Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM INTEGUMEN PADA Tn.J


DENGAN DIAGNOSA MEDIS
HERPES ZOOSTER

DISUSUN OLEH :
DESI NATALIA
2018.C.10a.0931

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021

1
i

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Desi Natalia
NIM : 2018.C.10a.0931
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. J
Dengan Diagnosa Medis Herpes Zooster Pada Sistem Integumen.

Telah Melakukan Asuhan Keperawatan Sebagai Persyaratan Untuk


Menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui
Ketua Program Studi S1
Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Nia Pristina, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Herpes Zoster Pada Tn.J pada Sistem
Integumen”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan 2.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 15 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Herpes Zooster.................................................................... 4
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi............................................................................. 4
2.1.2 Definisi.................................................................................................... 5
2.1.3 Etiologi.................................................................................................... 4
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................ 6
2.1.5 Patofisiologi (WOC)................................................................................ 7
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi............................................................................................... 8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................ 9
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan................................................. 11
2.2.1 Pengkajian................................................................................................ 11
2.2.2 Diagnosis Keperawatan........................................................................... 14
2.2.3 Intervensi................................................................................................. 14
2.2.4 Implementasi............................................................................................ 16
2.2.5 Evaluasi.................................................................................................... 16
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................ 17
3.2 Diagnosa..................................................................................................... 26
3.3 Intervensi keperawatan............................................................................... 29
3.4 Implementasi keperawatan......................................................................... 33
3.5 Catatan perkembangan................................................................................ 33
3.6 Evaluasi Keperawatan (catatan perkembangan SOAP).............................. 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Jurnal
SAP
Leaflet
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes zoster adalah infeksi virus pada kulit. Herpes zoster disebabkan oleh
virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster
ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion
serabut saraf sensorik dan nervus kranialis. Tercatat ada tujuh jenis virus yang
dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu, herpes simpleks,
Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein Barr (EBV) dan human
herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes
memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi
pada inti sel. (Bruner dan Suddart. 2013). Herpes zoster belum seluruhnya
diketahui. Selama terjadi varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi
kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara
sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Herpes zoster pada
umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang
terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang
berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor
penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.
Angka kejadian herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat
dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per
tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus
berusia di bawah 20 tahun (Bruner dan Suddart. 2013), Komplikasi herpes zoster
dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak adalah neuralgia
paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas.
Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus
terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara
langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal
2

ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan
imunosupresi.
Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang
disertai pusing dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesulitan bernafas atau
kejang. Lesi biasanya hilang dalam dua minggu. Pengaktifan virus yang
berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stress,
depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi,
kurang tidur dan sinar ultraviolet. (Bruner dan Suddart. 2013). Secara umum
pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu dengan mengatasi
inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster
dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat
masalah bagaimana cara Pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
Herpes Zooster dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembahasan di atas “Bagaimana pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Herpes Zooster Di rumah
sakit mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan
evaluasi keperawatan? ”
.3 Tujuan Penulisan
.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Herpes Zooster Di rumah
sakit dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi keperawatan.
.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Herpes Zooster Di rumah sakit.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Herpes Zooster Di rumah sakit.
3

1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis


Herpes Zooster Di rumah sakit.
1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Herpes Zooster Di rumah sakit.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Herpes Zooster Di rumah sakit.
.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien Herpes
Zooster yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan dan pelayanan
kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatan.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.2 Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya
bagi mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Herpes Zooster sehingga dapat diterapkan di masa yang
akan datang.
1.4.3.2 Rumah Sakit
Memberikan kerangka pemikiran ilmiah yang bermanfaat bagi rumah sakit
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan gambaran
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Herpes Zooster.
1.4.3.3 Bagi Profesi
4

Asuhan keperawatan dengan klien Herpes Zooster ini diharapkan dapat


memberikan masukan sebagai salah satu referensi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit Herpes Zoster


2.1.1 Definisi Herpes Zoster

Gambar 2.1 Herpes zoster oftalmikus sinistra


Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan
vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomnya (persyarafannya).Herpes zoster
adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai
kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak
terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). 
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus
Varicella – Zoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri
radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang
diinervasi satu ganglion saraf sensoris.
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster adalah
infeksi virus pada kulit. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan
varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri
hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang
dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes
pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus
(CMV), Epstein Barr (EBV) dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi
5

yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. (Bruner dan Suddart.
2013)
2.1.2 Anatomi fisiologi sistem integumen
2.1.2.1 Definisi
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
dan menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Sistem ini seringkali
merupakan bagian dari sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku,
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu
memperbaiki dirinya sendiri apabila terjadi kerusakan yang tidak terlalu parah
(self-repairing) dan mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara
lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh). Lapisan kulit dibagi menjadi 3
lapisan yakni epidermis, dermis dan subkutis (hipodermis) (Andriyani, Triana &
Juliarti, 2015).

2.1.2.2 Struktur Anatomi Kulit


Kulit terdiri dari 3 lapisan utama yakni:
1. Epidermis:
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-
beda pada setiap bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 mm misalnya pada
telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 mm terdapat
pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit,
epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis
6

memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes
melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis (Andriyani, Triana &
Juliarti, 2015). Epidermis tersusun dari beberapa lapisan seperti keratinocytes,
melanocytes, sel langerhans, lymphocytes dan sel merkel (Standring, et al. 2016).

2. Dermis:
Dibawah epidermis terdapat lapisan dermis dimana merupakan jaringan
iregular yang menghubungkan serat-serat kolagen dan terdiri dari lapisan elastis
yang terbentuk dari glycosaminoglycans, glicoprotein dan cairan. Dermis juga
mengandung saraf, pembuluh darah, jaringan lymphatics dan epidermal. Manfaat
dari dermis yakni mempertahankan keelastisan kulit dengan mengatur jaringan
kolagen dan lapisan elastisnya. Dermis tersusun dari 2 lapisan yakni lapisan
papilari (membuat mekanisme anchorage, mendukung metabolisme dan
mempertahankan kerusakan pada epidermis, juga menjaga sistem saraf dan
pembuluh darah), dan lapisan retikular (menentukan bentuk dari kulit) (Standring,
et al. 2016).
3. Hipodermis:
Lapisan terakhir yakni hipodermis yang merupakan lapisan penghubung
beberapa jaringan yang tebal yang berhubungan dengan lapisan terakhir dari
dermis. Jaringan adiposa yang biasannya terletak antara dermis dan otot-otot pada
tubuh (Standring, et al. 2016).
2.1.3 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus
varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm.
Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang lengkap dengan
7

diameternya 150–200 dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic , deterjen,
enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21
hari.
2.1.3.1 Faktor Resiko Herpes zoster :                         
1)       Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya
tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi
pula resiko terserang nyeri.
2)       Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi
pertama dari immunocompromised.
3)       Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi. 
4)     Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.
2.1.3.2  Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster: 
1)      Trauma / luka                                                                                     
2)      Kelelahan                                                                                                  
3)      Demam                                                                                                      
4)      Alkohol                                                                                               
5)      Gangguanpencernaan                                                                                
6)      Obatobatan                                                                                                
7)     Sinar ultraviolet                     
8)      Haid                                                                                                           
9)      Stress
Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai
berikut :
1) Herpes Virus Hominis (HVH).  
2) Herpes Simplex Virus (HSV)  
3) Varicella Zoster Virus (VZV)        
4) Epstein Bar Virus (EBV)                                                                        
5) Citamoga lavirus (CMV)
8

Namun yang paling sering herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes simpleks
tipe I dan tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa melalui
hubungan kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau
sewaktu proses persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi
herpes pada alat kelamin luar.
Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II
HSV tipe I HSV tipe II
Predileksi Kulit dan mukosa di luar Kulit dan mukosa daerah
genetalia dan perianal
Kultur pada Membentuk bercak kecil Membentuk pock besar
chorioallatoic membran dan tebal
(CAM) dari telur ayam

Serologi Antibodi terhadap HSV Antibodi terhadap HSV


tipe I tipe II

Sifat lain Tidak bersifat onkogeni Bersifat onkogeni

Faktor pencetus replikasi virus penyebab herpes simpleks :


1) Herpes oro-labial                            
2) Suhu dingin.  
3) Panas sinar matahari.                  
4) Penyakit infeksi(febris). 
5) Kelelahan.
6) Menstruasi
7) Herpes Genetalis    
8) Faktor pencetus pada herpes oro-labial.
9) Hubungan seksual.
10) Makanan yangmerangsang. 
11) Alcohol.

Keadaan yang menimbulkan penurunan daya tahan tubuh:


9

1) Penyakit DM berat.
2) Kanker.
3) HIV.
4) Obat-obatan (Imunosupresi, Kortikosteroid).      
5) Radiasi
2.1.4 Klasifikasi                                    
Herpes zoster dapat dibedakan menjadi :
2.1.4.1      Herpes zoster generalisata Adalah herpes yang unilateral dan segmental
ditambah dengan penyebaran secara generalisata berupa vesikel soliter dan
terdapat umbilikasi.
2.1.4.2      Herpes zoster oftalmikus Adalah herpes zoster yang didalamnya terjadi
infeksi cabang pertama nervus trigeminus yang menimbulkan kelainan pada mata
serta cabang ke 2 dan ke 3 yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persyarafan.
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
Virus herpes simpleks tipe 1Menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya
pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital.
Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif
telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
2.1.4.3      Virus herpes simpleks tipe 2 Hampir secara eksklusif hanya ditemukan
pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
2.1.5 Patofisologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster)
ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi
dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas
dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo
Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat
viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan
mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau
lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama
10

antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten
ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun
dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes
zoster. Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada
kemungkinan:  Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui
jalur neuronal dari perifer ke otak melalui saraf Trigeminus atau
Offactorius. Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak. Pada neonatus
penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi dari secret genital
yang terinfeksi pada saat persalinan.
11

2.2.6 Web of Caution (WOC) Herpes zoste


Abnormalitasgenetik, faktor Virus Varicella Zoster
lingkungan, infeksi virus

Kontak langsung Kontak tidak langsung

Proses Peradangan,

Masuk ke saluran pernafasan Kurang terpapar informasi


bagian atas
Defisit pengetahuan
Varicela

B1: Breathing B2: Blood B3: Brain B4: Bladder B5: Bowel B6: Bone

Pelepasan asam
Infeksi primer pada Penyebaran/pembe- arakidonat pada Pembesaran Efek hiperventilasi Proses peradangan
alveoli saran benjolan limfa hipotalamus kelenjar di area
reproduksi Konsentrasi plasma
Produksi asam darah
Mengganggu perfusi Merangsang lambung meningkat
dan difusi oksigen Penyumbatan neurotansmitter Gangguan
pembuluh darah eliminasi urine Termoregulasi terganggu
Suplai oksigen Hipotalamus
Peristaltik usus
menurun menurun Hipertermi
Aliran darah turun
Reseptor nyeri
Gangguan Suplay O2 turun Adanya Lesi 15
Mual, nyeri
pertukaran gas Nyeri akut lambung
Gangguan
Iskemik Integritas kulit
defisit nutrisi
Perfusi perifer tidak efektif
12

2.1.6 Manifestasi Klinis


2.1.6.1 Herpes zoster        
Gejala prodomal Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang
berlangsung selama 1 – 4 hari. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit
kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan
kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. Nyeri bersifat
segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga
bisa terjadi selama erupsi kulit. Gejala yang mempengaruhi mata :  Berupa
kemerahan, sensitive terhadap cahaya,pembengkakan kelopak mata. kekeringan
mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
Timbul erupsi kulit  Kadang terjadi limfadenopati regional. Erupsi kulit hampir
selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafioleh satu
ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi   di seluruh bagian tubuh, yang tersering di
daerah ganglion torakalis. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian
terbentuk papul–papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi
vesikel. Pada hari ketiga berubah  menjadi pastul yang akan mengering menjadi
krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3   minggu kemudian
mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang. Lesi baru dapat terus
muncul sampai hari ke 4 dan kadang–kadang sampai hari ke 7  Erupsi kulit yang
berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted
scar)  Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.
2.1.6.2 Herpes simpleks                                                                        
Masa inkubasi berkisar sekitar 3-7 hari. Berdasarkan pernah tidaknya seseorang
kontak dengan Virus Herpes Simplex (HSV-2), infeksi Herpes simpleks
berlangsung dalam 3 fase, yakni:
1) Fase Infeksi (lesi) Primer, ditandai dengan:      
Dapat terjadi tanpa gejala (asimptomatis) Diawali dengan rasa panas, rasa
terbakar dan gatal pada area yang terserang. Kemudian timbul vesikula
(bintik-bintik) bergerombol, mudah pecah sehingga menimbulkan perlukaan
(mirip koreng) di permukaan kulit  yang    kemerahan (eritematus) dan
13

nyeri. Selanjutnya dapat diikuti dengan demam, lemas sekujur tubuh


(malaise) dan nyeriotot. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sekitar
area yang terserang Herpes genitalis.
2) Fase Infeksi (lesi) Rekuren (kambuh).           
Seseorang yang pernah infeksi primer, dapat mengalami kekambuhan.
Adapun kekambuhan terjadi karena berbagai faktor dan dapat dipicu oleh
beberapa faktor pencetus, misalnya kelelahan fisik maupun psikis, alkohol,
menstruasi dan perlukaan setelah hubungan intim. Pada infeksi kambuhan
(rekuren), gejala dan keluhan pada umumnya lebih ringan. Gambaran
penyakit bersifat lokal pada salah satu sisi bagian tubuh (unilateral),berbentuk
vesikuloulseratif (bercak koreng) yang biasanya dapat hilang dalam
5 hingga 7 hari.   Sebelum muncul bercak berkoreng, didahului dengan rasa
panas, gatal dan nyeri.
3) Fase Laten     
Fase ini berati penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HVS dapat
ditemukan dlm keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
2.1.7 Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila
timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
2.1.7.1  Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri
saraf (neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang. Masalah ini jarang terjadi pada orang yang berusia di bawah 50. Rasa
nyeri biasanya secara bertahap menghilang dalam satu bulan tetapi pada beberapa
orang dapat berlangsung berbulan-bulan bila tanpa pengobatan.
2.1.7.2 Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.
2.1.7.3 Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
14

2.1.7.4 Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah


saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat
menimbulkan kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
2.1.7.5 Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi
jarang terjadi. Penderita herpes zoster dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih
berisiko mengembangkan komplikasi langka ini.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan
herps simplex :
2.1.8.1 Tzanck Smear
Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s,
toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya
akan dijumpai multinucleated giant cells
Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. Test ini tidak dapat membedakan
antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus
2.1.8.2 Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
2.1.8.3 Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
2.1.8.4 Pemerikasaan mikroskop electron
2.1.8.5 Kultur virus
2.1.8.6 Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
2.1.8.7 Deteksi antibody terhadap infeksi virus
2.1.8.8 Biopsi kulit, pemeriksaan histopatologis tampak vesikel intraepidermal
dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas
dijumpai adanya lymphocytic infiltrate. (Price, Sylvia Anderson. 2005 )
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
2.1.9.1 Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik, jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.Pada herpes
zoster oftalmikus mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral atau
15

imunostimulator. Obat-obat ini juga dapat diberikan pada penderita


dengan defisiensi imunitas.Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk
Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah
terjadinya parasialis. ( Judith M. Wilkinson. 2006). Terapi serng
digabungkan dengan obat antiviral untuk mencegah fibrosis ganglion.
2.1.9.2 Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium
vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya
vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder bila erosit diberikan kompres
terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.( Judith M.
Wilkinson. 2006). Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka
terapi ditujukan untuk mengendalikan gejala dan menurunkan
pengeluaran virus. Obat antivirus analognukleosida merupakan terapi
yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan menyebabkan
deaktivasi atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada
gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. ( Judith M.
Wilkinson. 2006). Tiga obat antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk
CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir. Terapi
topical dengan krim atau salep antivirus tidak terbukti efektif.
2.1.9.3 Terapi supresif atau profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko
infeksi perinatal dan keharusan melakukan seksioses area pada wanita
yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang
sedang diteliti.
16

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat
pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak
sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat
perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat
di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
2.2.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang
terkena pada fase-fase awal baik pada herpes zoster maupun simpleks.
2. Riwayat penyakit sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat
lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
3. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat
yang terinfeksi virus ini.
4. Riwayat penyakit dahulu
Diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit herpes
simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini
5. Riwayat psikososial.
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam
keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.
2.2.1.3 Pola Kehidupan
1. Aktivitas dan Istirahat
Pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan gatal.
17

2. Pola Nutrisi dan Metabolik


Pada Herpes Zoster oftalmik , pasien mengalami penurunanan nafsu makan ,
karena mengeluh nyeri pada daerah wajah dan pipi sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan dengan baik karena disebabkan oleh rasa nyeri
3. Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola saat
aktifitas berlebih ,sehingga pasien akan membatasi pergerakan aktivitas .
4. Pola Hubungan dan peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya
gangguan citra tubuh.
2.2.1.4 Pengkajian fisik
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
b. TTV
2. Head To Toe
a. Kepala
wajah : ada lesi (ukuran > 1 , bentuk :benjolan berisi air , penyebaran : merata
dengan kulit )
b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata rapi.
c. Mata (Penglihatan)
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan.
d. Hidung (Penciuman)
septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan tidak
terdapat hiposmia.
e. Telinga (Pendengaran)
1) Inspeksi
- Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid
- Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.
18

2) Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan mastoidius.
3) Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak
terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
4) Abdomen
5) Inspeksi
- Bentuk : normal simetris
- Benjolan : tidak terdapat lesi
6) Palpasi
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Tidak terdapat massa / benjolan
- Tidak terdapat tanda tanda asites
- Tidak terdapat pembesaran hepar
7) Integument
- Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
- edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
- akral hangat
- turgor kulit normal/ kembali <1 detik
- terdapat lesi pada permukaan kulit wajah
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (D.0077 Hal 172)
2.2.2.2 Hipertermi berhubungan dengan invasi bakteri (D.0130 Hal 284).
2.2.2.3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit (D.0129
Hal 282).
2.2.2.4 Defisit nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak mampu
memasukkan, mencerna dan mengabsorbsi makanan (D . 0019 Hal 56).
2.2.2.5 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan untuk
menghindari paparan patogen (D.0142 Hal 304)
2.2.2.6 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan sirkulasi perifer tidak
efektif (D.0009 Hal 37)
19

2.2.2.7 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi terkait kondisi


klinis penyakit (D.0080 Hal 180).
2.2.2.8 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111 Hal 246)
20

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal 201)
dengan kerusakan kulit atau selama 1x7 jam diharapkan nyeri klien Observasi :
jaringan. SDKI (D.0077 Hal berkurang. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
172) Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (5)
2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun (5)
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
3. Kesulitan tidur menurun (5)
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaa terhadap respon nyeri
7. Identifikasi respon nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
21

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen hipertermia. SIKI (I 15506 Hal 181)
selama 1x7 jam diharapkan hipertermia Observasi :
dengan invaksi
klien berkurang. 1. Identifikasi penyebab hipertermia
bakteri(D.0130 Hal 284) Kriteria hasil SLKI (L.14134 Hal 129) 2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun (5) 3. Monitor kadar elektrolit
2. Kulit merah menurun (5) 4. Monitor haluaran urin
3. Kejang menurun (5) 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
22

4. Pucat menurun (5) Terapeutik :


5. Takikardia menurun (5) 10. Sediakan lingkungan yang dingin
6. Takipnea menurun (5) 11. Longgarkan atau lepaskan pakaian
7. Suhu tubuh membaik (5) 12. Basahi dan kipasi bagian tubuh
8. Kadar glukosa darah membaik (5) 13. Berikan cairan oral
9. Pengisian kapiler membaik (5) 14. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
15. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

3 Gangguan integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353 Hal 316)
kulit berhubungan selama 1x7 jam diharapkan integritas Observasi :
dengan kerusakan kulit dan jaringan klien meningkat 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
mekanis dari Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33)
1. Perfusi jaringan meningkat (5) Terapeutik :
jaringan sekunder 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
akibat tekanan dan 2. Kerusakan jaringan menurun (5)
gesekan. (D.0129 2. Lakukan pemujatan pada area penonjolan tulang,
Hal 282). 3. Keruskan lapisan kulit menurun bila perlu
(5)
3. Bersihkan parineal dengan air hangat, terutama
4. Perdarahan menurun (5) selama periode diare
5. Suhu kulit membaik (5) 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak
pada kulit kering
23

5. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan


hipoalergik pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30
saat berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

4 Defisit nutrisi berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119 Hal 200)
dengan ketidakmampuan selama 1x7 jam diharapkan status nutrisi Observasi :
mengabsorbsi nuttrien. klien membaik. 1. Identifikasi status nutrisi
SDKI (D . 0019 Hal 56). Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121)
1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat (5)
3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Pengetahuan tentang standar
24

asupan nutrisi yang tepat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
meningkat (5)
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Indeks masa tubuh membaik (5)
6. Monitor asupan makanan
4. Nafsu makan membaik (5)
7. Monitor berat badan
5. Bising usus membaik (5)
8. Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
6. Frekuensi makan membaik (5)
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, bila perlu
2. Fasilitasi menetukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, bila perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
25

2. Ajarkan diet yang diprogramkan


Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,bila
perlu

5 Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539 Hal 278)
Behubungan selama 1x7 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
Dengan klien menurun. 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Ketidakadekuatan Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139)
1. Demam menurun (5) Terapeutik :
Pertahanan Tubuh 1. Batasi jumlah pengunjung
Primer: Kerusakan 2. Kemerahan menurun (5)
Integritas Kulit 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
(D.0142 Hal 304) 3. Nyeri menurun (5)
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
4. Bengkak menurun (5) pasien dan lingkungan pasien
5. Kultur area luka membaik (5) 4. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
26

4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka


operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi

6 Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen hipovolemia. SIKI (I.02079 Hal 345)
selama 1x7 jam diharapkan perfusi perifer Observasi :
berhubungan dengan
membaik. 1. Periksa sirkulasi perifer
sirkulasi perifer tidak efektif Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139)
1. Penyembuhan luka meningkat (5) 2. Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi
(D.0009 Hal 37)
2. Warna kulit pucat menurun (5) 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
pada ekstremitas
3. Nyeri ektremitas menurun (5)
Terapeutik :
4. Kelemahan otot menurun (5) 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
di area keterbatasan perfusi
5. Tekanan darah sistolik memaik (5)
2. Lakukan pencegahan infeksi
6. Tekanan darah diastolic membaik (5)
3. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
27

2. Anjurkan berolahraga rutin


3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar
4. Anjurkan program rehabilitasi vascular

7 Ansietas berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Reduksi ansietas. SIKI (I 09314 Hal 387)
selama 1x7 jam diharapkan ansietas klien Observasi :
dengan kurang terpapar
berkurang. 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
informasi terkait kondisi Kriteria hasil SLKI (L.09093 Hal 132) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Verbalisasi kebingungan menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas
penyakit (D.0080 Hal 180)
(5) Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi kepercayaan
yang dihadapi menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Perilaku gelisah menurun (5)
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Perilaku tegang menurun (5) 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4. Latih teknik relaksasi
28

Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu

8 Defisit pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan Edukasi pencegahan infeksi. SIKI (I 12406 Hal 80)
berhubungan selama 1x7 jam diharapkan pengetahuan Observasi :
dengan kurang klien meningkat. 1. Periksa kesiapan dan kemampuan menerima
terpaparnya Kriteria hasil SLKI (L.12111 Hal 146) informasi
informasi terkait 1. Perilaku sesuai anjuran (5)
Terapeutik :
ulkus dekubitus. 2. Verbalisasi minat dalam belajar 1. Sediakan materi, media tentang factor-faktor
(D.0111 Hal 246) (5) penyebab, cara identifikasi dan pencegahan risiko
infeksi dirumah sakit ataupun dirumah
3. Kemampuan menjelaskan 2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan
pengetahuan tentang suatu topik pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan pasien dan
(5) keluarga
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Perilaku sesuai pengetahuan (5)
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2. Informasikan hasil pemeriksaan laboratorium
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
4. Ajarkan kecukupan nutrisi, cairan, dan istirahat
5. Ajarkan cara mencuci tangan
27

.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya[ CITATION Cer10 \l 1057 ].
Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah  :
1. Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU
2. Mencegah komplikasi.
3. Memberikan informasi tentang proses /pragnosis dan program pengobatan.
4. Pendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Desi Natalia


NIM : 2018.C.10a.0931
Ruang Praktek :
Tanggal Praktek : 15 September 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 15 September 2020 & 08.00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Tn. J, Umur 40 Tahun, Jenis kelamin Laki-laki, Suku/bangsa
Banjar/Indinesia, Agama Islam, Pekerjaan Swasta, Pendidikan SMP, Status
perkawinan Kawin, Alamat Jln dr Murjani, Tgl MRS 15 September 2020,
Diagnosa Medis Herpes Zooster.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengatakan kadang-kadang merasa nyeri pada dada dengan P: “kulit
melepuh” Q: “terasa seperti terbakar” R:”nyeri terasa disekitar dada saja” S:”skala
nyeri ringan 5” T:”nyeri hilang timbul”.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien dibawa oleh keluarga ke IGD rumah sakit dr Doris Sylvanus Palangkaraya
karena daerah dada memiliki luka melepuh dan terasa nyeri terbakar gatal dan
panas dari 3 hari yang lalu sebelum terjadinya luka klien mengalami demam dan
menggigil kemudian karena kondisi klien semakin parah dan luka semakin terasa
nyeri dan bernanah keluarga langsung membawa pasien ke rumah sakit. Di IGD
klien diberikan terapi obat keterolac 30 mg, dan terapi infus NaCL 0,9% 20 TPM,
kemudian di lakukan rawat luka untuk membersihkan lesi lain yang berwarna
gelap dan mengeluarkan cairan berwarna kuning. Kemudian klien dipindahkan ke
ruang rawat inap.

28
29

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun sebelumnya maupun
riwayat operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluargan tidak ada yang mengalami penyakit yang
sama serta penyakit keturunan lainnya seperti hipertensi, jantung, stroke, dll.
Klien jjuga mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti TB
Paru, hepatitis, dll.
GENOGRAM KELUARGA :
Bagan 3.1 Genogram

Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Hubungan keluarga

3.2 Pemerikasaan Fisik


3.2.1 Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran pasien compass menthis dengan GCS: E:4, V: 5,
M:6 nilai GCS 15, posisi pasien duduk pasien tampak kurang rapi, klien
tampak lemah, terpasang infus NacL 0,9% 20 tpm di tangan sebelah kiri,
tampak ada luka melepuh dan pus didaerah dada, aktivitas klien tammpak
hanya dibanu pleh keluarganya, mobilisasi gerak klien terbatas karena
ditempat tidur.
30

3.2.2 Status Mental :


Tingkat kesadaran compos menthis ekspresi wajah datar, bentuk
badan simetris, cara berbaring / bergerak duduk / terbatas, mampu
berbicara dengan jelas dan lancar, berpenampilan kurang rapi. Fungsi
kognitif baik (Orientasi waktu : pasien dapat membedakan waktu,
Orientasi orang : pasien dapat membedakan perawat dan dokter maupun
keluarga, Orientasi tempat : pasien mengetahui bahwa sedang dirawat
dirumah sakit karena mengalami penurunan kesadaran). Pertahanan diri
adaftif.
3.2.3 Tanda-tanda Vital :
Suhu : 37,8oC (axila), Nadi/HR : 80x/m, Pernfasan/RR : 22x/m,
Tekanan darah/BP : 110/80 mmHg.
3.2.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, tampak lesi didaerah dada berwarna gelap dan
tampak cairan kuning tidak ada kebiasaan merokok pada pasien, pasien
tidak batuk. Pasien inspirasi dengan tipe pernafasan dada dan perut, irama
nafas teratur dengan suara nafas veskuler, tidak ada suara nafas tambahan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3.2.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak ada masalah keperawatan pada fungsi kardiovaskuler Tn.I,
suara jantung s1-s2 tunggal (Lub-Dub).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS Tn. J 15 E : 4 (Membuka mata secara spontan) V : 5
(Dapat berorientasi secara normal/baik) M : 6 (Melokalisir nyeri
menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri), tingkat
kesadaran compos mentis,pupil isokor, refleks cahaya kanan dan kiri
positif, Adanya nyeri lokasi area luka di sekitar dada, pasien gelisah.
Uji Koordinasi ekstrimitas atas: jari ke jari positif, jari ke hidung positif.
Dan uji koordinasi ekstrimitas bawah:tumit ke jempul kaki positif.
Uji Syaraf Kranial :
31

Nervus Kranial I (Olfaktori) : Pasien dapat mencium bau-bauan seperti:


minyak kayu putih atau alkohol.
Nervus Kranial II (Optik): Pasien dapat melihat dengan jelas orang yang
disekitarnya.
Nervus Kranial III (Okulomotor): Pupil pasien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
Nervus Kranial IV (Trokreal): Pasien dapat menggerakkan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
Nervus KranialV (Trigeminal): Pasien dapat mengunyah makanan: seperti
nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI (Abdusen): Pasien dapat melihat ke samping.
Nervus Kranial VII (Fasial): Pasien dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII (Auditor): Pasien dapat mendengar perkataan Dokter,
Perawat dan keluarganya: Nervus Kranial IX (Glosofaringeal)
Pasien dapat membedakan rasa pahit, manis.
Nervus Kranial X (Vagus): Pasien dapat berbicara dengan jelas.
Nervus Kranial XI (Asesori): Pasien dapat mengangkat bahunya.
Nervus Kranial XII (Hipoglosol): Pasien dapat mengatur posisi lidahnya
ke atas dan ke bawah.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
3.2.7 Eliminasi Uri (Bladder) :
Produksi urine pasien ±1000 ml 6-7 x/hari, warna urine
kekuningan, dan bau khas urine. Tidak ada masalah keperawatan pada
eliminasi uri/lancar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :
Kondisi bibir Tn. J tampak lembab, pada gigi tidak terdapat karies
gigi, gusi tidak ada peradangan, lidah cukup bersih dan tidak ada
peradangan, pada rectum tidak terdapat kelainan, tidak ada hemoroid.
BAB 1x/hari berwarna kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
32

3.2.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone) :


Kemampuan pergerakan sendi Tn. J terbatas, Tidak ada parase, tidak
ada paralisis, tidak ada hemiprese, tidak ada krepitasi, adanya nyeri, tidak
ada bengkak, ukuran otot simetris, tulang belakang pasien normal.
Terdapat luka melepuh berawarna gelap dan nada cairan kuning disekitar
dada. tidak ada deformitas tulang, adanya peradangan, didaerah luka di
dada, adanya perlukaan didaerah dada, tidak ada fraktur dan kelainan pada
tulang sendi
Uji ekstermitas atas dan bawah
5 5
4 4
Masalah keperawatan : Gangguan integritas kulit dan jaringan
3.2.10 Kulit-Kulit Rambut
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, kosmetik dan
lain-lain. Suhu kulit teraba hangat, turgor kulit baik, warna kulit normal,
tekstur kulit halus, terdapat luka pada dada dengan warna gelap dan
adanya cairan berwarna kuning
Masalah keperawatan : Resiko infeksi
3.2.11 Sistem Penginderaan :
Tidak ada masalah keperawatan pada fungsi pengindraan. Fungsi
penglihatan pasien normal, gerakan bola mata bergerak normal, sklera
putih/normal, Konjungtiva anemis, kornea bening, pasien tidak
menggunakan alat bantu kaca mata. Fungsi pendengaran baik, bentuk
hidung simetris, tidak ada kelainan dan peradangan pada hidung.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Masa dan jaringan parut tidak ada masalah, kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas terbatas.
3.2.13 Sistem Reproduksi Pria
Pada sistem reproduksi Tn. J, tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada kelainan. Tidak ada masalah keperawatan.
33

3.2.14 Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang, karena rasa
sakit ini mengganggu.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 165 cm
BB sekarang : 56 kg
BB sebelum sakit : 60 kg
IMT : BB = 56 = 56 = 20,5
TB² 1,65x1,65 2,72

Table 2.1 Nutrisida Metabolisme


Pola makan sehari-hari Saat sakit Sebelum sakit
Frekuensi/hari 3x 3x
Porsi ½ porsi 1 porsi
Nafsu makan Berkurang Baik
Jenis makan Beras merah,ikan Nasi,ikan, tempe, tahu
gabus,tempe,tahu
Jenis minuman Air putih Air putih dan teh
Jumlah 4-6 gelas 4-6 gelas
minuman/cc/24jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi siang malam
Keluhan/masalah Klien tidak mau Tidak ada
mengkonsumsi makanan
dari RS
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.2.15 Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit pasien mengatakan bahwa pasien tidur malam selama
6-8 jam, tidur pada siang hari biasanya 1-2 jam.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.16 Kognitif :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang
dideitanya karena baru pertama kali mengalaminya.
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
34

3.2.17 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran) :
Gambaran diri : pasien mencintai dirinya secara utuh, Ideal diri : pasien
ingin cepat sembuh, harga diri : pasien merasa dicintai oleh keluarganya,
peran : pasien seorang suami dan ayah , identitas diri : pasien adalah
seorang bapak kepala keluarga.
Tidak ada masalah keperawatan
3.2.18 Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan sebelum sakit pekerjaan sehari-hari pasien yaitu sebagai
bapak kepala keluarga yang bekerja swasta yang mengurus keluarga, saat
sakit hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas klien dibantu oleh keluarga
seperti berpakaian, mandi, BAK, dan BAB, , ambulasi klien juga dibantu
oleh keluarga.
3.2.19 Koping –Toleransi terhadap Stress
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit jika pasien memiliki masalah ia
akan bercerita dengan suami dan anak-anaknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.20 Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga dan pasien menganut nilai dan pola keyakinan agama Islam,
menurut keluarga didalam tindakan yang dilakukan di rumah sakit yang
bersifat medis tidak ada yang bertentangan dengan keyakinan keluarga dan
pasien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.3 SOSIAL - SPIRITUAL
3.3.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga, orang lain
dan pertugas kesehatan, pasien kooperatif.
3.3.2 Bahasa sehari-hari
Di kehidupannya sehari-hari pasien menggunakan bahasa
Banjar/Indonesia, pasien berbicara normal.
3.3.3 Hubungan dengan keluarga :
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan harmonis
35

3.3.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :


Pasien dapat menjalin hubungan baik dengan sesama pasien diruangan
dan orang lain, pasien kooperatif.
3.3.5 Orang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan orang yang berarti/terdekat dalam kehidupanya
adalah keluarganya.
3.3.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Ketika pasien sehat pasien menggunakan waktu luang untuk
beristrahat dan berkumpul bersama keluarga dan kerabatnya, ketika
dirumah sakit pasien menggunakan waktu luang untuk beristirahat.
3.3.7 Kegiatan beribadah :
Selama sakit pasien hanya bisa berdoa diatas tempat tidur.

3.4 Data Penunjang (Radiologis, Laboraturium, Penunjang Lainnya)


Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 15 September 2020
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
.
1 GDS 134 mg/dL <200
2 Ureum 33 mg/dL 21-53
3 Creatinin 0.8 mg/dL 0,7-1,5

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 15 September 2020


No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
.
1 . WBC 7.79 x 10^3/uL 4.00-10.00
^
2 RBC 4.13 10 6/uL 3.50-5.50
3 HGB 11.2 g/uL 12.0-16.0
^
4 PLT 334 x 10 3/uL 150-400
5 GDS 134 mg/dL <200 mg/dL
Hasil pemeriksaan Radiologi pada Tanggal 15 September 2020 (pemeriksaan
X-ray Foto Thorak AP)
Kesan :
Kardiomegali (LV) tanpa bendungan paru.
Paru tidak tampak kelainan.
36

3.5 Penatalaksanaan Medis


Tanggal : 15 September 2020
No. Penatalaksanaan Dosis Rute Indikasi
Medis
1 Infus NacL 0,9% 20 Tpm IV Untuk mengembalikan
20 tpm keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi

2 Injeksi ceftriaxone 2x1 gr IV Mengobati infeksi bakteri.


Dengan cara menghambat
pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri
didalam tubuh

3 Injeksi Ketorolac 3x30 mg IV Untuk nyeri akut derajat sedang-


berat setelah operasi

4 Injeksi Ranitidin 2x50 mg IV Pengobatan jangka pendek tukak


duodenum aktif, tukak lambung
aktif.

Palangkaraya, 15 September 2020


Mahasiswa

(Desi Natalia)
2018.C.09a.0931

ANALISIS DATA

Tabel 3.3 Analisis Data


37

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Pasien mengatakan “ Infeksi Gangguan integritas
ada luka melepuh kulit dan jaringan
disekitar dada” Termoregulasi terganggu
DO :
 Pasien tampak lemah Hipertermia
 Pasien tampak duduk
 Pasien tampak gelisah Adanya lesi

 Pasien tampak meringis


 Terdapat luka didaerah
dada luka tampak
berwarna gelap dan
terdapat pus
karakteristik cairan
berwarna kuning
 TTV
TD : 110/80 mmHg
S : 37,6oC
N : 80 x/m
R : 22 x/m
DS: Pasien mengatakan Hipertermi Nyeri akut
“terasanya nyeri gatal
dan terbakar didaerah infeksi
dada”
P: “kulit melepuh” Q: Kerusakan integritas
“terasa seperti kulit
terbakar” R:”nyeri
terasa disekitar dada
saja” S:”skala nyeri
ringan 5” T:”nyeri
38

hilang timbul”.
DO:
 Pasien tampak lemah
 Pasien tampak gelisah
 Pasien memegang
daerah nyeri
 Pasien tampak meringis
 TTV
TD : 110/80 mmHg
S : 37,6oC
N : 80 x/m
R : 22 x/m

DS: Pasien mengatakan Kurang terpapar Defisit pengetahuan


“tidak tahu tentang informasi tentang herpes zoster
penyakitnya“.
DO :
 Pasien lulusan SMP
 Pasien tampak bingung
 Pasien banyak bertanya
tentang penyakitnya

3.16 Prioritas Masalah


1. Nyeri berhubungan dengan kondisi klinis terkait (lesi) ditandai dengan adanya
luka melepuh berwarna gelap dan tampak cairan kuning, klien tampak
39

meringis, klien tampak gelisah, TTV TD : 130/90 mmHg, N : 80 x/menit, S :


37,50 C, R : 20x/menit.
2. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan kondisi klinis terkait
ditandai dengan adanya luka tampak nelepuh dengan warna gelap dan terdapat
cairan kuning, TTV TD : 130/90 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37,50 C, R :
20x/menit.
3. Defisit pengetahuan tentang herpes zooster berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi dibuktikan dengan Pasien tampak bingung ketika
ditanya tentang kondisi penyakitnya, klien tampak sering bertanya, Pasien
lulusan SMP.
40

INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal : 15 September 2020
Nama : Tn J
No DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaHasil RencanaKeperawatan/Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1 Identifikasi lokasi, karakteristik, 1 Membantu dalam
keperawatan selama 1x7 jam mengindentifikasi derajat
kondisi klinis terkait (lesi) durasi, frekuensi nyeri
diharapakan nyeri hilang ketidaknyamanan dan
ditandai dengan adanya luka dengan kriteria hasil: 2 Identifikasi lokasi nyeri kebutuhan untuk
1) Keluhan nyeri menurun (5) keefektifan analgesic
melepuh berwarna gelap dan 3 Identifikasi respons non verbal
2) Ekspresi meringis 2 Untuk mengetahui lokasi
tampak cairan kuning, klien menurun (5) 4 Berikan teknik non farmakologis nyeri.
3) Gelisah menurun (5) 3 Untuk mengetahui ekspresi
tampak meringis, klien tampak untuk mengurangi nyeri.
4) Pola nafas membaik (5) wajah klien
gelisah, TTV TD : 130/90 5) Tekanan darah membaik 5 Kontrol lingkungan yang 4 Untuk mengurangi rasa
(5) nyeri
mmHg, N : 80 x/menit, S : memperberat nyeri.
5 Untuk mengurangi nyeri
37,50 C, R : 20x/menit 6 Fasilitasi istirahat dan tidur 6 Untuk mengurangi pasien
memikirkan rasa nyeri
7 Jelaskan strategi meredakan nyeri
7 Untuk mengurangi rasa
8 Kolaborasi dalam pemberian nyeri
8 Analgetik merupakan obat
analgetik
yang digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri.
41

No DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaHasil RencanaKeperawatan/Intervensi Rasional


2. Gangguan integritas kulit dan Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi pada tahap 1. Mengetahui sejauh mana
keperawatan selama 3x24 jam perkembangan luka. perkembangan luka mempermudah
jaringan berhubungan kondisi
diharapkan penyembuhan luka 2. Identifikasi lokasi, ukuran, warna, dalam meltindakan yang tepat.
klinis terkait ditandai dengan pada waktu yang sesuai bau, serta jumlah dan tipe cairan 2.Mengidentifikasi tingkat
Kriteria Hasil : luka. keparahan akan mempermudah
adanya luka tampak nelepuh
1. Nyeri menurun (5) intervensi
3. Anjurkan pasien untuk
dengan warna gelap dan 2. Perdarahan menurun (5) 3.Makanan yang mengandung
3. Hematoma menurun (5) memperhatikan makanan untuk tinggi protein dapat membantu
terdapat cairan kuning, TTV lebih banyak mengkonsumsi mempercepat penyembuhan luka
4. Jaringan parut menurun
TD : 130/90 mmHg, N : 80 (5) makanan tinggi protein. 4.Tehnik aseptik membantu
5. Suhu kulit membaik (5) 4. Lakukan perawatan luka dengan mempercepat penyembuhan luka
x/menit, S : 37,50 C, R :
6. Tekstur kulit membaik (5) tehnik aseptik. Balut luka dengan dan mencegah terjadinya infeksi
20x/menit. 7. Pertumbuhan rambut kassa kering dan steril, gunakan 5.Antibiotik berguna untuk
membaik (5) mematikan mikroorganisme
plester kertas
pathogen pada daerah yang terjadi
5. Kolaborasi pemberian antibiotik infeksi
42

Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui tingkat
herpes zooster berhubungan keperawatan selama 1 x 7 jam menerima informasi pengetahuan pasien
2. Untuk menambah pengetahuan
dengan kurang terpaparnya diharapkan pengetahuan 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat
pasien
informasi dibuktikan dengan pasien dan keluarga meningkatkan dan menurunkan motivasi 3. Mengatahui tingkat pemahaman
Pasien tampak bingung ketika bertambah dengan kriteria perilaku hidup bersih dan sehat pasien tentang penjelasan
kondisi penyakit
ditanya tentang kondisi hasil : 3. Sediakan materi dan media pendidikan
4. Untuk menyesuaikan jadwal
penyakitnya, klien tampak 1. Perilaku sesuai anjuran kesehatan pasien dan perawat sesuai
meningkat (5) ketentuan
sering bertanya, Pasien lulusan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
2. Verbalisasi minat dalam
5. Memberikan informasi perilaku
SMP. belajar meningkat (5) kesepakatan
3. Kemampuan hidup bersih dan sehat
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 6. Untuk menghindari penyebab
menjelaskan
pengetahuan tentang 6. Jelaskan factor resiko yang dapat yang dapat mempengaruhi
suatu topic meningkat kesehatan
mempengaruhi kesehatan
(5)
4. Kemampuan
menggambarkan
pengalaman sebelumnya
yang sesuai dengan topic
meningkat (5)
5. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat
(5)
43

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Implementasi
Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat
Selasa, 15 1. Mengidentifikasi karakteristik penyebab ,kualitas, S: Pasien mengatakan pasien mengatakan” luka saya
masih terasa nyeri”
September frekuensi nyeri.
2020 2. Melakukan observasi tanda-tanda vital klien O:

3. Mengidentifikasi respon verbal  ada tanda-tanda infeksi


08.30 WIB
4. Memberikan posisi senyaman mungkin.  Klien tampak gelisah
Dx 1 5. Melakukan menajemen nyeri seperti latihan napas dalam,  Klien tampak meringis Desi Natalia
 Tampak lesi berwarna gelap dan cairan
distraksi dada, dll.
berwarna kuning
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam peberian obat  TTV
analgetik. TD : 110/80 mmHg
S : 37,6oC
N : 80 x/m
R : 22 x/m

A: Masalah nyeri belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5 dan 6


44

Hari/Tanggal Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Implementasi
Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat
Selasa, 15 1. Mengidentifikasi kulit dan identifikasi pada tahap S: Pasien mengatakan pasien mengatakan” luka masih
September perkembangan luka. terasa nyeri gatal dan panas”
2. Mengidentifikasi lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah
2020 O: - ada tanda-tanda infeksi
dan tipe cairan luka.
3. Menganjurkan pasien untuk memperhatikan makanan  Tampak lesi didaerah dada dan adanya cairan
09.45 WIB
untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi berwarna kuning.
protein. Desi Natalia
Dx 2  TTV
4. Melakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut
luka dengan kassa kering dan steril, gunakan plester TD : 110/80 mmHg
kertas. S : 37,6oC
5. Berkolaborasi pemberian antibiotik N : 80 x/m
R : 22 x/m
A: Masalah gangguan integritas kulit dan
jaringan belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4 dan 5
45

Hari/Tanggal Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Implementasi
Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat
Selasa, 15 September 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga S: Pasien mengatakan”Saya paham dan mengerti
2020 tentang penyakit herpes zooster dengan apa yang sudah disampaikan dan dijelaskan”
10.30 WIB 2. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien O:
dan keluarga tentang penyakit herpes zooster - Pasien tampak mengerti
3. Menanyakan kembali pada pasien atau keluarga - Pasien dapat menjeleskan kembali tentang
tentang penyakit herpes zooster Desi Natalia
makanan yang dapat dikonsumsi bagi pasien
penyakit herpes zooster
A: Masalah defisit pengetahuan teratasi

P: Hentikan intervensi
46

CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan
1. Rabu, 16 Diagnosa 1 : S : Klien mengatakan “Luka saya masih terasa nyeri”
1. Mengidentifikasi karakteristik O:
September 2020
penyebab, kualitas, frekuensi nyeri. - Skala nyeri berkurang
2. Melakukan observasi tanda-tanda
- Masih terdapat keluhan nyeri
vital klien
08.45 WIB - Klien terlihat gelisah
3. Mengidentifikasi respon verbal
4. Memberikan posisi senyaman - Keluhan tidak meringis
mungkin. - Klien tampak paham dengan masalah nyeri yang dialaminya
5. Melakukan menajemen nyeri seperti - Klien belum bisa melakukan teknik nonfarmakologis nafas
latihan napas dalam, distraksi dada, dalam secara mandiri Desi Natalia
dll. - TTV :
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam
TD : 110/80 mmHg
peberian obat analgetik Keterolac 30
mg/IV, Ranitidine 50 mg/IV S : 37,6oC
N : 80 x/m
R : 22 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,4,5,6

2. 09.10 WIB Diagnosa 2 : S: Klien mengatakan ”lukanya masih kemerahan dan terasa sakit ”
1. Mengidentifikasi kulit dan identifikasi
O:
pada tahap perkembangan luka.
2. Mengidentfikasi lokasi, ukuran, warna, - Klien tampak berbaring semi fowler
bau, serta jumlah dan tipe cairan luka. - Kondisi luka klien sudah terawat Desi Natalia
3. Menganjurkan pasien untuk
47

memperhatikan makanan untuk lebih - Tampak kehitaman pada daerah luka


banyak mengkonsumsi makanan tinggi - Klien tidak tampak gelisah
protein.
- Luka tampak bersih
4. Melakukan perawatan luka dengan
tehnik aseptik. Balut luka dengan kassa - Klien masih tampak meringis menahan nyeri
kering dan steril, gunakan plester - Klien dan keluarga paham dengan tanda dan gejala infeksi
kertas.
- Klien dan keluarga faham tentang herpes zooster
5. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang herpes zooster A : Masalah teratasi sebagian
6. Memberikan antibiotic Ceftriaxone 1 P: Lanjutkan intervensi nomor 1, 2,3,5 dan 6
g/IV, Ranitidine 50 mg/IV

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan


48

3. Rabu, 16 Diagnosa 1 : S : Klien mengatakan “Luka saya sudah tidak terasa terlalu nyeri”
1 Mengidentifikasi karakteristik O :
September 2020
penyebab, kualitas, frekuensi nyeri. - Skala nyeri berkurang
15.10 WIB 2 Melakukan observasi tanda-tanda vital
- tidak terdapat keluhan nyeri
klien
3 Mengidentifikasi respon verbal - Klien tidak terlihat gelisah
4 Memberikan posisi senyaman - tampak meringis
mungkin. - Klien tampak paham dengan masalah nyeri yang dialaminya
5 Melakukan menajemen nyeri seperti - Klien bisa melakukan teknik nonfarmakologis nafas dalam
latihan napas dalam, distraksi dada, secara mandiri Desi Natalia
dll. - TTV :
6 Berkolaborasi dengan dokter dalam
TD : 110/80 mmHg
peberian obat analgetik Keterolac 30
mg/IV, Ranitidine 50 mg/IV S : 37,6oC
N : 80 x/m
R : 22 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 2,3,4,6
49

4. 15.45 WIB Diagnosa 2 : S: Klien mengatakan ”Luka saya rutin dibersihkan ”


1. Mengidentifikasi kulit dan identifikasi
O:
pada tahap perkembangan luka.
2. Mengidentfikasi lokasi, ukuran, warna, - Klien tampak berbaring semi fowler
bau, serta jumlah dan tipe cairan luka. - Kondisi luka klien sudah terawat Desi Natalia
3. Menganjurkan pasien untuk - Klien tidak tampak gelisah
memperhatikan makanan untuk lebih
banyak mengkonsumsi makanan tinggi - Luka tampak bersih
protein. - Klien masih tampak meringis menahan nyeri
4. Melakukan perawatan luka dengan A : Masalah teratasi sebagian
tehnik aseptik. Balut luka dengan
P: Lanjutkan intervensi nomor 1, 2,3,4 dan 5
kassa kering dan steril, gunakan
plester kertas.
5. Memberikan antibiotic Ceftriaxone 1
g/IV, Ranitidine 50 mg/IV
50

DAFTAR PUSTAKA

FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius.


Hal:151-152.
Rassner, 1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC. Hal:42-43.
Prof. Dr. Marwali H, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. cetakan I. Jakarta
FK UI, 2000. ,Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keempat. Jakarta  
Hidayat,A.Aziz Alimul, 2018, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta :
Salemba Medika.
Judith M. Wilkinson. 2017. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
Nic dan Noc. Jakarta : EGC
Cerpianto, L. J. (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. In
Edisi 6 (p. 28). Jakarta: EGC.
Dochterman, J. M., & Bulecheck, G. N. (2013). Nursing Intervention
Classification (NIC). Mosby: Edition.Missouri.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil K eperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
http://www.kulitkita.com/2009/03/penatalaksanaan-herpes-simplex.html.
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/herpes-zoster-atau-dampa.html.
http://www.kulitkita.com/2009/03/pemeriksaan-serologi-herpes-simplek_03.html
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

Profil herpes zoster di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado
periode Januari - Desember 2013

1
Jein T. Dilly
2
Marlyn G. Kapantow
2
Pieter L.Suling

1 2
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Email: jeindilly12119@yahoo.com

Abstract: Herpes zoster is a skin disease caused by varicella zoster virus infection, a reactivation of
varicella zoster virus (VZV) after its primary infection. This disease especially attacks old age
patients, and manifests in the skin and mucosa. This study was aimed to obtain the herpes zoster
profile in Dermatovenereology Clinic of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January to
December 2013. This was a retrospective descriptive study. Data were obtained from medical records
of new herpes zoster patients from Januari to December 2013. The results showed 28 cases (0.68%) of
herpes zoster out of
4.099 new patients, 42.86% of cases were males and 57.14% were females. The majority of cases
were 45-64 years old (78.57%) with the location of dermatome in the troracic region (46.43%). All
cases were cured with antiviral drugs.
Keywords: herpes zoster

Abstrak: Herpes zoster adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela- zoster,
terutama menyerang pasien usia lanjut, dan bermanifestasi pada kulit dan mukosa. Herpes zoster
merupakan reaktivasi virus varisela –zoster setelah infeksi primer. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui profil herpes zoster di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode Januari-Desember 2013. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif. Data penelitian
diambil dari rekam medik periode Januari-Desember 2013. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 28
(0,68%) kasus herpes zoster dari 4.099 pasien baru periode Januari-Desember 2013 terdiri dari laki-
laki 12 orang (42,86%) dan perempuan 16 orang (57,14%). Mayoritas kasus berusia 45-64 tahun
berjumlah 22 kasus (78,57%) dengan lokasi dermatom tersering pada regio torakalis sebanyak 13
kasus (46,43%). Semua kasus diberikan terapi antivirus.
Kata kunci: herpes zoster

Herpes zoster adalah penyakit kulit yang disebabkan sepanjang tahun tanpa prevalensi musiman.2 Insiden
oleh infeksi virus varisela- zoster, merupakan virus herpes zoster di Eropa dan Amerika Utara 1,5-3,0 per
penyebab yang sama dengan varisela.1 Terutama 1000 orang pertahun pada segala usia.2 Angka
menyerang pasien usia lanjut yang bermanifestasi kejadian terjadinya herpes zoster meningkat sesuai
pada kulit dan mukosa.1 Herpes zoster merupakan dengan pertambahan umur dan biasanya jarang
reaktivasi virus varisel-zoster setelah infeksi primer. 1,2 menyerang anak-anak.2 Dermatom yang paling sering
Sinonim dari herpes zoster ialah shingles atau terkena adalah toraks (55%), kranial (20% ), lumbar
dampa.1,2 (15%), dan
Herpes zoster terjadi secara sporadis sacral (5%).3
Di Amerika Serikat pada tahun 2011,
penderita herpes zoster menyerang usia < 19 tahun 37,95% dan perempuan cenderung mempunyai
sebanyak 0,86 % dan usia > 80 tahun sebanyak insiden yang lebih tinggi.6 Di Manado tahun 2012
12,8% penderita herpes zoster.4 Di Iran Utara tahun sesuai hasil penelitian oleh Sahriani et al. 7 di Poliklinik
2013 sesuai hasil penelitian di rumah sakit Kulit dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
pendidikan Razi periode 2007-2013 terdapat 80 periode Januari 2012 - Desember 2012 terdapat 2%
penderita (60,4%) adalah laki-laki dan perempuan 52 penderita herpes zoster.
(39,6%) penderita herpes zoster.5 Pada tahun 2011- Penyebaran herpes zoster sama seperti varisela
2013 dari data 13 rumah sakit pendidikan di Indonesia dan merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
terdapat 2.232 penderita herpes zoster, puncak kasus penderita mendapat varisela.1 Angka kejadian
herpes zoster terjadi pada usia 45-64 tahun sebanyak terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

pertambahan umur dan biasanya jarang menyerang ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan
anak-anak.2 Insiden herpes zoster 1,5-3,0 per 1000 organik, deterjen, enzim proteolitik, panas, dan
orang pertahun pada segala usia. 2 Pada tahun 2011- lingkungan pH yang tinggi.2
2013 dari data 13 rumah sakit pendidikan di Penatalaksanaan untuk herpes zoster ialah obat
Indonesia terdapat 2.232 penderita herpes zoster. antivirus, untuk nyeri diberikan analgetik, dan
Puncak kasus herpes zoster terjadi pada usia 45-64 pemberian kortikosteroid ialah untuk sindrom
tahun.6 Perempuan cenderung mempunyai insiden Ramsay Hunt; jika disertai infeksi sekunder diberikan
lebih tinggi.6 Pada tahun 2012 di Poliklinik Kulit dan antibiotik1,2,6,7
kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado angka
kejadian herpes zoster ialah 2% dari 1096 pasien.7 METODE PENELITIAN
Kelompok usia terbanyak ialah 45-64 tahun, yaitu Jenis penelitian ini ialah deskriptif retrospektif
sebanyak 73%. Herpes zoster lebih banyak terdapat menggunakan data subjek penelitian yang diambil
pada laki-laki yaitu sebanyak 54,5% sedangkan pada dari catatan medik pasien Herpes Zoster di Poliklinik
perempuan sebanyak 45,5%.7 Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Herpes zoster disebabkan oleh varicella zoster Manado periode Januari-Desember 2013. Penelitian
virus.1 Virus ini mempunyai kapsid yang tersusun dari dilakukan di Bagian Rekam Medik dan di Poliklinik
162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya Manado.
berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang Sampel dalam penelitian ini ialah semua kasus
berselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas baru yang didiagnosis herpes zoster di Poliklinik
virus Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode Januari 2013-Desember 2013.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian retro- spektif pada
pasien herpes zoster dari Januari 2013-Desember
2013 di Poliklinik Kulit-Kelamin RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado didapatkan penderita herpes
zoster pada tahun 2013 berjumlah
28 kasus (Tabel 1), terbanyak pada kelompok usia 45
-64 tahun yaitu sebanyak 22 orang (78,57%); usia 25-
44 tahun 3 orang (10,71%); dan usia >65 tahun
sebanyak 2 orang (7,14%) (Tabel 2).
Penderita yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 16 orang (57,14%) dan penderita yang
berjenis kelamin laki- laki sebanyak 12 orang
(42,86%) (Tabel 3).

Tabel 1. Distribusi jumlah kasus herpes zoster


berdasarkan jumlah kasus di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Tahun 2013
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

Jumlah Jumlah
Tahun seluruh kasus herpes %
kasus zoster
2013 4.099 28 0,68
Tabel 2. Distribusi kasus herpes zoster berdasarkan
umur Tabel 5. Distribusi penderita herpes zoster
berdasarkan lokasi
Usia n %
< 1 tahun 0 0 Lokasi n %
1-4 tahun 0 0 Oftalmika 8 28,57
5-14 tahun 0 0 Servikalis 1 3,57
15-24 tahun 1 3,57 Torakalis 13 46,43
25-44 tahun 3 10,71 Lumbalis 3 10,71
45-64 tahun 22 78,57 Sakralis 3 10,71
>65 tahun 2 7,14 Generalisata 0 0

Total 28 100 Total 28 100

Tabel 3. Distribusi kasus penderita herpes zoster Tabel 6. Distribusi penderita herpes zoster
berdasarkan jenis kelamin berdasarkan terapi

Jenis kelamin n % Terapi n %


Laki-Laki 12 42,86 Antivirus 24 85,71
Perempuan 16 57,14 Antivirus + Antibiotik 4 14,29
Total 28 100 Total 28 100

Penderita yang berprofesi PNS sebanyak 9 BAHASAN


orang (32,14%), pensiunan 7 orang (25%), dan ibu Berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan
rumah tangga 6 orang (21,44%) (Tabel 4). herpes zoster (Tabel 1) sebanyak
28 kasus (0,68%) dari 4.099 pasien. Penelitian yang
Tabel 4. Distribusi penderita herpes zoster serupa dilakukan oleh Sahriani et al.7 dari Januari
berdasarkan pekerjaan 2012-Desember 2012 mendapatkan 22 kasus (2%).
Jadi persentase kasus herpes zoster mengalami
Pekerjaan n % penurunan dibandingkan tahun 2012. Hal ini mungkin
Pensiunan 7 25 disebabkan karena herpes zoster dalam SKDI 2012
Petani 2 7,14 termasuk dalam kompetensi 4A yang didiagnosis dan
Ibu Rumah Tangga 6 21,44 dilakukan penatalaksanaan secara tuntas oleh dokter
Pegawai Negeri Sipil 9 32,14 umum, layanan dokter primer, atau di puskesmas;
Pegawai Swasta Sopir 1 3,57 kemungkinan juga penderita mencari pengobatan di
Guru Tidak 1 3,57 tempat praktek dokter.
diketahui 1 3,57 Dari hasil penelitian diketahui bahwa penderita
1 3,57 herpes zoster terbanyak terdapat pada usia 45-64
tahun (Tabel 2) yaitu sebanyak 22 orang (78,57%).
Total 28 100 Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sahriani et al.7 yang menyatakan bahwa penderita
Lokasi herpes zoster terbanyak adalah berada di herpes zoster banyak ditemukan pada kelompok usia
torakalis yaitu sebanyak 13 orang (46,43%), 45-64 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia
oftalmika sebanyak 8 orang (28,57%), dan yang tersebut mulai terjadi penurunan imunitas seluler
paling sedikit berada di dermatom servikalis yaitu yang merupakan faktor utama reaktivasi.7
sebanyak 1 orang (3,57%) (Tabel 5). Berdasarkan hasil penelitian kasus herpes zoster
Jenis terapi yang paling sering diberikan ialah menurut jenis kelamin (Tabel
obat antivirus yaitu sebanyak 24 orang (85,71%), dan
untuk pemberian kombinasi obat antivirus dan
antibiotik sebanyak 4 orang (14,29%)
(Tabel 6).
3) penderita yang berjenis kelamin perempuan dilakukan oleh Shariani et al.7 yang menyebutkan
sebanyak 16 orang (57,14%) dan penderita yang bahwa herpes zoster banyak terdapat pada laki-laki
berjenis kelamin laki- laki sebanyak 12 orang 54,5% dari pada perempuan 45,5%, namun, dalam
(42,86%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang kepustakaan menyebutkan bahwa perempuan
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

cenderung mempunyai insiden lebih tinggi dibanding dengan ruam dan waktu penyembuhan akan lebih
laki-laki.6 singkat bila diberikan sebelum
Berdasarkan hasil penelitian penderita herpes 72 jam setelah lesi muncul. Asiklovir sebagai oral
zoster menurut pekerjaan (Tabel 4) dapat diketahui analog nukleosida banyak digunakan dalam
bahwa penderita terbanyak berprofesi PNS sebanyak pengobatan herpes zoster.1 Analog valasiklovir telah
9 orang (32,14%), pensiunan 7 orang (25%), ibu diklaim untuk mempercepat berkurangnya rasa sakit
rumah tangga 6 orang (21,44%), petani 2 lebih baik dari asiklovir. Asiklovir bekerja sebagai
orang (7,14%), pegawai swasta 1 orang inhibitor DNA polymerase pada virus, dan antibiotik
(3,57%), sopir 1 orang (3,57%), guru 1 orang diberikan karena ditemukan adanya infeksi
(3,57%); dan penderita yang pekerjaannya tidak sekunder.1,7
diketahui sebanyak 1 orang (3,57%). Dari hasil
penelitian menurut pekerjaan yang terbanyak ialah SIMPULAN
PNS, dalam hal ini belum bisa dijelaskan mengapa Dari hasil penelitian yang dilakukan di
lebih banyak pada PNS karena dalam status rekam Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Prof.
medik pasien menurut pekerjaan tidak tercatat secara Dr. R. D. Kandou Manado dapat disimpulkan bahwa
spesifik PNS dengan kegiatan sehari - harinya. jumlah seluruh kasus herpes zoster periode Januari-
Berdasarkan hasil penelitian kasus herpes zoster Desember 2013 sebesar 0,68% dari 4.099 kasus di
dapat diketahui lokasi herpes zoster terbanyak (Tabel Poliklinik Kulit dan Kelamin. Herpes zoster
5) pada regio torakalis yaitu sebanyak 13 kasus terbanyak ditemukan pada usia 45-64 tahun, jenis
(46,43%), regio oftalmika sebanyak 8 kasus kelamin perempuan, pekerjaan PNS, dengan lokasi
(28,57%), regio lumbalis dan sakralis masing-masing herpes zoster di daerah torakalis 13 kasus (46,43%).
sebanyak 3 orang (10,71%), dan yang paling sedikit Pada semua kasus diberikan obat antivirus.
berada di lokasi dermatom regio servikalis yaitu
sebanyak 1 kasus (3,57%). Hal ini sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA
kepustakaan yang menyebutkan lokasi herpes zoster 1. Handoko RP. Penyakit virus. In: Djuanda A,
paling sering adalah daerah torakalis.1,3 Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
Berdasarkan hasil penelitian kasus herpes zoster Penyakit Kulit dan Kelamin (6th ed).
semua diberikan obat antivirus (Tabel 6) yaitu Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
sebanyak 28 kasus (100%) serta pemberian Indonesia, 2013; p. 110-1.
kombinasi obat antivirus dan antibiotik sebanyak 4 2. Schmader KE, Oxman MN. Varicella and
kasus (14,29%). Menurut penelitian yang dilakukan herpes zoster. In: Goldsmith LA, Katz SI,
oleh Raju et al.8, terapi antivirus telah terbukti Gilchrest BA, Paller AS. Leffell DJ,
mengurangi lama sakit, tingkat keparahan rasa sakit Wolff K, Schmader KE, editors.
yang terkait Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine (8th ed). United States:
McGraw-Hill, 2012; p. 2383-87.
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Viral
diseases. Andrews Diseases of the Skin
Clinical Dermatology (11th ed.) China:
Saunders Elsevier, 2011; p. 372.
4. Johnson BH, Palmer L, Gatwood J, Lenhart
KK, Acosta CJ. Annual incidence rates
of herpes zoster among an
immunocompetent population in the
united states. BMC Infection Diseases.
2015;15.
5. Babamahmoodi F, Alikhani A, Ahangarkani
F, Delavarian L, Barani H. Clinical
manifestations of
herpes zoster its comorbidities and its complications in north of Iran from 2007 to
2013. Neurol Res Int.
2015;2015:2.
6. Pusponegoro EHD, Nilasari H, Lumintang H, Niode NJ, Daili SF, Djauzi S, editors.
Buku Panduan Herpes Zoster di Indonesia 2014. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2015.
7. Sahriani HR, Kapantow MG, Pandeleke
HEJ. Profil herpes zoster di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode Januari-Desember 2012. eCl. 2014;2(1).
8. Raju GN, Raza M, Kumar TN, Singh G. Comparative study of effifacy of valacyclovir
and acyclovir in herpes zoster. Int J Pharm Biomed Res. 2011; 2:119-23.
Studi Retrospektif: Karakteristik Pasien Herpes Zoster (Retrospective Study: Characteristic of
Herpes Zoster Patients)
Lia Kinasih Ayuningati, Diah Mira Indramaya
Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

ABSTRAK
Latar belakang: Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-zoster yang
bersifat terlokalisir, terutama menyerang orang dewasa dengan ciri nyeri radikuler, unilateral, dan
gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion saraf sensoris.
Beberapa faktor risiko terjadinya HZ adalah usia tua dan disfungsi imun seluler. Tujuan:
Mengevaluasi gambaran umum pasien HZ, sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang lebih
baik. Metode: Penelitian retrospektif pasien HZ baru di Ruang Kemuning RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada tahun 2010-2013. Hasil: Jenis kelamin terbanyak pasien HZ perempuan (55,9%), usia
terbanyak adalah 45-64 tahun (40,7%), lokasi tersering adalah HZ thorakalis (31,4%) Simpulan: HZ
adalah penyakit yang sering menyerang usia tua dengan faktor predisposisi yang dapat menentukan
perjalanan penyakit, sehingga diperlukan penatalaksanaan dan edukasi yang tepat.
Kata kunci: herpes zoster, retrospektif.
ABSTRACT
Background: Herpes zoster (HZ) is a disease caused by the Varicella-zoster virus (VZV) that
localized, primarily affects adults with characteristics of radicular pain, unilateral, and group of
vesicles distributed according to dermatomes, innervated by a sensory nerve ganglion. Several risk
factors for HZ is older populationand cellular immune dysfunction. Purpose: To evaluate general
overview of HZ patients, hence better management can be provided. Methods: Retrospective study of
newly diagnosed HZ patientsin Kemuning ward Dr. Soetomo General Hospital Surabaya during 2010-
2013. Results: This study showed most commonly affected women (55.9%), themost common age
was45-64 years old (40.7%)and the most common location was HZ thoracalis (31.4%). Conclusion:
HZ is a common disease, which most commonly occured illness in elderlywith predisposing factors,
that can determine the course of the disease, so we need proper management and education.
Key words: herpes zoster, retrospective.
Alamat korespondensi: Lia Kinasih Ayuningati, Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, Jl.
Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6-8 Surabaya 60131, Indonesia. Telepon: +6231 5501609, email:
ayuningati_0708@yahoo.com.
PENDAHULUAN kasus per 1000 penduduk. Beberapa
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang penelitian menyebutkan terjadinya
disebabkan oleh virus Varisela-zoster yang peningkatan insidensiHZ. Pasien yang tidak
bersifat terlokalisir, terutama menyerang orang mendapat vaksin yang berusia sekitar 85 tahun
dewasa dengan ciri berupa nyeri radikuler, memiliki risiko
unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar
sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu
1,2
ganglion saraf sensoris. Insidensi HZ 1,5-3
orang per 1000 penduduk pada semua usia dan 7-
11 orang per 1000 penduduk per tahunnya pada
1
usia lebih 60 tahun di Eropa dan Amerika Utara.
Terdapat lebih dari 1 juta kasus HZ di Amerika
Serikat setiap tahunnya, dengan rata-rata 3-4

211
mengalami HZ sebanyak 50%, dan kurang lebih
3% pasien memerlukan perawatan di rumah
2
sakit.
Faktor risiko terjadinya HZ adalah usia tua
dan disfungsi imunitas seluler. Pasien dengan
supresi imun memiliki risiko 20-100 kali lebih
besar dibanding pasien imunokompeten.
Keadaan imunosupresi yang berhubungan
dengan risiko terjadinya HZ adalah infeksi HIV
(Human immunodeficiency virus), pasien yang
menjalani transplantasi organ, leukemia,
limfoma, radioterapi, kemoterapi, dan
penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Faktor lain yang dilaporkan sebagai salah satu
faktor risiko terjadinya HZ adalah jenis kelamin
perempuan, adanya trauma fisik pada
dermatom yang terkena dan tindakan
1
pembedahan.
Episode kedua HZ jarang terjadi pada pasien

212
imunokompeten, episode ketiga lebih jarang. follow up.
Pasien yang menderita HZ lebih dari satu
episode dapat dicurigai mengalami HASIL
imunokompromais. Pasien dengan HZ lebih tidak Jumlah kunjungan pasienHZ di Ruang
menular dibandingkan dengan varisela. Virus Kemuning RSUDDr. Soetomo Surabaya tahun
dapat diisolasi dari vesikel dan pustul pada HZ 2011-2013 sebanyak 118 pasien. Kunjungan
tanpa komplikasi hingga 7 hari setelah terbanyak adalah tahun 2013, yaitu sebanyak 43
munculnya lesi, dan bisa lebih panjang pada pasien. Pada tahun 2010, jumlah kunjungan
1 sebanyak 43 pasien. Pada tahun 2011 terdapat
pasien dengan imunokompromais.
34 pasien, tahun 2012 sebanyak 22
Postherpetic neuralgia (PHN) atau nyeri yang
pasien,tahun 2013sebanyak 19 pasien.
terjadi setelah lesi sembuh adalah salah satu
Jenis kelamin terbanyak yang datang berobat
komplikasi yang potensial menimbulkan
adalah perempuan. Total pasien perempuan
masalah jangka panjang. Nyeri dapat bertahan
adalah 66 (55,9%) pasien dan laki-laki 52
beberapa bulan hingga beberapa tahun.
(44,1%) pasien. Kelompok usia
Komplikasi tersebut terjadi pada 10-50% pasien
terbanyakadalah 55-64 tahun yaitu
dengan HZ dan prevalensinya meningkat
sebanyak 48 (40,7%) pasien, kemudian usia ≥65
sebanding dengan peningkatan usia pasien
tahun
2
(terutama pada usia lebih dari 50 tahun). sebesar 26 (22,0%) pasien.
Penelitian retrospektif ini dilakukan untuk Lokasi lesiter banyak pasien baru HZ pada
mengetahui angka kejadian HZ, distribusi HZ tahun 2010 sampai 2013 adalah HZ thorakalis
pada berbagai usia dan jenis kelamin, lama yaitu 37 pasien (31,4%), diikuti HZ oftalmikus
perawatan di rumah sakit, faktor predisposisi, dan yaitu 28 pasien (23,7%),HZ servikalis yaitu 16
terapi yang diberikan pada pasien HZ dalam pasien (13,6%), dan HZ lumbalis 10 pasien
kurun waktu 4 tahun (2010-2013) di Ruang (8,5%).
Kemuning RSUD Dr Soetomo Surabaya, dengan Keluhan utama pasien HZ adalah nyeri
tujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan sebanyak 118 pasien (100%) dan timbul
pasien HZ. plentingan sebanyak 113 pasien (95,8%). Sifat
nyeri yang didapatkan paling banyak adalah rasa
METODE panas yaitu sebanyak 32 pasien (27,1%), cekot-
Penelitian ini dilakukan secara cekot 14 pasien (11,9%), rasa berat 4
retrospektif, sumber data berasal dari rekam pasien (3,4%), perih sebanyak 2 pasien (1,7%),
medik pasien HZ baru di Ruang Kemuning sisanya hanya mengeluhkan nyeri saja sebanyak
RSUD Dr Soetomo Surabaya pada tahun 2010- 66 pasien (55,9%). Pada literatur sifat nyeri
2013. Catatan medik meliputi data dasar (jumlah dibagi menjadi paraestesi, diestesi, alodinia, dan
pasien, distribusi usia, jenis kelamin), hiperestesi, namun tidak ada penulisan pada
anamnesis (keluhan, lama sakit, riwayat varisela, status berdasarkan teori ini dikarenakan yang
faktor predisposisi), gejala klinis (termasuk digunakan adalah bahasa pasien yang
lokasi lesi), pemeriksaan laboratorium, mendefinisikan sendiri sifat nyeri tersebut. Gatal
penatalaksanaan, dan juga
Tabel 1. Distribusi pasien baru herpes zoster di
Ruang Kemuning RSUD Dr. Soetomo
SurabayaPeriode 2010-2013
ien
P bar 2010 201
a u (%) 1
s (%)
Tahu 201 2013
n 2 (%) Jumla
(%) h (%)

Herpes zoster 43(4,30) 34(3,30)


IRNA Kulit &999 (100) 1.030
Kelamin (100)
keterangan: IRNA= Instalasi Rawat Inap
Tabel 2. Distribusi usia pasien baru herpes
zosterdi Ruang Kemuning RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Periode 2010 - 2013
T
Usi a J
a h u
(tah u m
un) n l
2 (%)
2010 a 2013 (%)
1-4 0 0 0 0 0
5-14
0
3 ( 7,0) 2 ( 5,9)
h 0 3 (15,8) 8 ( 6,8)
15-24 51 (11,6) 3 ( 8,8) ( 3 (13,6) 4 (21,1) 15 (12,7)
25-44 71 (16,3) 7 (20,6)% 4 (18,2) 3 (15,8) 21 (17,8)
45-64 21 (48,8) 12 (32,4)) 6 (27,3) 9 (47,4) 48 (40,7)
  7 (16,3) 10 (29,4) 9 (40,9) 0 26 (22,0)
Jumlah
(
43 ( 100) 34 ( 100) 22 ( 100) 19 ( 100) 118 ( 100)
%
)

2
0
1
2

(
%
)
Tabel 3. Distribusi lokasi pasien baru herpes zosterdi Ruang Kemuning RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PeriodePasien
2010-2013
baru 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%)
Tahun
Jumlah (%)
HZ servikalis 4 ( 9,3) 2 ( 5,9) 3 (13,6) 7 (36,8) 16 (13,6)
HZ femoralis 1 ( 2,3) 0 0 0 1 ( 0,8)
HZ frontalis 0 1 ( 2,9) 0 0 1 ( 0,8)
HZ generalisata 2 ( 4,7) 0 0 0 2 ( 1,7)
HZ lumbalis 0 6 (17,6) 3 (13,6) 1 ( 5,3) 10 ( 8,5)
HZ lumbosakral 0 0 0 1 ( 5,3) 1 ( 0,8)
HZ mandibularis 3 ( 7,0) 2 ( 5,9) 4 (18,2) 0 9 ( 7,6)
HZ maksilaris 3 ( 7,0) 2 ( 5,9) 2 ( 9,1) 0 7 ( 5,9)
HZ maksilaris + oftalmikus 0 0 1 ( 4,5) 1 ( 5,3) 2 ( 1,7)
HZ oftalmikus 13 (30,2) 11 (32,4) 1 ( 4,5) 3 (15,8) 28 (23,7)
HZ otikus 0 0 1 ( 4,5) 0 1 ( 0,8)
HZ sakralis 2 ( 4,7) 1 ( 2,9) 0 0 3 ( 2,5)
Keterangan:
HZ thorakalis HZ= Herpes zoster
15 (34,9) 9 (26,5) 7 (31,8) 6 (31,6) 37 (31,4)
Tabel Jumlah
4. Distribusi faktor predisposisi pasien 34
43 ( 100) baru herpes 22
( 100) zoster
( 100)Ruang
19Kemuning
( 100) RSUD Dr. Soetomo
118 ( 100)

Faktor perdisposisi
Surabaya Periode 2010 -2010
2013(%) 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%)
Keganasan 2 ( 4,7) 5 (14,7) Tahun1 ( 4,5) 1 ( 5,3) 9 ( 7,6)
Radioterapi/ kemoterapi 1 ( 2,3) 1 ( 2,9) 0 0
Jumlah
2 ( 1,7)
(%)
Diabetes melitus 7 (16,3) 3 ( 8,8) 3 (13,6) 0 13 (11,0)
Kortikosteroid lama 0 0 0 0 0
Lain-lain : 0 0 0 0 0
- SLE 1 ( 2,3) 1 ( 2,9) 0 0 2 ( 1,7)
- TB Paru 1 ( 2,3) 1 ( 4,5) 0 2 ( 1,7)
- Post operasi 1 ( 2,3) 1 ( 2,9) 0 0 2 ( 1,7)
Tanpa data/tidak ada 30 (69,8) 23 (67,6) 17 (77,3) 18 (94,7) 88 (74,6)
Jumlah
Keterangan: SLE= systemic lupus43erythematosus;
( 100) 34 ( 100) 22 ( 100)
TB =tuberkulosis 19 ( 100) 118 ( 100)
Tabel 5. Distribusi penyakit yang menyertai pasien baru herpes zoster di Ruang Kemuning RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Periode 2010 - 2013

Tahun
Jumlah (%)
Penyakit yang 2010 2011 2012 2013 n=118
menyertai (%) (%) (%) (%)
n=43 n=34 n=22 n=19
DM 5 (11,6) 3 ( 8,8) 2 ( 9,1) 0 10 ( 8,5)
SLE 0 1 ( 2,9) 0 0 1 ( 0,8)
HT 3 ( 6,9) 6 () 3 (13,6) 5 (26,3) 17 (14,4)
Ulkus Pedis 0 1 ( 2,9) 0 0 1 ( 0,8)
Effusi Pleura 0 1 ( 2,9) 1 ( 4,5) 0 2 ( 1,7)
ISPA 1 ( 2,3) 0 1 ( 4,5) 0 2 ( 1,7)
Keganasan 0 1 ( 2,9) 0 0 1 ( 0,8)
Keterangan : DM = diabetes melitus, HT = hipertensi,
ISPA = infeksi saluran pernapasan akut, SLE = systemic lupus erythematosus

dikeluhkan oleh 24 pasien (20,3%). riwayat diabetes melitus sebanyak 13 pasien


Faktor predisposisi pasien baru HZ pada (11%), penyakit SLE sebanyak 2
tahun 2010 sampai 2013 adalah keganasan
sebanyak 9 pasien (7,6%), mendapat radioterapi
maupun kemoterapi sebanyak 2 pasien (1,7%),
(1,7%) pasien, penyakit TB paru sebanyak 2 Penyakit penyerta pada 10 pasien (8,5%)
pasien (1,7%), pascatindakan operasi sebanyak 2 adalah diabetes melitus, 1 pasien (0,8%) disertai
pasien systemic lupus erythematosus (SLE), 17 pasien
(1,7%), dan tanpa data sebanyak 88 pasien (14,4%) disertai
(74,6%).
hipertensi, 1 pasien (0,8%) disertai ulkus pedis, 2 blefarokonjungtivitis masing-masing 2 pasien
pasien (1,7%) disertai effusi pleura, 2 pasien (1,7%), palpebra edematosa, dan iritis masing-
disertai infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) masing 1 pasien (0,8%) dan katarak pada 2 pasien
dan 1 pasien (0.8%) disertai keganasan. (1,7%). Komplikasi pada telinga yaitu Ramsay
Komplikasi terbanyak pasien HZ terjadi Hunt syndrome sebanyak 4 pasien (3,9%), otitis
pada mata, yaitu konjungtivitis 16 pasien eksterna 2 pasien (1,7%), otalgi dan bloody
(13,6%), uveitis dan otorrhoea masing-masing 1 pasien (0,8%), dan

Tabel 6. Distribusi komplikasi pasien baru herpes zosterdi Ruang Kemuning RSUD Dr. Soetomo

Surabaya Periode 2010 – 2013


Tahun
Jumlah (%)
2011 (%)Komplikasi 2010 (%) 2012 (%) 2013 (%) n=118
n=43 n=34 n=19
n=22 Konjung ivitis 5 (11,6) 8 (23,5) 1 ( 4,5) 2 (10,9) 16 (13,6)
Uveitis 1 ( 2,3) 0 1 ( 4,5) 0 2( 1,7)
Blefarokonjungtivitis 1 ( 2,3) 1 ( 2,9) 0 0 2( 1,7)
Palpebra edematosa 1 ( 2,3) 0 0 0 1( 0,8)
Iritis 0 1 ( 2,9) 0 0 1( 0,8)
Katarak 0 1 ( 2,9) 1 ( 4,5) 0 2( 1,7)
Bloody otore 1 ( 2,3) 0 0 0 1( 0,8)
Otalgi 1 ( 2,3) 0 0 0 1( 0,8)
Otitis eksterna 1 ( 2,3) 1 ( 2,9) 0 0 2( 1,7)
Ramsay Hunt syndrome 0 0 3 (13,6) 1 ( 5,3) 4( 3,9)
Parese nervus VII 0 0 1 ( 4,5) 0 1( 0,8)

Tabel 7. Distribusi penatalaksanaan pasien baru herpes zoster Ruang Kemuning RSUD Dr. Soetomo

Surabaya Periode 2010 – 2013


Jumlah (%)
Penatalaksanaan Tahun
2010 2011 2012 2013( n=118
Sistemik (%) (%) (%) %)
Antivirus n=43 n=34 n=22 n=19
- Asiklovir 43 ( 100) 33 (97,1) 22 (100) 19 ( 100) 117 (99,2)
- Valasiklovir 0 1 ( 2,9) 0 0 1 ( 0,8)
Analgesik/Antipiretik
- Asammefenamat 35 (81,4) 28 (82,4) 20 (90,9) 16 (84,2) 99 (83,9)
- Metampiron 2 ( 4,7) 0 0 0 2 ( 1,7)
- Parasetamol 4 ( 9,3) 1 ( 2,9) 1 ( 4,5) 4 (21,1) 10 ( 8,5)
Antibiotik
- Amoksillin 11 (25,6) 7 (20,6) 6 (27,3) 1 ( 5,3) 25 (21,2)
- Eritromisin 13 (30,2) 3 ( 8,8) 8 (36,4) 4 (21,1) 28 (23,7)
- Kloksasilin 1 ( 2,3) 1 ( 2,9) 0 0 2 ( 1,7)
- Siprofloksasin 1 ( 2,3) 1 ( 2,9) 0 0 2 ( 1,7)
Antihistamin
- Setirizin 0 1 ( 2,9) 0 0 1 ( 0,8)
- Mebhidrolin1 ( 2,3) 0 1 ( 4,5) 0 2 ( 1,7)
napadisilat
Metil prednisolon 1 ( 2,3) 1 ( 2,9) 1 ( 4,5) 0 3 ( 2,5)
Lain-lain
- Amitriptilin 1 ( 2,3) 0 0 0 1 ( 0,8)
- Aneurin 0 1 ( 2,9) 0 0 1 ( 0,8)
- Neurodex 0 1 ( 2,9) 0 0 1 ( 0,8)
Topikal
- Bedak salisil 21 (48,8) 21 (61,8) 11 (50,0) 15 (78,9) 68 (57,6)
- Natrium Fusidat 8 (18,6) 11 (32,4) 3 (13,6) 2 (10,5) 24 (20,3)
- Kompres NaC10,9% 1 ( 2,3) 3 ( 8,8) 2 (9,1) 1 ( 5,3) 7 ( 5,9)
- Mupirosin 2 ( 4,7) 1 ( 2,9) 0 0 3 ( 2,5)
* Satu pasien dapat diberikan lebih dari satu jenis terapi

terdapat 1 pasien (0,8%) komplikasi parese RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2010
nervus VII. Semua pasien baru HZ sampai 2013 terbanyak dirawat selama 7-9 hari
mendapat antivirus dengan (38,1%), diikuti dengan ≥ 10 hari (33,1%). Sesuai
99,2% pasien mendapat asiklovir. Terapi clinical pathwayHZ di RSUD Dr. Soetomo, lama
berikutnya yang diberikan adalah analgesik rawat pasien HZ adalah 7-12 hari. Pasien dirawat
dengan jumlah terbanyak yaitu 99 pasien dalam jangka waktu lebih lama karena adanya
(83,9%) mendapat asam mefenamat. Antibiotik komplikasi dan penyakit lain yang menyertai,
terbanyak yang diberikan adalah eritromisin pada terutama pada pasien yang memiliki
28 pasien (23,7%), diikuti amoksisilin pada 25 komplikasi pada mata dan komplikasi Ramsay
pasien (21,2%). Sedangkan antihistamin Hunt syndrome serta memiliki faktor predisposisi
mebhidrolin napadisilat diberikan pada 2 pasien tertentu membutuhkan waktu perawatan yang
(%) dan setirizin pada 1 pasien (0,8%). lebih lama.Faktor predisposisi peningkatan
Pemberian kortikosteroid metilprednisolon terjadi herpes zoster selain usia tua, pada pasien
didapatkan pada 3 pasien (2,5%). Sedangkan imunokompromais 100 kali lebih tinggi daripada
terapi topikal yang diberikan bedak salisil 9
pasien imunokompeten. Pasien dengan infeksi
sebanyak 68 pasien (57,6%) dan krim natrium
HIV, transplantasi organ, keganasan, pasien yang
fusidat pada 24 pasien (20,3%).
mendapat radioterapi maupun kemoterapi, dan
Edukasi diberikan pada pasien HZ
10
Ruang Kemuning RSUD Dr. Soetomo Surabaya penggunaan kortikostreoid jangka panjang.
sebanyak 28 pasien (23,7%), sedangkan yang HZ lebih sering terjadi pada usia lebih dari 50
tidak diberikan edukasi
yaitu 90 pasien 7 , 8 Penelitian ini
tahun dan pada perempuan.
(76,3%).
penduduk terjadi pada pasien berusia lebih dari 65
PEMBAHASAN 2,3
tahun. Usia saat mulai terinfeksi virus Varisela-
Insidensi HZ ditentukan oleh faktor-faktor
zoster mempengaruhi usia saat terjadinya HZ.
yang memengaruhi hubungan host-virus, dan
Orang yang mendapatkan infeksi pada awal
salah satu faktor risiko yang kuat adalah usia
kehidupan atau saat di dalam kandungan memiliki
1
yang lebih tua. Insidensi HZ berkisar antara 1,2 4 , 5
risiko terjadinya pediatric zoster .
hingga 3,4 kasus per 1000 penduduk, namun
Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah
peningkatan hingga 3,9- 11,8 kasus per 1000
pasien baru HZ sebanyak 2,38% dari jumlah
pasien yang dirawat di Ruang Kemuning RSUD menunjukkan selama periode 4 tahun
Dr.Soetomo Surabaya dalam rentang waktu 4 jumlah perempuan lebih banyak yaitu 55,9%.
tahun, yaitu tahun 2010-2013.Penelitian Penelitian yang dilakukan Cebrian-Cuenca dan
retrospektif yang dilakukan Sahriani di RSUP kawan-kawan pada tahun 2006-2007 di Spanyol
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode didapatkan jumlah perempuan yang terkena HZ
Januari sampai Desember 2012 didapatkan 2% 11
lebih banyak dibanding laki-laki yaitu 64%.
pasienHZ dari 1096 pasien, angka ini
Penelitian lain yang dilakukan Insinga dan
menggambarkan hasil yang hampir sama dengan
kawan-kawan menyebutkan jumlah
6
pasien di RSUD Dr.Soetomo Surabaya. perempuan yang terkena HZ lebih banyak yaitu
Tahun 2010 sampai 2013, distribusi pasien 12
59,9%. Belum diketahui secara pasti penyebab
baru HZ yang dirawat di Ruang Kemuning
perempuan lebih banyak terkena HZ, namun
RSUD Dr. Soetomo Surabaya paling banyak pada
secara umum perempuan lebih sering mencari
bulan Januari sebesar 13,6% diikuti bulan
pengobatan untuk penyakitnya dibandingkan
Februari sebesar 12,7%. Beberapa studi
laki-laki dan lebih sering kontak dengan anaknya
menyebutkan musim panas dapat memengaruhi
8
risiko terjadinya HZ, dapat berkaitan dengan yang terinfeksi varisela.
iradiasi ultraviolet yang meningkat saat musim Jumlah pasien baru HZ yang dirawat di
7,8 Ruang Kemuning RSUD Dr.Soetomo Surabaya
panas.
didapatkan paling banyak pada kelompok usia
Lama perawatan pasien HZ di Ruang
45-64 tahun (40,7%) dan 65 tahun (22,0%). Hal
Kemuning
ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan
terjadi peningkatan HZ pada usia tua, suatu
kondisi terjadi penurunan imunitas seluler yang
8,13
merupakan faktor utama penyebab reaktifasi.
Penelitian yang dilakukan Cebrian-Cuenca dan
kawan- kawan kelompok usia yang terbanyak
11
adalah 50-59 tahun.
Lokasi yang terbanyak dijumpai adalah
HZ thorakalis pada 31,4% pasien, diikuti oleh
HZ oftalmikus 23,7%. Sesuai dengan penelitian
Cebrian- Cuenca dan kawan-kawan bahwa lokasi
paling sering adalah HZ thorakalis (42,3%).
Literatur lain menyebutkan lokasi HZ paling
sering adalah thorakalis diikuti HZ oftalmikus.
Pada 10% sampai 25% dari HZ oftalmikus yang
tidak mendapat terapi yang tepat, dapat
terjadi kerusakan yang permanen, diantaranya 9
nyeri sebagai keluhan utama. Cebrian- Cuenca
inflamasi o k u l a r , k e l e m a h a n n y e r i d
dan kawan-kawan dalam penelitiannya
a n k e h i l a n g a n
menyatakan dari 146 pasien, sebanyak 77,7%
14,15
pengelihatan. Penelitian ini menunjukkan 11
mengeluh nyeri. Studi lain oleh Costache dan
100% pasien baru HZ yang dirawat di Ruang
kawan- kawan didapatkan 94% pasien mengeluh
Kemuning RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada
16
tahun 2010 sampai 2013 datang dengan keluhan nyeri. Penulisan sifat nyeri pada penelitian
utama nyeri disertai plentingan (95,8%). ini masih menggunakan istilah yang dikatakan
Berdasarkan literatur 90% pasien mengeluhkan dari pasien seperti cekot-cekot, maka pembagian
sifat nyeri tidak bisa menggambarkan sesuai
literatur. Berdasarkan literatur nyeri pada HZ masing-masing sebanyak 1,7%. Penelitian ini
dapat berupa paraestesi (kesemutan), diestesi dilakukan di Ruang Kemuning RSUD Dr.
(sangat sensitif bila disentuh), alodinia (rasa Soetomo Surabaya, sehingga tidak didapatkan
nyeri namun tidak sesuai dengan data pasien dengan infeksi HIV. Penelitian yang
rangsangan, contohnya bila kulit terkena dilakukan Yenikomshian dan kawan-kawan
gesekan baju dapat dirasakan sebagai nyeri menyebutkan pasien usia tua dengan keganasan
seperti ditusuk), dan hiperestesi (rasa nyeri yang mengalami 1,2 hingga 2,4 kali memiliki risiko
2 lebih tinggi mengalami HZ daripada pasien usia
berlebihan atau berkepanjangan).
17
Sebagian besar pasien HZ disertai gejala tua tanpa keganasan.
prodromal yang paling banyak demam Manifestasi klinis berupa vesikel didapatkan
(38,1%), sedangkan jumlah yang tanpa data pada semua pasien (100%), diikuti erosi (41,7%)
masih cukup banyak yaitu 53,4%. Hal ini sesuai dan pustul (28,3%). Pasien yang datang melewati
dengan penelitian yang dilakukan Costache dan stadium erupsi vesikel sudah sangat jarang, lebih
kawan-kawan tahun 2008 yaitu 56% pasien banyak didapatkan erosi maupun krusta
mengalami gejala prodromal berupa meskipun effloresensi vesikel masih ada.
Diagnosis HZ ditegakkan berdasarkan
manifestasi klinis dan pemeriksaan
18,19
penunjang.
Pemeriksaan penunjang darah lengkap
dan Tzancksmear dilakukan pada semua pasien
HZ yang dirawat di Ruang Kemuning RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, sesuai dengan clinical
pathway. Hasil pemeriksaan Tzancksmear
didapatkan hasil positif sebesar 39,8%,
didapatkan hasil negatif sebesar 18,6% dan tanpa
data sebanyak 41,5%. Tzanck smear
merupa ka n pem eri ksa an yang t i dak
mahal dibandingkan dengan pemeriksaan
serologis lain, namun tidak bisa membedakan
infeksi karena VZV atau herpes simplex virus
(HSV), yang ditemukan multinucleated giant
3,9
cells.
Penelitian ini menunjukkanHZ oftalmikus
disertai
demam. Distribusi lama sakit dapat komplikasi paling banyak yaitu konjungtivitis
16 menunjukkan sebanyak
stadium HZ, dengan hasil paling banyak adalah sedangkan jumlah tanpa data masih cukup banyak
4-6 hari (59,3%) yang merupakan stadium erupsi. yaitu 73,7%. Anamnesis riwayat varisela
Didapatkan pasien sakit lebih dari 10 hari baru diperlukan untuk menggambarkan bahwa pasien
datang berobat hal itu dapat disebabkan pasien 3
mengalami reaktivasi virus Varisela zoster.
memiliki komplikasi atau faktor predisposisi
Faktor predisposisi diperlukan untuk
yang dapat memberatkan perjalanan penyakit.
mengetahui kemungkinan komplikasi yang dapat
Penelitian ini menunjukkan sebanyak 22,9%
terjadi dan untuk mengetahui apakah terapi yang
pasien pernah memiliki riwayat varisela, dan
diberikan dapat memengaruhi penyakit yang
3,4% belum pernah mengalami varisela,
sudah ada sebelumnya. Penelitian ini
menunjukkan pasien dengan riwayat diabetes 55,2%.Komplikasi yang banyak ditemukan pada
melitus yaitu 11,0%, keganasan 7,6%, mata adalah keratitis, episkleritis, iritis,
mendapat radioterapi maupun kemoterapi 1,7%, konjungtivitis, uveitis, nekrosis akut retinal,
disertai penyakit SLE, tuberkulosis, dan pasca neuritis optik, dan glaukoma akut.HZ oftalmikus
tindakan bedah terjadi pada 10-25% kasus, melibatkan cabang
oftalmik dari saraf trigeminal dan memiliki
proporsional tingkat komplikasi yang tinggi
18,20
dengan mata yang terkena.
Pengobatan utama yang diberikan kepada
pasien HZ yang dirawat di Ruang Kemuning
RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode tahun
2010-2013 beupa antivirus oral, yaitu 99,2%
mendapat asiklovir dan 0,8% mendapat
valasiklovir. Analgesik juga diberikan, berupa
83,9% mendapat asam mefenamat, dan 0,8%
yang mendapat metampiron. Literatur
menyebutkan untuk menangani nyeri akut yang
ringan dapat diberikan nonsteroidal
antiinflammatory drugs, sedangkan untuk nyeri
yang lebih berat pada HZ preparat yang dapat
digunakan meliputi opioid,
glukokortikoid, antikonvulsan dan
2
antidepresan trisiklik. Pemberian antihistamin
mebhidrolin napadisilat sebanyak 1,7%
dan setirizin 0,8% karena terdapat keluhan gatal, namun pada literatur tidak disebutkan
pemberian antihistamin untuk pasien HZ. Diberikan metilprednisolon pada 2,5% pasien
karena terdapat komplikasi Ramsay Hunt syndrome sehingga perlu diberikan
kortikosteroid. Obat topikal yang banyak diberikan adalah bedak salisil yaitu 57,6%,
antiobiotik topikal krim natrium fusidat 2% (20,3%), mupirosin (2,5%) untuk lesi yang
berupa erosi dan kompres normal saline (5,9%) untuk lesi yang berupa krusta. Beberapa
antibiotik oral juga diberikan, yang paling banyak digunakan eritromisin (23,7%),
amoksilin (21,2%) dan siprofloksasin (1,7%) karena disertai adanya infeksi sekunder.
Asiklovir bekerja sebagai DNA polymeraseinhibitor pada virus, analgesik diberikan
untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan VHZ dan antibiotik diberikan bila
6,21,22
didapatkan infeksi sekunder.

KEPUSTAKAAN
1. Oxman MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick's dermatology in
general medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill Companies. 2012. p. 2383-400.
2. Solomon CG. Herpeszoster. N Engl J Med 2013; 369: 255-63.
3. Deshmukh R, Raut A, Sonone Sawar S, Bharude N, Umarar A.Herpes zoster: a fatal
viral disease: A comprehensive review. IJPCBS 2012; 2 (2): 138- 45.
th
4. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew's disease of the skin. 11 ed.
Philadelphia: Saunders Elvesier. 2011.p.372-6.
5. Dworkin RH, Johnson RW, Breuer J, Gnann JW, Levin MJ, Backonja M et al.
Recommendation for the management of herpes zoster. CID 2007; 44: 1- 26.
6. Sahriani HR, Kapantow MG, Pandaleke HE. Profil Herpes zoster di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado periode Januari-Desember
2012. e-clinic JIK 2014; 2 (1): 1- 7.
7. Centers for Disease Control and Prevention. Epidemiology of zoster and
complications. MMWR Early Release 2008; 57: 6-10.
8. Thomas SL, Hall AJ. What does epidemiology tell us about risk factors for herpes
zoster. The Lancet
Infectious Diseases 2004; 4: 26-32.
9. McCrary ML, Severson J, Tyring SK. Varicella zoster virus. J Am Acad Dermatol
1999; 41 (1): 1- 13.
10. Wilson, DD. Herpes zoster: prevention, diagnosis, and treatment – 2008 update.
Nurs Pract 2007; 32 (9): 19-24.
11. Cebrian-Cuenca AM, Domingo JD, Rodriguez MS, Barbera JP, Perez JN.
Epidemiology of herpes zoster infection among patient treated in primary care
centres in the Valencian Community (Spain). BMC Family Practice 2010;11(33):
1-7.
12. W. Insinga RP, Itzler RF, Pellissier JM, Saddier P, Nikas A. The incidence of herpes
zoster in a united states administrative database. J Gen Intern Med 2005; 20: 748-
53.
13. Weaver BA. Herpes zoster overview: natural history and incidence. J Am
Osteopath Assoc 2009; 109 (6): 2-6.
14. Roxas M. Herpes zoster and postherpetic neuralgia: diagnosis and therapeutic
considerations. Alternative Medicine Review 2006; 11(2): 102-13.
15. Nelson JW. Acute herpes zoster neuritis and postherpetic neuralgia. Practical
Pain Management 2010; 10 (9): 1-7.
16. Costache D. A study of the dermatomers in herpes zoster. Bull Trans Univ Brasov
2009; 2 (51): 19-24.
17. Yenikomshian MA dan kawan-kawan. The epidemiology of herpes zoster and
is complications in medicare cancer patients. BMC Infec Disease 2015; 15 (106): 1-
10.
18. Manchanda L. Management of acute herpes zoster. Australian Anaesthesia 2005:
135-9.
19. Fashner J, Bell AL. Herpes zoster and postherpetic neuralgia: prevention and
management. Am Fam Physician 2011; 83 (12): 1432-7.
20. Wehrhahn MC, Dwyer DE, Herpes zoster: epidemiology, clinical features,
treatment, and prevention. Australian Prescriber 2012; 35 (5): 143- 7.
21. Galuzzi KE. Management strategies for herpes zoster and postherpetic neuralgia. J
Am Osteopath Assoc 2007; 107 (3): 8-13.
22. Whitley RJ, Volpi A, McKendrick M, Wijck A, Oaklander AL. Management of
herpes zoster and post-herpetic neuralgia now and in the future. Journal of Clinical
Virology 2010; 48 (1): 20-8.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA

Disusun oleh:
Desi Natalia
2018.C.09a.0931

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
Bidang studi : Stase KMB
Topik : Luka
Sub Topik : Perawatan Luka
Sasaran : Pasien Dan keluarga
Hari/Tanggal : 15 September 2020
Jam :
Waktu : 30 menit
Tempat :

A. Latar Belakang Masalah


Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan
manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana
pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan
suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa
tercapai dengan optimal (Aninim, 2011).
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai
dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta
dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh
perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka
modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin
banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dapat
mengetahui perawatan luka.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dapat
menjelaskan kembali :
a. Pengertian perawatan luka
b. Hal-hal yang dapat membantu penyembuhan luka
c. Manfaat perawatan luka
d. Langkah-langkah perawatan luka

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi
a. Pengertian
b. Hal-hal yang dapat membantu penyembuhan luka
c. Manfaat perawatan luka
d. Langkah-langkah perawatan luka

2. Media Penyuluhan
Media Penyuluhan yang digunakan:
Lembar Balik
Leafleat

3. Metode Penyuluhan
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa:
a. Ceramah
b. Tanya jawab

4. Setting Tempat
Keterangan :

: Pasien : Penyuluh

5. Draft Rencana Proses Pelaksanaan

No Wakt Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


. u

1 3 Pembukaan :
Menit 1. Menjawab Salam
1. Memberi Salam
2. Menyetujui kontrak
2. Melakukan kontrak waktu
waktu
3. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
Memperhatikan
4. Menyebutkan materi/pokok
4. Mendengarkan dan
bahasan yang akan disampaikan
Memperhatikan
5. Menggali pengetahuan pasien
5. Menjawab pertanyaan
tentang pearwatan luka
2 15 Pelaksanaan :
Menit
1. Menjelaskan materi penyuluhan 1. Mendengarkan,
secara berurutan dan teratur menyimak dan
Materi : memperhatikan materi
a. Pengertian perawatan luka yang diberikan
b. Hal-hal yang mempercepat penyuluh
penyembuhan luka
c. Manfaat perawatan luka
d. Langkah-langkah perawatan
luka
2. Meberikan kesempatan untuk 2. Peserta aktif bertanya
bertanya
3. Menjawab pertanyaan 3. Mendengarkan
3 10 Evaluasi :
Menit Bertanya dan menjawab
1. Meminta pasien untuk
pertanyaan
menjelaskan atau menyebutkan
kembali :
a. Pengertian perawatan luka
b. Hal-hal yang mempercepat
penyembuhan luka
c. Manfaat perawatan luka
d. Langkah-langkah perawatan
luka
2. Memberikan pujian atas
keberhasilan pasien,
menjelaskan pertanyaan dan
memperbaiki kesalahan,serta
menyimpulkan.

4 2 Penutup :
Menit Mengucapkan terimakasih dan Menjawab salam
mengucapkan salam

D. Evaluasi
1. Metode Evaluasi
a. Metode Evaluasi : Tanya jawab
b. Jenis Evaluasi : Lisan
2. Pertanyaan Evaluasi
a. Apa yang dimaksud dengan pearwatan luka?
b. Apa saja hal-hal yang dapat mempercepat penyembuhan luka?
c. Apa manfaat dari pearwatan luka?
d. Bagaimana langkah-langkah pearawtan luka?
Lampiran Materi
PERAWATAN LUKA

A.    Pengertian
Luka adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan terhadap keutuhan kulit
akibat kecelakaan. Perawatan Luka adalah suatu tindakan merawat luka dengan
teknik septic dan anti septic (Potter, 2005).

B. Hal-Hal Yang Dapat Membantu Penyembuhan Luka


1. Makan makanan yang banyak mengandung protein dan vitamin C, seperti
tahu, tempe, daging, telur, jeruk, jambu biji yang berwarna merah,dll
2. Mengikuti terapi dokter secara teratur dan minum obat secara teratur
3. Mencegah infeksi dengan cara mengganti balutan secara teratur sebersih
mungkin
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan luka

C. Manfaat Perawatan Luka
1. Menjaga kebersihan dan mencegah infeksi
2. Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien dan orang lain
3. Mempercepat proses penyembuhan luka
4. .Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa
5. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
6. Mempercepat penyembuhan
7. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
8. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
9. Mencegah perdarahan
10. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
D. Cara Perawatan Luka
1. Alat-alat Perawatan Luka
a. Set steril yang terdiri atas :
1) Pembungkus
2) Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
3) Tempat untuk larutan Larutan anti septic
4) 2 pasang pinset
5) Gaas untuk menutup luka.
6) Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf,
Gunting
7) Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
8) Plester atau alat pengaman balutan
9) Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
2. Bahan untuk Membersihkan Luka :
a. Alkohol 70%
b. Natrium Cloride 0.9%
3. Bahan untuk Menutup Luka :
Verband dengan berbagai ukuran
4. Bahan untuk mempertahankan balutan :
Adhesive tapes
Bandages
5. Cara Merawat Luka
a) Sebelumya wadah/rantang direbus sampai mendidih kemudian di
keringkan bagian dalam jangan disentuh biarkan kering sendiri.
b) Masukkan kassa steril ke wadah yang di keringkan kemudian siram
dengan NaCl.
c) Simpan kassa di pinggir luka tapi jangan menyentuh luka.
d) Tekan pinggir luka untuk mengeluarkan PUS / nanah.
e) Bila ada PUS usap dengan sekali usapan saja dengan kassa yang telah
di beri cairan NaCl teruskan sampai bersih dari atas sampai bawah.
f) Setelah selesai keringkan luka dengan kassa kering.
g) Kompres luka dengan kassa yang telah di beri NaCl.
h) Bereskan alat-alat,cuci tangan dengan sabun sampai bersih.

Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Laporan Pendahuluan Perawatan Luka.


http://Veryromanisti.blogspot.com. 2011-
laporan+pendahuluan+perawatan+luka (diakses pada 19 november 2018).
PERAWATAN LUKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
3. Penyebab Infeksi
1) Adanya benda asing atau jaringan
yang sudah mati didalam luka
2) Luka terbuka dan kotor
3) Gizi Buruk
4) Daya tahan tubuh yang lemah.
5) Mobilisasi terbatas atau kurang
gerak.

4.
Tanda dan Gejala Infeksi
1) Terjadi bengkak disekitar luka
2) Panas badan yang meningkat
Mulai dari atas atau dekat dengan
3) Kemerahan disekitar lukaterus makin keluar.
luka dan
4) Nyeri  Buang kasaa atau kapas yang
5) Perubahan digunakan
fungsi organ untuk membersihkan
1. Pengertian setiap kali sekali mengsusap luka itu
6) Cairan yang berupa nanah pada luka
Perawatan luka adalah Tutup
7) Luka berbau tidak sedapluka dengan verban/balutan
merawat luka dengan memasang bebas kuman.
 Cuci tangan
pembalut atau penutup pada luka
agar luka tidak terbuka.
5. Hal-Hal yang perlu Diketahui
oleh Pasien
 Dibutuhkan verband steril dan kering
untuk jangka waktu tertentu
 Jaga jangan sampai luka tergesek-
gesek oleh pakaian.
2. Tujuan 3. Perawatan Luka di Rumah
 yang
Langsung hubungi dokter jika tempat
1)      Alat-alat
a. Agar terhindar dari infeksi.
digunakan atau lokasi bekas luka terlihat
a. Kasa atau kain bersih.
b. Agar luka tetap bersih. b. Betadine. membangkak, demam tinggi, nyeri
c. Mempercepat penyembuhan. c. Plester.
hebat, dan pengeluaran nanah yang
d. Air bersih/ NaCl.
d. Mencegah masuknya kuman dan kotoran
berlebih.
ke dalam luka
e. Mencegah terjadinya pencemaran oleh
cairan dan kuman yang berasal dari luka
ke daerah sekitarnya
7. Kerugian Tidak Melakukan
f. Mencegah terjadinya infeksi silang
4. Cara-Cara Perawatan Luka Perawatan Luka
g. Mengistirahatkan bagian yang tangan
 Cuci luka atausebelum
 Infeksi berat.
sakit melakukan tindakan.
h. Sebagai penahan padabagianLepaskan verban/balutan  Kecacatan.
yang luka
atau sakit dengan cara menyentuh bagian Gangguan terhadap sistem tubuh
i. Memberikan rasa aman danluarnya
nyamansaja. yang lain.
 Jika verban/balutan menempel
pada luka.
 Buang verban/balutan yang
kotor ke dalam kantong tahan
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp. (0536)3327707

LEMBAR KONSUL

Nama Mahasiswa : Desi Natalia


Program Studi : S1 Keperawatan
Tingkat / Semester : III / V
Preseptor Akademik : Nia Pristina, S.Kep., Ners
NO Hari / Hasil Konsultasi TTD TTD
Tanggal Preseptor Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai