Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

K DENGAN DIAGNOSA MEDIS DERMATITIS NUMULARIS


DAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN :NYERI
DI RUANG ASTER RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh:

FITRIALIYANI 2018.C.10a.0967

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Ny. K dengan Diagnosa Medis Dermatitis Numularis dan Kebutuhan Dasar
Manusia tentang Rasa Aman dan Nyaman: Nyeri di Ruang Aster Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Fransiska, S. Kep., Ners selaku kepala ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan di ruang Gardenia.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 09 Juni 2020

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Fitrialiyani
NIM : 2018.C.10a.0967
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny. K
dengan Diagnosa Medis Dermatitis Numularis dan
Kebutuhan Dasar Manusia tentang Rasa Aman dan Nyaman
di Ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ika Paskaria , S. Kep., Ners Fransiska, S. Kep., Ners

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit ...............................................................................................5
2.1.1 Definisi ...................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisologi.....................................................................................6
2.1.3 Etiologi....................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................8
2.1.5 Fatosiologi (WOC) .................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis .................................................................................11
2.1.7 Komplikasi ...........................................................................................11
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .........................................................................12
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Rasa Aman dan Nyaman : Nyeri) .......13
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................15
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................15
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................19
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................20
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................22
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................23
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................24
3.1 Pengkajian ...................................................................................................24
3.2 Diagnosa ......................................................................................................36
3.3 Intervensi .....................................................................................................37
3.4 Implementasi ...............................................................................................40

iii
3.5 Evaluasi .......................................................................................................40
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................42
4.1 Kesimpulan .................................................................................................42
4.2 Saran ............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap
pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan
mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Eksim atau Dermatitis adalah istilah
kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi.
Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah
tangan dan kaki. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis, klasifikasi
dermatitis belum ada kesepakan yang pasti. Salah satu jenis dermatitis
berdasarkan bentuk adalah dermatitis nummular nama lainnya adalah ekzem
discoid, ekzem nummular, nummular eczematous dermatitis. Terdapat juga
beberapa klasifikasi lain dermatitis yang berdasarkan lokasi kelainan, penyebab,
usia , faktor konstitusi. Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan
lesi yang menetap dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk
logam, sirkular atau lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah
tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul disertai vesikel yang biasanya mudah
pecah. Dermatitis nummular angka kejadiannya pada usia dewasa lebih sering
pada laki-laki dibandingkan wanita, onsetnya pada usia antara 55 dan 65 tahun.
Penyakit ini jarang pada anak-anak, jarang muncul dibawah usia 1 tahun, hanya
sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis nummular dan frekuensinya
cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur.
Angka kejadian alergi di berbagai dunia dilaporkan meningkat drastis dalam
beberapa tahun terakhir. World Health Organization (WHO), memperkirakan di
dunia terdapat 50 juta manusia menderita asma. BBC melaporkan penderita alergi
di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat
tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi.
Anak usia sekolah lebih dari 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai
asma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit), (Rahimah,dkk, 2014).
Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari

1
peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan
Hidup (AHH). Namun peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya
transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka
kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struktur demografi ini
diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan menurunnya
angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran, (Kemenkes RI,2013).
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia,
namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan
pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga
mengurangi angka kekambuhan. Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala
utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul
sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan
muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan
kemerahan muncul di daerah lain.
Dermatitis numularis ini cenderung kearah kronis dan residif, pengobatan
dan diagnosis yang tepat akan mengarahkan pada perbaikan kondisi penderita
dermatitis itu sendiri. Dengan pengobatan yang tepat maka akan mengurangi
tingkat kekambuhan dari penderita dermatitis numularis, untuk itulah penulis
tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai diagnosis dan pengobatan pada
pasien dengan dermatitis numularis.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. K dengan diagnosa medis
Dermatitis Numularis dan Kebutuhan Dasar Manusia Nyeri di ruangAster RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
pada Ny. K dengan diagnosa medis Dermatitis Numularis dan Kebutuhan Dasar
Manusia Rasa Aman dan Nyaman: Nyeri di ruang Aster RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Dermatitis
Numularis
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Kebutuhan Dasar Manusia (Rasa Aman
dan Nyaman: Nyeri )
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada
pasien Dermatitis Numularis dan Kebutuhan Dasar Manusia Rasa aman
dan Nyaman: Nyeri
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. K di
ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan
Ny. K di ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. K
di ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. K di ruang
Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya..
1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Ny. K di
ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Dermatitis Numularis secara benar dan bisa melakukan keperawatan di
rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Dermatitis Numularis dan Asuhan
Keperawatannya.

