan semua saran perawat untuk
kesembuhannya. Dan semua rencana tindakan keperawatan dapat dilakukan
oleh penulis tetapi karena penulis tidak berada diruangan selama 24 jam
maka penulis mendelegasikan kepada perawat ruangan dan menciptakan
kerja sama antara penulis dan perawat ruangan. Faktor penghambat lainnya
adalah alat-alat yang kurang memadai, seperti tidak adanya alat meteran
untuk mengukur lingkar perut sehingga penulis membawa alat meteran
sendiri dari rumah.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap
ini penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dari empat diagnosa
yang ada dalam kasus, dua masalah keperawatan sudah teratasi dan dua
lainnya belum teratasi. Masalah keperawatan yang sudah teratasi adalah
ansietas dan kurangnya pengetahuan.

Diagnosa yang lain belum teratasi ialah ketidak seimbangan volume cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap
peningkatan permeabilitas glomerulus, karena pasien mengatakan bengkak
sedikit berkurang, keadaan umum lemah dan kesadaran compos mentis,
tekanan darah 120/90 mmHg, frekuensi nadi 116 x/menit, suhu 36, 7°C,
frekuensi pernafasan 21 x/menit, berat badan 29 kg, mukosa bibir kering,
94

warna pucat, ada edema di mata, dan kaki, lingkar perut 55 cm, balance
cairan + 106,7 ml per shift. Masalah keperawatan belum teratasi dan tindakan
keperawatan dilanjutkan, yaitu memonitor keadaan umum, memonitor tanda-
tanda vital tiap 4 jam, menimbang berat badan setiap hari, menyarankan
pasien untuk mengurangi masukan cairan , mengkaji perubahan edema:
mengukur lingkar perut, memantau edema sekitar mata, memonitor infus
anak, memantau intake dan output cairan, menghitung balance cairan,
memberikan terapi Lasix 1 x 10 ml IV, dan memberikan terapi Prednison 3 x
20 mg via oral. Tindakan keperawatan dilanjutkan karena semua tujuan
rencana keperawatan dan kriteria hasil belum tercapai.

Diagnosa lainnya yang belum teratasi adalah perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Diagnosa ini belum teratasi
karena pasien mengatakan nafsu makannya sudah bertambah, pasien
mengatakan tidak mual dan muntah, berat badan 59 kg, abdomen tegang/
kaku dan kembung, , makan habis ¾ porsi, mukosa bibir kering, lingkar perut
55 cm. Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu mengkaji adanya anoreksia,
memberi diit yang sesuai, memberi makan sedikit tapi sering, memberi
makan selagi hangat, mengkaji mual dan muntah, memberi terapi Rantin 2 x
25 mg via IV, dan memberi terapi Ondancentron 3 x 4 mg via IV. Tindakan
keperawatan dilanjutkan karena sebagian tujuan dari rencana keperawatan
dan kriteria hasil yang telah dibuat belum tercapai.

Diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi


sudah teratasi karena pasien tampak tersenyum kepada perawat saat dilakukan
pengkajian ulang dan pasien tampak tidak cemas. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi, juga sudah teratasi karena pasien
sudah diberikan pendidikan kesehatan tentang sindrom nefrotik, dan pasien
sudah memahaminya. pasien dapat mengatakan sindrom nefrotik bukan
penyakit tapi gejala yaitu protein hilang melalui air kencing, bengkak. pasien
95

menjelaskan penyebab sindrom nefrotik yaitu alergi, infeksi, efek obat.


Keluarga pasien juga menyebutkan 4 dari 7 tanda dan gejala sindrom
nefrotik yaitu bengkak di mata, perut, kaki, nyeri perut, kencing sedikit,
kencing berwarna kemerahan. Keluarga pasien menyebutkan pencegahan
sindrom nefrotik yaitu makan makanan yang bergizi, hindari makan yang
berpengawet seperti ciki, hindari pemakaian obat diluar intruksi dokter, serta
cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.pasien
menjelaskancara perawatan pasien dengan sindrom nefrotik yaitu berikan
antibiotik, berikan istirahat bedrest total, berikan diet tinggi kalori tinggi
protein dan batas penggunaan garam.

Adapun faktor pendukung dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini yaitu


adanya kerjasama antara penulis dengan pasein dan keluarganNy. W yang
selalu memberikan informasi tentang kondisnya dan dari hasil pengkajian
ataupun pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh penulis. Dan juga
kerjasama dengan perawat ruangan yaitu dengan adanya catatan medis dan
catatan medis dan catatan keperawatan yang memudahkan penulis untuk
melakukan proses evaluasi keperawatan.
BAB 5

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menggambarkan kesimpulan dan saran berdasarkan
hasil studi kasus asuhan keperawatan pada Ny. W dengan sindrom nefrotik

5.1 Kesimpulan

Faktor resiko terjadinya sindrom nefrotik pada Ny. W dapat dikumpulkan


karena hipoalbuminemiadan tingkat pendidikan yang rendah. Dan pada
tahap pengkajian yang dilakukan, data yang ada pada teori tetapi tidak
ada pada kasus adalah nyeri abdomen, sedangkan yang tidak ada dalam
teori tetapi ada didalam kasus, yaitu ditemukan mukosa mulut kering dan
pucat. Faktor pendukung saat melakukan pengkajian yaitu respon pasien
sangat kooperatif, adanya dokumentasi keperawatan dan kerjasama
penulis dengan perawat ruangan, serta adanya buku-buku dan jurnal-
jurnal mengenai sindrom nefrotik. Faktor penghambat dalam melakukan
pengkajian pada Ny. W yaitu kurang lengkapnya data hari pertama
perawatan oleh perawat ruangan. Solusinya penulis melakukan
pengkajian keperawatan dengan benar dan lengkap serta melihat catatan
medis dan catatan perawat.

Diagnosa yang ada dalam teori tetapi tidak muncul pada kasus yaitu
gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya
sirkulasi, dan resiko infeksi berhubungan dengan terapi
immunosppressive dan hilangnya gamaglobulin. Dalam merumuskan
diagnosa keperawatan, faktor pendukung penulis yaitu adanya kerjasama
dengan keluarga pasien, perawat ruangan, kelengkapan data, serta
tersedianya buku-buku tentang diagnosa keperawatan. Faktor penghambat

96
97

dalam menentukan diagnosa keperawatan yaitu penulis bingung dan


kesulitan untuk menentukan etiologi. Solusinya adalah melihat data-data
secara lengkap kemudian penulis membaca sumber refrensi yang ada
untuk disamakan dan didapati diagnosa yang tepat.

Pada perencanaan keperawatan prioritas masalah antara teori dengan


kasus terjadi persamaan yaitu ketidakseimbangan volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan kehilangan protein skunder terhadap
peningkatan perneabilitas glomerulus, namun terdapat beberapa
perbedaan dalam pembuatan rencana tindakan keperawatan. Rencana
tindakan yang ada dikasus tetapi tidak ada di teori ialah monitor keadaan
umum dan kurangi masukan cairan agar tidak mendapatkan masukan
cairan yang melebihi kebutuhan. Faktor pendukung dalam menyusun
perencanaan keperawatan yaitu adanya buku-buku dan jurnal-jurnal
terkait rencana tindakan keperawatan dengan sindrom nefrotik. Faktor
penghambatnya penulis mengalami sedikit kesulitan dalam menentukan
perencanaan yang tepat. Pemecahan masalah untuk menentukan
perencanaan yang tepat yaitu bekerjasama dengan perawat ruangan untuk
menentukan perencanaan yang telah dibuat.

Pada pelaksanaan keperawatan, semua rencana tindakan keperawatan


dapat dilakukan oleh penulis tetapi karena penulis tidak berada diruangan
selama 24 jam maka penulis mendelegasikan kepada perawat ruangan dan
menciptakan kerja sama antara penulis dan perawat ruangan. Ada
kesenjangan antara teori dan kasus saat memantau hasil laboratorium
karena pada kasus Ny. W pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan
sekali pada tanggal 4 Februari 2018, sehingga saat penulis memantau
hasil laboratorium di hari kedua dan ketiga hasilnya masih sama dengan
hari pertama. Faktor pendukung bagi penulis dalam melakukan tindakan
keperawatan adalah keluarga yang kooperatif dan mau melaksanakan
98

semua saran perawat untuk kesembuhan pasien. Faktor penghambatnya


adalah alat-alat yang kurang memadai, seperti tidak adanya alat meteran
untuk mengukur lingkar perut sehingga penulis membawa alat meteran
sendiri dari rumah.

Pada evaluasi keperawatan dari tanggal 05-07 Februari 2018 dari empat
diagnosa keperawatan yang terdapat dalam kasus, dua masalah sudah
teratasi dan dua lainnya belum teratasi. Masalah keperawatan yang sudah
teratasi adalah ansietas

dan kurangnya pengetahuan. Sedangkan dua masalah yang belum teratasi


yaitu ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit, dan perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Faktor pendukung dalam
menyelesaikan asuhan keperawatan ini yaitu adanya kerja sama antara
penulis dengan keluarga pasien yang selalu memberikan informasi
tentang kondisipasien dan dari hasil pengkajian atapun pelaksaan
keperawatan yang dilakukan oleh penulis. Dan juga kerjasama dengan
perawat ruangan yaitu dengan adanya catatan medis dan catatan
keperawatan yang memudahkan penulis untuk melakukan proses evaluasi
keperawatan.

5.2 Saran

a. Untuk Mahasiswa

Diharapkan agar mahasiswa bisa lebih mempelajari dan memahami


tentang asuhan keperawatan pada anak dengan sindrom nefrotik dari
mulai pengkajian sampai evaluasi keperwatan khusunya dalam
pengkajian intake output cairan, adanya protein dalam urine (proteinuria),
terjadinya penurunan tingkat albumin dalam darah (hipoalbumin),
terjadinya kolestrol tinggi dalam darah (hiperkolestrolemia), adanya
99

edema di mata, perut, dan kaki serta pada pemberian diit yang sesuai
untuk penderita sindrom nefrotik yaitu diit tinggi protein

b. Untuk Keluarga

Saran yang perlu disampaikan pada keluarga pasien untuk melakukan


perawatan di rumah supaya tidak terjadi penyakit berulang. Untuk pasein
sangat penting mendapatkan istirahat yang cukup, memberikan
lingkungan yang bersih dan nyaman bagi pasien, dan memberikan asupan
makanan bergizi dan cairan yang cukup

c. Untuk Pendidikan Keperawatan

Diharapkan karya tulis ilmiah ini bisa menjadi pedoman, materi


pembelajaran, dan referensi bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan sindrom nefrotik. Dan kepada institusi pendidikan
untuk lebih menambahkan sumber-sumber referensi yang ada
diperpustakaan menjadi terbitan terbaru sehingga penulis maupun peserta
didik lainnya dapat memanfaatkan fasilitas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, H., Tribono, P. P., Tambunan, T., Pardede, S. O., & Hidayati.(2015).
Pengobatan terkini sindrom nefrotik (SN) pada dewasa. Sari Perdatri,
17(2), 155-162.

Asmadi.(2008). Teknik procedural keperawatan: konsep dan aplikasi

kebutuhan dasar klien (e-book). Diambil dari http://books.google.co.id/

Baradero,M., Dayrit, M.W., & Siswadi, Y. (2009). Klien gangguan ginjal: seri

asuhan keperawatan (e-book). Diambil dari http://books.google.co.id/

Bararah, T. & Jauhar, m. (2013). Asuhan keperawatan asuhan lengkap menjadi


perawat professional (1sted). Jakarta: Presentasi Pusakaraya.

Garniasih, D., Djais, J. T. B. & Garna, H. (2008). Hubungan antara kadar

albumin dan kalsium serum nefrotik sindrom. Sari Pediatri, 10(2), 100-
105.

Johnson, J. Y. (2008). Handbook for bruner & suddart’s textbook of medical


surgical nursing (11 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Kementrian Kesehatan RI. (2009). UU tentang kesehatan No. 36 pasal 1 Tahun


2009. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kinasih, R. P. (2014). Nephrotic syndrome in 2 years old child. J Agromed unila,


1(3), 217-221

Mamaseh, R. S., Umboh, A, Gunawan, S. (2016). Hubungan aspek klinis dan


laboratik dengan tipe sindrom nefrotik pada dewasa. Jurnal e-Clinic, 4(1),
349-353.

Manurung, N.(2016). Aplikasi asuhan keperawatan sistem respiratory.


Jakarta:TIM

100
101

Nilawati, GAP.(2012). Profil sindrom nefrotik pada ruang perawatan dewasa


RSUP sanglah Denpasar. Sari pediatri, 14(4), 269-272.

Nugroho, T. (2011). Asuhan keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Pardede, S. O. & Bornando, D. K.(2011). Rituximab: Apakah efektif dalam tat


laksana sindrom nefrotik?.Sari pediatri, 13(4), 285-289.

Pardede, S. O. (2017). Tata laksana non imunosupresan sindrom nefrotik. Sari


Pediatri, 19(1), 53-62.

Prameswari, A. (2014). Analis kesehatan – pemeriksaan SGOT dan SGPT.


Diambil dari https://gietupsquare.wordpress.com/

Prodjosudjadi, W. (2009) buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II (3rded). Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Purnamawati, E., Hilmanto, D., suardi, A. U.(2015). Hubungan kadar albumin


serum dengan eritropoetin serum pada sindrom nefrotik resisten steroid.
Sari pediatri, 16(5). 315-318.

Sarniadi, L. A. (2017). Tes kolestrol dan trigliserida (pemeriksaan profil lipid).


Diambil dari https://hellosehat.com/kesehatan/tes-kesehatan-tes-kolestrol-
dan-trigliserida-pemeriksaan=profil-lipid/

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H.(2008). Brunner &
Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing (11thed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I.., & Marecellus (Ed). (2009). Buku ajar
ilmu penyakit dalam jilid I (5thed). Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam FKUI

Sujawerni, Wiratna. W.(2014). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta:


Gava Media.
102

Suprapto, N & Pardede, S.O. (2014). Kapikta Selekta Kedokteran (4thed).


Jakarta:Media Aesculaplus.

Suryanagara, M., Rachmadi, D., & Setiabiduawan, B. (2014). Hubungan usia,


jenis kelamin, status sosioekonomi keluarga, dan dosis kumulatif
prednisone dengan masalah psikososial pasien sindrom nefrotik idiopatik.
Sari Pediatri, 15(6), 415-419.

Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. A. (Ed). (2014). Kapita selekta
kedokteran (Edisi 4). Jakarta: Medis Aesculapius.

Wati, N. E.(2012). Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gangguan sistem


nefrologi:sindroma nefrotik di Ruang Mina RS PKU Muhammadiyah
Surakarta (Skripsi Sarjana). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, Indonesia.

Wigari, R. & Laksami, E. (2011). Alternative terapi insial sindrom nefrotik untuk
menurunkan kejadian relaps. Sari pediatri, 11(6), 415-419

Yuniharizky, G. (2011) hubungan antara pengetahuan keluarga denga perilaku


kesehatan pada pasien sindrom nefrotik. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai