Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DERMATITIS ATOPIK(DA)

Ditujukan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III

Dosen Pengampu :

Ria Inriyani, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Alya Noviyanti (1910105487)

2. Dandi Nugraha (1910105490)

3. Deva Zuliani (1910105492)

4. Ikah Maryamah (1910105501)

5. Meli Handayani (1910105505)

6. Naufal Misbahuddin Luthfi (1910105510)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG

2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat, karunia serta Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Makalah ini.
Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS ATOPIK” ini kami
susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Tentunya tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya
makalah ini, maka dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ria Inriyani, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sebelas April
Sumedang yang telah memberikan arahan serta dukungan dalam menulis dan
menyelesaikan makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang di miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.
Wabillahitaufiqwalhidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Sumedang, 22 November 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan masalah ......................................................................................................... 1

BAB II ....................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2

A. KASUS ............................................................................................................................... 2

2.1 Patofisiologi ................................................................................................................ 3

2.2 Pengkajian.................................................................................................................. 4

2.3 Pathway ...................................................................................................................... 6

2.4 NCP............................................................................................................................. 7

2.5 Penkes dan discharge planning .............................................................................. 10

2.6 Peran perawat .......................................................................................................... 11

BAB III.................................................................................................................................... 12

PENUTUP............................................................................................................................... 12

3.1 Simpulan .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dermatitis Atopik (DA) atau dalam istilah awam dikenal dengan Eksim Atopik
merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan inflamasi kronik pada kulit. Penyakit
ini disebabkan karena keturunan, artinya dapat menyerang satu keluarga penuh karena
penyakit ini berkaitan dengan gen yang menurunkan sifat dari ayah dan atau ibu ke
anaknya. Sehingga apabila ayah, ibu, kekek, atau nenek terkena DA maka kemungkinan
besar akan menurun ke anak cucunya, sehingga DA akan mengurangi kualitas hidup
pasien (Avena-Woods, 2017). Dermatitis dapat dengan mudah timbul pada pasien
dengan kulit Atopik dikarenakan pasien memiliki IgE yang tinggi sehingga apabila
terpapar sedikit saja zat yang dapat merangsang IgE maka akan muncul manifestasi
klinis berupa Dermatitis atau eksim (Osada-Oka et al., 2018).
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana patofisiologi dermatitis atopic?
2. Apa saja pengkajian tambahan yang penting dilakukan?
3. Bagaimana pathway dermatitis atopic?
4. Apa saja nursing care plane dermatitis atopic?
5. Apa penkes dan discharge planning dermatitis atopic?
6. Bagaimana peran perawat untuk klien dermatitis atopic?
1.3 Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui patofisiologi dermatitis atopic
2. Untuk mengetahui pengkajian tambahan yang dilakukan pada dermatitis atopic
3. Untuk mengetahui pathway dermatitis atopic
4. Untuk mengetahui nursing care plane dermatitis atopic
5. Untuk mengetahui penkes dan discharge planning dermatitis atopic
6. Untuk mengetahui peran perawat pada klien dermatitis atopic

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. KASUS

Tn. S (67 tahun) datang ke poli THT-KL RSUP Dr. Hasan Sadikin dengan keluhan
utama gatal didaerah muka, alis mata dan kulit kepala. Riwayat kesehatan sekarang:
Klien mengatakan timbul bercak kemerahan bersisik di muka, kulit kepala, dan alis
mata. Gatal sering timbul pada waktu tidur namun terkadang timbul pada waktu yang
tidak menentu. Gatal berkurang bila klien mandi diberi salep (resep dokter).

Riwayat kesehatan keluarga: Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang
memiliki penyakit menular dan penyakit yang diturunkan.

Riwayat psikososial:

• Psikologis: klien tampak tenang dan bersemangat untuk sembuh

• Sosial: klien tampak mampu bersosialisasi dengan baik dengan perawat ditandai
dengan mau diajak berkomunikasi

• Spiritual: klien tampak pasrah dan menerima keadaan sekarang.

Pemeriksaan fisik: Keadaan umum compos mentis, TD 130/80 mmHg, nadi 85x/menit,
respirasi 24x/menit, suhu 36,50C.

Pemeriksaan fokus:

• Terdapat bercak kemerahan bersisik didaerah kulit kepala bagian depan ukuran
1x1 cm bentuk bulat tidak teratur disertai rasa gatal.

• Terdapat bercak kemerahan bersisik didaerah alis mata kanan ukuran 1x1 cm
bentuk bulat tidak teratur disertai rasa gatal.

• Terdapat bercak kemerahan bersisik didaerah muka ukuran 0,5x0,5 cm bentuk


bulat tidak teratur disertai rasa gatal.

Terapi:

• Shampo ketokonazol

• Krim mametason 1x/hari (diwajah)

2
• Krim dexametason 2x/hari (bedak)

2.1 Patofisiologi

Patofisiologi dermatitis atopik (DA) merupakan gabungan dari serangkaian


interaksi rumit antara kerentanan genetik yang menyebabkan sawar epidermis menjadi
tidak sempurna, kelainan sistem imun, dan respon imun yang meningkat terhadap
allergen dan antigen mikroba.

Pemahaman terkini patogenesis dermatitis atopik diperlukan sebagai dasar strategi


terapi DA yang komprehensif. Tiga faktor kunci yang berperan dalam patofisiologi DA
adalah disfungsi sawar kulit, abnormalitas sistem imun, dan efek pruritus.

Disfungsi dari sawar epidermis (skin barrier) merupakan faktor patogen utama terjadinya
dermatitis atopik. Pada pasien DA, dapat ditemukan mutasi atau defek dari gen FLG
(filaggrin gene) yang akan menyandi protein (pro)-filaggrin yang berperan penting pada
sawar epidermis. Defek genetik dari FLG akan mengganggu epidermis sehingga
meningkatkan kontak sel imun di dermis dengan antigen dari lingkungan eksternal. Proses
ini menyebabkan rasa gatal yang kuat sehingga pasien menggaruk yang akan
menyebabkan gangguan dan inflamasi pada pembatas kulit epidermal, kondisi ini
dideskripsikan sebagai itchscracth cycle.

Kerusakan pembatas kulit menyebabkan migrasi antigen-presenting cells yang


teraktivasi ke dalam kelenjar getah bening, dan migrasi sel T naif menjadi sel T helper 2
(Th2). Peningkatan sitokin Th2 bersamaan dengan Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α)
dan Interferon Gamma (IFN-γ) menyebabkan kerusakan pembatas kulit lebih lanjut dengan
cara menginduksi apoptosis keratinosit dan merusak fungsi tight junction. Selain itu,
meningkatkan respon Th2 dengan cara meningkatkan ekspresi thymic stromal
lymphopoietin (TSLP) dari sel epithelial.

Selain faktor genetik yang menyebabkan proses di atas, pada DA dapat terjadi defek
respon imun bawaan (innate immunity) yang menyebabkan pasien lebih rentan terhadap
infeksi virus dan bakteri. Pada fase awal, respon sel T didominasi oleh Th2, tetapi
selanjutnya terjadi pergeseran dominasi menjadi respon Th1 yang akan mengakibatkan
pelepasan sitokin dan kemokin proinflamasi, yaitu interleukin 4 (IL 4), IL 5, dan TNF yang
merangsang produksi IgE dan respon inflamasi sistemik. Serangkaian kejadian tersebut

3
akan menimbulkan tanda dan gejala seperti pruritus. Patofisiologi yang melibatkan IgE ini
serupa dengan patofisiologi penyakit atopi lainnya, seperti asma dan rhinitis alergi.

2.2 Pengkajian
1. Data fokus:
Nama : Tn. S
Umur : 67 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumedang
Agama : Islam
Suku banggsa : Indnesia
Masuk RS : 25 November 2021

Penanggung jawab
Nama ; Ny. A
Usia : 45 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Hubunan dengan klien : Istri
2. Keluhan utama : Gatal di area muka, alis mata, dan kulit kepala
3. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengatakan timul bercak kemerahan bersisik di
muka, kulit kepala, dan alis mata. Gatal sering timbul padawaktu tidur namun
terkadang itmbul pada waktu yang tidak menentu. Gatal brkurang bila klien mand
diberi salep (resep dokter).
4. Riwayat penyait dahulu : Tidak ada
5. Riwayat kesehatan keluarga : klien mengtakan bahwa tidak ada keluara yang
memilikipenyakit menular dan pnyakit yang diturunkan
6. Riwayat psiksosial
Psikologis : Klien tampak tenang dan bersemgt untuk sembuh
Social : klien tampak mampu bersosilisasi dengan baik dengan perawat ditandai
dengan mau diajak beerkomuniikasi
Spiritual : klien tampakpasrah dan menerima keadaan sekarang

4
7. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : compos mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu :36,5o
8. Pemeriksan fokus :
• Terdapat bercak kemerahan bersisik di daerah kulit kela bagian dpan ukuran
1x1 cm erbentuk bulat tidak teratur diertai rasa gatal
• Terdapat bercak kemerahan bersisik di derah alis mata kanan ukuran 1x1 cm
berbentuk bulatttidak beratur diserti rasagatal
• Terdapat bercak kemerahan bersisik di darah mukauurann 0,5x0,5 cm berbentk
bullat tidak eraur disertaai rassa gatal
9. Terapi :
Shmpo ketokenazon
Krim mametson 1x/hari di wajah
Krim dexametason 2x/hari bedak

5
2.3 Pathway

Faktor resiko :
• Genetic
• Laktasi Dermatitis Bahan iritasi
Atopik dan alergen
• Sosioekonomi
• Polusi lingkungan
• Jumlah anggota keluarga IgE, cosinofil
meningkat

Pelepasan histamin

Reaksi
hipersensitivitas

Pruritus hebat Macula eritematos Papul vesikel Lesi

Perubahan rasa Gangguan pola Gangguan citra Kerusakan


nyaman tidur tubuh integritas kulit

6
2.4 NCP
Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasionalisasi
Kepeawatan Hasil
Gangguan Klien akan • Mengungkap • Mandi paling • Denga mandi
integritas mempertahank -kan tidak sekali air akan
kulit dengan an kulit agar peningkatan sehari selama meresap
kekeringan mempunyai kenyamanan 15-20 menit. dalam
pada kulit hidrasi yang kulit Segera oleskan saturasi kulit.
baik dan • Berkurangny salep atau krim Pengolesan
turunnya a derajat yang telah krim
peradangan pengelupasa diresepkan pelembab
n kulit. setelah mandi. selama 2-4
• Berkurangny Mandi lebih menit setelah
a kemerahan sering jika mandi untuk
• Berkurangny tanda dan mencegah
a lecet gejala penguapan
karena meningkat. air dari kulit.
garukan • Gunakan air • Air panas
• Penyembuha hangat jangan menyebabka
n area kulit panas n
yang telah • Gunakan sabun vasodilatasi
rusak yang yang akan
mengandung meningkatka
pelembab atau n pruritus
sabun untuk • Sabun yang
kulit sensitif. mengandung
Hindari mandi pelembab
busa lebih sedikit
• Oleskan/berika kandungan
n salep atau alkalin dan
krim yang telah tidak
diresepkan 2 membuat
kulit kering,

7
atau 3 kali per sabun kering
hari dapat
meningkatka
n keluhan
• Salep atai
krim akan
melembabka
n kulit

Resiko Klien akan Mengindari • Ajari klien • Menghindari


kerusakan mempertahank alergen menghindari alergen akan
kulit dengan an integritas atau menurunkan
terpapar kulit menurunkan respon alergi
alergen paparan • Jika alergi
terhadap terhadap buli
alergen uang binatang
telah diketahui sebaiknya
• Baca label hindari
makanan memelihara
kaleng agar binatang atau
terhindar dari batasi
bahan makanan keberadaan
yang binatang di
mengandung sekitar area
alergen rumah
• Hindari • AC
binatang membantu
peliharaan menurunkan
• Gunakan paparan
penyejuk terhadap
ruangan (AC) beberapa
di rumah atau alergen yang
di tempat kerja,

8
bila ada di
kemungkinkan lingkungan

perubahan Klien • Berkurangny • Jelaskan gejala • Dengan


rasa nyaman menunjukkan a lecet akibat gatal mengetahui
dengan berkembangny garukan berhubungan proses
pruritus a pruritus • Klien tidur dengan fisiologis dan
nyenyak penyebabnya psikologis
tanpa (misal: dan prinsip
tergantung keringnya gatal serta
rasa gatal kulit) dan penangannya
• Klien prinsip akan
mengunakan terapinya meningkatka
adanya (misalnya: n rasa
peningkatan hidrasi) dan kooperatif
rasa nyaman siklus gatal- • Pruritus
garuk-gatal- sering
garuk. disebabkan
• Cuci semua oleh dampak
pakaian iritan atau
sebelum alergen dari
digunakan bahan kimia
untuk atau
menghilangka komponen
n formaldehid pelembut
dan bahan pakaian.
kimia lain serta • Bahan yang
hindari tertinggal
menggunakan (deterjen)
pelembut pada pada
pakaian buatan pencucian
pabrik. pakaian
dapat

9
• Gunakan menyebabka
deterjen ringan n iritasi
dan bilas
pakaian untuk
memastikan
sudah tidak
ada sabun yang
tertinggal

2.5 Penkes dan discharge planning


A. Penkes
Edukasi terkait dermatitis alergi (DA) harus diberikan kepada pasien atau orang
tua pasien anak, tentang bagaimana perjalanan penyakit dan bagaimana akan
mempengaruhi gaya hidup mereka. Dokter sebaiknya merekomendasikan
intervensi profesional pada spesialis jika dianggap perlu.
• Edukasi Pasien
Penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau keluarga pasien di
antaranya:

Penyebab penyakit yang umumnya bersifat genetic.

Identifikasi faktor risiko timbulnya gejala sehingga dapat dihindari yang akan
memperberat inflamasi. Berbagai upaya untuk mempertahankan hidrasi kulit agar
barrier kulit terlindungi, yaitu dengan mandi air hangat 10‒15 menit dua kali sehari,
menggunakan pelembab kulit, dan bila perlu dilakukan wet dressing.
Gejala yang ringan akan memiliki prognosis yang lebih baik. Beberapa studi
menunjukkan bahwa DA dapat dicegah secara primer. Hal ini mengacu pada
patofisiologi DA yang disebabkan oleh karena ketidakseimbangan sistem imun
adaptif, serta gangguan pada fungsi proteksi dan hidrasi kulit. Karena itu, upaya
pencegahan DA dapat dengan pemberian probiotik pada ibu hamil, dan bayi pada
bulan-bulan awal kehidupan. Selain itu, penggunaan pelembab tipe emolien juga
efektif mencegah DA. Studi pada populasi di Amerika Serikat dan Inggris
merekomendasikan agar pelembab kulit diaplikasikan minimal 1x sehari selama 6
bulan pertama kehidupan.

10
B. Discharge planning
Masalah yang lazim muncul
1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
2. Gangguan citra tubuh b.d perasaan malu terhadap penampakan diri dan persepsi
diri tentang ketidak bersihan
3. Nyeri b.d lesi kulit
4. Resiko infeksi b.d lesi, bercak-bercak merah pada kulit

Discharge Planning

1. Gunakanlah kosmetik hipoalergen


2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-menepuk bukan menggosok
3. Gunakan mild soap atau pengganti sabunJangan mandi terlalu lama karena akan
membuat menjadi kering
4. Kenakan pelembab
5. Hindari penggunaan wol atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen dan
gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih
6. Jangan menggaruk atau menggosok atau menggosok kulit
7. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim sebaiknya
hanya mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu dipijat secara
perlahan.
2.6 Peran perawat
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Kolaborator untuk pemberian terapi
3. Edukasi untuk tidak menggaruk gatalnya

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Dermatitis Atopik (DA) atau dalam istilah awam dikenal dengan Eksim Atopik
merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan inflamasi kronik pada kulit. Penyakit
ini disebabkan karena keturunan, artinya dapat menyerang satu keluarga penuh karena
penyakit ini berkaitan dengan gen yang menurunkan sifat dari ayah dan atau ibu ke
anaknya.
Patofisiologi (DA) merupakan gabungan dari serangkaian interaksi rumit antara
kerentanan genetik yang menyebabkan sawar epidermis menjadi tidak sempurna,
kelainan sistem imun, dan respon imun yang meningkat terhadap allergen dan antigen
mikroba. Identifikasi faktor risiko timbulnya gejala sehingga dapat dihindari yang akan
memperberat inflamasi. Berbagai upaya untuk mempertahankan hidrasi kulit agar
barrier kulit terlindungi, yaitu dengan mandi air hangat 10‒15 menit dua kali sehari,
menggunakan pelembab kulit, dan bila perlu dilakukan wet dressing.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dumakuri, M. (2018, April 24). Dermatitis Atopik : Lesi Kemerahan dengan Rasa Gatal.
Retrieved November 22, 2021, from Ikatan Dokter Anak Indonesia: www.idai.or.id
Eliska, N., Thaha, M. A., & Anwar, C. (2015, Januari). Faktor Resiko Pada Dermatitis
Atopik. JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, Vol. 2 No. 2, 143-149.
Retrieved November 22, 2021
Redaksi Halodoc. (n.d.). Dermatitis Atopic. Retrieved November 22, 2021, from halodoc:
www.halodoc.com
Syahidah, A. A. (n.d.). Dermatitis Atooik. Retrieved November 22, 2021, from Alomedika:
www.alomedika.com

13

Anda mungkin juga menyukai