Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

MS DENGAN
PANSITOPENIA DI RUANG MAWAR RSUD
ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

OLEH KELOMPOK 4:

Bella Okasari
Ilma Putri Berliana
Mahfuzah
Melvi Melani Putri
Zelvira Arditya

Pembimbing :

Ns. Nurlinasari, S.Kep (Preseptor Klinik)


Ns. Nila Kusumawati, S.Kep, M.PH (Preseptor Akademik)

PRODI STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah.
Banyak bantuan yang penulis terima dalam melakukan penyusunan
makalah ini, baik itu bantuan moril maupun materil. Untuk itu ucapan terima
kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Zulkifli Malik Sp.PA selaku direktur RSUD Arifin Achmad.
2. Ibu Ns. Yenny Safitri. M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai..
3. Ibu Ns. Nilla Kusumawati, S. Kep, MPH, selaku pembimbing akademik.
4. Ibu Ns. Nurlinasari, S,Kep selaku pembimbing ruangan (Clinical Instrukture).
5. Seluruh Perawat dan Staf ruangan mawar.
6. Teman-teman seperjuangan program profesi 2023.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan dimasa mendatang.
Akhirnya penulis berharap semoga malakah ini bermanfaat bagi dunia
keperawatan.

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah... .......................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Pansitopenia............................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................

BAB III PEMBAHASAN KASUS


A. Pengkajian.......................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................
C. Rencana Tindakan Keperawatan.................................................. . .
D. Implementasi...................................................................................
E. Evaluasi...........................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN..................................................................

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pansitopenia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah, sel darah

putih, dan trombosit berada di bawah batas normal. Akibatnya, penderita

pansitopenia dapat mengalami gejala berupa lelah, mudah memar, dan demam.

Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berakibat fatal. Pada pansitopenia, kadar

ketiga sel darah tersebut menurun hingga di bawah batas normal sehingga

fungsinya terganggu. Kondisi ini menyebabkan gangguan darah secara

sekaligus, yaitu kurangnya sel darah merah (anemia), kekurangan sel darah

putih (leukopenia), dan kekurangan trombosit (trombositopenia) (Drakel et al,

2022).

Selain itu, pansitopenia adalah kondisi ketika tubuh seseorang memiliki

terlalu sedikit sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Artinya, ada

kelainan jumlah pada tiga jenis sel darah yang menyebabkan gangguan darah

sekaligus mulai dari anemia, leukopenia, hingga trombositopenia. Penyakit ini

cukup serius dan bisa mengancam nyawa apabila tidak tertangani dengan tepat.

Mengingat pansitopenia memengaruhi kondisi pada sel darah merah, sel darah

putih, dan platelet, artinya ada gangguan pada sumsum tulang tempat

produksinya. Tak hanya itu, penyakit dan paparan terhadap zat kimia dan obat

tertentu juga bisa menjadi faktor pemicu (Pawitri, 2021).

Pansitopenia ini juga bisa disebabkan oleh paparan racun, seperti arsenik

atau benzene, yang mengakibatkan kerusakan sumsum tulang. Efek samping

1
2

kemoterapi, yang menyebabkan penurunan fungsi sumsum tulang. Kanker,

seperti leukemia, multiple myeloma, limfoma Hodgkin, atau limfoma non-

Hodgkin. Dampak dari pensitopenia bagi penderita adalah adanya gangguan

sirkulasi darah dan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Pengobatan anemia

aplastik dengan TST maupun dengan penggunaan imunosupresan

menimbulkan efek jangka panjang pada pasien. Pasien yang mampu bertahan

hidup beresiko terkena keganasan. Pada pasien dengan penurunan eritrosit atau

sel darah merah dapat berakibat gagal jantung, pada pasien dengan penurunan

trombosit dapat berakibat perdarahan dan pada pasien dengan penurunan

leukosit dapat terjadi penurunan imun yang berakibat pada mudah terpapar

infeksi.

Angka insiden anemia aplastik ini berkisar antara antara 2 sampai 6 kasus

per 1 juta penduduk per tahun dengan variasi geografis. Penelitian di Perancis

menemukan angka insiden sebesar 1,5 kasus per 1 juta penduduk per tahun. Di

Cina, insiden dilaporkan 0,74 kasus per 100.000 penduduk per tahun dan di

Bangkok 3,7 kasus per 1 juta penduduk per tahun. Ternyata penyakit ini lebih

banyak ditemukan di belahan Timur daripada di belahan Barat (Aru W. S.,

2010). Kasus Pansitopenia dengan berbagai sebab, yang tercatat di

RuangTeratai RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada Januari – Juli

tahun 2018 sebanyak 2 orang. Kemungkinan penyebab Pansitopenia

kebanyakan belum diketahui secara pasti. Kebijakan pemerintah dalam

mengatasi permasalahan anemia berupa penyuluhan kesehatan, memenuhi

kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan cepat, infeksi pemberantasan


3

cacing dan fortikasi besi. Salah satu pilihan dalam upaya mengatasi anemia

adalah dengan mengonsumsi tablet tambah darah.

Peran perawat yang disediakan oleh rumah sakit dalam penatalaksanaan

Pansitopenia meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang Pansitopenia

dan pemberian asuhan keperawatan komperhensif pada pasien yang

mempunyai masalah Pansitopenia. Dalam hal ini perawat dapat melakukan

pengkajian ( pengumpulan data, identitas, riwayat kesehatan, dan pemeriksaan

kesehatan yang lengkap ). Selanjutnya perawat dapat menegakan diagnosa

keperawatan berdasarkan hasil pengkajian, merencanakan tindakan dan

melakukan tindakan sesuai dengan masalah yang nampak pada pasien den

mengevaluasi seluruh tindakan yang telah di lakukan.

Proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat rumah sakit dikenal

dengan asuhan keperawatan. Asuhan Keperawatan adalah seluruh rangkaian

proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan

dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang

optimal. Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yaitu suatu

metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi

kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis,

psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui tahapan pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, penentuan perencanaan keperawatan,

melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasinya (Suarli & Yahya,

2012). Asuhan keperawatan dimaksudkan untuk memberikan bantuan,


4

bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada pasien secara

individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti wreda

maupun puskesmas, dan di rumah sakit yang diberikan oleh perawat.

Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis merasa penting untuk

mengetahui secara lebih mendalam tentang “Asuhan Keperawatan pada Tn.MS

dengan Pansitopenia di Ruang Mawar RSUD Arifin Ahmad Provinsi Riau”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut “Bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien

dengan Pansitopenia di ruang Mawar RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada klien dengan Pansitopenia

yang dirawat di Ruang Mawar RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui pengertian, etiologi, dan gejala yang muncul pada

pasien dengan Pansitopenia.

b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Pansitopenia yang

dirawat di Ruang Mawar RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

c. Mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan diagnosa

keperawatan pada pasien dengan Pansitopenia.

d. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan

Pansitopenia.
5

e. Mampu menerapkan tindakan keperawatan dalam tindakan sesuai dengan

masalah yang diproritaskan.

f. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan

Pansitopenia.
2
6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian Pansitopenia

Pansitopenia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah

eritrosit, leukosit, dan trombosit. Pansitopenia ini merupakan suatu

kelainan di dalam darah tepi. Biasanya kadar hb juga ikut rendah akibat

rendahnya eritrosit (American Cancer Society, 2005). Pansitopenia ini

merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Ada dua kelompok penyakit

yang bisa menyebabkan kondisi ini; produksi sel darah di sumsum tulang

yang menurun, atau akibat penghancuran sel di darah tepi meningkat

walaupun produksi sel darah di sumsum tulang berlangsung baik. Terdapat

dua contoh penyakit yang menggambarkan gejala pansitopenia yang

sangat jelas adalah Anemia Aplastik dan Leukemia (American Cancer

Society, 2005). Anemia aplastik merupakan hasil dari kegagalan produksi

sel darah pada sumsum tulang belakang. Anemia aplastik juga merupakan

anemia yang disertai oleh pansitopenia pada darah tepi yang disebabkan

oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau

hipoplasia. Karena sumsum tulang pada sebagian besar kasus bersifat

hipoplastik, bukan aplastik total, maka anemia ini disebut juga sebagai

anemia hipoplastik. Kelainan ini ditandai oleh sumsum hiposelular dan

berbagai variasi tingkat anemia, granulositopenia, dan trombositopenia

(Bakhsi,
7

2004 dan L, 2008).


7

Leukemia adalah suatu keadaan di mana terjadi pertumbuhan yang

bersifat irreversibel dari sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari

mana sel itu berasal. Sel-sel tesebut, pada berbagai stadium akan

membanjiri aliran darah. Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah

putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya

produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari

sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi

(American Cancer Society, 2005).

2. Etiologi Pansitopenia

Etiologi Secara garis besar penyebab dari pansitopenia dapat dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu tipe sentral yang menyebabkan kelainan produksi

dan tipe perifer yang menyebabkan peningkatan destruksi dan penurunan

produksi (tipe sentral).

Penurunan produksi (tipe sentral) :

 Pansitopenia yang terjadi oleh sebab sekunder dari defisiensi nutrisi

 Pansitopenia akibat kegagalan sumsum tulang yang dikenal sebagai

anemia aplastik. Anemia aplastik dapat terjadi karena

idiopatik/autoimun atau sekunder karena infeksi (parvovirus B19,

hepatitis, HIV, cytomegalovirus, atau epstein-barr virus), setelah

keracunan obat, atau pengobatan kemoterapi (methotrexate, dapson,

carbimazole, carbamazepin, kloramfenikol)

 Pansitopenia dapat dihubungkan dengan kurang konsumsi (eating

disorders dan alkoholik) atau malabsorbsi


8

 Pansitopenia akibat keganasan sumsum tulang (lymphoma, leukemia,

multiple myeloma) atau karena metastasis ke sumsum tulang.

Peningkatan destruksi (tipe perifer) :

 Kondisi autoimun (SLE, rheumatoid arthritis)

 Splenic sequestration (darah terjebak di dalam limpa) dapat

disebabkan oleh sirosis hepar, HIV, tuberkulosis, malaria)

 Hipersplenism yang sering berpengaruh pada tombosit dan eritrosit

daripada leukosit.

3. Patofisiologi

Patofisiologi dari anemia aplastik adalah autoimun yang

diperantarai oleh aktivasi sel T yang akan menyebabkan destruksi dari sel

punca hematopoiesis. Supresi sumsum tulang dapat juga disebabkan

langsung oleh efek sitotoksik dari pengobatan seperti methotrexate,

antikonvulsi, dan agen kemoterapi. Gangguan hematopoiesis dapat terlihat

di sumsum tulang pengidap myelodysplastic syndrome. Sepsis dapat

menyebabkan pansitopenia dalam beberapa mekanisme (supresi sumsum

tulang, hipersplenism, dan disseminated intravascular coagulation) yang

biasanya muncul secara bersamaan. Virus dapat menyebabkan

pansitopenia dengan beberapa mekanisme yang mempengaruhi

hematopoiesis.
9

4. WOC

Faktor Genetik Obat / Bahan Kimia Infeksi Radiasi Kelainan Imunologi

Hipoksia Sumsum Masuk melebihi Sitomegalovirus Zat anti terhadap sel


Tulang dosis hemopeotik

Menekan
Apalsia produksi sel-sel
Sumsum tulang sumsum tulang

Gangguan sel-sel
stoma sumsum tulang

Pansitopenia Defisit Pengetahuan

Eritrosit Leukosit Trombosit

Leukopeni Trombositopeni
Anemia Nafsu makan
Perfusi
perifer Suplai O2 kejaringan Daya tahan tubuh Gangguan dalam pembekuan darah Petechie, hematoma
tidak
Defisit nutrisi
inadekuat
efektif
Risiko Perdarahan Kerusakan
Lemah, pusing Granulisitopeni integritas kulit

Risiko kekurangan volume cairan


Intoleransi aktivitas Risiko Infeksi
10

5. Manifestasi Klinis

Gejala dapat bervariasi, pansitopenia ringan dapat asimptomatik

hingga dapat mengancam nyawa pada pansitopenia berat. Pasien dapat

datang dengan manifestasi dari penurunan sel-sel darah. Pada anemia

pasien dapat mengalami sesak , fatigue, nyeri dada. Pasien dengan

leukopenia dapat terjadi infeksi berupa ulserasi mulut, febris, dan sepsis

atau syok septik. Trombositopenia menyebabkan perdarahan pada kulit

seperti petechie dan echymosis, perdarahan pada mukosa seperti

epistaksis, perdarahan subkonjungtiva, perdarahan gusi, dan lain-lain

(Thaha, Lestari, & Yasa, 2016). Tetapi pada trombositopenia terkadang

tidak menunjukkan keluhan bila trombosit turun tidak kurang dari 10.000

hingga 20.000/ml. Pada wanita dapat ditemukan menstruasi yang masif

dan masa memanjang (Sharma & Nalepa, 2016).

Pasien dengan penyebab lain seperti penyakit hati dapat

bermanifestasi dengan anoreksia, nausea, atau letargi. Pasien dengan

splenic sequestration dapat mengeluhkan nyeri pada perut kiri bagian atas.

Gejala konstitusional dapat muncul pada pasien dengan penyebab lain

seperti gangguan autominum atau keganasan (Chiravuri & Jesus, 2021).

Pada pemeriksaan dapat ditemukan pucat, petechiae, ulserasi, ruam. Tanda

dari penyakit hati dapat terlihat pada pasien dengan sirosis. Splenomegali

dapat terlihat pada pasien dengan splenic sequestration. Limfadenopati

dapat dijumpai pada pasien dengan infeksi dan lymphoma. Perhatian

khusus harus tertuju pada tanda kekurangan nutrisi pada pasien gangguan
11

makan dan alkoholism. Pemeriksaan neurologi dapat ditemukan gangguan

proprioseptif dengan romberg test positif dan ataxia, yang dapat

mengindikasikan degenerasi dari korda spinalis akibat sekunder

kekurangan vitamin B12 (kobalamin) dan anemia makrositik (Chiravuri &

Jesus, 2021).

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah lengkap kita dapat mengetahui jumlah

masing- masing sel darah baik eritrosit, leukosit maupun trombosit.

Apakah mengalami penurunan atau pansitopenia. Pasien dengan

anemia aplastik mempunyai bermacam-macam derajat pansitopenia.

Tetapi biasanya pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu

ditemukan. Anemia dihubungkan dengan indeks retikulosit yang

rendah, biasanya kurang dari 1% dan kemungkinan nol walaupun

eritropoetinnya tinggi. Jumlah retikulosit absolut kurang dari 40.000/

µL (40 x 109/L) jumlah monosit dan netrofil rendah. Jumlah netrofil

absolut kurang dari (0,5 x 109/L) serta jumlah trombosit yang kurang

dari 30.000/ µL (30 x 109/L) mengindikasikan derajat anemia yang

berat dan jumlah netrofil dibawah 200/ µL (0,2 x 109/L) menunjukkan

derajat penyakit yang sangat berat.

b. Pemeriksan sumsum tulang

Pada pemeriksaan sumsum tulang dilakukan pemeriksaan biopsi

dan aspirasi. bagian yang akan dilakukan biopsi dan aspirasi dari
12

sumsum tulang adalah tulang pelvis, sekitar 2 inchi disebelah tulang

belakang. pasien akan diberikan lokal anastesi untuk menghilangkan

nyerinya. Kemudian akan dilakukan sayatan kecil pada kulit, sekitar

1/8 inchi untuk memudahkan masuknya jarum. Untuk aspirasi

digunakan jarung yang ukuran besar untuk mengambil sedikit cairan

sumsum tulang (sekitar 1 teaspoon). Untuk biopsi, akan diambil

potongan kecil berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 1/16

inchi dan panjangnya 1/3 inchi dengan menggunakan jarum. Kedua

sampel ini diambil di tempat yang sama, di belakang dari tulang pelvis

dan pada prosedur yang sama. Tujuan dari pemeriksaan ini untuk

menyingkirkan factor lain yang menyebabkan pansitopenia seperti

leukemia atau myelodisplastic syndrome (MDS). pemeriksaan

sumsum tulang akan menunjukkan secara tepat jenis dan jumlah sel

dari sumsum tulang yang sudah ditandai, level dari sel-sel muda

pada sumsum tulang (sel darah putih yang imatur dan kerusakan

kromosom (DNA pada sel-sel dari sumsum tulang yang biasa disebut

kelainan sitogenik. pada anaplastik didapat, tidak ditemukan adanya

kelainan kromosom. pada sumsum tulang yang normal, 40-60% dari

ruang sumsum secara khas diisi dengan sel-sel hematopoetik

(tergantung umur dari pasien). pada pasien anemia aplastik secara

khas akan terlihat hanya ada beberapa sel hematopoetik dan lebih

banyak diisi oleh sel-sel stroma dan lemak. pada leukemia atau

keganasan lainnya juga menyebabkan penurunan jumlah sel-sel


13

hematopoetik namun dapat dibedakan dengan anemia aplastik. pada

leukemia atau keganasan lainnya terdapat sel-sel leukemia atau sel-sel

kanker. Suatu spesimen biopsi dianggap hiposeluler jika ditemukan

kurang dari 30% sel pada individu berumur kurang dari 60 tahun atau

jika kurang dari 23 pada individu yang berumur lebih dari 60 tahun.

International Aplastic Study Group mendefinisikan anemia aplastik

berat bila selularitas sumsum tulang kurang dari 25% atau kurang dari

50% dengan kurang dari 30% sel hematopoiesis terlihat pada sumsum

tulang.

c. Pemeriksaan Flow cytometry dan FISH (Fluoresence In

Situ Hybridizatio)

Kedua pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan spesifik.

Pada pemeriksaan flow cytometry, sel-sel darah akan diambil

dari sumsum tulang, tujuannya untuk mengetahui jumlah dan

jenis sel- sel yang terdapat di sumsum tulang. pada pemeriksaan

FISH, secara langsung akan disinari oleh cahaya pada bagian

yang spesfik dari kromosom atau gen. Tujuannya untuk

mengetahui apakah terdapat kelainan genetic atau tidak.

d. Tes fungsi hati dan virus

Tes fungsi hati harus dilakukan untuk mendeteksi hepatitis pada

pemeriksaan serologi anemia aplastik post hepatitis kebanyakan sering

negatif untuk semua jenis virus hepatitis yang telah diketahui. Onset

dari anemia aplikasi terjadi 2-7 bulan seelah episode akut hepatitis
14

dan kebanyakan sering pada anak laki- laki. Darah harus di tes

antibodi hepatitis A, antibodi hepatitis C, antigen permukaan hepatitis

B, dan virus Epstein-Barr (EBV) dan tes serologi virus lainnya harus

dinilai jika mempertimbangkan dilakukannya BMT (Bone Marrow

Transplantasi).

e. Level vitamin B-12 dan Folat

Level vitamin B-12 diukur untuk menyingkirkan anemia

megaloblasik yang mana ketika dalam kondisi berat dapat

menyebabkan pansitopenia

f. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk

menegakkan diagnosa anemia aplastik. Survei skletelal khususnya

berguna untuk sindrom kegagalan sumsum tulang yang diturunkan,

karena banyak diantaranya memperlihatkan abnormalitas skeletal

g. Pemeriksaan J-ray rutin dari tulang radius untuk menganalisa

kromosom darah tepi untuk menyingkirkan diagnosis dari anemia

fanconi

h. USG abdominal. Untuk mencari pembesaran dari limpa dan atau

pembesaran kelenjar limpa yang meningkatkan kemungkinan adanya

penyakit keganasan hematologi sebagai penyebab dari pansitopenia.

Pada pasien yang muda, letak dari ginjal yang salah atau abnormal

merupakan penampakan dari anemia Fanconi.

i. Nuclear Magnetic Resonance Imaging. Pemeriksaan ini rnerupakan


15

cara terbaik untuk mengetahui luasnya perlemakan karena dapat

membuat pemisahan tegas antara daerah sumsum tulang berlemak dan

sumsum tulang berselular.

j. Radionuclide Bone Marrow Imaging

Kelainan sumsum tulang dapat ditentukan oleh scanning tubuh setelah

disuntik dengan koloid radoaktif technetium sulfur yang akan terikat

pada makrofag sumsum tulang atau iodium chloride yang akan terikat

pada transferin. Dengan bantuan scan sumsum tulang dapt ditentukan

daerah hemopoesis aktif untuk memperoleh sel-sel guna pemeriksaan

sitogenik atau kultur sel-sel induk.

7. Penatalaksanaan

a. Terapi Suportif

Terapi untuk mengatasi akibat pansitopenia

1) Untuk mengatasi infeksi lain :

 Higienis mulut

 Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang

tepat dan adekuat. Sebelum ada hasil biakan berikan antibiotika

berspektrum luas yang dapat mengatasi kuman gram positif dan

negatif. Biasanya digunakan derivat penisilin semisinterik

(ampisilin) dan gentamisin. Sekarang lebih sering digunakan

sefalosporin generasi ketiga. Jika hasil biakan sudah jelas,

sesuaikan antibiotika dengan hasil tes kepekaan. Jika dalam 5-7


16

hari panas tidak turun, pikirkan infeksi jamur, dapat diberikan

amphotericin-B atau flukonasol parenteral.

 Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat

kuman gram negatif, dengan neutropenia berat yang tidak

memberikan respons pada antibiotika adekuat. Granulosit

konsentrat sangat sulit dibuat dan masa efektifnya sangat

pendek.  

2) Usaha untuk mengatasi anemia: berikan transfusi  packed red cell

(PCR) jika hemoglobin  <7 g/dl atau ada tanda payah jantung atau

anemia yang sangat simtomatik. Koreksi sampai Hb 9-10 g/dl, tidak

 perlu sampai Hb normal, karena akan menekan eritropoesis internal.

Pada penderita yang akan transplantasi sumsum tulang pemberian

transfusi harus lebih berhati-hati.

3) Usaha untuk mengatasi perdarahan: berikan transfusi konsentrat

trombosis jika terdapat perdarahan major atau trombosit

<20.000/mm3. Pemberian trombosit berulang dapat menurunkan

efektivitas trombosis karena timbulnya antibodi antitrombosit.

Kortikosteroid dapat mengurangi perdarahan kulit (Wiwik H., 2008).

b. Terapi Definitif

Terapi definitif adalah terapi yang dapat memberikan kesembuhan

jangka panjang. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas 2

jenis pilihan terapi:


17

1) Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang sangat baik, jika dilakukan pada

saat penderita berusia kanak-kanak. Saudara kandung atau saudara

kembar atau orang tua biasanya memiliki kecocokan sumsum

tulang lebih besar daripada pendonor yang tidak memiliki

hubungan darah. Usia dan kecocokan sumsum tulang akan sangat

menentukan keberhasilan transplantasi hingga 80%. Semakin tua

usia pendonor akan semakin meningkatkan risiko penolakan

terhadap sumsum tulang pendonor.

2) Terapi Imunosupresif

Pada penderita anemia aplastik yang telah melewati masa

kanak-kanak dan tidak mungkin lagi dilakukan transplantasi

sumsum tulang, terapi imunosupresif dengan mengkonsumsi obat,

missal antithymocyte globulin, siklosporin A dan oxymethalone

menjadi pilihan terbaik.

8. Komplikasi

Komplikasi pansitopenia termasuk peningkatan risiko infeksi,

anemia yang mengancam jiwa, dan perdarahan. Pasien yang mengalami

demam akan membutuhkan antibiotik spektrum luas dan antijamur,

dengan kultur. Transfusi 27 suportif dengan sel darah merah dan trombosit

harus dimulai segera jika terjadi anemia berat atau trombositopenia dengan

perdarahan. Komplikasi lain termasuk sindrom lisis tumor terlihat pada


18

pasien yang menerima kemoterapi untuk tumor substansial seperti

limfoma derajat tinggi dan leukemia akut (Bagheri et al, 2020)

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas

Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.

b) Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan pasien saat ini, kemungkinan

ditemukan gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien

saat ini yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi

hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau

penyakit – penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung,

obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di

dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

 Alergi

 Imunisasi

 Kebiasaan/Pola hidup
19

 Obat yang pernah digunakan

4) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami

atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan

keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari genogram keluarga

biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama.

c) Genogram

d) Pengkajian Keperawatan

1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan

Menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun

keluarga mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan

keluarga mempertahankan kesehatannya.

2) Pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat

melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan

data yang diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang,

clinical sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan

fisik klien yang menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau

intake makanan dan minuman yang dikonsumsi.

3) Pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna,

konsistensi, bau, karakter)

4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi,

fungsi kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit


20

bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tanda :

penurunan kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan

kurangnya olahraga pada klien.

5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi

dan keadaan indera

6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal

diri, dan peran diri

7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi

8) Pola peran & hubungan

9) Pola manajemen & koping stress

10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat

e) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif),

tandatanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu

2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):

 Kepala

 Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan

kasar, penampilan, depigmentasi.

 Muka/ Wajah → Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri

tekan? Penampilan berminyak, diskolorasi bersisik,

bengkak; Kulit gelap di pipi dan di bawah Mata, Tidak

halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut


21

 Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa

mata keruh.

 Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta

tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri

di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,

melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran, telinga

kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran

 Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah

nyeri tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana

konsistensinya, jumlahnya?

 Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,

gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah

 Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil?

Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat?

 Leher → Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid?

Adakah pembesaran vena jugularis?

 Thorax → Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana

gerak pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah

retraksi Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas

tambahan? Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.

 Jantung → Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta

iramanya? Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau

tachycardia?
22

 Abdomen → Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot

pada abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus?

Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan

hepar?

 Kulit → Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun

warnanya? Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna

kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah

sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur

rambut dan kuku.

 Ekstremitas → Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak,

penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,

lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas?

 Genetalia → Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda

infeksi? Apakah ada kesulitan untuk berkemih?

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perfusi perifer tidak efektif

b. Defisit nutrisi

c. Intolerasnsi aktivitas

d. Kerusakan integritas kulit

e. Defisit pengetahuan

f. Risiko kekurangan volume cairan

g. Risiko infeksi
23

3. Intervensi

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 Perfusi Perifer Setelah dilakukan (Perawatan Sirkulasi
Tidak Efektif b.d asuhan keperawatan 1.02079)
Penurunan diharapkan perfusi Observasi
Konsentrasi Hb perifer meningkat 1. Periksa sirkulasi
(Perfusi Perifer perifer
L.02011) : 2. Identifikasi faktor
1. Kekuatan nadi risiko gangguan
perifer sirkulasi
meningkat 3. Monitor
2. Pengisian panas,kemerahan,n
kapiler yeri atau bengkak
membaik pada ekstermitas
3. Akral membaik Terapeutik
4. Turgor kulit 4. Hindari
membaik Pemasangan Infus
atau pengambilan
darah di area
keterbatasan
perfusi
5. Hindari
pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan
perfusi
6. Lakukan
penvcegahan
24

