Disusun Oleh :
Cindy Masdy
NIM : 2019.C.11a.1002
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi diare............................................................................................................1
2. Anatomi Fisiologi...................................................................................................1
3. Etiologi.......................................................................................................................2
4. Klasifikasi..................................................................................................................3
5. Patofisiologi (WOC)..............................................................................................4
6. Manifestasi Klinis...................................................................................................7
7. Komplikasi................................................................................................................7
8. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................8
9. Penatalaksanaan Medis.........................................................................................9
1.2 Konsep Keperawatan Anak
1. Keperawatan Anak.................................................................................................11
2. Prinsip-Prinsip Keperawatan Anak...................................................................11
3. Peran Perawat dalam Keperawatan Anak........................................................12
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.................................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................16
3. Intervensi...................................................................................................................17
4. Implementasi............................................................................................................24
5. Evaluasi......................................................................................................................24
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................45
4
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
5
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
3. Etiologi
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit)
alergi, malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar
penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus
terutama Rotavirus (Permatasari, 2012).
Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9
pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41), Small
bowel structure virus, Cytomegalovirus.
Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC),
Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni
6
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella
(non-thypoid).
Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli,
Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora
cayatanensis.
Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria.
Non Infeksi
Malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imonodefisiensi, obat dan lain-lain.
4. Klasifikasi
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu: Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang
dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak,
disertai lemah dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti
atau berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat
terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat makanan.
Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal
diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare
spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik
adalah diare yang disebabkan oleh makanan (Wijaya, 2010).
7
5. Fatofisiologi (WOC)
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air
dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004).
Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses
terjadinya diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya :
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
8
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam
usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan
dan elektrolit akan meningkat.
2) Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah
diare.
3) Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian
menyebabkan diare.
4) Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare.
9
WOC Diare
MK. Diare
Frekuensi BAB
Peningkatan Frekuensi BAB
meningkat Distensi abdomen
permeabilitas kapiler meningkat
11
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik
akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis, hipokalemia), gangguan
gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wijayaningsih, 2013:82) adalah :
1) Pemeriksaan tinja.
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. PH dan kadar gula dalam tinja.
c. Bila perlu diadakan uji bakteri.
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan posfat.
Menurut (Sudoyo, 2009:552) Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau
toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan darah
tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar
elektrolit serum, ureum, dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan
Enzym-linkid immunnosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test
serologic amerbiasis, dan foto x-tray abdomen.
12
9. Penatalaksanaan Diare
Penalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik,
seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan
selama beberapahari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa
penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan leukosit
pada fesesnya (Medicinus, 2009).
1) Terapi Farmakologik
a. Antibiotik
Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah, atau
diare dengan disertai penyakit lain (Depkes RI, 2011).
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare
diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh
diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah pada
tinja.
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi maternal.
d) Di daerah endemic kolera.
e) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
b. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol,
aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk
menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi
sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
c. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat
keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya
(Lintas diare, 2011).
13
Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air
dan elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan garam diserap terus
menerus melaui absorbsi aktif natrium yang ditingkatkan oleh glukosa dalam usus
halus. Larutan-larutan pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium,
kalium, glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa diperlukan untuk
meningkatkan absorbsi elektrolit (Wiffen, 2014).
Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang
dalam tubuh yang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam
oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes RI, 2011).
14
1.2 Konsep Keperawatan Anak
1. Keperawatan Anak
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus
pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atrumatic
care), dan manajemen kasus. Dalam dunia keperawatan anak, perawat perlu
memahami, menginggat adanya beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan dikarenakan anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu
yang unik (Hidayat, 2005).
2. Prinsip-Prinsip Keperawatan Anak
Menurut Hidayat (2005), ada prinsip atau dasar dalam keperawatan anak
yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi dalam keperawatan
anak. Perawat harus mampu memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang
berbeda dalam penerapan asuhan, diantaranya :
1) Pertama, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
yang berati bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja
sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
2) Kedua, anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang
sesuai dengan tahap perkembangannya, kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan
fisiologis seperti nutrisi, cairan, ativitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain.
Dan kebutuhan psikologis, seperti sosial dan spiritual.
3) Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati orang
yang sakit.
4) Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.
5) Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup dengan menggunakan prosese keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral dan aspek hukum.
15
6) Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk 3 meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7) Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang karena akan mempelajari aspek
kehidupan anak.
3. Peran Perawat dalam Keperawatan Anak
1) Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks.
2) Sebagai Advokat Keluarga
Sebagai client advokat, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
3) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainya. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan
salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik (health educator).
4) Konseling
Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah
difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat
(perubahan pola interaksi).
5) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan
16
keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan
kesehatan.
6) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya.
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang
tua, dan penghasilan.
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali
sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan
cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan
timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik),
makan makanan basi, karena faktor ini merupakan salah satu
kemungkinan penyebab diare.
b) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelumnya, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti
OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis
(Nursalam, 2008).
17
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak
dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Berat badan
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya cekung.
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak
matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
18
d) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
1) Jantung
a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi.
2) Paru-paru
Inspeksi :
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi
ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi
berat pernapasannya dalam.
h) Abdomen
1) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
2) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien
diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi
berat kembali > 2 detik.
3) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat.
19
i) Ekstremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal,
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali
< 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2
detik, akral teraba dingin, sianosis.
j) Genetalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan laboratarium
1) Pemeriksaan laboratrium
a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum Biasanya
penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L
b) Pemeriksaan urin
c) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
d) Pemeriksaan pH
2) Pemeriksaan penunjang
Endoskopi, Radiologi dan pemeriksaan lanjutan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul pada anak dengan diare
adalah sebagai berikut:
1) Diare berhubungan dengan infeksi Virus, Parasit, Bakteri,
Mikroorganisme. SDKI, D.0020 Hal. 58
2) Resiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan,
dehidrasi. SDKI, D.0034 Hal.85
3) Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan. SDKI, D.0036 Hal.87
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningkatan kebutuhan metabolisme.
SDKI, D.0019 Hal.56
5) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan
sesak. SDKI, D.0003 Hal.22
20
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Diare berhubungan dengan infeksi - Kontrol pengeluaran feses meningkat Observasi
Virus, Parasit, Bakteri, - Distensi abdomen menurun - Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
Mikroorganisme. - Nyeri abdomen menurun
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
SDKI, D.0020 Hal. 58 - Konsistensi feses membaik infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-
- Frekuensi defekasi membaik obatan, pemberian botol susu)
- Peristaltik usus membaik - Identifikasi riwayat pemberian makanan
SLKI, L.04033 Hal. 23 - Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras,
kepucatan pada bayi)
- Monitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
- Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis.
takikardia, nadi teraba lemah, lekaran turun,
turgor kullit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun)
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal Monitor jumlah pengeluaran dlare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam
21
- Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
22
2. Resiko Hipovolemia - Frekuensi nadi membaik Observasi
berhubungan dengan kehilangan - Turgor kulit meningkat
cairan, dehidrasi. - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
- Pengisian vena meningkat
SDKI, D.0034 Hal.85 frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
- Intake caian membaik
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
SLKI, L.03028 Hal. 107
turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat,
haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
23
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
SIKI, I.03116 Hal. 184
24
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
SIKI, I.03098 Hal. 159
25
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesual Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditolerans
Edukasi
- Anjurkan posial duduk, jika mampu
26
- Pola napas membaik - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
SLKI, L.01003 Hal. 94 hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
27
28
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang
direncanakan dengan tetap berprinsip pada atraumatic care dan family center care.
Salah satu peran perawat yang penting dalam manajemen diare adalah penyuluhan
atau edukasi kepada keluarga tentang rehidrasi oral untuk menangani diare.
Penelitian tentang tata laksana diare di Indonesia di 18 rumah sakit tentang
gambaran perawatan diare di ruang anak, menunjukkan rehidrasi intravena yang
dilakukan tanpa rehidrasi oral (pemberian oralit) mendapatkan hasil yang kurang
optimal (Sidik et al. 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan berpedoman
pada luaran yang akan dicapai berdasarkan SLKI. Adapun luaran utama yang
diharapkan dalam asuhan keperawatan dengan diare adalah:
1) Kontrol pengeluaran feses meningkat.
2) Konsistensi feses membaik.
3) Frekuensi BAB membaik
4) Peristaltik usus membaik (SLK1, 2018).
29
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATANJalan Beliang No.110 Palangka
Raya Telp/Fax. (0536) 3227707 E-Mail :
stikesekaharap110@yahoo.com
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama Klien : An. A
TTL : 1 Maret 2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Tambiring Raya I
Diagnosa Medis : Diare
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
TTL :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan :
Alamat : Jl. Tambiring Raya I
Hubungan Keluarga : Ayah
3. Keluhan Utama
Ayah klien mengatakan An. A mengalami mencret 3x/hari.
30
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ayah klien mengatakan An. A mengalami mencret 3x/hari selama 2 hari,
BAB cair ada ampasnya, tidak bercampur darah, demam 2 hari yang lalu.
Pada tanggal, 2 Oktober 2021, An. A dibawa oleh ayahnya ke Puskesmas
Kayon untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan didapatkan S:
36, 8 ºC, R: 28x/menit, N: 90x/menit, BB: 9,5 kg, PB: 83 cm, mukosa
bibir merah, kulit kering.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Ayah klien mengatakan An. A tidak pernah dirawat dirumah sakit, tidak
pernah di operasi dan tidak memiliki alergi makanan dan obat-obatan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada yang
menderita diare sebelumnya dan memiliki riwayat penyakit keturunan
maupun penyakit menular.
d. Susunan Genogram 3 (tiga) generasi
Keterangan :
: Meninggal
: Laki / laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
31
Klien rewel dan sadar
2. Tanda-Tanda Vital
Nadi : 90 x/mnt
Suhu :36,8˚C
Respirasi : 28 x/mnt
3. Kepala dan Wajah :
Kepala tidak ada kelainan, kulit kepala bersih, tidak ada anemis pada
konjungtiva, hidung bersih tidak ada kelainan, telinga bersih
4. Mulut dan Faring :
Mukosa bibir merah, tidak ada masalah kemampuan menelan
5. Leher dan Tenggorokan : Tidak
ada pembesaran kelenjar
6. Dada :
Bentuk dada simetris, gerakkan dada simetris kanan dan kiri.
7. Abdomen :
Terdapat bising usus 10x/menit
8. Eliminasi :
BAB 3x/hari, cair ada ampasnya, tidak bercampur darah. BAK baru 1
kali pada hari ini.
Masalah keperawatan : Diare dan Risiko Hipovolemia
9. Ekstremitas :
Ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedem, perfusi baik
10. Integumen :
Kulit kering, tugor kembali < 2 detik.
11. Genetalia :
Laki-laki :
Tampak kemerahan daerah anus
Masalah Keperawatan : Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Perempuan : -
32
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 2x sehari 3x sehari
Porsi 1 piring makan 1 piring makan
Nafsu makan baik baik
Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, sayur nasi, lauk pauk, sayur
Jenis Minuman air putih air putih
Jumlah minuman 5 gelas/hari 7 gelas/hari
Kebiasaan makan baik baik
Keluhan/masalah tidak ada Tidak ada
33
3. Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 2-3 jam 1-2 jam
b. Malam/ jam 7-8 jam 6-7 jam
4. Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Oral hygiene 1x sehari Setiap kali BAB
V. Data Penunjang
No. Pemeriksaan Hasil Interpretasi
Terapi
No. Terapi Dosis Rute Farmakologis
1. Zink syr 1x1 sendok Oral Pelengkap untuk pengobatan
diare pada anak dibawah 5 tahun,
diberikan bersama larutan oralit.
2. Oralit 5 sachet Setiap mencret Oral Oralit adalah larutan obat untuk
mencegah dehidrasi ketika diare.
3. Parasetamol syr 3x1 sendok Oral Meredakan sakit kepala, nyeri,
dan demam.
4. Stimuno syr 1x1 sendok Oral Meningkatkan daya tahan tubuh
(sistem imun) pada anak.
Cindy Masdy
ANALISA DATA
No DATA KEMUNGKINAN MASALAH
34
PENYEBAB
1. Ds : - Ayah klien Virus, Parasit, Bakteri, Diare
- BAB : 3x/hari
- BAK : 1x hari ini
- BB : 9,5 kg Hipersekresi air dan elektrolit
- PB : 83 cm
- S:36,8ºC
- R : 28 x/menit Isi usus berlebihan
- N: 90x/menit
- BU : 10 x/menit
- Turgor : < 2 detik Diare
- BAB : 3x/hari
- BAK : 1x hari ini Dehidrasi
- BB : 9,5 kg
- PB : 83 cm
- S:36,8ºC Risiko Hipovolemia
- R : 28 x/menit
- N: 90x/menit
- BU : 10 x/menit
- Turgor : < 2 detik
35
- Tampak
kemerahan Kemerahan pada area anal
pada anus
- BAB : 3x/hari
- BAK : 1x hari ini Gangguan intregritas
- BB : 9,5 kg kulit/jaringan
- PB : 83 cm
- S : 36,8 ºC
- R : 28 x/menit
- N: 90x/menit
- BU : 10 x/menit
- Turgor : < 2 detik
PRIORITAS MASALAH
36
1. Diare berhubungan dengan insfeksi pada usus ditandai dengan BAB
3x/hari.
