Faktor Faktor Yang Menyebabkan Dosen Lansia Universitas Semarang Tetap Sehat
Faktor Faktor Yang Menyebabkan Dosen Lansia Universitas Semarang Tetap Sehat
USM
TIM PENGUSUL
Metta Christiana, S.Pd, M.Kes. 0631087503 (Ketua)
Andi Nur Cahyo, S.Pd, M.Pd. 0623128202 (Anggota 1)
Ahmad Muhaimin, S.Pd, M.Pd. 0605066805 (Anggota 2)
UPT MKU
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMESTER GASAL
2019/2020
ii
iii
HA
iv
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
v
PRAKATA
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Dosen Lansia USM Tetap Sehat”.
Melalui kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada;
1. Orangtua, suami dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan penuh
dalam penyusunan penelitian ini.
2. Bp. Iswoyo, S.Pt, MP. selaku Ketua LPPM yang telah memberi kesempatan
untuk meyusun penelitian ini.
3. Ib. Dra. Rati Riana, M.Pd selaku Kepala UPT MKU yang telah membimbing
dalam penyusunan penelitian ini.
4. Bapak Ibu Dosen USM yang telah bersedia berbagi informasi dan pengalaman
untuk digunakan sebagai data penelitian ini.
5. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan dan penyusunan
penelitian ini.
Penulis sadar bahwa masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam kegiatan
penelitian ini sehingga perlu dilakukan penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir
kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat ataupun bagi peneliti
sendiri.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................……………… i
HALAMAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ………………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................……………… iii
HALAMAN PENGESAHAN REVIEWER ....................................……………… iv
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM …………………………….. …………….... v
PRAKATA …………………………..………………………………………….... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................……………… vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL ............................................................................……………… ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………..…………………. x
RINGKASAN .................................................................................……………… xi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................……………… 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................………………. 3
1.3 Urgensi Penelitian ..........................................................………………. 3
1.4 Target Temuan ………..................................................……………… 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Analisis Kondisi Dosen Lansia ............……………… 4
2.2 Kesehatan Lansia
2.2.1 Faktor Lingkungan …..……………………………...……………… 6
2.2.2 Faktor Perilaku ……….………….………………….……………… 6
2.2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan ………………………. …………........ 7
2.2.4 Faktor Genetika ..….......…………………………….……………… 7
2.3 Cara Pandang Kita Terhadap Kesehatan ……………..……………… 8
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................... ……………… 9
2.5 Kerangka Berpikir …………………………………….……………… 11
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian ...…………………………………………………… 12
3.2 Manfaat Penelitian …………………………………….……………… 12
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Tahapan Penelitian .......................................................……………… 13
4.2 Lokasi Penelitian ...........................................................……………… 13
4.3 Peubah yang Diamati ................................................... ……………… 13
4.4 Rancangan Penelitian ...................................................……………… 13
4.5 Teknik Pengumpulan Data ……………………………. ……………… 14
4.6 Analisis Data ………………………….………………. ……………… 14
4.7 Keabsahan data ………………..……………………………………… 15
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Hasil Penelitian ……...………………………………..……………… 16
5.2 Luaran Yang Dicapai …...……………………………..………………. 19
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan …………………………………………...……………… 20
6.2 Saran …………………………………………………..……………… 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................………………. 21
LAMPIRAN ………………............................................................………………. 21
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
RINGKASAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Gambar 1 Angka Kesakitan Lansia Tahun 2013-2015
Lansia tersebut (baik yang mengalami sakit atau yang sehat) sebagian
diantaranya mempunyai profesi sebagai staff pengajar di sebuah Universitas.
Usia pensiun dosen swasta berdasarkan Permenristekdikti No. 26 Tahun 2015
dan Permenristekdikti No. 2 Tahun 2016 menetapkan masa pensiun jatuh di
usia 65 tahun. Ini berlaku untuk dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen
Nasional (NIDN). Sedangkan, masa pensiun untuk profesor berusia 70 tahun.
Lansia yang berprofesi sebagai dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dibutuhkan proses yang
cukup panjang untuk mencapai kualitas sebagai pendidik tersebut, maka
umumnya semakin tua usia dosen makan dosen tersebut diharapkan semakin
profesional, berkualitas, dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga masa
tersebut pada umumnya dicapai pada usia yang matang dan semakin matang
di usia lanjut.
Mengingat pentingnya profesi tersebut bagi masyarakat dan untuk
mempertahankan sebuah kualitas kemampuan yang membutuhkan proses
panjang, maka dibutuhkan kondisi dosen lansia yang tetap sehat. Berdasarkan
hal tersebut maka peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM.
2
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM.
Manfaat penelitian adalah agar peneliti mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi kesehatan dosen lansia USM. Manfaat selanjutnya adalah
peneliti dapat memberi masukan kepada seluruh dosen baik yang lansia
ataupun yang masih berusia muda agar dalam masa tua nanti dapat tetap
sehat dan bermanfaat bagi masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Dosen lansia adalah dosen yang telah berusia 60 tahun ke atas. Usia
pensiun dosen swasta berdasarkan Permenristekdikti No. 26 Tahun 2015 dan
Permenristekdikti No. 2 Tahun 2016 menetapkan masa pensiun jatuh di usia
65 tahun. Ini berlaku untuk dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen
Nasional (NIDN). Sedangkan, masa pensiun untuk profesor berusia 70 tahun.
Lansia yang berprofesi sebagai dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dibutuhkan proses yang
cukup panjang untuk mencapai kualitas sebagai pendidik tersebut, maka
umumnya semakin tua usia dosen makan dosen tersebut diharapkan semakin
profesional, berkualitas, dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga masa
tersebut pada umumnya dicapai pada usia yang matang dan semakin matang
di usia lanjut.
5
2.2.1 Faktor Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi
fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi
sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan
masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola
dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab.
Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk
itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana
berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan
lingkungan masyarakat. namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga
kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal
dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar
dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang
berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain,
sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan
baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah
kejiwaan.
2.2.2 Faktor Perilaku
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang
peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Hal ini dikarenakan
budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri
masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk
menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat. Sebagai tenaga
motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam
menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat.
Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan
budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi
dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat.
6
Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka
pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut
serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
2.2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan
dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani
masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi
di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-
program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang
bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti
diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang
berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan
lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya.
2.2.4 Faktor Genetik
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan? Pertanyaan itu
menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu
bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita
harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu
berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
7
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada
masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa
mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesia yang status gizinya
kurang bahkan buruk. Padahal potensi alam Indonesia cukup mendukung.
oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan
peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya
program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan
berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi
masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus
dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan KMS
(Kartu Menuju Sehat) harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi
secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas
juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang sangat
menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
8
Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang
kendali dominan dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter
dengan pasien hanya sebatas individu dengan individu tidak secara langsung
menyentuh masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam
memanagement program lebih dikuasai lulusan Kesehatan
Masyarakat sehingga dalam perkembangannya, seorang Sarjana Kesehatan
Masyarakat menjadi ujung tombak program kesehatan di negara-negara
maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit
yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada
penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan
bidan sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya
semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara finansial justru
merugikan Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan di
Indonesia semakin tinggi dan sebagian besar digunakan untuk upaya
pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan pembangunan
gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus
menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan
upaya pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada
upaya preventif (pencegahan) bukannya kuratif (pengobatan).
9
tidur teratur.
Gambaran Kualitas Hidup Penelitian dilaksanakan Kualitas hidup lansia secara
Lansia Dengan Hipertensi penelitian deskriptif umum baik (58.3%), kualitas
Di Wilayah Kerja kuantitatif. Teknik kesehatan fisik lansia buruk
Puskesmas analisis data dengan (71.7%),
Rendang Pada Periode 27 analisis univariat dan kualitas psikologis baik (61.7%),
Februari Sampai 14 Maret bivariat. kualitas personal sosial tidak
2015 (Sri Santiya Sampel 60 orang lansia. terlalu berpengaruh (50.0%) dan
Anbarasan, 2015) kualitas lingkungan buruk
(73.3%).
Kesimpulan: Kualitas hidup
lansia secara umum baik, hanya
buruk pada kualitas kesihatan
fisik dan
lingkungan
Eksplorasi Persepsi This study used a Data analysis revealed the
Penderita Tentang Faktor- qualitative descriptive following themes: diet, stress,
Faktor Penyebab Dan design. Seven genetics, and lack of exercise are
Dampak Penyakit participants were contributing to Diabetes
Diabetes Melitus Di interviewed. mellitus. Impacts of the disease
Wilayah Puskesmas The interviews were are discomfort because of
Purwokerto transcribed and content diabetes complication, lack of
Barat, Kecamatan analysis was used to dependency, sad and cost of
Purwokerto Barat, examine the data treatment. The research outcomes
Kabupaten Banyumas highlight the varied beliefs of
(Made Sumarwati, participants and numerous
Waluyo Sejati, impacts of diabetes mellitus.
