Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENYAKIT TONSILITIS
KELOMPOK II

DISUSUN OLEH :
FITRI
NURAFIFAH
IKBAL SIDIK
WINA SAFINA
PUTRI ANASTASIA
FELIN MARIAM PAGALA

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul penyakit Tonsilitis ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Panitia
PMPN(Penerimaan Mahasiswa Prodi Ners). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Penyakit Tonsillitis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Panitia PMPN yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

(Palu, 24 Agustus 2022)

Ketua Kelompok II
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR IS………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………

2.1 Definisi…………………………………………………………………………
2.2 Klasifikasi…………………………………………………………………………
2.3 Etiologi………………………………………………………………………….
2.4 Patosiologi………………………………………………………………………..
2.5 Manifestasi Kinik……………………………………………………………………
2.6 Penatalaksanaan Medis……………………………………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tonsilitis adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan infeksi virus atau
bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi
sebagai filter/penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel putih.
Dalam beberapa kasus ditemukan tiga macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis
membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari
patofisiologi, dan manifestasi klinis.
Pola penyakit THT (Telinga Hidung Tenggorokan) berfariasi pada tiap-tiap negara.
Banayk factor lingkungan dan sosial diyakini tanggung jawab terhadap etiologi infeksi penyakit
ini. Penelitian yang dilakukan di departemen THT dunia (WHO) selama sepuluh tahun (Januari-
Desember) dari 68.488 kunjungan pasien didapati penyakit tonsillitis kronis merupakan penyakit
yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita. Sementara penelitian yang
dilakukan di Malaysia pada THT rumah sakit sarawak selama satu tahun dijumpai 8.118
kunjungan pasien dan jumlah penderita penyakit tonsilitis kronis menepati urutan keempat yakni
sebanyak 657 (8,1%) (Shah, 2013). Menurut penelitian di Rusia mengenai prevalensi dan
pencegahan tonsilitis kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia
reproduktif tonsilitis kronis. (Awan Z, et al, 2009). Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT
ditujuh provinsi (Indonesia), tonsilitis kronis 4,6% tertinggi setelah Nasofaringitis akut (3,8%).
Sedangkan penelitian di puskesmas sukaramai pada tahun 2014 ditemukan 161 pasien tonsilitis
kronis atau 6,75% dari seluruh jumlah kunjungan. Data morbiditas pada anak menurut survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) 1995 penyakit anak laki-laki dan perempuan umur 5-14 tahun
yang paling sering terjadi, tonsilitis kronis menepati urutan kelima (10,5% pada laki-laki, 13,7%
pada perempuan) (Hannaford PC, et al, 2005).

1.2. Rumusan Masalah


a) Apakah yang dimaksud dengan tonsilitis?
b) Bagaimanakan etiologi tonsilitis?
c) Bagaimanakan patofisiologi tonsilitis?
d) Bagaimanakan manifestasi tonsilitis?
1.3. Tujuan

Mampu menjelaskan mengenai penyakit tonsilitis, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi


tonsilitis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Tonsilitis merupakan keradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan tonsil yang
umumnya didahului oleh suatu keradangan di bagian tubuh lain, misalnya sinusitis, rhinitis,
infeksi umum seperti morbili, dan sebagainya. Sedangkan Tonsilitis Kronis adalah peradangan
kronis Tonsil setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis (Woolley
AL dalam Abdulhadi, 2007).

2.2 Klasifikasi
Macam-macam tonsilitis menurut Iman Megantara (2006)
1. Tonsilitis Akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan
streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan diperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih
yang mengisi kipti tonsil yang disebut detricus.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan Bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membangkak tersebut mempunyai
membrane.
5. Tonsilitis Kronis
Tonsilitis yang berluang, factor predisposisi : rangsangan kronik (roko, makanan)
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygyne mulut yang
buruk.

2.3. Etiologi
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari Commission on Acute
Respiration Disease bekerja sama dengan Surgeon General of the Army America dimana dari
169 kasus didapatkan data sebagai berikut :
– 25% disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus yang pada masa penyembuhan tampak
adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita.
– 25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain yang tidak menunjukkan kenaikan titer
Streptokokus antibodi dalam serum penderita.
– Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza.

Adapula yang menyatakan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut :


1. Streptokokus β hemolitikus Grup A
2. Hemofilus influenza
3. Streptokokus pneumonia
4. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
5. Tuberkulosis (pada keadaan immunocompromise).
(Hammouda, 2009)

2.4. Patofisiologi
Terjadinya proses radang berulang disebabkan oleh rokok, beberapa jenis makanan,
higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak
adekuat (Eviaty, 2001).
Proses keradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena proses radang
berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan
jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte
akan melebar (Adam’s, 1997).
Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel
leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat yang berwarna kekuning-
kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus kapsul sehingga terjadi perlekatan dengan
jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada anak-anak, proses ini akan disertai dengan pembesaran
kelenjar submandibula (Ugras, 2008).

2.5. Manifestasi Kinik


Menurut Megantara, Iman 2006 gejalanya berupa nyeri tenggorokan ( yang semakin
parah jika penderita menelan) nyeri sering kali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan
telinga memiliki persyarafan yang sama).
Gejala lain:
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah

Menurut Mansjoer, A (1999) gejalah tonsilitis antara lain:


1. Pasien mengeluh ada penghalang ditenggorokan
2. Tenggorokan terasa kering
3. Pernapasan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak membesar dan terisi detritus
5. Tidak nafsu makan
6. Mudah Lelah
7. Nyeri abdomen
8. Pucat
9. Letergi
10. Nyeri kepala
11. Disfagia (sakit dalam menelan)
12. Mual dan muntah

Gejala pada tonsilitis akut:


1. Rasa gatal/kering ditenggorokan
2. Lesu
3. Nyeri sendi
4. Odinafagia
5. Anoreksia
6. Otalgia
7. Suara serak (bila laring terkena)
8. Tonsil membengkak

Menurut Smelizer, Suzane (2000)


Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut Hembing, (2002)
1. Dimulai dari sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan,
kadang-kadang muntah.
2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan,
kedinginan, sakit kepala, dan sakit pada telinga.
3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah
pada lekukan tonsil.
2.6. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan radang amandel akut pada anak yaitu dengan pemberian antibiotik polongan
penisilin atau sulfonamide selama 5 hari, obat penurun panas dan obat kumur. Apabila angka
mengalami radang amandel yang berulang (lebih dari 3 kali dalam setahun) maka merupakan
indikasi untuk melakukan operasi tonsilektomi (pengangkatan tonsil) (Bulan. & Zulfito, 2010).
Amandel yang terlalu besar sehingga mengganggu jalan pernapasan perlu juga dioperasi, namun
bila amandel agak besar dan tidak mengganggu jalan pernafasan maupun tidak menimbulkan
sakit, tidak perlu diapa-apakan, karena amandel berguna untuk memerangi infeksi. Orang yang
telah dioperasi masih dapat terjadi peradangan kerongkongan. Untuk mengatasi panasnya, diberi
aspirin atau parasetamol, banyak minum, dan istirahat yang cukup. Anak yang panas tidak boleh
pergi sekolah (Bulan. & Zulfito, 2010). Pengobatan tonsillitis akut sebagian besar terapi suportif
dan berfokus pada pemeliharaan hidrasi dan asupan kalori yang cukup dan mengendalikan rasa
nyeri dan demam. Kortikosteroid dapat memperpendek durasi demam dan faringitis. Infeksi
bakteri merupakan indikasi antibiotik (Fahrul, 2019).

1. Terapi suportif

a. Istirahat cukup

b. Pemberian cairan yang sesuai

2. Terapi medikamentosa

A. Analgetik & Antipiretik

a. Paracetamol 10-15 mg/kgBB/pemberian 3-4 kali sehari

b. Ibu profem : 20 mg/kg/hari dosis terbagi 3-4

B. Antibiotik

a. Amoxilin : 10-15 mg/kgBB/pemberian 2 kali sehari, jika berat 3 kali

sehari

b. Amoxiclav : 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

c. Klindamisin : 20-30 mg/kgBB/hari

d. Eritromisin : 30-50 mg/kgBB/hari dibagi 2 sampai 4 kali

e. Cefalexin : 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 sampai 4 kali untuk

faringitis streptococcus grup A


f. Cefadroxil : 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 kali

g. Penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis

h. Benzatin penisilin G intramuscular dengan dosis 600.000 IU (BB <

30 kg) dan 1.200.000 IU (BB > 30 kg)

3. Tonsilektomi diindikasikan jika :

a. Lebih dari enam episode faringitis streptokokus (dikonfirmasi dengan

kultur positif) dalam 1 tahun

b. Lima episode faringitis streptokokus dalam 2 tahun berturut-turut

c. Tiga atau lebih infeksi tonsil dan/atau adenoid per tahun selama 3 tahun

berturut-turut meski ada terapi medis yang memadai

d. Tonsillitis kronik atau rekuren yang terkait dengan keadaan pembawa

streptokokus yang tidak respon dengan terapi antibiotik resisten beta-

laktamase (Fahrul, 2019).


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcuc viridans dan streptococcus pyogenes dapat juga
disebabkan oleh virus, pada tonsilitis ada dua yaitu
- Tonsilitis akut dan
- Tonsilitis kronik

B. Saran
Sebaiknya pada pasien yang mengalami radang tonsil diberikan therapi seperti :
1. Diberikan posisi tirah baring
2. Berikan cairan dalam jumlah yang cukup
3. Berikan makanan berisi namun tidak terlalu padat karena bisa merangsang pada tonsil
yang sedang meradang
4. Hindari makanan yang bersifat asam dan tetap menjaga kesehatan tonsil yang sudah
pernah mengalami radang.
DAFTAR PUSTAKA

Belden MD. THT : www. Emedicine. Com. Las Updated 24 juni 2003.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FK UI. Jakarta.
Saten S. Chalazion. Taken From : www. emedicine. com. Last Updated : 5 Juli 2004
Boeis,Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT , Jakarta:EGC.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson 1985, Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit,
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai