OLEH KELOMPOK 9 :
Dosen Pengampu :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam penyusunan makalah askep
ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami
sampaikan kepada Ibu Ns. Ria Desnita, M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku dosen
Pengampu mata kuliah yang mendukung Keperawatan Dewasa pembuatan
nakalah askep ini dengan sebaik-baiknya.
Atas bantuan dan kritikan serta saran dari semua pihak, maka penulis
mengucapkan terima kasih.Semoga laporan askep ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................................
1.3 TUJUAN ....................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
2.1 Konsep Penyakit .......................................................................................................
2.1.1 Pengertian................................................................................................................
2.1.2 Etiologi.....................................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi..............................................................................................................
2.1.6 Patofisiologi..........................................................................................................
2.1.8 Komplikasi..........................................................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan..................................................................................................
3
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
5
4. Bagaimanakah pelaksanaan Implementasi yang diberikan pada
pasien dengan Diagnosa Medis Gagal ginjal kronik
5. Apa saja yang harus di evaluasi pada pasien dengan Diagnosa
Gagal ginjal kronik
1.3 Tujuan
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Gagal ginjal kronik
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Gagal Ginjal Kronik
2.1.1 Pengertian
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan istilah yang digunakan oleh
tenaga kesehatan untuk menggambarkan terjadinya kerusakan pada organ ginjal
yang telah berlangsung ≥ 3 bulan dan bersifat progesif. Kerusakan yang terjadi
bisa berupa gangguan bentuk dari ginjal ataupun gangguan fungsi ginjal yang
ditandai dengan penurunan laju penyaringan ginjal dengan nilai < 60 ml/menit
yang memberikan implikasi kepada kesehatan (Rasyid, 2017).
Gagal ginjal kronik merupakan perburukan fungsi ginjal yang lambat,
progresif dan irreversible yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk
membuang produk sisa dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
(Onainor, 2019).
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme,
gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum (Erma Kasumayanti, 2020).
2.1.2 Etiologi
Menurut (Rendi & TH, 2019) penyebab gagal ginjal kronik adalah
a. Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis
b. Penyakit peradangan glumerulonefritis
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa skelrosi
sistemik)
e. Penyakit kongenital dan herediter (Penyakit ginjal polikistik asidosis
tubulus ginjal)
f. Penyakit metabolik (DM, Gocit, Hiperparatiroirisme)
g. Netropati toksik
h. Nefropati Obstruksi (Batu saluran kemih)
7
Selain itu, menurut (Arif & Kumala, 2014) Adapun kondisi klinis yang
mungkin dapat menyebabkan gagal ginjal kronik adalah dari organ ginjal itu
sendiri dan luar organ ginjal. Berikut penyebab gagal ginjal kronik :
a. Gagal ginjal kronik dari penyakit ginjal
1) Infeksi kuman
2) Kista dalam ginjal
3) Glomerulonefritis yaitu peradangan pada glomerulus
4) Batu ginjal
5) Keganasan pada organ ginjal
b. Gagal ginjal kronik dari luar ginjal
1) Diabetes mellitus
2) Hipertensi
3) Tinggi kolestrol
4) Infeksi di badan antara lain : TBC Paru, Sifilis, Hepatitis, Malaria
5) Preeklamsi
6) SLE
7) Dyslipidemia
8) Tubuh banyak kehilangan cairan yang mendadak contohnya luka bakar
2.1.3 Klasifikasi
Menurut (IUs. Cut Husna, 2010) terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal
kronik yaitu
a. Stadium 1 (Glomerulo filtrasi rate / GFR normal (>90ml/min)
Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada satidum
1 apabila kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal, didapati
darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan ginjal
melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast xray, dan
salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik. Cek serum
kreatinin dan protein dalam urin secara berkala dapat menunjukan
sampai berapa jauh kerusakan ginjal penderita.
8
darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan ginjal
melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast xray, dan
salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik.
c. Stadium 3 (Penurunan GFR moderat atau 30 s/d 59 ml/min)
Seseorang yang menderita gagal ginjal kronik stadium 3 mengalami
penurunan GFR moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. Dengan
penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa-sisa metabolisme akan
menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul
komplikasi seperti hipertensi, anemia, atau keluhan pada tulang.
Penderita stadium ini biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan
protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam
makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap
rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu, penderita
juga harus membatasi asupan kalium apabila kandungan dalam darah
terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar
dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga
dianjurkan bagi penderita yang mempunyai diabetes. Mengontrol
minuman diperlukan selain pembatasan sodium untuk penderita
hipertensi.
9
a. Faktor yang berpeluang meningkatkan risiko kerusakan ginjal yaitu
1) Usia tua
2) Ras / suku
3) Tingkat pendidikan dan ekonomi
4) Kegemukan
5) Faktor genetik / Riwayat keluarga
6) Berkurangnya massa ginjal
b. Faktor Inisiasi merupakan faktor yang secara langsung menyebabkan
kerusakan ginjal antara lain
1) Kencing manis
2) Tekanan darah tinggi
3) Gangguan kekebalan tubuh
4) Infeksi menyeluruh
5) Infeksi saluran kencing dan adanya batu/sumbatan
6) Efek toksik dari obat
c. Faktor Progresi merupakan faktor yang menyebabkan perburukan
kerusakan ginjal yaitu
1) Protein dalam urin yang masif
2) Tekanan darah yang tidak terkontrol
3) Kontrol gula darah yang buruk
4) Merokok
10
b. Pulmoner
1) Nafas dangkal
2) Kusmaul
3) Sputum kental
c. Gastrointestinal
1) Anoreksia, mual dan muntah
2) Perdarahan saluran GI
3) Ulserasi dan perdarahan pada mulut
4) Konstipasi / diare
5) Nafas bau amonia
d. Muskuloskeletal
1) Kram otot
2) Kehilangan kekuatan otot
3) Fraktur tulang
e. Integumen
1) Warna kulit abu-abu mengkilat
2) Kulit kering, bersisik
3) Pruritus
4) Ekismosis
5) Kuku tipis dan rapuh
6) Rambut tipis dan kasar
f. Reproduksi
1) Amenore
2) Atrofi testis
2.1.6 Patofisiologi
Patofisiologis gagal ginjal kronik melibatkan kerusakan dan menurunnya
nefron dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Ketika laju filtrasi
glomerulus menurun dan bersihan menurun, nitrogen urea serum meningkat dan
kreatinin meningkat. Sisa nefron yang masih berfungsi mengalami hipertrofi
ketika menyaring zat terlarut yang besar. Akibatnya, ginjal kehilangan
11
kemampuan untuk mengonsentrasi urin secara adekuat. Untuk melanjutkan
ekskresi zat terlarut, maka volume urin yang keluar akan meningkat sehingga
pasien rentan mengalami kehilangan cairan. Selain itu, tubulus kehilangan
kemampuan untuk mereabsorpsi elektrolit secara bertahap. Terkadang hasilnya
adalah pembuangan garam yang menyebabkan urine mengandung banyak natrium
dan memicu terjadinya poliuria berat.
Pada saat kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron yang masih
berfungsi mengalami penurunan maka laju glomerulus total akan menurun lebih
jauh dan menyebabkan tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam,
dan produk limbah lainnya melalui ginjal. Pada saat laju filtrasi glomerulus
kurang dari 10-20ml/min, maka tubuh mengalami keracunan ureum. Apabila
penyakit gagal ginjal kronik tidak diatasi dengan dialisis atau transplantasi ginjal,
maka terjadi stadium akhir yang menyebabkan uremia dan kematian (Yasmara,
2016).
12
7) Peninggian Gula Darah Akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
8) Hipertrigliserida Akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase
9) Asidosis Metabolik Dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun semuanya
disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu
atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal,
oleh sebab itu penderita tidak puasa.
c. Intra Vena Pielografi (IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter. Pemeriksaan ini mempunyai risiko penurunan faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya: usia lanjut, diabetes melitus, dan nefropati
asam urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk gginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih, dan prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
f. EKG untuk melihat kemungkinan: hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
2.1.8. Komplikasi
Menurut (Kowalak, 2012) komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal
ginjal kronik yaitu
a. Anemia
b. Neuropati perifer
c. Komplikasi kardiopulmoner
d. Komplikasi GI
e. Disfungsi seksual
f. Defek skeletal
g. Parestesia
h. Disfungsi saraf motorik seperti foot drop dan paralisis flasid
i. Fraktur patologis
13
2.1.9 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Rendi & TH, 2019) penatalaksanaan pada pasien gagal ginjal
kronis adalah
a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui berat badan,
urine dan pencatatan keseimbangan cairan.
b. Diet tinggi kalori dan rendah protein. Diet rendah protein (20 - 40
g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari
uremia, menyebabkan penurunan uremia, menyebabkan penurunan ureum
dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebih dari kalium dan garam.
c. Kontrol hipertensi Pada pasien hipertensi dengan penyakit gagal ginjal,
keseimbangan garam dan cairan diatur sendiri tanpa tergantung tekanan
darah. Sering diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensi.
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit. Yang sering ditemukan adalah
hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari
masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat
kalium, obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya
penghambat ACE dan obat antiinflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau
kekeurangan garam
yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis.
Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
e. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal. Hiperfosfatemia
dikontrol dengan obat yang mnegikat fosfat seperti aluminium hidroksida
(300-800 mg) atau kalsium karbonat (500- 3.000mg) pada setiap makan
f. Deteksi dini dan terapi infeksi. Pasien uremia harus diterapi sebagai
pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat.
g. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal Banyak obat-obatan yang
harus diturunkan dosisinya karena metabolitnya toksik dan dikeluarkan
oleh ginjal.
h. Deteksi dini dan terapi komplikasi. Awasi dengan ketat kemungkinan
ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer, hiperkalemia yang
14
meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam
jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
i. Persiapkan dialisis dan program transplantasi ginjal. Segera dipersiapkan
setelah gagal ginjal kronik dideteksi, indikasi dilakukan dialisis biasanya
adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah dilakukan
terapi konservatif atau terjadi komplikasi.
b. Penatalaksanaan medis
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) penatalaksanaan medis pada gagal
ginjal kronik adalah:
1. Diit
2. Pemberian obat
3. Transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia
4. Dialisis
5. Transplantasi ginjal
6. Perikardiosentesis darurat atau pembedahan darurat untuk penanganan kor
tamponade.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Narasi Kasus
Tn. Y (53 tahun) Tanggal Masuk RS : 6 Desember 2016, Tanggal Pengkajian : 6
Desember 2016. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke rumah sakit
dengan keluhan sesak nafas dan lemas. Keluhan sesak nafas sudah dirasakan sejak
1 minggu yang lalu dan sesak dirasakan semakin berat jika beraktivitas. Keluhan
lemas sudah dirasakan pasien sejak 3 bulan yang lalu. Pasien sudah diketahui
menderita penyakit ginjal sejak 3 bulan yang lalu, kontrol teratur ke Poliklinik,
tetapi menolak untuk dilakukan terapi cuci darah. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
: Pasien pernah dirawat di RSUP Fatmawati 3 bulan yang lalu dengan keluhan
sesak nafas dan diketahui menderita penyakit ginjal, pasien menolak untuk
dilakukan terapi cuci darah. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 10
tahun yang lalu, tekanan darah tertinggi 200 mmHg dan tidak kontrol teratur.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit asam urat sejak 1 tahun yang lalu, minum
obat yang dibeli sendiri dan minum jamu penghilang nyeri ketika nyeri persendian
akibat asam urat tinggi.
Untuk kebutuhan oksigenasi pasien mendapatkan terapi oksigen nasal kanul 3
l/menit, batuk (-). Hasil pemeriksaan fisik pernafasan didapatkan: Inspeksi :
pergerakan dada simetris, retraksi iga (+), penggunaan otot bantu nafas (+)
pernafasan cuping hidung (+), RR = 25 x/i. Perkusi : sonor di semua lapangan
paru. Auskultrasi : vesikuler, ronkhi -/-. Hasil pemeriksaan AGD : pH = 7,422,
PCO2 = 31,1 mmHg, PO2 = 165,4 mmHg, HCO3 = 19,8 mmol/l, SaO2 = 99,2 %,
BE = -3,4 mmol/l, Total CO2 = 20,8 mmol/l. TD = 110/80 mmHg, nadi = 66 x/i,
nadi teraba kuat dan irama teratur, SaO2 = 99%, CRT = 2 detik dan akral teraba
hangat, JVP = 5+2 cmH2O. Pemeriksaan auskultrasi jantung didapatkan bunyi
jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-). Konjungtiva dan mukosa mulut
terlihat pucat. Hb = 7,1 gr/dl. Mukosa bibir kering, turgor kulit elastis, akral
hangat, CRT = 3 detik, Edema palpebra (-), Edema di ektremitas bawah derajat 1,
asites (-). Output cairan per 24 jam = 1350 cc, Intake cairan per 24 jam = 1000 cc,
Output urin per 24 jam = 900 cc. BB = 45 kg, TB = 153 cm, penurunan berat
badan dalam 2 bulan terkahir = 2 kg. Konjungtiva dan membran mukosa terlihat
pucat. Mual (+) dan muntah (-), penurunan nafsu makan, pasien mendapatkan diet
ginjal dengan protein 0,6 gr/kgBB/hari sebesar 1700 kkalori dalam bentuk
makanan biasa dan diet yang dihabiskan pasien 850 kcal. Pasien mengeluh
tungkai terasa gatal. Pasien mengatakan gatal sudah dirasakan sejak 3 bulan yang
lalu, biasanya gatal dirasakan pada área tungkai dan punggung. Tampak kulit
pasien kering dan bersisik. Tampak bekas garukan di kaki dan berwarna hitam.
16
Pemeriksaan laboratorium (6 Desember 2016) : Hb = 7,1 gr/dl, Ht = 21 %,
Leukosit = 6800 ul, Trombosit = 352000 ul, Eritrosit = 2,48 juta/ul, SGOT = 19
u/l, SGPT = 10 u/l, Ureum = 184 mg/dl, Kreatinin = 6,6 mg/dl, Natrium = 139
mmol/l, Kalium = 3,32 mmol/l, Klorida = 97 mmol/l. Radiologi (6 Desember
2016) : fibroinfiltrat minimal pada lapangan tengah paru kanan dan kiri, jantung
dalam batas normal.
3.2 Pengkajian
3.2 Pengkajian dengan Pola Gordon
Identitas
Identitas Pasien
Umur : 53 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirasawasta
Nama : Ny. M
Umur : 45 th
17
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini) :
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas dan lemas.
Keluhan sesak nafas sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu dan sesak
dirasakan semakin berat jika beraktivitas. Keluhan lemas sudah dirasakan
pasien sejak 3 bulan yang lalu. Pasien sudah diketahui menderita penyakit
ginjal sejak 3 bulan yang lalu, kontrol teratur ke Poliklinik, tetapi menolak
untuk dilakukan terapi cuci darah.
Pasien pernah dirawat di RSUP Fatmawati 3 bulan yang lalu dengan keluhan
sesak nafas
18
Persepsi terhadap penyakit :
PENGGUNAAN :
Alkohol : (P)Tidak
Upaya adaptasi terhadap perubahan status kesehatan : pasien sedikit cemas, tentang
keadaan yang dia rasakan sekarang
3. POLA NUTRISI/METABOLISME
BB : 45 kg
TB : 153 cm
IMT : 19,23
Pola Makan
Di rumah
19
Makan Malam : ½ porsi
Di rumah sakit
Jenis diet dan jumlah kalori : Diet ginjal dengan protein 0,6 gr/kgBB/hari sebesar
1700 kkalori dalam bentuk makanan biasa
Skrining Nutrisi
0 1 2 Nilai
0 = risiko rendah
1 = risiko sedang
20
Pola Minum
Intake cairan 24 jam (uraikan intake oral, parenteral yang didapatkan pasien)
IWL=675/24 Jam
Jadi,totalnya 1.575 cc
=intake - output
=1000-1.575
=-575
Keluhan pasien terkait masalah kulit (misalnya kering, gatal, adanya lesi) :
21
Gatal pada area tungkai dan punggung. Kulit kering dan bersisit, terdapat bekas
garukan dikaki dan warna hitam.
Yang dinilai 4 3 2 1
Total skor 17
Kriteria penilaian :
16 – 20 = tidak beresiko
12 – 15 = rentan resiko
Ukuran luka : -
Kondisi luka : -
Gambar luka : -
5. POLA ELIMINASI
a. BAB
Di rumah Di rumah sakit
22
Frekuensi : 2x sehari Frekuensi : 2 kali sehari
b. BAK
Di rumah Di rumah
sakit
Warna :- Warna :-
Kateter : -
1 Makan P
3 Mandi P P
4 Berpakaian P
5 Membersihkan diri P
6 Berpindah/berjalan P
23
7 Masuk keluar toilet sendiri P
Keterangan :
Nilai 0 bila pasien tidak dapat melakukannya, nilai 5 bila pasien dibantu melakukannya
dan nilai 10 bila pasien mandiri
0 – 20 = ketergantungan total
21 – 99 = ketergantungan sebagian
100 = mandiri
: Malam : Malam
24
Masalah di RS (P
)Tidak ada ( )Terbangun ( )Terbangun dini ( )Insomnia ( )Mimpi buruk
25
10. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
a. Body image/gambaran diri
(-) cacat fisik
(-) perubahan ukuran fisik
(P) fungsi alat tubuh terganggu
(-) keluhan karena kondisi tubuh
(-) transplantasi alat tubuh
(-) pernah operasi
(P) proses patologi penyakit
(-) kegagalan fungsi tubuh
(-) gangguan struktur tubuh
(-) menolak berkaca
(-) prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh
(-) perubahan fisiologis
a. Role/peran
(-) overload peran
Jelaskan: sebab, penyakit yang diderita pasien menyebabkan perubahan peran sebagai
b. Identity/identiatas diri
(-) kurang percaya diri
(-) merasa terkekang
(-) tidak mampu menerima perubahan
(-) merasa kurang m
(-) kurang mampu menentukan pilihan
(-) menolak menjadi tua
Jelaskan : klien tanpak percaya diri dan bangga menjadi seorang laki
26
27
c. Self esteem/harga diri
(-) mengkritik diri sendiri dan orang lain
( - ) mencemooh diri
( - ) mengecilkan diri
( - ) keluhan fisik
( - ) menyalahgunakan zat
Jelaskan :Pasien memiliki self ideal/ ideal diri yang baik, karena pasien tampak
tenang dalam menghadapi penyakit yang dideritanya
28
11. POLA KOPING-TOLERANSI STRES
a. Masalah selama di rumah sakit (penyakit, finansial, perawatan diri)
Penyakitnya pasien menderita gagal ginjal kronik
e. Keadaan emosi dalam sehari hari: pasien terlihat tenang dalam menghadapi
penyakit yang diderita
Gambaran
LILA 20 cm
29
Kepala :
Rambut - Kulit kepala tampak bersih, lingkar kepala
normal, rambut tampak bersih, berwarna hitam
dan sedikit beruban
- Tidak ada benjolan, tidak ada luka
- Konjungtiva anemis
- Pernafasan cuping hidung
- Mukosa mulut pucat, mukosa bibir kering
Mata :
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Trakea
JVP - JVP : 5+2 CmH2O
- Tidak ada kelenjar tiroid yang bengkak
Tiroid - Tidak ada nodus limfe yang bengkak
Nodus Limfe
Abdomen I : Tidak ada lesi dan bekas operasi pada abdomen, tidak
ada asites , tidak ada distensi abdomen
A: bising usus normal
P: tidak teraba pembesaran hepar ,limfe, dan tidak ada
nyeri tekan
P : Tympani
30
Muskuloskeletal/Sendi Inspeksi : adanya edema
Palpasi
Vaskular Perifer
Neurologi
Status mental/GCS : Sadar
Saraf cranial :-
Reflek fisiologi :-
Reflek patologis :-
Fibroinfiltrat minimal pada lapangan tengah paru kanan dan kiri, jantung
dalam batas normal
15. TERAPI
a) Terapi oksigen nasal kanul 3 l/menit
31
PERENCANAAN PEMULANGAN
Rencana Tindak Lanjut:
32
3.3 ANALISA DATA
33
hipertensi sejak
10 tahun yang
lalu
DO :
-pasien
mendapat
terapi oksigen
nassal kanul
Didapatkan
inspeksi :
- retraksi iga
(+),
- penggunaan
otot bantu
nafas (+)
- pernafasan
cuping hidung
(+),
- RR = 25 x/i.
Hasil
pemeriksaan
-AGD : pH =
7,422,
-PCO2 = 31,1
mmHg,
-PO2 = 165,4
mmHg,
-HCO3 = 19,8
mmol/l, -SaO2
= 99,2 %,
-BE = -3,4
34
mmol/l,
-Total CO2 =
20,8 mmol/l.
-TD = 110/80
mmHg,
- nadi = 66 x/i,
- nadi teraba
kuat dan irama
teratur,
-SaO2 = 99%,
CRT = 2 detik
-Konjungtiva
dan mukosa
mulut terlihat
pucat.
-Hb = 7,1 gr/dl.
2 DS : Perfusi perifer Penurunan Penurunan sirkulasi
-pasien tidak efektif konsentrasi darah perifer
mengeluh hemoglobin (Hb menurun)
sesak nafas dan
lemah Asupan oksigenasi
-Pasien sudah berkurang
diketahui
menderita Hipovolemik
penyakit ginjal
sejak 3 bulan
Perfusi
yang lalu
perifer tidak efektif
-Pasien
memiliki
riwayat
penyakit
hipertensi sejak
35
10 tahun yang
lalu
DO :
- Hasil
pemeriksaan:
-AGD : pH =
7,422,
-PCO2 = 31,1
mmHg,
-PO2 = 165,4
mmHg,
-HCO3 = 19,8
mmol/l,
-SaO2 = 99,2
%,
-BE = -3,4
mmol/l,
Total CO2 =
20,8 mmol/l.
-TD = 110/80
mmHg,
-nadi = 66 x/i,
nadi
-teraba kuat
dan irama
teratur, SaO2 =
99%,
-CRT = 2 detik
dan akral
teraba hangat,
JVP = 5+2
36
cmH2O.
-Konjungtiva
dan mukosa
mulut terlihat
pucat.
-Hb = 7,1 gr/dl,
Hb pasien
menurun
-akral hangat
-CRT = 3
detik,
-Edema di
ektremitas
bawah derajat
1
DO :
- Hasil
pemeriksaan
AGD : pH =
7,422, PCO2 =
37
31,1 mmHg,
PO2 = 165,4
mmHg, HCO3
= 19,8 mmol/l,
SaO2 = 99,2
%,
BE = -3,4
mmol/l,
Total CO2 =
20,8 mmol/l.
TD = 110/80
mmHg, nadi =
66 x/i,
-nadi teraba
kuat dan irama
teratur
SaO2 = 99%,
CRT = 2 detik
dan
akral teraba
hangat, JVP =
5+2 cmH2O.
Pemeriksaan
auskultrasi
jantung
didapatkan
bunyi jantung 1
dan 2 normal
-Konjungtiva
dan mukosa
38
mulut terlihat
pucat. Hb = 7,1
gr/dl.
-Mukosa bibir
kering, turgor
kulit elastis,
akral hangat,
CRT = 3 detik,
-Edema di
ektremitas
bawah derajat
1,
4 DS : Resiko Faktor mekanis Antibody merusak
-pasien gangguan jaringan
menegeluh integritas kulit
tungkai gatal Terjadi
peradangan/imflam
-gatal
asi
dirasakan di
Perubahan fungsi
area tungkai barier kulit
dan punggung
Resiko gangguan
DO: integritas kulit
-Edema di
ektremitas
bawah derajat
1,
-tampak bekas
garukan di kaki
bewarna hitam
-tampak kulit
pasien kering
dan bersisik
39
- Konjungtiva
dan membran
mukosa terlihat
pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
40
gas meningkat dan upaya nafas
dengan kriteria Monitor pola nafas
hasil : (seperti
1. dispnea menurun bradipnea, takipnea,
2. nafas cuping hiperventilasi,
hidung menurun kussmaul, cheyne-
3. PCO2 membaik stokes, ataksisk)
4. PO2 membaik Monitor saturasi
5. Pola nafas oksigen
membaik Auskultasi bunyi
nafas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray
thoraks
2. Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur
Pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
41
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
tidak efektif intervensi 3 x 24 jam 1. Observasi
diharapkan perfusi Periksa sirkulasi
perifer tidak efektif perifer (mis: nadi
meningkat dengan perifer, edema,
kriteria hasil : pengisian kapiler,
1. denyut nadi warna, suhu, ankle-
perifer meningkat brachial index)
2.nyeri ekstremitas Identifikasi faktor
menurun risiko gangguan
3. kelemahan otot sirkulasi (mis:
menurun diabetes, perokok,
4. tekanan darah orang tua, hipertensi,
membaik dan kadar kolesterol
5. tekanan arteri rata tinggi)
rata membaik Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
ekstremitas
2. Terapeutik
Hindari pemasangan
infus, atau
pengambilan darah
di area keterbatasan
perfusi
Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
Hindari penekanan
42
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cidera
Lakukan pencegahan
infeksi
Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
3. Edukasi
Anjurkan berhenti
merokok
Anjurkan
berolahraga rutin
Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun
kolesterol, jika perlu
Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah secara
teratur
Anjurkan
menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
43
Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis:
melembabkan kulit
kering pada kaki)
Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis:
rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega
3)
Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan (mis: rasa
sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
intervensi 2 x 24 jam
1. Observasi
diharapkan
ntoleransi aktivitas Identifikasi gangguan
toleransi aktivitas fungsi tubuh yang
meningkat dengan mengakibatkan
kriteria hasil : kelelahan
1.frekuensi nadi Monitor kelelahan
meningkat fisik dan emosional
2.saturnasi oksigen Monitor pola dan jam
44
meningkat tidur
3. kemudahan Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan
sehari hari selama melakukan
meningkat aktivitas
4. kekuatan tubuh
2. Terapeutik
ekstremitas
meningkat Sediakan lingkungan
5. keluhan kelelahan nyaman dan rendah
menurun stimulus (mis: cahaya,
6. dispnea saar suara, kunjungan)
aktivitasvmenurun Lakukan latihan
7. dispnea setelah rentang gerak pasif
aktivitas menurun dan/atau aktif
8. tekana n darah Berikan aktivitas
membaik distraksi yang
9.frekuensi nafas menenangkan
membaik Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan
3. Edukasi
45
Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Terapi aktivitas
1. Observasi
Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis:
bekerja) dan waktu
luang
Monitor respons
emosional, fisik,
46
sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas
2. Terapeutik
47
Fasilitasi aktivitas
rutin (mis: ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri),
sesuai kebutuhan
Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
Fasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
Tingkatkan aktivitas
fisik untuk
memelihara berat
badan, jika sesuai
Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
Fasilitasi aktivitas
aktivitas dengan
komponen memori
implisit dan
emosional (mis:
kegiatan keagamaan
khusus) untuk pasien
demensia, jika sesuai
Libatkan dalam
permainan kelompok
yang tidak
kompetitif,
48
terstruktur, dan aktif
Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan
kecemasan (mis:
vocal group, bola
voli, tenis meja,
jogging, berenang,
tugas sederhana,
permainan
sederhana, tugas
rutin, tugas rumah
tangga, perawatan
diri, dan teka-teki
dan kartu)
Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai
tujuan
Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari-hari
49
Berikan penguatan
positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
3. Edukasi
Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan
kognitif dalam
menjaga fungsi dan
Kesehatan
Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam merencanakan
50
dan memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu
51
berbahan petroleum
atau minyak pada
kulit kering
Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
3. Edukasi
Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis:
lotion, serum)
Anjurkan minum air
yang cukup
Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrim
Anjurkan
menggunakan tabir
52
surya SPF minimal
30 saat berada diluar
rumah
Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.Y yaitu Gangguan pertukaran gas
b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, Perfusi perifer tidak efektif b.d
53
penurunan konsentrasi hemoglobin, Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, Resiko
gangguan integritas kulit
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
54
Tim POKJA SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Cetakan II,ed.1. Jakarta : DPP PPNI
55