Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP KEPEMIMPINAN

DOSEN MATA KULIAH:


IBU OLVANINGSIH,S.TR.Keb.M.KEB

DISUSUN OLEH:
NI PUTU AYUK ULANDARI
20020016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI


POSO PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TA.2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perlu dipikirkan bahwa memang dalam dinamika organisasi (non
provit) seperti ini, tidak kala pentingnya ketika ada reorientasi sistem
perekonomian global, yang mengakibatkan posisi tawar hingga tahun ini
membuat ada banyak kepincangan dan kemandekan organisasi pemuda dan
mahasiswa, baik secara internasional, nasional, maupun secara lokal untuk
masuk dalam bisnis class. Bukan berarti posisi itu sulit untuk didapati
(kecuali diperalat oleh orang lain). 
Ada berbagai definisi manajemen yang dapat dijumpai
diperpustakaan, salah satunya yaitu definisi klasifikasi Mary Parker Tollet
(dikutip dari Hellriegel dan Slocum,1992; Koontz dan Weirich, 1992;
Winardi,1990) menyebutkan bahwa manajemen adalah suatu seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Henry Fayol 1908
mengemukakan fungsi2 manajemen meliputi proses planning, organizing,
commanding, coordinating dan controlling. Sementara itu, Siagian(1992)
menyebutkan ada sedikitnya 4 sudut pandang yang dapat dikupas dari definisi
manajemen :
1. Penerapan teori manajemen harus tetap bersifat situasional, dimana “seni”
menggerakkan orang lain untuk berperan disini.
2. Manajemen selalu berkaitan dengan organisasi dimana ada yang
memimpin atau mengatur dan ada juga yang harus menjalankan kegiatan
operasional.
3. Keberhasilan organisasi merupakan gabungan antara kemahiran
manajerial pimpinan dan keterampilan teknik pelaksana.
4. Kelompok manajerial dan kelompok pelaksana secara operasional harus
menyatu dalam berbagai tindakan nyata dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.

1
Istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu pertama,
manajemen sebagai suatu proses; kedua, manajemen sebagai kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen; dan ketiga, manajemen
sebagai suatu “seni” (art) dan sebagai suatu “ilmu.” Menurut pengertian yang
pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang
diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi
manajemen menurut pengertian yang pertama itu, kita kemukakan tiga buah
definisi. Bila kita perhatikan ketiga definisi di atas, maka akan segera tampak
bahwa ada tiga pokok penting dalam definisi-definisi tersebut, yaitu pertama
adanya tujuan yang ingin dicapai; kedua tujuan dicapai dengan
mempergunakan kegiatan orang lain; ketiga, kegiatan-kegiatan orang lain itu
harus dibimbing dan diawasi
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain,
segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu
badan tertentu disebut manajemen. Dalam arti singular (tunggal), disebut
manajer. Manajer adalah pejabat yang bertanggungjawab atas
terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar tujuan unit yang
dipimpinnya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.
Apakah yang dimaksud dengan aktivitas manajemen itu?. Dengan aktivitas
manajemen dimaksudkan kegiatan-kegiatan atau fungsi-fungsi yang
dilakukan oleh setiap manajer. Pada umumnya, kegiatan-kegiatan dan
aktivitas-aktivitas manajer itu adalah planning, organizing, staffing, dan
controlling. Ini sering pula disebut dengan istilah proses manajemen, fungsi-
fungsi manajemen, bahkan ada yang menyebutnya unsur-unsur manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, merupakan pengertian yang klasik
menyebutkan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian
inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan
mengatakan bahwa manajemen itu adalah “seni”, golongan lain mengatakan
bahwa manajemen adalah “ilmu.”

2
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling
kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang
disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen
sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

B. Tujuan
1. Agar para pembaca dapat mengerti dan memahami tentang organisasi
dan manajemen Kepemimpinan dalam kebidanan.
2. Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kepemimpinan 
Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan, antara lain :
a. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki
seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas
tertentu yang dipercayakan kepadanya ( Ordway Tead ). 
b. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai
tujuan tertentu yang telah ditetapkan ( Stogdill ).
c. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut
secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).
d. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu ( Paul Hersay, Ken
Blanchard ).

Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan


muncul apabila ada seseorang yang karena sifat - sifat dan perilakunya
mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir,
bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang
diinginkannya. 

B. Teori Kepemimpinan 
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :
a. Teori orang besar atau teori bakat
Teori orang besar ( the great men theory ) atau teori bakat ( Trait
theory ) ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan

4
bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat - bakat tertentu yang
diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.
b. Teori situasi 
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi
(situasional theory ). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana
seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula
menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan
bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya
situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan
untuk muncul sebagai pemimpin.
c. Teori Ekologi 
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah
kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan
sehari - hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil
dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang
baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang
menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi
pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat -
bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari
alam. 

C. Gaya Kepemimpinan 
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi
oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan
perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya
kepemimpinan ( leadership style ) yang diperlihatkanpun juga tidak sama. 
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial leadership style) ini
upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta
ancaman hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan, karena mereka
dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.

5
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis 
Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style ) segala
keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan
gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang. 
c. Gaya Kepemimpinan Demokratis 
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership
style) ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan secara musyawarah. Hubungan dengan bawahan dibangun
dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan
keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.
Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang - kadang
lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat
terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
d. Gaya Kepemimpinan Santai 
Pada gaya kepemimpinan santai ( laissez - faire leadership style )
ini peranan pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi dapat
melakukan kegiatan masing - masing sesuai dengan kehendak masing -
masing pula. 

D. Pemimpin yang efektif 


Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa
kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a. Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.
Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam
bidang profesinya.
2. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami
kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain. 

6
3. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan 
5. Mengambil tindakan 
b. Hellander (1974)
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai
seorang yang bersama - sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan
alternatif kegiatan.
c. Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang
pemimpin, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem
manusia ( hubungan antar manusia ).
2. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan
bawahan.
3. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
4. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan
seseorang mengenal orang lain dengan baik.
d. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1. Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang
pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin
merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah
menghambatnya.
2. Karakteristik kelompok 
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok
meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi,
tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.

7
3. Karakteristik individu 
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting
karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai
kontribusi yang berbeda.

E. Pimpinan dan kepemimpinan 


Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan
proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pimpinan tingkat pertama ( Lower Manager ) 
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja
yang menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung
pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan
technical skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
b. Pimpinan tingkat menengah ( Middle Manager ) 
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager.
Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal balik
antara Lower Manager dan Top Manager , yakni pimpinan puncak (di atas
Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki
kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill
adalah ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep, identifikasi, dan
penggambaran hal - hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah
ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara
manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan
sesama manusia lain.
c. Pimpinan puncak (Top Manager)
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan
organisasi tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan
administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill
yang terbesar dan technical skill yang terkecil. 

8
Tugas - tugas pimpinan :
a. Sebagai pengambil keputusan 
b. Sebagai pemikul tanggung jawab 
c. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir
konseptual
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain 
e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat. 

F. Peranan pemimpin terhadap kelompok:


a. Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu
kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai
tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan
pengembangan serta merupakan penghubung jaringan kerja di luar
kelompok. 
b. Sebagai inovator atau pembaharu 
c. Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di
lingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada
bawahan dan mewakilikelompok sebagai pembicara. 
d. Menghimpun kekuatan 
e. Merangsang perdebatan masyarakat 
f. Membuat kedudukan perawat di media massa
g. Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang
tepat
h. Mempertahankan kegiatan 
i. Memelihara formaf desentralisasi organisasi 
j. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik 
k. Mempelajari pengalaman 
l. Jangan menyerah tanpa mencoba.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting
dalam pelayanan maternal dan perinatal, sehingga bidan dituntut untuk
memiliki keterampilan yang lebih baik disertai dengan kemampuan untuk
menjalin kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan
reproduksi di masyarakat.
Dengan adanya standar asuhan kebidanan yang dapat dibandingkan
dengan pelayanan yang diperoleh, akan lebih meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan
pada kemampuan dan kewenangan yang diatur melalui Peraturan Menteri
Kesehatan (permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu
mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Standar asuhan kebidanan berguna bagi para bidan dalam penerapan
norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
berkualitas, sekaligus dapat melindungi masyarakat karena proses dan hasil
asuhan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan
logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan dikenal dengan
manajemen Varney, yang menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan
proses pemecahan masalah.

10
B. Saran
Menyikapi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NomorHK.02.02/Menkes/149/1/2010 berkaitan dengan kompetensi ke-8
bidan di dalam Standar Profesi Bidan Indonesia, pada dasarnya kompetensi
bidan terkait dengan kebidanan komunitas sudah tercantum dapal Permenkes
ini. Namun ada beberapa yang kurang adanya kesinambungan antara
kompetensi, peran dan fungsi bidan dengan Permenkes ini. Adapun hal-hal
tersebut diantaranya adalah :
a) Dalam permenkes tertulis bahwa pelayanan kebidanan meliputi pelayanan
kepada ibu dan bayi (28 hari) dengan kasus normal. Pada kenyataannya,
posyandu merupakan salah satu tugas bidan dimana kegiatan yang
dilakukan pada saat posyandu diantaranya adalah imunisasi baik pada
bayi ataupun boster, pemantauan tumbuh kembang balita, pemberian
makanan tambahan dan lain-lain. Kegiatan tersebut lebih banyak
dilakukan pada balita sehingga seharusnya di Permenkes di jelaskan
secara tertulis bahwa pelayanan kebidanan diberikan kepada ibu, bayi dan
balita. 
b) Pada keterampilan dasar dinyatakan bahwa bidan mempunyai
kewenangan dalam melakukan pengelolaan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi
balita dan KB di masyarakat. Pada Permenkes dinyatakan bahwa bidan
boleh memasang AKDR di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah
dengan supervisi dokter. Disini ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan. Apabila semua pelayanan AKDR harus di tempat
pelayanan pemerrintah dan diawasi oleh dokter, bagaimana dengan
polindes yang dikelola oleh bidan di desa (dengan peraturan tersebut
maka hal ini tidak diperbolehkan). Yang kedua apakah dokter umum
sudah mendapatkan standarisasi tentang pemasangan AKDR, karena
selama ini bidanlah yang dapat dikatakan lebih berkompeten dalam hal
ini. Yang ketiga jika ada klien yang datang ke puskesmas dan
doktersedang tidak ada ditempat, artinya pasien tidak jadi menggunakan
AKDR. Hal yang paling ditakutkan atas peraturan ini adalah adanya laju
pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol sehingga dapat

11
menimbulkan dampak negative kesemua sector. Peraturan ini juga
bertentangan terhadap beberapa program pemerintah yang telah
dilaksanakan misalnya desa siaga.
c) Dalam kompetensi ke 8 bidan di komunitas dikatakan bahwa bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi. Asuhan dapat dikatakan
bermutu tinggi apabila telah memenuhi standar pelayanan yang bermutu
tinggi, tetapi sampai saat ini belum ada standar penilaian mutu pelayanan
bidan di masyarakat sehingga tidak dapat dikatakan pelayanan yang
dilakukan bermutu tinggi atau tidak.
d) Masing- masing dari enam (6) point dalam pengetahuan tambahan
sebaiknya menjadi pengetahuan dasar begitu juga empat (4) point dalam
keterampilan tambahan menjadi keterampilan dasar karena bagian ini
sangat aplikatif dan penting untuk diketahui oleh seorang bidan yang
bekerja di komunitas.
e) Menggunakan teknologi tepat guna di pelayanan komunitas harus lebih
terperinci secara jelas untuk menghindari salah persepsi.
f) Pemakaian istilah pengetahuan tambahan dan keterampilan tambahan
kurang tepat karena akan dipersepsikan sebagai pengetahuan dan
keterampilan yang tidak harus dimiliki seorang bidan, tetapi sekadar
pengetahuan tambahan saja.
g) Kompetensi bidan dikomunitas tidak hanya melaksanakan pelayanan –
pelayanan kebidanan yang termasuk dalam kompetensinya saja tetapi juga
seharusnya bidan melaksanakan mengkaji karakteristik, kebudayaan
dalam masyarakat dan faktor – faktor kebudayaan yang mempengaruhi
kesehatan masyarakatnya.
h) Dalam keterampilan dasar bidan di masyarakat dikatakan bahwa bidan
melakukan pertolongan persalinan di rumah. Seharusnya diperjelas lagi
kata – kata tersebut dengan mengganti melakukan dengan kata mengelola
sehingga bidan tidak hanya melakukan pertolongan persalinan di rumah
saja tetapi sebelum dan sesudahnya juga bidan mengidentifikasi keadaan
ibu dan bayi serta keluarga. 

12
DAFTAR PUSTAKA

Walsh VL. Buku ajar kebidanan komunitas, Jakarta: EGC; 2008.


Kadra. Kebidanan komunitas. 2009 (diunduh tanggal 1 september 2011). Tersedia
dari: http://kandrawilko.blogspot.com/2009/01/kebidanan-komunitas.html
Simatupang,erna juliana.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta:
Djoko Wiyono ( 1997 ), Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan,
Airlangga University Press, Surabaya.
Prayitno Subur ( 1997 ), Dasar - dasar administrasi kesehatan masyarakat,
Airlangga, University Press, Surabaya. 
http://atikgurubidan.blogspot.com
http://trip4nk.blogspot.com/2010/04/disiplin-ilmu-yang-terkait-dgn-ilmu.html

13
KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "Manajemen Kebidanan".

Adapun makalah "Manajemen Kebidanan" ini telah penulis usahakan


dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai
pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu.
Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah "Manajemen Kebidanan" ini


bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Pariaman, Oktober 2014

Penulis

i
14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kepemimpinan............................................................................4
B. Teori Kepemimpinan....................................................................................4
C. Gaya Kepemimpinan.....................................................................................5
D. Pemimpin yang efektif..................................................................................6
E. Pimpinan dan kepemimpinan........................................................................8
F. Peranan pemimpin terhadap kelompok:........................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

ii

15

Anda mungkin juga menyukai