Di Susun Oleh :
Anjuwita
NIM. 2019.C.11a.0999
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik Pra
klinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu K
esehatan Eka Harap Palangka Raya.
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “La
poran Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An G Dengan Diagnosa Medis Febris Di Pu
skesmas Kayon Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ing
in mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Yelstria Urina T, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan
ini.
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II.
5. Ibu Erista Rusana, S.Kep., Ners selaku CI Lahan yang telah banyak memberikan arahan,
masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 08 November 2021
Mahasiswa
Anjuwita
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
1.1 Konsep Dasar Infeksi Saliran Kemih (ISK)..............................................
1.1.1 Definisi ...................................................................................................
1.1.2 Anatomi Fisiologi ...................................................................................
1.1.3 Etiologi....................................................................................................
1.1.4 Klasifikasi................................................................................................
1.1.5 Patofisiologi.............................................................................................
1.1.6 WOC........................................................................................................
1.1.7 Manifestasi Klinis....................................................................................
1.1.8 Penatalaksanaan Medis ...........................................................................
1.1.9 Komplikasi...............................................................................................
1.1.10 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................
1.2. Konsep Keperawatan Anak .......................................................................
1.2.1 Definisi Anak...........................................................................................
1.2.2 Kedudukan Anak di Indonesia ................................................................
1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak.....................................................................
1.2.4 Prinsif Keperawatan Anak.........................................................................
1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak................................................................
1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak................................................
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................
1.3.1 Pengkajian................................................................................................
1.3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................
1.3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................
1.3.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................
1.3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................
2.1 Analisis Data...............................................................................................
2.2 Prioritas Masalah........................................................................................
2.3 Rencana Keperawatan................................................................................
2.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
MK : Kekurangan
Volume cairan
1.1.7 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, bergantung pada usia, tempat infeksi dalam
saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan. Menurut Pardede
(2018) manifestasi klinis tersebut yaitu :
a. Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik, seperti pertumbuhan lambat, muntah, mudah
terangsang, tidak mau makan, temperatur tidak stabil, perut kembung, jaundice.
b. Pada bayi, gejala klinik ISK tidak spesifik dan dapat berupa demam, nafsu makan
berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen, penurunan berat
badan, dan gagal tumbuh. Infeksi saluran kemih perlu dipertimbangkan pada semua
bayi dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan demam yang tidak jelas
penyebabnya. Infeksi saluran kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan
demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
c. Pada anak besar, gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala lokal saluran
kemih berupa polakisuria, disuria, urgensi, frequency, ngompol. Dapat juga
ditemukan sakit perut, sakit pinggang, demam tinggi, dan nyeri ketok sudut kosto-
vertebra. Setelah episode pertama, ISK dapat berulang pada 30-40% pasien terutama
pada pasien dengan kelainan anatomi, seperti refluks vesikoureter, hidronefrosis,
obstruksi urin, divertikulum kandung kemih, dan lain lain.
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2017 : hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan dengan perawatan berupa :
1. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2. Mencegah konstipasi
3. Perubahan pola hidup, diantaranya :
- Membersihkan perineum dari depan ke belakang
- Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
- Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
- Menghindari kopi, alcohol
b. Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari (2014) penatalaksanaan
medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui medikamentosa yaitu pemberian obat-
obatan berupa antibiotik secara empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut.
Pemberian analgetik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
oleh penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk meredakan gejala
iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang dianjurkan secara empiris
disesuaikan dengan pola kuman yang ada disetiap tempat.. Pemberian obat ISK pada
penderita geriatri mengacu kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut, umumnya
dengan memperhitungkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi
(kadar albumin), dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).
1.1.9 Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal, komplikasi
pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah
mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya parut ginjal antara lain
umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi
berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih (Pardede et al, 2016). Sedangkan menurut
Purnomo (2016), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
a. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
1.1.10 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein, dan
darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria,
leukosituria biasanya ditemukan pada anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode
ISK simtomatik, tetapi tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK.
Bakteriuria dapat juga terjadi tanpa leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin
steril perlu dipertimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan
Ureaplasma urealitikum. Neutrophil gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL)
dan rasio uNGAL dengan kreatinin urin (uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya
ISK. Peningkatan uNGAL dan rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mg merupakan tanda ISK
(Pardede, 2018).
b. Pemeriksaan darah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju endap darah
(LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif, merupakan indikator non-spesifk ISK
atas. Kadar prokalsitonin yang tinggi dapat digunakan sebagai prediktor yang valid
untuk pielonefritis akut pada anak dengan ISK febris (febrile urinary tract infection)
dan skar ginjal. Sitokin merupakan protein kecil yang penting dalam proses inflamasi.
Prokalsitonin, dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β) meningkat pada fase
akut infeksi, termasuk pada pielonefritis akut (Pardede, 2018).
1.2 Konsep Keperawatan Anak
1.2.1 Definisi Anak
Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang
lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan yang diartikan dengan anak-anak atau
juvenale, adalah seseorang yang masih dbawah usia tertentu dan belum dewasa serta
belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan pengertian yang sering kali di jadikan
pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak.
Menurut UU RI No. IV th 1979 tentang kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan
menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang
dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak
adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum
mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia
Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga
yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap sebagai seseorang
yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada
pada tahap lanjut usia (jaminan hari tua). Anak masih dianggap sebagai sumber tenaga
murah yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi
pribadi yang mandiri.
1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family center
care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care ).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur penting
dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga
kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan anak
harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam
kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang
ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care
adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan
mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis), tidak melakukan kekerasan
pada anak dan modifikasi lingkungan fisik.
2. Hipertermi b.d (SLKI, 2018, L.14134, hal 129) (SIKI, 2018, I.15506, hal 181)
proses penyakit Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi
D.0130 Hal 284 keperawatan selama 1x7 Jam Observasi :
diharapkan termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hasil: hipertermi
1. Suhu tubuh membaik (36,5o 2. Monitor suhu tubuh
– 37,25o C) 3. Monitor haluaran urine
2. Suhu kulit membaik Terapeutik:
3. Menggigil menurun 4. Berikan cairan oral (minum
yang cukup yaitu 1,5 -1,7
liter perhari.
5. Berikan kompres hangat
6. Berikan selimut tipis bila
anak mengigil
Edukasi :
7. Anjurkan tirah baring
8. Anjurkan untuk
melonggarkan pakaian atau
menghindari pakaian yang
tebal
Kolaborasi :
9. Kolaborasi pemberian
antipiretik
10.Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
3. Gangguan (SLKI, 2018, L.04034, hal 24) (SIKI, 2018, I.04152, hal 175)
eliminasi urin b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine
iritasi kandung keperawatan selama 1x7 jam Observasi :
kemih gangguan eliminasi urin dapat 1. Identifikasi tanda dan gejala
D.0040 Hal 96 membaik, dengan kriteria hasil : retensi atau inkontinensia
1. Mengompol menurun urine
2. Karakteristik urin membaik 2. Identifikasi faktor yang
(warna kuniing jernih, bau menyebabkan retensi atau
tidak menyengat, jumlah inkontinensa urine
urin output 400-800cc/hari) 3. Monitor eliminasi urine
3. Frekuensi buang air kecil (frekuensi, konsistensi,
membaik (5-7x/24 jam) aroma, volume, dan warna)
4. Desakan berkemih (urgensi) Terapeutik :
menurun 4. Ambil sampel urine tengah
5. Disuria menurun (midstream) atau kultur
5. Catat waktu-waktu dan
haluran berkemih
Edukasi:
6. Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
7. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
8. Anjurkan minum yang cukup
(1,5-2 liter), jika tidak ada
kontraindikasi
9. Ajarkan mengambil sample
urine midstream
4. Hipovolemi b.d (SLKI, 2018, L.03028, hal 107) (SIKI, 2018, I.03116, hal 184)
kegagalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemi
mekanisme keperawatan selama 1x7 jam Observasi :
regulasi status cairan membaik, dengan 1. Periksa tanda dan gejala
D.0023 Hal 64 kriteria hasil : hipovolemi
1. Intake cairan membaik 2. Monitor intake dan output
2. Turgor kulit meningkat cairan
3. Perasaan lemah menurun Terapeutik :
3. Berikan asupan caira oral,
minum 1,5 liter – 2 liter
Edukasi :
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian caian
IV isotonis atau hipotonis
5. Defisit (SLKI, 2018, L.12111, hal 146) (SIKI, 2018, I.12383, hal 65)
pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
kurang terpapar keperawatan selama 1x7 jam Observasi :
informasi diharapkan tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan
D.0073 Hal 164 membaik dengan kriteria hasil : kemampuan menerima
1. Perilaku sesuai anjuran informasi
meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor
2. Verbalisasi minat dalam yang dapat meningkatkan
belajar meningkat dan menurunkan motivasi
3. Perilaku sesuai dengan perilaku hidup bersih dan
pengetahuan meningkat sehat
4. Kemampuan menjelaskan Terapeutik :
pengetahuan tentang ISK 3. Sediakan materi dan media
meningkat pendidikan kesehatan
5. Pertanyaan tentang masalah 4. Jadwalkan pendidikan
yang dihadapi menurun kesehatan sesuai kesepakatan
6. Persepsi yang keliru 5. Berikan kesempatan untuk
terhadap masalah menurun bertanya
Edukasi:
6. Edukasi faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan terkait infeksi
saluran kemih, Edukasi cara
cebok yang benar, Edukasi
kebiasaan menahan buang air
kecil, Edukasi minum air
putih perhari min. 2
liter/hari.
7. Ajarkan PHBS
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An.M
TTL : 1 tahun (25/08/2020)
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Pelatuk no 40
Diagnosa medis : ISK
2.1.2.5 Dada
I = Dada tampak simetris, tidak ada memar, tidak ada retraksi dinding dada
P = Tidak ada nyeri tekan ataupun palpitasi
P = Terdengar Sonor
A = Terdengar suara vesikuler
2.1.2.6 Abdomen
I = Simetris, tidak ada memar, tidak ada otot bantu pernapasan perut.
A = BU ± 25 x/menit
P = Tidak ada nyeri tekan, distensi kandung kemih
P = Terdengar pekak dan timpani
2.1.2.7 Ekstremitas
a) Ekstermitas Atas
Tidak ada kelainan, edema, ataupun kelemahan otot pada tangan kanan dan kiri 5/5,
tidak ada nyeri tekan. turgor kulit kembali> 2 detik, CRT < 3 detik, akral hangat dan
terpasang infus 2 jalur di tangan kiri dan kanan.
b) Ektermitas Bawah
Kulit dan kuku tampak tidak pucat dan bersih, tidak ada kelainan kelengkapan anggota
gerak, turgor kulit kembali> 2 detik, CRT < 3 detik, terdapat kelemahan otot,
kekuatan otot 5/5, akral hangat.
2.1.2.8 Genetalia
Sukrotum tampak bengkak dan kemerahan, terdapat femosis
2.1.9 Psikososial
Keluarga mengatakan anak belum mampu melakukan aktivitas secara mandiri seperti
makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain, anak mudah untuk berinteraksi dan
bersosialisasi dengan anak seusianya.
2.1.10 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Keterangan
Nutrisi
a. Frekuensi a. 3 x sehari dengan1/2 piring makan
b. Nafsu Makan / selera b. Kurang baik
c. Jenis Makanan c. Sayur bening dan lauk pauk (telur, tahu, tempe
dll)
Eliminasi Keluarga mengatakan anak sudah BAB 1 x dalam
a. BAB sehari dengan konsistensi lembek, berwarna
b. BAK normal (kekuningan). Keluarga mengatakan saat
sakit anak tidak bisa BAK, pasien tampak
berkemih tidak tuntas BAK sedikit – sedikit
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 1 jam
b. Malam/jam b. 9 jam
Personal Hyigene
a. Mandi a. 2 x/hari
b. Oral Hygene b. 2 x/hari
2.1.11 Data Penunjang
Hasil laboratorium
Nama pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Wbc 17,58 4,6 – 10,00 103/UL
HGB 8,6 12,0 – 16,0 9/dl
HcT 22,3 35,0 – 45,0 %
Rbc 3,78 4,50 – 5,50 106/UL
2.1.12 Terapy
No Nama Obat Dosis
.
1. Ivf D5% NS 10 tpm
Mahasiswa,
Anjuwita
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Iritasi saluran kemih Gangguan
- Keluarga mengatakan pasien tidak Eliminasi
Kandung kemih terasa
bisa BAK urin
penuh akibat iritasi
- Keluarga mengatakan saat BAK urin
hanya menetes Urgensi
- Orang tua mengatakan pada saat
Disuria
BAK pasien meringis
DO : Gangguan eliminasi
- Sukrotum tampak bengkak dan urine
kemerahan
- Terdapat femosis
- Kandung kemih teraba penuh
- Pasien tampak berkemih tidak tuntas
BAK sedikit – sedikit
DS : Kerusakan jaringan Resiko
- Orang Tua mengatakan Pasien
Infeksi
demam sudah 2 dua hari Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
- Orang tua mengatakan pada saat
sekunder
BAK pasien meringis
DO: Penurunan sel darah
- Sukrotum tampak bengkak dan Penurunan Hb
kemerahan
Leukosit meingkat
- Terdapat femosis
- Wbc : 17,58 Resiko infeksi
- HGB : 8,6
- SH : 40ºC, RR
Meningkatkan
thermmostat pada pusat
ternoregulator
Demam
Hipertermi
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan Iritasi saluran kemih (D.0040) ditandai
dengan keluarga mengatakan pasien tidak bisa BAK, saat BAK urin hanya menetes, orang
tua mengatakan pada saat BAK pasien meringis, sukrotum tampak bengkak dan kemerahan,
terdapat femosis, kandung kemih teraba penuh dan pasien tampak berkemih tidak tuntas
BAK sedikit – sedikit.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (D.0142)
ditandai dengan pasien mengeluh demam sudah 2, orang tua mengatakan pada saat BAK
pasien meringis, sukrotum tampak bengkak dan kemerahan, terdapat femosis, Wbc = 17,58,
HGB = 8,6, SH = 40ºC.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D.0130) ditandai dengan pasien mengeluh
demam sudah 2 hari yang lalu, riwayat kejang dirumah 1x, SH = 40ºC, badan teraba panas.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An.M
Ruang Rawat : Flamboyan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Gangguan eliminasi (L.04034 Hal 24) (I.04152 Hal 175) Observasi :
urin berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urin 1. Untuk mengetahui adanya
dengan Iritasi saluran keperawatan selama 1 x 7 Observasi : tanda – tanda retensi urine
kemih jam diharapkan gangguan 1. Identifikasi tanda dan gejala untuk mementukan tindakan
(D.0040 Hal 96) eliminasi teratasi dengan retensi urine lanjut
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi faktor penyebab 2. Mendeteksi secara dini
1. Sensasi berkemih retensi urine penyebab retensi urine untuk
meningkat 3. Monitor eliminasi urine menentukan tindak lanjutan
2. Desakan berkemih Teurapetik : 3. Memonitor jumlah output
menurun 4. Catat waktu – waktu haluaran urine untuk mengetahui
3. Distensi kandung kemih berkemih seberapa berat gangguan
menurun 5. Batasi asupan cairan, jika perlu eliminasi utine.
4. Disuria menurun Edukasi : Teurapetik :
5. Volume residu urine 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 4. Retensi urine meningkatkan
menurun saluran kemih tekanan dalam saluran
6. Urine menetes menurun 7. Anjurkan minum yang cukup perkemihan atas yang dapat
Kolaborasi : mempengaruhi fungsi ginjal.
8. Kolaborasi pemberian obat bila 5. Peningkatan jumlah cairan
perlu. mampu membersihkan ginjal
dan saluran kencing dari
bakteri
Edukasi :
6. Untuk menambah wawasan
pasien
7. Peningkatan jumlah cairan
mampu membersihkan ginjal
dan saluran kencing dari
bakteri
Kolaborasi :
8. Mempercepat proses
penyembuhan
Resiko Infeksi (L.14137 Hal 139) (I.14539 hal 278) Observasi :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi 1. Mendeteksi secara dini tanda
ketidakadekuatan keperawatan selama 1 x 7 Observasi : an gejala infeksi lokal dan
pertahanan tubuh jam diharapkan risiko 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik untuk menentukan
sekunder infeksi teratasi dengan lokal dan sistemik tindak lanjutan
(D.0142 Hal 304) kriteria hasil : Teurapetik : Teurapetik :
1. Demam menurun 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Mencegah patogen yang
2. Kemerahan menurun 3. Berikan perawatan kulit pada area berasal dari luar masuk
3. Nyeri menurun yang edema 3. Untuk mengurangi rasa sakit
4. Bengkak menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah pada area edema
5. Kadar sel darah putih kontak dengan pasien 4. Meminimalisir terjadinya
menurun 5. Pertahankan teknik aseptik pada infeksi nosokomial
pasien berisiko tinggi Edukasi :
Edukasi : 5. Menambah wawasan orang
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi tua pasien
7. Ajarkan cara mebersihkan luka 6. Meminimalisir terjadinya
8. Anjurkan memperbanyak asupan infeksi yang lebih parah
cairan oral 7. Peningkatan jumlah cairan
Kolaborasi : mampu membersihkan ginjal
9. Kolaborasi pemberian obat dan saluran kencing dari
bakteri
Kolaborasi :
8. Mempercepat proses
penyembuhan
Hipertermi (L.14134 Hal 129) (I. 15506 Hal 181) Observasi :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia 1. Mendeteksi secara dini untuk
Kolaborasi : Kolaborasi :
Agpoa, V., Mendoza, J. & Fernandez, A., 2016. Predict Urinary Tract Infection
and to Estimate Causative Bacterial Class in a Philipine Subspeciality Hospital. J
Nephrol Ther, pp. 64-69.
APHA, American Pharmacists Association, 2017. Drug Information Handbook.
s.l.:Wolters Kluwer Health.
Ardaya, S., 2017. Infeksi Saluran kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
In: 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Arisanti, P. A., 2016. Efektivitas Terapi Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap
Penderita Infeksi Saluran Kemih Di RSD Dr. Soebandi Jember Periode Januari-
Desember 2019. [Online] Available at: http://bit.ly/1sXcn39 [Accessed 16 August
2019].
Arivo, D. & Dwiningtyas, A. W., 2019. Pola Kepekaan Eschericia Coli Penyebab
Infeksi Saluran Kemih Terhadap Antibiotik. JURNAL FARMASI
MALAHAYATI, Volume II.
Bartoletti, R. et al., 2016. . 2016. Treatment of Urinary Tract Infection and
Antibiotik Stewardship. s.l.:European Association of Urology.
Dharmawan, A. & Layanto, N., 2018. Mekanisme Resistensi Acinetobacter
baumannii terhadap Antibiotik Golongan Karbapenem. J. Kedokt Meditek,
Volume 24, p. 70.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing
Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical
surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia