Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secum
professional (Gilies, 2005). Manajemen keperawatan pada dasarnya diperlukan
adanya manajer atau kepemimpinan yang merencanakan, mengorganisasi,
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu, keluarga
dan masyarakat dan untuk mengelola perawat profesional serta pekerja
keperawatan non profesional Untuk itu, manajemen keperawatan berfungsi dalam
memudahkan perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan yang holistic
sehingga kebutuhan klien selama dirumah sakit terpenuhi. Taylor dalam bukunya
The Principles of Scientific Management (1911) menganjurkan bahwa pekerjaan
harus dipelajari secara ilmiah untuk menentukan jalan terbaik dalam
melaksanakan setiap tugas. Prinsip yang dianut adalah menghasilkan produksi
semaksimal mungkin dengan pengeluaran energi yang minimal. Manajemen
ilmiah ini membutuhkan revolusi mental dan tanggung jawab moral yang tinggi
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, semua kegiatan harus
direncanakan sebaik mungkin baik dari segi keuntungan maupun kerugiannya
berdasarkan parameter-parameter ilmiah yang telah ditetapkan.
Pemimpin dalam keperawatan merupakan seseorang yang dapat
mempersatukan orang-orang dan dapat mengarahkannya sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh seorang
pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan untuk mengatur lingkungan
kepemimpinannya. Jadi dalam kepemimpinan ada keterkaitan antara pemimpin
dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh pemimpin tersebut.
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,
diperlukan manajemen keperawatan yang efektif dan efesien. Untuk mampu
melaksanakannya dibutuhkan berbagai keterampilan, salah satu diantaranya
adalah keterampilan kepemimpinan Kepemimpinan diperlukan dalam setiap
kegiatan keperawatan. Setiap perawat, apakah stuf, ketun tim, lepah ruangan,
pengawas atau kepala bidang keperawatan perlu memiliki ketrampilan
kepemimpinan sehingga efektif dalam mengelola pelayanan dan asuhan
keperawatan. Melalui kepemimpinan yang efektif setiap perawat berupaya
memberikan kontribusi dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasinya
untuk pencapain tujuan. Agar perawat mempunyai ketrampilan kepemimpinan
diperlukan pemahaman tentang teori, gaya dan ancam bagaimana seorang d
berperan sebagai pemimpin yang efektif
Berdasarkan latar belakang di atas, perlunya seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi, memahami dan mengaplikasikan keterampilan dalam
melaksanakan proses manajemen dan kepemimpinannya dan sebaiknya
digunakan sebagai salah satu standar penilaian keberhasil dalam pelaksanaan
tugas kepemimpinan. Disamping itu baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya
akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang professional
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa pengertian tentang kepemimpinan menurut para ahli, antara lain :

a) Stogdill
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan.(Russel C Swansburg, 2000, Hal : 267 )
b) Ordway Ted
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya.
c) Georgy R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang
dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara
sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d) Paul Hersay, Ken Blanchord
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam
suatu situasi tertentu. ( H. Zaidin Ali, 2000. Hal :3-5 )
Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul
apabila ada seseorang yang karena sifat - sifat dan perilakunya mempunyai
kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun
berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kepemimpinan dalam
konteks organisasi utamanya menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi
memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi bawahan. Di dalam keperawatan
kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seorang pemimpin
( perawat ) dalam mempengaruhi perawat - perawat lain yang berada di bawah
pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap
perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun
ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat diterapkan dan
ditingkatkan
2.2 Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik unik, baik
fisik,mental maupun kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan
kepemimpinan. Teori ini menekankan pada ciri khas pribadi dari para pemimpin.
Menurut Kartono (1994 :27) teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian
suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya dengan
menonjolkan latar belakang histori , sebab-sebab timbulnya kepemimpinan,
persyaratan pemimpin,sifat utama pemimpin tugas pokok dan fungsinya serta
etika profesi kepemimpinan. Teori-teori dalam kepemimpinan, antara lain :

1. Teori scientific management (taylor)


Scientific management yang menggunakan ilmu (scient) dan scientific
metode pendekatan tepat terhadap obyek dengan tujuan menambah
pengetahuan. The Principles Of Scientific Management (1911) menganjurkan
bahwa pekerjaan harus dipelajari secara ilmiah untuk menentukan jalan
terbaik dalam melaksanakan setiap tugas. Ciri-ciri scientific management
adalah :
1. Tersusun secara sistematis dan teratur,
2. Dapat dipelajari dan diajarkan, menggunakan metode ilmiah, dapat
dijadikan teori,
3. Obyektif dan rasional.

Prinsip dari Teori scientific management (taylor) ialah:

1. Pengembangan manajemen ilmiah menggunakan metode terbaik dalam


bekerja,
2. Proses ilmiah sesuai dengan keahlian contohnya rekrut karyawan sesuai
keahlian,
3. Hubungan kerja sama erat manejer dan karyawan
4. Pendidikan/ pengembangan karwayan dengan cara ilmiah

Teori ini mengutamakan pada peraturan,pembagian tugas kerja, komitmen


terhadap peningkatan dan senioritas,dan hubungan baik atasan bawahan.

2. Teori contingency (fiedler)


Teori ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimanan
kemampuan seseorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung
dengan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat – tingkat
dari pada gaya kepemimpinannyam kepribadiannya dan pendekatanya yang
sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain menurut fiedler, seorang
menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat dari pada kepribadian nya, tetapi
karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara pemimpin dan
situasi nya. Teori ini menekankan bahwa manejer yang efektif adalah
manejer yang melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasi antara faktor
bawaan, perilaku dan situasional. Model kepemimpinan Fiedler (1967)
disebut sebagai model kontigensi karena model tersebut beranggapan bahwa
kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada
cara atau gaya kepemimpinan (leaderdhipstyle) dan kesesuaian situasi (the
favourableness of the situation) yang dihadapi. Teori situasional merupakan
pendekatan faktor situsional dalam kepemimpinan diawal oleh model
kontingensi Fiedler teori ini menyatakan bahwa kinerja kelompok yang
efektif bergantung pada paduan yang tepa tantara gaya interaksi dari
pemimpin dengan bawahannya serta sampai tingkat mana situasi memberikan
kendala dan pengaruh kepada pemimpin. Tiga faktor utama yang
mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya yang
mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan nya (leader- memberrelations)
2. Struktur tugas (the task structure) dan
3. Kekuatan posisi (position power).
3. Teori Great Man Theory ( Bolman and Deal)
Teori Bakat menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik
tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain (Marquis dan
Huston, 1998). Pendekatan ini menegaskan ide bahwa beberapa individu
dilahirkan memiliki sifat-sifat tertentu yang secara alamiah menjadikan
mereka seseorang pemimpin. Focus pendekatan kepemimpinan sifat senata-
mata pada personality pemimpin, teori trait mengabaikan dampak atau
pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi, dan lingkungan lainnya. Teori
ini mengidentifikasi karakteristik umum tentang inteligensi, personalitas, dan
kemampuan (perilaku). Tiga sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin, yaitu kepercayaan diri, kejujuran dan integritas ,serta motivasi
4. Teori sifat bawaan dan Teori X da Y ( Mc Gregor)
Teori X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia diciptakan dan
dikembangkan oleh Douglas McGregor tahun 1960. Teori ini mengemukakan
strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen
partisipasi. Konsep terkenal dengan menggunakan asumsi- asumsi sifat dasar
manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya
kepemimpinan otoriter dan sebaliknya , seorang pemimpin yang menyukai
teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratis. Kriteria karwayan
yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan
bekerja tanpa perintah. Kriteria karyawan yang memiliki tipe teori Y akan
bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasanya tipe
Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaan
Teori bawaan Douglas Mc Gregor adalah :

Teori X Teori Y Teori Z


 Menghindari pekerjaan  Senang bekerja.  Menekankan pada teori
bila ada kesempatan.  Mandiri. humanistis.
 Tidak senang bekerja.  Mempunyai  Fokus: motivasi yang lebih
 Harus diarahkan. tanggung jawab. kepada karyawan untuk
 Mempunyai sedikit  Kreatif dan meningkatkan kepuasan kerja
ambisi. berkembang. dan menghasilkan produksi.
 Menghindar dari  Menggunakan  Karektersitik:
tanggung jawab. pendekatan ilmiah.  pengambilan keputusan
 Memerlukan ancaman  Memerlukan bersama,
untuk memotivasi supervisi  masa bekerja yang lama,
 Memerlukan supervisi seperlunya.  promosi jabatan yang lambat
ketat.  Berminat dalam dan bertahap,
 Termotivasi oleh menyelesaikan  supervisi tidak secara
hukuman dan hadiah masalah organisasi. langsung, menekankan pada
pendekatan holistis

2.3 Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik
khusus dari suatu bentuk kepemimpinan . Ada 4 (empat) gaya kepemimpinan yang
telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis, partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1996).

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis


Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan
kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri
semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi
bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan ciri-ciri sebagai berikut :


a) Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan,
b) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan,
c) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan,
d) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan,
e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahannya dilakukan secara ketat,
f) Prakarsa harus selalu dating dari pimpinan,
g) Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan
atau pendapat,
h) Tugas- tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif,
i) Lebih banyak kritik daripada pujian,
j) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat,
k) Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat,
l) Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman,
m) Kasar dalam bertindak,
n) Kaku dalam bersikap,
Tanggung jawab keberhasilan organisasu hanya dipikul oleh pimpinan.
Keuntungan : kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan
bertindak, sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik.
Kerugian : suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat
berakibat lebih lanjut timbulnya ketidak puasan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang
menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota
organisasi.Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan
kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.

Gaya kepemimpinan demokratis memiliki ciri- ciri sebagai berikut :


a) Wewenang pimpinan tidak mutlak,
b) Pemimpin bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan,
c) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan,
d) Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan,
e) Komunikasi berlangsung timbale balik, baik terjadi antar pimpinan dengan
bawahan maupun bawahan dengan bawahan,
f) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau kegiatan bawahan
dilakukan secara wajar,
g) Prakarsa dapat dating dari pimpinan maupun bawahan,
h)Banyak kesempatan bagi bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dari pada instruktif,
i) Tugas-tugas kepada bawhan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dar
pada instruktif,
j) Pujian dan kritik seimbang,
k) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam bats
kemampuan masing-masing,
l) Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar,
m) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak,
n) Terdapat suasana saling percaya, saling hrmat, menghormati dan saling
harga menghargai,
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan
bawahan.
Keuntungan : berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif, tumbuhnya
rasa ikut memiliki, serta terbinannya moral yang tinggi.
Kelemahan : keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban, rasa
tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan
yang terbaik.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya
kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan
mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul
dan saran bawahan. Dengan mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan
selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan
bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire “Liberal“
Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya
“membebaskan” bawahan melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya.
Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya, meninggalkan
bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi sehingga terpaksa mereka
merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.

Kepemimpinan Liberal antara lain berciri :


a) Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan,
b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
c) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
d) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya,
e) Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau
kegiata yang dilakukan para bawahan,
f) Prakarsa selalu dating dari bawahan,
g) Hampir tida pengarahan dari pimpinan,
h) Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok,
i) Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok,
j) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang.
Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan
bisa efektif dalam situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainya.
Menurut (Gillies, 1996) Faktor yang menetukan efektifitas gaya
kepemimpinan secara situasional meliputi:
1. Kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan,
2. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas,
3. Ukuran unit organisasi,
4. Pola komunikasi dalam organisasi
5. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai,
6. Kebutuhan pegawai dan kepribadian pemimpin
Keuntungan : para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
Kelemahan : kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing-
masing.
2.4 Peran dan Fungsi Pemimpin
(a) Peran
Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal. Kegiatan tersebut
mencakup cara mengarahka, menunjukkan jalan,mensupervisi,mengawasi tindakan
staf, mengkoordinir kegiatan yang sedang atau dilakukan , dan mempersatukan usaha
dari berbagai individu yang memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies dalam
Whitebead. K et all, 2010). Menurut Brosten,Hayman dan Naylor (1979)
menyebutkan bahwa kegiatan manjerial, yaitu perencanaan pengorganisasian,
motivasi, dan pengendalian. Dengan demikian kegiatan kepemimpinan selalu
bersinggung dengan kegiatan dalam manajemen.

(b) Fungsi
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan 5 fungsi pokok
kepemimpinan , yaitu :
1. Fungsi instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah)
bagaiamana ( cara menjalankan perintah), bila mana waktu memulai,
melaksanakan, dan melaporkan hasilnya, dan dimanan tempat mengerjakan
perintah, agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang
yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah
2. Fungsi konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dan arah.
Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan
yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orangyang
dipimpinnya.
3. Fungsi partisipasif
Dalam menjalankan fungsi partisipasif pemimpin berusaha mengaktifkan orang-
orang yang dipimpinnya baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasif dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-
tugas pokok sesuai dengan posisi masing- masing.
4. Fungsi delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi pemimpin memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya
adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan
untuk melimpahkan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung
jawab.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan Bersama secara maksimal dalam
melaksanakan fungsi pengendalian. Pemimpin dpat mewujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

2.5 Kriteria Pemimpin Yang Baik


Menurut R.L.Khan mengemukaaan bahwa seorang pemimpin menjalankan
pekerjaannya dengan baik bila :

1. Memberikan kepuasan kebutuhan langsung para bawahannya.


2. Menyusun jalur pencapaian tujuan
3. Menghilangkan hambatan – hambatan pencapaian tujuan
4. Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara
organisatoris

Menurut S.Suarli Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai


berikut:

1. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab


2. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif
3. Mempunyai kemampuan untuk menentukan priorotas
4. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi

2.6 Peran dan Fungsi Kepala Ruangan Sebagai Pemimpin


Menutur Depkes RI, “Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat
profersional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan di satu ruang rawat”.

1. Peran Kepala Ruangan


Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran
kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas
pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat
serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
Tanggung jawab kepala rungan dapat diidentifikasi sesuai dengan perannya
meliputi:
a. Manajemen personalia/ketenagaan, meliputi penerimaan, seleksi,
orientasi, pengembangan tenaga, penilain penampilan kerja, promosi dan
penyediaan ketenagaan staf keperawatan.
b. Manajemen operasional, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan
pengarahan dalam pelayanan keperawatan.
c. Manajemen kuliatas pelayan, meliputi pengembangan standar asuhan
keperarawatan, program kendali mutu, program evaluasi team dan
persiapan untuk akreditasi pelayanan keperawatan.
d. Manajemen finansial, meliputi budget, cost control dalam pelayanan
keperawatan.

2. Fungsi Kepala Ruangan

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai
berikut:

1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,


kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan
jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan
tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan
serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
2. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, dan menetapkan metode

Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam


keperawatan meliputi:
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja.

Anda mungkin juga menyukai