Anda di halaman 1dari 65

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. H


DENGAN MASALAH TB PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MAOSPATI KABUPATEN MAGETAN

OLEH :
ITA RAHMA WIDURI
NIM : 202006A026

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan dengan masalah “TB PARU” pada keluarga Tn. H


di Wilayah Kerja Maospati Kabupaten Magetan

Dengan ini membuat laporan praktik klinik Profesi Ners,


stase komunitas tahun 2020/ 2021
sebagai syarat kelulusan.

Telah disetujui dan disahkan pada:


HARI :
TANGGAL :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(____________________________) (____________________________)

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis mengucapakan terima kasih kepada orang-orang yang telah
memberikan bantuan dalam proses penyusunan kasus yang berjudul “ Studi Kasus
Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. H Dengan TB Paru Di Desa Kraton
Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan”. Dengan adanya penyusunan laporan
ini, semoga kita dapat mengetahui tentang penyakit dan masalah yang dapat
ditimbulkan.
Penulis menyadari mungkin dalam penyusunan makalah ini belum
sepenuhnya sempurna, untuk itu dapat kiranya untuk memberikan masukan
mengenai laporan ini, agar kita semua lebih memahami tentang “ Studi Kasus
Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. H Dengan Masalah TB PARU Di Desa
Kraton Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan”
Walaupun demikian penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
kita semua.

Madiun, 08 September 2021


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................
C. Manfaat ...................................................................................................
D. Metode Penulisan ...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ..................................................................................................
2.2 Rentang Respon marah..........................................................................
2.3 Tanda Gejala .........................................................................................
2.4 Etilogy....................................................................................................
2.5 Pohon Masalah ......................................................................................
2.6 Akibat.....................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama selama
masa revolusi industri di Eropa. Terjadinya urbanisasi ke kota-kota di Eropa
Barat menyebabkan munculnya kepadatan penduduk, meluasnya kemiskinan
dan rendahnya kebersihan, ini semua menjadikan penyakit tuberculosis
menyebar cepat di Eropa Barat. 20 % kematian di Eropa Barat pada waktu itu
disebabkan oleh tuberculosis. Puncak epidemic tuberculosis di Eropa terjadi
pada awal tahun 1800 dan di Amerika terjadi pada tahun 1900 (Ni made
mertaniasih dkk, 2013:2).
Di seluruh dunia, penyakit ini telah menjadi begitu luas, sehingga pada
tahun 1993 Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan keadaan darurat TB
global. TB saat itu menjadi penyebab kematian kedua penyakit infeksi utama
di dunia. Menurut laporan WHO 2011, pada tahun 2010 ditemukan 8,8 juta
penderita TB baru di dunia dengan angka kematian 1,1 juta pada penderita
TB tanpa HIV dan 0,35 juta pada penderita dengan HIV. Indonesia masih
dalam kategori High Burden Countries, dengan insiden dan prevalensi
tertinggi rangking 4 setelah India, Cina dan Afrika Selatan (Ni made
mertaniasih dkk, 2013:3).
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya dengan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course) telah diterapkan dibanyak
negara sejak tahun 1995 (Anna Uyainah dkk, 2014:1).
Pada awal tahun 1900-an WHO (World Helath Organization) telah
mengembangkan stragtegi penanggulangan TB yang dikenal sebagi strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai
strategi penanggulangan TB yang secara ekonomi paling efektif (cost-
efective). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien,
prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan
memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insiden TB di
mayarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik
dalam upaya pencegahan penularan TB (Abdul Manaf dkk, 2010:).
Bank Dunia menyatakan bahwa strategi DOTS inilah yang merupakan
strategi kesehatan yang paling Cost-Effectif untuk penanggulangan penyakit
TBC (WHO, 1997). Penanggulangan tuberkulosis yang dibuat oleh Depkes
RI dalam bidang promotif adalah dengan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan tentang tuberkulosis perlu dilakukan karena masalah tuberkulosis
banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat
(Kumboyono, 2011).
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat
pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain
merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat (Anna
Uyainah dkk, 2014:1).
Menurut Profil Dinkes Kota Dumai tahun 2019, Jumlah penderita TB paru
provinsi Riau pada tahun 2019 adalah sebanyak 10,674, untuk kota Dumai
jumlah penderita tahun 2019 adalah sebanyak 698 orang dan khususnya untuk
wilayah puskesmas Bumi Ayu pada tahun 2019 adalah sebanyak 83 kasus,
bila dibandingkan dengan tahun 2018 sebanyak 67 kasus, hal ini jelas terlihat
peningkatannya.
Dalam pelayanan kesehatan khususnya TB paru tidak terlepas dari
keterlibatan keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien. Masalah
kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi
anggota keluarga yang lain (Kemenkes RI, 2017).
Keluarga dapat dijadikan sebagai PMO (Pengawas Minum Obat), karena
dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun
penderita, selain itu harus disegani, dihormati dan tinggal dekat dengan
penderita serta bersedia membantu penderita dengan sukarela (Notoatmodjo,
2014).
Peran keluarga sebagai motivator sudah optimal. Keluarga sebagai PMO
berperan memberikan motivasi atau dorongan agar pasien termotivasi untuk
menjalani pengobatan sesuai aturan hingga sembuh. Bentuk peran yang
diberikan adalah berupa dukungan moral dan harapan kesembuhan bagi
pasien. seorang PMO yang akan mengawasi pasien dalam proses pengobatan,
memberikan edukasi kepada pasien, memberi motivasi, mengantar pasien
menjemput obat, bahkan saat pasien tidak mampu datang menjemput obat
atau mengantar sputum untuk pemeriksaan follow up pengobatan
(Notoatmodjo, 2014)
Keluarga dapat berpartisipasi membantu pasien. Peran keluarga sangatlah
penting dalam pemeriksaan ulang sputum, karena hal inilah dapat
menentukan sejauh mana keberhasilan pengobatan bagi pasien TB paru.
Mengingatkan pemeriksaan ulang sputum dilakukan agar adanya ketepatan
jadwal pemeriksaan ulang oleh pasien TB Paru. Peran mengingatkan
pemeriksaan ulang juga dilakukan dengan mengantarkan sputum untuk
pemeriksaan jika pasien tidak mampu mengantar pada jadwal pemeriksaan
(Nugroho, 2011)

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menganalisis Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan
Penyakit TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Maospati.
b. Tujuan Khusus
Pada tujuan khusus ini penulis mampu :
a. Melaksanakan pengkajian yang dilakukan pada keluarga Klien
dengan TB Paru
b. Merumuskan/ menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada
Klien dengan TB Paru
c. Menyusun rencana tindakan pada keluarga Klien dengan TB Paru
d. Melaksanakan implementasi pada keluarga Klien dengan TB
Paru
C. Manfaat
Dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang pemberian asuhan keperawatan pada keluarga dengan
masalah hipertensi.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode
deskriptif dengan teknik studi kepustakaan dan studi kasus. Untuk
memperoleh gambaran dan informasi yang diperlukan, dengan ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan
observasi.
1. Wawancara dilakukan langsung dengan keluarga dan pasien untuk
mendapatkan data-data yang akurat dan jelas mengenai masalah
pasien.
2. Observasi, dilakukan langsung pada keluarga dan pasien yang
bersangkutan mengenai perkembangan, pengobatan, perawatan, hasil
tindakan yang telah diberikan serta data-data yang terkait dengan
lingkungankeluarga.
14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok
ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, pedagang, pekerja,
terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006). Proses
keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010)

B. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


1) Tujuan keperawatan komunitas
Untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut:
a) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
15

masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah


kesehatan yang dialami, menetapkan masalah kesehatan dan
memprioritaskan masalah tersebut, merumuskan serta memecahkan masalah
kesehatan, menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi,
mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
2) Fungsi keperawatan komunitas
a) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan
b) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan
c) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).
3) Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
a) Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar
dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan atau pengetahuan
individu, media masa, televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas
kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di
lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling
sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan
atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar
bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah,
apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan
pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b) Pendidikan Kesehatan (Health Promotion) Pendidikan kesehatan adalah
proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan
hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan
bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat
16

sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-


Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial.
c) Kerjasama (Partnership) Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi
ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama
sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4) Pusat Kesehatan Komunitas Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas
dapat dilakukan diberbagai tempat yaitu :
a) Sekolah atau Kampus Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan
pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat
memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang
bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga
dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila
dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b) Lingkungan kesehatan kerja Beberapa perusahaan besar memberikan
pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan
tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata
menjalankan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja,
menurunkan resiko penyakit akibat kerja, mengurangi transmisi penyakit
menular anatar pekerja, memberikan program peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan, mengintervensi kasus-kasus
lanjutan non kedaruratan dan memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan (Mubarak, 2006).
c) Lembaga perawatan kesehatan di rumah Klien sering kali membutuhkan
asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan secara efisien di rumah.
Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di
rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home
care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan
17

mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus


memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d) Lingkungan kesehatan kerja lain. Terdapat sejumlah tempat lain dimana
perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang
bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah
binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang
berkualitas (Mubarak, 2006).

C. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Departeman Kesehatan (1988) dalam Sudiharto (2012) keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat terdiri dari beberapa orang yang
tinggal dalam satu rumah.
Keluarga merupakan kumpulan dari orang-orang yang tinggal bersama-sama
karena ikatan tertentu untuk melakukan pendekatan emosional dan
mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2014).
Menurut beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan
perkawinan yang sah terdiri dari kepala keluarga serta anggota keluarga lainnya
yang tinggal dalam satu rumah.
2. Fungsi Keluarga
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Berencana Dan
Sistem Informasi Keluarga ada delapan fungsi keluarga, antara lain:
a. Fungsi keagamaan
Dalam hal ini keluarga memiliki fungsi yaitu mengembangkan kehidupan
keluarga dengan melaksanakan nilai-nilai agama dengan iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga dengan anggota keluarganya yang
mengalami masalah kesehatan diharapkan tetap membimbing penderita
untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dianut agar mencapai
kehidupan yang lebih baik.
b. Fungsi sosial budaya
18

Keluarga memiliki fungsi mengembangkan dan meneruskan budaya-budaya


atau nilai luhur bangsa yang beraneka ragam agar tetap bersatu. Keluarga
diharapkan tetap memberikan dorongan atau dukungan kepada penderita.
c. Fungsi cinta kasih
Artinya keluarga menanamkan sikap saling menyayangi dan mencintai antar
anggota keluarga yang lain agar tercipta keharmonisan antar anggota
keluarga. Meskipun terdapat anggota keluarganya yang sakit keluarga tetap
memberikan kasih sayang kepada penderita. Hal ini dikarenakan bentuk
kasih sayang tersebut dapat menjadi motivasi penderita untuk sembuh.
d. Fungsi melindungi
Keluarga memiliki fungsi dalam memberikan rasa aman, nyaman kepada
anggota keluarganya yang lain. Rasa aman tersebut baik dari segi fisik,
ekonomi dan psikososial. Keluarga dengan anggota keluarganya yang sakit
diharapkan dapat memberikan rasa aman pada penderita dengan cara
melindungi pasien, tidak melakukan tindak kekerasan kepada pasien seperti
pasung dan sebagainya.
e. Fungsi reproduksi
Keluarga memiliki fungsi dalam hal melanjutkan keturunan yang sehat,
direncanakan serta merawat anggota keluarga untuk mewujudkan
kesejahteraan.
f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Keluarga memberikan peran kepada anggota keluarganya dalam mendidik
anggota keluarganya agar menjadi generasi yang berkualitas. Pendidikan
tidak hanya didapatkan dari lembaga pendidikan, akan tetapi lingkungan
pertama yang mempengaruhi yaitu dari lingkungan keluarga. Oleh karena itu
diharapkan keluarga tetap memberikan pendidikan kepada anggota
keluarganya yang lain dan tidak bergantung kepada lembaga pendidikan
seperti sekolah. Keluarga diharapakan juga memiliki pengetahuan mengenai
penyakit yang diderita oleh pasien.
g. Fungsi ekonomi
Yaitu keluarga sebagai unsur yang utama dalam memenuhi kebutuhan
anggota keluarga. Diharapkan keluarga memiliki kemampuan dalam
mengalokasikan sumber agar terpenuhinya kebutuhan baik sandang, pangan,
papan dan perawatan kesehatan. Salah satu beban yang dialami oleh keluarga
yaitu banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan perawatan
pada pasien.
19

h. Fungsi pembinaan lingkungan


Keluarga diharapkan mampu menanamkan pada setiap anggota keluarganya
agar mampu menempatkan diri atau dapat menyesuaikan dengan lingkungan
yang ada.
3. Tipe Keluarga
Menurut Sudiharto (2012) terdapat beberapa tipe atau bentuk keluarga, antara
lain:
a. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang terbentuk karena
ikatan perkawinan yang sah.
b. Keluarga asal (family of origin)
Adalah sebuah keluarga yang berasal dari tempat seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family)
Adalah bentuk keluarga dimana terdapat keluarga inti ditambah dengan
keluarga yang lain dan masih terdapat hubungan darah seperti kakek, nenek,
bibi, paman dan sebainya.
d. Keluarga berantai (social family)
Terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali, dan termasuk
dalam keluarga inti atau terdiri dari ayah, ibu dan anak.
e. Keluarga duda atau janda
Keluarga ini terbentuk karena adanya perceraian atau kematian.
f. Keluarga komposit (composite family)
Berasal dari keluarga poligami dan tinggal bersama dalam satu rumah.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation)
Yaitu bentuk keluarga yang tinggal dalam satu rumah namun tidak memiliki
ikatan perkawinan yang sah.
h. Keluarga inses (incest family)
Suatu bentuk keluarga yang tidak lazim, artinya tidak sesuai dengan norma
atau budaya yang ada seperti anak perempuan menikah dengan ayah
kandungnya, ibu menikah dengan anak laki-lakinya dan sebagainya.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional
Keluarga tradisional adalah keluarga yang terbentuk karena adanya ikatan
perkawinan, sedangkan nontradisional adalah tidak terbentuk karena ikatan
perkawinan namun tinggal bersama-sama.
4. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
20

Ada beberapa tugas keluarga yang harus diketahui oleh anggota keluarga dalam
bidang kesehatan, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya
b. Mengambil keputusan terhadap masalah yang dialami oleh anggota
keluarganya yang lain
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit
d. Memodifikasi lingkungan
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Friedman, 2014)

D. Konsep Dasar Penyakit TB Paru


1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman
tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya
(Depkes, 2008). Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh
mulai dari paru dan organ di luar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput
otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,
2012).
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-
paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita
kepada orang lain (Santa Manurung, 2013).
Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu
kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidak efektifan
respon imun.
2. Etiologi
a. Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis dengan
ukuran panjang 1 - 4/mm dan tebal 0.3 - 0.6/mm. Kuman mycobacterium
tuberculosis adalah kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman leih
tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (Santa Manurung,
2013).
b. Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa dan bersin dan
17

c. melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman,


akan tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes
RI 2010)
3. Anatomi Fisiologi
Paru-paru terletak dalam rongga dada (mediastinum), dilindu ngi
oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu
sekat yang disebut diagfragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram,
sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing- masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh besar serta struktur-
struktur lain didalam rongga dada.
Selaput yang membungkus yang disebut pleura. Paru-paru terbenam
bebas dalam rongga pleura itu sendiri. Pada keadaan normal, kavum
pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru kembang kempis, dan juga terdapat
sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan
napas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas
tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah
(lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inverior). Sedangkan paru-paru kiri
terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir
bawah (lobus inverior).
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior,
dan 5 buah segmen pada lobus inverior. Paru-paru kanan mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada superior, 2 buah segmen pada lobus medial,
dan 3 buah segmen pada lobus inverior. Tiap- tiap segmen terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dan lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah getah bening dan syaraf dalam pada tiap-tiap lobules
terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-
cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0.2 sampai 0.3 mm. Paru- paru merupakan
sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembng (gelembung hawa,
alveoli, atau alveolus).
Pada gelombang inilah terjadi pertukaran udara dalam darah O2 masuk
kedalam darah dan Co2 dikeluarkan dalam darah. Gelembung alveoli terdiri ini
18

terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya
kurang lebih 90 m2.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah.
Ukurannya berfariasi, tergantung pada lokasi anatomisnya, semakin negatifnya
tekanan intra pleura diapeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada 2 tipe
sel alveolus Tipe satu berukuran besar, datar berbentuk skuamosa, bertanggung
jawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe 2, yaitu pneumosit glanular,
tidak ikut serta dalam pertukaran udara.sel- sel tipe 2 ini lah yang berproduksi
surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegahnya kolaps alveolus.
4. Patofisiologi
Kuman tuberculosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan,
bakteri, pernafasan, bakteri yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas
ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak
diri. Selain itu bakteri juga dapat dipindahkan melalui sistem limfe dan cairan
darah ke bagian tubuh yang lainnya.
Selain imun, tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menekan banyak bakteri, limposit spesifik tuberkulosis menghancurkan bakteri
dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat
dalam alveoli yang dapat menyebabkan broncho pneumonia. Infeksi awal
biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajaman.
Massa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan gumpalan basil
yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk
dinding protektif granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa, bagian sentral dari
fibrosa ini disebut “TUBERKEL”, bakteri dan makrofag menjadi nekrotik
membentuk massa seperti keju.
Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit
aktif karena penyakit tidak adekuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat
juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri. Tuberkel memecah,
melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi. Tuberkel yang pecah
menyembuh dan membentuk jaringan parut paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak dan mengakibatkan terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut
(Santa Manurung, 2013)
5. Manifestasi klinik
a. Demam 40-41°c, serta ada batuk / batuk darah
18

b. Sesak nafas dan nyeri dada


c. Malaise, keringat malam
d. Anoreksia, Penurunan berat badan
e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
f. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi.
6. Pathway
19

Udara tercemar

Mycobacterium tuberculose dihirup individu rentan kurang informasi

Masuk paru Kurang pengetahuan

Hipertermia
Reaksi inflamasi/peradangan

Penumpukan eksudat dalam

alveoli

Tuberkel produksi sekret berlebih

Meluas

mengalami perkejutan sekret susah dikeluarkan bersin

Penyebaran klasifikasi

Hematogen Ketidakefektifan bersihan


jalan nafas
limfogen

peritoneum mengganggu perfusi


Resti penyebaran
& difusi O2 infeksi pada orang lain

As lambung

Mual, Anoreksia Gangguan


pertukaran

Perubahan Resti penyebaran


nutrisi kurang infeksi pada diri sendiri
dari kebutuhan
tubuh
Gambar 2.1 Skema Pathway TB Paru Sumber : NANDA

(2013)
32

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan
memperlihatkan adanya :
1) Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
b. Pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting karena dengan di
ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan.
Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi
dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif
maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan
didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri
tahan asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diametenya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm (diameternya) : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm (diameternya) : hasil mantoux positif
4) Indurasi lebih 16 mm (diameternya): hasil mantoux positif kuat
5) Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intra cutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
6) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan, berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
antara antibody dan antigen tuberculin.
e. Rontgen dada, menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area
fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, Positif bila terdapat mikobakterium
tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru, menampakkan adanya sel-sel yang besar yang
mengindikasikan terjadinya nekrosis.
33

h. Pemeriksaan fungsi paru


Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio
residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen
sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan
kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).
8. Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB
paru adalah:
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
c. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang persendian, ginjal dan sebagainya.
9. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan
untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan
dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit TB Paru :
10. Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+), Sekurang-kurangnya 2 dari spesimen dahak SPS
hasilnya BTA (+). 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-), Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.
TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
11. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC Ekstra paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
34

2) TBC ekstra-paru berat


Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.
12. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya tipe penderita yaitu :
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
c. Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain
dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA (+).
13. Jenis-jenis Penyakit TBC
Penyakit tuberkulosis (TBC) terdiri atas 2 golongan besar, yaitu :
a. TB paru (TB pada organ paru-paru)
b. TB ekstra paru (TB pada organ tubuh selain paru) :
1) Tuberkulosis milier
2) Tuberkulosis sistem saraf pusat (TB meningitis)
3) Tuberkulosis empyem dan Bronchopleural fistula
4) Tuberkulosis Pericarditis
5) Tuberkulosis Skelet / Tulang
6) Tuberkulosis Benitourinary / Saluran Kemih
7) Tuberkulosis Peritonitis
8) Tuberkulosis Gastriontestinal (Organ Cerna)
9) Tuberkulosis Lymphadenitis
10) Tuberkulosis Catan / Kulit
11) Tuberkulosis Laringitis
35

12) Tuberkulosis Otitis


14. Penatalaksanaan Pengobatan TBC Paru
Paduan obat jangka pendek 6–9 bulan yang selama ini dipakai di
Indonesia dan dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain
adalah 2 RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain.
Untuk TB paru yang berat (milier) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan
diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ/7RH.
Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan program
pemberantasan TB Paru dengan panduan 1RHE/5R2H2. Bila pasien
alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat jangka panjang 12–18
bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain.
Beberapa obat anti TB yang dipakai saat ini adalah :
a. Obat anti TB tingkat satu : Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid (P),
Etambutol (E), Streptomisin (S)
b. Obat anti TB tingkat dua : Kanamisin (K), Para-Amino- Salicylic Acid (P),
Tiasetazon (T), Etionamide, Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin, Amikasin,
Ofloksasin, Siprofloksasin, Norfloksasin, Klofazimin dan lain-lain.
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni :
a. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4-5 macam obat anti TB per hari
dengan tujuan :
1) Mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakterisidial)
2) Menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut
3) Mencegah timbulnya resistensi obat
b. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan dua macam
obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan :
1) Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi)
2) Mencegah kekambuhan, Pemberian dosis diatur berdasarkan Berat
Badan yakni kurang dari 33 kg, 33–50 kg dan lebih dari 50 kg.
15. Evaluasi Pengobatan.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya
keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain- lain), berkurangnya
kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap
sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang
memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5,
dan 8. Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir
pengobatan.
36

Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu


berperan dalam evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat
dibuat pada akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila
nanti timbul kasus kambuh.
16. Dampak masalah dari TB Paru :
a. Terhadap individu
1) Biologis, adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,
sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi.
2) Psikologis, biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh
karena batuk yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang
menyenangkan.
3) Sosial, adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan
penyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.
4) Spiritual, adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena
penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga menganggap penyakitnya
yang manakutkan
5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.
b. Terhadap keluarga
Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena
kurang pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang
pengetahuan, penatalaksanaan, pengobatan dan upaya pencegahan penularan
penyakit. Produktifitas menurun, terutama bila mengenai kepala keluarga yang
berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat
biaya hidup sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan.
1) Psikologis, peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang
lain.
2) Sosial, keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar
masyarakat belum tahu pasti tentang penyakit TB Paru .
c. Terhadap masyarakat.
Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta
pengobatan Penderita TB Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan,
maka resiko penularan pada masyarakat luas akan terjadi.
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan,
semua orang yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada
obat yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6
37

bulan oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada system pencatatan /
pelaporan.
17. Perawatan bagi penderita TBC
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah:
a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
terdekat yaitu keluarga
b. Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
c. Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
d. Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
e. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan ke dua, ke lima
dan ke enam
f. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pen-cahayaan yang baik.
18. Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Menutup mulut bila batuk
b. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah
tertutup yang diberi lisol
c. Makan, makanan bergizi
d. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
e. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
f. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2002)
19. Prioritas Keperawatan
a. Meningkatkan / mempertahankan ventilasi / oksigenasi adekuat
b. Mencegah penyebaran infeksi.
c. Mendukung prilaku / tugas untuk mempertahankan kesehatan
d. Meningkatkan strategi koping efektif.
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan kebutuhan
pengobatan.

E. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus-menerus tentang keluarga yang dibina. Pengkajian merupakan langkah
awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap
meliputi (Komang Ayu, 2010) :
a. Data Umum :
38

1) Identitas Kepala keluarga


2) Komposisi anggota keluarga
3) Genogram
4) Tipe keluarga
5) Suku bangsa
6) Agama
7) Status sosial ekonomi keluarga
8) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan :
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga :
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur Peran
4) Nilai dan Norma Keluarga
e. Fungsi Keluarga :
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi
3) Fungsi Perawatan kesehatan
f. Stress / Penyebab masalah dan koping yang dilakukan keluarga :
1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek
2) Respon keluarga terhadap stress
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota kelurga tisak berbeda jauh
dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah sakit yang meliputi
39

pemeriksaan head to toe.


h. Harapan Keluarga :
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada
2. Diagnosa Keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual dan potensial (Allen, 1998) dalam Salvari Gusti (2013)
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi :
a. Problem atau masalah
b. Etiologi atau penyebab masalah
c. Tanda Sign dan Gejala (symptom)
Secara umum faktor-faktor penyebab / etiologi yaitu : ketidaktahuan,
ketidakmampuan. Ketidakmampuan yang mengacu pada 5 tugas keluarga, antara
lain :
a. Mengenal Masalah
b. Mengambil keputusan yang tepat
c. Merawat anggota keluarga
d. Memelihara / Memodifikasi lingkungan
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Setelah data dianalisa dan dtetapkan masalah keperawatan keluarga,
selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan bersama
keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki
keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga dibuat dengan
menggunakan proses skoring.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh (Bailon dan
Maglaya, 1978) dalam Suprajitno (2012) yaitu dengan cara :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)
Tabel 2.1 Prioritas Masalah asuhan keperawatan keluarga

No Kriteria Skor Bobot


40

1 Sifat masalah : 1
Tidak / kurang sehat / Aktual 3
Ancaman kesehatan / Resiko 2
Krisis atau keadaan sejahtera/potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat dirubah: 2


Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah : 1


Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat harus segera ditangani 2 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan
0

Skor yang diperoleh X Bobot

Skor Tertinggi

Jenis-Jenis Diagnosa Keperawatan Keluarga :


a. Diagnosa Aktual, menunjukkan keadaan yang nyata dan sudah terjadi saat
pengkajian keluarga
b. Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi, merupakan masalah yang belum terjadi pada
saat pengkajian, namun dapat terjadi masalah aktual jika tidak dilakukan
tindakan pencegahan dengan cepat
c. Potensial / Wellness, merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih
tinggi, atau suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumper penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan (Suprajitno, 2012)
Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang dapat dirumuskan pada
anggota keluarga dengan TB Paru sesuai dengan pathway diatas adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubung dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
37

b. Hipertermia karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
c. Gangguan pertukaran gas karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan
ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan
f. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri (klien) berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
g. Kurang pengetahuan berhubung dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
3. Intervensi Keperawatan keluarga
Intervensi / Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan
yang sering muncul (Salvari Gusti, 2013)
Perencanaan keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar
yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan
yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan atau objektif
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
Standar mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu pada 3
hal yaitu :
a. Pengetahuan (kognitif), intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi,
gagasan, motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan
keperawatan keluarga
b. Sikap (Afektif), intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam
berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap
terhadap masalah yang dihadapi
c. Tindakan (Psikomotor), intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga
dalam perubahan perilaku yang merugikan ke perilaku yang menguntungkan
38

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :


a. Tujuan hendaknya logis
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga (Salvari Gusti, 2013)

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Keluarga dengan TB Paru

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan Tujuan : a. Ajarkan
nafas tidak efektif Keluarga mampu keluarga
berhubung dengan merawat anggota untuk
ketidakmampuan keluarga yang sakit melatih klien
keluarga merawat yang mengalami teknik batuk
anggota keluarga bersihan jalan nafas efektif
yang sakit tidak efektif b. Pantau
Kriteria : keluarga
Anggota keluarga dalam
mengerti dan mampu melakukan
mengajarkan klien perawatan
teknik batuk efektif untuk
dan posisi semi fowler mencegah
agar bersihan jalan terjadinya
nafas efektif kembali bersihan
jalan nafas
yang tidak
efektif
2 Hipertermia karena Tujuan : a. Beri
proses Keluarga mengerti penjelasan
penyakit TB Paru tentang Hipertermia pada
berhubung dengan yang timbul karena keluarga
ketidakmampuan proses penyakit TB proses
keluarga merawat Paru penyakit TB
anggota keluarga Kriteria : Paru hingga
yang sakit Keluarga mampu timbulnya
menjelaskan penyebab Hipertermia
hipertermia pada b. Ajarkan
penyakit TB Paru dan keluarga
mampu merawat untuk beri
anggota keluarga yang kompres dan
yang sakit anjurkan beri
banyak
minum bila
klien
mengalami
hipertermia
3 Gangguan Tujuan : a. Beri
pertukaran gas Keluarga mengerti penjelasan
karena proses tentang gangguan pada
39

penyakit TB Paru pertukaran gas yang keluarga


berhubung dengan timbul karena proses mengenai
ketidakmampuan penyakit TB Paru timbulnya
keluarga merawat Kriteria : gangguan
anggota keluarga Keluarga paham pertukaran
yang sakit tentang proses gas pada
pertukaran gas pada penyakit TB
penyakit TB paru dan paru
mampu merawat b. Ajarkan
anggota keluarga yang keluarga cara
sakit dengan TB Paru posisi semi
fowler bila
klien
mengalami
sesak nafas
4 Perubahan nutrisi Tujuan : a. Jelaskan pada
kurang dari Keluarga mengerti keluarga
kebutuhan tubuh tentang pentingnya mengenai
berhubung dengan kebutuhan nutrisi bagi pentingnya
ketidakmampuan penderita TB Paru dan kebutuhan
keluarga merawat dapat merawat klien nutrisi bagi
anggota keluarga Kriteria : klien yang
yang sakit Kelurga dapat menderita
menjelaskan manfaat TB Paru
nutrisi dan akibat b. Anjurkan
kekurangan nutri bagi klien untuk
klien dengan TB Paru memberi
dan keluarga mampu makanan
memenuhi mebutuhan bergizi dan
nutrisi klien ditandai sajikan
dengan nafsu makan hangat
klien bertambah,dan dengan porsi
berat badan naik kecil tapi
kembali sering

5 Resiko tinggi Tujuan : a. Jelaskan


penyebaran infeksi Keluarga mengerti pada
pada orang lain resiko penyebaran keluarga
berhubung dengan infeksi penyakit TB proses
ketidakmampuan Paru kepada orang lain penularan
keluarga dan Infeksi tidak penyakit TB
memelihara/memo terjadi b. Ajarkan
difikasi lingkungan Kriteria : keluarga cara
Keluarga bebas dari cuci tangan
infeksi penularan yang baik
penyakit TB, keluarga dan benar
dapat menjelaskan c. Anjurkan
kembali proses keluarga
penularan penyakit TB untuk
dan keluarga dapat menerapkan
menerapkan PHBS di PHBS di
rumah tangganya rumah tangga
d. Anjurkan
keluarga
40

untuk
membuka
jendela dan
membiarkan
cahaya
matahari
masuk ke
dalam rumah
6 Resiko tinggi Tujuan : a. Jelaskan pada
penyebaran infeksi Keluarga mengerti keluarga
pada diri seniri akibat dari resiko tentang
(kilen) berhubung penyebaran infeksi resiko
dengan penyakit TB Paru pada penyebaran
ketidakmampuan diri klien dan keluarga infeksi pada
keluarga mampu mengambil diri kilen
mengambil keputusan yang tepat penderita TB
keputusan yang dalam mengobati paru
tepat anggota keluarganya b. Jelaskan pada
yang sakit keluarga
Kriteria : pentingnya
Keluarga mau memantau
mengikuti anjuran dari dan
petugas kesehatan mendamping
dalam memantau dan i klien
mendampingi klien minum obat
dalam melakukan TB
pengobatan selama 6 c. Ajurkan
bulan klien
menyediakan
tempat
penampunga
n dahak yaitu
dalam wadah
tertutup yang
diberi lisol

7 Kurang Tujuan : a. Beri


pengetahuan Kelurga mengerti penjelasan
berhubung dengan tentang penyakit TB, pada
ketidakmampuan penyebab, keluarga
keluarga mengenal pencegahan, mengenai
masalah kesehatan pengobatan dan pengertian
perawatan klien penyakit TB
dengan TB Paru Paru,
Kriteria : penyebab,
39

Keluarga klien dapat pencegahan,


menjelaskan kembali pengobatan
mengenai penyakit TB dan
paru, penyebab, perawatan
pencegahan, pada klien
pengobatan dan dengan TB
perawatan pada klien Paru
dengan Tb Paru b. Jelaskan pada
keluarga
akibat bila
klien
penderita TB
paru tidak
mendapat
pengobatan
dan
perawatan
maksimal

4. Implementasi / Pelaksanaan
Implementasi / pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku
hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan
keperawatan yang telah disusun (Salvari Gusti, 2013)
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan keluarga yang telah dibuat dengan didahului perawat
menghubungi keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai dengan kontrak
sebelumnya (saat mensosialisaasikan diagnosa keperawatan).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana
keperawatan yang baru.
Metode evaluasi keperawatan, yaitu :
a. Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanya
ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
40

Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,


sistem penulisan sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan singkat
(Salvari Gusti, 2013)
41

BAB III
TINJAUAN KASUS ASKEP KELUARGA

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

PENGKAJIAN KELUARGA

A. IDENTITAS
Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. H

Usia : 67 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : RT. 03 RW. 01 Desa Kraton Kecamatan Maospati


Kabupaten Magetan

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Daftar Anggota Keluarga


Hub. dgn Status
No Inisial Umur L/P Pendidikan Pekerjaan
KK Kes

1 Tn. H 67 L Suami SD Petani TB Paru

2 Ny. K 67 P Istri SD Petani Sehat

3 Nn. D 24 P Anak SMA Swasta Sehat


42

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: Tinggal serumah

B. Tipe keluarga
1. Tipe keluarga

a. Jenis tipe keluarga :

Tipe keluarga Tn.H termasuk Nuclear Family (keluarga inti) yang


terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

b. Masalah yang terjadi :

Tn. H sakit TB Paru


43

2. Suku dan bangsa

a. Asal suku bangsa :

Keluarga Tn. H berasal dari suku Jawa dan tinggal dilingkungan


orang-orang bersuku jawa. Tn. H berkomunikasi dengan bahasa jawa
baik antara anggota keluarga maupun lingkungan sekitar.

b. Budaya Yang berhubungan dengan Kesehatan :

Jika ada keluarga yang sakit hanya minum obat warung, dipijat dan
istirahat.

3. Agama Dan Kepercayaan Yang Memepengaruhi Kesehatan :

Keluarga Tn. H beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan


di rumah maupun di mesjid. Dalam menjalankan perintah agama keluarga
cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan seperti shalat
berjamaah di mesjid, sholat Jumat di Mesjid, acara tahlilan/yasiinan
(bapak-bapak dan ibu-ibu), pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya.

4. Status social ekonomi keluarga

a. Anggota yang keluarga yang mencari nafkah

- Penghasilan : per 3 bulan ± Rp.6.000.000.

- Penghasilan : Per bulan ± Rp.2.000.000.

b. Upaya lain :

Bercocok tanam

c. Harta benda yang dimiliki ( perabotan transportasi, dll ) :


44

Kendaraan bermotor, Rumah, Sawah

d. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan :


± 1.500.000.

C. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :

Keluarga Tn. H saat ini berada pada tahap perkembangan dengan anak
dewasa, Tn. H mempunyai 3 orang anak. Anak pertama beusia 40 tahun
sudah menikah, hidup mandiri, tinggal terpisah dari Tn. H dan telah
mempunya 2 orang anak. Anak kedua berusia 35 tahun sudah menikah,
hidup mandiri, tinggal terpisah dari Tn. H. tetapi masih tinggal di
lingkungan yang sama sudah mempunyai 1 anak. Anak ketiga berusia 24
tahun tinggal bersama Tn. H, sudah bekerja dan belum menikah.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :

Anak ketiga Tn. H masih bekerja akan tetapi belum menikah.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga :

a. Riwayat kesehatan keluarga saat ini :

Tn. H mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak


memiliki masalah kesehatan.

Tn. H mengatakan tidak mempunyai penyakit menular, Tn. H


menderita TB Paru ± 2 Bulan. Ia mengatakan sering batuk dan kadang
kadang sesak nafas serta berat badan semakin menurun. Berat badan
sebelum sakit 59 kg saat sakit berat badan menjadi 54 kg tinggi badan
171 cm Anak Tn.K (Nn. D) tidak memiliki masalah kesehatan.

b. Riwayat penyakit keturunan :


45

Tn.H mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat


penyakit menular maupun penyakit keturunan. Sedangkan, Ny.K
mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit
menular, tetapi ibu Ny.K memiliki riwayat penyakit Hipertensi

c. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :

Klinik / Puskesmas

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :

Tn.H adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara. Tn.H mengatakan dalam


keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit menular maupun
penyakit keturunan. Sedangkan Ny.K anak ke 2 dari 5 bersaudara,
Ny.K mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat
penyakit menular, tetapi ibu Ny.S memiliki riwayat penyakit
Hipertensi

D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah

a. Luas rumah : ukuran 12 x 6 m2

b. Tipe rumah : Permanen

c. Kepemilikan : Milik sendiri

d. Jumlah ruang : 6 ruangan

e. Ventilasi jendela : Ada jendela 2 di sisi kanan kiri rumah

f. Pemanfaatan ruangan : Baik

g. Septic tank : Jarak septictank dengan sumur kira-kira


± 10 m.
46

h. Sumber air minum : sumber air yang digunakan berasal dari


sumur kualitas air tidak berwarna, tidak
bebrabu dan tidak berasa.

i. Kamar Mandi/ WC : : 1

j. Sampah limbah RT : Pembuangan sampah dilakukan dengan


cara menampung dulu di tong sampah
kemudian dipindahkan dan dibakar
didalam lubang penampungan sampah
dikebun belakang rumah, sedangkan
pembuangan limbah seperti air bekas
cucian dsb dialirkan ke selokan
disamping rumah

k. Kebersihan lingkungan:

Bersih

l. Keadaan didalam rumah :

Rumah Tn. H merupakan rumah milik sendiri dengan ukuran 12x6 m2,
jenis rumah permanen, lantai rumah plester, atap rumah menggunakan
genteng. Rumah cukup bersih. Ny.K dan Tn. H biasa membersihkan
rumah setiap hari

m. Keadaan diluar rumah :

Terdapat tumbuhan toga dan bunga di pekarangan rumah Tn. H.


47

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

a. Kebiasaan : Selalu di adakan kerja bakti tiap 1 bulan


sekali di lingkungan rumah Tn.H.

Bila ada masalah antara warga


diselesaikan dengan cara musyawarah

b. Aturan/kesepakatan : Jika tidak ada yang bisa mengikuti kerja


bakti, sesuai kesepatakan memberikan
makanan/minuman untuk yang sedang
kerja bakti.

c. Budaya : Keluarga Tn. H dan warga sekitar


menganut kebudayaan jawa. Keluarga
Tn. H berusaha untuk tetap memenuhi
aturan yang ada di lingkungan
masyarakat.

3. Mobilitas geografis keluarga :

Keluarga Tn. H mengatakan sudah lama tinggal di Ds. Kraton RT 03 RW


01 Kec. Maospati. Tn. H tinggal di desa itu dari awal menikah sampai
sekarang ±40 tahun dan tidak pernah berpindah rumah.
48

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :

Tn.H mengatakan biasa berkumpul dengan keluarga serumahnya sahabis


shalat magrib sambil menonton TV. Sedangkan waktu berkumpul
bersama semua anggota keluarga biasanya dilakukan pada hari raya idhul
fitri dan idhul adha. Saudara-saudara Tn. H yang berada di sekitar rumah
sering datang berkunjung kerumah ketika mempunyai waktu luang. Tn. H
dan keluarganya rutin mengikuti kegiatan keagamaan yang ada
dimasyarakat, seperti pengajian.

5. System pendukung keluarga :

Tn. H memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga


apabila ada keluarga yang sakit dapat dimintai bantuannya. Jika ada yang
sakit biasanya akan di bawa ke klinik atau puskesmas yang jaraknya ±300
m dari rumah.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga :

Keluarga Tn. H berkomunikasi menggunakan bahasa jawa. Komunikasi


yang terjalin lancar dan terbuka sehingga tidak ada konflik dalam
keluarga. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap
malam ketika menonton TV ataupun ketika ada waktu luang, keluarga
biasanya bertukar pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi.

2. Struktur kekuatan keluarga :

Dalam keluarga Tn. H, Tn. H adalah penentu keputusan terhadap suatu


masalah karena Tn. H dianggap sebagai orang yang paling tua dan
sebagai kepala keluarga. Untuk anak-anak yang telah berkeluarga
keputusan diserahkan kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-
49

anaknya juga sering meminta pendapat Tn. H. Dalam keluarga


kebersamaan sangat penting dan apabila ada masalah biasanya akan
dimusyawarahkan dan kadang langsung diambil keputusan oleh kepala
keluarga.

3. Struktur peran ( peran masing – masing anggota keluarga) :

Dalam keluarga Tn. H, Tn. H berperan sebagai kepala keluarga, sebagai


suami dan ayah, penentu keputusan, dan sebagai pencari nafkah utama.
Ny. K berperan sebagai istri, ibu rumah tangga, dan pencari nafkah
tambahan. Nn. D berperan sebagai anak yang harus menghormati dan
menyayangi orang tuanya.

4. Nilai Dan Norma Keluarga

Nilai dan norma yang dianut dan berlaku di keluarga Tn. H menyesuaikan
dengan nilai dan norma agama islam serta nilai dan norma yang berlaku
di masyarakat. Tn. H selalu mengingatkan semua anggota keluarganya
untuk selalu saling menyayangi, menghormati, menghargai dan
memperhatikan sesama anggota keluarga

F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi efektif

Keluarga Tn. H mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar


anggota keluarga, saling menyayangi, menghormati, menghargai dan
memperhatikan sesama anggota keluarga. Keluarga Tn. H cukup
harmonis dan rukun. Apabila ada anggota keluarga yang membutuhkan
pertolongan atau sakit maka keluarga yang lain akan berusaha membantu.
50

Ny. K dan anaknya telah mengetahui keadaan penyakit Tn. H sehingga


keluarga selalu mendukung dan memberikan semangat untuk tetap kuat
dan sabar dalam menghadapi penyakitnya serta selalu mengingatkan Tn.
H agar tidak terlalu lelah dalam melakukan aktifitas.

2. Fungsi sosialisasi

Tn. H mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan


dengan baik. Keluarga Tn. H menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. H
berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang ada pada keluarga, misalnya
saling menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan
mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga dapat
menyesuiakan dan berhubungan baik dengan para tetangga atau
masyarakat sekitar.

3. Fungsi perawatan keluarga

a. Menurut keluarga, masalah kesehatan apa yang sedang dihadapi


keluarga (pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, persepsi
keluarga terhadap masalah) :

Tn. H mengatakan keluhan yang dirasakan tidak diketahui


penyebabnya. Namun keluarga menganggap bahwa keluhan yang
terjadi karena kelelahan setelah beraktifitas/ bekerja. Tn. H
mengatakan sering batuk dan merasakan sesak nafas bila bekerja
berat. Keluarga Tn.K mengatakan kurang mengetahui cara perawatan
penyakit Tn. H.

b. Apa yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan


yang sedang dialami :

Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah
membeli obat ke warung, dipijat, dan disarankan beristirahat.
51

Namun, jika sakitnya tidak kunjung sembuh akan segera dibawa ke


klinik atau ke Puskesmas terdekat.

c. Kemana keluarga meminta pertolongan apabila ada anggota keluarga


yang mengalami masalah kesehatan :

Ke klinik atau puskesmas.

d. Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah timbulnya


masalah kesehatan :

Tidak banyak melakukan aktivitas dan beristirahat saja

4. Fungsi reproduksi

a. Perencanaan jumlah anak : mereka mempunyai 3 orang anak

b. Akseptor : Tidak ber KB

c. Keterangan : Lansia.

5. Fungsi Ekonomi

Tn. H bekerja sebagai petani, penghasilan per 3 bulan ± Rp.6.000.000.


Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
sisanya ditabung.

G. STRESS DAN POLA KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek :

Keluarga Tn. H mengatakan sedang menghadapi masalah kesehatan,


yaitu Tn. H menderita penyakit TB Paru , ketika penyakitnya kambuh Tn.
H tidak bisa melakukan aktifitas dengan baik, Tn. H berharap penyakitnya
52

cepat sembuh dan tidak kambuh lagi.

2. Sressor jangka panjang :

Keluarga Tn. H mengatakan selain masalah kesehatan, yang menjadi


pikiran, adalah kebutuhan sehari-hari.

3. Respons keluarga terhadap stressor :

Tn. H mengatakan apabila ada masalah dalam keluarga biasanya akan


diselesaikan dengan cara musyawarah antar anggota keluarga sehingga
tidak menjadi beban pikiran dan konflik. Dalam menentukan pengobatan
yang harus dijalani salah satu anggota keluarga, Tn. H pengambil
keputusan karena Tn. H dianggap mampu dan memiliki fisik yang kuat.
Namun terkadang Ny. K juga akan mengambil keputusan. Keluarga Tn. H
selalu berpikir positif terhadap segala permasalahan yang ada.

4. Strategi koping :

Bila ada permasalahan dalam keluarga biasanya akan dibicarakan dan


diselesaikan secara musyawarah.

5. Strategi adaptasi disfungsional :

Dalam menghadapi suatu permasalahan dalam keluarga biasanya akan


diselesaikan dengan cara musyawarah antara anggota keluarga sehingga
tidak menjadi beban pikiran dan konflik. Dalam mengatasi masalah
penyakitnya, Tn. H tidak pernah melakukan suatu kegiatan yang negatif.
Tetapi bila penyakitnya kambuh Tn. H akan beristirahat dan minum obat
secara teratur.
53

H. KEADAAN GIZI KELUARGA


1. Pemenuhan gizi :

Sehari-hari keluarga Tn. H mengkonsumsi sayuran dan gorengan, makan


daging dan buah seminggu sekali

2. Upaya lain :
Selain itu, keluarga Tn. H juga mengkonsumsi obat herbal

I. HARAPAN KELUARGA
1. Terhadap masalah kesehatan :

Keluarga Tn H berharap agar Tn H yang saat ini menderita TB paru


bisa segera sembuh dan sehat seperti sebelumnya, keluarga berharap Tn H
dapat melakukan pengobatan TB secara teratur dan tepat waktu selama 6
bulan

2. Terhadap petugas kesehatan yang ada :

Keluarga berharap agar petugas kesehatan lebih peduli dengan penderita


penyakit Tb Paru

J. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


Aktivitas Tn. H Ny. K Nn. D

Pola makan 3x/hari habis 3x/hari 3x/hari


½ porsi

Pola minum ± 1000 ml ± 1500 ml ± 1500 ml

Istirahat 6 - 8 jam < 5 jam 6 - 8 jam

Pola BAK ± 4-5 x/hari ± 4-5 x/hari ± 4-5 x/hari


54

Pola BAB 1x/hari 1x/hari 1x/hari

Kebiasaan diri Mandi 2x/h Mandi 2x/h Mandi 2x/h

Olahraga Tidak Jalan setiap Jalan setiap


Olahraga pagi pagi

K. PERILAKU TIDAK SEHAT


Perilaku Tn. H Ny. K Nn. D

Merokok Merokok Tidak Tidak

Minum kopi Ya Ya Tidak

Makan/minum garam berlebih Ya Ya Tidak

Makanan/minum gula berlebih Tidak Tidak Tidak

L. SPIRITUAL
1. Menjalankan ibadah :

Keluarga Tn. H menjalankan ibadah sholat 5 waktu di masjid dan


dirumah dan rutin mengikuti kegiatan keagamaan yang ada dimasyarakat,
seperti pengajian.

2. Kepercayaan yang berlawanan :

Tidak Ada

3. Distress spiritual

Tidak Ada

M. PSIKOSOSIAL
Kondisi Tn. H Ny. K Nn. D

Emosi saat ini

Marah Tidak Tidak Tidak


55

Sedih Iya Tidak Tidak

Ketakutan Tidak Tidak Tidak

Putus asa Tidak Tidak Tidak

Stress Tidak Tidak Tidak

Isolasi sosial Tidak Tidak Tidak

Konflik dengan keluarga Tidak Tidak Tidak

Penurunan harga diri Tidak Tidak Tidak

N. PEMERIKSAAN FISIK
Nama Anggota Keluarga
No Pemeriksaan Fisik
Tn. H Ny. K Nn. D

Lemes ,
Baik, kesadaran Baik, kesadaran
1. Keadaan Umum kesadaran
composmetis composmetis
composmetis

TD 140/80 mmHg 130/90 mmHg 120/90 mmHg

Nadi 102x/menit 82x / m 85x/menit

RR 26x/menit 20x/menit 22x/menit

Sebelum sakit
59 kg saat
BB/TB 50 kg /155 cm 60 kg /165 cm
sakit 54 kg
/171 cm

Suhu 36.20C 36.50C 36.40C

2. System pernafasan Irama iReguler Irama Reguler Irama Reguler

Stridor Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Wheezing Ada Tidak ada Tidak ada


56

Ronchi Ada Tidak ada Tidak ada

Sesak Ada Tidak ada Tidak ada

Batuk Ada Tidak ada Tidak ada

3. System kardiovaskular

Aritmia Tidak Tidak Tidak

Nyeri dada Tidak Tidak Tidak

Jantung berdebar Tidak Tidak Tidak

S1/S1 tunggal Lup Dup Lup Dup Lup Dup

Distensi vena juguaris Tidak Tidak Tidak

CRT < 2 Detik < 2 Detik < 2 Detik

4. System pencernaan

Intake cairan kurang Tidak Tidak Tidak

Mual/muntah Ya Tidak Tidak

Nyeri perut Tidak Tidak Tidak

Muntah darah Tidak Tidak Tidak

Flatus Tidak Tidak Tidak

Distensi abdomen Tidak Tidak Tidak

Colostomy Tidak Tidak Tidak

Nyeri tekan Tidak Tidak Tidak

Konstipasi Tidak Tidak Tidak

Bising usus Tidak Tidak Tidak

Terpasang NGT Tidak Tidak Tidak

Diare Tidak Tidak Tidak


57

5. System muskoluskletal

Tonus otot berkurang Ya Tidak Tidak

Turgor kulit turun Ya Tidak Tidak

Pergerakan bebas Ya Ya Ya

Paralisis Tidak Tidak Tidak

Hemiparese Tidak Tidak Tidak

Belpalsi Tidak Tidak Tidak

ROM berkurang Ya Tidak Tidak

Luka Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

6. System persyarafan

Nyeri kepala Tidak Tidak Tidak

Pusing Tidak Tidak Tidak

Tremor Tidak Tidak Tidak

Reflek pupil Ada Ada Ada

Isokor Isokor Isokor Isokor

Paralisis Tidak Tidak Tidak

Lengan ka/ki Bebas Bebas Bebas

Kaki ka/ki Bebas Persendian kaku Bebas

Ansietas daerah perifer Tidak Tidak Tidak

7. System perkemisahan

Disuria Tidak Tidak Tidak

Hematuria Tidak Tidak Tidak

Frekuensi Tidak Tidak Tidak

Retensi Tidak Tidak Tidak


58

Inkontenensia Tidak Tidak Tidak

8. Status mental

Bingung Ya Ya Tidak

Cemas Tidak Tidak Tidak

Disorientasi Tidak Tidak Tidak

Depresi Tidak Tidak Tidak

Menarik diri Tidak Tidak Tidak

9. Pemeriksaan penunjang

GDP/2JJP/acak 134 mg/dl 113 mg/dl Tidak pernah

Asam urat 6,3 mg/dl 6.7 mg/dL Tidak pernah

Kolestrol 157 mg/dl 166 mg/dL Tidak pernah

10. Riwayat pengobatan

Alergi obat Tidak Tidak Tidak

Obat dari
Obat yg dikonsumsi Tidak Tidak
puskesmas
59

ANALISA DATA
60
Hari/Tgl : Rabu, 08 sept 2021 Waktu : 14.00 WIB
No Data (Subjektif & Objektif) Etiologi Masalah

1 DS : Perubahan nutrisi Ketidakmampuan


kurang dari kebutuhan keluarga merawat
Ny. K mengatakan suaminya kurang
tubuh dikarenakan Anggota keluarga
nafsu makan, porsi makan masih ½
proses penyakit TB paru yang sakit
porsi

DO :

Klien tampak masih lemah

BB 56 kg, bila dibandingkan saat


sebelum sakit 59 kg

2 DS :

 Keluarga bertanya tentang apa Kurang terpapar Defisit pengetahuan


itu penyakit TB paru, tanda informasi tentang manajemen
TB Paru
dan gejala, pengobatan serta
bagaimana merawat klien yang
menderita TB paru
 Tn. H mengkonsumsi obat
herbal
DO :

 Tn. H Tampak bingung karena Ny.


W selalu tanya bagaimana
sakitnya dan pengobatannya

3 DS : Ny K bertanya tentang cara Ketidakmampuan Resiko tinggi


pencegahan dan penularan keluarga memelihara/ penyebaran infeksi
penyakitTB Paru memodifikasi pada orang lain
lingkungan untuk
kesehatan keluarga

DO : Ny. K tampak bingung, saat


batuk klien tidak menutup mulut,
kurangnya pencahayaan di dalam
rumah, jendela rumah Cuma ada 2
61
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit pengetahuan tentang manajemen TB Paru b.d kurang terpapar informasi

Kriteria Skore Pembenaran


Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah terjadi dan perlu
Skala : segera di atasi
Aktual :3
Resiko :2
Sejahrera : 1
Bobot :1

Kemungkinan masalah dapat diubah 1/2 x 2 = 1 Keluarga kurang pengetahuan


Skala : mengenai penyakit TB paru,
Mudah :2 namun Tn. H mau bertanya
Sebagian : 1 mengenai penyakit TB paru
Rendah :0 sehingga dengan mudah petugas
Bobot :2 memberikan informasi

Potensial masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 0,6 Diharapkan keluarga Tn C dapat


Skala : mengetahui penyebab dan
Tinggi :3 penularan penyakit TB paru
Cukup :2 dengan baik
Rendah :1
Bobot :1
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Menurut Tn H dan keluarga
Skala: adanya masalah dan kurangnya
 Masalah berat, harus segera pengetahuan keluarga mengenai
ditangani : 2 TB paru harus segera ditangani.
 Ada masalah, tapi tidak perlu segera
62
ditangani : 1
 Masalah tidak dirasakan : 0
Bobot : 1
Total 3,6

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kriteria Skore Pembenaran


Sifat masalah 2/3 x 1 = 0,6 -    Hasil pemeriksaan fisik
Skala : Ny. W berat badan saat
Aktual :3 sakit 56 kg, sementara
Resiko :2 pada saat sebelum sakit
Sejahrera : 1 adalah 59 kg
Bobot :1
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Dengan diberikannya
dapat diubah penyuluhan kesehatan
Skala : tentang proses penyakit
Mudah :2 TB paru, Ny. W paham
Sebagian : 1 bagaimana kebutuhan
Rendah :0 nutrisi pada penderita TB
Bobot :2 paru
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 0,6 Dengan pemberian
dicegah kebutuhan nutrisi yang
Skala : baik Ny. W dapat
Tinggi :3 meningkatkan berat
Cukup :2 badannya sehingga
Rendah :1 berpengaruh pada proses
Bobot :1 penyembuhan
penyakitnya
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Keluarga kurang
Skala: mengetahui bahwa
 Masalah berat, harus perubahan pola nutrisi
segera ditangani : 2 pada peyakit TB paru
 Ada masalah, tapi tidak dapat terjadi
perlu segera ditangani :
1
 Masalah tidak dirasakan
63
:0
Bobot : 1
Total 3,2

3. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan

Kriteria Skore Pembenaran

Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Penularan belum terjadi,


tapi resiko terjadinya
Skala : penularan cukup besar,
Aktual :3 masalah ancaman
kesehatan dan perlu
Resiko :2 segera ditangani

Sejahrera : 1

Bobot :1

Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Dengan diberikannya


dapat diubah penyuluhan kesehatan
tentang penyakit TB
Skala : paru,keluarga paham
Mudah :2 mengenai lingkungan
yang baik bagi penderita
Sebagian : 1 TB Paru

Rendah :0

Bobot :2

Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Dengan keluarga paham


dicegah mengenali lingkungan
yang baik, di harapkan
Skala : resiko penularan infeksi
Tinggi :3 tidak terjadi yaitu
dengan menambah
Cukup :2 pencahayaan pada rumah

Rendah :1

Bobot :1

Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Adanya masalah dan


pengetahuan pada
Skala: keluarga Tn H yang harus
 Masalah berat, segera di tangani
harus segera
64
ditangani : 2

 Ada masalah, tapi


tidak perlu segera
ditangani : 1

 Masalah tidak
dirasakan : 0

Bobot : 1

Total 3,1/3

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


1
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2 Defisit pengetahuan tentang manajemen hipertensi b.d kurang terpapar informasi

Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan ketidakmampuan
3.
keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
65
INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/Tgl : Rabu, 08 sept 2021 Waktu : 14.00 WIB


Diagnosa Keperawatan
No Intervensi
(Tujuan & Kriteria Hasil)

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Observasi


tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Tujuan Setelah dilakukan tindakan
makanan
keperawatan selama 1x30 menit diharapkan
3. Monitor asupan makanan
status kesehatan keluarga meningkat
Terapeutik
KH :
4. Berikan makanan tinggi kalori tinggi
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai protein
dengan tujuan
Edukasi
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
5. Anjurkan pasien untuk
badan yaitu 64kg
menghabiskan porsi makanannya
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi

2. Defisit pengetahuan tentang manajemen TB Dukungan Keluarga Merencanakan


Paru b.d kurang terpapar informasi Perawatan (I.3477)
Observasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi kebutuhan dan harapan
keperawatan selama 1x30 menit diharapkan
keluarga tentang kesehatan
status kesehatan keluarga meningkat
2.Identifikasi tindakan yang dapat
KH : dilakukan keluarga
Terapeutik
- Ketahanan keluarga meningkat
3.Motivasi pengembangan sikap dan
- Perilaku kesehatan keluarga meningkat emosi yang mendukung upaya kesehatan
4.Gunakan sarana dan fasilitas yang ada
- Status kesehatan keluarga membaik
dalam keluarga
- Tingkat pengetahuan keluarga meningkat Edukasi
5.Informasikan fasilitas kesehatan yang
ada di lingkungan keluarga
6.Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
7.Ajarkan cara perawatan yang bisa
dilakukan keluarga.
66
Dukungan koping keluarga
Observasi
1.identifikasi respon emosional terhadap
kondisi saat ini
2.identifikasi beban prognosis secara
psikologis
Terapeutik
3.dengarkan masalah, perasaan, dan
pernyataan keluarga
4.diskusikan rencana medis perawatan
Edukasi
5.informasikan kemajuan pasien secara
berkala
6.informasikan fasilitas perawatan
kesehatan yang tersedia
kolaborasi
7.rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

3 Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang Observasi


lain berhubungan dengan ketidakmampuan
1.Jelaskan pada keluarga proses
keluarga memelihara/memodifikasi
penularan penyakit
lingkungan
Terapeutik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan sebanyak 1xkunjungan rumah 2. Anjurkan keluarga untuk menerapkan
selama 30 menit diharapkan keluarga mampu PHBS dan cuci tangan pakai sabun
menyebutkan bagaimana cara pencegahan dirumah
agar tidak terjadi resiko penularan infeksi
pada orang lain Edukasi

KH : 3.Anjurkan keluarga untuk memkai


masker dan menutup mulut saat batuk
- Keluarga terutama Tn H mampu
menjelaskan tentang cara agar infeksi
penularan tidak terjadi yaitu seperti
melakukan PHBS

- Memakai masker serta menutup mulut


saat batuk
67
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Hari Ke: 1

iagnosa Keperawatan Jam Implementasi Keperawatan Jam Evaluasi (SOAP)

rubahan nutrisi kurang 1. Mengidentifikasi status nutrisi 16.00 S : klien mengatakan tidak nafsu mak
ri kebutuhan tubuh
2. Mengidentifikasi alergi dan O : BB sebelum sakit 59 kg saat sakit
rhubungan dengan intoleransi makanan
tidakmampuan keluarga
T. 130/80 mmhg
erawat anggota keluarga 3. Memonitor asupan makanan
ng sakit 4. Memerikan maknan tinggi kalori Turgor kulit menurun
tinggi protein
A : Masalah belum teratasi
5. Menganjurkan pasien untuk
menghabiskan porsi makanannya
P : Lanjutkan Intervensi

fisit pengetahuan 1. menyediakan materi dan media 16.00 S: Keluarga mengatakan sudah men
ntang manajemen TB pendidikan kesehatan tentang penyakit yang diderita oleh
2. mengajarkan perilaku hidup bersih dan cara melakukan perawatan
ru b.d kurang terpapar
dan sehat O:
ormasi
3. memberikan dukungan untuk
1.keluarga mampu mengingat
menjalani pengobatan dengan baik
informasi yang diberikan oleh
dan benar
dibuktikan mampu menjawab per
4. mengajuran klien mengkonsumsi yang diajukan oleh perawat
obat sesuai indikasi
2.tingkat kepatuhan keluarga
melakukan perawatan terhadap k
yang sakit belum meningkat

A: tujuan belum tercapai masalah


teratasi

P: Lanjutkan intervensi

siko tinggi penyebaran 1. Menjelaskan pada keluarga proses 16.00 S. Keluarga merasa senang setelah dij
eksi pada orang penularan penyakit mengenai masalah yang berhubugan
2. Menganjurkan keluarga untuk tb paru
n berhubungan dengan
menerapkan PHBS dan cuci tangan O. keluarga dan Tn H mengatakan
tidakmampuan keluarga
emelihara/memodifikasi pakai sabun dirumah menjelaskan kembali tentang p
gkungan 3. Anjurkan keluarga untuk memakai Tuberculosis paru dengan bahasa
masker dan menutup mulut saat batuk sendiri

A. Masalah ketidakmampuan k
mengenal masalah teratasi sebagian

P. Motivasi untuk menerapkan pen


atau pendidikan kesehatan yang t
berikan
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim

paru, biasanya disebabkan oleh Micobacterium tuberculosis. Penyakit tersebut dapat

menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan

nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan

B. SARAN

Sebagai seorang perawat khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap

keluarga yang mengalami hipertensi diharapkan tidak hanya mampu memberikan

pengobatan tetapi juga memberikan dukungan, motivasi, arahan dan pendidikan

kepada anggota keluarga yang lain ketika salah satu anggota keluargnya sakit.

Diharapkan peran perawat disini mampu untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan

keluarga serta keluarga mampu memahami dan menjalankan fungsi perawatan

keluarga yang baik.

Anda mungkin juga menyukai