Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


TONSILITIS

Di susun untuk memenuhi sebagian persyaratan mata kuliah Keperawatan


Anak Sehat Dan Sakit Akut

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

Abista Magribi (211211768) Fathiatur Aulia Rizka (211211787)


Allin Wahyuni (211211772) Nurli Pertiwi (211211805)
Bunga Latifa (211211776) Salsabila Syahra (211211814)
Chicha Mayoni Lovenda (211211777) Silvy Dwi Puteri (211211817)
Dafitra Dwi Pratama (211211778) Viony Berliana (211211824)

Dosen Pembimbing

Ns. Velga Yazia, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
berkat,rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TONSILITIS” untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak Sehat Dan Sakit Akut.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang kami hadapi,
namun kami menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Ibu Ns Velga Yazia, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak
Sehat Dan Sakit Akut.
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Rekan-rekan seperjuangan dengan program studi S1 Keperawatan yang
saling mengingatkan dan memotivasi kami dalam penyusunan makalah ini

Harapan dan tujuan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat bermanfaat untuk semua pihak termasuk penulis, dan semoga apa yang
telah kami pelajari diberkahi oleh Allah SWT, Aamiin allahhuma aamiin.

Padang, 8
November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peran..........................................................................................................
2.2 Peran Sebagai Advokat Pasien....................................................................................
2.3 Tujuan Advokasi..........................................................................................................
2.4 Perawat Sebagai Advokasi Dalam Praktek Keperawatan...........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tonsilitis merupakan peradangan yang terjadi pada tonsil yang disebabkan


oleh virus atau bakteri sehingga tonsil menjadi bengkak, merah, melunak, dan
memiliki bintik-bintik putih di permukaannya (G. Z. Prasetya, Kusumastuti, &
Kurniawati, 2018). Tonsilitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis
kronis (Palandeng, Tumbel, & Dehoop, 2014). Tonsilektomi merupakan prosedur
operasi yang praktis dan aman untuk pengobatan tonsilitis kronis (Savitri & Vivit,
2013). Penanganan nyeri akut pascaoperasi yang tidak baik akan menyebabkan
komplikasi kesehatan seperti pneumonia, deep vein thrombosis, infeksi, nyeri kronik,
dan depresi (Prabandari, Indriasari, & Maskoen, 2018). Nyeri adalah pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik
aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
(Bahrudin, 2018).
Secara neurofisiologis, nyeri dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis utama
yakni nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik (Fallis, 2018).Terdapat data mengenai
prevalensi tonsilitis kronis di berbagai Negara, yaitu di Islamabad, Pakistan pada
tahun 1998-2007 terdapat 15.067 kasus atau dengan prevalensi 22%. Di Amerika
Serikat prevalensi tonsilitis kronis sebesar 1,59%. Sedangkan menurut penelitian di
Rusia mengenai prevalensi dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis kronis yang
dilakukan pada 321 keluarga dan 335 anak-anak (umur 1-15 tahun) didapatkan data
sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis.
Namun, dari beberapa rumah sakit di Indonesia, jumlah kunjungan pasien rawat jalan
yang disebabkan penyakit tonsilitis pada dua tahun terakhir, yaitu pada tahun 2012-
2013 berjumlah sebanyak ±55.383 orang sedangkan pasien rawat jalan yang
disebabkan tonsillitis berjumlah ±37.835 orang (Ramadhan, Sahrudin, & Ibrahim,
2017). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi ISPA selama tahun 2013 mencapai
25,0% dengan total kasus sekitar 2,33 juta (G. Z. Prasetya et al., 2018).
Tonsilitis merupakan salah satu dari 10 kasus penyakit terbanyak yang terjadi
di kabupaten Gresik. Pada tahun 2017, terdapat 11.715 kasus Tonsilitis yang terjadi
di kabupaten Gresik. Kasus Tonsilitis menempati peringkat ke-8 dari 10 kasus
penyakit terbanyak yang terjadi di kabupaten Gresik pada rentang waktu tersebut
(Hughes, 2008).Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan. Antigen
yang berasal dari inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil
hingga terjadi perlawanan tubuh dan bisa menyebabkan peradangan oleh virus yang
tumbuh di membran mukosa kemudian terbentuk fokus infeksi. Keadaan ini akan
semakin berat jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus
sebelumnya. Tonsilitis akut yang disebabkan oleh bakteri disebut peradangan lokal
primer. Setelah terjadi serangan tonsilitis akut, tonsil akan sembuh atau bahkan tidak
dapat kembali sehat seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan
menyebabkan peradangan ringan pada tonsil. Peradangan dapat menyebabkan
keluhan tidak nyaman kepada penderita berupa rasa nyeri saat menelan karena
sesuatu yang ditelan menyentuh daerah yang mengalami peradangan (Maulana 335
anak-anak (umur 1-15 tahun) didapatkan data sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu
usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis. Namun, dari beberapa rumah sakit di
Indonesia, jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang disebabkan penyakit tonsilitis
pada dua tahun terakhir, yaitu pada tahun 2012-2013 berjumlah sebanyak ±55.383
orang sedangkan pasien rawat jalan yang disebabkan tonsillitis berjumlah ±37.835
orang (Ramadhan, Sahrudin, & Ibrahim, 2017). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi
ISPA selama tahun 2013 mencapai 25,0% dengan total kasus sekitar 2,33 juta (G. Z.
Prasetya et al., 2018).
Tonsilitis merupakan salah satu dari 10 kasus penyakit terbanyak yang terjadi
di kabupaten Gresik. Pada tahun 2017, terdapat 11.715 kasus Tonsilitis yang terjadi
di kabupaten Gresik. Kasus Tonsilitis menempati peringkat ke-8 dari 10 kasus
penyakit terbanyak yang terjadi di kabupaten Gresik pada rentang waktu tersebut
(Hughes, 2008).Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan. Antigen
yang berasal dari inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil
hingga terjadi perlawanan tubuh dan bisa menyebabkan peradangan oleh virus yang
tumbuh di membran mukosa kemudian terbentuk fokus infeksi. Keadaan ini akan
semakin berat jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus
sebelumnya. Tonsilitis akut yang disebabkan oleh bakteri disebut peradangan lokal
primer. Setelah terjadi serangan tonsilitis akut, tonsil akan sembuh atau bahkan tidak
dapat kembali sehat seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan
menyebabkan peradangan ringan pada tonsil. Peradangan dapat menyebabkan
keluhan tidak nyaman kepada penderita berupa rasa nyeri saat menelan karena
sesuatu yang ditelan menyentuh daerah yang mengalami peradangan (Maulana Fakh,
Novialdi, & Elmatris, 2016). Sedangkan Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang
paling sering terjadi pada tenggorokan terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi
disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidakesuaian
pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut (Palandeng et al., 2014).
Tonsilitis kronis masih menjadi masalah kesehatan utama dalam bidang THT
sehingga dalam penatalaksanaannya tonsilektomi menjadi pilihan yang terbaik dan
harus sesuai dengan indikasi, baik indikasi absolut maupun indikasi relatif pada setiap
pasien berbeda-beda (Savitri & Vivit, 2013). Tonsilitis dapat menyebabkan nyeri jika
mengalami peradangan akibat penyembuhan yang tidak sempurna. Jika tonsilitis
tidak teratasi, nyeri akan bertambah dan menyebabkan keluhan yang tidak nyaman
pada penderita (Maulana Fakh et al., 2016). Jika penyakit dasar ditangani secara
efektif, maka juga dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri. Jika mengalami
infeksi dan mengkonsumsi antibiotik, antibiotik itu dapat membasmi infeksi, juga
dapat menghilangkan nyeri akibat infeksi itu. Walaupun, penyakit dasarnya dapat
diobati, seringkali analgesik masih diperlukan untuk mengurangi dan menghilangkan
rasa nyeri (Fallis, 2018). Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik melakukan
penelitian tentang Asuhan Keperawatan Anak yang Mengalami Tonsilitis dengan
Nyeri Akut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat disusun
rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan Anak yang
mengalami Tonsilitis dengan Nyeri Akut?1.3 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian
ini dibagi menjadi 2 tujuan umum dan tujuan khusus, adalah sebagai berikut :

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan pengalaman
langsung dalam memberikan asuhan keperawatan anak diagnosa medis
Tonsilitis dengan masalah keperawatan Nyeri Akut.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian Tonsilitis adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengkajian pada Anak yang mengalami Tonsilitis dengan
Nyeri Akut.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada Anak
yang mengalami Tonsilitis dengan Nyeri Akut.
3. Menyusun intervensi pada Anak yang mengalami Tonsilitis dengan
Nyeri Akut.
4. Menyusun implementasi pada Anak yang mengalami Tonsilitis
dengan Nyeri Akut
5. Melakukan evaluasi pada Anak yang mengalami Tonsilitis dengan
Nyeri Akut..
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
2.1 Defenisi

Tonsil merupakan terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari


jaringan tonsil dengan lekosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam
kripta. Tanda dan gejala tonsillitis ini adalah nyeri tenggorokan, nyeri telan dan
kesulitan menelan, demam, pembesaran tonsil mulut berbau dan kadang telinga
terasa sakit (North American Nursing Diagnosis Associatioan, 2012). Tonsilitis
adalah peradangan umum dan pembengkakan jaringan tonsil dengan
pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripta
(Derricson, 2009).
a. Tonsilitis Akut
1. Tonsilitis Viral

Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai


rasa nyeri tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering.
Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika
terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan
tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan
klien.

2. Tonsilitis Bacterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus,
hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus
viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan
tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan
detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini
menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

b. Tonsilitis Membranosa
1. Tonsilitis Difteri
Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne
bacterium diphteriae. Penularannya melalui udara, benda atau makanan yang
terkontaminasi. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia
kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5 tahun.
2. Tonsilitis Septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi.
3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero Membranosa)
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema
yang didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan
defisiensi vitamin C.

c. Penyakit Kelainan Darah


Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu.
Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi
dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.

d. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
2.2 Klasifikasi

Tonsil merupakan bagian dari jaringan limfoid yang melingkari faring dan
secara kolektif dikenal sebagai cincin waldeyer. Cincin ini terdiri dari jaringan
limfoid dari dasar lidah (tonsil lidah), dua tonsil tekak, adenoid, dan jaringan
limfoid pada dinding posterior. Jaringan ini berperan sebagai pertahanan terhadap
infeksi, tetapi dapat menjadi tempat infeksi akut atau kronis (Behrman, 2000).
Tonsil terdiri atas:

a. Tonsil faringealis atau adenoid, agak menonjol keluar dari atas faring dan
terletak di belakang koana.
b. Tonsil palatina atau faucial, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk.
c. Tonsil lingual atau tonsil pangkal lidah, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk.Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh
tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung,
dan kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan
salah satu gangguan Telinga, Hidung dan Tenggorokan ( THT ).Sistem
imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas seluler
bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan
virus serta membunuhnya. Sedangkan imunitas humoral bekerja karena
adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang
dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang dimakan oleh imunitas
seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana
serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis
kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid
bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran
tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang
normal.
2.3 Etiologi
Penyebab tonsillitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes,dapat juga
disebabkan oleh infeksi virus (Soepardi, 2007).

2.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala tonsillitis seperti demam mendadak, nyeri
tenggorokan, ngorok, dan kesulitan menelan (Smeltzer, 2001). Sedangkan
menurut Masjoer (2000) adalah suhu tubuh naik sampai 400C, rasa gatal atau
kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia (nyeri menelan)
anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga). Bila laring terkena suara akan menjadi
serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemisis, tonsil membengkak,
hiperemisis.

2.5 Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,
amandel berperan sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme
berbahaya, sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada
amandel. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap
infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-kadang amandel sudah
kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus inilah yang
menyebabkan tonsilitis. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.
Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak
kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri
dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsilitis
falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis
lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga
nafsu makan berkurang.
Radang pada tonsil dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas,
bengkak, dan kelenjar getah bening melemah di dalam daerah sub mandibuler,
sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan
biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh
sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang
tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. Bila bercak
melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses
radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga
pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan
ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang
akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada
anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
2.6 WOC
Bakteri dalam udara dan makanan

Peradangan Tonsil

Tonsilitis

Pembesaran tonsil Obs mekanik

Obs jalan nafas


Nyeri

Tonsilektomi

Resiko pendarahan Kurang pemahaman

Darah di saluran nafas Defisit pengetahuan

Bersihan jalan nafas tidak efektif


2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum :
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut Mansjoer (2000) adalah :


a. Penatalaksanaan tonsilitis akut :
1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan Obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan Diberikan
eritromisin atau klidomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, Kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat Simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
Komplikasi kantung selama 2 sampai 3 minggu atau sampai hasil Usapan
tenggorok 3 kali negatif.
4) Pemberian antipiretik

b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik


1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa Atau terapi
konservatif tidak berhasil.
The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery
Clinical Indikators Compendium ahutn (1995) menetapkan indikasi Dilakukannya
tonsilektomi yaitu:
1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah Mendapatkan
terapi yang adekuat.
2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan Menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasial.
3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan Sumbatan jalan
nafas, sleep apnea, gangguan menelan, dan Gangguan bicara.
4) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, Yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan.
5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Sterptococcus
βhemoliticus
7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8) Otitis media efusa atau otitis media supurataif.

c. Penatalaksanaan tonsilektomi :
1) Perawatan pra Operasi :
a. Lakukan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok secara Seksama dan
dapatkan kultur yang diperlukan untuk Menentukan ada tidak dan sumber
infeksi.
b. Ambil spesimen darah untuk pemeriksaan praoperasi untuk Menentukan
adanya risiko perdarahan : waktu pembekuan, Pulasan trombosit, masa
protrombin, masa tromboplastin Parsial.
c. Lakukan pengkajian praoperasi : Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji
status hidrasi, Siapkan anak secara khusus untuk menghadapi apa yang
Diharapkan pada masa pascaoperasi, gunakan teknik-teknik Yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak (buku, Boneka, gambar), bicaralah pada
anak tentang hal-hal baru Yang akan dilihat di kamar operasi, dan jelaskan
jika terdapat Konsep-konsep yang salah, bantu orang tua menyiapkan anak
Mereka dengan membicarakan istilah yang umum terlebih Dahulu mengenai
pembedahan dan berkembang ke informasi Yang lebih spesifik, yakinkan
orang tua bahwa tingkat Komplikasi rendah dan masa pemulihan biasanya
cepat, Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak dan membantu
Memberikan perawatan.

2) Perawatan pasca operasi :


a. Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai Indikasi.
b. Kaji dengan sering adanya tanda-tanda perdarahan pasca Operasi.
c. Siapkan alat pengisap dan alat-alat nasal untuk berjaga-jaga Seandainya
terjadi kedaruratan.
d. Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri Posisi telungkup
atau semi telungkup pada anak dengan Kepala dimiringkan ke samping untuk
mencegah aspirasi
e. Biarkan anak memperoleh posisi yang nyaman sendiri Setelah ia sadar (orang
tua boleh menggendong anak). Pada Awalnya anak dapat mengalami muntah
darah lama. Jika Diperlukan pengisapan, hindari trauma pada orofaring.
Ingatkan anak untuk tidak batuk atau membersihkan Tenggorok kecuali jika
perlu.
f. Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1 sampai 2 jam setelah sadar
dari anestesi. Saat muntah susah Berhenti, berikan air jernih dengan hati-hati.
g. Tawarkan jus jeruk dingin disaring karena cairan itulah Yang paling baik
ditoleransi pada saat ini, kemudian Berikan es loli dan air dingin selama 12
sampai 24 jam Pertama.
h. Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan Pemberian susu dan es krim
pada malam pembedahan : Dapat menenangkan dan mengurangi
pembengkakan, tetapi Dapat meningkatkan produksi mukus yang
menyebabkan Anak lebih sering membersihkan tenggorokanya,
Meningkatkan risiko perdarahan.
i. Berikan collar es pada leher, jika anak menjadi gelisah, Lepas collar es
tersebut.
j. Bilas mulut pasien dengan air dingin atau larutan alkalin.
k. Jaga agar anak dan lingkungan sekitar bebas dari drainase Bernoda darah
untuk membantu menurunkan kecemasan.
l. Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak ketika anak Sadar.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri
yang ada Dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai
dengan Demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik,Dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

2.9 Komplikasi
a. Abses Peritonsil
Terjadi diatas tonsil dalamjaringan pilar anterior dan palatum mole, Abses
ini terjadi beberapa harisetelah infeksi akut dan biasanya Disebabkan oleh
streptococcus group A (Soepardi, 2007).
b. Otitis Peritonsil
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat Mengarah pada rupture
spontan gendang telinga (Soepardi, 2007).
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebabkan infeksi ke Dalam
sel-sel mastoid (Soepardi, 2007).
d. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membrane mukosa yang Membentuk
laring. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang Disebabkan bisa
karena virus, bakteri, lingkungan , maupun karena Alergi (Reeves, 2001).
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu Atau lebih
dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu Rongga atau ruangan
berisi udara dari dinding yang terdiri dari Membrane mukosa (Reeves,
2001).
f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membrane mukosa dari cavum nasal Dan
nasopharing. Samahalnyadengan sinusitis, rhinitis bisa berupa Penyakit
kronis dan akut yang kebanyakan oleh virus dan alergi (Reeves, 2001).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Fokus pengkajian menurut Firman (2006) yaitu :

a. Wawancara

1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)

2) Apakah pengobatan adekuat

3) Kapan gejala itu muncul

4) Bagaimana pola makannya

5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut

b. Pemeriksaan fisik

Data dasar pengkajian menurut Doenges (2000), yaitu :

1) Integritas Ego

Gejala : Perasaan takut, khawatir. Tanda : ansietas, depresi,

menolak.

2) Makanan atau Cairan

Gejala : Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak,

inflamasi

3) Hygiene

Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk

4) Nyeri atau keamanan

Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati. Gejala : Sakit tenggorokan kronik,

penyebaran nyeri ke telinga

5) Pernapasan
Gejala : Riwayat menghisap asap rokok (mungkin ada anggota keluarga

yang merokok), tinggal di tempat yang berdebu.

6) Tenggorokan

Inspeksi : Tonsil membesar dan berwarna kemerahan. Palpasi :

Terdapat nyeri tekan, pembesaran kelenjar limfoid

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan

b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

secret.

c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Intervensi Keperawatan Teoritis

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


. KEPERAWATAN
(SDKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan intervensi keeprawatan - Identifikasi lokasi,
denganinsisi bedah, selama 1x24 jam karakteristik,durasi,
diskontinuitas diharapkan Tingkat frekuensi,
jaringan nyeri menurun dengan kualitas,intensitas nyeri
kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
- Meringis - Identifikasi faktor yang
memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Sikap protektif - Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentanf nyeri
- Gelisah - Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
- Kesulitan tidur nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh nyeri
- Frekuensi nadi pada kualitas hidup
membaik - Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik :
- Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
kontrol lingakungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbanglan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan Menggunakan
analgetic secara tepat

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu.

2 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan observasi :


tidak efektif intervensi keeprawatan - Monitor pola napas
berhubungan dengan selama 1x24 jam (frekuensi, kedalaman,
penumpukan secret diharapkan bersihan usaha napas)
jalan napas meningkat - Monitor bunyi napas
dengan kriteria hasil : tambahan
- Produksi (mis.gurgling,mengi,wheez
wheezing ing,ronkhi kering)
menurun - Monitor sputum
- Mengi menurun (jumlah,warna,aroma)
- Mekonium
(pada neonatus) Teraupetik :
sputum - Pertahankan kepatenan
menurun jalan napas dengan head-tilt
- Frekuensi dan chin-lift (jaw-thrust
napas membaik jika curiga trauma sevikal)
- Pola napas - Posisikan semi-fowler
membaik - Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan penghisapan
lender kurang dar 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep
McGill
- Berikan oksigen,jika perlu

Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika ada
kontraindikasi
- Ajarkan abtuk efektif

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
brinkodilator,
ekspetoran,mukolitik , jika
perlu

3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Observasi :


berhubungan dengan intervensi keeprawatan - Identifikasi kemampuan
kurangnya informasi selama 1x24 jam menerima informasi
diharapkan defisit - Identifikasi factor-faktor
pengetahuan yang dapat meningkatkan
meningkat dengan dan menurunkan motiasi
kriteria hasil : perilaku hidup bersih dan
- Perilaku sesuai sehat
anjuran
meningkat Teraupetik :
- Vaerbalisasi - Sediakan materi dan media
minat dalam Kesehatan
belajar - Jadwalkan pendidikaan
meningkat Kesehatan sesuai
- Kemampuan kesepakatan
menjelaskan - Berikan kesempatan untuk
pengetahuan bertanya
tentang suatu
topik Edukasi
meningkat - Jelaskan factor resiko yang
- Kemampuan dapat mempengaruhi
menggambarka Kesehatan
n prngalaman - Ajarkan hidup bersih dan
sebelumnya sehat
yang sesuai - Ajarkan strategi yang dapat
dengan topik digunakan untuk
meingkat meingkatan pengetahuan
- Perilaku sesuai perilaku hidup sehat
dengan
pengetahuan
meningkat
- Pertanyaan
tentang
masalah yang
dihadapi
menurun
- Persepdi yang
keliru terhadap
masalah
menurun

4. Implementasi dan evaluasi


NO HARI IMPLEMENTASI HARI EVALUASI TANDA
DIAGNOS TANGGAL/ TANGGAL/ TANGAN
A JAM JAM
1 Senin, 7  Mengidentifikasi, Selasa, 8 S : Pasien
November lokasi karakteristik. November mengeluh
2022/09.00 durasi, frekuensi 2022/10.00 nyeri
masalah kualitas, O: Pasien
intensitas nyeri tampak
meringis
A : Masalah
teratasi
 Mengidentifikasi P:
skala nyeri Implementas
i dihentikan
2 Senin, 7  Memonitor pola Selasa, 8 S : Pasien
November napas November mengeluh
2022/09.00  Memonitor bunyi 2022/10.00 sesak
napas tambahan O : Pasien
 Memonitor tidak mampu
sputum batuk,
sputum
berlebih
A : Masalah
teratasi
P:
Implementas
i dihentikan
3 Senin, 7  Mengidentifikasi Selasa, 8 S : Pasien
November kesiapan dan November mengatakan
2022/09.00 kemampuan 2022/10.00 tidak tau
menerima tentang
informasi informasi
 Mengidentifikasi kesehatan
faktor-faktor O : Pasien
yang dapat tidak tau
meningkatkan bagaimana
dan menurunkan perilaku
motivasi perilaku hidup bersih
hidup bersih dan dan sehat
sehat A : Masalah
teratasi
P:
Implementas
i dihentikan

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tonsilitis Akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.
Diagnosa atau masalah keperawatannya :
- Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada jaring dan tonsil
- Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
- Resikoperubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan adanya anoreksia
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
- gangguan persepsi sendiri : pendengaran berhubungan dengan adanya
obstruksi pada tuba eustaki

3.2 SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall. 2009 “ Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada


Praktik Klinis Edisi 9. Tempat : Jakarta
Tanggal: 6 November 2022

Anda mungkin juga menyukai