Roisca Dyah
Pramitasar,2008)
Pengalaman Diet Lansia Jenis Diet yang dilakukan oleh lansia
Perempuan Penderita penelitian adalah penderita hipertensi dalam
Hipertensi kualitatif dengan mengontrol
(Loriza Sativa Yan, Fx. pendekatan tekanan darahnya seperti
Suharto, Eridia, 2018) fenomenologi mengurangi asupan makanan
deskriptif. pantangan yang banyak
Data penelitian mengandung lemak dan tinggi
dikumpulkan dengan natrium. Selain itu, Informan
mewawancarai 3 orang juga menyatakan
lansia perempuan rajin untuk memeiksakan tekanan
penderita hipertensi darah kepelayanan kesehatan dan
yang tinggal bersama selalu rutin
keluarga terlibat dalam minum obat.
penelitian ini dipilih
dengan menggunakan
teknik purposive
sampling.
10
2.4 Kerangka Berpikir
11
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
12
BAB IV
METODE PENELITIAN
13
merekam hasil wawancara dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan
selama proses wawancara.
4.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam (indepth interview), observasi, dan data sekunder (studi
dokumentasi, buku-buku, surat kabar, arsip, makalah yang berhubungan
dengan penelitian)
4.6 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif pada
prinsipnya berproses secara Analisis Deskriptif (content analysis). Analisis
data dalam penelitian ini berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan
data, atau melalui tiga tahapan model alir dari Miles dan Huberman, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Langkah-langkah yang ditempuh
dalam analisa data adalah sebagai berikut :
1. Tahap Reduksi Data
Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang
telah terkumpul. Data lapangan tersebut selanjutnya dipilih, dalam arti
menentukan derajat relevansinya dengan maksud penelitian. Selanjutnya
data yang terpilih disederhanakan, dalam arti mengklasifikasikan data atas
dasar tema-tema: memadukan data yang tersebar, menelusuri tema untuk
merekomendasikan data tambahan kemudian peneliti melakukan abstraksi
data kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan. Reduksi data
berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung.
2. Tahap Penyajian Data
Pada tahap ini peneliti melakukan penyajian informasi dalam bentuk teks
naratif. Penyajian data dirancang dalam rangka menggabungkan informasi
yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga
dapat ditarik kesimpulan dengan benar.
14
3. Tahap Kesimpulan (Verifikasi)
Pada tahap ini, peneliti melakukan uji kebenaran setiap makna yang
muncul dari data. Setiap data penunjang diklarifikasi kembali, baik dengan
informan di lapangan maupun melalui diskusi dengan teman-teman
sejawat.
15
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
16
dengan golongan IV. Karakteristik tersebut diharapkan mampu mewakili
keseluruhan dosen lansia USM yang berjumlah 18 orang.
17
Pola Istirahat: berefek pada kesehatannya
-6 org mengatakan waktu istirahat cukup, krn sekarang.
mmg diatur demikian, tdk mau ngoyo krn bs
berefek ke masalah kesehatan.
-1 org mengatakan meski rumah jauh dan hrs
naik bus dan angkot tapi dia berusaha untuk
selalu enjoy dan beristirahat selama di
perjalanan, tdk mau memikirkan pekerjaan
lagi jd bs beristirahat fisik dan pikiran selama
di jalan. Intinya bisa mengatur wktu istirahat.
-1 org mengatakan cukup bekerja keras demi
keluarga krn dulu hrs mencukupi kebutuhan
keluarganya, tapi sekarang akhirnya sudah
cukup baik keluarganya dan bs cukup
istirahat.
Kebiasaan Lain :
-1 org mengatakan terbiasa berjemur di sinar
matahari 1-2x seminggu.
-3 org mengatakan terbiasa minum air hangat
setiap bangun tidur, membuat tubuhnya lbh
enak.
-1 org mengatakan tdk mau diberi tugas yang
membuat dia berpikir keras, pgn enjoy saja
krn tdk mau tertekan.
FAKTOR GEN -6 org mengatakan tdk ada penyakit bawaan Faktor gen adalah faktor
sejak lahir. terkecil yang mempengaruhi
kesehatan dan dari 8 org
dosen lansia USM tdk ada
yang membawa gen buruk
dari lahir. Semua dalam
kondisi baik sejak lahir.
