Oleh :
Kelompok 1/Kelas D
Yustika Fera Mahendra (NIM 172310101176)
Anis Syahadah (NIM 172310101183)
Diana Newvitasari (NIM 172310101188)
Aldi Rahardian P (NIM 172310101195)
Deskita Prastiwi (NIM 172310101196)
Umairotul Muffarokhah (NIM 172310101211)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing Ns. John
Oleh :
Kelompok 1/Kelas D
Yustika Fera Mahendra (NIM 172310101176)
Anis Syahadah (NIM 172310101183)
Diana Newvitasari (NIM 172310101188)
Aldi Rahardian P (NIM 172310101195)
Deskita Prastiwi (NIM 172310101196)
Umairotul Muffarokhah (NIM 172310101211)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
yang berjudul “Diare“ sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini. Didalam pengerjaan makalah ini telah melibatkan
banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami
sampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep. Sp.Kep.MB selaku Dosen Penanggung Jawab
Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah.
2. Ns. John Hafan selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Dasar Keperawatan
Medikal Bedah.
3. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………..iv
BAB I LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................1
2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................10
3.3 Intervensi.........................................................................................................25
3.4 Implementasi........................................................................................................28
3.5 Evaluasi.................................................................................................................30
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………………………………..
4.1 Kesimpulan......................................................................................................31
4.2 Saran................................................................................................................31
BAB 1. PENDAHULUAN
Di Indonesia, tonsilitis kronis juga menjadi salah satu peyakit THT yang
paling banyak dijumpai terutama pada anak. Penelitian Sapitri tentang
karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD
Raden Mattaher Jambi, dari 30 sampel didapatkan distribusi terbanyak usia 5-14
tahun (50%), jenis kelamin perempuan (56,7%) dan memiliki keluhan nyeri pada
tenggorok/sakit menelan (100%) (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016).
Meskipun ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang
lebih besar daripada remaja atau orang dewasa, Perbedaan ini dianggap sebagai
mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA
(Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016).
Menurut Soepardi dan Muhammad tahun 2007, tonsilitis bisa disebabkan
oleh beberapa jenis bakteri dan virus. Tonsilitis akut dan tonsilitis kronik memiliki
perbedaan penyebabnya yaitu tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman
grup Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus,Streptococcus viridans dan
Streptococcus pyogenes, sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama
dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang pola kuman berubah menjadi kuman
dari golongan gram negatif. Selain itu, penggunaan antibiotik yang luas pada
pengobatan ISPA, tanpa bukti empiris yang jelas, telah menyebabkan terjadinya
peningkatan resistensi berbagai strain mikroba dari Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenzae, Moraxella catarrhalis dan
lainnya terhadap antibiotik. Sehingga pemilihan antibiotik empiris pada penderita
tonsilitis kronis harus memperhatikan pola kuman penyebab yang paling sering
ditemukan di masing-masing rumah sakit agar pengobatan yang dijalani bisa
adekuat (Nizar, Qamariah, and Muthmainnah 2018).
1.2.9. Apa Saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
Tonsilitis ?
1.3.Tujuan
Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal, (Adenoid), dan tonsil
palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan lunak dibagian
belakang faring. Terdapat satu buah tonsil palatine pada tiap sisi. Tiap tonsil
merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi dan
membentuk kriptus (Klarisa C & Fardizza F, 2014). Tonsil palatina yang biasanya
disebut tonsil terletak didalam fosatonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intra tonsil yang merupakan sisa kantung faring yang kedua.
Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil
berbentuk aneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Tonsil
mendapat darah dari arteri palatine minor, arteri palatine asendens, dan arteri
lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Digaris tengah, disebelah anterior massa ini terdapat
foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.
Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara
klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid)
atau kista duktus tiroglosus (Rusmarjono & Hermani B, 2012)
Tonsil merupakan bagian dari sistem limfatik yang berperan dalam
imunitas, bersama dengan tonsil lingual dan tonsil palatine membentuk cincin
waldeyer selaku agregat limfoid pertama pada saluran aerodiestife. Tonsil akan
menghasilkan limfosit dan aktif mensintesis immunoglobulin saat terjadinya
infeksi di tubuh. Tonsil akan membengkak saat berespon terhadap infeksi
(Klarissa C & Fardizza F, 2014).
e. Kebiasaan makan
Tonsillitis dapat timbul akibat tidak menjaga kebiasaan makan
makanan yang sehat. Seperti makan di tempat yang berdekatan dengan
pembuangan sampah, yang banyak dihinggapi lalat, dan
terkontaminasi oleh tangan yang tidak bersih. Juga dapat disebabkan
oleh makanan yang banyak mengandung penyedap rasa, makanan
berminyak, dan kebiasaan minum minuman dingin (Mita, 2017;
Otolaringology, 2018).
2.4 Klasifikasi Tonsilitis
1. Tonsillitis akut : tonsillitis disebabkan oleh beberapa bakteri dan virus.
Tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis Astreptococusβ-
hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenes (Nizar,M dkk, 2016).
Tonsilitis akut diagi menjadi 2 yaitu: (Setyo,P dkk, 2015)
a. Tonsillitis viral
Penyebab tonsillitis viral sering diakibatkan oleh virus Epstein Barr.
Selain itu tonsillitis viral lebih mirip dengan common cold yang
memiliki rasa nyeri pada tenggorokan penderita.
b. Tonsilitis bakterial
Tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis
Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans
dan Streptococcus pyogenes
2. Tonsilitis membranosa : diartikan sebagai tonsil yang telah bengkak
tertutupi oleh tonsilitis menyerupai seperti membran. Membran ini mudah
diangkat, seperti lapisan putih kekuning-kuningan. Tonsilitis membranosa
dibagi menjadi 2 yaitu : (Setyo,P dkk, 2015)
a. Tonsilitis Difteri
Merupakan tonsillitis yang disebabkan oleh kuman Coryne bacterium
diphteriae. Kuman ini merupakan jenis gram positif. Difteri biasanya
memiliki ciri-ciri tertutupnya tonsil yang bengkak dengan membran
berwarna putih kekuning-kuningan.
b. Tonsilitis Septik
Tonsillitis septik ini disebabkan oleh streptococcus hemoliticus yang
dapat menyebabkan epidemi. Bakteri ini terdapat pada susu sapi
mentah yang langsung dikonsumsi, jadi sangat sianjurkan untuk
memasak susu sapi terlebih dahulu sbelum dikonsumsi.
3. Tonsillitis kronik : merupakan kondisi pembesaran tonsil disertai serangan
infeksi yang berulang-ulang. Tonsillitis kronik juga disebabkan oleh
kuman yang menyerang tonsillitis akut seperti Astreptococusβ-
hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenes, tetapi terkadang kuman pada tonsillitis kronik berubah menjadi
kuman gram negatif ( Nizar,M dkk, 2016).
2.5 Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal, ditandai dengan rasa yang tidak enak ditenggorokan, sakit
pada tenggorokan, sulit dan sakit untuk menelan
2. Gejala sistemis, ditandai dengan tidak enak badan atau malaise, nyeri
kepala, demam subfebris, nyeri otot dan persendian
3. Gejala klinis, seperti tonsil dengan debris di kriptenya (tonsilitis
folikularis kronis), edema atau hipertrofi tonsil (tonsilitis parenkimatosa
kronis), tonsil fibrotik dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis), plika tonsilaris
anterior hiperemis dan pembengkakan kelenjar limfe regional. Pada
pemeriksaantonsil tampak membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kriptus terisi oleh detritus. Ada rasa yang
mengganjal ditenggorokan, merasa kering di tenggorokan dan nafas
berbau.
2.6 Patofisiologi
Penatalaksanaan
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :
d. Pemeriksaan thorax
Inspeksi→ bentuk dada normal chest, frekuensi nafas
25x/menit.
Palpasi→ ekspansi dada kanan dan kiri seimbang. Getaran
vocal fremitus teraba diseluruh dada, tidak teraba adanya
massa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi→sonor pada semua lapang paru, tidak terdengar
adannyapenimbunancairan.
Auskultasi→ bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan.
e. Pemeriksaan ekstremitas
1) Ekstremitasatas
Motorik→ klien dapat menggerakan ekstremitas kanan dan
kiri, tonus otot kanan dan kiri baik, kekuatan otot nilai 5/5
Refleks→ Biceps kiri dan kanan normal, triceps kiri dan
kanan normal.
Sensori→ tidak ada nyeri tekan, sensitive terhadap
rangansan suhu/raba
2) Ekstremitasbawah
Motorik→ tonus otot kanan dan kiri baik, kekuatan otot
nilai 5/5
Refleks→ patella kanan dan kiri normal, Achilles kanan
dan kiri normal, babinsky kanan dan kiri normal
Sensori→ tidak ada nyeri tekan, sensitive terhadap
rangansan suhu/raba
f. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi→ warna kulit sama dengan daerah sekitarnya, perut
Nampak datar
Auskultasi→ pristaltik 10 x/menit
Perkusi→ terdengar bunyi timpani kecuali pada daerah kuadran
kanan atas, pekak pada daerah hepar
Palpasi→Abdomen bagian bawah membesar dan
terabaadanyamassa, menegang dan sangat nyeri dengan skala 8,
nyeritekan.
g. Pemeriksaan integumen
Inspeksi→tidakditemukanjaundice, kulitnampaklembab.
Palpasi→tidakterdapatlesi, kulitlembut dan elastis.
h. Pemeriksaan genetalia
Tidak ada benjolan di daerah kelamin
i. Pemeriksaan Dignostik
b. Gold Standart
Pemeriksaan Gold Standart adalah kultur dari dalam tonsil. Kultur yang
dilakukan dengan swab permukaan tonsil berguna untuk menentukan
diagnosisyang akurat terhadap flora bakteri tonsilitis kronis.
c. Histopatologi
3 DS : Edema Tonsil
Klien mengatakan tidak mengerti Resiko
tentang penyakitnya dan takut tidak perubahan
bisa sembuh Nyeri Telan status nutrisi
kurang dari
DO : kebutuhan
Klien tampak gelisah Sulit makan dan
minum
TD : 140/80
N : 96x/menit
RR: 25x/menit
Resiko perubahan
status nutrisi kurang
dari kebutuhan
3.3 PrioritasDiagnosaKeperawatan
1. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil
2. Nyeri akut berhubungan denganpembengkakan pada tonsil
3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan gangguan menelan.
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional TT
o. D
1. Hipertemi Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Monitor F
a tindakan suhu paling suhu M
berhubun keperawatan tidak setiap setiap 2
gan selama 2x24 jam 2 jam sesuai jam
dengan diharapkan : kebutuhan. dapat
proses a. Suhu 2. Monitor mengeta
inflamasi tubuh tekanan hui
pada dipertahan darah, nadi perubaha
tonsil kan pada dan suhu
skala 3 respirasi yang
(deviasi sesuai terjadi
sedang kebutuhan. pada
dari 3. Monitor pasien.
kisaran warna kulit, 2. Mengeta
normal) suhu dan hui
ditingkatk kelembaban keadaan
an pada . umum
skala 5 4. Tingkatkan dari
(tidak ada intake pasien.
deviasi cairan dan 3. Perubaha
dari nutrisi n pada
kisaran adekuat. warna
normal). 5. Sesuaikan dan suhu
b. Membran suhu serta
e mukosa lingkungan kelemba
lembab dengan ban kulit
dipertahan kebutuhan merupak
kan pada pasien, jika an
skala 1 suhu indikasi
(sangat berubah. demam.
terganggu 4. Agar
) cairan
ditingkatk dan
an ke nutrisi
skala 5 terpenuh
(tidak i sesuai
terganggu kebutuha
). n.
5. Dapat
membant
u
penyesua
ian suhu
tuhu
pasien.
2. Nyeri Setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Lingkun F
akut tindakan lingkungan gan yang M
berhubun keperawatan yang aman nyaman
gan selama 1x24 jam bagi pasien dapat
dengan diharapkan : 2. Sediakan memban
pembengk a. Nyeri tempat tidur tu
akan pada dipertahan dengan mengura
tonsil kan pada ketinggian ngi efek
skala 3 sesuai kurang
(sedang) kebutuhan. nyaman
ditingkatk 3. Berikan yang
an ke informasi disebabk
skala 5 mengenai an akibat
(tidak nyeri. nyeri
ada). 4. Ajarkan yang
b. Ketidakny prinsip- muncul.
amanan prinsip 2. Posisi
dipertahan manajemen yang
kan pada nyeri. sesuai
skala 5. Kolaborasik dapat
sedang) an membua
ditingkatk pemberian t klien
an ke analgesik merasak
skala 5 dengan tim an
(tidak medis. nyaman
ada). sehingga
dapat
memban
tu
mengura
ngi rasa
nyeri
3. Informas
i
mengena
i nyeri
dapat
memban
tu klien
untuk
mengeta
hui
penyeba
b dari
nyeri
yang
muncul.
4. Prinsip
manajem
en nyeri
yang
benar
dapat
memban
tu
menurun
kan rasa
nyeri.
5. Pemberi
an
analgesi
c untuk
menurun
kan rasa
nyeri.
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Monitor F
perubahan tindakan tekanan TTV M
status keperawatan darah, nadi dapat
nutrisi selama 2x24 jam dan mengeta
kurang diharapkan : respirasi hui
dari 1. Status sesuai keadaan
kebutuhan nutrisi kebutuhan. umum
berhubun dipertahan 2. Tentukan dari
gan kan pada apa yang pasien.
dengan skala 4 menjadi 2. Preferen
gangguan (sedikit preferensi si
menelan menyimpa makanan makanan
ng dari bagi pasien. bagi
rentang 3. Menganjurk pasien
normal) an pasien agar
ditingkatk untuk pasien
an ke memfokusk tidak
skala 5 an perhatian merasa
(tidak dalam kesakita
menyimpa melakukan n saat
ng dari tugas menelan
rentang menelan. makanan
normal). 4. Hilangkan .
2. Perasaan distraksi 3. Pasien
tidak dari dianjurk
nyaman lingkungan an untuk
dengan sekitar memfok
menelan sebelum uskan
dipertahan belajar perhatian
kan pada menelan. agar
skala 3 dalam
(cukup belajar
terganggu menelan
) dapat
ditingkatk fokus
an ke sehingga
skala 5 kebutuha
(tidak n nutrisi
ada). selalu
terpenuh
i.
4. Adanya
distraksi
dapat
menggan
ggu
jalannya
belajar
menelan
sehingga
tidak
memeca
h
konsentr
asi dari
pasien.
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan
4.1.1 Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal, (Adenoid), dan
tonsil palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan
lunak dibagian belakang faring. Tonsil akan menghasilkan limfosit dan
aktif mensintesis immunoglobulin saat terjadinya infeksi di tubuh.
Tonsil akan membengkak saat berespon terhadap infeksi.
4.1.2 Manifestasi klinis tonsilitis ditandai dengan gejala-gejala di
hidung, nyeri pada tenggorokan dan kemerehan yang menyeluruh pada
tonsil. Tonsilitis umumnya disebabkan oleh virus. Tonsilitis
streptokokus lebih jarang ditemukan dan biasanya ditandai dengan
demam.
4.1.3 Mayoritas tonsilitis disebabkan oleh virus (seperti Adenovirus,
virus Influenzae, virus Parainfluenzae, Respiratory Syncytial Virus
dll) yang dapat mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas,
termasuk virus yang menyebabkan mononukleosis infeksius (virus
Epstein-Barr). Tonsilitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
(seperti spesies Streptococcus, spesies Staphylococcus).
4.1.4 Patofisiologi tonsilitis merupakan penyakit yang ditularkan melalui
droplet sehingga kuman menginfiltrasi lapisan epitel ketika terjadi
infeksi yang berulang maka akan menyebabkan tonsil tidak dapat
membunuh kuman yang berada pada tonsil sehingga menyebabkan
banyak kuman yang mendiami tonsil maka akan terjadi dimana kondisi
tubuh akan mengalami gangguan pada fungsi pertahanan tubuh
menurun.
b. Saran
i. Bagi Mahasiswa
Setelah membaca makalah diatas kami mengharapkan kepada
seluruh pembaca dapat memahami konsep dasar dan asuhan
keperawatan pada tonsilitis.
ii. Bagi Pembaca
Setelah membaca makalah diatas kami mengharapkan kepada
seluruh pembaca dapat mengetahui konsep dasar penyakit
tonsilitis.
iii. Bagi Institusi Perguruan Tinggi
Kami mengharapkan kepada seluruh akademika perguruan
tinggi agar selalu memantau dan menekan para peserta didik agar
selalu mengetahui beberapa hal khususnya dalam konsep dasar dan
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Fakh, I. M., Novialdi, & Elmatris. (2016). Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis
pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013.
Jurnal Kesehatan Andalas, 436-442.
Hull D., Johnston I.D., 2008. Jalan Nafas dan Paru-paru. Dasar-dasar Pediatri
(Essential Paediatrics), Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 117
– 118
Nizar, M dkk. 2016. Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien
Anak di Bagian THT RSUD Ulin Banjarmasin. Banjarmasin. Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Otolaringology. (2018, Maret 27). Retrieved Maret 13, 2019, from National Heart
Center Singapore: https://www.nhcs.com.sg/patient-care/conditions-
treatments/acute-pharyngitis-tonsillitis/causes-risk-factors
Soepardi EA. Nurbaiti Iskandar, Jonny Bashiruddin, Restuti, RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan-Kepala-Leher. 6th Ed. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007 : 221