SDKI, D.0020 Hal.58
37
RENCANA KEPERAWATAN
38
Kolaborasi
39
cairan oral
Kolaborasi
40
SIKI, I.11353 Hal. 316
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan dan
Jam Nama Perawat
Sabtu, 2 1. Mengidentifikasi penyebab diare (mis. inflamasi S :
Oktober 2021 gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi, - Ayah klien mengatakan An. A
malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-obatan, pemberian diare cair ada ampasnya dan tidak
botol susu) ada darah
2. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
3. Memberikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, O:
oralit, pedialyte, renalyte) - BAB cair
4. Menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap - Ampas (+)
5. Berkolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis, - Frekuensi 3x/hari
atapulgit, smektit, kaclin-pektin) A : belum teratasi Cindy Masdy
P:
41
pengeras feses (mis, atapulgit,
smektit, kaclin-pektin)
P:
42
Oktober 2021 perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan - Ayah klien mengatakan An.
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) A diare cair ada ampasnya
dan tidak ada darah
2. Membersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
periode diare O:
3. Menganjurkan minum air yang cukup - Tampak kemerahan pada anal
4. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi - BAB cair
5. Menganjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur - Ampas (+)
- Frekuensi 3x/hari
A : belum teratasi
Cindy Masdy
P:
- Membersihkan perineal dengan
air hangat, terutama selama
periode diare
- Menganjurkan minum air yang
cukup
- Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
43
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 20 menit diharapkan
pengunjung memahami tentang penyakit diare.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini, bapak dapat :
a. Menjelaskan pengertian diare.
b. Menjelaskan penyebab diare.
c. Menjelaskan tanda dan gejala diare.
d. Menyebutkan tindakan bila anak diare.
e. Menyebutkan cara mencegah terjadinya diare.
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Tanda dan gejala diare
4. Cara penanganan diare
5. Cara mencegah diare
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Alat/Media
Leaflet
44
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Sasaran
W
a
k
t
u
1. Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 2 2. Mendengarkan dan
mengucapkan salam m memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari e
tujuan penyuluhan n
3. Menyebutkan materi yang i
akan diberikan t
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2. Pelaksanaan : Mendengar,
Menjelaskan tentang : 1
memperhatikan,
1. Pengertian diare 5
memberikan
2. Penyebab diare m
pertanyaan
3. Tanda dan gejala diare e
4. Cara penanganan diare n
5. Cara mencegah diare it
Memberikan kesempatan
bertanya atau feedback kepada
sasaran
3. Penutup : 3
1. Tanya jawab 1. Memberikan
2. Mengucapkan terima m pertanyaan
kasih atas perhatian peserta e 2. Mendengarkan
3. Mengucapkan salam penutup n 3. Menjawab salam
45
t
Lampiran
PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE
1. Pengertian diare
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan jenis tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir.
2. Penyebab diare
Penyebab diare adalah sebagai berikut :
1) Infeksi virus, bakteri, parasit.
2) Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
3) Gangguan penyerapan makanan protein. tidak toleransi terhadap
karbohidrat, lemak atau protein.
4) Sistem kekebalan tubuh menurun.
5) Psikologis: rasa takut dan cemas.
3. Tanda dan gejala diare
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan bentuk tinja cair atau encer, kadang disertai
mual dan muntah.
c. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi yaitu ubun-ubun dan mata cekung.
Kelenturan kulit menurun, merasa haus, bibir kering dan penurunan berat
badan.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya BAB.
e. Frekuensi kencing menurun.
4. Cara penanganan diare
a. Cairan yang keluar harus segera diganti
46
b. Dapat dimulai di rumah dengan minum larutan gula garam, larutan oralit,
tetap minum
c. ASI (bayi) Larutan gula garam dibuat dengan cara air matang sebanyak 5
gelas dicampur dengan 8 sendok teh gula dan ½ sendok teh garam.
d. Istirahat yang cukup.
e. Bila masih diare segera bawa ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
5. Cara pencegahan diare
Cara untuk mencegah diare antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI saja sampai dengan 4-6 bulan.
2. Mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum memasak, mengolah
makanan dan makan, sebelum memberi makan pada anak-anak.
3. BAB pada tempatnya.
4. Jangan makan di sembarang tempat.
5. Menggunakan air matang untuk minum
6. Memperkuat daya tahan tubuh ASI minimal 2 tahun pertama, meningkatkan
status gizi, dan imunisasi.
7. Meletakkan makanan di tempat tertutup.
47
48
49
50
DAFTAR PUSTAKA
Dinar Nur Inten, Andalusia Neneng Permatasari. (2019). Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Eating
Clean.
Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta.
Nurlaila, N., Kep, M., Utami, N. W., Kep, M., & Cahyani, T. (2018). Buku Ajar
Keperawatan Anak. Penerbit LeutikaPrio.
51