Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DIARE DI PUSKESMAS KAYON PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Cindy Masdy
NIM : 2019.C.11a.1002

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :


Nama : Cindy Masdy
NIM : 2019.C.11a.1002
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
An. A dengan diagnosa medis Diare di Puskesmas
Kayon Palangka Raya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria, S.Kep., Ners Sri Wulandari T, S.Kep., Ners

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku koordinator PPK II yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini .
4. Ibu Hesti Sri Wulandari T, S.Kep., Ners sebagai pembimbing lahan di
Puskesmas Kayon.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 11 Oktober 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi diare............................................................................................................1
2. Anatomi Fisiologi...................................................................................................1
3. Etiologi.......................................................................................................................2
4. Klasifikasi..................................................................................................................3
5. Patofisiologi (WOC)..............................................................................................4
6. Manifestasi Klinis...................................................................................................7
7. Komplikasi................................................................................................................7
8. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................8
9. Penatalaksanaan Medis.........................................................................................9
1.2 Konsep Keperawatan Anak
1. Keperawatan Anak.................................................................................................11
2. Prinsip-Prinsip Keperawatan Anak...................................................................11
3. Peran Perawat dalam Keperawatan Anak........................................................12
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.................................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................16
3. Intervensi...................................................................................................................17
4. Implementasi............................................................................................................24
5. Evaluasi......................................................................................................................24
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................45

4
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. (DEPKES RI, 2011).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya,
dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi
tidak berdarah dalam waktu 24 jam. (Dinkes, 2016).

Gambar 1.1 Mekanisme Diare


2. Anatomi Fisiologi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

5
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
3. Etiologi
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit)
alergi, malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar
penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus
terutama Rotavirus (Permatasari, 2012).
Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9
pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41), Small
bowel structure virus, Cytomegalovirus.
Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC),
Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni

6
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella
(non-thypoid).
Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli,
Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora
cayatanensis.
Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria.
Non Infeksi
Malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imonodefisiensi, obat dan lain-lain.
4. Klasifikasi
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu: Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang
dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak,
disertai lemah dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti
atau berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat
terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat makanan.
Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal
diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare
spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik
adalah diare yang disebabkan oleh makanan (Wijaya, 2010).

7
5. Fatofisiologi (WOC)
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air
dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004).
Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses
terjadinya diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya :
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.

8
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam
usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan
dan elektrolit akan meningkat.
2) Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah
diare.
3) Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian
menyebabkan diare.
4) Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare.

9
WOC Diare

Infeksi Makanan Malabsorsi KH, Lemak,


Protein

Berkembang diusus Toksik tidak dapat diserap

Meningkatkan tekanan osmotik


Hipersekresi air Hiperperistaltik
dan elektrolit

Pergeseran air dan elektrolit ke


Penyerapan makanan diusus
Isi usus usus
menurun

MK. Diare

B1 (Breathing) B2 (Blood) B4 (Bladder)


B5 (Bowel)

Frekuensi BAB
Peningkatan Frekuensi BAB
meningkat Distensi abdomen
permeabilitas kapiler meningkat

Hilang cairan dan


elektrolit berlebihan Hilang cairan dan Mual muntah
Hilang cairan dan elektrolit berlebihan
elektrolit berlebihan
Asidosis metabolik
Nafsu makan menurun
Dehidrasi Dehidrasi
Sesak
MK. Risiko Defisit
10 MK. Risiko
MK. Risiko Nutrisi
MK. Gangguan Ketidakseimbangan
Hipovolemia cairan
pertukaran gas
6. Manifestasi Klinis Diare
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak
menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi
dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut
jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat
badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan
kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014).
7. Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa
hal sebagai berikut.
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal
ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan
muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 %
pada anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan

11
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik
akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis, hipokalemia), gangguan
gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wijayaningsih, 2013:82) adalah :
1) Pemeriksaan tinja.
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. PH dan kadar gula dalam tinja.
c. Bila perlu diadakan uji bakteri.
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan posfat.
Menurut (Sudoyo, 2009:552) Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau
toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan darah
tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar
elektrolit serum, ureum, dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan
Enzym-linkid immunnosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test
serologic amerbiasis, dan foto x-tray abdomen.

12
9. Penatalaksanaan Diare
Penalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik,
seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan
selama beberapahari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa
penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan leukosit
pada fesesnya (Medicinus, 2009).
1) Terapi Farmakologik
a. Antibiotik
Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah, atau
diare dengan disertai penyakit lain (Depkes RI, 2011).
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare
diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh
diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah pada
tinja.
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi maternal.
d) Di daerah endemic kolera.
e) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
b. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol,
aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk
menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi
sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
c. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat
keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya
(Lintas diare, 2011).

13
Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air
dan elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan garam diserap terus
menerus melaui absorbsi aktif natrium yang ditingkatkan oleh glukosa dalam usus
halus. Larutan-larutan pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium,
kalium, glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa diperlukan untuk
meningkatkan absorbsi elektrolit (Wiffen, 2014).
Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang
dalam tubuh yang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam
oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes RI, 2011).

2) Terapi Non Farmakologi Diare


Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan
khusus/imunisasi. Termaksut cara umum antara lain adalah peningkatan higiene
dan sanitasi karena peningkatan higiene dan sanitasi dapat menurunkan insiden
diare, jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah, mengonsumsi air
yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu, mencuci tangan setelah BAB dan
atau setelah bekerja. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, untuk
mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk dehidrasi. Buang air
besar dijamban, Membuang tinja bayi dengan Dengan benar Memberikan
imunisasi campak (Kasaluhe et al, 2015).

14
1.2 Konsep Keperawatan Anak
1. Keperawatan Anak
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus
pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atrumatic
care), dan manajemen kasus. Dalam dunia keperawatan anak, perawat perlu
memahami, menginggat adanya beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan dikarenakan anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu
yang unik (Hidayat, 2005).
2. Prinsip-Prinsip Keperawatan Anak
Menurut Hidayat (2005), ada prinsip atau dasar dalam keperawatan anak
yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi dalam keperawatan
anak. Perawat harus mampu memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang
berbeda dalam penerapan asuhan, diantaranya :
1) Pertama, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
yang berati bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja
sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
2) Kedua, anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang
sesuai dengan tahap perkembangannya, kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan
fisiologis seperti nutrisi, cairan, ativitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain.
Dan kebutuhan psikologis, seperti sosial dan spiritual.
3) Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati orang
yang sakit.
4) Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.
5) Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup dengan menggunakan prosese keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral dan aspek hukum.

15
6) Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk 3 meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7) Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang karena akan mempelajari aspek
kehidupan anak.
3. Peran Perawat dalam Keperawatan Anak
1) Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks.
2) Sebagai Advokat Keluarga
Sebagai client advokat, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
3) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainya. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan
salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik (health educator).
4) Konseling
Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah
difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat
(perubahan pola interaksi).
5) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan

16
keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan
kesehatan.
6) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya.
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang
tua, dan penghasilan.
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali
sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan
cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan
timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik),
makan makanan basi, karena faktor ini merupakan salah satu
kemungkinan penyebab diare.
b) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelumnya, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti
OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis
(Nursalam, 2008).

17
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak
dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Berat badan

3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya cekung.
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak
matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.

18
d) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
1) Jantung
a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi.
2) Paru-paru
Inspeksi :
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi
ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi
berat pernapasannya dalam.
h) Abdomen
1) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
2) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien
diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi
berat kembali > 2 detik.
3) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat.

19
i) Ekstremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal,
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali
< 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2
detik, akral teraba dingin, sianosis.
j) Genetalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan laboratarium
1) Pemeriksaan laboratrium
a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum Biasanya
penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L
b) Pemeriksaan urin
c) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
d) Pemeriksaan pH
2) Pemeriksaan penunjang
Endoskopi, Radiologi dan pemeriksaan lanjutan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul pada anak dengan diare
adalah sebagai berikut:
1) Diare berhubungan dengan infeksi Virus, Parasit, Bakteri,
Mikroorganisme. SDKI, D.0020 Hal. 58
2) Resiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan,
dehidrasi. SDKI, D.0034 Hal.85
3) Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan. SDKI, D.0036 Hal.87
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningkatan kebutuhan metabolisme.
SDKI, D.0019 Hal.56
5) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan
sesak. SDKI, D.0003 Hal.22

20
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Diare berhubungan dengan infeksi - Kontrol pengeluaran feses meningkat Observasi
Virus, Parasit, Bakteri, - Distensi abdomen menurun - Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
Mikroorganisme. - Nyeri abdomen menurun
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
SDKI, D.0020 Hal. 58 - Konsistensi feses membaik infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-
- Frekuensi defekasi membaik obatan, pemberian botol susu)
- Peristaltik usus membaik - Identifikasi riwayat pemberian makanan
SLKI, L.04033 Hal. 23 - Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras,
kepucatan pada bayi)
- Monitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
- Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis.
takikardia, nadi teraba lemah, lekaran turun,
turgor kullit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun)
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal Monitor jumlah pengeluaran dlare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam

gula, oralit, pedialyte, renalyte)


- Pasang Jalur intravena

21
- Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.


loperamide, difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian obat antispasmodic
/spasmolitik (mis. papaverin, ekstak bela
mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis,
atapulgit, smektit, kaclin-pektin)
SIKI, 1.03101. Hal. 164

22
2. Resiko Hipovolemia - Frekuensi nadi membaik Observasi
berhubungan dengan kehilangan - Turgor kulit meningkat
cairan, dehidrasi. - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
- Pengisian vena meningkat
SDKI, D.0034 Hal.85 frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
- Intake caian membaik
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
SLKI, L.03028 Hal. 107
turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat,
haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik

- Hitung kebutuhan cairan


- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi

- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


- Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV Isotonis (mis.
NaCl, RL)

23
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
SIKI, I.03116 Hal. 184

3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan - Dehidrasi menurun Observasi


berhubungan dengan kehilangan - Mata cekung membaik - Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, akral,
cairan. - Turgor kulit membaik
SDKI, D.0036 Hal.87 pengisian kapiler, kekuatan nadi, kelembapan
- Berat badan membaik mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
SLKI, L.08064 Hal. 110 - Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
- Catat intake-output dan hitung balans cairan 24

jam Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan


- Berikan cairan intravena, jika perlu

24
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
SIKI, I.03098 Hal. 159

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan - Porsi makanan yang dihabiskan Observasi


ketidakmampuan mengabsorbsi meningkat - Identifikasi status nutrisi
nutrien, peningkatan kebutuhan - Nyeri abdomen menurun
metabolisme. - Diare menurun - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
SDKI, D.0019 Hal.56 - Identifikasi makanan yang disukai
- Berat badan membaik
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Indeks Masa Tubuh (IMT) membaik
- Identifikasi perlunya penggunaan selang
- Frekuensi makan membaik
nasogastrik
- Nafsu makan membaik
- Monitor asupan makanan
- Bising usus membaik
- Monitor berat badan
SLKI, L.03030 Hal. 121
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.


piramida makanan)

25
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesual Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditolerans
Edukasi
- Anjurkan posial duduk, jika mampu

- Ajarkan diet yang diprogramkan


Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasl sebelum makan

(mis, pereda nyeri, antiemetik), jika perlu


- Kolaborasi dengan ahll gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuh jika
perlu
SIKI, I.03119 Hal. 200

5. Gangguan Pertukaran Gas - Tingkat kesadaran meningkat Observasi


berhubungan dengan sesak. - Pusing menurun - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
SDKI, D.0003 Hal.22 - Gelisah menurun
napas

26
- Pola napas membaik - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
SLKI, L.01003 Hal. 94 hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik

- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi


pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
SIKI, I.01014 Hal. 247

27
28
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang
direncanakan dengan tetap berprinsip pada atraumatic care dan family center care.
Salah satu peran perawat yang penting dalam manajemen diare adalah penyuluhan
atau edukasi kepada keluarga tentang rehidrasi oral untuk menangani diare.
Penelitian tentang tata laksana diare di Indonesia di 18 rumah sakit tentang
gambaran perawatan diare di ruang anak, menunjukkan rehidrasi intravena yang
dilakukan tanpa rehidrasi oral (pemberian oralit) mendapatkan hasil yang kurang
optimal (Sidik et al. 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan berpedoman
pada luaran yang akan dicapai berdasarkan SLKI. Adapun luaran utama yang
diharapkan dalam asuhan keperawatan dengan diare adalah:
1) Kontrol pengeluaran feses meningkat.
2) Konsistensi feses membaik.
3) Frekuensi BAB membaik
4) Peristaltik usus membaik (SLK1, 2018).

29
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATANJalan Beliang No.110 Palangka
Raya Telp/Fax. (0536) 3227707 E-Mail :
stikesekaharap110@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Cindy Masdy


Nim : 2019.C.11a.1002
Tempat Praktek : Puskesmas Kayon
Tanggal & Jam Pengkajian : 2 Oktober 2021

I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama Klien : An. A
TTL : 1 Maret 2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Tambiring Raya I
Diagnosa Medis : Diare
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
TTL :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan :
Alamat : Jl. Tambiring Raya I
Hubungan Keluarga : Ayah

3. Keluhan Utama
Ayah klien mengatakan An. A mengalami mencret 3x/hari.

30
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ayah klien mengatakan An. A mengalami mencret 3x/hari selama 2 hari,
BAB cair ada ampasnya, tidak bercampur darah, demam 2 hari yang lalu.
Pada tanggal, 2 Oktober 2021, An. A dibawa oleh ayahnya ke Puskesmas
Kayon untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan didapatkan S:
36, 8 ºC, R: 28x/menit, N: 90x/menit, BB: 9,5 kg, PB: 83 cm, mukosa
bibir merah, kulit kering.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Ayah klien mengatakan An. A tidak pernah dirawat dirumah sakit, tidak
pernah di operasi dan tidak memiliki alergi makanan dan obat-obatan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada yang
menderita diare sebelumnya dan memiliki riwayat penyakit keturunan
maupun penyakit menular.
d. Susunan Genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :
: Meninggal
: Laki / laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah

II. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan Umum :

31
Klien rewel dan sadar
2. Tanda-Tanda Vital
Nadi : 90 x/mnt
Suhu :36,8˚C
Respirasi : 28 x/mnt
3. Kepala dan Wajah :
Kepala tidak ada kelainan, kulit kepala bersih, tidak ada anemis pada
konjungtiva, hidung bersih tidak ada kelainan, telinga bersih
4. Mulut dan Faring :
Mukosa bibir merah, tidak ada masalah kemampuan menelan
5. Leher dan Tenggorokan : Tidak
ada pembesaran kelenjar
6. Dada :
Bentuk dada simetris, gerakkan dada simetris kanan dan kiri.
7. Abdomen :
Terdapat bising usus 10x/menit
8. Eliminasi :
BAB 3x/hari, cair ada ampasnya, tidak bercampur darah. BAK baru 1
kali pada hari ini.
Masalah keperawatan : Diare dan Risiko Hipovolemia
9. Ekstremitas :
Ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedem, perfusi baik
10. Integumen :
Kulit kering, tugor kembali < 2 detik.
11. Genetalia :
Laki-laki :
Tampak kemerahan daerah anus
Masalah Keperawatan : Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Perempuan : -

III. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Gizi

32
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 2x sehari 3x sehari
Porsi 1 piring makan 1 piring makan
Nafsu makan baik baik
Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, sayur nasi, lauk pauk, sayur
Jenis Minuman air putih air putih
Jumlah minuman 5 gelas/hari 7 gelas/hari
Kebiasaan makan baik baik
Keluhan/masalah tidak ada Tidak ada

2. Kemandirian dalam bergaul :


Dapat berbicara/berkomunikasi baik dengan keluarga
3. Motorik halus :
Kemampuan motorik halus baik dan normal
4. Motorik kasar :
Kemampuan motorik kasar baik dan normal
5. Kognitif dan bahasa :
Kemampuan kognitif dan bahasa cukup baik
6. Psikososial : -
IV. Pola Aktivitas Sehari-hari
No. Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi
a. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
b. Nafsu makan/selera Baik Baik
c. Jenis makanan Nasi, lauk pauk, Nasi, lauk pauk,
sayur sayur
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 3x/hari
Konsistensi Cair ada ampasnya
b. BAK
Frekuensi 1 kali pada hari ini
Konsistensi Berwarna kuning,
bau khas amoniak

33
3. Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 2-3 jam 1-2 jam
b. Malam/ jam 7-8 jam 6-7 jam

4. Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Oral hygiene 1x sehari Setiap kali BAB

V. Data Penunjang
No. Pemeriksaan Hasil Interpretasi

Terapi
No. Terapi Dosis Rute Farmakologis
1. Zink syr 1x1 sendok Oral Pelengkap untuk pengobatan
diare pada anak dibawah 5 tahun,
diberikan bersama larutan oralit.
2. Oralit 5 sachet Setiap mencret Oral Oralit adalah larutan obat untuk
mencegah dehidrasi ketika diare.
3. Parasetamol syr 3x1 sendok Oral Meredakan sakit kepala, nyeri,
dan demam.
4. Stimuno syr 1x1 sendok Oral Meningkatkan daya tahan tubuh
(sistem imun) pada anak.

Palangka Raya, 11 Oktober 2021


Mahasiswa

Cindy Masdy

ANALISA DATA
No DATA KEMUNGKINAN MASALAH

34
PENYEBAB
1. Ds : - Ayah klien Virus, Parasit, Bakteri, Diare

mengatakan An. A Mikroorganisme SDKI, D.0020 Hal.58


mencret 3x/hari,
BAB cair ada
ampasnya, tidak Insfeksi
bercampur darah
Do : Berkembang di usus

- BAB : 3x/hari
- BAK : 1x hari ini
- BB : 9,5 kg Hipersekresi air dan elektrolit
- PB : 83 cm
- S:36,8ºC
- R : 28 x/menit Isi usus berlebihan
- N: 90x/menit
- BU : 10 x/menit
- Turgor : < 2 detik Diare

2. Ds : - Ayah klien Diare Risiko Hipovolemia

mengatakan An. A SDKI, D.0034 Hal.85


mencret 3x/hari
selama 2 hari, Frekuensi BAB meningkat
BAB cair ada
ampasnya, tidak
bercampur darah Hilang cairan dan elektrolit
Do : berlebihan

- BAB : 3x/hari
- BAK : 1x hari ini Dehidrasi
- BB : 9,5 kg
- PB : 83 cm
- S:36,8ºC Risiko Hipovolemia
- R : 28 x/menit
- N: 90x/menit
- BU : 10 x/menit
- Turgor : < 2 detik

3. Ds : - Ayah klien Diare Gangguan intregritas


mengatakan An. A kulit/jaringan
mencret 3x/hari SDKI, D.0129 Hal. 282
selama 2 hari, Frekuensi BAB meningkat
BAB cair ada
ampasnya, tidak
bercampur darah Iritasi kulit
Do :

35
- Tampak
kemerahan Kemerahan pada area anal
pada anus
- BAB : 3x/hari
- BAK : 1x hari ini Gangguan intregritas
- BB : 9,5 kg kulit/jaringan
- PB : 83 cm
- S : 36,8 ºC
- R : 28 x/menit
- N: 90x/menit
- BU : 10 x/menit
- Turgor : < 2 detik

PRIORITAS MASALAH

36
1. Diare berhubungan dengan insfeksi pada usus ditandai dengan BAB
3x/hari.
SDKI, D.0020 Hal.58

2. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit


ditandai dengan BAB 3x/hari selama 2 hari.
SDKI, D.0034 Hal.85

3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan frekuensi BAB


meningkat dan kemerahan pada bagian genetalia.
SDKI, D.0129 Hal. 282

37
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. A


Ruang Rawat : Puskesmas Kayon

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


1. Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi - Bertujuan mengetahui
insfeksi pada usus ditandai keperawatan selama 3x - Identifikasi penyebab diare (mis. penyebab diare klien
dengan BAB 3x/hari. kunjungan, diharapkan diare inflamasi gastrointestinal, iritasi - Untuk mengetahui
SDKI, D.0020 Hal.58 klien dapat teratasi dengan gastrointestinal, proses infeksi, karakteristik tinja
kriteria hasil: malabsorpsi, ansietas, stres, efek - Membantu mengurangi
obat-obatan, pemberian botol diare
- Kontrol pengeluaran feses susu) - Agar nutrisi klien tetap
meningkat - Monitor warna, volume, terpenuhi
- Konsistensi feses membaik frekuensi, dan konsistensi tinja - Agar feses tidak cair
- Frekuensi defekasi membaik Terapeutik
SLKI, L.04033 Hal. 23 - Berikan asupan cairan oral (mis.
larutan garam gula, oralit,
pedialyte, renalyte)
Edukasi

- Anjurkan makanan porsi kecil


dan sering secara bertahap

38
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat

pengeras feses (mis, atapulgit,


smektit, kaclin-pektin)
SIKI, 1.03101. Hal. 164

2. Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Observasi - Untuk mengetahui tanda


berhubungan dengan keperawatan selama 3x - Periksa tanda dan gejala dan gejala hipovolemia
kehilangan cairan dan kunjungan, diharapkan diare hipovolemia (mis. frekuensi nadi - Mengetahui masukan dan
elektrolit ditandai dengan klien dapat teratasi dengan pengeluaran cairan
BAB 3x/hari selama 2 hari. kriteria hasil: meningkat, nadi teraba lemah, - Agar klien tidak dehidrasi
SDKI, D.0034 Hal.85 - Intake caian membaik tekanan darah menurun, tekanan - Mencegah dehidrasi
nadi menyempit, turgor kulit - Cairan resusitasi pada
- Pengisian vena meningkat
menurun, membran mukosa pasien mengalami
SLKI, L.03028 Hal. 107 kering, volume urin menurun, kekurangan cairan
hematokrit meningkat, haus,
lemah)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan

39
cairan oral
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian cairan


koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
SIKI, I.03116 Hal. 184

3. Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi - Mengetahui penyebab


Kulit/Jaringan berhubungan keperawatan selama 3x - Identifikasi penyebab gangguan gangguan integritas kulit
dengan frekuensi BAB kunjungan, diharapkan iritasi - Untuk mengurangi iritasi
meningkat dan kemerahan kulit klien dapat teratasi integritas kulit (mis. perubahan pada kulit
pada bagian genetalia. dengan kriteria hasil: sirkulasi, perubahan status nutrisi, - Mencegah dehidrasi
SDKI, D.0129 Hal. 282 penurunan kelembaban, suhu - Mencegah defisit nutrisi
lingkungan ekstrem, penurunan - Memenuhi kebutuhan
mobilitas) nutrisi
Terapeutik
- Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
Edukasi
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur

40
SIKI, I.11353 Hal. 316

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan dan
Jam Nama Perawat
Sabtu, 2 1. Mengidentifikasi penyebab diare (mis. inflamasi S :
Oktober 2021 gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi, - Ayah klien mengatakan An. A
malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-obatan, pemberian diare cair ada ampasnya dan tidak
botol susu) ada darah
2. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
3. Memberikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, O:
oralit, pedialyte, renalyte) - BAB cair
4. Menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap - Ampas (+)
5. Berkolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis, - Frekuensi 3x/hari
atapulgit, smektit, kaclin-pektin) A : belum teratasi Cindy Masdy

P:

- Memberikan asupan cairan oral


(mis. larutan garam gula, oralit,
- pedialyte, renalyte)
Menganjurkan makanan porsi
- kecil dan sering secara bertahap
Berkolaborasi pemberian obat

41
pengeras feses (mis, atapulgit,
smektit, kaclin-pektin)

Sabtu, 2 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi S:


Oktober 2021 nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah - Ayah klien mengatakan An. A
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, diare cair ada ampasnya dan
membran mukosa kering, volume urin menurun, tidak ada darah
hematokrit meningkat, haus, lemah)
2. Memonitor intake dan output cairan O:
3. Memberikan asupan cairan oral
4. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral - BAB cair
5. Berkolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, - Ampas (+)
Plasmanate) - Frekuensi 3x/hari
A : belum teratasi Cindy Masdy

P:

- Memonitor intake dan output


cairan
- Memberikan asupan cairan oral
- Menganjurkan memperbanyak
- asupan cairan oral
Berkolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
Plasmanate)

Sabtu, 2 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. S:

42
Oktober 2021 perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan - Ayah klien mengatakan An.
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) A diare cair ada ampasnya
dan tidak ada darah
2. Membersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
periode diare O:
3. Menganjurkan minum air yang cukup - Tampak kemerahan pada anal
4. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi - BAB cair
5. Menganjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur - Ampas (+)
- Frekuensi 3x/hari

A : belum teratasi
Cindy Masdy
P:
- Membersihkan perineal dengan
air hangat, terutama selama
periode diare
- Menganjurkan minum air yang
cukup
- Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur

43
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Diare


Sub Pokok bahasan : Pencegahan Penyakit Diare
Sasaran : Tn. E
Tempat : Puskesmas Kayon Palangka Raya

A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 20 menit diharapkan
pengunjung memahami tentang penyakit diare.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini, bapak dapat :
a. Menjelaskan pengertian diare.
b. Menjelaskan penyebab diare.
c. Menjelaskan tanda dan gejala diare.
d. Menyebutkan tindakan bila anak diare.
e. Menyebutkan cara mencegah terjadinya diare.
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Tanda dan gejala diare
4. Cara penanganan diare
5. Cara mencegah diare
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Alat/Media
Leaflet

44
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Sasaran
W
a
k
t
u
1. Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 2 2. Mendengarkan dan
mengucapkan salam m memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari e
tujuan penyuluhan n
3. Menyebutkan materi yang i
akan diberikan t
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2. Pelaksanaan : Mendengar,
Menjelaskan tentang : 1
memperhatikan,
1. Pengertian diare 5
memberikan
2. Penyebab diare m
pertanyaan
3. Tanda dan gejala diare e
4. Cara penanganan diare n
5. Cara mencegah diare it
Memberikan kesempatan
bertanya atau feedback kepada
sasaran

3. Penutup : 3
1. Tanya jawab 1. Memberikan
2. Mengucapkan terima m pertanyaan
kasih atas perhatian peserta e 2. Mendengarkan
3. Mengucapkan salam penutup n 3. Menjawab salam

45
t

Lampiran
PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE

1. Pengertian diare
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan jenis tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir.
2. Penyebab diare
Penyebab diare adalah sebagai berikut :
1) Infeksi virus, bakteri, parasit.
2) Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
3) Gangguan penyerapan makanan protein. tidak toleransi terhadap
karbohidrat, lemak atau protein.
4) Sistem kekebalan tubuh menurun.
5) Psikologis: rasa takut dan cemas.
3. Tanda dan gejala diare
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan bentuk tinja cair atau encer, kadang disertai
mual dan muntah.
c. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi yaitu ubun-ubun dan mata cekung.
Kelenturan kulit menurun, merasa haus, bibir kering dan penurunan berat
badan.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya BAB.
e. Frekuensi kencing menurun.
4. Cara penanganan diare
a. Cairan yang keluar harus segera diganti

46
b. Dapat dimulai di rumah dengan minum larutan gula garam, larutan oralit,
tetap minum
c. ASI (bayi) Larutan gula garam dibuat dengan cara air matang sebanyak 5
gelas dicampur dengan 8 sendok teh gula dan ½ sendok teh garam.
d. Istirahat yang cukup.
e. Bila masih diare segera bawa ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
5. Cara pencegahan diare
Cara untuk mencegah diare antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI saja sampai dengan 4-6 bulan.
2. Mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum memasak, mengolah
makanan dan makan, sebelum memberi makan pada anak-anak.
3. BAB pada tempatnya.
4. Jangan makan di sembarang tempat.
5. Menggunakan air matang untuk minum
6. Memperkuat daya tahan tubuh ASI minimal 2 tahun pertama, meningkatkan
status gizi, dan imunisasi.
7. Meletakkan makanan di tempat tertutup.

47
48
49
50
DAFTAR PUSTAKA

Dinar Nur Inten, Andalusia Neneng Permatasari. (2019). Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Eating
Clean.
Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta.

Nurlaila, N., Kep, M., Utami, N. W., Kep, M., & Cahyani, T. (2018). Buku Ajar
Keperawatan Anak. Penerbit LeutikaPrio.

Sulisnadewi, N. L. K., Nurhaeni, N., & Gayatri, D. (2012). Pendidikan kesehatan


keluarga efektif meningkatkan kemampuan ibu dalam merawat anak diare.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 165-170.
Handayani, A. (2021). Tindakan Keperawatan Pada Anak Diare.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

51

Anda mungkin juga menyukai