Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN R DENGAN

KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG


HEMODIALISA ( HD )RSI SITI KHADIJAH
PALEMBANG TAHUN 2023

Dosen Pembimbing :

Yofa Angriani Utama, S.Kep., Ners., M.Kes., M.Kep

Disusun Oleh :

Agung Tri Yanto 23149011041


Larasati 23149011011
Silvia Utami 23149011233
Yunita Liskawati 23149011006
Eisnaini Sawalilah 23149011032
Fasha Rizki Utami 23149011031

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Seminar Kasus ini dengan

judul asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Penulis

Seminar Kasus ini bertujuan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan Program Profesi Ners STIK Bina Husada Palembang.

Dalam menyusun laporan seminar kasus ini banyak mendapat bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga laporan seminat kasus ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis tidak

lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

1. Ns. Yofa Angriani Utama, S. Kep., M. Kes., M.Kep. selaku Pembimbing Profesi
Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyajikan hasil seminar kasus ini.
2. Ns.Prehatin, S.Kep,. M.Kes. selaku Kordinator CI lahan RSI Siti Khadijah
Palembang atas arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan semina kasus
ini.
3. Ibu Ns. Winarsih, S.Kep., dan Ibu Ns. Euis Martina, S.Kep selaku Ketua
Pembimbing CI Lahan RSI Siti Khadijah Palembang atas arahan dan bimbingan
dalam penyusunan laporan semina kasus ini.

4. Seluruh rekan mahasiswa program profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Siti Khadijah Palembang yang telah memberikan dorongan moril maupun
material dalam penyusunan laporan seminar kasus ini.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu,
yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian laporan seminar kasus

ii
ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan seminar kasus ini masih belum

sempurna baik dari segi konsep maupun kata – katanya. Oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran – saran dari pembaca guna kesempurnaan

laporan seminar kasus ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga kasus ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 29 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................ii

Daftar Isi....................................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULLUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................................3
1.4 Manfaat............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................5


2.1 Konsep Dasar Benigna Prostate Hyperplasia..................................................5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................16

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................40

BAB V PENUTUP....................................................................................................45
5.1 Kesimpulan....................................................................................................46
5.2 Saran..............................................................................................................48

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan kondisi di mana fungsi ginjal mulai menurun

secara progresif dalam hitungan bulan bahkan tahun. Umumnya gagal ginjal kronik timbul

akibat dari kerusakan ginjal yang sudah parah dan bersifat permanen (Keswari et al., 2019).

Penyakit gagal ginjal kronik berkaitan erat dengan proses degeneratif sebagai akibat dari

kerusakan fungsi organ-organ tubuh. Penyakit degeneratif yang berhubungan dengan

meningkatnya kejadian penyakit gagal ginjal kronik antara lain diabetes mellitus, hipertensi,

penyakit jantung koroner, dan lain-lain. Selain penyakit degeneratif, penyakit gagal ginjal

kronik bisa juga dikarenakan gaya hidup tidak sehat, budaya dan perubahan status sosial

ekonomi juga memberikan dampak terhadap peningkatan angka kejadian penyakit ginjal

kronik (Astuti et al., 2018). World Health Organization (WHO) memperkirakan, secara

global lebih dari 500 juta orang menderita penyakit ginjal kronis. Sekitar 1,5 juta orang harus

menjalani hidup bergantung pada cuci darah (hemodialisa) (Firman et al., 2016). Hasil

tinjauan sistematis dan meta-analisis yang dilakukan oleh Hill et al, 2016, menunjukan

bahwa prevalensi global penyakit ginjal kronik sebesar 13,4%. Menurut hasil Global Burden

of Disease tahun 2010, penyakit ginjal kronis menempati urutan ke-27 penyebab kematian di

seluruh dunia pada tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010

(Kemenkes RI, 2017). Menurut United State Renal Data System di Amerika Serikat

prevalensi penyakit ginjal kronik meningkat sebesar 20-25% setiap tahun.

WHO memperkirakan di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal akan meningkat

1
sebesar 41,4% antara tahun 1995-2025 (Tandi et al., 2014). Gagal ginjal dapat disebabkan

karena beberapa faktor yaitu gangguan metabolik seperti diabetes, hipertensi,

obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis), yang dapat menyebabkan penurunan fungsi

ginjal. Selain itu, penyalahgunaan penggunaan obat-obat analgetik baik secara bebas

maupun yang diresepkan dokter selama bertahun-tahun dapat memicu risiko nekrosis

papiler dan gagal ginjal kronik (Prabowo dan Pranata, 2014). Kebiasaan merokok

dan penggunaan minuman suplemen energi juga dapat menjadi penyebab terjadinya

gagal ginjal (Muchtar dkk, 2015). Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan

hipertrofi struktural dan fungsional nefron sebagai upaya kompensasi, hal ini

mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan

aliran darah glomerulus. Secara perlahan akan terjadi penurunan fungsi nefron yang

progresif yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum (Meita,

2020). Tanda dan gejala gagal ginjal kronik yang timbul seperti hipertensi, edema

pada ekstremitas, pembesaran vena leher, sesak napas, kulit kering bersisik, asites

pada abdomen, CRT >3 detik, anemia, hiperkalemia, Diabetes Mellitus,

hipoalbunemia, hipoksia, ikterus pada kulit (Rizky dan Andina, 2017).

Untuk mencegah terjadinya penyakit gagal ginjal kronik bisa dengan cara

menjaga asupan cairan, tidak merokok, periksa tekanan darah secara rutin, menjaga

berat badan dengan berolahraga secara teratur (Gloria et al, 2016). Selama ini dikenal

dua metode dalam penanganan gagal ginjal, pertama yaitu transplantasi ginjal dan

kedua dialisis atau cuci darah. Untuk transplantasi ginjal masih terbatas karena

2
banyak kendala yang harus dihadapi seperti ketersediaan donor ginjal, teknik operasi

dan perawatan pascaoperasi. Kedua hemodialisa yaitu terapi pengganti untuk pasien

gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun kronik.

Terapi hemodialisa membutuhkan waktu 10-12 jam untuk dialisa setiap

minggunya, atau paling sedikit 4-5 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan berlangsung

terus-menerus sepanjang hidupnya (Muchtar dkk, 2015).

Pada klien dengan diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD) tidak hanya

keadaan fisik, tetapi fisiologis klien juga berdampak karena timbulnya berbagai

macam manifestasi klinis CKD. Penyakit CKD memerlukan perawatan dan

penanganan yang dijalankan seumur hidup yang dimana telah terjadi banyak klien

yang keluar masuk rumah sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis (Parwati,

2019).

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan

melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan Asuhan Keperawatan CKD

dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut ”Bagaimanakah asuhan

keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) di ruangan HD RSI Siti

Khadijah Palembang?”

1.3 Tujuan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif

meliputi berbagai aspek dengan pendekatan proses keperawatan pada pasien Chronic

3
Kidney Disease (CKD) di ruangan HD RSI Siti Khadijah Palembang?

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat

dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Perawat

Untuk Memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik

keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang keperawatan

b. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian pelayanan

kesehatan berkaitan dengan pasien mengenai asuhan keperawatan pada CKD

sehingga pasien mendapatkan pelayanan yang memuaskan, cepat dan optimal.

c. Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa-mahasiswi STIK Bina Husada

Palembang dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan CKD.

d. Bagi Pasien

Untuk memberikan informasi tentang peran perawat dalam memberikan

pelayanan perawatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien dengan

CKD.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Chronic Kidney Disease (CKD)

2.1.1 Pengertian

Chronic Kidney Disease (CKD) atau disebut Gagal Ginjal Kronik yaitu

suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa

metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan

menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan

menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta

asam basa (Abdul, 2015).

Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal

lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit

vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus

sistemik), agen nfritik (aminoglikosida), dan penyakit endokrin (diabetes)

(Doenges, 2014).

2.1.2 Etiologi

Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju

filtrasiglomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate

(GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra dan Yessie (2013) :

1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat

5
menyebabkaniskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling

sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan

konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hyperplasia

fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga menimbulkan

sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang

disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarakteristikkan

oleh penebalan, hilangnya elastistisitas system, perubahan darah ginjal

mengakibatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.

2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis

3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang

berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini

mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara

ascenden dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal

sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal yang disebut

pielonefritis.

4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak

meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan

berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis

yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding

pembuluh darah secara serius merusak membrane glomerulus.

1) Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau

logam berat.

6
2) Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan

kontstriksi uretra.

3) Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan

kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau

kantong berisi cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya

jaringan ginjal yang bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta

adanya asidosis.

2.1.3 Klasifikasi

Deskripsi LFG
Stadium (mL/menit/1.73m)
Fungsi ginjal normal, tetapi temuan urin
1 abnormalitas struktur/ciri genetik menunjukkan >90
adanya penyakit ginjal
Penurunan ringan fungsi ginjal akibat
2 kerusakan ginjal, belum terasa gejala yang 60-89
mengganggu
Penurunan sedang fungsi ginjal akibat
3 kerusakan ginjal, namun masih dapat 30-59
dipertahankan
Penurunan berat fungsi ginjal akibat kerusakan
4 ginjal yang sudah masuk tingkat 15-29
Membahayakan
Gagal ginjal yaitu kerusakan ginjal parah yang
5 mengharuskan dilakukan terapi hemodialisa <15
atau transplantasi ginjal

2.1.4 Patofisiologi

7
Patofisiologi penyakit gagal ginjal kronik tergantung pada penyakit yang

mendasarinya, tapi dalam perkembangannya proses yang terjadi sama.

Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional

nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, hal

ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti dengan peningkatan

tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus (Meita, 2020).

Pada stadium paling dini pada penyakit gagal ginjal kronik, terjadi

kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), dimana basal Laju Filtrasi

Glomerulus (LFG) masih normal atau dapat meningkat secara perlahan tapi

pasti, dan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif yang ditandai dengan

peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%,

pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tetapi sudah terjadi

peningkatan kadar urea dan kreatinin serum sampai pada LFG sebesar 30%

(Meita, 2020).

8
2.1.5 Fatofolow

Diabetes Mellitus Hipertensi Infeksi Saluran Kemih Nefropati Toksik

Gagal Ginjal Kronik

GFR menurun Renin meningkat Proteinuria BUN dan kreatinin naik


Fungsi ginjal menurun

Ginjal tidak Protein


mampu Angiotensi dalam
Eritros Asotemia
mengencerk n darah
it
an urin
secara Sindro
Produksi Tekan
urin an HB turun m
Produksi osmoti
urin Vasokonstrik Anemia Perpospatemi
si pembuluh Cairan
keluar
Disuria ke O2 dalam Pruritus
Hipertensi darah turun
Anuria Edema MK:
MK: Suplai
O2 Kerusakan
MK: Perfusi MK: integritas
perifer kulit
Kelebiha Hipervolemia MK:
tidak
n
efektif Intoleransi
(Meita, 2020)
aktivitas

9
2.1.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik menurut Suyono (2011) adalah sebagai berikut :

1. Gangguan kardiovaskuler : Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat

perikarditis, efusi perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,

gangguan irama jantung dan edema

2. Gangguan pulmoner : Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan spuntum

kental

3. Gangguan gastrointestinal : Anoreksia, nausea, dan fomitus yang

berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan saluran

gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau amonia

4. Gangguan muskuloskeletal : Pegal pada kaki sehingga selalu digerakan, rasa

kesemutan dan terbakar terutama di telapak kaki, tremor, miopati

(kelemahandan hipertropi otot – otot ekstremitas)

5. Gangguan integumen : Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning –

kuningan akibat penimbunan urokrom (hasil pemecahan hemoglobin dan

yang membuat warna urin), gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh

6. Gangguan endokrin : Libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan

menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik

lemak dan vitamin D

7. Gangguan perkemihan : Terjadi penurunan fungsi dari glomerulus, biasanya

retensi garam dan air, tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan

dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,

1
proteinuria, BUN dan kreatinin meningkat, serta terjadi dysuria maupun

anuria

8. Sistem hematologi : Anemia yang disebabkan karena berkurangnya

produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum

tulang berkurang, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan

trombositipenia

2.1.7 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit

dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2012) :

1. Dialisis : dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang

serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki

abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat

dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan perdarahan dan

membantu penyembuhan luka. Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah

adalah suatu metode terpi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja

ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi

ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari

90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup

individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis dialisis

2. Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)/HD : adalah jenis dialisis

dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan.

1
Pada proses ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin

dialiser. Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun

melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus

untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah dialirkan

kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah

sakit dan membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.

3. Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut) : metode cuci darah dengan

bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak

perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin

dialisis.

4. Koreksi hiperkalemi : Mengendalikan kalium darah sangat penting karena

hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang

harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan

pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan

EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan

mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus

glukosa.

5. Koreksi anemia : Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor

defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat

diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan

Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,

misalnya ada infusiensi coroner.

1
6. Koreksi asidosis : Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus

dihindari. Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada

permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika

diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga

mengatasi asidosis.

7. Pengendalian hipertensi : Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan

vasodilatator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan

hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi

natrium.

8. Transplantasi ginjal : Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien

gagalginjal kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

2.1.8 Komplikasi

Menurut Jennifer (2014) komplikasi dari Gagal Ginjal Kronik adalah :

1. Anemia

2. Neuroperifer

3. Komplikasi kardiopulmoner

4. Komplikasi gastrointestinal

5. Disfungsi seksual

6. Parestesia

7. Disfungsi saraf motorik seperti foot drop dan paralis flasid

8. Fraktur patologis

1
9. Hiperkalemia

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik, yaitu : (Sudoyo, 2015)

a. Foto Polos Abdomen (Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu

atau obstruksi lain).

b. USG (Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal, anatomi

sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal,

anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan

prostat).

c. Renogram (Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan

(vaskuler, parenkhim) serta sisa fungsi ginjal).

d. Pemeriksaan Radiologi Jantung (Mencari adanya kardiomegali, efusi

perikarditis)

e. Pemeriksaan radiologi Tulang (Mencari osteodistrofi (terutama pada

falangks /jari) kalsifikasi metatastik).

f. Pemeriksaan radiologi Paru (Mencari uremik lung yang disebabkan karena

bendungan).

g. EKG (Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-

tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia).

h. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal (Laju


endap darah dan Urin)
Urine

1
a) Volume: Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada

(anuria).

b) Warna: Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus /

nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat, sedimen kotor, warna

kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.s

c) Berat Jenis: Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan

kerusakan ginjal berat).

d) Osmolalitas: Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan

tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.

Ureum dan kreatinin

Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL

diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).

1
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. R DENGAN CKD DI


RUANG HEMODIALISA RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG

DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama Klien : Tn.R
2. Umur : 25 tahun
3. Alamat : Gandos
4. Agama : Islam
5. Tanggal MRS : 23 November 2023
6. Nomor Rekam Medis : 282465
7. Bangsal : Marwah
8. Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease (CKD)
9. Tanggal Pengkajian : 25 November 2023

- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olahraga,dll)

Tn.R sering mengkonsumsi minum-minuman instan seperti (power F,


kratindeng dan kopi instan dll), sering begadang dan jarang berolahraga.
Tn.R menjalani pola hidup yang tidak sehat.

1
PENGKAJIAN
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama

Pasien mengatakan perut terasa peenuh dan kakinya bengkak seperti


penuh dengan cairan dan pasien mengatakan sesak.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang

DS: Pasien mengatakan sesak napas dan badan terasa berat

DO: Pasien tampak mengalami pembekakkan bagian ekstermitas bawah


kiri dan kanan serta perut pasien tampak kencang dan besar

3. Riwayat Kesehatan Lalu

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya

Pernah dirawat : tidak

Alergi : Makanan : tidak ada

Obat-obatan : tidak ada

Kebiasaan hidup tidak sehat : perokok aktif


4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit keturunan.

1
5. Genogram : 3 generasi

Ket:
: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Meninggal

C. RIWAYAT LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL


1. Tipe tempat tinggal : Beton
2. Jumlah kamar : 4
3. Jumlah penghuni : 5 penghuni rumah
4. Kondisi tempat tinggal : Baik

D. PENGKAJIAN SISTEM TUBUH

Keadaan Umum : Baik

Tingkat Kesadaran : Compos

mentis Glascow Coma Scale : E = 4 M = 6 V

=5

1
TTV :
- Tekanan Darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 92 x/menit
- Suhu : 36,8 ℃
- Pernafasan : 22 x/menit

1. Sistem Pernapasan

Data Subyektif
a. Dispnea : Ada
b. Perokok : Tidak merokok
c. Pengetahuan batuk efektif : belum mengetahui cara batuk efektif
d. Hasil temuan lain :
- Data Objektif
Inspeksi : pergerakan dada
simetris Perkusi : sonor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak terdengar bunyi nafas tambahan
a. Suara napas : vesikuler
b. Kesimetrisan : simetris
c. Penggunaan otot bantu pernapasan : Ada
d. Pernapasan cuping hidung : Iya
e. Batuk : pasien tidak batuk
f. Sputum : tidak ada
g. Taktil fremitus : normal

Perkusi paru : resonan / sonor


h. Sianosis : tidak sianosis
i. Hasil temuan lain : -

1
2. Sistem Kardiovaskuler

Data Objektif

Inspeksi : tidak tampak pembesaran vena jugularis

Perkusi : redup

Palpasi : tidak terdapat bunyi tekan

Auskultasi : tidak terdengar bunyi jantung tambahan


1. Tekanan darah berbaring : 140/80 mmHg
2. Ekstremitas : Suhu : 36,8 oC

Pengisian kapiler/capillary refile (CRT) : >3 detik

Varises : tidak ada

Plebitis : tidak ada

Abnormalitas kuku : tidak ada clubbing finger

Membran mukosa : tidak terdapat kerusakan

mukosa Konjungtiva : an anemis

Sclera : an ikterik
3. Hasil temuan lain : -

Data Subjektif
a. Riwayat hipertensi/masalah jantung : tidak ada

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi/jantung


b. Riwayat edema (tidak ada) batuk berdarah (tidak ada)
c. Hasil temuan lain : -

2
3. Sistem Muskuloskletal

Data Subjektif

Riwayat kecelakaan : -

Fraktur : -

4. Sistem Persyarafan

Data Subjektif
a. Riwayat cedera kepala dan medulla spinalis : tidak ada
b. Riwayat penyakit cedera serebrovaskuler : tidak ada
c. Penurunan sensori : tidak ada
d. Diplopia : tidak ada

Amnesia : -
Data Objektif
a. Paralisis : tidak ada
b. Letargi : tidak ada
c. Orientasi terhadap waktu/tempat/orang : pasien dapat
mengidentifikasi waktu, tempat dan orang
d. Fungsi saraf cranial/nervus cranial (NC)
 NC I (Olfactorius) : Klien mampu membedakan bau-bauan atau aroma
tertentu.
 NC II (Optikus) : Klien mampu mengenali benda yang letak jauh
seperti jam dinding dan gerakan bola mata baik terbukti klien dapat
menggerakan bola mata sesuai dengan instruksi yang diberikan.
 NC III ( Okulomotorius), IV (Trochealis), VI (Abdusen) : Klien dapat
menggerakan bola mata keatas, kebawah, kekiri, kekanan saat disuruh
mengikuti objek yang digerakan. Refleks pupil miosis saat diberikan
rangsang cahaya, dapat berkedip dengan spontan saat diberikan

2
rangsangan menggunakan kapas
 NC V (Trigeminus) : Klien dapat menggerakan rahangnya tanpa rasa
nyeri, dan klien dapat merasakan sentuhan kasa saat disentuhkan ke
wajah klien
 NC VII (Fasialis) : Klien mampu mengerutkan dahi dan senyum secara
simetris
 NC VIII (Vestibulochoclear) : Klien mampu mendengar dengan baik
terbukti klien dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan dengan baik
tanpa perlu diulang dan saat diuji menggunakan garputala klien dapat
mendengarkan suara rinne yang dihasilkan dari garputala
 NC IX (Glasofaringeus) : Pengecapan klien baik terbukti saat
dilakukan pengetesan menggunakan perasa manis, asam, asin dan
pahit klien mampu membedakan keempat perasa yang diberikan
dengan benar. Klien mampu menelan dengan baik terbukti klien
mampu menelan makanan yang diberikan
 NC X (Vagus) : Saat dilakukan inspeksi dan klien disuruh membuka
mulut uvula klien terdapat ditengah
 NC XI (Asesorius) : Klien mampu mengangkat bahu kiri dan kanan
saat diberikan tekanan
 NC XII (Hipoglosus) : Klien dapat menjulurkan lidah dan
menggerakan ke semua arah
e. Fungsi motorik

Infeksi sikap, bentuk dan ukuran tubuh, gerakan abnormal : tidak ada

Kemampuan berjalan : pasien mengatakan berjalan dibantu keluarga karena


post op

Kemampuan koordinasi : pasien dapat berdiri dengan sempurna

Tremor : tidak terdapat tremor

2
Kemampuan pergerakan sendi : Pergerakan sendi normal, otor simetris kanan
dan kiri

Tonus otot : pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri dan kaki kanan, kaki
kiri didapatkan kekuatan otot lemah

Kemampuan mobilisasi : pasin mengatakan berjalan dibantu keluarga karena


post op

Deformitas : tidak ada

Sendi bengkak : tidak terdapat

Piting edema : tidak terdapat


f. Pemeriksaan reflek

Reflek tendon bisep :

positif Fatella : positif

Archiles : positif

Reflek patologis : negatif

Hasil temuan lain : -

5. Sistem Integumen

Data Subjektif
a. Riwayat gangguan kulit : -
b. Keluhan klien : -
c. Gatal : tidak ada
d. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
a. Adanya lesi / luka / eritema :-
b. Lokasi lesi / luka / eritema :-

2
c. Jumlah lesi / luka / eritema :-
d. Stadium luka :-
e. Warna luka :-
f. Ukuran luka :-
g. Tanda-tanda luka :-
h. Hasil temuan lain :-

6. Sistem Perkemihan

Data Subjektif
a. Riwayat gangguan ginjal/saluran kemih : Tidak
b. Riwayat penggunaan obat diuretic : tidak ada
c. Rasa nyeri dan terbakar saat kencing : Tidak
d. Kesulitan BAK : IYa
e. Kemampuan berkemih : kadang keluar sedikit
kadang tidak

Hasil temuan lain :-


Data Objektif
a. Retensi urine : Tidak, inkontinensia urine : Tidak

Distensi : Tidak
b. Karakteristik urine :

Tidak Hasil temuan lain : -

7. Sistem Gastrointestinal

Data Subjektif
a. Makanan pantang : Batasi asupan garam dan perhatikan asupan cairan.
b. Kebiasaan makan : makan nasi
c. Jenis diet : nasi biasa

2
d. Jumlah makanan per hari : 3x/hari
e. Kehilangan selera makan : tidak
f. Mual : tidak

Muntah : tidak
g. Nyeri abdomen : tidak

Kuadran/region :-
h. Gangguan mengunyah : tidak ada, menelan : tidak ada
i. Pola BAB : Frekuensi : 1x/hari

Hasil temuan lain : -

Data Objektif
a. BB sekarang : 73 kg, TB : 169 cm, Bentuk tubuh : normal
b. Halitosis (bau mulut) : tidak ada
c. Kondisi mulut : bersih tidak sariawan, gigi : tidak ada karies, lidah
: bersih, faring: normal, tonsil : merah muda
d. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : normal

Auskultasi : bunyi bising

usus Perkusi : timpani

Palpasi : perut terasa kencang


e. Hernia/massa : tidak ada
f. Pola BAB : Frekuensi : 2x/hari
g. Anus : kebersihan baik, hemoroid : tidak ada, lesi : tidak ada, massa
: tidak ada
h. Hasil temuan lain : -

2
8. Sistem Penginderaan

Data Subjektif
a. Riwayat infeksi mata/telinga : tidak
b. Riwayat trauma infeksi mata/telinga : tidak
c. Riwayat katarak : tidak
d. Riwayat glaucoma : tidak
e. Riwayat penyakit mata lain : tidak
f. Gangguan penglihatan : diplopia : tidak

ada Penurunan penglihatan : tidak ada

Fotophobia : tidak ada


g. Kemampuan pendengaran : baik
h. Nyeri hidung/telinga : tidak ada
i. Telinga berdengung/tinnitus : tidak ada
j. Sensasi pengecapan : baik
k. Hasil temuan lain : -

Data Objektif
Pemeriksaan Mata :
a. Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan : Normal
b. Lapang padang : Normal
c. Gerakan ekstraokuler/gerakan mata : Normal
d. Pemeriksaan fisik mata : area orbital ; edema : tidak ada

Hematom : tidak ada, lesi/luka : tidak ada, massa : tidak ada


e. Kelenjar lakrimal : baik, kunjungtiva : an anemis
f. Sclera : an ikhterik kornea : normal, iris : baik
g. Pupil : bentuk : bulat , ukuran :
h. Kesimetrisan : simetris, reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil saat

2
terkena cahaya

Hasil temuan lain : -

Pemeriksaan Hidung :
a. Inspeksi hidung : kesimetrisan : simetris, bentuk : normal
Luka/lesi : tidak ada, massa : tidak ada
Keluar cairan : tidak ada, perdarahan/epistaksis : tidak ada
b. Palpasi : perubahan anatomis : tidak ada, nyeri : tidak ada
c. Sinus frontalis : Tidak ada, sinus maksilaris : Tidak ada
d. Patensi aliran udara dalam nares :
e. Hasil temuan lain : -

Pemeriksaan Telinga :
a. Inspeksi telinga luar : tampak bersih
b. Inspeksi telinga dalam
Kebersihan : tidak ada serumen, lesi : tidak
ada massa : tidak ada, serumen : tidak ada
c. Palpasi daun telinga
Nyeri : tidak ada, massa : tidak ada
d. Pemeriksaan rinne : -, weber : - , Swabach:-
Hasil temuan lain : -

9. Sistem Endokrin

Data Subjektif
a. Perasaan haus yang berlebih : tidak ada
b. Faktor resiko kekurangan cairan dan elektrolit : tidak ada
c. Kedutan otot : tidak ada
d. Kejang/riwayat kejang : tidak ada

2
e. Hasil temuan lain : -

Data Objektif
a. Intake cairan : air putih dan cairan infus
b. Output cairan : normal
c. Balance cairan : normal
d. Muntah : tidak Diare: Tidak ada
e. Turgor kulit : Normal
f. Tekstur kulit : Baik
g. Kelembaban kulit : Baik
h. Kelembaban membran mukosa : Baik
i. Tekstur lidah : Normal
j. Tekanan vena jugularis : Normal
k. Edema : Tidak ada
Umum : Tidak ada
l. Lingkar abdomen : Tidak ada
m. Perpusi perifer : Tidak ada
n. Hasil temuan lain : -

10. Sistem Imun

Data Subjektif
a. Riwayat alergi/sensitivitas : Tidak ada
b. Reaksinya : Tidak ada
c. Perubahan imunitas sebelumnya : tidak
ada Penyebab : -
d. Riwayat penyakit hubungan seksual : Tidak ada
e. Perilaku resiko tinggi : Tidak ada
f. Transfuse darah/jumlah-, Kapan : -

2
g. Riwayat infeksi kronis : Tidak ada
h. Riwayat Pembedahan : -
i. Riwayat imunisasi dewasa : Baik
j. Riwayat penggunaan obat-obat steroid : Tidak ada
k. Keluhan nyeri tekan pada kelenjar limfe : Tidak ada
l. Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
m. Hasil temuan lain : Tidak ada

Data Objektif :
a. Inspeksi kulit dan mukosa : -
b. Purpura/perdarahan subkutan: - dermatitits:-
Imflamasi :-
pengeluaran secret : -
Ulticaria:- Dimana:- banyaknya: -
c. Kemerahan di kulit: -
d. Palpasi kelenjar limfe servikal, aksilaris dan inguinalis : -
e. Hasil temuan lain : -

11. Sistem Reproduksi


Data Subjektif
a. Aktif melakukan hubungan seksual : tidak
b. Penggunaan kondom saat berhubungan :-
c. Masalah/kesulitan dalam berhubungan seks : -

Data Objektif
Pria :
1. Rabbas penis : Tidak
2. Gangguan prostat : Ya
3. Sirkumsisi : Ya

2
4. Vasektomi : Tidak pernah
5. Hasil temuan lain : -

12. Sistem Hematologi

Riwayat tranfusi darah : tidak ada

E. DATA PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan : 26/10/2023

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode Periksa

Darah Rutin
- Hemogblin 8.9 g/dL 14.0 – 18.0 Cyan Free Hb
- Lekosit 7.1 10^3/uL 5.0 – 10.0 Electrical Impendance
Hitung Jenis
(DIFF)
- Basofil % 0 % 0–2 Flowyctometri
- Eosinofil % 0 % 0–7 Flowyctometri
- Netrofil % 93 % 50 - 70 Flowyctometri
- Limfosit % 5 % 25 – 60 Flowyctometri
- Monosit % 2 % 2 – 15 Flowyctometri
- Trombosit 193 10^3/uL 150 – 450 Electrical Impendance
- Hematokrit 26 % 40 - 54 Kalkulasi

KIMIA KLINIK

Ureum 217 mg/dL 15-39

Kreatinin 6.3 mg/dL 0.9-1.3

3
Natrium 126.0 mmol/L 136.0-145.0 ISE

Kalium 4.98 mmol/L 3.50-5.10 ISE

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. R Diagnosa Medis : CKD

Jenis Kelamin : Laki-laki No Medis Record : 282465


No Kamar Bed : HD Hari/tanggal : 25/11/2023

No Data Senjang Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS : pasien mengatakan Faktor predisposisi Pola Nafas
dada terasa sempit dan ( alergi) Tidak
sesak Efektif

Penurunan stimulasi
DO : reseptor terhadap
 RR : 22 x/m iritan pada
 Saturasi 98% trakheobronkhial
 Tampak pernafasan
cuping hidung Stimuli brochial

2 DS : pasien mengatakan gangguan fungsi Hipervolemia


perut dan kaki dan struktur ginjal
membesar dan
membengkak

3
DO : Ketidakmampun
 Terdapat edema pada ginjal mengekskresi
ekstermitas bawah kiri urine
dan kanan
 Perut tampak kencang
Retensi cairan dan
Elektrolit

Cairan tubuh
Meningkat

Edema

Hipervolemia

MASALAH KEPERAWATAN :

1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

2. Hipervolemia berhubungan d.d gangguan mekanisme regulasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

2. Hipervolemia berhubungan b.d gangguan mekanisme regulasi

3
NURSING PLANIG
Nama Pasien : Tn.R Diagnosa Medik :CKD
Jenis Kelamin : Laki-laki No Medical Record : 282465
Ruangan : HD Hari/tanggal : 27/11/2023

No Diagnosa Tujuan (SMART) Rencana Keperawatan Nama dan


Keperawatan TT
Perawat
1 KODE : Setelah dilakukkan SIKI :
D.0005 tindakkan keperawatan PEMANTAUAN
Pola nafas selama ...x 24 jam, RESPIRASI : I.01014
tidak efektif diharapkan pola nafas Observasi :
b/d membaik 1. Monitor frekuensi,
hiperventilasi SLKI : POLA irama, kedalaman
NAFAS dam upaya nafas
(L.01004) 2. Monitor pola nafas
1. Dispnea menurun (bradipnea, takipnea,
(5) hiperventilasi dan
2. Pernafasan cuping kusmaul)
hidung menurun 3. Monitor batuk efektif
(5) 4. Auskultasi bunyi
3. Penggunaan otot nafas
bantu nafas 5. Monitor saturasi
menurun (5) oksigen
4. Frekuensi nafas Terapeutik :
membaik (5) 1. Atur interval
5. Kedalaman nafas pemantauan respirasi
membaik (5) sesuai kondisi pasien
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
informasikan hasil,
jika perlu

2. KODE : PEMANTAUAN Manajemen

3
D.0023 CAIRAN : L.03121 Hipervolemia :
Hipervolemia Setelah dilakukkan I.03114
b/d gangguan tindakkan keperawatan Observasi :
mekanisme selama ...x 24 jam, 1. Periksa tanda
regulasi diharapkan kandungan dan gejala
cairan dapat membaik hipervolemia
dengan krieria hasil : 2. Monitor intake
- Asites 5 (menurun) dan output
- Keluaran urine cairan
5 (meningkat) Terapeutik :
- Kelembapan 1. Hitung
membrane kebutuhan
mukosa 5 cairan oral
(meningkat) 2. Batasi asupan
- Edema 5 cairan dan
(menuru garam
n) Edukasi :
- Turgor kulit 5 1. Jelaskan maksud
(membaik) dan tujuan
pemantauan Urine
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian diuretik

3
NURSING IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn.R Diagnosa Medik :CKD
Jenis Kelamin : Laki-laki No Medical Record : 282465
Ruangan : HD Hari/tanggal : 27/11/2023

Nama
No Diagnosa Jam Tindakan Keperawatan Respon dan TT
Perawat
1 KODE : 1. Memonitor 1. RR : 22
D.0005 frekuensi, irama,
Pola nafas kedalaman dam
tidak efektif upaya nafas 2. Pasien
mengatakan sesak
b/d 2. Memonitor pola nafas
hiperventilasi nafas (bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi dan
3. Tidak ada bunyi
kusmaul) nafas tambahan
3. Melakukan
15.00
auskultasi bunyi 4. SpO2 : 98%
nafas
4. Memonitor saturasi
oksigen

1. Pasien
Edukasi : mendengarkan
dan menerima
1. Menjelaskan tujuan
informasi hasil
dan prosedur dari perawat
pemantauan
informasikan hasil,

3
jika perlu

2. KODE : 1. Mengidentifika si DS :
tanda dan gejala
D.0023 1. Edema dengan
hypervolemia
Hipervolemia 2. Mengidentifika si derajat 2,
penyebab
b/d gangguan pasien
hipervolemia
mekanisme 3. mengatur mengatakan
posisi semi
regulasi sesak
fowler
2. Pasien
mengatakan
4. menganjurkan
istirahat dan belum BAK dan
tidur yang
cukup sudah minum
200 cc
5. mengajarkan
cara membatasi 3. pasien
cairan dan
mengatakan
kolaborasi
dengan ahli gizi tidur dengan
tentang
cukup
pemberian
garam ¼ sendok 4. pasien dapat
per hari
mengatur posisi
semi fowler

DO :
a. Terdapat
pembengkakan
pada ekstermitas
bawah kiri dan
kanan

3
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.R Diagnosa Medik :CKD
Jenis Kelamin : Laki-laki No Medical Record : 282465
Ruangan : HD Hari/tanggal : 30/11/2023

Diagnosa
No Jam Evaluasi Ttd
Keperawatan
1 Pola nafas S:
tidak efektif  Pasien mengatakan sesak yang dirasakan
b/d berkurang
hiperventilasi
O:
08:25 - RR : 20 x/m
- SpO2 : 100

A: Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dihentikan
2 Hipervolemia b/d S:
gangguan mekanisme - Pasien mengatakan perut dan kaki
regulasi sudah tidak terasa besar lagi dan badan
terasa enteng
O:
08:30 - Perut pasien tampak tidak kencang
lagi dan tidak terlalu besar
- Kaki kanan dan kiri pasien sudah
tidak bengkak lagi
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan

3
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn.R Diagnosa Medik :CKD
Jenis Kelamin : Laki-laki No Medical Record : 282465
Ruangan : HD Hari/tanggal : 28/11/2023

Nama &
Diagnosa Jam Catatan Perkembangan Paraf
No Perawat
Keperawatan
Shift Pagi
1 Pola nafas S:
tidak efektif  Pasien mengatakan sesak yang dirasakan
b/d sedikit berkurang
hiperventilasi
O:
08:20 - RR : 21 x/m
- SpO2 : 98

A: Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

2 Hipervolemia b/d S:
gangguan - Pasien mengatakan perut dan kaki
mekanisme regulasi sudah tidak terasa besar lagi dan badan
terasa enteng
O:
08:25 - Perut pasien tampak tidak kencang
lagi dan tidak terlalu besar
- Kaki kanan dan kiri pasien sudah
tidak bengkak lagi
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

3
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn.R Diagnosa Medik :CKD
Jenis Kelamin : Laki-laki No Medical Record : 282465
Ruangan : HD Hari/tanggal : 30/11/2023

Nama &
Diagnosa Jam Catatan Perkembangan Paraf
No Perawat
Keperawatan
Shift Pagi
1 Pola nafas S:
tidak efektif  Pasien mengatakan sesak yang dirasakan
b/d sedikit berkurang
hiperventilasi
O:
08:30 - RR : 20 x/m
- SpO2 : 100

A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2 Hipervolemia b/d S:
gangguan - Pasien mengatakan perut dan kaki
mekanisme regulasi sudah tidak terasa besar lagi dan badan
terasa enteng
O:
08:35 - Perut pasien tampak tidak kencang
lagi dan tidak terlalu besar
- Kaki kanan dan kiri pasien sudah
tidak bengkak lagi
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan

3
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Keperawatan

Pada pasien CKD didapatkan keluhan utama bervariasi mulai dari urine output

sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera

makan (Anoreksia). Pada kasus Tn.R didapatkan keluhan utama sesak nafas. Tn.R

sering mengkonsumsi minum-minuman instan seperti (power F, kratindeng dll).

Pada pengkajian Tn.R didapatkan dengan keadaan umum composmentis

sebelum masuk rumah sakit terdapat sesak nafas, dan kedua kaki bengkak, dengan

frekuensi nafas 22x/menit, dan mendapatkan terapi O2 nasal kanul 4 lpm dengan

SPO2 98%, Tekanan darah 140/80 mmHg dengan nadi 92 x/menit, GCS 456, pada

system pernafasan bentuk dada pasien normal, pergerakan dada simetris, tidak ada

otot bantu nafas tambahan, irama nafas pasien ireguler, kelainan tidak ada, pola nafas

abnormal, pasien sesak nafas, sputum tidak ada, sianosis tidak ada, tidak ada nyeri

tekan dan tidak ada suara nafas tambahan (pola nafas tidak efektif). warna kulit

pasien sawo matang, rambut hitam, pasien terdapat oedema dikedua kaki pasien, Rom

pasien dengan kekuatan otot pasien, pada bagian ektremitas atas dengan kekuatan

5555 dan pada bagian ektremitas bawah pasien dengan kekuatan 5555.

Gambaran laboratorium pada penyakit gagal ginjal kronik meliputi penurunan

fungsi ginjal berupa peningkatan kada ureum dan kreatinin serum, penurunan LFG,

penurunan kadar hemoglobin, asidosis metabolik. Pada hasil pemeriksaan yang

diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada pasien Tn.R yang menderita CKD

4
dengan asidosis metabolic meliputi hasil laboratorium lengkap yang sudah dapat

membuktikan adanya penyakit CKD dengan asidosis metabolic. Hasil tersebut dapat

dijelaskan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang yaitu cek darah lengkap dengan

hasil leukosit 7.1/uL, hemoglobin 8.9 g/dL, hematokrit 26%, trombosit

193.0010^3/uL, kreatinin 6.3 mg/dL, Natrium 126.0mEq/L, kalium 4.98 mmol/L,

dikarenakan kreatinin pada pasien sangat tinggi sehingga pasien mengalami gagal

ginjal kronis. Pola fungsi kesehatan pada pasien dengan diagnosa CKD terjadi sesak

nafas sehingga pasien mengalami kesulitan untuk beristirahat atau tidur dengan

nyenyak. Pasien dengan diagnosa CKD cenderung mengalami kelebihan asupan

cairan sehingga terjadi nya odema pada kedua kaki pada pasien.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang didapatkan pada kasus Tn.R yaitu :

1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

Pasien mengatakan bahwa sesak nafas dengan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi

92x/menit, RR 22x/menit, SPO2 98%. Pasien terpasang O2 nasal kanul 4 lpm.

2. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

Pasien mengatakan bahwa sesak nafas dengan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi

92x/menit, RR 22x/menit, SPO2 98%. Pasien terpasang O2 nasal kanul 4 lpm,

hemoglobin 8.9 dan hematokrit 26%,dan kreatinin 6.3 dan terdapat odema dikedua

kaki.

4
4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi diagnosa keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan Pustaka dan

tinjauan kasus terdapat kesamaan namun masing-masing intervensi tetap mengacu

pada sasaran, data dan kriteria hasil yang telah ditetapkan:

1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

Untuk melakukan asuhan keperawatan pada diagnosa pola nafas tidak efektif maka

akan dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas

efektif dengan kriteria hasil : batuk efektif, pola nafas normal, frekuensi nafas

normal. Dengan intervensi, monitor pola nafas, atur posisi semi fowler atau

fowler, anjurkan teknik Tarik nafas dalam melalui hidung lalu dikeluarkan melalui

mulut, pemberian oksigen nasal kanul 4 lpm, ajarkan batuk efektif.

2. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

Untuk melakukan asuhan keperawatan pada diagnose hypervolemia maka akan

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keseimbangan

cairan menurun dengan kriteria hasil : asupan cairana menurun, asupan makan

normal, oedema menurun. Dengan intervensi monitor status hemodinamik

(frekuensi jantung, tekanan darah, natrium, BUN, hematokrit), monitor intake dan

output cairan.

4
4.4 Implementasi Keperawatan

Dalam melaksanakan ini pada faktor penunjang maupun faktor penghambat

yang penulis alami. Hal-hal yang menunjang dalam asuhan keperawatan yaitu antara

lain : adanya kerjasama yang baik dari perawat maupun dokter ruangan dan tim

kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana diruangan yang menunjang

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan adanya penilis, serta

bimbingan dari perawat senior diruangan yang sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas kasus.

1. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada diagnosa ketiga yaitu Pola nafas tidak

efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas dimulai pada tanggal 23

November 2023 dengan melakukan tindakan observasi tanda-tanda vital, ajarkan

cara batuk efektif, posisikan pasien semi fowler atau fowler, ajarkan pasien Tarik

nafas dalam melalui hidung lalu keluarkan melalui mulut

2. Pelaksaan tindakan keperawatan pada diagnose pertama yaitu Hipervolemia

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dimulai pada tanggal 23

November 2023 dengan melakukan observasi tanda-tanda vital, frekuensi

pernafasan, melakukan pemberian tranfusi darah, memberikan O2 nasal kanul 4

lpm, pemberian obat Lasix 1 ampul sesuai advis dokter.

4
4.5 Evaluasi Keperawatan

Pada tinjuan kasus pada pasien dengan CKD (Chronic Kedney Desease) di

ruangan HD RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG dilaksanakan evaluasi dengan

membandingkan tujuan dan kriteria hasil dengan hasil implementasi dengan

menggunakan evaluasi subyektif, obyektif, assessment dan planning, sedangkan hasil

terperinci masing-masing diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi dengan hasil masalah teratasi sebagian

namun intervensi keperawatan masih sesuai dengan relevan sehingga intervensi

harus tetap dipertahankan dan dilanjutkan sampai pasien pindah keruangan

keperawatan. Hasil evaluasi pada diagnosis tersebut sudah sesuai dengan kriteria

hasil yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat

tercapai sebagian karena adanya kerjasama yang baik antara pasien, keluarga

pasien dan tim kesehatan lainnya. Hasil evaluasi pada diagnosis tersebut sudah

sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dengan hasil

masalah teratasi sebagian namun intervensi keperawatan masih sesuai dengan

relevan sehingga intervensi harus tetap dipertahankan dan dilanjutkan sampai

pasien pindah keruangan keperawatan. Hasil evaluasi pada diagnosis tersebut

sudah sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan sebelumnya.

4
BAB V

PENUTUP

5.1 Kimpulan

Setelah menguraikan berbagai persamaan dan kesenjangan antara tinjauan


pustaka dan tinjauan kasus, maka penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian pada pasien dengan diagnosis CKD (Chronic Kedney Desease)


menunjukkan pada sistem breathing ditemukan kondisi pasien sesak nafas, pada
sistem endokrin ditemukan kondisi pasien hiperglikemia dan diabetes mellitus.

2. Diagnosis keperawatan pada pasien diantaranya adalah :

(1) pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

(2) hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan,

3. Intervensi keperawatan yang terdapat dalam tinjauan pustaka tidak semuaya


tercantum pada tinjauan kasus, tetapi dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan
keadaan pasien, Selanjutnya planning dapat dipertahankan.

4. Pelaksanaan implementasi keperawatan dari setiap intervensi pada masing-masing


diagnose dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan intervensi sebelumnya
tetapi 76 waktu dan factor yang lain tidak sama akan tetapi disesuaikan dengan
keadaan kriteria hasil pada pasien.

5. Evaluasi yang dapat dijelaskan bahwa pada tinjauan kasus dari tiga diagnosa
dengan hasil assessment yang sama yaitu masalah teratasi. Keberhasilan proses
keperawatan pada pasien dapat tercapai sepenuhnya, apabila asuhan keperawatan
dilakukan secara berkesinambungan dan observasi keadaan umum pasien juga
sangat penting untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien

4
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan setelah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD (Chronic Kedney Desease) adalah
sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit

Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus CKD (Chronic Kedney Desease)
sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dari kerusakan
mikrovaskular dan sirkulasi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan menambah litteratur atau


reverensi untuk kelengkapan pada perkuliahan.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Partisipasi keluarga dengan tenaga kesehatan dalam menangani kasus CKD


(Chronic Kedney Desease), sangat dibutuhkan untuk memudahkan tenaga
kesehatan melakukan proses asuhan keperawatan yang maksimal

Anda mungkin juga menyukai