Anda di halaman 1dari 25

2

Manajemen Keselamatan pada Pasien dengan Infeksi Saluran


Kemih (ISK)

Disusun oleh :

1. Adella Aisyah P. (1031222155)


2. Annisa Ardhelia P. (1031222160)
3. Batiarsa Galisatriawan (1031222251)
4. Mey Christiany (1030222225)
5. Nadila Ambarsari (1031222194)
6. Neni Ayu Agustine S. (1031222196)
7. Nunik Rahmawati (1031222258)
8. Putri Asmirandah (1031222198)
9. Rafael Dava Junior (1031222201)
10. Rizta Afriliyanti (1031222261)

Dosen Pembimbing :

Feni Amelia Puspitasari, M.kep., Ns.Sp.,Kep,A

YAYASAN HUSADA PRIMA

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI JAKARTA

Jl. Rs. Polri No.5, RT.1/RW.5, Kramat Jati, Kec. Kramat jati, Kota Jakarta
Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13510
3

Tahun Ajaran 2022/2023


4

Manajemen Keselamatan pada Pasien dengan Infeksi Saluran


Kemih (ISK)

Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk


menyelesaikan tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan pada

semester II

Kelompok III

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI

JAKARTA
2022/2023
5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Manajemen Keselamatan

pada Pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)”. Menyadari bahwa


banyak pihak yang terkait dan terlibat dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati tim
penulis ingin menyampaikan terimaksih kepada :

1. Ibu Yuyun Kurniasih, S.Kp,SAP,M.Kep selaku Rektor Akademi Keperawatan


Polri Jakarta.
2. Ibu Feni Amalia, M.Kep., NS.Sp.,Kep,An selaku dosen pembimbing. Terima
kasih atas bimbingan, pengarahan, saran dan nasehatnya.
3. Segenap dosen keperawatan Akper Polri Jakarta.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam memberikan dorongan moril yang
tidak dapat menyebutkan satu persatu.

Atas bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan banyak terimakasih,


semoga mendapatkan ridho dan balasan dari Allah SWT dan semoga karya
sederhana ini dapat bermanfaat.

Kramat Jati, 29 Mei 2023

Tim Penulis
6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................4
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................6
1.1. Latar Belakang..........................................................................................6
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................7
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................7
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................2
2.1 Konsep Infeksi Nosokomial......................................................................2
2.2 Konsep Infeksi Saluran Kemih.......................................................................3
2.1.1 Jenis Infeksi Saluran Kemih................................................................3
2.1.2 Gejala dan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih.....................................3
2.1.3 Pengobatan dan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih............................4
2.3 Penatalaksanaan Medis Infeksi Saluran Kencing...........................................4
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK).........................5
2.4.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................................5
2.4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................6
2.4.3 Perencanaan Keperawatan.......................................................................6
2.4.4 Pelakasanaan Keperawatan......................................................................7
2.4.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................7
BAB 3 TINJAUAN KASUS..................................................................................9
3.1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................9
3.2. Diagnosis Keperawatan...........................................................................13
3.3. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan...........................13
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................17
7

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi nosokomial atau Healtcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi


yang terjadi pada pasien selama masa perawatan si rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya setalah 48-72 jam, dimana ketika masuknya
mikroorganisme patogen tidak dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial juga
dapat terjadi saat pasien sudah pulang ke rumah dengan menunjukan tanda dan
gejala. Infeksi ini juga dapat tertular dari petugas pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Jenis infeksi nosokomial yg paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan
mencakup Ventilator Associated Pneumonia (VAP), Infeksi Aliran Darah (IAD),
Infeksi Saluran Kemih (ISK), dan Infeksi Daerah Operasi (IDO).

Menurut Rowe & Juthani (2013) ISK adalah salah satu infeksi yang paling sering
didiagnosis pada anak dan lansia. Angka kejadian ISK adalah 1:100 pertahun.
Insiden ISK meningkat pada anak menurun pada umur dewasa dan meningkat lagi
pada lansia. >10% wanita yang > 65 tahun melaporkan mengalami ISK dalam 12
tahun terakhir. Jumlah ini meningkat hampir 30% pada wanita >80 tahun. Angka
kejadian ISK meningkat pada pasien berumur 40 tahun ke atas dengan puncak
tertinggi yaitu pada kelompok umur 50-59 tahun. Sebagian besar pasien ISK
berjenis kelamin perempuan (Shirby &Soeliongan, 2013). 75% terkait dengan
kateter urin, diagnosa terhadap ISK terkait kateter kateter urin di pasang selama
lebih dari 2 hari dan kateter urin masih terpasang pada hari diagnosis atau sehari
sebelum diagnosis ISK terkait kateter.

Komplikasi yang dapat terjadi jika ISK tidak ditindak lanjuti dapat terjadi
kerusakan ginjal permanen, jika bakteri menyebar hingga ke ginjal, ISK berulang
(kambuh) dalam kurun waktu 6 bulan atau hingga 4 kali dalam setahun, Striktur
uretra atau penyempitan saluran kencing, Kelahiran prematur dan bayi terlahir
dengan berat badan lahir rendah jika ISK dialami oleh wanita hamil, Sepsis yaitu
8

kondisi ketika bakteri penyebab ISK (biasanya yang menyebar hingga ke ginjal)
masuk ke aliran darah dan menyebabkan respons tubuh yang bisa berakibat fatal.

Untuk mengatasi masalah infeksi saluran kemih yaitu dengan memberikan asuhan
keperawatan dengan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
adapun sebagai berikut :

a. Upaya promotif perawat dapat memberikan penyuluhan kepada keluarga


tentang penyakit infeksi saluran kemih agar keluarga bisa mengerti dan
bisa meningkatkan status kesehatan, sehingga pada akhirnya terhindar dari
penyakit tersebut.
b. Upaya preventif yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit infeksi saluran kemih
untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang bagaimana cara
menjaga lingkungan yang sehat dan bersih, aman bagi anak dan keluarga,
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat.
c. Upaya kuratif, perawat berkolaborasi dengan dokter atau petugas
kesehatan lain dalam bentuk rujukan agar klien mendapat pengobatan
sesuai dengan program yang ditentukan. Selain itu memastikan keluarga
mengantarkan anggota keluarga yang sakit untuk berobat kepuskesmas
atau dokter untuk mengetahui kebutuhan klien selama pengobatan.
d. Upaya rehabilitatif, perawat mampu memperkenalkan pada anggota
keluarga cara merawat pasien dengan infeksi saluran kemih dirumah, serta
memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan lingkungan.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien Infeksi Saluran Kemih (ISK)


dengan masalah gangguan eliminasi urin .
9

1.2.2 Tujuan Khusus

A. Mampu memahami konsep infeksi nosokomial


B. Mampu memahami konsep infeksi saluran kemih
C. Mampu memahami rencana penatalaksanaan medis pada pasien infeksi
saluran kemih
D. Mampu memahami asuhan keperawatan infeksi saluran kemih
2

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Infeksi Nosokomial

Infeksi adalah suatu keadaan yang disebebkan oleh mikroorganisme patogen


dengan atau tanpa disertai gejala klinik seperti nyeri, bengkak, kemerahan, panas,
dan sulit mengggerakan di daerah tubuh yang terkena infeksi.

Infeksi nosokomial atau Healtcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi


yang terjadi pada pasien selama masa perawatan si rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya setalah 48-72 jam, dimana ketika masuknya
mikroorganisme patogen tidak dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial juga
dapat terjadi saat pasien sudah pulang ke rumah dengan menunjukan tanda dan
gejala. Infeksi ini juga dapat tertular dari petugas pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6 komponen rantai


penularan dimana rantai tersebut merupakan rangkaian yang harus ada ketika
terjadi infeksi. Apabila satu mata rantai diputus atau dihilangkan maka penularan
infeksi dapar dicegah atau dihentikan. 6 komponen rantai penularan tersebut,
yaitu:

1. Reservoir (sumber infeksi/wadah/tempat)

2. Metode transmisi/penularan)

3. Agen infeksi

4. Portal of entry (pintu masuk)

5. Portal of exit (pintu keluar)

6. Susceptible host (penjamu rentan)

Jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan


kesehatan mencakup :

1.Ventilator Associated Pneumonia (VAP)


3

2.Infeksi Aliran Darah (IAD)

3.Infeksi Saluran Kemih (ISK)

4.Infeksi Daerah Operasi (IDO)

2.2 Konsep Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke dalam sistem
kemih mengalami infeksi. Organ tersebut bisa ginjal, ureter, uretra, atau kandung
kemih. Namun, infeksi saluran kemih umumnya terjadi di uretra dan kandung kemih.

Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan dalam bentuk
urine. Selanjutnya, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter menuju kandung
kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine akan dibuang ke luar tubuh
melalui saluran yang disebut uretra.

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri masuk ke saluran kemih melalui
uretra. Setelah itu, bakteri berkembang biak di dalam kandung kemih. Jika tidak
ditangani, bakteri dapat menyebabkan infeksi sampai ke ginjal.

2.1.1 Jenis Infeksi Saluran Kemih

Berdasarkan bagian yang terinfeksi, infeksi saluran kemih (ISK) terbagi menjadi
dua jenis, yaitu:

 ISK atas, yaitu infeksi yang terjadi pada organ yang terletak sebelum
kandung kemih, yaitu ginjal dan ureter
 ISK bawah, yaitu infeksi di kandung kemih bagian bawah, yaitu kandung
kemih dan uretra

ISK atas lebih berbahaya dan harus segera ditangani. Jika dibiarkan, infeksi di
ginjal dapat menyebar luas ke seluruh tubuh.

2.1.2 Gejala dan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih


4

Infeksi saluran kemih dapat ditandai dengan sakit saat buang air kecil, sering
buang air kecil tapi urine yang keluar sedikit, dan warna urine keruh atau merah
karena adanya darah.

Bila tidak diobati, infeksi yang telah mencapai ginjal dapat menyebabkan
kerusakan ginjal permanen. Bahkan, tidak menutup kemungkinan infeksi akan
menyebar dan menyebabkan respons peradangan di seluruh tubuh.

2.1.3 Pengobatan dan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih

Pengobatan infeksi saluran kemih adalah dengan pemberian antibiotik,


seperti fosfomycin trometamol, nitrofurantoin, dan trimethoprim.

Meski demikian, pemeriksaan akan terlebih dahulu dilakukan oleh dokter agar
jenis antibiotik yang diresepkan sesuai dengan kondisi pasien. Khusus pada pasien
yang bergejala berat, pengobatan harus diberikan di rumah sakit.

Infeksi saluran kemih dapat dicegah dengan banyak minum air, sehingga bakteri
yang mungkin masuk ke saluran kemih akan selalu terbilas bersama urine. Pada
wanita, ISK dapat dicegah dengan menerapkan cara yang benar
saat membersihkan organ intim setelah buang air besar.

2.3 Penatalaksanaan Medis Infeksi Saluran Kencing

Penatalaksanaan infeksi berkaitan dengang pemberian antibiotika, penggunaan


antibiotika yang rasional dibutuhkan untuk mengatasi masalah resistensi kuman.

Pilihan antibiotik untuk terapi sebaiknya dengan panduan pola resistensi kuman
dan uji sensitivitas antibiotik di rumah sakit atau klinik setempat, tolerabilitas obat
dan reaksi negatif, efek ekologi negatif, biaya, dan ketersediaan obat.

Lama pemberian antibiotik tergantung dari obat yang digunakan dan berkisar dari
1-7 hari. Terapi antibiotik jangka pendek dapat dipikirkan untuk terapi sistitis non
komplikata pada kehamilan, Secara umum terapi sistitits pada kehamilan dapat
diberikan penisilin, sefalosporin, fosfomisin, nitrofurantoin (tidak boleh pada
kasus defisiensi G6PD dan pada masa akhir kehamilan), trimethoprim (tidak
5

boleh pada masa awal kehamilan), dan sulfonamide (tidak boleh pada masa akhir
kehamilan).

Terapi sistitis pada pria direkomendasikan paling sedikit selama 7 hari, dengan
pilihan antibiotik TMP-SMX atau fluoroquinolone, dengan catatan ada uji
sensitivitas. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal tidak perlu dosis penyesuaian
sampai dengan GFR < 20 ml/menit, kecuali antibiotik dengan potensi nefrotoksik
seperti, aminoglikosida.

Perawatan dapat berupa :

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

b) Pakaian dalam dari bahan katun

c) Menghindari kopi, alcohol

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

2.4.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan


pengumpulan datan atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada. Pengkajian merupakan tahap awal
proses keperawatan meliputi pengumpulan data yang di peroleh dengan cara
wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta sumber data
yang mendukung yaitu catatan dokter dan catatan keperawatan.

A. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan terakhir, bahasa yang digunakan, pekerjaan, tempat
tinggal, sumber biaya yang di dapat pasien keperawatan dan informasi
yang digunakan untuk pengumpulan data.
B. Riwayat Kesehatan
6

Riwayat kesehatan meliputi waktu kejadian yang menyebabkan infeksi


saluran kemih dan pertolongan yang diberikan saat pasien mengeluh nyeri
saat berkemih.
1) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan pada masa lalu.
2) Riwayat penyakit sekarang
Infeksi saluran kemih.
3) Riwayat Alergi
Meliputi informasi mengenai jenis obat, makanan, minuman,
lingkungan, dan binatang yang harus dihindari agar tidak menimbulkan
dampak alergi.
.
C. Pemerikasaan Fisik
a. Kesadaran dan keadaan umum pasien kesadaran pasien sangat
penting untuk mendapatkan data yang akuran dan sesuai,
kesadaran yang diperlukan untuk bisa berbicara dengan jelas dan
secara sadar adalah ( CM ).
b. Tanda-tanda Vital dan Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital meliputi, Pemeriksaan tekanan
darah, Pemeriksaan suhu tubuh, Pemeriksaan Nadi, Pemeriksaan
pernafasan. Dan Pemeriksaan Fisik dari ujung rambut hingga ujung
kaki menggunakan prinsip infeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan infeksi saluran
kemih adalah sebagai berikut :

1. Infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih


2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

2.4.3 Perencanaan Keperawatan

A. Infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih


7

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam


didapatkan hasil membaik
2. Kriteria hasil : karakteristik urin membaik, perawatan perineal
membaik
3. Rencana tindakan :
1) Hbbbu

B. Infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam


didapatkan hasil membaik
2. Kriteria hasil : karakteristik urin membaik, perawatan perineal
membaik
3. Rencana tindakan :
1) HUHUH

2.4.4 Pelakasanaan Keperawatan

Implementasi / pelaksanaan tindakan keperawatan adalah realisasi rencana


tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan dengan instruksi yang telah teridentifikasi
dalam komponen P ( perencanaan ). Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

2.4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien


(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan
sudah dicapai atau belum. Format yang digunakan dilakukan dalam evaluasi
asuhan keperawatan adalah SOAP.

A. S ( Data Subjektif )
Data berdasarkan keluhan yang diucapkan atau disampaikan oleh pasien
yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
B. O ( Data Objektif )
8

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil


observasi secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
C. A ( Analisis )

Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien yang telah teridentifiksasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.

D. P (Planning)
Perencanaan keperawatan yang akan dihentikan atau dilanjutkan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan.
9

BAB 3
TINJAUAN KASUS

1.2. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien
Nama pasien Ny. S, jenis kelamin perempuan, usia 29 tahun, status
perkawinan sudah menikah, agama Islam, suku bangsa jawa, pendidikan
terakhir D3, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, pekerjaan tidak
bekerja, alamat rumah Lubang Buaya RT 007 RW 008, Jakarta Timur, no
register 012345, dengan diagnosis medis Infeksi Saluran Kemih
2. Resume
Pasien Ny. S masuk ke Ruang Rawat Inap Mahoni 2 pada tanggal 10
Februari 2023 pukul 07.00 WIB setelah operasi cesar. Setalah operasi
pasien terpasang kateter urine, atas perintah dokter kateter hanya terpasang
hingga tanggal 11 Februari 2023. Pada tanggal 12 Februari 2023 pukul
05.00 WIB Pasien mengatakan nyeri saat berkemih dan nyeri terasa dari
perut sampai ke daerah punggung, pasien mengatakan demam serta mual.
Pasien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5-15 menit, skala 7, nyeri
seperti di tusuk-tusuk. Hasil observasi pasien yaitu Glasgow Coma Scale
(GCS) E:4, M:6, V:5 kesadaran compos mentis, keadaan umum pasien
sedang, tanda-tanda vital TD : 130/90 mmHg, N : 88 x/menit, S : 37,5° C,
RR : 22 x/menit. Tubuh pasien teraba hangat dan pasien tampak meringis.

Masalah keperawatan yang muncul yaitu, infeksi saluran kemih dan nyeri
akut.

Tindakan keperawatan yang telah diberikan secara mandiri yaitu


memonitor keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital.

Evaluasi keperawatan, masalah keperawatan infeksi saluran kemih belum


teratasi dan nyeri akut belum teratasi.
10

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri saat berkemih, nyeri dirasakan di daerah
perut sampai kepunggung, pasien mengatakan demam, serta mual, Hasil
TTV : TD : 130/90 mmHg, N : 88 x/menit, S : 37,0° C , RR : 22
x/menit, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul selama 5-15 menit seperti
ditusuk-tusuk. Faktor pencetus adalah adanya bakteri di saluran kemih
b. Riwayat Alergi (Obat, makanan, lingkungan, dan binatang)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan,
lingkungan, dan Binatang.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan pada masa lalu.
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sedang,
kesadaran compos mentis. Tekanan darah: 130/90 mmHg, frekuensi
nadi: 88x/menit, frekuensi pernapasan: 22 x/menit, Suhu : 37,5° C,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil
isokor (sama besar), otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi
penglihatan baik, reaksi terhadap cahaya normal.
c. Sistem Pendengaran
Keadaan daun telinga normal, tidak terdapat serumen, dengan
karakteristik lunak tidak berbau, kondisi telinga tengah normal, tidak
ada cairan telinga, tidak ada perasaan penuh ditelinga, tidak ada tinitus,
fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan, pasien
tidak memakai alat bantu pendengaran.
d. Sistem Wicara
Tidak mengalami gangguan sistem wicara dan pasien dapat
berkomunikasi dengan baik.
11

e. Sistem Pernapasan
Jalan napas ada sumbatan, pasien sesak, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, frekuensi pernapasan 22x/menit, irama teratur, jenis
pernapasan spontan, kedalaman pernapasan dangkal, ekspansi dada.
f. Sistem Kardiovaskular
frekuensi nadi : 88 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, tekanan
darah : 130/90 mmHg, temperature kulit hangat, CRT < 3 detik,
terdapat edema dibeberapa bagian tubuh, pasien mengalami sesak
napas.
g. Sistem Saraf Pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala. Tingkat kesadaran compos mentis,
dengan GCS 15 ( E : 4, M : 6, V : 5 ), pemeriksaan refleks fisiologis
normal.
5. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan adalah Paracetamol 500 mg 3x1 sesudah makan dan
Amoxicilin 500 mg 2x1 sesudah makan
6. Data Fokus
a. Data Subjektif :
Pasien mengatakan nyeri saat berkemih dan nyeri terasa dari perut
sampai ke daerah punggung, pasien mengatakan demam serta mual.
Pasien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5-15 menit, skala 7,
nyeri seperti di tusuk-tusuk.
b. Data Objektif :
Kesadaran compos mentis, keadaan umum pasien sedang, tanda-tanda
vital TD : 130/90 mmHg, N : 88 x/menit, S : 37,5° C, RR : 22 x/menit.
Tubuh pasien teraba hangat dan pasien tampak meringis.
12

7. Analisa Data

Tabel 3.1 Analisa Data pasien Ny. S

Data Fokus Masalah Etiologi


DS :
Pasien mengatakan
merasa mual.
Pasien menyatakan
merasa demam.

DO :
Tubuh pasien teraba Infeksi Adanya Bakteri
hangat.
Hasil TTV :
TD : 130/90 mmHg
RR : 22x/Menit
S : 37,5 C
N : 88x/Menit
DS :
Pasien mengatakan nyeri
saat berkemih.dari perut
hingga ke punggung
Pasien mengatakan
mual.

DO : Nyeri Akut Agen Pencedera


Tubuh pasien teraba Fisiologis
hangat.
Hasil TTV :
TD : 130/90 mmHg
RR : 22x/Menit
13

S : 37,5 C
N : 88x/Menit
Skala Nyeri : 7

1.3. Diagnosis Keperawatan

1. Infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih


2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

1.4. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan

B. Infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih

Data Subjektif : Pasien merasa demam disertai mual.

Data Objektif :Tubuh pasien teraba hangat.,tanda-tanda vital; TD : 130/90 mmHg,


RR : 22x/Menit, S : 37,5 C, N : 88x/Menit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam didapatkan hasil


membaik

Kriteria hasil : karakteristik urin membaik, perawatan perineal membaik

Rencana tindakan :

1)

Pelaksanaan Keperawatan

Hari Rabu, 12 Februari 2023

Pukul 07.00 WIB Mengkaji dan memonitor TTV pasien, Hasil TTV; TD : 130/90
mmHg, N : 88 x/menit, Rr : 22 x/menit, S : 37,0° C, pukul 07.15 mencatat
karakteristik urine,Hasil : urine bewarna kuning jernih, tidak berbau khas, pukul
07.20 memberikan perawatan perineal, Hasil : menjaga kebersihan dan
menghindari bakteri,
14

Hari kamis, 13 Februari 2023

Pukul 07.00 WIB Mengkaji dan memonitor TTV pasien, Hasil TTV; TD : 130/90
mmHg, N : 88 x/menit, Rr : 22 x/menit, S : 36,5° C, pukul 07.15 mencatat
karakteristik urine,Hasil : urine bewarna kuning jernih, tidak berbau khas, pukul
07.20 memberikan perawatan perineal, Hasil : menjaga kebersihan dan
menghindari bakteri,

Evaluasi Keperawatan

Hari Rabu, 12 Februari 2023

S : Pasien mengatakakan merasa mual dan demam

O : Tubuh pasien tampak teraba hangat

Hasil TTV :

 TD : 130/90 mmHg
 N : 88 x/menit
 Rr : 22 x/menit
 S : 37,5° C

A : Pada diagnosa infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih, masalah belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Hari Kamis, 13 Februari 2023

S : Pasien mengatakan sudah tidak mual

Pasien mengatakan demam mulai turun

O : Pasien tampak bugar


15

Hasil TTV :

 TD : 130/90 mmHg
 N : 88 x/menit
 Rr : 22 x/menit
 S : 36,5° C

A : Pada diagnosa infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih, masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi dilanjutkan, pasien diperbolehkan pulang, pengobatan rawat jalan.

C. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

Data Subjektif : Pasien mengatakan nyeri saat berkemih.dari perut hingga ke


punggung, pasien mengatakan mual

Data Objektif :Tubuh pasien teraba hangat.,tanda-tanda vital; TD : 130/90 mmHg,


RR : 22x/Menit, S : 37,5 C, N : 88x/Menit, skala nyeri 7.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam didapatkan hasil


nyeri membaik,

Kriteria hasil : nyeri menurun

Rencana tindakan :

1)

Pelaksanaan Keperawatan

Hari Rabu, 12 Februari 2023

Pukul 07.00 WIB Mengkaji Skala nyeri, Hasil: skala nyeri : 7, pukul 07.15
emberikan teknik relaksasi, Hasil : rasa nyeri berkurang , pukul 07.30 ,
berkolaborasi dalam pemberian analgetik Paracetamol 500 mg 3x1 sesudah makan
dan Amoxicilin 500 mg 2x1 sesudah makan , Hasil : nyeri teratasi
16

Hari kamis, 13 Februari 2023

Pukul 07.00 WIB Mengkaji Skala nyeri, Hasil: skala nyeri : 3, pukul 07.15
memberikan teknik relaksasi, Hasil : rasa nyeri berkurang , pukul 07.30 ,
berkolaborasi dalam pemberian analgetik Paracetamol 500 mg 3x1 sesudah makan
dan Amoxicilin 500 mg 2x1 sesudah makan , Hasil : nyeri teratasi

Evaluasi Keperawatan

Hari Rabu, 12 Februari 2023

S : Pasien mengatakan nyeri dan merasa mual

O : Pasien tampak meringis nyeri dengan skala nyeri : 7

A : Pada diagnosa nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, masalah belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Hari kamis, 13 Februari 2023

S : Pasien mengatakan nyeri mulai menghilang, pasien mengatakan tidak mual

O : Pasien tampak bugar dengan skala nyeri : 3

A : Pada diagnosa nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi dilanjutkan, pasien diperbolehkan pulang, pengobatan rawat jalan


17

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Intervensi yang disusun penulis dalam makalah ini bisa menjadi suatu
pedoman yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga sehingga
dapat mampu mengidentifikasi nyeri dan melakukan terapi napas dalam
secara mandiri dan menggunakan terapi relaksasi.

2. Bagi Perawat
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dirumah sakit dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan mutu
layanan rumah sakit yang lebih baik, khususnya pada pasien Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dengan masalah Gangguan Rasa Nyaman.

3. Bagi rumah sakit


Rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
fasilitas kesehatan secara optimal pada para tenaga medis dan juga pasien,
sehingga diharapkan proses perawatan dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan standar operasional prosedur yang sudah ada.

4. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi dalam memberikan
pendidikan kepada mahasiswa mengenai asuhan keperawatan pada pasien
Infeksi Saluran Kemih dengan Gangguan Rasa Nyaman.
18

Daftar Pustaka

Alfi Hidayatus Sholihah. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian.


PPNI. (2018). Standar diagnosis keperawatan Indonesia : Definisi dan indikator
diagnostik (Edisi pertama). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan
keperawatan (Edisi pertama). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria hasil
(Edisi pertama). Jakarta: DPP PPNI.
Rowe, T. A., & Juthani-Mehta, M. (2013). Urinary tract infection in older adults.
Aging Health, 9(5), 519–528. https://doi.org/10.2217/ahe.13.38
Shirby A. CH. Sumolang, dkk (2013). Pola Bakteri Pada Penderita Infeksi
Saluran Kemih Di Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Jurnal e-
Biomedik (eBM), Volume 1 No.1 Hal 597-60.

Anda mungkin juga menyukai