infeksi
7. Lakukan tidrasi
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan (Manajemen Nutrisi
D.0019 asuhan keperawatan 1.03119)
diharapkan status Observasi
nutrisi membaik (Status 1. Identifikasi status
Nutrisi L.03036) nutrisi
1. Berat badan 2. Identifikasi alergi
membaik dan intoleransi
2. Nafsu makan makanan
membaik 3. Identifikasi
3. Bising usus makanan yang
membaik disukai
4. Identifikasi
kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
5. Monitor asupan
makanan
Terapeutik
6. Lakukan oral
hygine sebelum
makan, jika perlu
7. Berikan makan
tinggi serat
Edukasi
8. Anjurkan posisi
duduk
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
25

makan
3 Intoleransi Setelah dilakukan (Manajemen Energy
aktivitas tindakan asuhan 1.050178)
(D0056) keperawatan Observasi
diharapkan toleransi 1. Monitor kelehan
aktivitas meningkat fisik dan
(Toleransi Aktivitas emosional
1.05047) 2. Monitor pola dan
1. Kemampuan jam tidur
melakukan Terapeutik
aktivitas 3. Sediakan
meningkat lingkungan yang
2. Pasien mampu nyaman dan
berpindah rendah stimulasi
dengan/tanpa 4. Berikan aktivitas
bantuan distraksi yang
3. Dyspnea saat menyenangkan
melakukan Edukasi
aktivitas 5. Anjurkan tirah
menurun baring
6. Anjurkan
melakukan
aktivitas bertahap
4 Gangguan integrita Setelah dilakukan (Perawatan Integritas
kulit/jaringan tindakan asuhan Kulit 1. 11353)
(D.0129) keperawatan Observasi
diharapkan integritas 1. Identifikasi
kulit dan jaringan penyebab
meningkat gangguan
(Integritas Kulit dan integritas kulit
Jaringan L.14125)
26

1. Elestisitas Terapeutik
meningkat 2. Gunakan produk
2. Kemerahan berbahan ringan
menurun Edukasi
3. Hematoma 3. Anjurkan
menurun menggunakan
pelembab
4. Anjurkan minum
air yang cukup
5. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
7. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
5 Defisit Setelah dilakukan (Edukasi Kesehatan
Pengetahuan tindakan keperawatan 1.12383)
(D,0111) tingkat pengetahuan Observasi
meningkat. 1. Identifikasi
(Tingkat Pengetahuan kesiapan dan
L.12111) kemampuan
1. Kemampuan menerima
menjelaskan informasi
pengetahuan Terapeutik
tentang suatu 2. Sedangkan materi
topic meningkat dan media
pendidikan
27

kesehatan
3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya n
Edukasi
4. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

6 Risiko ketidak Setelah dilakukan (Manajeman Cairan


seimbangan tindakan keperawatan 1.03098)
(D.0036) diharapkan Observasi
keseimbangan cairan 1. monitor status
meningkat hidrasi
(Keseimbangan Cairan 2. monitor hasil
L.03020) pemeriksaan labor
1. Membrane Terapeutik
mukosa lembab 3. catat intake –
2. Dehidrasi output dan hitung
menurun balance cairan
3. Frekuensi nadi 4. berikan asupan
membaik cairan
4. Tugor kulit 5. berikan cairan IV
membaik Kolaborasi
6. kolaborasi
pemberian diuretic
7 Risiko infeksi Setelah dilakukan (Pencegahan Infeksi
tindakan keperawatan I.14534)
diharapkan tingkat Observasi
1. Monitor tanda dan
28

infeksi meneurun gejala infeksi local


(Tingkat Infeksi I. dan sistemik
14137) Terapeutik
1. Demam 2. Berikan perawatan
menurun kulit pada area
2. Kemerahan edema
menurun 3. Cuci tangan
3. Nyeri menurun sevelum dan
4. Bengkak sesudah kontak
menurun dengan pasien
4. Pertahankan teknik
aseptic
Edukasi
5. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
29

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian dasar

1. Identifikasi
Kamar/ruang : Ruang Rawat Mawar
Tanggal Pengkajian : 23-01-2023
Tanggal Masuk RS : 20-01-2023
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
No.Rekam Medis : 01116909
Diagnosa Medis : Pansitopenia
Nama Inisial Klien : Tn. MS
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien datang via poli klinik seruni RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
pada tanggal 20 Januari 2023 dan masuk ke ruang rawat mawar pada
tanggal 20 januari 2023 pada pukul WIB dengan keluhan badannya
lemah dan pucat. Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit
pansitopenia sebelumnya dan sudah beberapa kali melakukan
pengobatan di rumah sakit inhil dan di rujuk ke RSUD Arifin Achmad
karena hasil lab klien yang semakin menurun.
3. Keluhan Utama saat pengkajian
Saat dilakukan pengkajian, Tn. MS mengatakan lemah, dan dirujuk ke
RSUD Arifin Achmad karena hasil labor darah klien yang sangat jauh
dibawah rentang normal.

29
30

B. Pengkajian Keperawatan

1. Penampilan Umum
ada sianosis, turgor kulit klien baik, terdapat hematoma di kaki klien,
klien mengatakan sudah merasakan gejala seperti, pusing, pucat dan
lemah sejak 1 tahun yang lalu.

2. Pengkajian Tanda Vital


Saat dilakukan pengkajian tanda-tanda vital pada Tn. MS, di dapat
TD: 105/70 mmHg, nadi Tn. MS 63 x/menit, irama teratur, denyut
teraba lemah. Pernafasan 20 x/menit, jalan nafasnya bersih. Suhu
tubuh Tn.MS adalah 36,5oC dan kulit teraba hangat.
3. Pengkajian Respirasi
Tidak ada otot bantu pernapasan, napas klien normal, suara napas
klien vesikuler.
4. Pengkajian Sirkulasi
Tidak ada pendarahan, tidak ada distensi vena jugularis, klien tanpak
lemah CRT > 2 detik, terdapat hematoma di paha klien, tidak ada
parestesia.
5. Pengkajian Nutrisi dan Ciaran
Tidak ada gangguan menelan, tidak ada sariawan, klien tidak
mengalami diare, tidak ada penurunan nafsu makan, tidak ada nyeri
abdomen, klien tidak mengeluh haus.
6. Pengkajian Eliminasi
Klien mampu BAK, klien mampu menahan BAK, klien tidak
mengalami disuria, klien tidak terpasang kateter.
7. Pengkajian Akivitas dan Istirahat Kekuatan otot

55555555

5555 5555

Tidak ada kekakuan pada anggota gerak.


31

8. Pengkajian Neurosensori
Klien mengatakan kepalanya terasa pusing, tidak ada cidera medula
spinalis, tidak mengeluh sulit menelan, dan tidak ada hematemasis.

9. Pengkajian Nyeri dan Kenyamanan


Klien tampak nyaman, klien tidak tampak meringis, tidak ada
diaforesis.
10. Pengkajian Keamanan dan Proteksi
Kulit klien tampak pucat, klien tidak menggigil, tidak terdapat luka
operasi pada tubuh klien.
11. Terapi
a. Infus NaCl 0,9 %
b. Metil prednisolone 2 x
c. Omeprazole 1 x 1 mg
32

Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1 Ds : Penurunan Perfusi perifer tidak
- Klien mengatakan konsentrasi efektif
kepalanya pusing hemoglobin
- Klien mengatakan badannya
terasa agak lemah
Oksigen tidak sampai
Do : ke jaringan
- GCS: 15, komunikatif
- Kesadaran CM
- Klien tampak sedikit lemah
- Konjungtiva anemis
- Bibir pucat
- CRT > 2 detik
- Hb: 8,8 g/dl
- eritrosit : 2,98 x 106 / µL

2. Ds: Leukopenia Risiko Infeksi


Do:
- Faktor risiko adanya
penyakit kronis Penurunan daya tahan
- leukosit : 3.02 x 103 µL tubuh
- Hb: 8,8 g/dl

3. Ds: Trombositopenia Risiko Perdarahan


- Klien mengatakan badan
lemas
- Klien mengatakan banyak Gangguan dalam
terdapat lebam di pembekuan darah
ekstremitas bawahnya
Do:
- Terdapat hematom di paha
klien
- Trombosit : 75 x 103 µL)
- Hb : 8,8 g/dl
- Ht: 26,9 %

C. Diagnosa Keperawatan

a. (D. 0009) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin
d.d Hb menurun 8.8 g/dl, pengisian kapiler > 2 detik, warna kulit pucat.
b. (D.0142) Risiko Infeksi b/d leukopenia d.d ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder : leukopenia.
c. ( D.0012) Risiko Perdarahan b/d gangguan koagulasi : trombositopenia
33

D. Rencana Keperawatan

Tabel 4
Rencana Asuhan
Keperawatan

Tanggal DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI


23 Perfusi perifer tidak efektif b/d (perfusi perifer L. 02011) (perawatan sirkulasi I. 02079)
Januari penurunan konsentrasi hemoglobin Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
2023 Ditandai dengan selama 4x24 jam diharapkan perfusi  periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi perifer,
- Hb menurun 8.8 g/dl, perifer meningkat dengan kriteria hasil : edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
- pengisian kapiler > 2 detik,  warna kulit pucat menurun brachial index)
- warna kulit pucat.  pengisian perifer membaik  identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis.
 kelemahan otot menurun Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan
 tekanan darah sistolik membaik kadar kolesterol tinggi)
 tekanan darah diastolic membaik  monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
pada ekstremitas)
terapeutik
 hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah vena pada area keterbatasan perfusi.
 Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
34

(mis. Melembabkan kulit kering)


 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
23 Risiko Infeksi b/d leukopenia d.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan (Pencegahan infeksi I. 14539)
Januari ketidakadekuatan pertahanan selama 4x24 jam diharapkan tingkat Observasi
2023 tubuh sekunder : leukopenia infeksi menurun dengan kreteria hasil :  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Kadar sel darah putih membaik Terapeutik
 Kultur darah membaik  Batasi jumlah pengunjung
 Kultur feses membaik  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
 Pertahankan teknik aseptik
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

23 Risiko Perdarahan b/d gangguan (tingkat perdarahan L. 02017) (Pencegahan perdarahan I. 02067)
Januari koagulasi : trombositopenia Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
2023 selama 4 x 24 jam diharapkan tingkat
 Monitor tanda dan gejala perdarahab
perdarahan menurun dengan kriteria
hasil :  Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum
 Hemoglobin membaik dan setelah kehilangan darah
 Hematocrit membaik  Monitor tanda-tanda vital ortostatik
 Tekadan darah membaik  Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time
 Frekuensi nadi membaik (PT), partial thromboplastin time (PTT),
 Suhu tubuh membaik fibrinogen, degredasi fibrin dan/ atau platelet).
Edukasi
35

 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan


 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
36

E. Catatan Perkembangan

Tabel 5 Catatan Perkembangan

No. Tanggal & IMPLEMENTASI Tanggal & EVALUASI


DX pukul pukul
Kep.
1. 23/01/2022 23/01/2022
10.00 WIB  Memeriksa sirkulasi perifer 10.00 WIB S:
Nadi perifer: 63 x/ menit  Klien mengatakan agak lemah dan pusing
Tidak terdapat edema O:
Pengisian kapiler : > 2 detik  HB: 8,8 g/dl
Warna kulit: pucat  CRT > 2 detik
Suhu : 36,5 o C  Nadi perifer : 63 x / menit
 Mengidentifikasi faktor risiko gangguan  Tidak terdapat edema
10.15 WIB
sirkulasi  Kulit pucat
10.30 WIB  Memonitor panas, kemerahan, nyeri  Suhu 36,5 o C
atau bengkak pada ekstremitas  Tidak terdapat kelemahan otot

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
- Memeriksa sirkulasi perifer
- Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
ekstremitas
- Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
vena pada area dengan keterbatasan perfusi
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
37

2. 23/01/2023 23/01/2023 S : klien mengatakan tidak demam, tidak ada nyeri dan
10.40 WIB  Memonitor tanda dan 10.40 WIB perdarahan
gejala infeksi O:
10.00 WIB  Mencuci tangan sebelum - Leukosit : 3.02 x 103 µL
dan sesudah kontak dengan - tidak terdapat luka
pasien - Tidak terdapat peningkatan
suhu tubuh
 Mempertahankan teknik
10.40 WIB - Tidak terdapat perdarahan
aseptik
terbuka
- Terdapat hematoma di
paha klien
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Pertahankan teknik aseptik
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cra mencuci tangan yang benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nnutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

3. 23/01/2023
 Memonitor tanda dan 23/01/2023
11.00 WIB S : Klien mengatakan tidak terjadi perdarahan seperti
gejala perdarahan 11.00 WIB
epistaksis, gusi berdarah
11.10 WIB  Memonitor hematocrit dan hemoglobin
O:
Hematocrit : 26,9 % (L) - Tidak terdapat perdarahan
38

Hemoglobin : 8,8 g/dl (L) - Hasil labor tanggal 23 januari 2023 menunjukkan
11.15 WIB Hematokrit : 26,9 % (L)
 Memonitor tanda-tanda vital
TD: 105/70 mmHg
Hemoglobin : 8,8 g/dl (L)
Trombosit : 75 x 103 µL
N: 63x/menit
- TD : 105/70 mmHg
RR : 20x/menit - N: 63x/menit
S : 36,5 o C - RR : 20x/menit
- S : 36,5 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai Ht dan Hb
- Monitor TTV
- Monitor koagulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu

1 24/01/2023 24/01/2023
10.00 WIB  Memeriksa sirkulasi perifer 10.00 WIB S: klien mengatakan badan sedikit lemah dan pusing, serta
 Monitor panas, kemerahan, faham jika terdapat tanda dan gejala darurat akan
melaporkannya kepada perawat jaga seperti rasa sakit yang
nyeri atau bengkak pada tidak kunjung membaik saat istirahat, dan hilangnya sensasi
ekstremitas rasa.
 Pemasangan infus di O:
lengan kanan klien - Klien tampak sedikit lemah
 Menginformasikan tanda - Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
dan gejala darurat yang
- HB : 10,1 g/dl
harus dilaporkan (rasa sakit - Hematokrit : 31,5 %
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak A: masalah teratasi sebagian
39

sembuh, hilangnya sensasi P : Intervensi dilanjutkan


rasa)
2. 24/01/2023  Memonitor tanda dan 11.00 WIB S: klien mengatakan tidak ada merasakan flu, pilek, batuk,
11.00 WIB gejala infeksi. demam.
 Mencuci tangan sebelum O:
- Suhu tubuh dalam batas normal : 36,5 o C
dan sesudah kontak dengan
- Tidak terdapat luka
klien - Leukosit : 2,77 X 103 µL
 Mempertahankan teknik - Hasil kultur feses (-), lendir (-), darah (-), amuba (-),
aseptik. cysta (-), telur cacing tidak ditemukan.
 Menjelaskan tanda dan - Klien tampak paham dengan tanda dan gejala infeksi
gejala infeksi yang dijelaskan.
A: masalah teratasi sebagian
 Menganjurkan P: Intervensi Dilanjutkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
 Memonitor hasil labor cek
kultur feses
3. 24/01/2023  Monitor tanda dan gejala 09.00 WIB S: klien mengatakan tidak terjadi perdarahanseperti epistaksis,
09.00 WIB perdarahan gusi berdarah. Masih terdapat hematoma di paha klien.
 Monitor nilai Hb dan Ht O:
- Tidak terdapat perdarahan
 Monitor TTV - Terdapat hematoma di paha klien
 Menjelaskan tanda dan - Nilai Hb: 10,1 g/dl
gejala perdarahan - Ht: 31,5 X 10 %
 Menganjurkan - Trombosit : 54 x 103 µL
meningkatkan asupan - TD: 105/70 mmHg
- HR: 63 x menit
cairan
- T: 36,5
 Kolaborasi pemberian
40

produk darah ( telah di - RR: 20 x/menit


pasangkan transfusi darah - Klien terpasang transfusi darah merah
merah dengan golongan A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
darah B+ oleh perawat jaga
malam).
1 25/01/2023  Memeriksa sirkulasi S : klien mengatakan badan sedikit lemah dan pusing
15.00 WIB perifer O:
 Monitor panas, - Klien tampak sedikit lemah
- Klien tampak pucat
kemerahan, nyeri atau - Konjungtiva anemis
bengkak pada ekstremitas - HB : 10,1 g/dl
 menganjurkan melakukan - Hematokrit : 31,5 %
perawatan kulit yang - Ttv dalam batas normal
tepat (melembabkan
kulit) A: masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

2 25/01/2023  Memonitor tanda dan S: klien mengatakan tidak ada merasakan flu, pilek, batuk,
15.30 WIB gejala infeksi. demam, klien mengatakan paham 6 langkah mencuci tangan
 Mencuci tangan sebelum O:
- Suhu tubuh dalam batas normal : 36,4 o C
dan sesudah kontak dengan - Tidak terdapat luka
klien - Leukosit : 2,77 x 103 µL
 Mempertahankan teknik - Klien tampak paham dengan tanda dan gejala infeksi
aseptik. yang dijelaskan.
 Menjelaskan tanda dan - Klien tampak bisa mempraktikkan 6 langkah mencuci
gejala infeksi tangan
A: masalah teratasi sebagian
 Mengajarkan teknik cuci P: Intervensi Dilanjutkan
tangan yang benar.
 Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
41

 Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
3. 25/01/2023  Monitor tanda dan gejala S: klien mengatakan tidak terjadi perdarahanseperti epistaksis,
14.00 WIB perdarahan gusi berdarah. Masih terdapat hematoma di paha klien.
 Monitor nilai Hb dan Ht O:
- Tidak terdapat perdarahan
 Monitor TTV - Terdapat hematoma di paha klien
 Menjelaskan tanda dan - Nilai Hb: 10,1 g/dl (L)
gejala perdarahan - Ht: 31,5 X 10 % (L)
 Menganjurkan - PT : 13,5 detik
meningkatkan asupan - APTT : 65,2 detik (H)
A: Masalah teratasi sebagian
cairan
P: intervensi dilanjutkan
 Monitor koagulasi (mis.
Prothombin time (PT),
partial thromboplastin time
(PTT).
1. 26/01/2023  Memeriksa sirkulasi S: klien mengatakan badan sedikit lemah dan pusing,klien
14.30 WIB perifer mengatakan tidak terdapat bengkak, nyeri pada ekstremitas.
 Monitor panas, O:
- Klien tampak sedikit lemah
kemerahan, nyeri atau
- Klien tampak pucat
bengkak pada ekstremitas - Konjungtiva anemis
 Melakukan hidrasi - Tidak tampak bengkak pada ekstremitas
 Monitor hasil labor - HB : 10,1 g/dl
- Hematokrit : 31,5 %
A: masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

2. 26/01/2023  Memonitor tanda dan S: klien mengatakan tidak ada merasakan flu, pilek, batuk,
15.00 WIB gejala infeksi. demam. Klien mengatakan mengkonsumsi makanan yang
disediakan oleh rumah sakit.
42

 Mencuci tangan sebelum O:


dan sesudah kontak dengan - Suhu tubuh dalam batas normal : 36,5 o C
klien - Tidak terdapat luka
- Leukosit : 2,77 x 103 µL
 Mempertahankan teknik
- Klien tidak batuk, pilek
aseptik. A: masalah teratasi sebagian
 Menjelaskan tanda dan P: Intervensi Dilanjutkan
gejala infeksi
 Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
3. 26/01/2023  Monitor tanda dan gejala S: klien mengatakan tidak terjadi perdarahan seperti epistaksis,
19.10 WIB perdarahan gusi berdarah. Masih terdapat hematoma di paha klien.
 Monitor nilai Hb dan Ht O:
- Tidak terdapat perdarahan
 Monitor TTV - Terdapat hematoma di paha klien
 Menjelaskan tanda dan - Nilai Hb: 10,0 g/dl (L)
gejala perdarahan - Ht: 30,6 X 10 % (L)
 Menganjurkan - PT : 12,0 detik
meningkatkan asupan - APTT : 22,9 detik (L)
A: Masalah teratasi sebagian
cairan
P: intervensi dilanjutkan
 Monitor koagulasi (mis.
Prothombin time (PT),
partial thromboplastin time
(PTT).

1. 27/01/2023  Memeriksa sirkulasi S: klien mengatakan badan sedikit lemah dan pusing,klien
09.00 WIB perifer mengatakan tidak terdapat bengkak, nyeri pada ekstremitas.
43

 Monitor panas, O:
kemerahan, nyeri atau - Klien tampak sedikit lemah
bengkak pada ekstremitas - Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
 Melakukan hidrasi
- Tidak tampak bengkak pada ekstremitas
 Monitor hasil labor - Klien terpasang inus NaCl 0,3% 20 TPM
 Klien rencana prosedur - HB : 10,0 g/dl (L)
BMP pada sabtu 28 januari - Hematokrit : 30,6 % (L)
2023 A: masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

2. 27/01/2023  Memonitor tanda dan S: klien mengatakan tidak ada merasakan flu, pilek, batuk,
09.30 WIB gejala infeksi. demam. Klien mengatakan mengkonsumsi makanan yang
 Mencuci tangan sebelum disediakan oleh rumah sakit.
O:
dan sesudah kontak dengan - Suhu tubuh dalam batas normal : 36,4 o C
klien - Tidak terdapat luka
 Mempertahankan teknik - Leukosit : 2,16 x 103 µL (L)
aseptik. - Klien tidak batuk, pilek
 Menjelaskan tanda dan - Klien terpasang infus NaCL 0,9 % di tangan kanan
gejala infeksi A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi Dilanjutkan
 Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
3. 27/01/2023  Monitor tanda dan gejala S: klien mengatakan tidak terjadi perdarahan seperti epistaksis,
09.45 WIB perdarahan gusi berdarah. Masih terdapat hematoma di paha klien.
 Monitor nilai Hb dan Ht O:
- Tidak terdapat perdarahan
 Monitor TTV - Terdapat hematoma di paha klien
44

 Menjelaskan tanda dan - Nilai Hb: 10,0 g/dl (L)


gejala perdarahan - Ht: 30,6 X 10 % (L)
 Menganjurkan - PT : 12,0 detik
- APTT : 22,9 detik (L)
meningkatkan asupan
A: Masalah teratasi sebagian.
cairan P: intervensi dilanjutkan
 Monitor koagulasi (mis.
Prothombin time (PT),
partial thromboplastin time
(PTT).
45

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis dan

tinjauan kasus dengan Pansitopenia di ruangan mawar RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang ditemukan di ruang

mawar pada tanggal 23 Januari 2023. Pembahasan ini dibuat dengan langkah

proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi meliputi :

a. Pengkajian

Tahap ini merupakan langkah awal dilakukan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada klien dengan Pansitopenia. Di dalam melakukan pengkajian

ini tidak menemukan kendala yang berarti, pasien cukup kooperatif dalam

menjawab pertanyaan yang ditanyakan.

Tidak ditemukan adanya kesenjangan yang berarti antara teroritis dan

kasus yang ditemukan dilapangan, hanya saja ditemukan keadaan umum klien

yang sedikit tampak lemah. Klien juga mengatakan jarang terkena demam

maupun flu. Klien mengatakan tidak pernah epistaksis namun terdapat beberapa

lebam (hematoma) di bagian paha klien. Status nutrisi klien juga tidak

mengalami perubahan yang berarti. perawat mengkaji kebutuhan klien yang

berkaitan dengan perawatan klien dengan Pansitopenia.


46

b. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh pada klien kelolaan

didapatkan 3 diagnosa keperawatan, meliputi :

d. (D. 0009) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi


hemoglobin d.d Hb menurun 8.8 g/dl, pengisian kapiler > 2 detik, warna
kulit pucat.
e. (D.0142) Risiko Infeksi b/d leukopenia d.d ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder : leukopenia.
f. (D.0012) Risiko Perdarahan b/d gangguan koagulasi : trombositopenia

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus, dimana diagnosa teori adalah sebagai berikut :

1. Perfusi perifer tidak efektif

2. Deficit nutrisi

3. Intoleransi aktivitas

4. Gangguan integritas kulit

5. Deficit pengetahuan

6. Risiko ketidak seimbangan cairan

7. Risiko perdarahan

8. Risiko infeksi

c. Intervensi

Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditegakkan. Adapun acuan dalam penyusunan intervensi

keperawatan menggunakan materi yang ada di buku bahan ajar seperti buku
47

keperawatan medical bedah Brunner dan Suddarth, rencana asuhan keperawatan

oleh SDKI, SLKI dan SIKI, serta buku keperawatan lainnya yang dimana sesuai

dengan keadaan pasien dan situasi serta kondisi yang ada di ruangan Mawar

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Penyusunan intervensi pada kasus pansitopenia yang dialami oleh Tn. MS

sejalan antara tinjauan kasus dan teori yang beracuan pada buku SIKI.

d. Implementasi

Implementasi dilakukan selama 5 hari. Tidak semua implementasi yang

dilakukan pada pasien kelolaan berdasarakan intervensi yang telah dibuat.

Implementasi yang dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang diangkat.

Implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan adanya kerja

sama yang baik antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini juga mendapatkan

bimbingan dan kesempatan yang baik dari pembimbing dan perawat dalam

pelaksanaan tindakan sehingga tindakan keperawatan dapat terlaksana sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah pada pasien.

e. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang

dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksanakan. Dari ke tiga diagnose

keperawatan yang diangkat, semua diagnosa teratasi sebagian karena hasil

periksa labor sepert pemeriksaan Hemoglobin, hematocrit, leukosit, trombosit

dan eritrosit serta APTT masih belum menunjukkan nilai normal dimana nilai Hb
48

: 10,0 g/dl (L), Hematokrit : 30,6 % (L), leukosit : 2.16 x 10 3 µL, trombosit : 40 x

103 µL, eritrosit : 3,40 x 103 µL dan APTT 22,9 detik (L).
49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pansitopenia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah eritrosit,

leukosit, dan trombosit. Pansitopenia ini merupakan suatu kelainan di dalam

darah tepi. Biasanya kadar hb juga ikut rendah akibat rendahnya eritrosit.

Pansitopenia ini merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Ada dua kelompok

penyakit yang bisa menyebabkan kondisi ini; produksi sel darah di sumsum

tulang yang menurun, atau akibat penghancuran sel di darah tepi meningkat

walaupun produksi sel darah di sumsum tulang berlangsung baik.

Adapun dalam menegakkan diagnose terdapat perbedaan antara teori dan

dilapangan, perbedaan terletak pada etiologi penyebab terjadinya masalah. Hal

ini dikarenakan masalah timbul disesuaikan dengan keadaan klien pada saat

perawat melaksanakan pengkajian. Dalam menyusun intervensi, serta melakukan

implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat dalam tinjauan

kasus dengan pansitopenia.

B. Saran

1) Bagi penulis

Hasil studi kasus yang penulis dapatkan dalam karya tulis ini dapat

memberikan informasi lebih lanjut sehingga dapat memperluas pengetahuan

tentang pansitopenia. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan


50

asuhan keperawatan komprehensif dalam waktu yang lama sehingga

mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

2) Bagi tempat pelaksanaan studi kasus

Instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil studi ini sebagai dasar

pertimbangan untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif

sehingga meningkatkan pelayanan kepada pasien sehingga pasien merasa puas

dengan pelayanan yang diberikan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan

rumah sakit.

3) Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan untuk

mengambil kebijakan dalam upaya memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai