Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DEWASA DENGAN

MASALAH PADA SISTEM ENDOKRIN, EKSOKRIN, SALURAN


EMPEDU : GOITER, KANKER LARING, TONSILITIS, BATU EMPEDU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Bedah (KPA 1420)

oleh:
Kelompok 3 / Kelas D 2019
Fahma Sri Mahrifa 192310101045
Meilin Juwita Ningtias 192310101053
Alifia Ramandani 192310101119
Lula Apriliya Puteri B. 192310101196

Dosen Pembimbing :
Ns. Jon Hafan Sutawardana S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB.
NIP 19840102 201504 1 002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DEWASA DENGAN
MASALAH TONSILITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Bedah (KPA 1420)

oleh:
Kelompok 3 / Kelas D 2019
Fahma Sri Mahrifa 192310101045

Dosen Pembimbing :
Ns. Jon Hafan Sutawardana S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB.
NIP 19840102 201504 1 002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dewasa Dengan Tonsilitis”. Makalah ini
berisikan informasi tentang proses asuhan keperawatan kepada pasien yang
mengalami kasus tonsilitis.

Dalam proses penyusunan makalah ini, merupakan sebagai bentuk wujud


tugas kami yang harus diselesaikan untuk menempuh pembelajaran pada semester
empat ini. Tentunya kami mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang
telah berkontribusi atas bimbingan serta dukungan yang diberikan, sehingga kami
dapat menyelesaikan hambatan-hambatan dalam pembuatan makalah ini. Untuk
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam, M. Kep., Sp.Kep.MB. selaku Dosen Penanggung
Jawab Mata Kuliah Keperawatan Bedah
2. Ns. Jon Hafan Sutawardana S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Dosen
Pembimbing Kelompok 3 Mata Kuliah Keperawatan Bedah
3. Semua pihak yang berperan aktif dan berkontribusi dalam penyusunan
makalah ini.

Akhir kata, kami berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi orang
lain dalam mendalami, memahami atau mengetahui proses asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami tonsilitis. Kami sangat menyadari makalah ini jauh
dari kata sempurna, maka dari itu melalui makalah ini kami memohon maaf dan
pemakluman yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan kekurangan kami. Semoga
Tuhan meridhoi segala usaha kita.

Jember, 1 Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Epidemiologi........................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................... 2
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT ................................................ 3
2.1 Definisi............................................................................... 3
2.2 Penyebab............................................................................ 3
2.3 Tanda dan Gejala............................................................... 3
2.4 Patofisiologi ...................................................................... 4
2.5 Prosedur Diagnostik .......................................................... 4
2.6 Penatalaksanaan Medis...................................................... 5
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................... 6
3.1 Ilustrasi Kasus ................................................................... 6
3.2 Identitas Pasien ................................................................. 6
3.3 Riwayat Kesehatan ............................................................ 7
3.4 Pengkajian Pola Gordon .................................................... 7
3.5 Pemeriksaan Fisik : Head to Toe ...................................... 8
3.6 Analisa Data dan Masalah ................................................. 10
3.7 Pathway ............................................................................. 12
3.8 Diagnosa Keperawatan ..................................................... 13
3.9 Intervensi Keperawatan ..................................................... 13
3.10 Evaluasi Keperawatan ....................................................... 15
BAB 4. PENUTUP................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan ....................................................................... 18
4.2 Saran .................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 20

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tonsilitis masih menjadi masalah kesehatan utama dalam bidang THT.
Tonsilitis merupakan inflamasi atau peradangan tonsil palatina yakni bagian dari
cicin Waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yakni tonsil
faringeal (adenoid), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), dan tonsil tuba eustachius
(gerlach’s tonsil). Tonsilitis dikategorikan menjadi dua, yaitu tonsilitis akut dan
tonsilitis kronis (Tanjung dkk, 2016).
Tonsilitis kronis merupakan yang paling terjadi dari seluruh penyakit THT
dan lebih banyak terjadi pada kelompok usia muda. World Health Organization
(WHO) memperkirakan tahun 2013 kasus tonsilitis kronis pada anak dibawah 15
tahun sejumlah 287.000. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI kasus
tonsilitis di Indonesia sekitar 23%. Sedangkan berdasarkan data epidemiologi
penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, pada tahun 2012 tonsilitis kronis
memiliki prevalensi sebesar 3,8%, tertinggi setelah penyakit nasifaringitis dengan
prevalensi 4,6% (Zuhdi dkk, 2020). Menurut data Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa menunjukkan
sejumlah 190-230 per 1.000 penduduk menderita penyakit THT dengan 38,4%
diantaranya meruapakan penyakit tonsilitis kronis (Sapitri, 2013).
Penatalaksanaan tonsilitis kronis terdiri dari konservatif dan operatif. Terapi
dilakukan ntuk mengatasi infeksi dan keluhan yang mengganggu. Apabila tonsil
membesar hingga menyumbat jalan napas, disfagia berat, gangguan tidur,
terbentuk abses maka operasi tonsilektomi perlu dilakukan. Pada kondisi pre
operatif pasien akan mengalami gangguan rasa nyaman saat menelan karena tonsil
yang mengalami pembengkakan, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan
mengalami hipertermi akibat inflamasi pada tonsil (Guna, 2017). Nyeri akan
bertambah apabila tonsilitis tidak teratasi dan menimbulkan keluhan tidak nyaman
pada penderita. Apabila mengalami infeksi dan diberikan antibiotik, selain dapat
mengatasi infeksi juga dapat menghilangkan nyeri akibat infeksi tersebut. Namun
seringkali masih diperlukan analgesik untuk mengurangi dan menghilangkan rasa
nyeri (Firdausi, 2020).

1
1.2 Epidemiologi
Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak, tetapi jarang terjadi pada anak usia
<2 tahun. Tonsilitis yang disebabkan oleh infeksi virus umumnya terjadi pada
balita, sedangkan tonsilitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri sering terjadi
pada anak usia 5-15 tahun dengan prevalensi. Tonsilitis sarang jarang terjadi pada
orang berusia >40 tahun.
World Health Organization (WHO) tidak mengeluarkan data tentang jumlah
kasus tonsilitis di dunia, tetapi WHO memperkirakan sejumlah 287.000 anak
dibawah 15 tahun mengalami tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi,
248.000 (86,4 %) mengalami tonsiloadenoidektomi dan 39.000 (13,6 %) lainnya
menjalani tonsilektomi. Menurut data epidemiologi penyakit THT di tujuh
provinsi Indonesia, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut
(4,6 %) yakni sebesar 3,8%.

1.3 Tujuan
a. Umum
Untuk mengetahui konsep dari asuhan keperawatan pada pasien dengan
tonsilitis.
b. Khusus
1) Mengetahui definisi dari penyakit tonsilitis
2) Mengetahui penyebab dari penyakit tonsilitis
3) Mengetahui tanda dan gejala pada pasien tonsilitis
4) Mengetahui patofisiologi dari penyakit tonsilitis
5) Mengetahui prosedur yang digunakan dalam diagnosa tonsilitis
6) Mengetahui penatalaksanaan penyakit tonsilitis
7) Mengetahui pathway berdasarkan kasus tonsilitis
8) Mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasien dengan tonsilitis

2
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi
Tonsil atau amandel merupakan jaringan limfoid yang terletak pada
kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Tonsil dibagi
menjadi tiga, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual.
Tonsil berfungsi sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi dengan membantu
menyerang bakteri atau mikroorganisme lainnya yang masuk ke dalam mulut
bersama makanan atau minuman. Namun tonsil dapat dikalahkan oleh bakteri
maupun virus sehingga membengkak dan meradang yang disebut dengan tonsilitis
(Manurung, 2016).
Tonsilitis merupakan terjadinya inflamasi atau peradangan pada tonsil
palatina. Tonsilitis dapat bersifat akut atau kronis. Tonsilitis akut disebabkan oleh
infeksi bakteri maupun virus yang terjadi dalam kurun waktu <3 minggu.
Tonsilitis kronis adalah kondisi terjadinya pembesaran tonsil yang disertai dengan
infeksi berulang-ulang dan berlangsung lama (Basuki dkk, 2020). Tonsil bisa
membesar hingga tonsil kanan dan kiri saling bertemu dan dapat mengganggu
jalan napas (Manurung, 2016).

2.2 Penyebab
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun virus. Bakteri yang
menyebabkan tonsilitis antara lain Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus
viridans, dan Streptococcus pyogenes. Sedangkan virus yang sering menyebabkan
tonsilitis yaitu Epstein Barr Virus (EPV) (Soepardi, 2007). Seringnya kuman yang
masuk ke dalam mulut bersama dengan makanan atau minuman dapat memicu
peradangan pada tonsil (Basuki dkk, 2020).

2.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul apabila seseorang menderita tonsilitis antara
lain (Wahyuni, 2017):
1. Tenggorokan terasa kering atau seperti ada yang mengganjal pada bagian
leher.
2. Nyeri ketika menelan makanan, minuman, ataupun ludah yang berakibat
penderita tidak nafsu makan.

3
3. Rasa nyeri bisa menjalar ke sekitar bagian telinga dan leher
4. Penderita mengalami bau mulut, mual, suara serak, dan terjadinya
pembesaran kelenjar getah bening.
5. Penderita mengalami sakit kepala, demam, lemas, menggigil, dan nyeri
otot.
6. Pada tonsilitis kronis penderita mendengkur ketika tidur dan disertai
adanya pembesaran pada bagian kelenjar adenoid. Kelenjar adenoid adalah
kelenjar yang letaknya di dinding bagian belakang antara rongga hidung
dan tenggorokan.
7. Ketika diperiksakan ke dokter, terdapat pembesaran tonsil, berwarna merah
yang merupakan tanda terjadinya peradangan, terkadang ada bercak putih
atau eksudat dibagian permukaan tonsil.

2.4 Patofisiologi
Ketika bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh, tonsil berperan sebagai
pertahanan. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap
infeksi yang akan datang. Namun ada kalanya tonsil dapat dikalahkan oleh bakteri
atau virus tersebut. Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil menjadi
terkikis sehingga terjadi peradangan. Tonsil akan mengalami pembesaran,
berwarna kemerahan, serta adanya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil.
Kondisi inilah yang disebut dengan tonsilitis.
Tonsilitis akan menyebabkan penderita merasakan sakit ditenggorokan
terutama saat menelan karena adanya pembesaran pada tonsil. Nyeri ini bisa
menjalar ke sekitar telinga. Penderita juga akan mengalami demam tinggi hingga
suhu tubuh mencapai 40°C yang disebabkan oleh adanya proses inflamasi.

2.5 Prosedur Diagnostik


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis adalah sebagai berikut (Herawati S, 2004 dalam Amin, 2017):
a. Tes masase tonsil
Salah satu tonsil digosok-gosok selama ±5 menir menggunakan kain kassa.
Apabila 3 jam kemudian terdapat kenaikan leukosit >10.000/mm³ atau laju
endap darah (LED) >10 mm dibanding sebelumnya, maka tes dianggap positif.

4
b. Penyinaran dengan UKG
Tonsil mendapat UKG selama 10 menit, apabila terdapat kenaikan leukosit
>2000/mm³ atau kenaikan LED >10 mm dibanding sebelumnya maka tes
dianggap positif.
c. Tes hialuronidase

Sebelum melakukan injeksi hialuronidase ke dalam tonsil, terlebih dahulu


memeriksa jumlah leukosit, LED dan temperature oral. Setelah 1 jam apabila
terdapat kenaikan temperature 0,3°C, kenaikan jumlah leukosit >1000/mm³ dan
kenaikan LED >10 mm maka tes dianggap positif.

2.6 Penatalaksanaan Medis


2.6.1 Penatalaksanaan Farmakologi
1. Jika tonsilitis disebabkan oleh bakteri, diberi antibiotik peroral
selama 10 hari, apabila pasien mengalami kesulitan menelan bisa
diberikan dalam bentuk injeksi.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan apabila :
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih per tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih per tahun dalam
kurun waktu 2 tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih per tahun dalam
kurun waktu 3 tahun.
d. Pemberian antibiotik tidak memberikan respon terhadap
tonsilitis.
2.6.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi
1. Leher dikompres dengan air hangat
2. Istirahat yang cukup
3. Pemberian cairan adekuat dan banyak minum air hangat
4. Kumur dengan air garam untuk meredakan nyeri
5. Pemberian diet cair atau lunak sesuai kondisi pasien

5
6
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Ilustrasi Kasus

Seorang pasien laki-laki bernama Tn.E, umur 38 tahun datang ke rumah


sakit dengan keluhan nyeri saat menelan dan sakit di tenggorokan. Nyeri yang
dirasakan dibagian tenggorokan seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 5 (rentang 1-
10), berlangsung selama 3 menit. Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Maret
2021 pada pukul 09.00 WIB. Hasil pengkajian didapatkan pasien didiagnosa
medis tonsilitis. Pasien mengatakan tubuhnya terasa panas, beberapa aktifitas
pasien dibantu oleh keluarga. Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dan
pertama kali dirawat di rumah sakit. Pasien juga mengatakan bahwa tidak ada
anggota keluarga yang sebelumnya pernah mengalami tonsilitis. Pasien bertanya-
tanya dengan perawat tentang prosedur operasi yang akan dijalaninya. Pasien
terlihat cemas, bingung, dan gelisah.

3.2 Identitas Pasien


a. Identitas Pasien
Nama : Tn.E
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Palembang
Tanggal Masuk : 5 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 5 Maret 2021, 09.00 WIB
Diagnosa Medis : Tonsilitis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.T
Umur : 35 tahun
Hub. dengan pasien : Istri
Alamat : Palembang

7
3.3 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri saat menelan dan sakit di tenggorokan. Nyeri yang dirasakan
dibagian tenggorokan seperti di tusuk-tusuk, skala 5 (rentang 1-10), dan
berlangsung selama 3 menit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan tubuhnya terasa panas, suhu tubuh 38,9°C, ketika
dilakukan palpasi frontal terasa panas. Beberapa aktifitas dibantu keluarga.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien mengatakan belum pernah dan baru pertama kali di rawat di Rumah
Sakit.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sebelumnya pernah
mengalami tonsilitis.

3.4 Pengkajian Pola Gordon


a. Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan ketidaktahuan terhadap penyakitnya.
b. Pola nutrisi/metabolik
Pasien mengalami penurunan nafsu makan yang ditandai dengan frekuensi
makan 3x sehari, porsi makan tidak habis karena rasa nyeri pada
tenggorokan atau sulit menelan. Tetapi pasien belum mengalami
penurunan berat badan yang signifikan, juga tidak menggunakan alat bantu
makan, serta minum 8 gelas sehari (2 liter) yang terdiri dari air putih dan
teh.
c. Pola eliminasi
Pasien tampak sering BAK sehari 5 kali, output pasien kurang lebih 50
cc/jam, warna urine kuning jernih, tidak keruh dan tidak tercampur darah,
serta tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pasien merasa lelah dan lemah, beberapa aktivitas dibantu oleh keluarga.

8
e. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur sering terbangun saat di rumah sakit, waktu tidur siang 1 jam,
tidur malam 8 jam, kadang terbangun pada malam hari.
f. Pola kognitif dan persepsi
Pasien dapat diajak bicara dan dalam keadaan sadar pada saat dilakukan
pengkajian. Pasien tidak menggunakan alat bantu nafas dan tidak
menggunakan alat bantu makan.
g. Pola persepsi diri
Pasien merasa takut apabila akan dilakukan tindakan operasi karena belum
pernah dilakukan tindakan operasi pada dirinya.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien sudah menikah, tidak ada infertilitas, dan tidak terdapat gangguan
sistem reproduksi.
i. Pola peran dan hubungan
Orang yang dekat dengan pasien saat ini adalah istrinya.
j. Pola manajemen koping-stress
Pasien merasa cemas namun sakit merupakan jalan yang harus dilewati
dan dijalani sehingga harus tetap sabar dan terima.
k. Pola nilai dan keyakinan

Sebelum sakit kegiatan ibadah pasien biasanya sholat 5 waktu di masjid.

3.5 Pemeriksaan Fisik : Head to Toe


Keadaan umum :
Keadaan umum pasien baik, kesadaran pasien compos metis dengan nilai GCS
15 (E:4, V:5, M:6).
Tanda vital :
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Suhu : 38,9°C
Denyut nadi : 84x/menit
Respiratory rate : 22x/menit
Pemeriksaan Head to Toe :
1. Kepala

9
a. Rambut
Distribusi rambut merata, warna hitam, tampak bersih dan tidak teraba
lengket.
b. Mata
Pupil isokor, reflek cahaya kanan kiri positif dengan diameter 2 mm,
sklera atau konjungtiva tidak anemis, lapang pandang mata kanan dan
kiri tidak terdapat gangguan.
c. Telinga
Telinga tampak bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
d. Hidung
Bentuk normal dan simetris, tidak ada gangguan penciuman.
e. Mulut
Mulut bersih dengan mukosa mulut lembab, tetapi ada bercak putih
pada lidah dan terdapat radang tenggorokan dengan kondisi pasien
sulit menelan, serta tonsil tampak kemerahan.
2. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak terdapat
pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat peningkatan vena
jugularis.
3. Dada
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak batuk dan tidak ada
produksi sputum.
Auskultasi : irama napas teratur, tidak ada bunyi napas tambahan
Perkusi : resonan lapang paru redup
Palpasi : tidak ada nyeri.
4. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat bekas luka, tidak terdapat benjolan
Auskultasi : peristaltic usus 11x/menit
Perkusi : suara timpani
Palpasi : tidak terdapat hepatomegali
5. Genetalia dan Anus

10
Organ perkemihan bersih, tidak ada infertilitas, dan tidak terdapat
gangguan sistem reproduksi.
6. Ekstremitas
Atas : pergerakan kedua ekstremitas atas baik, tidak ada oedema,
kekuatan otot baik, tidak ada kelainan tetapi didapatkan ekstremitas atas
kanan terpasang IVFD RL dengan gtt 20x/menit.
Bawah : kekuatan otot baik, pasien mampu menggerakkan persendian
dalam lingkup gerak penuh, mampu melawan grafitasi, dan mampu
melawan dengan tahanan penuh.
7. Kulit dan kuku
Kulit : berwarna kulit kuning langsat, tidak terdapat lesi, turgor kulit
dapat kembali kurang dari 3
Kuku : Tidak terdapat clubbing finger, akral hangat.

3.6 Analisa Data dan Masalah


No Data Etiologi Masalah Paraf
.
1. Ds : Invasi bakteri/virus Nyeri akut ƒ
Pasien mengatakan patogen
nyeri pada tenggorokan, 
nyeri timbul pada saat Infeksi tonsil

menelan, nyeri seperti
Proses inflamasi
ditusuk-tusuk, skala 5

(rentang 1-10), nyeri
Pembengkakan jaringan
berlangsung selama 3
tonsil
menit 
Nyeri ketika menelan
Do :
 Tonsil tampak
kemerahan dan
membengkak
 TD : 90/60 mmHg
 N : 84x/menit

11
 T : 38,9°C
 RR : 22x/menit
2. Ds : Invasi bakteri/virus Hipertermia ƒ
Pasien mengatakan patogen
tubuhnya terasa panas 
Infeksi tonsil

Do :
Proses inflamasi
 Ketika di palpasi

frontal teraba panas
Peningkatan suhu tubuh
 Pasien tampak lemas 
 TD : 90/60 mmHg Hipertermia
 N : 84x/menit
 T : 38,9°C
 RR : 22x/menit
 Leukosit 13.500/ul
3. Ds : Tonsilitis kronis Ansietas ƒ
 Pasien mengatakan 

baru pertama kali Akan dilakukan

dirawat di rumah sakit prosedur tindakan


operasi
 Pasien mengatakan

takut apabila akan
Takut, cemas, gelisah
dilakukan tindakan

operasi Ansietas
 Pasien banyak
bertanya-tanya
tentang prosedur
tindakan operasinya

Do :
Pasien terlihat cemas,
bingung, dan gelisah

12
3.7 Pathway
Berdasarkan kasus tersebut, dapat digambarkan pathway sebagai berikut :

Invasi bakteri/virus
patogen

Infeksi tonsil

Peningkatan suhu
Proses inflamasi
tubuh

Pembengkakan
Tonsilitis kronis Hipertermia
jaringan tonsil

Akan dilakukan
Nyeri ketika
prosedur
menelan
tindakan operasi

Nyeri akut
Takut, cemas,
gelisah

Ansietas

13
3.8 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Keterangan


. Perumusan
1 Nyeri akut b.d pembengkakan 5 Maret 2021
jaringan tonsil d.d paisen
mengatakan nyeri pada tenggorokan,
nyeri timbul pada saat menelan,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala 5
(rentang 1-10), nyeri berlangsung
selama 3 menit, tonsil tampak
kemerahan dan membengkak.
(D.0077)
2 Hipertermia b.d proses inflamasi d.d 5 Maret 2021
pasien mengatakan tubuhnya terasa
panas, ketika di palpasi frontal teraba
panas, suhu tubuh 38,9°C. (D.0130)
3 Ansietas b.d akan dilakukan prosedur 5 Maret 2021
tindakan operasi d.d pasien
mengatakan takut apabila akan
dilakukan tindakan operasi, pasien
terlihat cemas, bingung, dan gelisah.
(D.0080)

3.9 Intervensi Keperawatan

No.D Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Paraf


x
1 Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238) ƒ
Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi lokasi,
keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, durasi,
jam, maka nyeri berkurang frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri

14
2. Klien tidak tampak 3. Identifikasi respons nyeri
meringis non verbal
3. Klien tidak mengalami 4. Fasilitasi istirahat dan
kesulitan tidur tidur
5. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipertermia ƒ
Setelah dilakukan intervensi (I.15506)
keperawatan 3 x 24 jam, 1. Monitor suhu tubuh
suhu tubuh menurun dan 2. Monitor keluaran urine
kembali normal dengan 3. Sediakan lingkungan
kriteria hasil : yang dingin
1. Suhu tubuh dalam 4. Longgarkan atau
rentang normal lepaskan pakaian
2. Suhu kulit dalam batas 5. Anjurkan tirah baring
normal 6. Kolaborasi pemberian
3. Tekanan darah, nadi dan cairan dan elektrolit
pernapasan dalam batas intravena, jika perlu
normal
3 Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09326) ƒ
Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi saat tingkat
keperawatan 3 x 24 jam, ansietas berubah (mis.
maka tingkat ansietas kondisi, waktu, stressor)
menurun dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda
hasil : ansietas (verbal dan non
1. Tidak ada penyampaian verbal)
rasa khawatir secara 3. Ciptakan suasana
verbal/lisan terapeutik untuk
2. Klien tidak gelisah menumbuhkan
3. Tidak mengalami kepercayaan
gangguan tidur 4. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami

15
5. Kolaborasi pemberian
obat antlansietas, jika
perlu

3.10 Evaluasi Keperawatan

No. Tanggal / No.D Evaluasi Sumatif Paraf


Jam x
1. 5/3/21 1 S: Pasien mengatakan nyeri pada ƒ
09.00 tenggorokan, nyeri timbul pada saat
menelan, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
skala 5 (rentang 1-10), nyeri berlangsung
selama 3 menit
O : Pasien tampak meringis, ada
pembengkakan di tonsil
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 S : Pasien mengatakan tubuhnya ƒ
tubuhnya terasa panas
O : Ketika di palpasi frontal teraba panas,
pasien tampak lemas
TD : 38,9°C
N : 84x/menit
T : 38,9°C
RR : 22x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3 S : Pasien mengatakan sudah mengerti ƒ
mengenai penyakit yang dideritanya dan
siap dilakukan tindakan operasi
O : Pasien terlihat sudah tenang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. 6/3/21 1 S : Pasien mengatakan nyeri ƒ

16
11.00 ditenggorokan sudah berkurang, nyeri
timbul saat menelan, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 (rentang 1-
10)
O : Pasien sudah tidak meringis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 S : Pasien mengatakan panas ditubuhnya ƒ
sudah berkurang
O : Ketika di palpasi frontal teraba
hangat.
TD : 100/70 mmHg
N : 84x/menit
T : 37°C
RR : 22x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3. 7/3/21 1 S : Pasien mengatakan nyeri ƒ
12.00 ditenggorokan sudah berkurang, nyeri
timbul saat menelan, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 3 (rentang 1-
10)
O : Pasien tampak tersenyum
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 S : Pasien mengatakan tubuh sudah tidak ƒ
terasa panas
O : TD : 120/70 mmHg
N : 84x/menit
T : 36°C
RR : 22x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

17
18
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyusunan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tonsilitis merupakan terjadinya inflamasi pada tonsil palatina.Tonsilitis akut
disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus yang terjadi dalam kurun waktu
< 3 minggu. Tonsilitis kronis adalah kondisi terjadinya pembesaran tonsil yang
disertai dengan infeksi berulang-ulang dan berlangsung lama
2. Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun virus. Bakteri tersebut antara
lain Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridans, dan
Streptococcus pyogenes. Sedangkan virus yang sering menyebabkan tonsilitis
yaitu Epstein Barr Virus (EPV).
3. Tanda dan gejala tonsilitis : Tenggorokan terasa kering atau seperti ada yang
mengganjal, nyeri ketika menelan, nyeri bisa menjalar ke sekitar telinga dan
leher, bau mulut, mual, suara serak, pembesaran kelenjar getah bening, sakit
kepala, demam, lemas, menggigil, dan nyeri otot. Pada tonsilitis kronis,
penderita mendengkur ketika tidur, disertai adanya pembesaran kelenjar
adenoid. Ketika diperiksakan ke dokter, terdapat pembesaran tonsil, berwarna
merah, terkadang ada bercak putih atau eksudat dibagian permukaan tonsil.
4. Patofisiologi tonsilitis : Ketika bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh, tonsil
berperan sebagai pertahanan. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk
antibody terhadap infeksi yang akan datang. Namun ada kalanya tonsil dapat
dikalahkan. Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil menjadi
terkikis sehingga terjadi peradangan. Tonsil akan mengalami pembesaran,
kemerahan, serta adanya eksudat berwarna putih keabuan. Kondisi inilah yang
disebut dengan tonsilitis.
5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis yaitu tes masase tonsil, penyinaran dengan UKG, dan tes
hialuronidase.
6. Penatalaksanaan farmakologi dengan diberikan antibiotik dan pengangkatan
tonsil (tonsilektomi). Sedangkan secara non farmakologi yaitu leher dikompres
dengan air hangat, istirahat cukup, pemberian cairan adekuat, kumur air garam,
pemberian diet cair atau lunak sesuai kondisi pasien

19
7. Asuhan keperawatan pada kasus pasien yang terdiagnosa penyakit tonsilitis
kronis, dapat ditegakkan tiga diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut,
hipertermia, dan ansietas.

4.2 Saran
Saran yang kami berikan untuk tercapainya asuhan keperawatan yang
optimal yaitu :
1. Bagi Pembaca
Kami menyadari bahwa kami memiliki banyak kekurangan baik dalam segi
penulisan, keterbatasan pengetahuan serta referensi yang kami miliki. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam mengetahui lebih
mendalam mengenai tonsilitis, beserta penanganannya. Selain itu, diharapkan
pembaca dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat dari materi yang kami
sajikan dalam kehidupan sehari-hari agar lebih mengetahui tentang resiko dari
tonsilitis. Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
lebih baik lagi kedepannya.
2. Bagi Penulis
Kerana keterbatasan ilmu dan referensi yang dimiliki penulis, diharapkan untuk
kedepannya dapat mempelajari lebih mendalam lagi mengenai konsep dari
tonsilitis secara baik dan benar. Selain itu, mengetahui konsep asuhan
keperawatan pasien dengan tonsilitis juga sangat penting agar penanganan
tonsilitis dapat berjalan dengan baik dan benar. Maka dari itu sangat penting
bagi penulis untuk mempelajari lebih lanjut tentang tonsilitis itu sendiri.
Diharapkan kedepannya dapat menemukan ataupun membuat karya tulis yang
dapat bermanfaat bagi pembaca.
3. Bagi Institusi
Kepada pihak institusi diharapkan untuk selanjutnya dapat memperbanyak
materi maupun buku-buku yang terkait dengan tonsilitis. Apalagi pada era
yang serba digital ini semoga semakin banyak literature yang dapat digunakan
oleh mahasiswa sebagai media belajar untuk memperdalam konsep-konsep
masalah kesehatan baik tonsilitis maupun konsep penyakit lainnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amin, A. A. 2017. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Angka Kejadian


Tonsilitis Pada Siswa SD Inpres Maccini Sombala Tahun 2017. Skripsi.
Makassar : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Basuki, S. W., dkk. 2020. Tonsilitis. Publikasi Ilmiah. 483-494.

Firdausi, R. 2020. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Anak Tonsilitis Di


Ruang Rawat Inap Lantai 1 Rs Petrokimia Gresik. Tugas Akhir D3 Thesis.
Surabaya : Universitas Airlangga.

Guna, A. D. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.”E” Dengan Kasus Pre
Operatif Tonsilitis Kronis di Ruang Jana Nuraga RS Bhayangkara
Palembang. Laporan Studi Kasus. Palembang : Program Studi Ners STIK
Siti Khadijah Palembang.

Manurung, R. 2016. Gambaran Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pencegahan Tonsilitis Pada Remaja Putridi Akper Imelda Medan Tahun
2015. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA. 2(1) : 28-31.

Nurbaiti. 2009. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : FKUI.

Sapitri, V. 2013. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis yang Diindikasikan


Tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi. Artikel Ilmiah. Universitas
Jambi.

Tanjung, F. F., dan M. Imanto. 2016. Indikasi Tonsilektomi pada Laki‐Laki Usia
19 Tahun dengan Tonsilitis Kronis. J Medula Unila. 5(2): 22-25.

Wahyuni, S. 2017. Hubungan Usia, Konsumsi Makan dan Hygiene Mulut Dengan
Gejala Tonsilitis Pada Anak di SDN 005 Sungai Pinang Kecamatan Sungai
Pinang Samarinda. Skripsi. Kalimantan Timur : Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah.

Zuhdi, M., T. Asman, dan T. Vani. 2020. Hubungan Antara Usia Dengan Ukuran
Tonsil Pada Tonsilitis Kronis Di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang
Sumatera Barat Pada Tahun 2017 – 2018. Health & Medical Journal. 2(1):
19-28.

21
22

Anda mungkin juga menyukai