3
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Dermatitis Numularis melalui Asuhan Keperawatan yang
dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan
cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).
Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang
(koin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel,
biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dermatritis numularis adalah suatu
peradangan yang berupa lesi yang menetap, ditandai dengan lesi bebentuk uang
logam, berbatas tegas dan biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Anatomi Kulit
Kulit adalah bagian terluar dari tubuh manusia yang berfungsi membatasi
tubuh manusia dengan lingkungan luar dan mencegah masuknya substansi yang
berbahaya misalkan virus ataupun bakteri. (Wolff, 2008)
Kulit dibagi menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
subkutan. Bagian terluar dari kulit adalah epidermis, dimana epidermis tersusun
atas keratinosit aktif yang terlapisi oleh lapisan keratin, stratum corneum.
Sedangkan dermis berada dibawah lapisan epidermis yang tersusun atas liposit
lobul dan protein kolagen berstruktur fibrilar, dermis dibatasi oleh kolagen septae
yang tersusun oleh kumpulan neurovascular. Sedangkan subkutan merupakan
kelanjutan dari dermis terdiri atas jaringan ikat berisi sel-sel lemak. (James, 2011)

5
Pada kulit juga terdapat adneksa kulit yang terdiri dari kelenjar kulit dimana
kelenjar kulit dapat dibagi menjadi dua yaitu glandula sebasea dan glandula
sudorifera (kelenjar keringat). (Shier, 2012)
2.1.2.2 Fisiologi Kulit
Secara anatomi kulit terdapat pada bagian terluar tubuh manusia, hal ini
sangat berhubungan dengan fungsinya sebagai proteksi tubuh terhadap lingkungan
luar. Hal ini dapat terjadi karena terdapat bantalan lemak dan serabut-serabut
jaringan penunjang yang dapat melindungi dari gangguan fisis, contoh tarikan
tekanan atau gesekan. Dengan struktur stratum korneum yang impermeable
terhadap bahan-bahan kimia mampu memberikan perlindungan kepada tubuh dari
gangguan kimia terutama yang bersifat iritan seperti asam, karbol dan alkali kuat.
(Nuraga dkk, 2008).
Fungsi lainnya dari kulit selain untuk proteksi tubuh tapi juga untuk
absorpsi. Pada kulit normal tidak mudah untuk menyerap air, larutan dan benda
padat. Selain itu kulit juga mampu berfungsi sebagai organ ekskresi yaitu
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna ataupun sisa-sisa metabolisme dalam
tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. (Wasitaatmaja, 2011)
2.1.3 Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),
mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
2.1.4 Klasifikasi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.
Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah
tangga, dan sebagainya.

6
2) Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-
bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat
memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna,
nikel, obat obatan, dan sebagainya.
2. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi,
yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik,
asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara
panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi
virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.
3. Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal
yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
4. Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi
ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong.
Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
5. Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan
oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai
bawah.
6. Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung
dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya

7
umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering
berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis)
dengan atau tanpa ulkus.
2.1.5 Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas
pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi
permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah
terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang
masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan
lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan
merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit
atau dermatitis.

8
WOC

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Masuk kedalam
kulit
Terjadi penebalan kulit
dan hiperpigmentasi

hipersensitifitas

Dermatitis

9
v
Blood Brain Bone

Vasolidatasi Pruritus Sebum oleh kelenjar


sebasea
Mengiritasi kulit
Terpajan
Aliran darah ↑ Vasolidatasi
Inflamasi pada kulit

Permeabilitas ↑ Pruritus
Eritema
Pelepasan mediator
Protein plasma dan
eksudat masuk Impuls ke otak MK. Gangguan ↑ Refleks
keruang intestinum citra tubuh

Muncul persepsi
MK. Hipertermi
nyeri

MK. Kerusakan
MK. Resiko
MK. Nyeri integritas kulit
Infeksi

10
2.1.6 Manifestasi Klinis ( Tanda Gejala)
a. Gatal yang kadang sangat hebat disertai nyeri, sehingga dapat
mengganggu
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping
membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa.
sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai numular,
bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungkai bawah, badan lengan
termasuk punggung tangan
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Likenifikasi
2.1.7.2 Fisura
2.1.7.3 Skuama
2.18 Pemeriksaan Penunjang
2.1.8.1 Tes laboratorium
Patch Tes (Tes Tempel). Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap
bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit
punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap
bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
Pada dermatitis numularis IgE cenderung normal.
2.1.8.2 Kultur dan uji resistensi sekret
Untuk melihat mikroorganisme penyebab dan penyerta.
2.1.8.3 Biopsi
Untuk melihat perubahan hispatologi sehingga dapat menentukan tahapan
(akut atau kronis) dari penyakit dermatitis numularis.

11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaa pada dermatitis disusahakan menemukan penyebab atau
faktor yang memprovokasi terjadinya dermatitis. Diantaranya:.
1. Melindungi kulit dari trauma.
Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada
trauma pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi.
2. Emollients
Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan
pada kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous
cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.
2.1.9.1 Pengobatan topikal:
1. Obat Antiinflamasi.
Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi
iritasi kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid,
takrolimus, atau pimekrolimus. Kortikosteroid topikal yang diberikan
contohnya triamcinolone 0,025-0,1%. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya
dilakukan kompres dengan larutan permanganas 1:10.000.
2.1.9.2 Pengobatan Sistemik
1. Antibiotik : Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.
2. Antihistamin oral
Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin
golongan H1, misalnya hidroksisin HCl.
3. Steroid sistemik.
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya
diberikan dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan dosis
oral 40-60 mg selam 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara
perlahan-lahan tapering off. Hanya berguna dalam beberapa minggu,
dermatitis yang belum sembuh sempurna, dapat ditangani dengan
pemberian krim steroid dan emolilients.

12
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.2.1 Definisi Rasa Aman Nyaman
Kenyamanan adalah suatu keadaan telah tepenuhi kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kebutuhan yang
tepenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau
nyeri). Konsep kenyamanan memiliki subyektifitas yang sama dengan nyeri
(Haswita & Sulistyowati, 2017, p. 169).
2.2.2 Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan, unsur utama
yang harus ada untuk disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak nyaman atau rasa
tidak menyenangkan. Tanpa unsur itu tidak dapat dikategorikan sebagai nyeri,
walaupun sebaliknya, semua yang tidak menyenangkan tidak dapat disebut
sebagai nyeri (Ana, 2015, p. 6).
2.2.3 Jenis Nyeri
1. Nyeri akut
Merupakan sensasi yang terjadi secara mendadak, paling sering terjadi
sebagai respon terhadap beberapa jenis trauma. Penyebab umum nyeri
akut adalah trauma akibat kecelakaan, infeksi, dan pembedahan. Nyeri
akut terjadi dalam periode yang singkat, biasanya 6 bulan atau kurang dari
6 bulan, dan biasanya bersifat intermiten (sesekali), tidak konstan. Nyeri
akut berasal dari cara normal sistem saraf memproses trauma pada kulit,
otot, dan organ visceral, istilah lain nyeri akut adalah nyeri nosiseptif.
Penyebab mendasar diidentifikasi dan terapi secara sukses, nyeri akut
menghilang (Rosdahi & Kowalski, 2017, p. 882)
2. Nyeri Alih
Merupakan nyeri yang berasal dari satu bagian tubuh, tetapi dipersepsikan
di bagian tubuh lain. Nyeri alih paling sering berasal dari dalam visera
(organ internal) dan dapat dipersepsikan di kulit, meskipun dapat juga
dipersepsikan dalam area internal yang lain (Rosdahi & Kowalski, 2017,
p. 882).
3. Nyeri Kronis (Juga disebut nyeri neuropatik)
Didefinisikan sebagai ketidaknyamanan yang berlangsung dalam periode
waktu lama (6 bulan atau lebih) dan dapat terjadi seumur hidup. Penyebab
13
nyeri kronis sering kali tidak diketahui. Nyeri kronis sebenarnya dapat
terjadi akibat kesalahan sistem saraf dalam memproses input (asupan)
sensori. Nyeri kronis sering kali berlangsung lebih lamadari perkiraan
periode pemulihan normal untuk nyeri akut (Rosdahi & Kowalski, 2017,
p. 882).
2.2.4 Pengukuran Intensitas Nyeri
1. Skala nyeri menurut Hayward
Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala menurut Hayward
dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan dari
0-10 yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang sangat
ia rasakan. Angka 0 menunjukan bahwa tidak ada nyeri sama sekali, angka 1-3
menunjukan nyeri ringan, angka 4-6 nyeri sedang, angka 7-9 bahwa nyeri
sangat berat, angka 10 nyeri tidak terkontrol (Haswita & Sulistyowati, 2017,
pp. 186-187).
2. Skala Nyeri Menurut Mc Gill
Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala menurut Mc Gill
dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan dari
0-5 yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang sangat
ia rasakan.
0 = Tidak nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = Nyeri sedang
3 = Nyeri berat atau parah
4 = Nyeri sangat berat
5 = Nyeri hebat (Haswita & Sulistyowati, 2017, p. 187).
3. Skala wajah atau wong-baker FACES rating scale
Pengukuran intensitas nyeri di wajah dilakukan dengan cara
memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri tersebut menyerang.  Cara
ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat menyebutkan intensitas nyerinya
dengan skala angka., misalnya anak-anak dan lansia (Haswita & Sulistyowati,
2017, p. 187).
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan

14
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas:
Umur, nama, jenis kelamin, ras/ suku, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir),
gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan
likenifikasi (penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu
obat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala

15
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna
rambut hitam, rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil:
Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada
sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda,
pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar
mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping
hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan
didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung
simetris dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung
(epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa
mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak
terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga,
tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika
diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak
terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran
timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).

16
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh,
tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan,
pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi
napas pasien reguler, pergerakan otot bantu pernafasan
normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran
jantung atau tidak ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien (ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka
( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema,

17
papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan),
skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin;
jamu, antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan,
berapa kali sehari makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal,
rasa terbakar atau perih.

18
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut
2.3.2 Diagnosa Keperawatan

19
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi kulit (D.0077)
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis,
respon menggaruk (D.0129)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik (D.0083)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit
(D.0142)
2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
2.3.3.1 Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi kulit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang atau
teradaptasi
Kriteria hasil :
1) Pasien melaporkan nyeri berkurang
2) Nyeri dapat diadaptasi
3) Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
4) Pasien tidak gelisah dan skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
Intervensi :
1) Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. tentukan apakah nyerinya kronis atau
akut. Selain itu, kaji factor yang dapat mengurangi atau memperberat;
lokasi, durasi, intensitas dan karakteristik nyeri; dan tanda-tanda dan gejala
psikologis.
2) Pengkajian berkelanjutan membantu meyakinkan bahwa penanganan dapat
memenuhi kebutuhan pasien dalam mengurangi nyeri.
3) Berikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri, bergantung pada
gambaran nyeri pasien. pantau adanya reaksi yang tidak diinginkan
terhadap obat. Sekitar 30 sampai 40 menit setelah pemberian obat, minta
pasien untuk menilai kembali nyerinya dengan skala 1 sampai 10.
4) Atur periode istirahat tanpa terganggu
5) Bantu pasien untuk mendapat posisi yang nyaman, dan gunakan bantal
untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila perlu.

20
6) Gunakan terapi topical seperti yang dipreskripsikan.
7) Anjurkan pasien untuk menghindari pemakaian salep atau lotion yang
dibeli tanpa resep dokter.
8) Jaga agar kuku selalu terpangkas.
2.3.3.2 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis,
respon menggaruk
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit
dapat membaik
Kriteria hasil :
1) Pasien menunjukkan tidak adanya kerusakan kulit
2) Pasien menunjukkan turgor kulit yang normal
Intervensi :
1) Inspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga, jelaskan dan
dokumentasikan kondisi kulit dan laporkan perubahan
2) Bantu pasien dalam melakukan tindakan hygiene dan kenyamanan
3) Berikan obat nyeri sesuai program dan pantau keefektifannya
4) Pertahankan lingkungan yang nyaman
5) Peringatkan agar tidak menyentuh luka atau balutan
6) Atur posisi pasien supaya nyaman dan meminimalkan tekanan pada
penonjolan tulang. Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam. Pantau
frekuensi pengubahan posisi pasien dan kondisi kulitnya
7) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang
masalah kulitnya
8) Berikan pengarahan pada pasien dan anggota keluarga atau pasangan
dalam program  perawatan kulit
2.3.3.3 Gangguan citra tubuh berhubungandengan penampakan kulit yang tidak
baik
Tujuan :
Dalam waktu 1x60 menit pasien menerima perubahan citra tubuh
Kriteria hasil :

21
1) Pasien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam
pemgambilan keputusan tentang perawatan
2) Pasien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri
3) Pasien berpartisipasi dalam program rehabilitasi dan konseling
Intervensi :
1) Terima persepsi diri pasien dan berikan jaminan bahwa ia dapat mengatasi
krisis ini
2) Ketika membantu pasien yang sedang melakukan perawatan diri, kaji pola
koping dan tingkat harga dirinya
3) Dorong pasien melakukan perawatan diri
4) Berikan kesempatan kepada pasien untuk menyatakan perasaan tentang
citra tubuhnya dan hospitalisasi
5) Bimbing dan kuatkan focus pasien pada aspek-aspek positif dari
penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
citra tubuhnya
2.3.3.4 Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit
Tujuan :
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit, infeksi dapat
dihindari
Kriteria hasil :
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal
2) Tidak adanya tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1) Observasi TTV
2) Kaji tanda-tanda infeksi ; suhu tubuh, nyeri dan perdarahan
3) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah setiap melakukan kegiatan
perawatan pasien
5) Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
6) Lakukan kolaborasi pemberian antibiotic
2.3.4 Implementasi

22
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap
pelaksanaan dari berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam
tahap implementasi keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami
mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan
kerja sama sangatlah penting untuk dijaga dalam tahap implementasi keperawatan
sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga, maka petugas kesehatan akan
berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya untuk saling bekerjasama
dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi
masalah yang dialami pasien (Prabowo, 2018).
2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan
yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi,
tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini,
tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan
catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional,
seperti :
a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang
disampaikan pasien
b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil
yang ada pada rencana keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesmen

23
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Fitrialiyani

NIM : 2018.C.10a.0967

Ruang Praktek : Aster

Tanggal Praktek : Senin 8 - 13 Juni 2020

Tanggal & Jam Pengkajian : Selasa, 9 Juni 2020 (12.30 WIB)

1.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. K

Umur : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Kasongan

Tgl MRS : 8 – 6 - 2020

Diagnosa Medis : Dermatitis Numuaris

1.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan


1.1.2.1 Keluhan Utama :
Pasien mengatakan gatal pada tangan kanan dan kiri

24
1.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan gatal yang dirasakan sudah semenjak 1 bulan yang
lalu. Awalnya gatal yang dirasakan pasien dimulai dari sela-sela jari
kemudian meluas ke bagian tangan atas. Setelah gatal muncul seperti
gelembung kecil-kecil dan sangat gatal disertai nyeri. Tiap kali pasien
menggaruk area yang gatal maka akan muncul seperti luka baru dan keluar
seperti cairan. Gatal ini biasanya dirasakan muncul secara tiba-tiba, gatal
dirasakan seperti tersengat ular bulu dan sangat gatal yang tidak
tertahankan sehingga apabila gatal muncul pasien akan menggunakan
salep untuk meringankan keluhannya. Pasien juga mengatakan tiap kali
selesai mencuci pakaian pasien merasakan panas ditangannya dan sehabis
itu muncullah perih dan gatal. Karena gatal tidak kunjung sembuh pasien
datang ke RSUD dr. Doris Sylvanus dan diputuskan untuk rawat inap
diruang Aster.
1.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit yang sama
dan tidak mempunyai riwayat operasi. Pasien sebelumnya sudah sempat
berobat ke puskesmas yang berada dekat dengan rumahnya dan diberikan
obat minum dan salep namun pasien tidak mengetahui nama obat yang
diberikan. Pasien setiap kali menggunakan salep yang diberikan dari
puskesmas tersebut merasakan perih namun gatal dapat berkurang. Tapi
beberapa lama kemudian pasien merasakan kembali gatal, pasien
menyatakan obat yang diberikan dari puskesmas hanya menghilangkan
gatalnya untuk sesaat dan keluhan pasien masih menetap.
1.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti
penyakit keturunan., DM, Hivertensi, sroke dan penyakit menular lainnya,
HIV/AIDS, Hepatitis.

25
GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan

: Klien

3.1 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Klien tampak sakit sedang, lemah, kesadaran compos menthis, posisi berbaring
semi fowler dengan badan terlentang.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran pasien compos mentis, ekpresi wajah pasien tampak meringis,
murung, bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara
jelas, suasana hati klien gelisah, penampilan klien kurang rapi, klien mengetahui
waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga
serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, dan mekanisme
pertahanan diri klien adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :

26
Saat pengkajian TTV klien tanggal 09 Juni 2020 pukul 15:00 WIB, suhu tubuh
klien/ S = 36 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 80 x/menit dan pernapasan/
RR = 20 x/menit, tekanan darah TD = 120/80 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak terdapat
nyeri, pasen tampak tidak sesak, type pernapasanan klien tampak menggunakan
dada, irama pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler, tidak ada suara
nafas tambahan.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing
finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada
pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik,
tidak ada terdapat oedema, lingkar perut klien 90 cm, ictus cordis klien tidak
terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien
(S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami kelainan.
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien
merasakan nyeri muka dan tangan kanan, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak
aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan
tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
1. Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.

27
2. Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3. Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
4. Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke
atas dan ke bawah.
5. Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
6. Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
7. Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
8. Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat
dan keluarganya.
9. Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit
dan manis.
10. Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
11. Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
12. Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan
tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala 1, trisep
kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik skala 1,
patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik skla 1,
serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatatan : Tidak ada
3.1.3.7 Eliminasi Uri (bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminasi urin, klien memproduksi urin normal,
klien tidak mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak
oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria,
tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.

28
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada.

3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :


Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien
merah, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada peradangan,
rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 1x/hari warna kuning
dengan konsistensi lunak, tidak diare tidak konstipasi, tidak kembung, dan tidak
ada terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, tidak terdapat nyeri, tidak
ada bengkak, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas,
ukuran otot klien teraba simetris.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosmetik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit normal, turgor kurang, tekstur
halus, tampak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut, tekstur rambut halus,
tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Kerusakan integritas kulit
3.1.3.11 Sistem Penginderaan
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah
a. Telinga / Pendengaran :

29
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak
terdapat transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada
masalah, sekresi tidak ada, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher
klien bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
a. Reproduksi Wanita
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge, srotum normal,
tidak ada hernia. Payudara klien tampak simetris, tidak ada sear, tidak
ada lesi, tidak tampak pembengkakan, dan tidak terdapat nyeri tekan.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
“ Klien ingin segera sembuh dari penyakitnya”
3.4.1.2 Nutrisi dan Metabolisme

Klien tidak ada program diet, klien tidak meras mual, tidak ada
muntah, tidak mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa
haus.
TB : 163 Cm
BB sekarang : 59 Kg
BB Sebelum sakit : 59 Kg
IMT = BB
30
(TB)²
= 59
(163)²
= 22,3 ( normal)
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur :
Pasien mengatakan tidur 8 jam/hari dan pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan pola tidur.
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.4 Kognitif :
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan
ingin cepat beraktivitas seperti biasanya”
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,.
Klien adalah seorang ibu, klien orang yang ramah, klien adalah seorang ibu
rumah tangga”.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit
klien hanya ditempat tidur
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan
kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny. K
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada.

31
3.1.3.8 Nilai-Pola Keyakinan :
Klien mengatakan bahwa sakitnya adalah cobaan dari Allah. Sebagai manusia
biasa klien hanya bisa berusaha dan berdoa.
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada.
3.1.5 Sosial – Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa
Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga
setiap saat selalu memperhatikan dan mendampingi Tn. R selama
diarawat di rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat
berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah anak dan istri/
keluarga
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Pasien mengatakan selalu menghabiskan waktu bersama keluarga
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Pasien mengatakan sekarang ibadah shalat pasien terganggu.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya) : -
3.1.6.1 Hasil Penatalaksanaan Medis
3.1.7.1 Hasil Penatalaksanaan Medis pada tanggal 09 Juni 2020
Tabel 2.2 Hasil Penatalaksanaan Medis pada tanggal 02 Juni 2020
Nama Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Cairan Infus 20tpm Mengembalikan Hipematremia, Reaksi-reaksi
keseimbangan kelainan ginjal, yang mungkin
RL
32
elektrolit pada kerusakan sel hati, terjadi karena
keadaan asidosis laktat. larutannya
dehidrasi dan atau cara
syok pemberiannya
hipovolemik. termasuk
Ringer laktat timbulnya
menjadi kurang panas, infeksi
disukai karena pada tempat
menyebabkan penyuntikan,
hiperkloremia trombosis
dan asidosis vena atau
metabolik, flebitis yang
karena akan meluas dari
menyebabkan tempat
penumpukan penyuntikan,
asam laktat ekstravasasi.
yang tinggi Bila terjadi
akibat reaksi efek
metabolisme samping,
anaerob. pemakaian
harus
dihentikan
dan lakukan
evaluasi
terhadap
penderita.

Palangka Raya, 09 Juni 2020


Mahasiswa

(Fitrialiyani )

33
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASAL AH
PENYEBAB
OBYEKTIF

Data Subjektif :
Pasien mengatakan
nyeri pada area
P : Bertambah ketika
gatal
Q : Nyeri terasa seperti
teriris
R : Didaerah
S : Skala nyeri 6 (skala
sedang) Adanya lesi kulit Nyeri akut
T : berlangsung sekitar
± 15 menit”.
Data Objektif
1. Pasien tampak
meringis
2. Pasien tampak
gelisah
3. TTV :
TD : 120 /80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu: 36 ℃
Data Subjektif : Inflamasi dermatitis Gangguan integritas
1. Pasien mengatakan kulit
gatal pada tangan
kanan dan kiri
2. Pasien mengatakan
menggaruk area
yang gatal
3. Pasien mengatakan
menggunakan salep
Data objektif :
1. Tampak terdapat
adanya lesi
2. Turgor kulit kurang
3. Lesi berbatas tegas
34
Data subjektif :
1. Pasien mengatakan
panas setelah
mencuci pakaian
kedua tangannya
panas
2. Pasien mengatakan
Kerusakan perlindungan
gatal seperti
kulit Resiko infeksi
tersengat ulat bulu
Data objektif :
1. Pasien tampak
gelisah
2. Setelah gatal
muncul luka baru

35
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis ditandai
dengan respon menggaruk
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit ditandai
dengan pasein mengeluh gatal

36
PRIORITAS MASALAH

37
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: Ny. K


Ruang Rawat : Aster

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan

Nyeri akut Tujuan : Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan pada pasien 1. Hubungan yang baik membuat
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama dengan keluarga pasien dan keluarga kooperatif
adanya lesi ditandai 1x 7 jam diharapkan nyeri 2. Kaji tingkat intensitas dan 2. Tingkat intensitas nyeri dan
dengan pasien berkurang atau hilang dengan frekuensi nyeri frekuensi menunjukkan nyeri.
mengeluh nyeri kriteria hasil : 3. Berikan kenyamanan dengan 3. Meningkatkan relaksasi dan
1. Nyeri berkurang mengatur posisi klien dan aktivitas refokus
2. Pasien terlihat tenang diversional
3. Pasien secara verbal 4. Ajarkan penggunaan teknik 4. Mengalihkan perhatian terhadap
mengatakan nyeri manajemen nyeri nyeri, meningkatkan kontrol
berkurang terhadap nyeri yang mungkin
4. Skala nyeri 0-1 (0-10) berlangsung lama
5. TTV dalam batas normal 5. Observasi TTV 5. Mengetahui perkembangan lebih
lanjut
6. Merupakan tindakan dependent
6. Lakukan kolaborasi dengan tim
perawat. Dimana analgesik
medis dalam pemberian analgesik
berfungsi untuk memblok
stimulasi nyeri
Gangguan integritas Tujuan : Setelah dilakukan 1. Inspeksi kulit pasien setiap 1.Menentukan keefektifan regimen
kulit berhubungan tindakan keperawatan selama pergantian tugas jaga, jelaskan dan perawatan kulit

38
dengan inflamasi 1x7 jam diharapkan integritas dokumentasikan kondisi kulit dan
ditandai dengan kulit membaik. laporkan perubahan
respon menggaruk 2. Bantu pasien dalam melakukan 2. Meningkatkan kenyamanan dan
Kriteria hasil : tindakan hygiene dan kenyamanan kesejahteraan
3. Pertahankan lingkungan yang 3. Meningkatkan rasa sejahtera
1. Pasien menunjukkan tidak
nyaman pasien
adanya kerusakan kulit
4. Peringatkan agar tidak menyentuh
2. Lesi (-)
luka atau balutan 4.Mencegah kerusakan kulit dan
3. Gatal berkurang
5. Atur posisi pasien supaya nyaman mencegah kemungkinan infeksi
4. Pasien menunjukan turgor
dan meminimalkan tekanan pada 5.Mengurangi tekanan,
kulit normal
penonjolan tulang. Ubah posisi meningkatkan sirkulasi dan
pasien minimal setiap 2 jam. mencegah
Pantau frekuensi pengubahan
posisi pasien dan kondisi kulitnya
6. Lakukan kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian analgesik 6.Merupakan tindakan dependent
perawat. Dimana analgesik
berfungsi untuk memblok stimulasi
nyeri

Risiko infeksi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui perkembangan lebih
berhubungan dengan asuhan keperawatan 1x7 jam 2. Kaji tanda-tanda infeksi ; suhu lanjut
kerusakan diharapkan infeksi dapat di tubuh, nyeri dan perdarahan 2. Mengetahui tanda-tanda infeksi
perlindungan kulit hindari 3. Monitor tanda dan gejala infeksi 3. Mengetahui perkmbangan lebih
ditandai dengan Kriteria hasil : sistemik dan lokal lanjut
pasien mengeluh gatal 1. Tanda-tanda vital dalam 4. Mencuci tangan sebelum dan 4. Mencegah penularan pathogen
batas normal sesudah setiap melakukan
2. Tidak adanya tanda-tanda kegiatan perawatan pasien

39
infeksi 5. Mengajarkan pasien dan keluarga 5. Minimalkan resiko infeksi
tentang tanda dan gejala infeksi
6. Lakukan kolaborasi pemberian 6. Merupakan tindakan dependent
antibiotic perawat.

40
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal, Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat

S : Pasien mengatakan nyeri berkurang


1. Mengidentifikasi faktor yang
O:
memperberat dan memperingan nyeri.
1. Ekspresi wajah pasien meringis
2. Mengatur posisi klien dan aktivitas
2. Klien dapat melakukan terapi musik
diversional
Selasa, 9 Juni secara mandiri disaat nyeri datang
3. Memberikan teknik nonfarmakologis.
2020 3. TTV : Fitrialiyani
Terapi music (klien masih tampak
07.00-14.00 TD : 120/80 mmHg
meringis)
N : 80 x/menit
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
S : 36 0C
untuk mengurangi rasa nyeri
RR : 28x/menit
5. Mengobservasi TTV
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Selasa, 9 Juni 1. Menciptakan lingkungan yang nyaman Fitrialiyani
2020 2. Mengkaji kondisi kulit
3. Menganjurkan klien untuk tidak S : Klien mengatakan masih merasakan gatal
07.00-14.00 menggaruk area yang terkena
O:
gangguan
4. Memberikan posisi yang nyaman
1. Masih ada tanda-tanda kerusakan kulit
2. Turgor kulit kurang
3. Lesi (+)
4. Lesi berbatas tegas

41
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

S:-
O:
1. Mengobservasi TTV
Selasa, 9 Juni 2. Mengkaji tanda-tanda infeksi 1. TD : 120/80 mmHg
2020 3. Memonitor tanda dan gejala infeksi 2. Suhu : 36 0C
sistemik dan lokal 3. N : 80x/menit Fitrialiyani
07.00-14.00 4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah 4. RR : 28x/menit
setiap melakukan kegiatan perawatan 5. Masih ada tanda-tanda infeksi
pasien A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

42
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan
gatal).  Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik. 
4.2 Saran
Dermatitis numularis ini cenderung kearah kronis dan residif, pengobatan dan
diagnosis yang tepat akan mengarahkan pada perbaikan kondisi penderita dermatitis
itu sendiri. Dengan pengobatan yang tepat maka akan mengurangi tingkat
kekambuhan dari penderita dermatitis numularis, untuk itulah penulis tertarik untuk
membahas lebih jauh mengenai diagnosis dan pengobatan pada pasien dengan
dermatitis numularis.

43
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing

Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka

Dermatitis

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya

Medika.

Sennang F, Muhlis, Dewiyanti W, Sungowati NK. Nummular Dermatitis Treated

with Corticosteroid and Antibiotic. Medical Faculty of Hasanuddin

University; 2013. Available

Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 129-53.

44

Anda mungkin juga menyukai