Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN BEDAH

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DEWASA PADA TONSILITIS

Oleh :
Kelompok 1/Kelas D
Yustika Fera Mahendra (NIM 172310101176)
Anis Syahadah (NIM 172310101183)
Diana Newvitasari (NIM 172310101188)
Aldi Rahardian P (NIM 172310101195)
Deskita Prastiwi (NIM 172310101196)
Umairotul Muffarokhah (NIM 172310101211)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KEPERAWATAN BEDAH

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DEWASA PADA TONSILITIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing Ns. John

Oleh :
Kelompok 1/Kelas D
Yustika Fera Mahendra (NIM 172310101176)
Anis Syahadah (NIM 172310101183)
Diana Newvitasari (NIM 172310101188)
Aldi Rahardian P (NIM 172310101195)
Deskita Prastiwi (NIM 172310101196)
Umairotul Muffarokhah (NIM 172310101211)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
yang berjudul “Diare“ sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini. Didalam pengerjaan makalah ini telah melibatkan
banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami
sampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep. Sp.Kep.MB selaku Dosen Penanggung Jawab
Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah.
2. Ns. John Hafan selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Dasar Keperawatan
Medikal Bedah.
3. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 13 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………..iv
BAB I LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………………………………………………………..3


2.1 Anatomidan fisiologi Tonsilitis........................................................................3

2.2 Definisi Tonsilitis..............................................................................................3

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Tonsilitis .............................................................5

2.4 Klasifikasi Tonsilitis.........................................................................................6

2.5 Manifestasi Tonsilitis ………………………..………………………………………..……………….7

2.6 Patofisiologi Tonsilitis ......................................................................................8

2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................10

BAB III ANALISA KASUS…………………………………………………………………………………………………….


3.1 Pengkajian.......................................................................................................16

3.2 Analisa Data....................................................................................................22

3.3 Intervensi.........................................................................................................25

3.4 Implementasi........................................................................................................28

3.5 Evaluasi.................................................................................................................30

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………………………………..
4.1 Kesimpulan......................................................................................................31

4.2 Saran................................................................................................................31
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari


cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil laringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsila faucial), tonsila lingual (tonsila pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius
(lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil) (Belakang 2017).

Menurut National Center of Health Statistics pada Januari 1997 di United


States seperti dikutip oleh Edayu (2011), prevalensi penyakit tonsilitis kronis pada
anak yang berusia di bawah 18 tahun didapatkan 24,9% dari 1000 orang anak.
Pada penelitian Khasanov et al di Rusia mengenai prevalensi tonsilitis kronis pada
keluarga, didapatkan 335 anak usia 1-15 tahun dari 321 keluarga mengalami
penyakit tonsilitis kronis. Menurut penelitian Kishve mengenai penyakit THT
pada anak di salah satu rumah sakit di pedesaan India, penyakit Tonsilitis Kronis
mayoritas terjadi pada anak perempuan (51,72%), kelompok usia 5-14 tahun
(66,3%), berasal dari status sosial ekonomi rendah (61,2%), dan memiliki ibu
yang buta huruf (70,8%) (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016).

Di Indonesia, tonsilitis kronis juga menjadi salah satu peyakit THT yang
paling banyak dijumpai terutama pada anak. Penelitian Sapitri tentang
karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD
Raden Mattaher Jambi, dari 30 sampel didapatkan distribusi terbanyak usia 5-14
tahun (50%), jenis kelamin perempuan (56,7%) dan memiliki keluhan nyeri pada
tenggorok/sakit menelan (100%) (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016).
Meskipun ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang
lebih besar daripada remaja atau orang dewasa, Perbedaan ini dianggap sebagai
mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA
(Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016).
Menurut Soepardi dan Muhammad tahun 2007, tonsilitis bisa disebabkan
oleh beberapa jenis bakteri dan virus. Tonsilitis akut dan tonsilitis kronik memiliki
perbedaan penyebabnya yaitu tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman
grup Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus,Streptococcus viridans dan
Streptococcus pyogenes, sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama
dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang pola kuman berubah menjadi kuman
dari golongan gram negatif. Selain itu, penggunaan antibiotik yang luas pada
pengobatan ISPA, tanpa bukti empiris yang jelas, telah menyebabkan terjadinya
peningkatan resistensi berbagai strain mikroba dari Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenzae, Moraxella catarrhalis dan
lainnya terhadap antibiotik. Sehingga pemilihan antibiotik empiris pada penderita
tonsilitis kronis harus memperhatikan pola kuman penyebab yang paling sering
ditemukan di masing-masing rumah sakit agar pengobatan yang dijalani bisa
adekuat (Nizar, Qamariah, and Muthmainnah 2018).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi Tonsilitis ?

1.2.2. Bagaimanakah anotomi fisiologi dari Tonsilitis ?

1.2.3. Apakah penyebab dan factor resiko Tonsilitis ?

1.2.4. Bagaimana klasifikasi Tonsilitis ?

1.2.5. Bagimanakah manifestasi klinis dari tonsillitis ?

1.2.6. Bagaimanakah patofisiologi dari Tonsilitis ?

1.2.7. Bagaimanakah penatalaksanaan dari Tonsilitis ?

1.2.8. Bagaimanakah pengkajian terfokus yang muncul pada penderita Tonsilitis ?

1.2.9. Apa Saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
Tonsilitis ?
1.3.Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan Tonsilitis.

1.3.2 Tujuan Khusus

a). Mampu memahami definisi Tonsilitis

b). Mampu memahami anatomi fisiologi dari Tonsilitis

c). Mampu memahami penyebab dan factor resiko dari Tonsilitis

d). Mampu memahami klasifikasi dari Tonsilitis

e). Mampu memahami manifestasi klinis dari tonsillitis

f). Mampu memahami patofisiologi dari tonsillitis

g). Mampu memahami penatalaksanaan dari Tonsilitis

h). Mampu meahami pengkajian terfokus dari Tonsilitis

i). mampu memahami asuhan keperawatan yang mungkin muncul dari


tonsillitis
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anfis Tonsilitis

Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal, (Adenoid), dan tonsil
palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan lunak dibagian
belakang faring. Terdapat satu buah tonsil palatine pada tiap sisi. Tiap tonsil
merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi dan
membentuk kriptus (Klarisa C & Fardizza F, 2014). Tonsil palatina yang biasanya
disebut tonsil terletak didalam fosatonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intra tonsil yang merupakan sisa kantung faring yang kedua.
Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil
berbentuk aneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Tonsil
mendapat darah dari arteri palatine minor, arteri palatine asendens, dan arteri
lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Digaris tengah, disebelah anterior massa ini terdapat
foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.
Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara
klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid)
atau kista duktus tiroglosus (Rusmarjono & Hermani B, 2012)
Tonsil merupakan bagian dari sistem limfatik yang berperan dalam
imunitas, bersama dengan tonsil lingual dan tonsil palatine membentuk cincin
waldeyer selaku agregat limfoid pertama pada saluran aerodiestife. Tonsil akan
menghasilkan limfosit dan aktif mensintesis immunoglobulin saat terjadinya
infeksi di tubuh. Tonsil akan membengkak saat berespon terhadap infeksi
(Klarissa C & Fardizza F, 2014).

2.2 Defenisi Tonsilitis


Peradangan pada tonsil yang dapat disebabkan oleh bakteri atau virus,
termasuk strain bakteri Streptokokus, Adenovirus, virus Influenza, virus
Epstein-Barr, Enterovirus, dan virus Herpes simplex. Salah satu penyebab
paling sering pada tonsilitis adalah bakteri grup A Streptococcus beta
hemolitik (GABHS) dan disebarkan melalui udara (air borne droplets), tangan
dan ciuman. Peradangan tonsil akan menyebabkan pembesaran di daerah
tonsil sehingga sulit untuk menelan. Apabila tidak terjadi penyembuhan yang
sempurna pada tonsil, dapat terjadi infeksi berulang. Apabila keadaan ini
menetap, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi
peradangan yang kronis atau yang disebut dengan tonsilitis kronis (Fakh,
Novialdi, & Elmatris, 2016; Sundariyati, 2017).
2.3 Penyebab Dan Faktor Resiko
1. Tonsillitis disebabkan oleh virus
Mayoritas tonsilitis disebabkan oleh virus (seperti Adenovirus, virus
Influenzae, virus Parainfluenzae, Respiratory Syncytial Virus dll) yang
dapat mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas, termasuk virus yang
menyebabkan mononukleosis infeksius (virus Epstein-Barr). Tonsilitis
akut yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr yang dapat menyebabkan
infeksi mononukleosis. Ini juga disebut 'penyakit berciuman' karena
penyebarannya melalui air liur dan biasanya menyerang remaja dan
dewasa muda.
Ini ditandai dengan :
a. Sakit tenggorokan
b. Demam
c. Pembesaran kelenjar getah bening serviks
d. Amandel membesar dan kelelahan
e. Manifestasi klinis lainnya adalah splenomegali (pembesaran
limpa), hepatomegali dan hepatitis (pembesaran hati dan
peradangan hati) dan jumlah trombosit dan darah putih yang
rendah [ CITATION Oto18 \l 1033 ].
2. Tonsillitis disebabkan oleh bakteri
Tonsilitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri (seperti spesies
Streptococcus, spesies Staphylococcus).
Gejala yang disebabkan antara lain :
a. Tiba-tiba timbul rasa sakit dan rasa sakit saat menelan
b. Kelenjar getah bening lembut di leher
c. Demam tinggi
Kurangnya gejala saluran pernapasan atas (seperti hidung tersumbat,
sumbatan hidung) [ CITATION Oto18 \l 1033 ]
A. Faktor Risiko
a. Umur
Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak usia 5 tahun sampai 15 tahun.
b. Sering terpapar kuman
Anak-anak usia sekolah berada dalam kontak dekat dengan teman
sebaya mereka dan sering terpapar virus atau bakteri yang dapat
menyebabkan tonsilitis. Tonsillitis dapat disebarkan melalui udara (air
borne droplets), tangan dan ciuman.
c. Kebersihan gigi dan muluk yang buruk
Terdapat hubungan antara kebersihan gigi dan mulut dengan infeksi
toraks. Ketika seseorag mengalami deman atau dehidrasi sering terjadi
infeksi di sepanjang ductus kelenjar liur yang menyebabkan
menurunnya kebersihan mulut dan bisa terjadi tonsillitis.
d. Kebiasaan merokok
Perubahan panas akibat merokok menyebabkan perubahan
vaskularisasi, sekresi kelenjar liur dan penurunan antibodi pada tonsil.
Apabila terdapat patogen menembus lapisan epitel maka sel fagositik
mononuclear akan mengenali dan mengeliminasi antigen sehingga
terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Asap dari rokok
merangsang tonsil untuk memproduksi antibody, apabila terjadi terus
menerus maka tonsil kan mengalami peradangan.

e. Kebiasaan makan
Tonsillitis dapat timbul akibat tidak menjaga kebiasaan makan
makanan yang sehat. Seperti makan di tempat yang berdekatan dengan
pembuangan sampah, yang banyak dihinggapi lalat, dan
terkontaminasi oleh tangan yang tidak bersih. Juga dapat disebabkan
oleh makanan yang banyak mengandung penyedap rasa, makanan
berminyak, dan kebiasaan minum minuman dingin (Mita, 2017;
Otolaringology, 2018).
2.4 Klasifikasi Tonsilitis
1. Tonsillitis akut : tonsillitis disebabkan oleh beberapa bakteri dan virus.
Tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis Astreptococusβ-
hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenes (Nizar,M dkk, 2016).
Tonsilitis akut diagi menjadi 2 yaitu: (Setyo,P dkk, 2015)
a. Tonsillitis viral
Penyebab tonsillitis viral sering diakibatkan oleh virus Epstein Barr.
Selain itu tonsillitis viral lebih mirip dengan common cold yang
memiliki rasa nyeri pada tenggorokan penderita.
b. Tonsilitis bakterial
Tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis
Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans
dan Streptococcus pyogenes
2. Tonsilitis membranosa : diartikan sebagai tonsil yang telah bengkak
tertutupi oleh tonsilitis menyerupai seperti membran. Membran ini mudah
diangkat, seperti lapisan putih kekuning-kuningan. Tonsilitis membranosa
dibagi menjadi 2 yaitu : (Setyo,P dkk, 2015)
a. Tonsilitis Difteri
Merupakan tonsillitis yang disebabkan oleh kuman Coryne bacterium
diphteriae. Kuman ini merupakan jenis gram positif. Difteri biasanya
memiliki ciri-ciri tertutupnya tonsil yang bengkak dengan membran
berwarna putih kekuning-kuningan.
b. Tonsilitis Septik
Tonsillitis septik ini disebabkan oleh streptococcus hemoliticus yang
dapat menyebabkan epidemi. Bakteri ini terdapat pada susu sapi
mentah yang langsung dikonsumsi, jadi sangat sianjurkan untuk
memasak susu sapi terlebih dahulu sbelum dikonsumsi.
3. Tonsillitis kronik : merupakan kondisi pembesaran tonsil disertai serangan
infeksi yang berulang-ulang. Tonsillitis kronik juga disebabkan oleh
kuman yang menyerang tonsillitis akut seperti Astreptococusβ-
hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenes, tetapi terkadang kuman pada tonsillitis kronik berubah menjadi
kuman gram negatif ( Nizar,M dkk, 2016).
2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis tonsilitis ditandai dengan gejala-gejala di hidung, nyeri


pada tenggorokan dan kemerehan yang menyeluruh pada tonsil. Tonsilitis
umumnya disebabkan oleh virus. Tonsilitis streptokokus lebih jarang
ditemukan dan biasanya ditandai dengan demam (Hull dan Johnston, 2008)

Adapun gejala klinis Tonsilitis (Soepardi, 2007) :

1. Gejala lokal, ditandai dengan rasa yang tidak enak ditenggorokan, sakit
pada tenggorokan, sulit dan sakit untuk menelan
2. Gejala sistemis, ditandai dengan tidak enak badan atau malaise, nyeri
kepala, demam subfebris, nyeri otot dan persendian
3. Gejala klinis, seperti tonsil dengan debris di kriptenya (tonsilitis
folikularis kronis), edema atau hipertrofi tonsil (tonsilitis parenkimatosa
kronis), tonsil fibrotik dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis), plika tonsilaris
anterior hiperemis dan pembengkakan kelenjar limfe regional. Pada
pemeriksaantonsil tampak membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kriptus terisi oleh detritus. Ada rasa yang
mengganjal ditenggorokan, merasa kering di tenggorokan dan nafas
berbau.
2.6 Patofisiologi

Gambar 2. Pathway Tonsilitis

Tonsilitis merupakan penyakit yang ditularkan melalui droplet sehingga kuman


menginfiltrasi lapisan epitel ketika terjadi infeksi yang berulang maka akan
menyebabkan tonsil tidak dapat membunuh kuman yang berada pada tonsil
sehingga menyebabkan banyak kuman yang mendiami tonsil maka akan terjadi
dimana kondisi tubuh akan mengalami gangguan pada fungsi pertahanan tubuh
menurun maka akan semakin berat jika kondisi tubuh sedang menurun karena
peradangan sebelumnya pada saat epitel terkikis maka jaringan limfoid superkistal
mengambil perannya yaitu mencegah radang dengan menginfiltrasi leukosit
polimorfonuklear karena peradangan yang berulang maka selain epitel mukosa
dan jariangan limfoid diganti dengan jaringan parut sehingga terjadi pengecilan
atau pengerutan dan kripti melebar kemudian proses perjalanan infeksi masih
terus berlanjut sampai menembus kapsul tonsil sehingga menyebabkan pelekatan
pada jaringan disekitar fossa tonsilaris yang menyebabkan tonsilitis [ CITATION
IGu17 \l 1057 ]

Tonsilitis akut bisa diakibatkan karena bakteri yang menyebabkan


peradangan lokal primer diarea tonsil dan itu dapat menyebabkan gangguan
seperti rasa nyeri karena pembesaran atau biasa disebut edema pada tonsil
sehingga terasa nyeri pada saat menelan karena saat menelan terjadi gerakan yang
menyentuh area peradangan di tonsil dan juga mengakibatkan ngorok / mendukur
saat tidur karena jalan nafas yang terrganggus terkadang sampai sesak nafas jika
pembesaran tonsil semakin besar dan menuntup jalan nafas apabila peradangan
tidak dapat disembuhkan dan kembali seperti semula dan terjadi infeksi yang
berulang maka akan terjadi peradangan kronis atau disebut tonsilitis
kronis[ CITATION Iva16 \l 1057 ]

Penatalaksanaan
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :

Seorangi bu yang bernama Ny. Amiraumur 34 tahun datang kerumah sakit


mengeluhkan sakit tenggorokan yang menyebabkan susah menelan. Ibu
mengatakan bahwa dia mengeluhkan tidak nafsu makan dan juga susah untuk
minum. Sejak merasakan sakit tenggorokan, ibu Amira mengalami demam tinggi
dan kesulitan untuk bernafas karena batuk, sehingga Ny amira dibawa ke IGD
rumah sakit pada tanggal 11 april 2019. 2 tahun yang lalu, ibu amira membpunyai
riwayat penyakit faringitis dan ISPA. Klien tampak lemas, konjungtiva anemis
dan sering meringis kesakitan saat menelan. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa TD : 120/80 mmHg, RR : 24x/menit, Nadi : 80x/menit dan suhu 38,30C

3.1.1. Identitas Klien


a. Nama : Ny, Amira
b. Umur : 20 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : belum menikah
e. Pekerjaan : mahasiswa
f. Penidikan : SMA
g. Agama : Islam
h. Suku : Jawa
i. Alamat : Sumbersari
j. No. RM : 246633
3.1.2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Tenggorokan terasa sakit dan susah menelan
b. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bahwa dia mengeluhkan tidak nafsu makan
dan juga susah untuk minum Sejak merasakan sakit
tenggorokan,Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama sebelumnya
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat Tonsilitis

d. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien nafsu makannya tidak normal,karena susah untuk
menelan akibat tenggorokannya yang sakit
b. Pola aktivitas
Klien kurang beraktifitas karena rasa sakitnya
c. Pola istirahat dan tidur
Pola tidur klien tidak bertauran klien tidak bisa tidur dengan
nyenyak karena rasa sakit sering muncul
d. Pola eliminasi
Pola eliminasi pada klien normal
e. Pola hubungan peran
-
f. Pola penanggulangan steress
Klien selalu bercerita kepada suaminya jika memiliki
masalah
g. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien terganggu saat beribadah karena rasa sakit dan nyeri
yang muncul
h. Pola fungsi dan seksualitas
Klen tidak dapat melakukan hubungan seksual
e. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Lemas dan meringis kesakitan
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 25 x/menit
c. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : Inspeksi→ Rambut tidak beruban, keadaan
rambut dan kulit kepala bersih, penyebaran
rambut merata, tidakadalesi.
Palpasi→ Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
Wajah : Inspeksi→ tampak lesu,simestris kiri kanan,
bentuk wajah oral, tidak tampak reflex/gerakan
abnormal, ekspresi wajahmeringis bilan yeri
Palpasi→ Tidak ada nyeri tekan, tidak tidak ada
oedama/massa
Mata :Inspeksi→, Terdapat lingkaran hitam di sekitar
mata.
Palpasi→ tidak ada nyeri tekan pada kedua
bola mata, kedua bola mata teraba lunak
Hidung : Inspeksi→ simetris kiri dan kanan, tidak
Nampak adanya septum deviasi
Palpasi→ Tidak ada nyeri tekan pada hidung,
sinus maksillaris, frontalis dan etmoidalis, tidak
ada massa/benjolan
Mulut : Inspeksi→ gigi depan utuh dan rahang utuh,
gusi tidak terdapat peradangan, lidah agak
berwarna putih, bibir tampak basah dan tidak
cyanosis
Leher : Inspeksi→ tidak tampak pembesaran kelenjar
tyroid dan kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
vena jugularis
Palpasi→ tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe

d. Pemeriksaan thorax
Inspeksi→ bentuk dada normal chest, frekuensi nafas
25x/menit.
Palpasi→ ekspansi dada kanan dan kiri seimbang. Getaran
vocal fremitus teraba diseluruh dada, tidak teraba adanya
massa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi→sonor pada semua lapang paru, tidak terdengar
adannyapenimbunancairan.
Auskultasi→ bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan.
e. Pemeriksaan ekstremitas
1) Ekstremitasatas
Motorik→ klien dapat menggerakan ekstremitas kanan dan
kiri, tonus otot kanan dan kiri baik, kekuatan otot nilai 5/5
Refleks→ Biceps kiri dan kanan normal, triceps kiri dan
kanan normal.
Sensori→ tidak ada nyeri tekan, sensitive terhadap
rangansan suhu/raba
2) Ekstremitasbawah
Motorik→ tonus otot kanan dan kiri baik, kekuatan otot
nilai 5/5
Refleks→ patella kanan dan kiri normal, Achilles kanan
dan kiri normal, babinsky kanan dan kiri normal
Sensori→ tidak ada nyeri tekan, sensitive terhadap
rangansan suhu/raba
f. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi→ warna kulit sama dengan daerah sekitarnya, perut
Nampak datar
Auskultasi→ pristaltik 10 x/menit
Perkusi→ terdengar bunyi timpani kecuali pada daerah kuadran
kanan atas, pekak pada daerah hepar
Palpasi→Abdomen bagian bawah membesar dan
terabaadanyamassa, menegang dan sangat nyeri dengan skala 8,
nyeritekan.
g. Pemeriksaan integumen
Inspeksi→tidakditemukanjaundice, kulitnampaklembab.
Palpasi→tidakterdapatlesi, kulitlembut dan elastis.
h. Pemeriksaan genetalia
Tidak ada benjolan di daerah kelamin

i. Pemeriksaan Dignostik

Hemoglobin :14,8 g/dl


Eritrosit : 4,71 10 6/ul
Hematokrit : 43%
Leukosit : 5.7 10 3/ul
Trombosit : 258 10 3/ul
3.1.6 Terapi Farmakologi
amoxicilin 500mg
Eritromicin 200mg
Penicillin 250mg
Paracetamol 500mg
3.1.7 PemeriksaanPenunjang
a. Rapid Antigen Display Test (RATD)
Dikembangkan untuk identifikasi streptococus grup A dengan melakukan
apusan tenggorokan. RATD memiliki akurasi 93% dan spesifitas > 95%
dibandingkan kultur darah.

b. Gold Standart

Pemeriksaan Gold Standart adalah kultur dari dalam tonsil. Kultur yang
dilakukan dengan swab permukaan tonsil berguna untuk menentukan
diagnosisyang akurat terhadap flora bakteri tonsilitis kronis.

c. Histopatologi

Pemeriksaan Histopatologi dapat menunjukan diagnosa tonsilitis kronis.


Pemeriksaan Histopatologi memiliki 3 kriteria yaitu ditemukan ringan- sedang
infiltrasi limfosit, adanya ugra's abses dan infiltrasi limfosit yang difus.
Kombinasi ke tiga ini dapat dengan jelas menegakkan diagnosis tonsilitis.

3.1 Analisa Data

N Data Etiologi Masalah


o

1 DS: Invasi kuman /


patogen
Klien mengeluh badanya panas atau Hipertermia
demam dan klien sudah mengalami
demam selama 3 hari
Penyebaran limfogen
di faring / tonsil
DO:
- Suhu : 38.5 Proses Inflamasi
- Mukosa Kering
- Pasien tampak lemas
Impuls disampaikan
ke hypotalamus
termuregulator
Hipertermi

2 DS: Penyebaran limfogen


di faring / tonsil
Klien mengatakan nyeri saat Nyeri akut
menelan di daerah leher tepatnya di
tenggorokam
Proses Inflamasi
DO:
- Klien tampak memegan
leher saat menelam Tonsilitis akut
- Ekspresi nyeri sedang
P : Edema tonsil
Edema Tonsil
Q : Seperti diremas – remas
R : Leher tepatnya di tenggorokan
Nyeri akut
S : Skala 5
T : Saat Menelan terasa sakit secara
terus menerus

3 DS : Edema Tonsil
Klien mengatakan tidak mengerti Resiko
tentang penyakitnya dan takut tidak perubahan
bisa sembuh Nyeri Telan status nutrisi
kurang dari
DO : kebutuhan
Klien tampak gelisah Sulit makan dan
minum
TD : 140/80
N : 96x/menit
RR: 25x/menit
Resiko perubahan
status nutrisi kurang
dari kebutuhan

3.3 PrioritasDiagnosaKeperawatan
1. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil
2. Nyeri akut berhubungan denganpembengkakan pada tonsil
3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan gangguan menelan.
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional TT
o. D
1. Hipertemi Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Monitor F
a tindakan suhu paling suhu M
berhubun keperawatan tidak setiap setiap 2
gan selama 2x24 jam 2 jam sesuai jam
dengan diharapkan : kebutuhan. dapat
proses a. Suhu 2. Monitor mengeta
inflamasi tubuh tekanan hui
pada dipertahan darah, nadi perubaha
tonsil kan pada dan suhu
skala 3 respirasi yang
(deviasi sesuai terjadi
sedang kebutuhan. pada
dari 3. Monitor pasien.
kisaran warna kulit, 2. Mengeta
normal) suhu dan hui
ditingkatk kelembaban keadaan
an pada . umum
skala 5 4. Tingkatkan dari
(tidak ada intake pasien.
deviasi cairan dan 3. Perubaha
dari nutrisi n pada
kisaran adekuat. warna
normal). 5. Sesuaikan dan suhu
b. Membran suhu serta
e mukosa lingkungan kelemba
lembab dengan ban kulit
dipertahan kebutuhan merupak
kan pada pasien, jika an
skala 1 suhu indikasi
(sangat berubah. demam.
terganggu 4. Agar
) cairan
ditingkatk dan
an ke nutrisi
skala 5 terpenuh
(tidak i sesuai
terganggu kebutuha
). n.
5. Dapat
membant
u
penyesua
ian suhu
tuhu
pasien.
2. Nyeri Setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Lingkun F
akut tindakan lingkungan gan yang M
berhubun keperawatan yang aman nyaman
gan selama 1x24 jam bagi pasien dapat
dengan diharapkan : 2. Sediakan memban
pembengk a. Nyeri tempat tidur tu
akan pada dipertahan dengan mengura
tonsil kan pada ketinggian ngi efek
skala 3 sesuai kurang
(sedang) kebutuhan. nyaman
ditingkatk 3. Berikan yang
an ke informasi disebabk
skala 5 mengenai an akibat
(tidak nyeri. nyeri
ada). 4. Ajarkan yang
b. Ketidakny prinsip- muncul.
amanan prinsip 2. Posisi
dipertahan manajemen yang
kan pada nyeri. sesuai
skala 5. Kolaborasik dapat
sedang) an membua
ditingkatk pemberian t klien
an ke analgesik merasak
skala 5 dengan tim an
(tidak medis. nyaman
ada). sehingga
dapat
memban
tu
mengura
ngi rasa
nyeri
3. Informas
i
mengena
i nyeri
dapat
memban
tu klien
untuk
mengeta
hui
penyeba
b dari
nyeri
yang
muncul.
4. Prinsip
manajem
en nyeri
yang
benar
dapat
memban
tu
menurun
kan rasa
nyeri.
5. Pemberi
an
analgesi
c untuk
menurun
kan rasa
nyeri.
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Monitor F
perubahan tindakan tekanan TTV M
status keperawatan darah, nadi dapat
nutrisi selama 2x24 jam dan mengeta
kurang diharapkan : respirasi hui
dari 1. Status sesuai keadaan
kebutuhan nutrisi kebutuhan. umum
berhubun dipertahan 2. Tentukan dari
gan kan pada apa yang pasien.
dengan skala 4 menjadi 2. Preferen
gangguan (sedikit preferensi si
menelan menyimpa makanan makanan
ng dari bagi pasien. bagi
rentang 3. Menganjurk pasien
normal) an pasien agar
ditingkatk untuk pasien
an ke memfokusk tidak
skala 5 an perhatian merasa
(tidak dalam kesakita
menyimpa melakukan n saat
ng dari tugas menelan
rentang menelan. makanan
normal). 4. Hilangkan .
2. Perasaan distraksi 3. Pasien
tidak dari dianjurk
nyaman lingkungan an untuk
dengan sekitar memfok
menelan sebelum uskan
dipertahan belajar perhatian
kan pada menelan. agar
skala 3 dalam
(cukup belajar
terganggu menelan
) dapat
ditingkatk fokus
an ke sehingga
skala 5 kebutuha
(tidak n nutrisi
ada). selalu
terpenuh
i.
4. Adanya
distraksi
dapat
menggan
ggu
jalannya
belajar
menelan
sehingga
tidak
memeca
h
konsentr
asi dari
pasien.

3.4 Implementasi

Hari Diagnosa Implementasi Paraf


Kamis Hipertemia 1. Memonitor suhu setiap 2 jam FM
11 berhubungan dengan sesuai kebutuhan.
maret proses inflamasi pada 2. Memonitor tekanan darah, nadi
2019 tonsil dan respirasi sesuai kebutuhan.
3. Memonitorwarna kulit, suhu dan
kelembaban.
4. Meningkatkan intake cairan dan
nutrisi adekuat.
5. Menyesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien, jika
suhu berubah.
Kamis Nyeri akut 1. Menciptakan lingkungan yang FM
11 berhubungan dengan aman bagi pasien.
april pembengkakan pada 2. Menyediakan tempat tidur
2019 tonsil. dengan ketinggian sesuai
kebutuhan.
3. Memberikan informasi
mengenainyeri.
4. Mengajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri.
5. Mengkolaborasikan pemberian
analgesic dengan tim medis.
Kamis Resiko perubahan 1. Memonitor tekanan darah, nadi FM
11 status nutrisi kurang dan respirasi sesuai kebutuhan.
april dari kebutuhan 2. Menentukan apa yang menjadi
2019 berhubungan dengan preferensimakanan bagi pasien.
gangguan menelan 3. Menganjurkan pasien untuk
memfokuskan perhatian dalam
melakukan tugas menelan.
4. Menghilangkab distraksi dari
lingkungan sekitar sebelum
belajar menelan.

3.5 Evaluasi

No Hari/Tanggal/Ja Diagnosa Evaluasi (SOAP) Paraf


. m
1. Kamis 11 april Hipertemia S: Klien mengatakan bahwa FM
2019 berhubungan demamnya sudah mulai
dengan proses menurun
inflamasi pada O: Klien sudah tidak diberi
tonsil perawatan demam lagi
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 2 dan
4
2. Kamis 11 april Nyeri akut S: Klien mengatakan bahwa FM
2019 berhubungan nyerinya sudah mulai
dengan berkurang
pembengkakan O: Tetap lanjut terapi nyeri
pada tonsil A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjut intervensi 1 dan 2
3. Kamis 11 april Resiko S: Klien mengeluhkan nafsu FM
2019 perubahan makan karena sulit untuk
status nutrisi menelan
kurang dari O: Klien sudah tidak
kebutuhan dimonitoring cairan lagi
berhubungan A: Masalah teratasi
dengan P: Lanjutkan intervensi 1
gangguan
menelan
4

BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan
4.1.1 Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal, (Adenoid), dan
tonsil palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan
lunak dibagian belakang faring. Tonsil akan menghasilkan limfosit dan
aktif mensintesis immunoglobulin saat terjadinya infeksi di tubuh.
Tonsil akan membengkak saat berespon terhadap infeksi.
4.1.2 Manifestasi klinis tonsilitis ditandai dengan gejala-gejala di
hidung, nyeri pada tenggorokan dan kemerehan yang menyeluruh pada
tonsil. Tonsilitis umumnya disebabkan oleh virus. Tonsilitis
streptokokus lebih jarang ditemukan dan biasanya ditandai dengan
demam.
4.1.3 Mayoritas tonsilitis disebabkan oleh virus (seperti Adenovirus,
virus Influenzae, virus Parainfluenzae, Respiratory Syncytial Virus
dll) yang dapat mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas,
termasuk virus yang menyebabkan mononukleosis infeksius (virus
Epstein-Barr). Tonsilitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
(seperti spesies Streptococcus, spesies Staphylococcus).
4.1.4 Patofisiologi tonsilitis merupakan penyakit yang ditularkan melalui
droplet sehingga kuman menginfiltrasi lapisan epitel ketika terjadi
infeksi yang berulang maka akan menyebabkan tonsil tidak dapat
membunuh kuman yang berada pada tonsil sehingga menyebabkan
banyak kuman yang mendiami tonsil maka akan terjadi dimana kondisi
tubuh akan mengalami gangguan pada fungsi pertahanan tubuh
menurun.
b. Saran
i. Bagi Mahasiswa
Setelah membaca makalah diatas kami mengharapkan kepada
seluruh pembaca dapat memahami konsep dasar dan asuhan
keperawatan pada tonsilitis.
ii. Bagi Pembaca
Setelah membaca makalah diatas kami mengharapkan kepada
seluruh pembaca dapat mengetahui konsep dasar penyakit
tonsilitis.
iii. Bagi Institusi Perguruan Tinggi
Kami mengharapkan kepada seluruh akademika perguruan
tinggi agar selalu memantau dan menekan para peserta didik agar
selalu mengetahui beberapa hal khususnya dalam konsep dasar dan
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Fakh, I. M., Novialdi, & Elmatris. (2016). Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis
pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013.
Jurnal Kesehatan Andalas, 436-442.

Hull D., Johnston I.D., 2008. Jalan Nafas dan Paru-paru. Dasar-dasar Pediatri
(Essential Paediatrics), Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 117
– 118

Klarisa C & Fardizza F.2014.Kapita Selekta Ed. 4 : Tonsilitis. Jakarta: Media


Aesculapius

Maulana Fakh, Ivan, Novialdi, and Elmatris. 2016. “Artikel Penelitian


Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis Pada Anak Di Bagian THT-KL RSUP
Dr.M.Djamil Padang.” Kesehatan Andalas 5(2): 436–42.
http://jurnal.fk.unand.ac.id.

Mita, D. N. (2017). ANALISIS FAKTOR RISIKO TONSILITIS KRONIK.


Semarang: Repository UNIMUS.

Nizar, Muhammad, Nur Qamariah, and Noor Muthmainnah. 2018. “Identifikasi


Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien Anak Di Bagian Tht Rsud
Ulin Banjarmasin.” Berkala Kedokteran 12(2): 197.

Nizar, M dkk. 2016. Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien
Anak di Bagian THT RSUD Ulin Banjarmasin. Banjarmasin. Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Otolaringology. (2018, Maret 27). Retrieved Maret 13, 2019, from National Heart
Center Singapore: https://www.nhcs.com.sg/patient-care/conditions-
treatments/acute-pharyngitis-tonsillitis/causes-risk-factors

Rusmarjono, Hermani B.2012.Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorokan Kepala &


Leher. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Setyo,P dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gangguan Asepsi Sensori : Tonsilitis.
Cilacap. Stikes AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH Cilacap.

Sundariyati, I. G. (2017). TONSILITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT. Bali:


Universitas Udayana.

Soepardi EA. Nurbaiti Iskandar, Jonny Bashiruddin, Restuti, RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan-Kepala-Leher. 6th Ed. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007 : 221

Anda mungkin juga menyukai