DI SUSUN OLEH
ROSE DWI PUTRI
2020.01.030
PRODI SI KEPERAWTAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2023
BAB I
1.1 Latar belakang
Tonsilitis merupakan pendangan yang teradi pada tonsil yang di sebabkan oleh
virus atau bakteri sehingga tonsil menjadi bengkak,merah,melunak, dan memiliki
bitnik-bintik putih di permukaanya (G.Z,prasetya jusunastuti & kurniawati,2018)
Tonsilitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronis. Nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan
jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan
tersebut (Bahrudin, 2018). Secara neurofisiologis, nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
2 jenis utama yakni nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik (Fallis, 2018).
Tonsilitis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, namun paling
sering terjadi akibat infeksi oleh virus. Pada umumnya, virus yang menyebabkan
tonsilitis ini merupakan virus penyebab demam biasa, seperti rhinovirus, adenovirus,
dan coronavirus. 1Sedangkan tonsilitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada
umumnya disebabkan oleh Streptococcusβ-hemolitikus grup A, namun bakteri lain
seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus
influenzajuga dapat menyebabkan terjadinya tonsilitis tersebut. Tonsilektomi
merupakan prsedur operasi yang praktis dana man untuk pengobatan tonsillitis kronis
( savitri & vivit, 2013 ) penanganan nyeri akut pasca operasi yang tidak baik akan
menyebabkan komplikasi kesehatan seperti pneumonia, deep vien thrombosis,
infeksi,nyeri, kronis dan depresi ( prabandari,indisari & mmaskoen,2018).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI, angka kejadian penyakit
tonsilitis di Indonesia sekitar 23%. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di
tujuh provinsi di Indonesia pada bulan September tahun 2016, prevalensi tonsilitis
kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8% (Kemenkes, 2020)
Wortd Health Organization (WHO) tidak mengeluarkan data mengenai jumlah
kasus tonsilitis di dunia, namun WHO memperkirakan 287.000 anak di bawah 15 tahun
mengalami tonsilektomi (operasi tonsil), dengan atau tanpa adenoidektomi. 248.000
anak (86,4%) mengalami tonsilioadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani
tonsilektomi saja (WHO, 2015). Data epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit
tonsilitis kronis di Amerika merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak usia 5-10
tahun dan dewasa muda usia 15-25 tahun (Endgard, 2010).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Tonsilitis
2.1.1 Definisi Tonsilitiss
Tonsilitis atau Amandel merupakan pembesaran dari tonsil, tonsil
merupakan bagian yang menahan dari bakteri agar tenggorokan tidak mudah
sakit (Riza, 2015). Tonsil (Amandel) ini berfungsi untuk memerangi kuman
yang masuk melalui mulut atau hidung sebelum mereka dapat menyebabkan
infeksi diseluruh tubuh. Bakteri atau virus yang masuk ke tonsil dan
menginfeksi mereka. Ketika ini terjadi, maka kitapun akan mengalami tonsilitis.
Anak yang terkena tonsilitis akan mengalami tanda dan gejala seperti nyeri
tenggorokan, sulit untuk menelan makanan bahkan minuman, dan terjadi demam
(Priyatna, 2011).
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil faring. Peradangan biasanya
meluas ke tonsil adenoid dan lingual. Oleh karena itu, istilah faringitis juga bisa
digunakan. Sebagian besar kasus tonsilitis bakteri disebabkan oleh Group A
betahemolytic Streptococcus pyogenes (GABHS) (Fahrul 2019). Gunanya tonsil
itu adalah untuk membuat limfosit yaitu sejenis sel darah putih yang bertugas
membunuh kuman yang masuk kedalam badan melalui mulut. Bila tonsil itu
meradang maka amandel itu membengkak, merah, dan penderita merasa gatal,
sakit kerongkongan, sakit menelan, kadang-kadang muntah (Fahrul,
2019).Peradangan tonsil membuat anak demam, sakit kepala, muntah-muntah,
sakit perut, lemas dan tidak bersemangat. Pembesaran tonsil yang terlalu besar,
sehingga tonsil kiri dan kanan saling bertemu, dapat menghalangi jalan
pernapasan. Kelenjar dagu ikut pula membesar. Kelenjar pada dinding
kerongkongan disebut adenoid. Biasanya bila amandel meradang adenoid pun
ikut meradang (Fahrul, 2019)
2.1.4Patofisiologi
Tonsilitis menurut Nurbaiti terjadi karena bakteri dan virus masuk ke dalam
tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau
faring kemudian menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Adanya bakteri virus patogen
pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil
membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna
putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri
menelan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga.
Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan dasar
manusia meliputi :
1. Sistem Gastrointestinal
Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit untuk
menelan sehingga klien susah untuk makan dan sulit untuk tidur.
2. Sistem Pulmoner
Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada tonsil
dan faring, klien sering batuk.
3. Sistem Imun
Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien menurun, klien
mudah terserang demam.
4. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak,
klien susah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Sistem Endokrin
Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar
tiroid.
WOC
2.1.5 Manifestasi klinis
Menurut (Basuki et al., 2020) manifestasi klinis yang terlihat akan berbedabeda
pada setiap klasifikasi tonsilitis sebagai berikut :
1) Tonsilitis Akut
(1) Tonsilitis Viral
Gejala tonsilitis viral lebih seperti common cold yang disertai dengan nyeri
ternggorokan. Penyebab yang paling banyak adalah virus Epstein Barr.
Hemofilus Influenzae adalah sebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi
virus coxschakie, dipemeriksaan rongga mulut akan terlihat luka-luka kecil
pada palatum dan tonsil yang sangat amat nyeri dirasakan penderita (Soepardi
et al., 2021).
(2) Tonsilitis Bakterial
Tanda dan gejala dengan massa inkubasi 2-4 hari. Tanda dan gejala yang sering
banyak ditemukan adalah nyeri pada tenggorok dan nyeri saat menelan, demam
dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lemas, rasa nyeri sendi-sendi, tidak napsu
makan dan rasa nyeri telinga (otalgia). Nyeri telinga yang disarakan ini
dikarenakan nyeri alih (refferend pain) melalui saraf n.glosofaringeus (n.IX).
Saat pemeriksaan terlihat tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus 13
berbentuk folikel, lacuna atau tetututpnya oleh membrane semu. Kelenjar
submandibular membesar dan nyeri tekan
3) Tonsilitis membranosa
(1) Tonsilitis Difteri
Gejala umum, yaitu gejala kenaikan suhu tubuh, biasanya subfebris, nyeri pada
kepala, tidak napsu makan, badan lesuh, nadi lambat serta keluhan nyeri saat
menelan.
Gejala lokal, yaitu terlihat tonsil membesar ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama semakin jadi meluas yang bersatu membentuk membrane semu.
Membrane ini bisa meluas ke palatum mole, uvula dapat menyumbat saluran
napas. Perkembangaan penyakit ini jika infeksi bergerak terus, maka kelenjar
limfa leher akan membesar sedemikian besarnya sehingga leher seperti leher
sapi (bull neck) atau bisa disebut dengan Burgemeester’s hals
2.1.6 Penataklaksanaan
Tonsilitis kronis kebanyakaan berasal dari bakteri yang terdapat di parenkim
tonsil disbanding permukaan tonsil, sehingga swab dari permukaan tonsil saja dapat
menjadi keliru, penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotik yang bermanfaat
pada penderita tonsillitis kronis cephalosporin ditambah metronidazole, klindamisin,
amoksisilin dengan asam klavulanat jika bukan disebabkan monoueleosis.tonsilektomi
merupakan tindakan pemembedahan yang paling sering dilakukan pada penderita
tonsillitis kronis, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsil palatina dari fosa
tonsil/
Kaedah tonsilektomi sangat efektif dilakukan pada anak yang menderita
tonsillitis kronis dan berulang dan indikasi absolute karena adanya sumbatan jalan napas
akibat hipertrofi tonsil, tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan
resiko menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok,nyeri pasca tonsilektomi dapat
menimbulkan berbagai masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan,syok,nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi.
Tonsillitis yang disebabkan oleh virus harus di tangani secara simpotometik.obat
kumur,analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala yang timbulnya
biasanya akan hilang sendiri. Efektivitas penggunaan obat kumur masih di
pertanyakaan, karena bisa saja berkumur tidak mengenai tonsil tetapi lebih banyak
mengenai dinding faring.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
1) Usia
Tonsillitis akut biasanya terjadi pada anak-anak terbanyak pada usia kira-
kira 5 tahun dan puncaknya berikutnya pada usia 10
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin tidak mempengerahui terjadinya tonsillitis, semua anak
dapat mengalami tonsillitis. Hal ini dipengeruhi dari makanan yang
mereka makan,perawatan hygine yang kurang.
3) Agama
4) Pendidikan
5) Alamat
b) Riwayat kesehatan
1). Riwayat kesehatan sekarang
Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan
merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai
dengan trismus ( kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara
akan menjadi serak. Paada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil
membengkak , hiperemis.
2). Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dengan tonsiltis di turunkan dari keluarga, penyakit yang
mungkin di derita oleh keluarga adalah gangguan infeksi pernapasan.
Tetapi tonsillitis lebih di sebabkan karena anak mengkonsumsi makanan
seperti makanan, manis, mengandung banyak pengawet.
d). B1 ( Breathing )
- inpeksi
Pada pasien dengan tonsillitis terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi, pernapasan serta penggunaan otot bantu napas
-palpasi
Ekspansi paru meningkat , frekuensi traktil dada berkurang atau tidak
ada
- Perkusi
Pada dada terdengar suara normal, diagfragma mendatar dan
menurun.
e). B2 ( Blood )
pada pasien dengan tonsillitis terlihat peningkatan tekanan darah dan
nadi, serta terjadi pula peningkatann suhu karena infeksi pada tonsil
sehiingga terjai pembengkakan tonsil.
f). B3 ( Brain )
pada infeksi perlu di tingkatkan kesedarannya, di samping itu, di
perlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesedaran
klien apakah composmentis,samnolen.
g). B4 ( Bladerr )
pengukuran volume output cairan perlu dilakukan karena berkaitan
dengan kecukupan intake cairan,output urine menurun.
h). B5 ( Bowel )
- mual muntah
- nafsu makan memburuk
- penurunan berat badan menetap.
i). B6 ( Bone )
- kemampuan pergerakan sendi
- kelainan ekstremitas
- fraktur
B2 Kardiovaskuler ( Blood )
a. keluhan nyeri dada : tidak
lokasi nyeri : di bagian tenggorokan intensitas / frekuensi : rasa nyeri
yang hilang timbul
Kualitas Nyeri : p = adanya pembengkakan tonsil
Q = rasanya nyeri hilang timbul
R = Nyeri berada di bagian dalam tenggorokan
S = px mengatakan sulit tidur
T = px mengatakan sering kambuh rasa nyerinya pada malam
hari
b. irama jantung : Reguler
c. S1/S2 tunggal : tidak
d. suara jantung : normal ( lub-dub )
e. palpitasi : Tidak
f. Edema : Tidak
g: syncope : tidak
h. hipotensi orthotatic : tidak
i. CRT : < 2 detik
j. Akral : hangat
k. JVP : Normal
MASALAH KEPERAWATAN : Nyeri Akut
Persyarafan B3 ( Brain )
GCS : Eye = 4 verbal = 5 motorik = 6 Total : 15
a. reflek fisiologis : -
b. reflek patologis : -
c. keluhan pusing atau vertigo : tidak
d. pupil : isokor
e. sklera/ konjungtiva : Anemis
f. gangguan pendengaran : tidak
g. istirahat atau tidur : 3 jam/ hari
h. gangguan tidur : ya
i. gangguan saraf cranialis : tidak
i. gangguan memory/ ingatan : tidak
k. afasia memory/ sensorik : tidak
l. gangguan penciuman/ pembauan/pengecapan : tidak
m. Neuropati : tidak
n. kejang : tidak
o. Battle sign : tidak
Pre higine
a. mandi : 2 x/hari
b. sikat gigi : 2x/hari
c. keramas : 1x/hari
d. memotong kuku : 2 minggu
e. ganti pakaian : 2 x/sehari
f. merokok : tidak
g. alkohol : tidak
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
Psikososial – spiritual
a. persepsi klien terhadap pemyakit : cobaan dari tuhan
b. ekspresi klien terhadap penyakitnya : menangis dan gelisah
c. reaksi saat intreksi : kooperatif
d. orang yang paling deket : px mengatakan ibunya yang paling dekat dengan dia
e. hubungan dengan teman di sekitar : px mengatakan senang bermain tetapi
jarang bermain diluar.
f. kegiatan ibadah : kadang- kadang
MASALAH KEPERAWATAN : Ansietas
Data penunjang
Terapi/tindakan lain
DAFTAR MASALAH
1. nyeri akut
2. gangguan pola tidur
3. ansietas
4. defisit nutrisi
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: keluarga px Virus bakteri Nyeri akut berhubungan
mengatakan pasien ketika dengan agen pencederaan
( dari makanan )
makan merasa kesulitan fisiologis (D.0077)
untuk menelan makanan,
minuman dan merasakan
Masuk ketubuh melalui
nyeri yang hilang timbul.
DO: px terlihat menyeringa hidung dan mulut
ketika hendak menelan
ludah
Kuman iritasi kelapisan
epitel
Peradangan
Tonsilitis akut
Oedem tonsil
Cemas
Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN PENCEDERAAN
FISIOLOGIS DI TANDAI DENGAN TAMPAK
MERINGIS,GELISAH,SULIT TIDUR, MENGELUH NYERI
INTERVENSI KEPERAWATAN
TANGGAL MASALAH TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/TGL MASALAH WAKTU TINDAKAN KEPERAWATAN
Nyeri Akut 09.30 1. melakukan pengkajian kepada pasien
R/ Pasien mengatakan sering merasakan nyeri saat
menelan seperti ada yang menganjal.
2. memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
R/ teknik non farmakologis dengan cara Tarik nafas
dalam lalu hembuskan dengan perlahan untuk
mengurangi rasa nyeri
3.kontrol lingkungan yang mempeberat rasa nyeri
R/ memberikan posisi yang nyaman.
EVALUASI KEPERAWATAN
HARI/ MASALAH WAKTU EVALUASI KEPERAWATAN
TGL KEPERAWATAN
Nyeri Akut 10.00 S : pasien merasakan nyeri pada bagian
tenggorokanya seperti ada yang menganjal.
O: Pasien masih suka meringia ketika
menelan ludahnya dan susah untuk berbicara
terlalu keras.
A : nyeri aku belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi ( 2.3 )
Ansietas 10.30 S : pasien mengatakan rasa cemasnya sudah
berkurang
0 : pasien terlihat sudah lebih tenang
A : ansietas teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi ( 2 )
CATATAN PERKEMBANGAN
NO TGL/JAM Dk SOAP(IE)
1. 10.00 S: pasien merasakan nyeri pada bagian tenggorokanya seperti ada yang
mengganjal disertai batuk, pilek skala nyeri 4
O:
- K/U lemah GCS : 4-5-6
- Masih tampak meringis karenan susah menelan
- pasien tampak kesulitan saat menelan
A : Adenotinsilitis kronis belum teratasi
P : pasien masuk ruang operasi
I : intervensi di lanjutkan di ruangan
E : pasien masih merasakan sakit pada bagian tenggorakanya.
10.30 S: px mengatakan sudah tampak tenang dari sebelumnya.
O : px sudah mulai tampak tenang
P : masalah ansietas teratasi
I : pasien masuk ruang oprasi
E : pasien sudah merasakan lebih tenang di bandingkan sebelumnya.