18
5.1.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah namun masih
memiliki keterbatasan yaitu :
1. Penelitian kualitatif memiliki subyektifitas tinggi karena sangat
bergantung pada interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat dalam
wawancara, sehingga kemungkinan bias tetap masih ada.
2. Masih perlu kedetailan pertanyaan saat wawancara dengan masing-masing
informan utama, tapi karena keterbatasan waktu dan biaya dalam
pelaksanaan penelitian ini maka hal tersebut sulit dilakukan.
19
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu bahwa
kesehatan dosen lansia sangat ditentukan oleh bagaimana mereka mengontrol
perilaku mereka dalam menjaga kesehatannya. Perilaku mereka berasal dari
pikiran dan perasaannya masing-masing. Jika mereka dapat mengatur pikiran,
perasaan dan perilaku, maka mereka akan tetap dalam kondisi sehat meski faktor
lingkungan ada yang menekan mereka. Faktor berikutnya yang juga
mempengaruhi kesehatan mereka adalah aktifitas fisik setiap hari atau 1-2x
seminggu dalam intensitas ringan sampai sedang, pola makan yang secukupnya
(tidak berlebihan) dan bergizi juga mempengaruhi kesehatan mereka. Faktor
pelayanan kesehatan dan gen diakui baik dan tidak berpengaruh pada kesehatan
mereka dalam penelitian ini.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu dosen lansia harus bisa
mengatur pikiran, perasaan dan perilakunya. Selain itu aktifitas fisik setiap hari
atau 1-2x seminggu dalam intensitas ringan sampai sedang, pola makan yang
secukupnya (tidak berlebihan) dan bergizi juga harus dipenuhi agar mereka tetap
bertahan dalam kondisi yang sehat, punya usia yang panjang dan tetap bisa
berkarya dalam profesinya sebagai pendidik anak bangsa.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dosen dan Mahasiswa FK Unri Baksos di Siak. 2019. Sebagian Besar Lansia
Alami Hipertensi, Pekanbaru, Tribunpekanbaru.Com
Wibisono Evelyn Fajar, Hanjaya Siaputra, Andini Emmiati, Andita Widjaja. 2015.
“Pola Perilaku Hidup Sehat Pra Lansia Dalam Mengkonsumsi Makanan
Sehari-Hari Di Maureen Studio”. Surabaya. Jurnal Hospitality dan
Manajemen Jasa Vol 3, No 1.
Yan Loriza Sativa, Fx. Suharto, Eridia. 2018. “Pengalaman Diet Lansia
Perempuan Penderita Hipertensi”. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia,
Vol 2, No 1, 2018, ISSN: 2580-3077.
21
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA
Faktor 1. Lingkungan Fisik/ Kondisi fisik
LIngkungan Kondisi sanitasi buruk (mis. penumpukan sampah, polusi udara, air
(40%) dan tanah)
*Banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam
berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
2. Lingkungan sosial (bgm interaksi individu satu dg yg lainnya,
saling bantu/ tidak, dll)
*Kondisi lingkungan sosial yg buruk dpt menimbulkan masalah kejiwaan
Faktor 1. Perilaku utk hidup bersih dan sehat (dalam keluarga, lingkungan
Perilaku kerja, masyarakat, dll) dalam rangka menjaga kesehatannya.
(30%) -Kebiasaan hidup bersih
-Aktivitas fisik/OR
-Makan
-Istirahat
-Kebiasaan lain
2. Kesadaran utk hidup bersih dan sehat bgm?
Apa yg sudah dilakukan/ yg akan dilakukan utk menjaga
kesehatan.
22
LAMPIRAN 2
23
LAMPIRAN 3
ARTIKEL PENELITIAN
Abstract
The number of elderly people is now increasing. The Ministry of Health of the
Republic of Indonesia (2019) stated that currently we are entering the aging population
period, which is an increase in life expectancy followed by an increase in the number of
elderly people. Indonesia experienced an increase in the number of elderly people from
18 million (7.56%) in 2010, to 25.9 million (9.7%) in 2019, and is expected to continue to
increase in 2035 to 48.2 million (15.77%). Unfortunately the increase in the number of
elderly population was accompanied by an increase in the morbidity rate for the elderly in
2013 which amounted to 24.8%, in 2014 amounted to 25.05%, in 2015 amounted to
28.62%.
Lecturers are professional educators and scientists with the main task of
transforming, developing, and disseminating science, technology, and art through
education, research, and community service. It takes a fairly long process to carry out the
task as an educator with professionals.
The purpose of this study was to analyze the factors affecting the health of USM
elderly lecturers. This type of research is qualitative with a descriptive approach. Data
were collected by in-depth interview and observation methods. The research subjects
were 8 USM lecturers. Data were analyzed by content analysis.
The results of this study are that the health of elderly lecturers is largely determined
by how they control their behavior in maintaining their health. Their behavior comes
from the thoughts and feelings of each. If they can regulate their thoughts, feelings and
behavior, they will remain in good health even if environmental factors pressure them.
The next factor that also affects their health is physical activity every day or 1-2x a week
in mild to moderate intensity, adequate diet (not excessive) and nutritious also affect their
health. Health service factors and genes are recognized as good and have no effect on
their health in this study.
Suggestions that can be given by researchers, namely elderly lecturers must be able
to regulate their thoughts, feelings and behavior. Besides physical activity every day or 1-
2x a week in mild to moderate intensity, adequate (not excessive) and nutritious eating
patterns must also be fulfilled so that they can survive in a healthy condition, have a long
life and still be able to work in their profession as educators of the nation's children.
24
1. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) Dosen adalah pendidik profesional
sekarang ini semakin banyak. dan ilmuwan dengan tugas utama
Kementerian Kesehatan Republik mentransformasikan, mengembangkan,
Indonesia (2019) mengemukakan bahwa dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
saat ini kita mulai memasuki periode teknologi, dan seni melalui pendidikan,
aging population, yaitu peningkatan penelitian, dan pengabdian kepada
umur harapan hidup yang diikuti dengan masyarakat. Dibutuhkan proses yang
peningkatan jumlah lansia. Indonesia cukup panjang untuk melaksanakan
mengalami peningkatan jumlah tugas sebagai pendidik tersebut dengan
penduduk lansia dari 18 juta jiwa professional.
(7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 Tujuan penelitian ini adalah untuk
juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan menganalisis faktor-faktor yang
diperkirakan akan terus meningkat pada mempengaruhi kesehatan dosen lansia
tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa USM. Penelitian ini perlu dilakukan
(15,77%). Sekjen Kemenkes, drg. Oscar karena kesehatan bukanlah sesuatu yang
Primadi, MPH mengatakan semua orang dapat diraih secara instan atau cepat,
perlu mulai memperhatikan kebutuhan perlu proses dan keseriusan untuk
lansia tersebut, sehingga diharapkan mencapai kondisi tersebut. Maka
mereka dapat tetap sehat, mandiri, aktif, penelitian ini diperlukan agar seluruh
dan produktif, salah satunya penguatan dosen USM mendapat informasi,
peran keluarga dalam melakukan melihat bukti, dan diharapkan segera
perawatan bagi lansia. bersikap dan berusaha untuk mencapai
Menua adalah hal wajar dan kondisi yang sehat tersebut.
alamiah, yang menjadi masalah adalah
seberapa siap seorang lansia 2. TINJAUAN PUSTAKA
menyongsong hari tua. Demikian pula 2.1 Kesehatan Lansia
orang-orang terdekat mereka, keluarga Derajat kesehatan masyarakat
maupun bukan. Sebab faktanya, jumlah dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu kondisi
lansia kini semakin besar. lingkungan, perilaku masyarakat,
Mempersiapkan lansia sehat dan mandiri pelayanan kesehatan dan genetika. Teori
adalah sebuah tantangan tersendiri. Hal H.L. Blum yang menyebutkan bahwa
ini penting, agar kelak lansia tidak derajat kesehatan ditentukan oleh 40%
menjadi beban bagi keluarga, faktor lingkungan, 30% faktor perilaku,
masyarakat, maupun negara. Sayangnya 20% faktor pelayanan kesehatan, dan
peningkatan jumlah penduduk lansia 10% faktor genetika (keturunan). Faktor
tersebut dibarengi juga dengan naiknya yang menentukan derajat kesehatan
angka kesakitan lansia yaitu tahun 2013 masyarakat selama ini lebih ditekankan
sebesar 24,8%, tahun 2014 sebesar kepada pelayanan kesehatan, padahal
25,05%, tahun 2015 sebesar 28,62%. Menteri Kesehatan Nila Moeloek
mengatakan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
bukan pelayanan kesehatan. Hal tersebut
Menkes ucapkan dalam Rapat Kerja
Nasional Indonesai Bersih yang digelar
oleh Kemenko Maritim dan
Kementerian LHK, Kamis (21/2) di
gedung Kementerian LHK, Jakarta
Pusat. Keempat faktor tersebut saling
24
berinteraksi yang mempengaruhi memiliki kompetensi dalam
kesehatan perorangan dan derajat menggerakan masyarakat dan paham
kesehatan masyarakat. Kesehatan lansia akan nilai kesehatan masyarakat.
dalam penelitian ini akan dilihat dari Masyarakat yang berperilaku hidup
teori H.L Blum tersebut. bersih dan sehat akan menghasilkan
2.1.1 Faktor Lingkungan budaya menjaga lingkungan yang bersih
Berbicara mengenai lingkungan dan sehat.
sering kali kita meninjau dari kondisi Pembuatan peraturan tentang
fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi berperilaku sehat juga harus dibarengi
sanitasi buruk dapat menjadi sumber dengan pembinaan untuk menumbuhkan
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas kesadaran pada masyarakat. Sebab,
membahayakan kesehatan masyarakat apabila upaya dengan menjatuhkan
kita. Terjadinya penumpukan sampah sanksi hanya bersifat jangka pendek.
yang tidak dapat dikelola dengan baik, Pembinaan dapat dimulai dari
polusi udara, air dan tanah juga dapat lingkungan keluarga, sekolah, dan
menjadi penyebab. Upaya menjaga masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat
lingkungan menjadi tanggung jawab sebagai role model harus diajak turut
semua pihak untuk itulah perlu serta dalam menyukseskan program-
kesadaran semua pihak. program kesehatan.
Puskesmas sendiri memiliki 2.1.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
program kesehatan lingkungan dimana Kondisi pelayanan kesehatan juga
berperan besar dalam mengukur, menunjang derajat kesehatan
mengawasi, dan menjaga kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
lingkungan masyarakat. namun berkualitas sangatlah dibutuhkan.
dilematisnya di puskesmas jumlah Masyarakat membutuhkan posyandu,
tenaga kesehatan lingkungan sangat puskesmas, rumah sakit dan pelayanan
terbatas padahal banyak penyakit yang kesehatan lainnya untuk membantu
berasal dari lingkungan kita seperti dalam mendapatkan pengobatan dan
diare, demam berdarah, malaria, TBC, perawatan kesehatan. Terutama untuk
cacar dan sebagainya. pelayanan kesehatan dasar yang
Disamping lingkungan fisik juga ada memang banyak dibutuhkan masyarakat.
lingkungan sosial yang berperan. Kualitas dan kuantitas sumber daya
Sebagai mahluk sosial kita manusia di bidang kesehatan juga mesti
membutuhkan bantuan orang lain, ditingkatkan.
sehingga interaksi individu satu dengan Puskesmas sebagai garda terdepan
yang lainnya harus terjalin dengan baik. dalam pelayanan kesehatan masyarakat
Kondisi lingkungan sosial yang buruk sangat besar perananya. sebab di
dapat menimbulkan masalah kejiwaan. puskesmaslah akan ditangani
2.1.2 Faktor Perilaku masyarakat yang membutuhkan edukasi
Perilaku masyarakat dalam menjaga dan perawatan primer. Peranan Sarjana
kesehatan sangat memegang peranan Kesehatan Masyarakat sebagai manager
penting untuk mewujudkan Indonesia yang memiliki kompetensi di bidang
Sehat. Hal ini dikarenakan budaya hidup manajemen kesehatan dibutuhkan dalam
bersih dan sehat harus dapat menyusun program-program kesehatan.
dimunculkan dari dalam diri masyarakat Utamanya program-program
untuk menjaga kesehatannya. pencegahan penyakit yang bersifat
Diperlukan suatu program untuk preventif sehingga masyarakat tidak
menggerakan masyarakat menuju satu banyak yang jatuh sakit.
misi Indonesia Sehat. Sebagai tenaga Banyak kejadian kematian yang
motorik tersebut adalah orang yang seharusnya dapat dicegah seperti diare,
25
demam berdarah, malaria, dan penyakit 2.2 Cara Pandang Kita Terhadap
degeneratif yang berkembang saat ini Kesehatan
seperti jantung karoner, stroke, diabetes Di zaman yang semakin maju
militus dan lainnya. penyakit itu dapat seperti sekarang ini maka cara pandang
dengan mudah dicegah asalkan kita terhadap kesehatan juga mengalami
masyarakat paham dan melakukan perubahan. Apabila dahulu kita
nasehat dalam menjaga kondisi mempergunakan paradigma sakit yakni
lingkungan dan kesehatannya. kesehatan hanya dipandang sebagai
2.1.4 Faktor Genetik upaya menyembuhkan orang yang sakit
Seperti apa keturunan generasi muda dimana terjalin hubungan dokter dengan
yang diinginkan? Pertanyaan itu menjadi pasien (dokter dan pasien). Namun
kunci dalam mengetahui harapan yang sekarang konsep yang dipakai adalah
akan datang. Nasib suatu bangsa paradigma sehat, dimana upaya
ditentukan oleh kualitas generasi kesehatan dipandang sebagai suatu
mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus tindakan untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas generasi muda meningkatkan derajat kesehatan individu
kita agar mereka mampu berkompetisi ataupun masyarakat. Konsep paradigma
dan memiliki kreatifitas tinggi dalam sehat H.L. Blum memandang pola hidup
membangun bangsanya. sehat seseorang secara holistik dan
Dalam hal ini kita harus komprehensif. Masyarakat yang sehat
memperhatikan status gizi balita sebab tidak dilihat dari sudut pandang tindakan
pada masa inilah perkembangan otak penyembuhan penyakit melainkan upaya
anak yang menjadi asset kita dimasa yang berkesinambungan dalam menjaga
mendatang. Namun masih banyak saja dan meningkatkan derajat kesehatan
anak Indonesia yang status gizinya masyarakat.
kurang bahkan buruk. Padahal potensi Peranan Sarjana Kesehatan
alam Indonesia cukup mendukung. oleh Masyarakat dalam hal ini memegang
sebab itulah program penanggulangan kendali dominan dibandingkan peranan
kekurangan gizi dan peningkatan status dokter. Sebab hubungan dokter dengan
gizi masyarakat masih tetap diperlukan. pasien hanya sebatas individu dengan
Utamanya program Posyandu yang individu tidak secara langsung
biasanya dilaksanakan di tingkat menyentuh masyarakat luas. Ditambah
RT/RW. Dengan berjalannya program lagi kompetensi dalam memanagement
ini maka akan terdeteksi secara dini program lebih dikuasai lulusan
status gizi masyarakat dan cepat dapat Kesehatan Masyarakat sehingga dalam
tertangani. perkembangannya, seorang Sarjana
Program pemberian makanan Kesehatan Masyarakat menjadi ujung
tambahan di posyandu masih perlu terus tombak program kesehatan di negara-
dijalankan, terutamanya daeraha yang negara maju.
miskin dan tingkat pendidikan Untuk negara berkembang seperti
masyarakatnya rendah. Pengukuran Indonesia justru, paradigma sakit yang
berat badan balita sesuai dengan KMS digunakan. Dimana kebijakan
(Kartu Menuju Sehat) harus rutin pemerintah berorientasi pada
dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi penyembuhan pasien sehingga terlihat
secara dini status gizi balita. Bukan saja jelas peranan dokter, perawat dan bidan
pada gizi kurang kondisi obesitas juga sebagai tenaga medis dan paramedis
perlu dihindari. Bagaimana kualitas mendominasi. Padahal upaya semacam
generasi mendatang sangat menentukan itu sudah lama ditinggalkan karena
kualitas bangsa Indonesia mendatang. secara finansial justru merugikan
Negara. Anggaran APBN untuk
26
pendanaan kesehatan di Indonesia kesehatannya sekarang.
semakin tinggi dan sebagian besar Faktor pelayanan kesehatan menjadi
digunakan untuk upaya pengobatan faktor ketiga yang mempengaruhi
seperti pembelian obat, sarana kesehatan kesehatan, 8 org dosen lansia USM
dan pembangunan gedung. Seharusnya mendapat sdh pelayanan kesehatan yang
untuk meningkatan derajat kesehatan baik, sehingga mereka bisa tetap sehat.
kita harus menaruh perhatian besar pada Faktor gen adalah faktor terkecil
akar masalahnya dan selanjutnya yang mempengaruhi kesehatan dan dari
melakukan upaya pencegahannya. 8 org dosen lansia USM tdk ada yang
Untuk itulah maka upaya kesehatan membawa gen buruk dari lahir. Semua
harus fokus pada upaya preventif dalam kondisi baik sejak lahir.
(pencegahan) bukannya kuratif
(pengobatan). 5. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini yaitu bahwa
3. METODE PENELITIAN kesehatan dosen lansia sangat ditentukan
Jenis penelitian ini adalah kualitatif oleh bagaimana mereka mengontrol
dengan pendekatan deskriptif. Data perilaku mereka dalam menjaga
dikumpulkan dengan metode wawancara kesehatannya. Perilaku mereka berasal
secara mendalam dan observasi. Subjek dari pikiran dan perasaannya masing-
penelitian adalah dosen USM sebanyak masing. Jika mereka dapat mengatur
8 orang. Data dianalisis dengan cara pikiran, perasaan dan perilaku, mereka
content analysis akan tetap dalam kondisi sehat meski
faktor lingkungan menekan mereka.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor berikutnya yang juga
Faktor Lingkungan dikatakan oleh mempengaruhi kesehatan mereka adalah
HL Blum adalah faktor terbesar yang aktifitas fisik setiap hari atau 1-2x
mempengaruhi kesehatan manusia, dan seminggu dalam intensitas ringan
mmg benar bahwa ke 6 dosen lansia sampai sedang, pola makan yang
USM sdh mendapatkan lingkungan fisik secukupnya (tidak berlebihan) dan
dan sosial yang baik. Ada sebagian kecil bergizi juga mempengaruhi kesehatan
(2 org) ada kendala di lingkungan sosial, mereka.
akan tetapi mereka bs menyikapinya Faktor pelayanan kesehatan dan gen
dengan cukup baik (meski di sisi diakui baik dan tidak berpengaruh pada
kesehatan mereka cukup terkena kesehatan mereka dalam penelitian ini.
efeknya juga)
Faktor perilaku menurut HL Blum 6. SARAN
adalah faktor terbesar kedua yg Saran yang dapat diberikan oleh peneliti
mempengaruhi kesehatan manusia, dan yaitu dosen lansia harus bisa mengatur
dosen lansia USM sudah cukup baik, pikiran, perasaan dan perilakunya.
bahkan ada yang sangat baik untuk Selain itu aktifitas fisik setiap hari atau
menjaga kesehatannya dalam pola 1-2x seminggu dalam intensitas ringan
makan, aktifitas fisik, pola istirahat dan sampai sedang, pola makan yang
kebiasaan lainnya. Terdapat 1 org yang secukupnya (tidak berlebihan) dan
dahulu mempunyai kebiasaan yg agak bergizi juga harus dipenuhi agar mereka
kurang dlm perilaku sehatnya sehingga tetap bertahan dalam kondisi yang sehat,
agak berefek pada kesehatannya pada punya usia yang panjang dan tetap bisa
masa dulu, tapi sekarang cukup sehat. berkarya dalam profesinya sebagai
Terdapat 1 org yang mempunyai pendidik anak bangsa.
kebiasaan yg agak kurang dlm perilaku
sehatnya sehingga agak berefek pada
27
6. REFERENSI 2580-3077.
Anbarasan Sri Santiya. 2015.
“Gambaran Kualitas Hidup Lansia
Dengan Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rendang Pada
Periode 27 Februari Sampai 14
Maret 2015”. ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, September-
Desember, Hal 113-124.
Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan
RI. 2019. Derajat Kesehatan 40%
Dipengaruhi Lingkungan. Jakarta.
Jumlah Lansia Sehat Harus Meningkat.
Jakarta.
Indonesia Masuki Periode Aging
Population. Jakarta.
Dosen dan Mahasiswa FK Unri Baksos
di Siak. 2019. Sebagian Besar
Lansia Alami Hipertensi,
Pekanbaru, Tribunpekanbaru.Com
Gatra.com, 2019. Teknologi Penting
untuk Dorong Lansia Hidup Sehat.
Sumarwati Made, Waluyo Sejati, Roisca
Dyah Pramitasar. 2008. “Eksplorasi
Persepsi Penderita Tentang Faktor-
Faktor Penyebab Dan Dampak
Penyakit Diabetes Melitus Di
Wilayah Puskesmas Purwokerto
Barat, Kecamatan Purwokerto Barat,
Kabupaten Banyumas”. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing),
Volume 3 No.3 Nopember 2008.
Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
2017. Jakarta Selatan.
Wibisono Evelyn Fajar, Hanjaya
Siaputra, Andini Emmiati, Andita
Widjaja. 2015. “Pola Perilaku Hidup
Sehat Pra Lansia Dalam
Mengkonsumsi Makanan Sehari-
Hari Di Maureen Studio”. Surabaya.
Jurnal Hospitality dan Manajemen
Jasa Vol 3, No 1.
Yan Loriza Sativa, Fx. Suharto, Eridia.
2018. “Pengalaman Diet Lansia
Perempuan Penderita Hipertensi”.
Jurnal Ilmiah Keperawatan
Indonesia, Vol 2, No 1, 2018, ISSN:
28