Anda di halaman 1dari 40

i

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 760 ILMU PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


Bidang Fokus : 763 Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

LAPORAN PENELITIAN DOSEN


UNIVERSITAS SEMARANG

USM

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DOSEN LANSIA


UNIVERSITAS SEMARANG TETAP SEHAT

TIM PENGUSUL
Metta Christiana, S.Pd, M.Kes. 0631087503 (Ketua)
Andi Nur Cahyo, S.Pd, M.Pd. 0623128202 (Anggota 1)
Ahmad Muhaimin, S.Pd, M.Pd. 0605066805 (Anggota 2)

Nomor Perjanjian : 001/USM.H7.LPPM/L/2019

UPT MKU
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMESTER GASAL
2019/2020

ii
iii
HA

iv
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Dosen Lansia


USM Tetap Sehat
2. Tim Peneliti
No Nama Jabatan Bidang Prodi Asal Alokasi Waktu
Keahlian (jam/minggu)
1. Metta Christiana, S.Pd, M.Kes Asisten Olahraga Akuntansi 2 jam
Ahli
2. Andi Nur Cahyo, S. Pd, M. Pd. Tenaga Olahraga Teknik 1 jam
Pengajar Sipil
3 Ahmad Muhaimin, S.Pd, M.Kes. Tenaga Olahraga FTIK 1 jam
Pengajar

3. Objek Penelitian : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Dosen Lansia


USM Tetap Sehat
4. Masa Pelaksanaan : Semester Gasal 2019-2020
5. Lokasi Penelitian : Kota Semarang
6. Usulan Biaya : Rp 5.000.000,00
7. Sumber Dana : LPPM USM
8. Instansi yang Terlibat : USM
9. Temuan yang ditargetkan : Faktor pola makan dan aktivitas fisik mempengaruhi
dosen lansia USM tetap sehat
10. Jurnal Ilmiah yang menjadi sasaran Jurnal Active Unnes
11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan,
tahun rencana perolehan atau penyelesaiannya: Terbit di Koran Suara Merdeka/
diunggah ke web Warta USM.

v
PRAKATA

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Dosen Lansia USM Tetap Sehat”.
Melalui kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada;
1. Orangtua, suami dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan penuh
dalam penyusunan penelitian ini.
2. Bp. Iswoyo, S.Pt, MP. selaku Ketua LPPM yang telah memberi kesempatan
untuk meyusun penelitian ini.
3. Ib. Dra. Rati Riana, M.Pd selaku Kepala UPT MKU yang telah membimbing
dalam penyusunan penelitian ini.
4. Bapak Ibu Dosen USM yang telah bersedia berbagi informasi dan pengalaman
untuk digunakan sebagai data penelitian ini.
5. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan dan penyusunan
penelitian ini.

Penulis sadar bahwa masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam kegiatan
penelitian ini sehingga perlu dilakukan penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir
kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat ataupun bagi peneliti
sendiri.

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................……………… i
HALAMAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ………………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................……………… iii
HALAMAN PENGESAHAN REVIEWER ....................................……………… iv
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM …………………………….. …………….... v
PRAKATA …………………………..………………………………………….... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................……………… vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL ............................................................................……………… ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………..…………………. x
RINGKASAN .................................................................................……………… xi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................……………… 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................………………. 3
1.3 Urgensi Penelitian ..........................................................………………. 3
1.4 Target Temuan ………..................................................……………… 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Analisis Kondisi Dosen Lansia ............……………… 4
2.2 Kesehatan Lansia
2.2.1 Faktor Lingkungan …..……………………………...……………… 6
2.2.2 Faktor Perilaku ……….………….………………….……………… 6
2.2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan ………………………. …………........ 7
2.2.4 Faktor Genetika ..….......…………………………….……………… 7
2.3 Cara Pandang Kita Terhadap Kesehatan ……………..……………… 8
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................... ……………… 9
2.5 Kerangka Berpikir …………………………………….……………… 11
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian ...…………………………………………………… 12
3.2 Manfaat Penelitian …………………………………….……………… 12
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Tahapan Penelitian .......................................................……………… 13
4.2 Lokasi Penelitian ...........................................................……………… 13
4.3 Peubah yang Diamati ................................................... ……………… 13
4.4 Rancangan Penelitian ...................................................……………… 13
4.5 Teknik Pengumpulan Data ……………………………. ……………… 14
4.6 Analisis Data ………………………….………………. ……………… 14
4.7 Keabsahan data ………………..……………………………………… 15
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Hasil Penelitian ……...………………………………..……………… 16
5.2 Luaran Yang Dicapai …...……………………………..………………. 19
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan …………………………………………...……………… 20
6.2 Saran …………………………………………………..……………… 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................………………. 21
LAMPIRAN ………………............................................................………………. 21

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penelitian Terdahulu ………………………………………… 9


Tabel 2 Karakteristik Informan …….. ……………………………….. 16
Tabel 3 Hasil Rekapitulasi Wawancara Mendalam ……..…………… 17

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Angka Kesakitan Lansia Tahun 2013-2015 ….………….. 2

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam ……………………….. 22


Lampiran 2 Susunan Organisasi Tim Peneliti ………………………... 23
Lampiran 3 Keluaran Penelitian ……………………………………… 24
Lampiran 4 Penilaian Reviewer ……………………………………… 27

x
RINGKASAN

Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin banyak.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019) mengemukakan bahwa
saat ini kita mulai memasuki periode aging population, yaitu peningkatan
umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa
(7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019,
dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2035 menjadi 48,2 juta
jiwa (15,77%). Sayangnya peningkatan jumlah penduduk lansia tersebut
dibarengi juga dengan naiknya angka kesakitan lansia yaitu tahun 2013
sebesar 24,8%, tahun 2014 sebesar 25,05%, tahun 2015 sebesar 28,62%.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Dibutuhkan proses yang cukup panjang
untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik tersebut dengan professional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan dengan metode
wawancara secara mendalam dan observasi. Subjek penelitian adalah dosen
USM sebanyak 8 orang. Data dianalisis dengan cara content analysis.
Hasil penelitian ini yaitu bahwa kesehatan dosen lansia sangat ditentukan
oleh bagaimana mereka mengontrol perilaku mereka dalam menjaga
kesehatannya. Perilaku mereka berasal dari pikiran dan perasaannya masing-
masing. Jika mereka dapat mengatur pikiran, perasaan dan perilaku, mereka akan
tetap dalam kondisi sehat meski faktor lingkungan menekan mereka. Faktor
berikutnya yang juga mempengaruhi kesehatan mereka adalah aktifitas fisik
setiap hari atau 1-2x seminggu dalam intensitas ringan sampai sedang, pola
makan yang secukupnya (tidak berlebihan) dan bergizi juga mempengaruhi
kesehatan mereka. Faktor pelayanan kesehatan dan gen diakui baik dan tidak
berpengaruh pada kesehatan mereka dalam penelitian ini.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu dosen lansia harus bisa
mengatur pikiran, perasaan dan perilakunya. Selain itu aktifitas fisik setiap hari
atau 1-2x seminggu dalam intensitas ringan sampai sedang, pola makan yang
secukupnya (tidak berlebihan) dan bergizi juga harus dipenuhi agar mereka tetap
bertahan dalam kondisi yang sehat, punya usia yang panjang dan tetap bisa
berkarya dalam profesinya sebagai pendidik anak bangsa.

Kata Kunci: Kesehatan dan Dosen Lansia USM

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin banyak.
Menurut WHO lansia adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun
atau lebih. Indonesia diperkirakan akan mengalami ledakan populasi lansia
pada dua dekade awal abad ke-21. Orang berusia 60 sampai 69 tahun masuk
kategori lansia muda, usia 70 hingga 79 tahun lansia madya, dan mereka
yang berusia 80 sampai 89 tahun masuk kategori lansia tua.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019) mengemukakan
bahwa saat ini kita mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi
peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah
lansia. Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta
jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun
2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi
48,2 juta jiwa (15,77%). Sekjen Kemenkes, drg. Oscar Primadi, MPH
mengatakan semua orang perlu mulai memperhatikan kebutuhan lansia
tersebut, sehingga diharapkan mereka dapat tetap sehat, mandiri, aktif, dan
produktif, salah satunya penguatan peran keluarga dalam melakukan
perawatan bagi lansia.
Menua adalah hal wajar dan alamiah, yang menjadi masalah adalah
seberapa siap seorang lansia menyongsong hari tua. Demikian pula orang-
orang terdekat mereka, keluarga maupun bukan. Sebab faktanya, jumlah
lansia kini semakin besar. Mempersiapkan lansia sehat dan mandiri adalah
sebuah tantangan tersendiri. Hal ini penting, agar kelak lansia tidak menjadi
beban bagi keluarga, masyarakat, maupun negara.
Sayangnya peningkatan jumlah penduduk lansia tersebut dibarengi juga
dengan naiknya angka kesakitan lansia yaitu tahun 2013 sebesar 24,8%,
tahun 2014 sebesar 25,05%, tahun 2015 sebesar 28,62%, seperti terlihat
dalam gambar 1 di bawah ini.

1
Gambar 1 Angka Kesakitan Lansia Tahun 2013-2015

Lansia tersebut (baik yang mengalami sakit atau yang sehat) sebagian
diantaranya mempunyai profesi sebagai staff pengajar di sebuah Universitas.
Usia pensiun dosen swasta berdasarkan Permenristekdikti No. 26 Tahun 2015
dan Permenristekdikti No. 2 Tahun 2016 menetapkan masa pensiun jatuh di
usia 65 tahun. Ini berlaku untuk dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen
Nasional (NIDN). Sedangkan, masa pensiun untuk profesor berusia 70 tahun.
Lansia yang berprofesi sebagai dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dibutuhkan proses yang
cukup panjang untuk mencapai kualitas sebagai pendidik tersebut, maka
umumnya semakin tua usia dosen makan dosen tersebut diharapkan semakin
profesional, berkualitas, dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga masa
tersebut pada umumnya dicapai pada usia yang matang dan semakin matang
di usia lanjut.
Mengingat pentingnya profesi tersebut bagi masyarakat dan untuk
mempertahankan sebuah kualitas kemampuan yang membutuhkan proses
panjang, maka dibutuhkan kondisi dosen lansia yang tetap sehat. Berdasarkan
hal tersebut maka peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM.

2
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM.
Manfaat penelitian adalah agar peneliti mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM. Manfaat selanjutnya adalah
peneliti dapat memberi masukan kepada seluruh dosen baik yang lansia
ataupun yang masih berusia muda agar dalam masa tua nanti dapat tetap
sehat dan bermanfaat bagi masyarakat.

1.3 Urgensi Penelitian


Penelitian ini perlu dilakukan karena kesehatan bukanlah sesuatu yang
dapat diraih secara instan atau cepat, perlu proses dan keseriusan untuk
mencapai kondisi tersebut. Maka penelitian ini diperlukan agar seluruh dosen
USM mendapat informasi, melihat bukti, dan diharapkan segera bersikap dan
berusaha untuk mencapai kondisi yang sehat tersebut.

1.4 Target Temuan


Target temuan penelitian ini adalah faktor pola makan dan aktifitas fisik
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Analisis Kondisi Dosen Lansia


Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan
membawa dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila
penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi lain,
besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah
penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan
kesehatan, penurunan pendapatan/ penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak
adanya dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap lansia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2004, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju
maupun negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh penurunan angka
fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka
harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara
keseluruhan. Pada kelompok lansia, Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
menunjukkan penyakit terbanyak pada lansia adalah hipertensi (57,6%),
selebihnya adalah arthritis, stroke dan beberapa penyakit lain,'' kata Menkes
Nila F. Moeloek saat membuka Seminar Nasional Kesehatan Lanjut Usia, di
Griya Agung, Palembang (9/5/2019). Menkes menegaskan bahwa
penanganan kasus penyakit tersebut tidak mudah karena penyakit pada lansia
umumnya merupakan penyakit degeneratif, kronis, dan multidiagnosis.
Dengan demikian, penanganannya membutuhkan waktu dan biaya tinggi,
yang akan menjadi beban bagi masyarakat dan pemerintah termasuk bagi
Program Jaminan Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, pemeliharaan
kesehatan lansia hendaknya lebih mengutamakan promotif dan preventif
dengan dukungan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas di
fasilitas-fasilitas kesehatan.

4
Dosen lansia adalah dosen yang telah berusia 60 tahun ke atas. Usia
pensiun dosen swasta berdasarkan Permenristekdikti No. 26 Tahun 2015 dan
Permenristekdikti No. 2 Tahun 2016 menetapkan masa pensiun jatuh di usia
65 tahun. Ini berlaku untuk dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen
Nasional (NIDN). Sedangkan, masa pensiun untuk profesor berusia 70 tahun.
Lansia yang berprofesi sebagai dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dibutuhkan proses yang
cukup panjang untuk mencapai kualitas sebagai pendidik tersebut, maka
umumnya semakin tua usia dosen makan dosen tersebut diharapkan semakin
profesional, berkualitas, dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga masa
tersebut pada umumnya dicapai pada usia yang matang dan semakin matang
di usia lanjut.

2.2 Kesehatan Lansia


Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu kondisi
lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika. Teori
H.L. Blum yang menyebutkan bahwa derajat kesehatan ditentukan oleh 40%
faktor lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan kesehatan, dan
10% faktor genetika (keturunan). Faktor yang menentukan derajat kesehatan
masyarakat selama ini lebih ditekankan kepada pelayanan kesehatan, padahal
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan bukan
pelayanan kesehatan. Hal tersebut Menkes ucapkan dalam Rapat Kerja
Nasional Indonesai Bersih yang digelar oleh Kemenko Maritim dan
Kementerian LHK, Kamis (21/2) di gedung Kementerian LHK, Jakarta
Pusat. Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi
kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lansia
dalam penelitian ini akan dilihat dari teori H.L Blum tersebut.

