Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
Jl. Rs. Polri No.5, RT.1/RW.5, Kramat Jati, Kec. Kramat jati, Kota Jakarta
Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13510
3
semester II
Kelompok III
JAKARTA
2022/2023
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Manajemen Keselamatan
Tim Penulis
6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................4
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................6
1.1. Latar Belakang..........................................................................................6
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................7
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................7
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................2
2.1 Konsep Infeksi Nosokomial......................................................................2
2.2 Konsep Infeksi Saluran Kemih.......................................................................3
2.1.1 Jenis Infeksi Saluran Kemih................................................................3
2.1.2 Gejala dan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih.....................................3
2.1.3 Pengobatan dan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih............................4
2.3 Penatalaksanaan Medis Infeksi Saluran Kencing...........................................4
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK).........................5
2.4.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................................5
2.4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................6
2.4.3 Perencanaan Keperawatan.......................................................................6
2.4.4 Pelakasanaan Keperawatan......................................................................7
2.4.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................7
BAB 3 TINJAUAN KASUS..................................................................................9
3.1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................9
3.2. Diagnosis Keperawatan...........................................................................13
3.3. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan...........................13
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................17
7
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Rowe & Juthani (2013) ISK adalah salah satu infeksi yang paling sering
didiagnosis pada anak dan lansia. Angka kejadian ISK adalah 1:100 pertahun.
Insiden ISK meningkat pada anak menurun pada umur dewasa dan meningkat lagi
pada lansia. >10% wanita yang > 65 tahun melaporkan mengalami ISK dalam 12
tahun terakhir. Jumlah ini meningkat hampir 30% pada wanita >80 tahun. Angka
kejadian ISK meningkat pada pasien berumur 40 tahun ke atas dengan puncak
tertinggi yaitu pada kelompok umur 50-59 tahun. Sebagian besar pasien ISK
berjenis kelamin perempuan (Shirby &Soeliongan, 2013). 75% terkait dengan
kateter urin, diagnosa terhadap ISK terkait kateter kateter urin di pasang selama
lebih dari 2 hari dan kateter urin masih terpasang pada hari diagnosis atau sehari
sebelum diagnosis ISK terkait kateter.
Komplikasi yang dapat terjadi jika ISK tidak ditindak lanjuti dapat terjadi
kerusakan ginjal permanen, jika bakteri menyebar hingga ke ginjal, ISK berulang
(kambuh) dalam kurun waktu 6 bulan atau hingga 4 kali dalam setahun, Striktur
uretra atau penyempitan saluran kencing, Kelahiran prematur dan bayi terlahir
dengan berat badan lahir rendah jika ISK dialami oleh wanita hamil, Sepsis yaitu
8
kondisi ketika bakteri penyebab ISK (biasanya yang menyebar hingga ke ginjal)
masuk ke aliran darah dan menyebabkan respons tubuh yang bisa berakibat fatal.
Untuk mengatasi masalah infeksi saluran kemih yaitu dengan memberikan asuhan
keperawatan dengan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
adapun sebagai berikut :
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2. Metode transmisi/penularan)
3. Agen infeksi
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke dalam sistem
kemih mengalami infeksi. Organ tersebut bisa ginjal, ureter, uretra, atau kandung
kemih. Namun, infeksi saluran kemih umumnya terjadi di uretra dan kandung kemih.
Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan dalam bentuk
urine. Selanjutnya, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter menuju kandung
kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine akan dibuang ke luar tubuh
melalui saluran yang disebut uretra.
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri masuk ke saluran kemih melalui
uretra. Setelah itu, bakteri berkembang biak di dalam kandung kemih. Jika tidak
ditangani, bakteri dapat menyebabkan infeksi sampai ke ginjal.
Berdasarkan bagian yang terinfeksi, infeksi saluran kemih (ISK) terbagi menjadi
dua jenis, yaitu:
ISK atas, yaitu infeksi yang terjadi pada organ yang terletak sebelum
kandung kemih, yaitu ginjal dan ureter
ISK bawah, yaitu infeksi di kandung kemih bagian bawah, yaitu kandung
kemih dan uretra
ISK atas lebih berbahaya dan harus segera ditangani. Jika dibiarkan, infeksi di
ginjal dapat menyebar luas ke seluruh tubuh.
Infeksi saluran kemih dapat ditandai dengan sakit saat buang air kecil, sering
buang air kecil tapi urine yang keluar sedikit, dan warna urine keruh atau merah
karena adanya darah.
Bila tidak diobati, infeksi yang telah mencapai ginjal dapat menyebabkan
kerusakan ginjal permanen. Bahkan, tidak menutup kemungkinan infeksi akan
menyebar dan menyebabkan respons peradangan di seluruh tubuh.
Meski demikian, pemeriksaan akan terlebih dahulu dilakukan oleh dokter agar
jenis antibiotik yang diresepkan sesuai dengan kondisi pasien. Khusus pada pasien
yang bergejala berat, pengobatan harus diberikan di rumah sakit.
Infeksi saluran kemih dapat dicegah dengan banyak minum air, sehingga bakteri
yang mungkin masuk ke saluran kemih akan selalu terbilas bersama urine. Pada
wanita, ISK dapat dicegah dengan menerapkan cara yang benar
saat membersihkan organ intim setelah buang air besar.
Pilihan antibiotik untuk terapi sebaiknya dengan panduan pola resistensi kuman
dan uji sensitivitas antibiotik di rumah sakit atau klinik setempat, tolerabilitas obat
dan reaksi negatif, efek ekologi negatif, biaya, dan ketersediaan obat.
Lama pemberian antibiotik tergantung dari obat yang digunakan dan berkisar dari
1-7 hari. Terapi antibiotik jangka pendek dapat dipikirkan untuk terapi sistitis non
komplikata pada kehamilan, Secara umum terapi sistitits pada kehamilan dapat
diberikan penisilin, sefalosporin, fosfomisin, nitrofurantoin (tidak boleh pada
kasus defisiensi G6PD dan pada masa akhir kehamilan), trimethoprim (tidak
5
boleh pada masa awal kehamilan), dan sulfonamide (tidak boleh pada masa akhir
kehamilan).
Terapi sistitis pada pria direkomendasikan paling sedikit selama 7 hari, dengan
pilihan antibiotik TMP-SMX atau fluoroquinolone, dengan catatan ada uji
sensitivitas. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal tidak perlu dosis penyesuaian
sampai dengan GFR < 20 ml/menit, kecuali antibiotik dengan potensi nefrotoksik
seperti, aminoglikosida.
A. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan terakhir, bahasa yang digunakan, pekerjaan, tempat
tinggal, sumber biaya yang di dapat pasien keperawatan dan informasi
yang digunakan untuk pengumpulan data.
B. Riwayat Kesehatan
6
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan infeksi saluran
kemih adalah sebagai berikut :
A. S ( Data Subjektif )
Data berdasarkan keluhan yang diucapkan atau disampaikan oleh pasien
yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
B. O ( Data Objektif )
8
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien yang telah teridentifiksasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.
D. P (Planning)
Perencanaan keperawatan yang akan dihentikan atau dilanjutkan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan.
9
BAB 3
TINJAUAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama pasien Ny. S, jenis kelamin perempuan, usia 29 tahun, status
perkawinan sudah menikah, agama Islam, suku bangsa jawa, pendidikan
terakhir D3, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, pekerjaan tidak
bekerja, alamat rumah Lubang Buaya RT 007 RW 008, Jakarta Timur, no
register 012345, dengan diagnosis medis Infeksi Saluran Kemih
2. Resume
Pasien Ny. S masuk ke Ruang Rawat Inap Mahoni 2 pada tanggal 10
Februari 2023 pukul 07.00 WIB setelah operasi cesar. Setalah operasi
pasien terpasang kateter urine, atas perintah dokter kateter hanya terpasang
hingga tanggal 11 Februari 2023. Pada tanggal 12 Februari 2023 pukul
05.00 WIB Pasien mengatakan nyeri saat berkemih dan nyeri terasa dari
perut sampai ke daerah punggung, pasien mengatakan demam serta mual.
Pasien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5-15 menit, skala 7, nyeri
seperti di tusuk-tusuk. Hasil observasi pasien yaitu Glasgow Coma Scale
(GCS) E:4, M:6, V:5 kesadaran compos mentis, keadaan umum pasien
sedang, tanda-tanda vital TD : 130/90 mmHg, N : 88 x/menit, S : 37,5° C,
RR : 22 x/menit. Tubuh pasien teraba hangat dan pasien tampak meringis.
Masalah keperawatan yang muncul yaitu, infeksi saluran kemih dan nyeri
akut.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri saat berkemih, nyeri dirasakan di daerah
perut sampai kepunggung, pasien mengatakan demam, serta mual, Hasil
TTV : TD : 130/90 mmHg, N : 88 x/menit, S : 37,0° C , RR : 22
x/menit, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul selama 5-15 menit seperti
ditusuk-tusuk. Faktor pencetus adalah adanya bakteri di saluran kemih
b. Riwayat Alergi (Obat, makanan, lingkungan, dan binatang)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan,
lingkungan, dan Binatang.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan pada masa lalu.
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sedang,
kesadaran compos mentis. Tekanan darah: 130/90 mmHg, frekuensi
nadi: 88x/menit, frekuensi pernapasan: 22 x/menit, Suhu : 37,5° C,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil
isokor (sama besar), otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi
penglihatan baik, reaksi terhadap cahaya normal.
c. Sistem Pendengaran
Keadaan daun telinga normal, tidak terdapat serumen, dengan
karakteristik lunak tidak berbau, kondisi telinga tengah normal, tidak
ada cairan telinga, tidak ada perasaan penuh ditelinga, tidak ada tinitus,
fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan, pasien
tidak memakai alat bantu pendengaran.
d. Sistem Wicara
Tidak mengalami gangguan sistem wicara dan pasien dapat
berkomunikasi dengan baik.
11
e. Sistem Pernapasan
Jalan napas ada sumbatan, pasien sesak, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, frekuensi pernapasan 22x/menit, irama teratur, jenis
pernapasan spontan, kedalaman pernapasan dangkal, ekspansi dada.
f. Sistem Kardiovaskular
frekuensi nadi : 88 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, tekanan
darah : 130/90 mmHg, temperature kulit hangat, CRT < 3 detik,
terdapat edema dibeberapa bagian tubuh, pasien mengalami sesak
napas.
g. Sistem Saraf Pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala. Tingkat kesadaran compos mentis,
dengan GCS 15 ( E : 4, M : 6, V : 5 ), pemeriksaan refleks fisiologis
normal.
5. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan adalah Paracetamol 500 mg 3x1 sesudah makan dan
Amoxicilin 500 mg 2x1 sesudah makan
6. Data Fokus
a. Data Subjektif :
Pasien mengatakan nyeri saat berkemih dan nyeri terasa dari perut
sampai ke daerah punggung, pasien mengatakan demam serta mual.
Pasien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5-15 menit, skala 7,
nyeri seperti di tusuk-tusuk.
b. Data Objektif :
Kesadaran compos mentis, keadaan umum pasien sedang, tanda-tanda
vital TD : 130/90 mmHg, N : 88 x/menit, S : 37,5° C, RR : 22 x/menit.
Tubuh pasien teraba hangat dan pasien tampak meringis.
12
7. Analisa Data
DO :
Tubuh pasien teraba Infeksi Adanya Bakteri
hangat.
Hasil TTV :
TD : 130/90 mmHg
RR : 22x/Menit
S : 37,5 C
N : 88x/Menit
DS :
Pasien mengatakan nyeri
saat berkemih.dari perut
hingga ke punggung
Pasien mengatakan
mual.
S : 37,5 C
N : 88x/Menit
Skala Nyeri : 7
Rencana tindakan :
1)
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 07.00 WIB Mengkaji dan memonitor TTV pasien, Hasil TTV; TD : 130/90
mmHg, N : 88 x/menit, Rr : 22 x/menit, S : 37,0° C, pukul 07.15 mencatat
karakteristik urine,Hasil : urine bewarna kuning jernih, tidak berbau khas, pukul
07.20 memberikan perawatan perineal, Hasil : menjaga kebersihan dan
menghindari bakteri,
14
Pukul 07.00 WIB Mengkaji dan memonitor TTV pasien, Hasil TTV; TD : 130/90
mmHg, N : 88 x/menit, Rr : 22 x/menit, S : 36,5° C, pukul 07.15 mencatat
karakteristik urine,Hasil : urine bewarna kuning jernih, tidak berbau khas, pukul
07.20 memberikan perawatan perineal, Hasil : menjaga kebersihan dan
menghindari bakteri,
Evaluasi Keperawatan
Hasil TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 88 x/menit
Rr : 22 x/menit
S : 37,5° C
A : Pada diagnosa infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih, masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Hasil TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 88 x/menit
Rr : 22 x/menit
S : 36,5° C
A : Pada diagnosa infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih, masalah teratasi
sebagian
Rencana tindakan :
1)
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 07.00 WIB Mengkaji Skala nyeri, Hasil: skala nyeri : 7, pukul 07.15
emberikan teknik relaksasi, Hasil : rasa nyeri berkurang , pukul 07.30 ,
berkolaborasi dalam pemberian analgetik Paracetamol 500 mg 3x1 sesudah makan
dan Amoxicilin 500 mg 2x1 sesudah makan , Hasil : nyeri teratasi
16
Pukul 07.00 WIB Mengkaji Skala nyeri, Hasil: skala nyeri : 3, pukul 07.15
memberikan teknik relaksasi, Hasil : rasa nyeri berkurang , pukul 07.30 ,
berkolaborasi dalam pemberian analgetik Paracetamol 500 mg 3x1 sesudah makan
dan Amoxicilin 500 mg 2x1 sesudah makan , Hasil : nyeri teratasi
Evaluasi Keperawatan
A : Pada diagnosa nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
A : Pada diagnosa nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, masalah teratasi
sebagian
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Intervensi yang disusun penulis dalam makalah ini bisa menjadi suatu
pedoman yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga sehingga
dapat mampu mengidentifikasi nyeri dan melakukan terapi napas dalam
secara mandiri dan menggunakan terapi relaksasi.
2. Bagi Perawat
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dirumah sakit dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan mutu
layanan rumah sakit yang lebih baik, khususnya pada pasien Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dengan masalah Gangguan Rasa Nyaman.
Daftar Pustaka