PENDAHULUAN
1
terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk meningkatan mutu
kinerja masing-masing kelompok maupun kinerja perguruan tinggi secara
terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu kunci
keberhasilan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Teori, Konsep dan Prinsip Kepemimpinan-Manajemen
Keperawatan?
b. Bagaimana Fungsi, Peran dan Tanggung jawab Manajer Keperawatan?
c. Bagaimana karakteristik kepemimpinan?
d. Bagaimana Gaya Kepemimpinan-Manajemen Keperawatan?
e. Bagaimana keefektifan pemimpin.
f. Bagaimana penerapan Teori, Konsep dan Prinsip kepemimpinan di Ruang
rawat dan Puskesmas?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Teori, Konsep dan Prinsip Kepemimpinan-Manajemen
Keperawatan.
b. Mengetahui Fungsi, Peran dan Tanggung jawab Manajer Keperawatan.
c. Mengetahui karakteristik kepemimpinan.
d. Mengetahui Gaya Kepemimpinan-Manajemen Keperawatan.
e. Mengetahui keefektifan pemimpinan.
f. Mengetahui penerapan Teori, Konsep dan Prinsip kepemimpinan di Ruang
rawat dan Puskesmas.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
kegiatan harus direncanakan sebaik mungkin baik dari segi keuntungan maupun
kerugiannya berdasarkan parameter-parameter ilmiah yang telah ditetapkan.
Prinsip Manajemen
Integritas diplomasi
4
dan mengontrol Prestise.
Independen
Tenang
2. Teori Perilaku
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai perilaku rentang dari perilaku otoriter ke demokratis atau dari
fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994), teori
perilaku ini dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manjer dalam
suatu organisasi.
3. Teori Contigency dan Situational
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang
melaksanakan tugasnya dengan mengombinasi antara faktor bawaan,
perilaku, dan situasi. Tannembaum dan Schnid (1983) menekankan bahwa
kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis diperlukan
oleh manajer dimana unsur utama manajer adalah tergantungan dari situasi
suatu organisasi, yaitu kemampuan manajer dan penghargaan kepada
kelompok. Fielder (1967) menegaskan bahwa gaya kepemimpinan yang
paling tepat adalah ideal dengan situasi. Dia menekankan bahwa hubungan
antara kelompok manajer dan pegawai merupakan unsur yang penting
dalam menilai sebagai manajer yang baik.
5
4. Teori kontemporer (kepemimpinan dan manajer)
Teori ini menekankan terhadap 4 komponen penting dalam suatu
pengelolaan, yaitu: 1) Manajer atau pemimpin, 2) Staf dan atasan, 3)
Pekaryaan, dan 4) Lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan
suatu manajemen seorang pemimpin harus mengintegrasikan ke 4 unsur
tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut
juga perlu didukung oleh teori motivasi, interaksi, dan teori transformasi.
5. Teori Motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: 1) Maslow, 2)
Aldefer, 3) Herzberg, 4) McCelland, 5) Adams, dan 6) V.Vrom, Tabel
dibawah ini mengambarkan perbandingan beberapa teori motivasi yang
diyakini dapat membantu dalam meningkatkan kinerja dan kualitas
layanan kesehatan.
Tabel Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan isinya (contens)
TEORI PENJELASAN
1. The Need Hierarchy (Maslow) Fisiologi = Gaji pokok
Aman = Perencanaan yang reguler (gaji)
6
PROSES PENJELASAN
1. Equity Theory (Adams) Berdasarkan nilai-nilai dan keadilan
terhadap karyawan
2. Expectancy Theory Rumus
(Georgropoulos, Moheny, Jones, M = Job outcomes x Valences x
dan Vrom) expectancy x instrumentality
Job outcomes : penghargaan
(promosi, gaji naik, dan pengakuan)
Valences : keinginan atau perasaan
berhasil.
Expentancy : kemungkinan berhasil
dengan kerja keras.
Instrumentality : keyakinan akan
berhasil berdasarkan kerja keras dan
situasi.
3. Reinforcement Theory (B.F. Stimulus – respons – konsekuensi
Skinner)
4. Goal setting (Locke) Tujuan yang harus dicapai oleh
suatu organisasi.
Berbagai masalah pada motivasi dan penyelesaiannya
Motivasi akan menjadi suatu masalah apabila 3 hal tersebut dibawah ini tidak
dapat terpenuhi.
7
Menciptakan lingkungan yang sehat
(aman dan nyaman, gaji, waktu
istirahat, peralatan yang lengkap, dan
lain-lain)
3. Kurang/tidak adanya Reinforcement
penghargaan (Rewards) Penghargaan (HR) secara adil
Peningkatan kualitas karyawan
Peningkatan harga diri dan pemberian
peran
Peningkatan kerja sama antarkaryawan
dan atasan
6. TEORI Z
Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan
pengembangan dari teori dari McGregor (1460) dan mendukung gaya
kepemimpinan demokratis. Komponen teori Z meliputi pengambilan
keputusan dan kesepakatn, menempatkan pegawai sesuai keahliannya,
menekankan pada keamanan pekaryaan, promosi yang lambat, dan
pendekatan yang holistik terhadap staf. Teori ini lebih menekankan pada
staf dibandingkan dengan kualitas produksi, sehingga di Amerika teori ini
masih banyak yang diperdebatkan.
7. TEORI INTERAKTIF
Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya
dan berkembang secara dinamis. Sistem tersebut dianggap suatu
sistemyang terbuka, jika terjadi adanya perubahan energi dan informasi
dengan lingkungan. Asumsi teori sebagai berikut:
a. Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Mereka
mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu
pekaryaan.
b. Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan
waktu.
8
c. Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula.
d. Penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas yang
harus diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi.
e. Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap
situasi.
Hollander (1978) mendungkung teori tersebut, dimana ia menekankan
bahwa antara peran pemimpin dan staf dipengaruhi oleh peran yang
lainnya. Dia menekankan bahwa pemimpin adalah sebagai proses dua
arah yang dinamis. Dia menekankan 3 dasar komponen yang terlibat
dalam perubahan pemimpin:
a. Pemimpin, termasuk personality pemimpin, persepsi, dan
kemampuannya.
b. Staf, termasuk personaliti, persepsi, dan kemampuannya.
c. Lingkungan/situasi dimana pemimpin dan staf berfungsi, termasuk
norma kelompok baik formal maupun informal, ukuran, kekuatan, dan
ciri-ciri yang lainnya.
9
karena dengan merencanakan aktifitas organisasi kedepan, maka
segala sumber daya dalam organisasi di fokuskan pada pencapaian
tujuan organisasi.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas
pada orang yang terlibat dalam aktifitas organisasi, sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kegiatan ini merupakan keseluruhan proses memilih orang-orang serta
mengalokasikannya sarana dan prasarannya untuk menunjang tugas
orang-orang itu dalam organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya
sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan program dan tujuan
organisasi.
c. Penyusunan pegawai (staffing)
Salah satu fungsi manajement berupa penyusunan personalia pada
organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangan sampai
dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada
organisasi.
d. Memimpin (leading)
Merupakan salah satu fungsi manajement yang berkenaan dengan
baagaimana menggunakan pengaruh untuk memotivasi pegawai dalam
mencapai sasaran organisassi.
e. Pengawasan (controling)
Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan
program dan aktivitas organisassi, namun juga mengawasi sehingga
bila perlu dapat mengadakan koreksi. Dengan demikian apa yang
dilakukan staf dapat diarahkan kejalan yang tepat dengan maksud
pencapai tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controling adalah
proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.
2. Peran Manajer keperawatan
Peran manajer di lingkungan perawatan kesehatan pada saat ini mengalami
perubahan yang berarti dimana organisasi perawat kesehatan ini
melakukan desentralisasi fungsi manajemen dan pengorganisasian tiap
10
unit oleh manajer perawatan. Adapun beberapa tanggung jawab yang
diberikan kepada perawat manajer (potterdanperry, 2005), antara lain
untuk tanggung jawab:
a. Memperkerjakan, mengembangkan dan mengevaluasi staffnya.
b. Pengembangan anggaran tahunan unit yang dipimpinnya dan
memegang kewenangan untuk mengatur unit sesuai dana tersebut.
c. Memantau kualitas perawatan, menghadapi masalah tenaga kerjanya,
dan melakukan hal-hal tersebut dengan biaya yang efektif.
Selanjutnya potter dan perry (2005) mengatakan bahwa yang harus
dilakukan perawat professional dalam perannya sebagai manajer asuhan
keperawatan adalah:
1. Perencanaan atau penetapan tujuan
Membantu pasien dan keluarga dalam merumuskan gambaran mereka
tentang kesehatan setelah kembali dari perawatan di RumahSakit.
2. Pengajaran atau orientasi
Memahami informasi untuk mendorong fungsi dan kesehatan pasien/
keluarga.
3. Koordinasi dengan pelayanan
Membantu keluarga dalam pemanfaatan pelayanan pendukung
(pemuka agama, perawat di rumah) dan penjadwalan perawatan
pasien.
4. Pengembangan system pendukung menekankan pada pasien dan
keluarga untuk memikirkan tanggung jawab yang lebih besar dalam
mempertahankan kesehatannya.
5. Perwalian kelompok atau profesikerja
Aktif berpartisipasi dalam tugas kelompok atau berpartisipasi dalam
aktivitas di masyarakat.
Peran manajer dapat mempengaruhi factor motivasi dan lingkungan.
Tetapi factor lain yang mungkin mempengaruhi tergantunganya tugas,
khususnya bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara
umum peran manajer dapat di nilai dari kemampuannya dalam memotivasi
dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasaan kerja staf dapat dilihat dari
11
terpenuhnya melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini
dapat ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaaan
dan memberikan kesempatan pada staf untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap factor
lingkungan dalam tugas professional sebagaimana dibahas sebelumnya:
1. Komunikasi
2. Potensial perkembangan
3. Kebijaksanaaan
4. Gaji dan upah
5. Kondisi kerja (Nursalam, 2002)
Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas, kunci utama dalam
kepuasaan kerjanya itu input, hubungan manajer dengan staf, disiplin
kerja, lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan yang cukup,
diskriminasi, kepuasaan kerja, penghargaan penampilan, klarifikasi
kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan, mendapatkan kesempatan,
pengambilan keputusan, dan gaya manajer.
12
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang dilakukan.
2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
3) Membuat rincian tugas perawat priumer dan perawat asociate yang
jelas.
4) Membuat rencana kembali kepala ruangan yang membawahkan
dua perawat primer dan perawat primer yang membawahkan dua
perawat asosiate.
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada tiap hari, dan lainlain.
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan peraktek.
8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat
kepada perawat primer.
9) Mengetahui kondisi klien dan menilai tingkat kebutuhan pasien.
10) Mengembangkan kemampuan anggota.
11) Menyelenggarakan konferensi.
c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
2) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas
dengan baik.
3) Memberi motivasi dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien.
5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
6) Meningkatkan kolaborasi.
d. Pengawasan
13
1) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
2) Melalui supervisi
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan, serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari
perawat primer.
2.3 Karakteristik Kepemimpinan
Menurut R.L.Khan mengemukakan bahwa seorang pemimpin menjalankan
pekerjaannya dengan baik bila :
1. Memberikan kepuasan kebutuhan langsung para bawahannya
2. Meyusun jalur pencapaian tujuan
3. Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan
4. Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara
organisatoris.
Menurut S.Suarli pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
2. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi
introspektif
3. Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
4. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi
2.4 Gaya Kepemimpinan
Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri.
Menurut Follet (1990), gaya di definisikan sebagai hak istimewa tersendiri
dari si ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan.
Gillies (1970) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan
14
berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku sesorang dipengaruhi oleh
adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu,
kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan
berbeda-beda.
Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi antara lain sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt.
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui
dua titik ekstrem yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika
dibanding dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih
otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik
dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya.
15
dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang
ketat.
c. Sistem konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar terhadap
bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi
bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat
oleh bawahan.
e. Sistem partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
selalu memanfaatkan ide bawahan, serta menggunakan insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan sebagai kerja kelompok kerja.
3. Gaya kepemimpinan menurut teori X dan teori Y
Teori ini dikemukakan oleh douglas McGregor dalam bukunya The
Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan bahwa perilaku
seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua kutub
utama, yaitu sebagai teori X dan Y. Teori X mengasumsikan bahwa
bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai
tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin
dari pada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan
itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri,
mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Berdasarkan
teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam.
a. Gaya kepemimpinan diktator
Gaya kemimpinan yang dilakukan dengan menimbulakan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan Teori X.
b. Gaya kepemimpinan otokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala
keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak
pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
16
c. Gaya kepemimpinan demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y.
d. Gaya kepemimpinan santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan
Teori Y (Azwar, 1996).
4. Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam
(2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan.
a. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin
selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
b. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap
ramah terhadap bawahan.
c. Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan
dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
d. Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin (Sujak, 1990).
5. Gaya kepemimpinan menurut hersey dan Blanchard
Berikut adalah beberapa gaya kepemimpinan menurut Hersey dan
Blanchard (1997) dan ciri-ciri pada tiap gaya kepemimpinan tersebut.
a. Instruksi
1) Tinggi tugas dan rendah hubungan
2) Komunikasi sejarah
17
3) Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan
sangat minimal
4) Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang
spesifik serta mengawasi dengan ketat
b. Konsultasi
1) Tinggi tugas dan tinggi hubungan
2) Komunikasi dua arah
3) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk
memberi masukan, dan menampung keluhan.
c. Partisipasi
1) Tinggi hubungan tapi rendah tugas
2) Pemimpin dan bawahan diberi kesempatan untuk memberi
masukan dan menampung keluhan
d. Delegasi
1) Rendah hubungan dan rendah tugas
2) Komunikasi dua arah terjadi diskusi dan pendegelasian antara
pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan pemecahan
masalah
6. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan white, terdapat 3 gaya kepemimpinan yaitu: otoriter,
demokrasi dan liberal yang mulai dikembangkan di Universitas Iowa.
a. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan
2) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
3) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
4) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan
para bawahan dilakukan secara ketat
6) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
18
7) Tidak ada kesempatan pada bawahan untuk memberikan
pertimbangan atau pendapat
8) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
9) Lebih banyak kritik dari pada pujian
10) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
11) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
12) Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
13) Kasar dalam bersikap
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan
b. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Wewenang pimpinan tidak mutlak
2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
3) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
4) Komunikasi berlangsung timbal balik
5) Pengawasan dilakukan secara wajar
6) Prakarsa dapat datang dari bawahan
7) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
8) Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan
daripada instruktif
9) Pujian dan kritik seimbang
10) Pimpingan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam
batas masing-masing
11) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
12) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
19
13) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan saling
menghargai
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-
sama
c. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai
kegiatan kepada bawahan.
Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain:
1) Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
3) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
9) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
10) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan
7. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan yang berdasarkan wewenang
dan kekuasaan dibedakan menjadi empat.
a. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau
pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam
memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai
dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya kepada
kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman.
b. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk
20
mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan
tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam
penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
c. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian
mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta
kritik dan saran staf serta mempertimbangkan respon staf terhadap
usulannya. Keputusan akhir yang diambil tergantung pada kelompok.
d. Bebas tindak
Merupakan pimpian official, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf atau bawahan
mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan
hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
2.5 Kepemimpinan Efektif
Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan
interaksi yang efektif di antara tenaga kerja, bahan, dan waktu. Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pembangkit tenaga (sinergis) yang
menyatukan usaha banyak pekerja dengan bermacam – macam ketrampilan.
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki
kemampuan lebih besar untuk menunjukkan dan mempengaruhi perilaku yang
lain dibandingkan dengan dia, jadi, fungsi pemimpin berdasarkan pada
perbedaan kekuasaan antara pihak– pihak yang terlibat. Dalam setiap
perusahaan kerja sama memerlukan usaha banyak orang atau pekerja,
pemimpin dibutuhkan untuk meluruskan pegawai dalam rangka mendukung
tujuan organisasional. Untuk memulai usaha kelompok kepada akhir yang
diinginkan, mencampur dan menipang usaha berbagai tenaga ahli (Gillies,
1989).
Weirich dan Koontz (1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
seni atau proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka bersedia
dengan kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi. Sementara itu, Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan bahwa
21
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengruhi, memotivasi dan
mengarahkan orang lain uantuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin
menelaah dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif
adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar
dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya
perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara
lain menurut :
1. Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
a. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.
Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam
bidang profesinya.
b. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami
kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
c. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
d. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan .
e. Mengambil tindakan.
2. Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang
yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif
kegiatan.
3. Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin,
yaitu :
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem
manusia ( hubungan antar manusia ).
b. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan
bawahan.
c. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
d. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan
seseorang mengenal orang lain dengan baik.
22
4. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
a. Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin
mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia
sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah
menghambatnya.
b. Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok
meliputi: norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi,
tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
c. Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena
setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang
berbeda.
2.6 Penerapan Teori, Konsep, dan Prinsip Kepemimpinan-Manajemen di
Ruang rawat dan Puskesmas
23
BAB III
APLIKASI TEORI
3.1 Kasus
Ruang Melati, merupakan ruang medikal bedah. Kapasitas tempat tidur 25 buah, 5
TT untuk kelas 1, 10 TT untuk kelas 2, dan 10 TT untuk kelas 3. BOR sekitar
75%. Ruang tersebut dipimpin oleh perawat Aisyah, lulusan D3 Keperawatan dan
sudah bekerja selama 20 tahun di Rumah sakit kencana Ungu. Perawat Aisyah
telah memimpin Ruang Melati selama 5 tahun.
Jumlah SDM yang dipimpinnya ada 18 orang, 2 orang lulusan Ners masa kerja 2
tahun, 10 orang D3 Keperawatan masa kerja 5-15 tahun, 4 orang lulusan SPK
masa kerja 20-25 tahun, 2 orang petugas administrasi.
Setiap keputusan yang diambil oleh perawat Aisyah selalu melibatkan anggota
ruangan tersebut. Suasananya sangat relatif kondusif.
24
c. Lingkungan/situasi dimana pemimpin dan staf berfungsi, termasuk
norma kelompok baik formal maupun informal, ukuran, kekuatan, dan
ciri-ciri yang lainnya.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Teori kepemimpinan meliputi hal sebagai berikut:
a. Teori Trait (bakat)
b. Teori Perilaku
c. Teori Kontigensi dan Situasional
d. Teori Kontemporer
e. Teori Motivasi
f. Teori Z
g. Teori Interaktif
2. Menurut S.Suarli pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
b. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi
introspektif
c. Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
d. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi
3. Gaya kepemimpinan terdiri dari:
a. Gaya kepemimpinan menurut tannenbau dan warrant H. Schmitdt
b. Gaya kepemimpinan menurut Likert
c. Gaya kepemimpinan menurut Teori x dan Teori Y
d. Gaya kepemimpinan Menurut Robert House
e. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dsn Blanchard
f. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White
g. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang
4.2 Saran
1. Diharapkan dengan adanya makalah ini Mahasiswa/i UNUSA mampu
memahami Kepemimpinan-Manajemen keperawatan.
2. Diharapkan dengan adanya makalah ini Mahasiswa/i UNUSA mampu
mengaplikasikan Kepemimpinan-Manajemen keperawatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
http://adamsmile73.wordpress.com/2011/09//29/peran-perawat-manajer-dalam-
penerapan-model-praktik-keperawatan-dengan-metode-tim/
27