5
2.2.1 Faktor Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi
fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi
sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan
masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola
dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab.
Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk
itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana
berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan
lingkungan masyarakat. namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga
kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal
dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar
dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang
berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain,
sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan
baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah
kejiwaan.
2.2.2 Faktor Perilaku
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang
peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Hal ini dikarenakan
budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri
masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk
menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat. Sebagai tenaga
motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam
menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat.
Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan
budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi
dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat.

6
Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka
pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut
serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
2.2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan
dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani
masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi
di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-
program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang
bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti
diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang
berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan
lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya.
2.2.4 Faktor Genetik
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan? Pertanyaan itu
menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu
bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita
harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu
berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.

7
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada
masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa
mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesia yang status gizinya
kurang bahkan buruk. Padahal potensi alam Indonesia cukup mendukung.
oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan
peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya
program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan
berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi
masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus
dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan KMS
(Kartu Menuju Sehat) harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi
secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas
juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang sangat
menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.

2.3 Cara Pandang Kita Terhadap Kesehatan


Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang
kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu kita
mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai
upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter
dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai
adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu
tindakan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu
ataupun masyarakat. Konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola
hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang
sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit
melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

8
Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang
kendali dominan dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter
dengan pasien hanya sebatas individu dengan individu tidak secara langsung
menyentuh masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam
memanagement program lebih dikuasai lulusan Kesehatan
Masyarakat sehingga dalam perkembangannya, seorang Sarjana Kesehatan
Masyarakat menjadi ujung tombak program kesehatan di negara-negara
maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit
yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada
penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan
bidan sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya
semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara finansial justru
merugikan Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan di
Indonesia semakin tinggi dan sebagian besar digunakan untuk upaya
pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan pembangunan
gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus
menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan
upaya pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada
upaya preventif (pencegahan) bukannya kuratif (pengobatan).

2.4 Penelitan Terdahulu


Tabel 1 Penelitian Terdahulu
Judul dan Peneliti Metode dan Variabel Hasil
Pola Perilaku Hidup Sehat Penelitian ini Pola perilaku hidup sehat dan
Pra Lansia Dalam menggunakan metode makanan sehat mempengaruhi
Mengkonsumsi Makanan kualitatif deskriptif dan perilaku hidup sehat pra lansia.
Sehari-Hari dianalisis dengan Pola perilaku hidup sehat yang
Di Maureen Studio content analysis. dimiliki oleh pra lansia di
(Hanjaya Siaputra, Andini Subyek dalam Maureen Studio adalah makanan
Emmiati, Evelyn Fajar penelitian ini pra lansia seimbangsesuai kebutuhan
Wibisono, Andita Widjaja, Maureen Studio masing-masing, olahraga
2015) minimal 3 kali seminggu, tidak
mengkonsumsi hal-hal yang
mengakibatkan kecanduan dan

9
tidur teratur.
Gambaran Kualitas Hidup Penelitian dilaksanakan Kualitas hidup lansia secara
Lansia Dengan Hipertensi penelitian deskriptif umum baik (58.3%), kualitas
Di Wilayah Kerja kuantitatif. Teknik kesehatan fisik lansia buruk
Puskesmas analisis data dengan (71.7%),
Rendang Pada Periode 27 analisis univariat dan kualitas psikologis baik (61.7%),
Februari Sampai 14 Maret bivariat. kualitas personal sosial tidak
2015 (Sri Santiya Sampel 60 orang lansia. terlalu berpengaruh (50.0%) dan
Anbarasan, 2015) kualitas lingkungan buruk
(73.3%).
Kesimpulan: Kualitas hidup
lansia secara umum baik, hanya
buruk pada kualitas kesihatan
fisik dan
lingkungan
Eksplorasi Persepsi This study used a Data analysis revealed the
Penderita Tentang Faktor- qualitative descriptive following themes: diet, stress,
Faktor Penyebab Dan design. Seven genetics, and lack of exercise are
Dampak Penyakit participants were contributing to Diabetes
Diabetes Melitus Di interviewed. mellitus. Impacts of the disease
Wilayah Puskesmas The interviews were are discomfort because of
Purwokerto transcribed and content diabetes complication, lack of
Barat, Kecamatan analysis was used to dependency, sad and cost of
Purwokerto Barat, examine the data treatment. The research outcomes
Kabupaten Banyumas highlight the varied beliefs of
(Made Sumarwati, participants and numerous
Waluyo Sejati, impacts of diabetes mellitus.
Roisca Dyah
Pramitasar,2008)
Pengalaman Diet Lansia Jenis Diet yang dilakukan oleh lansia
Perempuan Penderita penelitian adalah penderita hipertensi dalam
Hipertensi kualitatif dengan mengontrol
(Loriza Sativa Yan, Fx. pendekatan tekanan darahnya seperti
Suharto, Eridia, 2018) fenomenologi mengurangi asupan makanan
deskriptif. pantangan yang banyak
Data penelitian mengandung lemak dan tinggi
dikumpulkan dengan natrium. Selain itu, Informan
mewawancarai 3 orang juga menyatakan
lansia perempuan rajin untuk memeiksakan tekanan
penderita hipertensi darah kepelayanan kesehatan dan
yang tinggal bersama selalu rutin
keluarga terlibat dalam minum obat.
penelitian ini dipilih
dengan menggunakan
teknik purposive
sampling.

10
2.4 Kerangka Berpikir

1. FAKTOR LINGKUNGAN 2. FAKTOR PERILAKU


-Lingkungan Fisik/ Kondisi Fisik -Kebiasaan hidup bersih
-Lingkungan sosial -Aktivitas fisik/OR
-Makan K
-Istirahat E
-Kebiasaan lain
S
E
H
A
T
3. Faktor Pelayanan Kesehatan A
Posyandu, puskesmas, rumah 4. Faktor Genetik N
sakit, dokter keluarga/dokter Gen/ keturunan dari
yg baik orangtua

11
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM. Bagaimana dosen lansia
mempertahankan kesehatannya.

3.2 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian adalah agar peneliti mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM. Manfaat selanjutnya adalah
peneliti dapat memberi masukan kepada seluruh dosen baik yang lansia
ataupun yang masih berusia muda agar dalam masa tua nanti dapat tetap
sehat dan bermanfaat bagi masyarakat.

12
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Tahapan Penelitian


Penelitian dimulai dari pengamatan, identifikasi masalah, pembuatan
proposal, seminar proposal, revisi proposal, survey dan observasi,
pengambilan data, peninjauan kembali kebenaran data, pengolahan data,
pembuatan laporan dan seminar hasil penelitian.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini diadakan di Universitas Semarang.
4.3 Peubah yang Diamati
Faktor-faktor yang menyebabkan dosen lansia USM tetap sehat.
4.4 Rancangan Penelitian
4.4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif.
4.4.2 Pendekatan waktu pengumpulan data
Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sewaktu yaitu penelitian yang pengukurannya dilakukan pada satu kali pada
satu waktu tertentu.
4.4.3 Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah dosen lansia di USM. Sampel
penelitian diambil untuk memperoleh informan sesuai dengan tujuan
penelitian ini, yaitu informan yang dapat memberi informasi tentang faktor-
faktor yang membuat mereka tetap sehat. Jumlah sampel diambil sama
dengan jumlah populasi yaitu semua dosen lansia USM sebagai informan
utama, karena jumlahnya tidak terlalu banyak. Informan triangulasi dalam
penelitian ini adalah teman sejawat dan pejabat struktural.
4.4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, sedangkan alat bantu
instrument adalah pedoman wawancara mendalam, tape recorder untuk

13
merekam hasil wawancara dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan
selama proses wawancara.
4.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam (indepth interview), observasi, dan data sekunder (studi
dokumentasi, buku-buku, surat kabar, arsip, makalah yang berhubungan
dengan penelitian)
4.6 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif pada
prinsipnya berproses secara Analisis Deskriptif (content analysis). Analisis
data dalam penelitian ini berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan
data, atau melalui tiga tahapan model alir dari Miles dan Huberman, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Langkah-langkah yang ditempuh
dalam analisa data adalah sebagai berikut :
1. Tahap Reduksi Data
Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang
telah terkumpul. Data lapangan tersebut selanjutnya dipilih, dalam arti
menentukan derajat relevansinya dengan maksud penelitian. Selanjutnya
data yang terpilih disederhanakan, dalam arti mengklasifikasikan data atas
dasar tema-tema: memadukan data yang tersebar, menelusuri tema untuk
merekomendasikan data tambahan kemudian peneliti melakukan abstraksi
data kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan. Reduksi data
berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung.
2. Tahap Penyajian Data
Pada tahap ini peneliti melakukan penyajian informasi dalam bentuk teks
naratif. Penyajian data dirancang dalam rangka menggabungkan informasi
yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga
dapat ditarik kesimpulan dengan benar.

14
3. Tahap Kesimpulan (Verifikasi)
Pada tahap ini, peneliti melakukan uji kebenaran setiap makna yang
muncul dari data. Setiap data penunjang diklarifikasi kembali, baik dengan
informan di lapangan maupun melalui diskusi dengan teman-teman
sejawat.

4.7 Keabsahan Data Penelitian


Keabsahan data dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat kepercayaan
yang berhubungan dengan seberapa jauh tingkat keberhasilan hasil penelitian,
memperjelas dan mengungkapkan data menggunakan fakta yang aktual di
lapangan. Keabsahan data dalam penelitian kualitatif sifatnya lebih sejalan
seiring dengan proses penelitian berlangsung. Keabsahan data penelitian ini
menggunakan triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu sumber, metode,
penyidik dan teori.

15
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lingkup penelitian berada di Universitas Semarang (USM), yang
mempunyai 3 program pasca sarjana, 6 program studi S1 dan 1 program studi
D3. Universitas Semarang memiliki 18 dosen tetap yang berusia di atas 60
tahun (lansia) dan banyak yang dalam kondisi sehat. Universitas Semarang
juga memiliki Klinik Kesehatan dan Apotik. Gedung-gedung yang dimiliki
USM dalam kondisi cukup baru dan baik, sehingga kebersihan kampus juga
terjaga dengan baik.
5.1.2 Karakteristik Informan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam yang dilakukan pada 8 informan
utama yang termasuk dosen USM yang sudah berusia 60 tahun ke atas.
Karakteristik selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Karakteristik Informan


NO Informan Jenis Usia Pend. Gol. Jab.
Utama Kelamin Thn Bln Fung.
1 A(PL) L 64 5 S3 IVa LK
2 B(JK) L 60 6 S3 IVc LK
3 C(HR) L 62 2 S2 IVa LK
4 D(IP) P 60 6 S2 IVa LK
5 E(EN) P 62 2 S3 IVc LK
6 F(DW) P 61 8 S2 IIId LK
7 G(YS) P 63 9 S2 IVa LK
8 H(YN) P 60 6 S2 IVb LK

Tabel 2 menggambarkan bahwa kedelapan informan utama adalah dosen


USM yang telah berusia 60 tahun ke atas (3 dosen berjenis kelamin laki-laki, 5
berjenis kelamin perempuan), 3 dosen berpendidikan S3 dan 5 dosen
berpendidikan S2, semua sudah mempunyai jabatan fungsional Lektor Kepala

16
dengan golongan IV. Karakteristik tersebut diharapkan mampu mewakili
keseluruhan dosen lansia USM yang berjumlah 18 orang.

5.1.3 Hasil Rekapitulasi Wawancara Mendalam 8 Dosen Lansia USM dan


Pembahasan

Tabel 3 Hasil Rekapitulasi Wawancara Mendalam 8 Dosen Lansia USM dan


Pembahasan
FAKTOR YANG REKAPITULASI HASIL WAWANCARA PEMBAHASAN
MEMPENGARUHI INFORMAN (A-H)
FAKTOR Lingkungan Fisik: Faktor Lingkungan
LINGKUNGAN -6 org mengatakan lingkungan fisik dimana dikatakan oleh HL Blum
mereka tinggal dan bekerja (rumah, adalah faktor terbesar yang
lingkungan rumah dan kantor) sudah baik dari mempengaruhi kesehatan
sanitasinya (sampah, polusi udara, air dan manusia, dan mmg benar
tanah). bahwa ke 6 dosen lansia
Lingkungan Sosial: USM sdh mendapatkan
-4 org mengatakan tdk ada masalah dg lingkungan fisik dan sosial
lingkungan sosial dimana mereka tinggal dan yang baik.
bekerja, mereka berusaha menyesuaikan
dengan sikon dan tidak terlalu dipikirkan, Ada sebagian kecil (2 org)
yang penting fokus dg tugas masing2. ada kendala di lingkungan
-2 org mengatakan meski ada masalah bahkan sosial, akan tetapi mereka bs
cukup tertekan, tapi mereka mau tdk mau/ hrs menyikapinya dengan cukup
bisa menyikapi itu dengan sekuat tenaga, dan baik (meski di sisi kesehatan
mereka akhirnya juga bisa fokus dengan mereka cukup terkena
pekerjaan. efeknya juga)

FAKTOR Pola Makan: Faktor perilaku menurut HL


PERILAKU -4 org mengatakan selalu/ lbh sering makan Blum adalah faktor terbesar
masakan rumah. kedua yg mempengaruhi
-3 org mengatakan mereka sering jajan di luar. kesehatan manusia, dan
-1 org mengatakan dulu kondisinya susah dan dosen lansia USM sudah
selalu makan makanan rumah seadanya krn cukup baik, bahkan ada
mmg tdk bisa makan yang aneh-aneh (yang yang sangat baik untuk
mewah-mewah). menjaga kesehatannya
dalam pola makan, aktifitas
Pola Aktivitas Fisik: fisik, pola istirahat dan
-3 org mengatakan berolahraga jalan kaki min kebiasaan lainnya.
2x seminggu selama 60-90 menit.
-1 org mengatakan beraktivitas jalan kaki Terdapat 1 org yang dahulu
hampir setiap hari selama 15-20 menitan mempunyai kebiasaan yg
dikali 4x dalam sehari, dikarenakan rumahnya agak kurang dlm perilaku
luar kota, naik bus dan angkutan kota, dan sehatnya sehingga agak
dilakukan dengan enjoy saja. berefek pada kesehatannya
-3 org mengatakan banyak beraktivitas di rmh pada masa dulu, tapi
atau dilingkungan kerja/sosial tapi banyak sekarang cukup sehat.
bergerak dan cukup berkeringat.
-1 org mengatakan tdk trll banyak beraktivitas Terdapat 1 org yang
fisik dalam kesehariannya. mempunyai kebiasaan yg
agak kurang dlm perilaku
sehatnya sehingga agak

17
Pola Istirahat: berefek pada kesehatannya
-6 org mengatakan waktu istirahat cukup, krn sekarang.
mmg diatur demikian, tdk mau ngoyo krn bs
berefek ke masalah kesehatan.
-1 org mengatakan meski rumah jauh dan hrs
naik bus dan angkot tapi dia berusaha untuk
selalu enjoy dan beristirahat selama di
perjalanan, tdk mau memikirkan pekerjaan
lagi jd bs beristirahat fisik dan pikiran selama
di jalan. Intinya bisa mengatur wktu istirahat.
-1 org mengatakan cukup bekerja keras demi
keluarga krn dulu hrs mencukupi kebutuhan
keluarganya, tapi sekarang akhirnya sudah
cukup baik keluarganya dan bs cukup
istirahat.

Kebiasaan Lain :
-1 org mengatakan terbiasa berjemur di sinar
matahari 1-2x seminggu.
-3 org mengatakan terbiasa minum air hangat
setiap bangun tidur, membuat tubuhnya lbh
enak.
-1 org mengatakan tdk mau diberi tugas yang
membuat dia berpikir keras, pgn enjoy saja
krn tdk mau tertekan.

FAKTOR -6 org mengatakan sangat jarang ke dokter Faktor pelayanan kesehatan


PELAYANAN karena mereka jarang sakit. Sakitpun tdk menjadi faktor ketiga yang
KESEHATAN terlalu perlu ke dokter hny minum obat/ cara mempengaruhi kesehatan, 8
tradisional saja sdh bs mengatasi. Jika ke org dosen lansia USM
dokter itu hanya perlu kontrol kesehatan saja. mendapat sdh pelayanan
Meski ada 2 org yang terkena diabetes tapi sgt kesehatan yang baik,
terkontrol. sehingga mereka bisa tetap
sehat.
-2 org mengatakan ke dokter krn bbrp kali
pernah sakit dan perlu sampai opname dan
juga tertangani dengan baik oleh dokter dan
rumah sakit.

FAKTOR GEN -6 org mengatakan tdk ada penyakit bawaan Faktor gen adalah faktor
sejak lahir. terkecil yang mempengaruhi
kesehatan dan dari 8 org
dosen lansia USM tdk ada
yang membawa gen buruk
dari lahir. Semua dalam
kondisi baik sejak lahir.

18
5.1.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah namun masih
memiliki keterbatasan yaitu :
1. Penelitian kualitatif memiliki subyektifitas tinggi karena sangat
bergantung pada interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat dalam
wawancara, sehingga kemungkinan bias tetap masih ada.
2. Masih perlu kedetailan pertanyaan saat wawancara dengan masing-masing
informan utama, tapi karena keterbatasan waktu dan biaya dalam
pelaksanaan penelitian ini maka hal tersebut sulit dilakukan.

5.2 Luaran Yang Dicapai


Luaran yang dicapai berupa publikasi di Jurnal Jendela Olahraga
UPGRIS (Draf di lampiran).

19
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu bahwa
kesehatan dosen lansia sangat ditentukan oleh bagaimana mereka mengontrol
perilaku mereka dalam menjaga kesehatannya. Perilaku mereka berasal dari
pikiran dan perasaannya masing-masing. Jika mereka dapat mengatur pikiran,
perasaan dan perilaku, maka mereka akan tetap dalam kondisi sehat meski faktor
lingkungan ada yang menekan mereka. Faktor berikutnya yang juga
mempengaruhi kesehatan mereka adalah aktifitas fisik setiap hari atau 1-2x
seminggu dalam intensitas ringan sampai sedang, pola makan yang secukupnya
(tidak berlebihan) dan bergizi juga mempengaruhi kesehatan mereka. Faktor
pelayanan kesehatan dan gen diakui baik dan tidak berpengaruh pada kesehatan
mereka dalam penelitian ini.

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu dosen lansia harus bisa
mengatur pikiran, perasaan dan perilakunya. Selain itu aktifitas fisik setiap hari
atau 1-2x seminggu dalam intensitas ringan sampai sedang, pola makan yang
secukupnya (tidak berlebihan) dan bergizi juga harus dipenuhi agar mereka tetap
bertahan dalam kondisi yang sehat, punya usia yang panjang dan tetap bisa
berkarya dalam profesinya sebagai pendidik anak bangsa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anbarasan Sri Santiya. 2015. “Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan


Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Pada Periode 27
Februari Sampai 14 Maret 2015”. ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 4 NO.1,
September-Desember, Hal 113-124.

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. 2019.


Derajat Kesehatan 40% Dipengaruhi Lingkungan. Jakarta.
Jumlah Lansia Sehat Harus Meningkat. Jakarta.
Indonesia Masuki Periode Aging Population. Jakarta.

Dosen dan Mahasiswa FK Unri Baksos di Siak. 2019. Sebagian Besar Lansia
Alami Hipertensi, Pekanbaru, Tribunpekanbaru.Com

Gatra.com, 2019. Teknologi Penting untuk Dorong Lansia Hidup Sehat.

Sumarwati Made, Waluyo Sejati, Roisca Dyah Pramitasar. 2008. “Eksplorasi


Persepsi Penderita Tentang Faktor-Faktor Penyebab Dan Dampak
Penyakit Diabetes Melitus Di Wilayah Puskesmas Purwokerto Barat,
Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas”. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3
No.3 Nopember 2008.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.


Jakarta Selatan.

Wibisono Evelyn Fajar, Hanjaya Siaputra, Andini Emmiati, Andita Widjaja. 2015.
“Pola Perilaku Hidup Sehat Pra Lansia Dalam Mengkonsumsi Makanan
Sehari-Hari Di Maureen Studio”. Surabaya. Jurnal Hospitality dan
Manajemen Jasa Vol 3, No 1.

Yan Loriza Sativa, Fx. Suharto, Eridia. 2018. “Pengalaman Diet Lansia
Perempuan Penderita Hipertensi”. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia,
Vol 2, No 1, 2018, ISSN: 2580-3077.

21
LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA
Faktor 1. Lingkungan Fisik/ Kondisi fisik
LIngkungan Kondisi sanitasi buruk (mis. penumpukan sampah, polusi udara, air
(40%) dan tanah)
*Banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam
berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
2. Lingkungan sosial (bgm interaksi individu satu dg yg lainnya,
saling bantu/ tidak, dll)
*Kondisi lingkungan sosial yg buruk dpt menimbulkan masalah kejiwaan

Faktor 1. Perilaku utk hidup bersih dan sehat (dalam keluarga, lingkungan
Perilaku kerja, masyarakat, dll) dalam rangka menjaga kesehatannya.
(30%) -Kebiasaan hidup bersih
-Aktivitas fisik/OR
-Makan
-Istirahat
-Kebiasaan lain
2. Kesadaran utk hidup bersih dan sehat bgm?
Apa yg sudah dilakukan/ yg akan dilakukan utk menjaga
kesehatan.

Faktor Posyandu, puskesmas, rumah sakit, dokter keluarga/dokter yg baik,


Pelayanan pelayanan kesehatan lainnya utk berobat dan merawat kesehatan
Kesehatan
(20%)
Faktor Adakah penyakit bawaan dari lahir? Bagaiman gen/ keturunan dari
Genetik orangtua?
(10%)

22
LAMPIRAN 2

SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS

No Nama/NIDN Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


Studi Ilmu Waktu
(jam/minggu)
1 Metta Christiana, MKU Olahraga 2 jam/minggu Survey, menyusun
S.Pd., M.Kes. dan proposal,
Kesehatan mengumpulkan data,
analisa data,
menyusun laporan.

2 Andy Nurcahyo, MKU Olahraga 1 jam/minggu Membantu proses


S.Pd, M.Pd. dan pengumpulan data
Kesehatan
3 Ahmad Muhaimin, MKU Olahraga 1 jam/minggu Membantu proses
S.Pd, M.Pd. dan pengumpulan data
Kesehatan

23
LAMPIRAN 3

ARTIKEL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DOSEN LANSIA


UNIVERSITAS SEMARANG TETAP SEHAT

Metta Christiana1, Andi Nurcahyo2, Ahmad Muhaimin3


Dosen Olahraga, Mata Kuliah Umum, Universitas Semarang

Abstract

The number of elderly people is now increasing. The Ministry of Health of the
Republic of Indonesia (2019) stated that currently we are entering the aging population
period, which is an increase in life expectancy followed by an increase in the number of
elderly people. Indonesia experienced an increase in the number of elderly people from
18 million (7.56%) in 2010, to 25.9 million (9.7%) in 2019, and is expected to continue to
increase in 2035 to 48.2 million (15.77%). Unfortunately the increase in the number of
elderly population was accompanied by an increase in the morbidity rate for the elderly in
2013 which amounted to 24.8%, in 2014 amounted to 25.05%, in 2015 amounted to
28.62%.
Lecturers are professional educators and scientists with the main task of
transforming, developing, and disseminating science, technology, and art through
education, research, and community service. It takes a fairly long process to carry out the
task as an educator with professionals.
The purpose of this study was to analyze the factors affecting the health of USM
elderly lecturers. This type of research is qualitative with a descriptive approach. Data
were collected by in-depth interview and observation methods. The research subjects
were 8 USM lecturers. Data were analyzed by content analysis.
The results of this study are that the health of elderly lecturers is largely determined
by how they control their behavior in maintaining their health. Their behavior comes
from the thoughts and feelings of each. If they can regulate their thoughts, feelings and
behavior, they will remain in good health even if environmental factors pressure them.
The next factor that also affects their health is physical activity every day or 1-2x a week
in mild to moderate intensity, adequate diet (not excessive) and nutritious also affect their
health. Health service factors and genes are recognized as good and have no effect on
their health in this study.
Suggestions that can be given by researchers, namely elderly lecturers must be able
to regulate their thoughts, feelings and behavior. Besides physical activity every day or 1-
2x a week in mild to moderate intensity, adequate (not excessive) and nutritious eating
patterns must also be fulfilled so that they can survive in a healthy condition, have a long
life and still be able to work in their profession as educators of the nation's children.

Keywords: Health and Elderly USM Lecturers

24
1. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) Dosen adalah pendidik profesional
sekarang ini semakin banyak. dan ilmuwan dengan tugas utama
Kementerian Kesehatan Republik mentransformasikan, mengembangkan,
Indonesia (2019) mengemukakan bahwa dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
saat ini kita mulai memasuki periode teknologi, dan seni melalui pendidikan,
aging population, yaitu peningkatan penelitian, dan pengabdian kepada
umur harapan hidup yang diikuti dengan masyarakat. Dibutuhkan proses yang
peningkatan jumlah lansia. Indonesia cukup panjang untuk melaksanakan
mengalami peningkatan jumlah tugas sebagai pendidik tersebut dengan
penduduk lansia dari 18 juta jiwa professional.
(7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 Tujuan penelitian ini adalah untuk
juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan menganalisis faktor-faktor yang
diperkirakan akan terus meningkat pada mempengaruhi kesehatan dosen lansia
tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa USM. Penelitian ini perlu dilakukan
(15,77%). Sekjen Kemenkes, drg. Oscar karena kesehatan bukanlah sesuatu yang
Primadi, MPH mengatakan semua orang dapat diraih secara instan atau cepat,
perlu mulai memperhatikan kebutuhan perlu proses dan keseriusan untuk
lansia tersebut, sehingga diharapkan mencapai kondisi tersebut. Maka
mereka dapat tetap sehat, mandiri, aktif, penelitian ini diperlukan agar seluruh
dan produktif, salah satunya penguatan dosen USM mendapat informasi,
peran keluarga dalam melakukan melihat bukti, dan diharapkan segera
perawatan bagi lansia. bersikap dan berusaha untuk mencapai
Menua adalah hal wajar dan kondisi yang sehat tersebut.
alamiah, yang menjadi masalah adalah
seberapa siap seorang lansia 2. TINJAUAN PUSTAKA
menyongsong hari tua. Demikian pula 2.1 Kesehatan Lansia
orang-orang terdekat mereka, keluarga Derajat kesehatan masyarakat
maupun bukan. Sebab faktanya, jumlah dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu kondisi
lansia kini semakin besar. lingkungan, perilaku masyarakat,
Mempersiapkan lansia sehat dan mandiri pelayanan kesehatan dan genetika. Teori
adalah sebuah tantangan tersendiri. Hal H.L. Blum yang menyebutkan bahwa
ini penting, agar kelak lansia tidak derajat kesehatan ditentukan oleh 40%
menjadi beban bagi keluarga, faktor lingkungan, 30% faktor perilaku,
masyarakat, maupun negara. Sayangnya 20% faktor pelayanan kesehatan, dan
peningkatan jumlah penduduk lansia 10% faktor genetika (keturunan). Faktor
tersebut dibarengi juga dengan naiknya yang menentukan derajat kesehatan
angka kesakitan lansia yaitu tahun 2013 masyarakat selama ini lebih ditekankan
sebesar 24,8%, tahun 2014 sebesar kepada pelayanan kesehatan, padahal
25,05%, tahun 2015 sebesar 28,62%. Menteri Kesehatan Nila Moeloek
mengatakan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
bukan pelayanan kesehatan. Hal tersebut
Menkes ucapkan dalam Rapat Kerja
Nasional Indonesai Bersih yang digelar
oleh Kemenko Maritim dan
Kementerian LHK, Kamis (21/2) di
gedung Kementerian LHK, Jakarta
Pusat. Keempat faktor tersebut saling

24
berinteraksi yang mempengaruhi memiliki kompetensi dalam
kesehatan perorangan dan derajat menggerakan masyarakat dan paham
kesehatan masyarakat. Kesehatan lansia akan nilai kesehatan masyarakat.
dalam penelitian ini akan dilihat dari Masyarakat yang berperilaku hidup
teori H.L Blum tersebut. bersih dan sehat akan menghasilkan
2.1.1 Faktor Lingkungan budaya menjaga lingkungan yang bersih
Berbicara mengenai lingkungan dan sehat.
sering kali kita meninjau dari kondisi Pembuatan peraturan tentang
fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi berperilaku sehat juga harus dibarengi
sanitasi buruk dapat menjadi sumber dengan pembinaan untuk menumbuhkan
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas kesadaran pada masyarakat. Sebab,
membahayakan kesehatan masyarakat apabila upaya dengan menjatuhkan
kita. Terjadinya penumpukan sampah sanksi hanya bersifat jangka pendek.
yang tidak dapat dikelola dengan baik, Pembinaan dapat dimulai dari
polusi udara, air dan tanah juga dapat lingkungan keluarga, sekolah, dan
menjadi penyebab. Upaya menjaga masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat
lingkungan menjadi tanggung jawab sebagai role model harus diajak turut
semua pihak untuk itulah perlu serta dalam menyukseskan program-
kesadaran semua pihak. program kesehatan.
Puskesmas sendiri memiliki 2.1.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
program kesehatan lingkungan dimana Kondisi pelayanan kesehatan juga
berperan besar dalam mengukur, menunjang derajat kesehatan
mengawasi, dan menjaga kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
lingkungan masyarakat. namun berkualitas sangatlah dibutuhkan.
dilematisnya di puskesmas jumlah Masyarakat membutuhkan posyandu,
tenaga kesehatan lingkungan sangat puskesmas, rumah sakit dan pelayanan
terbatas padahal banyak penyakit yang kesehatan lainnya untuk membantu
berasal dari lingkungan kita seperti dalam mendapatkan pengobatan dan
diare, demam berdarah, malaria, TBC, perawatan kesehatan. Terutama untuk
cacar dan sebagainya. pelayanan kesehatan dasar yang
Disamping lingkungan fisik juga ada memang banyak dibutuhkan masyarakat.
lingkungan sosial yang berperan. Kualitas dan kuantitas sumber daya
Sebagai mahluk sosial kita manusia di bidang kesehatan juga mesti
membutuhkan bantuan orang lain, ditingkatkan.
sehingga interaksi individu satu dengan Puskesmas sebagai garda terdepan
yang lainnya harus terjalin dengan baik. dalam pelayanan kesehatan masyarakat
Kondisi lingkungan sosial yang buruk sangat besar perananya. sebab di
dapat menimbulkan masalah kejiwaan. puskesmaslah akan ditangani
2.1.2 Faktor Perilaku masyarakat yang membutuhkan edukasi
Perilaku masyarakat dalam menjaga dan perawatan primer. Peranan Sarjana
kesehatan sangat memegang peranan Kesehatan Masyarakat sebagai manager
penting untuk mewujudkan Indonesia yang memiliki kompetensi di bidang
Sehat. Hal ini dikarenakan budaya hidup manajemen kesehatan dibutuhkan dalam
bersih dan sehat harus dapat menyusun program-program kesehatan.
dimunculkan dari dalam diri masyarakat Utamanya program-program
untuk menjaga kesehatannya. pencegahan penyakit yang bersifat
Diperlukan suatu program untuk preventif sehingga masyarakat tidak
menggerakan masyarakat menuju satu banyak yang jatuh sakit.
misi Indonesia Sehat. Sebagai tenaga Banyak kejadian kematian yang
motorik tersebut adalah orang yang seharusnya dapat dicegah seperti diare,

25
demam berdarah, malaria, dan penyakit 2.2 Cara Pandang Kita Terhadap
degeneratif yang berkembang saat ini Kesehatan
seperti jantung karoner, stroke, diabetes Di zaman yang semakin maju
militus dan lainnya. penyakit itu dapat seperti sekarang ini maka cara pandang
dengan mudah dicegah asalkan kita terhadap kesehatan juga mengalami
masyarakat paham dan melakukan perubahan. Apabila dahulu kita
nasehat dalam menjaga kondisi mempergunakan paradigma sakit yakni
lingkungan dan kesehatannya. kesehatan hanya dipandang sebagai
2.1.4 Faktor Genetik upaya menyembuhkan orang yang sakit
Seperti apa keturunan generasi muda dimana terjalin hubungan dokter dengan
yang diinginkan? Pertanyaan itu menjadi pasien (dokter dan pasien). Namun
kunci dalam mengetahui harapan yang sekarang konsep yang dipakai adalah
akan datang. Nasib suatu bangsa paradigma sehat, dimana upaya
ditentukan oleh kualitas generasi kesehatan dipandang sebagai suatu
mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus tindakan untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas generasi muda meningkatkan derajat kesehatan individu
kita agar mereka mampu berkompetisi ataupun masyarakat. Konsep paradigma
dan memiliki kreatifitas tinggi dalam sehat H.L. Blum memandang pola hidup
membangun bangsanya. sehat seseorang secara holistik dan
Dalam hal ini kita harus komprehensif. Masyarakat yang sehat
memperhatikan status gizi balita sebab tidak dilihat dari sudut pandang tindakan
pada masa inilah perkembangan otak penyembuhan penyakit melainkan upaya
anak yang menjadi asset kita dimasa yang berkesinambungan dalam menjaga
mendatang. Namun masih banyak saja dan meningkatkan derajat kesehatan
anak Indonesia yang status gizinya masyarakat.
kurang bahkan buruk. Padahal potensi Peranan Sarjana Kesehatan
alam Indonesia cukup mendukung. oleh Masyarakat dalam hal ini memegang
sebab itulah program penanggulangan kendali dominan dibandingkan peranan
kekurangan gizi dan peningkatan status dokter. Sebab hubungan dokter dengan
gizi masyarakat masih tetap diperlukan. pasien hanya sebatas individu dengan
Utamanya program Posyandu yang individu tidak secara langsung
biasanya dilaksanakan di tingkat menyentuh masyarakat luas. Ditambah
RT/RW. Dengan berjalannya program lagi kompetensi dalam memanagement
ini maka akan terdeteksi secara dini program lebih dikuasai lulusan
status gizi masyarakat dan cepat dapat Kesehatan Masyarakat sehingga dalam
tertangani. perkembangannya, seorang Sarjana
Program pemberian makanan Kesehatan Masyarakat menjadi ujung
tambahan di posyandu masih perlu terus tombak program kesehatan di negara-
dijalankan, terutamanya daeraha yang negara maju.
miskin dan tingkat pendidikan Untuk negara berkembang seperti
masyarakatnya rendah. Pengukuran Indonesia justru, paradigma sakit yang
berat badan balita sesuai dengan KMS digunakan. Dimana kebijakan
(Kartu Menuju Sehat) harus rutin pemerintah berorientasi pada
dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi penyembuhan pasien sehingga terlihat
secara dini status gizi balita. Bukan saja jelas peranan dokter, perawat dan bidan
pada gizi kurang kondisi obesitas juga sebagai tenaga medis dan paramedis
perlu dihindari. Bagaimana kualitas mendominasi. Padahal upaya semacam
generasi mendatang sangat menentukan itu sudah lama ditinggalkan karena
kualitas bangsa Indonesia mendatang. secara finansial justru merugikan
Negara. Anggaran APBN untuk

26
pendanaan kesehatan di Indonesia kesehatannya sekarang.
semakin tinggi dan sebagian besar Faktor pelayanan kesehatan menjadi
digunakan untuk upaya pengobatan faktor ketiga yang mempengaruhi
seperti pembelian obat, sarana kesehatan kesehatan, 8 org dosen lansia USM
dan pembangunan gedung. Seharusnya mendapat sdh pelayanan kesehatan yang
untuk meningkatan derajat kesehatan baik, sehingga mereka bisa tetap sehat.
kita harus menaruh perhatian besar pada Faktor gen adalah faktor terkecil
akar masalahnya dan selanjutnya yang mempengaruhi kesehatan dan dari
melakukan upaya pencegahannya. 8 org dosen lansia USM tdk ada yang
Untuk itulah maka upaya kesehatan membawa gen buruk dari lahir. Semua
harus fokus pada upaya preventif dalam kondisi baik sejak lahir.
(pencegahan) bukannya kuratif
(pengobatan). 5. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini yaitu bahwa
3. METODE PENELITIAN kesehatan dosen lansia sangat ditentukan
Jenis penelitian ini adalah kualitatif oleh bagaimana mereka mengontrol
dengan pendekatan deskriptif. Data perilaku mereka dalam menjaga
dikumpulkan dengan metode wawancara kesehatannya. Perilaku mereka berasal
secara mendalam dan observasi. Subjek dari pikiran dan perasaannya masing-
penelitian adalah dosen USM sebanyak masing. Jika mereka dapat mengatur
8 orang. Data dianalisis dengan cara pikiran, perasaan dan perilaku, mereka
content analysis akan tetap dalam kondisi sehat meski
faktor lingkungan menekan mereka.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor berikutnya yang juga
Faktor Lingkungan dikatakan oleh mempengaruhi kesehatan mereka adalah
HL Blum adalah faktor terbesar yang aktifitas fisik setiap hari atau 1-2x
mempengaruhi kesehatan manusia, dan seminggu dalam intensitas ringan
mmg benar bahwa ke 6 dosen lansia sampai sedang, pola makan yang
USM sdh mendapatkan lingkungan fisik secukupnya (tidak berlebihan) dan
dan sosial yang baik. Ada sebagian kecil bergizi juga mempengaruhi kesehatan
(2 org) ada kendala di lingkungan sosial, mereka.
akan tetapi mereka bs menyikapinya Faktor pelayanan kesehatan dan gen
dengan cukup baik (meski di sisi diakui baik dan tidak berpengaruh pada
kesehatan mereka cukup terkena kesehatan mereka dalam penelitian ini.
efeknya juga)
Faktor perilaku menurut HL Blum 6. SARAN
adalah faktor terbesar kedua yg Saran yang dapat diberikan oleh peneliti
mempengaruhi kesehatan manusia, dan yaitu dosen lansia harus bisa mengatur
dosen lansia USM sudah cukup baik, pikiran, perasaan dan perilakunya.
bahkan ada yang sangat baik untuk Selain itu aktifitas fisik setiap hari atau
menjaga kesehatannya dalam pola 1-2x seminggu dalam intensitas ringan
makan, aktifitas fisik, pola istirahat dan sampai sedang, pola makan yang
kebiasaan lainnya. Terdapat 1 org yang secukupnya (tidak berlebihan) dan
dahulu mempunyai kebiasaan yg agak bergizi juga harus dipenuhi agar mereka
kurang dlm perilaku sehatnya sehingga tetap bertahan dalam kondisi yang sehat,
agak berefek pada kesehatannya pada punya usia yang panjang dan tetap bisa
masa dulu, tapi sekarang cukup sehat. berkarya dalam profesinya sebagai
Terdapat 1 org yang mempunyai pendidik anak bangsa.
kebiasaan yg agak kurang dlm perilaku
sehatnya sehingga agak berefek pada

27
6. REFERENSI 2580-3077.
Anbarasan Sri Santiya. 2015.
“Gambaran Kualitas Hidup Lansia
Dengan Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rendang Pada
Periode 27 Februari Sampai 14
Maret 2015”. ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, September-
Desember, Hal 113-124.
Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan
RI. 2019. Derajat Kesehatan 40%
Dipengaruhi Lingkungan. Jakarta.
Jumlah Lansia Sehat Harus Meningkat.
Jakarta.
Indonesia Masuki Periode Aging
Population. Jakarta.
Dosen dan Mahasiswa FK Unri Baksos
di Siak. 2019. Sebagian Besar
Lansia Alami Hipertensi,
Pekanbaru, Tribunpekanbaru.Com
Gatra.com, 2019. Teknologi Penting
untuk Dorong Lansia Hidup Sehat.
Sumarwati Made, Waluyo Sejati, Roisca
Dyah Pramitasar. 2008. “Eksplorasi
Persepsi Penderita Tentang Faktor-
Faktor Penyebab Dan Dampak
Penyakit Diabetes Melitus Di
Wilayah Puskesmas Purwokerto
Barat, Kecamatan Purwokerto Barat,
Kabupaten Banyumas”. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing),
Volume 3 No.3 Nopember 2008.
Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
2017. Jakarta Selatan.
Wibisono Evelyn Fajar, Hanjaya
Siaputra, Andini Emmiati, Andita
Widjaja. 2015. “Pola Perilaku Hidup
Sehat Pra Lansia Dalam
Mengkonsumsi Makanan Sehari-
Hari Di Maureen Studio”. Surabaya.
Jurnal Hospitality dan Manajemen
Jasa Vol 3, No 1.
Yan Loriza Sativa, Fx. Suharto, Eridia.
2018. “Pengalaman Diet Lansia
Perempuan Penderita Hipertensi”.
Jurnal Ilmiah Keperawatan
Indonesia, Vol 2, No 1, 2018, ISSN:

28

Anda mungkin juga menyukai