Semester : 5
Kelompok : 5
1. Aliyah Adillah
2. Alpa Riski Amanda Putri
3. Eka Putri Rahmadani
4. Hesti Eka Putri
5. Miftahul Jannah
6. Mutiara Hasanah
7. Niati Khaira
8. Riana Atira
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat tuhan yang Maha Esa, yag telah
melimpahkan rahmat taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu, makalah ini berjudul “Konsep Diri”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................................1
A. Definisi........................................................................................................................1
B. Tren dan Isu Otitis Media Akut Kronik...................................................................1
C. Evidance Based Practice............................................................................................2
BAB III.................................................................................................................................10
METODE PENELITIAN....................................................................................................10
A. Otitis Media Akut.....................................................................................................10
B. Otitis Media Kronik.................................................................................................14
BAB IV..................................................................................................................................19
PENUTUP............................................................................................................................19
A. Kesimpulan dan Saran.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis media merupakan keadaan dimana terjadinya peradangan pada telinga
tengah. Secara klinis, otitis media dapat diklasifikasikan menjadi otitis media
akut dan otitis media supuratif kronis (OMSK) (Shyamala et al., 2012). OMSK
adalah infeksi kronis pada telinga tengah yang disertai perforasi membran
timpani dan keluarnya sekret/ pus pada telinga (otore) selama 8 minggu (KMK
RI 428, 2006). Sedangkan Monasta (2012) mengatakan bahwa OMSK terjadi
jika infeksi berlangsung selama 6 minggu dan sering disertai kolesteatom
(Monasta et al, 2012).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Otitis Media Akut Kronik
2. Apa saja tran dan isu Otitis Media Akut Kronik
3. Bagaimana metode penyesaian masalah Otitis Media Akut Kronik
4. Apa Evidance Based Practice Otitis Media Akut Kronik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Otitis Media adalah infeksi telinga meliputi infeksi saluran telinga luar (Otitis
Eksterna), saluran telinga tengah (Otitis Media), dan telinga bagian dalam (Otitis
Interna). (Rahajoe, N. 2012).
Otitis media ialah radang telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau
anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas. (William.
M. Schwartz.. 2004).
Otitis Media adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, S. 2001).
Tren :
1
4. Manajemen Penyakit: Peningkatan pemahaman tentang manajemen jangka
panjang OMAK, termasuk efek jangka panjang pada pendengaran dan
perkembangan anak.
Isu:
Fokus Evidence Based Practice ini adalah diagnosis yang tepat dan
pengobatan awal pada anak dengan OMA. Pedoman ini memberikan definisi
AOM yang spesifik dan ketat. Hal ini membahas manajemen nyeri, observasi
awal versus pengobatan antibiotik, pilihan agen antibiotik yang tepat, dan
tindakan pencegahan. Hal ini juga mengatasi OMA berulang, yang tidak
2
termasuk dalam pedoman tahun 2004. Keputusan diambil berdasarkan penilaian
sistematis terhadap kualitas bukti dan hubungan manfaat-rugi.
3
Pernyataan Tindakan Utama 3A: OMA berat: Dokter harus meresepkan
terapi antibiotik untuk OMA (bilateral atau unilateral) pada anak berusia 6
bulan ke atas dengan tanda atau gejala berat (yaitu otalgia atau otalgia sedang
atau berat selama minimal 48 jam atau suhu 39° C [102,2°F] atau lebih
tinggi). Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan: Rekomendasi Kuat.
Pernyataan Tindakan Utama 3B: OMA bilateral yang tidak parah pada anak
kecil: Dokter harus meresepkan terapi antibiotik untuk OMA bilateral pada
anak usia 6 bulan hingga 23 bulan tanpa tanda atau gejala berat (misalnya
otalgia ringan kurang dari 48 jam dan suhu kurang dari 39 derajat Celcius). °C
[102,2°F]). Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan: Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 3C: OMA unilateral yang tidak parah pada
anak kecil: Dokter harus meresepkan terapi antibiotik atau menawarkan
observasi dengan tindak lanjut berdasarkan pengambilan keputusan bersama
dengan orang tua/pengasuh untuk OMA unilateral pada anak usia 6 bulan
hingga 23 tahun usia bulan tanpa tanda atau gejala parah (misalnya, otalgia
ringan kurang dari 48 jam dan suhu kurang dari 39°C [102,2°F]). Ketika
observasi digunakan, mekanisme harus ada untuk memastikan tindak lanjut
dan memulai terapi antibiotik jika kondisi anak memburuk atau gagal
membaik dalam waktu 48 hingga 72 jam setelah timbulnya gejala. Kualitas
Bukti: Kelas B. Kekuatan: Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 3D: OMA yang tidak parah pada anak yang
lebih besar: Dokter harus meresepkan terapi antibiotik atau menawarkan
observasi dengan tindak lanjut berdasarkan pengambilan keputusan bersama
dengan orang tua/pengasuh untuk OMA (bilateral atau unilateral) pada anak-
anak 24 bulan atau lebih tanpa tanda atau gejala parah (misalnya, otalgia
ringan selama kurang dari 48 jam dan suhu kurang dari 39°C
[102,2°F]). Ketika observasi digunakan, mekanisme harus ada untuk
memastikan tindak lanjut dan memulai terapi antibiotik jika kondisi anak
4
memburuk atau gagal membaik dalam waktu 48 hingga 72 jam setelah
timbulnya gejala. Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan: Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 4A: Dokter harus meresepkan amoksisilin
untuk OMA ketika keputusan untuk mengobati dengan antibiotik telah
dibuat dan anak belum menerima amoksisilin dalam 30 hari
terakhir atau anak tidak menderita konjungtivitis purulen atau anak tidak
alergi terhadap penisilin. Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan: Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 4B: Dokter harus meresepkan antibiotik
dengan tambahan cakupan β-laktamase untuk OMA ketika keputusan untuk
mengobati dengan antibiotik telah dibuat, dan anak tersebut telah menerima
amoksisilin dalam 30 hari terakhir atau menderita konjungtivitis purulen
bersamaan, atau memiliki riwayat dari OMA berulang yang tidak responsif
terhadap amoksisilin. Kualitas Bukti: Kelas C. Kekuatan: Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 4C: Dokter harus menilai kembali pasien jika
pengasuh melaporkan bahwa gejala anak memburuk atau gagal merespons
pengobatan antibiotik awal dalam waktu 48 hingga 72 jam dan menentukan
apakah diperlukan perubahan terapi. Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan:
Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 5A: Dokter sebaiknya tidak meresepkan
antibiotik profilaksis untuk mengurangi frekuensi episode OMA pada anak
dengan OMA berulang. Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan: Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 5B: Dokter dapat menawarkan tabung
timpanostomi untuk OMA berulang (3 episode dalam 6 bulan atau 4 episode
dalam 1 tahun dengan 1 episode dalam 6 bulan sebelumnya). Kualitas Bukti:
Kelas B. Kekuatan: Opsi.
Pernyataan Tindakan Utama 6A: Dokter harus merekomendasikan vaksin
konjugasi pneumokokus kepada semua anak sesuai dengan jadwal Komite
Penasihat Praktik Imunisasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan
5
Penyakit, American Academy of Pediatrics (AAP), dan American Academy
of Family Physicians (AAFP) ). Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan:
Rekomendasi Kuat.
Pernyataan Tindakan Utama 6B: Dokter harus merekomendasikan vaksin
influenza tahunan kepada semua anak sesuai dengan jadwal Komite Penasihat
Praktik Imunisasi, AAP, dan AAFP. Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan:
Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 6C: Dokter harus mendorong pemberian ASI
eksklusif setidaknya selama 6 bulan. Kualitas Bukti: Kelas B. Kekuatan:
Rekomendasi.
Pernyataan Tindakan Utama 6D: Dokter harus mendorong penghindaran
paparan asap tembakau. Kualitas Bukti: Kelas C. Kekuatan: Rekomendasi.
6
Gambar 1
7
tidak mungkin diperoleh dan
manfaat yang diharapkan jauh lebih
besar daripada kerugiannya.
Rekomendasi Rekomendasi yang mendukung Dokter akan berhati-
suatu tindakan tertentu dibuat ketika hati dalam mengikuti
manfaat yang diharapkan lebih besar rekomendasi namun
daripada kerugiannya, namun harus tetap waspada
kualitas buktinya tidak begitu terhadap informasi baru
kuat. Sekali lagi, dalam beberapa dan peka terhadap
keadaan yang teridentifikasi dengan preferensi pasien.
jelas, rekomendasi dapat dibuat
ketika bukti berkualitas tinggi tidak
mungkin diperoleh namun manfaat
yang diharapkan lebih besar
daripada kerugiannya.
Pilihan Pilihan-pilihan menentukan arah Dokter harus
yang dapat diambil ketika kualitas mempertimbangkan
bukti diragukan atau penelitian yang pilihan dalam
dilakukan dengan hati-hati tidak pengambilan keputusan
menunjukkan manfaat nyata dari mereka, dan preferensi
satu pendekatan dibandingkan pasien mungkin
pendekatan lainnya. mempunyai peran
penting.
Tidak ada Tidak ada rekomendasi yang Dokter harus waspada
rekomendasi mengindikasikan kurangnya bukti terhadap bukti baru
terkait yang dipublikasikan dan yang dipublikasikan
perkiraan keseimbangan manfaat yang menjelaskan
dan kerugian saat ini masih belum keseimbangan antara
8
jelas. manfaat dan kerugian.
BAB III
METODE PENELITIAN
9
A. Otitis Media Akut
1. Pendahuluan
10
Indonesia yang menyerang populasi paling banyak adalah anak-anak, serta
gejala dini yang seringkali dikenali dan menyebabkan penderita kebanyakan
datang dengan keluhan mengganggu. Tujuan penelitian mengetahui tentang
karakteristik pasien penderita otitis media akut yang dirawat atau berkunjung
di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.
2. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian konsekutif deskriptif.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2020. Tempat
pengambilan sampel dilakukan di ruang rekam medik. Populasi penelitian ini
adalah seluruh pasien di Poli THT yang mengalami Otitis Media Akut yaitu
63 pasien. Cara pengambilan sampel dalam peneltian ini adalah konsekutif
sampling dengann teknik penentuan sampel berdasarkan menentukan
pengambilan populasi dari peneliti menggunakan rumus slovin. n = N / (1 +
(N x e²)). n = 63 / (1+(63 x 0,052)). n = 40
Sampel yang didapatkan yaitu berjumlah 40 pasien yang terdiagnosa
mengalami Otitis Media Akut. Mengenai pengambilan sampel tersebut
kemudian peneliti membaginya kedalam dua kriteria sampel yaitu inklusi
(data yang dibutuhkan) dan eksklusi (data yang tidak lengkap). Kriteria
inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria dalam penelitian yaitu data rekam
medis lengkap dan data rekam medis diambil pada periode 2017-2019
Kriteria eksklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah data rekam
medis rusak/tidak terbaca dan data rekam medis tidak lengkap. Variabel
dependen dalam penelitian ini, yaitu karakteristik. Variabel independen dalam
penelitian ini, yaitu otitis media akut.
Teknik pengumpulan data pada usia, jenis kelamin, tingkatan nyeri
dan keluhan utama adalah menggunakan data sekunder dengan cara observasi
11
rekam medik kemudian didokumentasikan kedalam lembar observasi secara
langsung oleh peneliti kemudian data langsung dikumpulkan hari itu.
Prosedur pengolahan data yang sudah dikumpulkan. Karakteristik Pasien
Otitis Media Akut 9 di lakukan dalam penelitian ini ialah editing, koding,
tabulasi, entry, cleaning. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS
versi 22.0 dengan melakukan beberapa analisis data univariat dianalisis
dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu persentase dan frekuensi pada
variabel tergantung yaitu otitis media akut dan variabel bebas yaitu
karakteristik.
12
Total 40 100
Keluhan Utama Frekuensi Persentase (%)
Demam 23 57,5
Berdengung 24 60
Keluar Cairan 22 55
Pendengaran Menurun 26 65
Pusing 7 17,5
Pusing 11 27,5
Berdasarkan tabel, kelompok umur penderita otitis media akut yang tertinggi
adalah pada rentang usia yaitu 21-40 tahun dan 41-60 tahun yaitu sama-sama
sebanyak 13 orang (32,5%). Kemudian diikuti kelompok umur 1-20 tahun
sebanyak 12 orang (30%). Sedangkan kelompok umur penderita otitis media akut
yang terendah adalah pada rentang usia 61-80 tahun yaitu sebanyak 2 orang
(5%).
Jumlah penderita otitis media akut di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Kota Bandar Lampung lebih banyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebanyak 22
orang (55%). Sedangkan pasien perempuan didapatkan sebanyak 18 orang
(45%). Skala nyeri yang paling sering dari pasien otitis media akut yaitu pada
nyeri ringan yaitu sebanyak 20 orang (50%), kemudian diikuti nyeri sedang yaitu
sebanyak 11 orang (27,5%) dan tanpa nyeri yaitu sebanyak 6 orang (15%).
Sedangkan didapatkan skala nyeri yang paling rendah yaitu nyeri berat
didapatkan sebanyak 3 orang (7,5%) dan tidak ditemukannya nyeri tak tertahan
yaitu 0 pasien (0%). Keluhan utama yang paling banyak dialami dari pasien otitis
media akut yaitu pendengaran menurun didapatkan sebanyak 26 orang (65%),
kemudian diikuti berdengung yaitu sebanyak 24 orang (60%), kemudian demam
sebanyak 23 orang (57,5%), kemudian keluar cairan sebanyak 22 orang (55%),
13
dan hidung tersumbat sebanyak 11 orang (27,5%). Sedangkan keluhan utama
yang paling sedikit dialami yaitu pusing sebanyak 7 orang (17,5%).
14
timpani biasanya terletak di marginal atau atik. Sebagian besar komplikasi
yang berbahaya dapat timbul pada tipe ini.
Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan OMSK
memiliki angka kejadian sebanyak 65-330 juta di seluruh dunia; 60% di
antaranya mengalami gangguan pendengaran. Otitis media supuratif kronik
merupakan penyakit THT yang paling banyak di negara sedang berkembang
sedangkan di negara maju seperti Inggris sekitar 0,9% dan di Israel hanya
0,0039%. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK
berkisar antara 1-46%.
Insiden OMSK bervariasi di setiap negara berkembang. Secara umum,
insiden dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ras dan faktor
sosioekonomi. Kehidupan sosioekonomi yang rendah, lingkungan kumuh
dan status kesehatan serta gizi yang buruk merupakan faktor resiko yang
mendasari peningkatan prevalensi OMSK di negara berkembang.
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pende-
ngaran Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK ialah 3,1%-5,2%
populasi. Usia penderita infeksi telinga tengah tersering ialah 7-18 tahun,
dan penyakit telinga tengah terbanyak ialah OMSK.
Otitis media supuratif kronik di dalam masyarakat Indonesia dikenal
dengan istilah congek atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK
menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa dan nantinya akan
sembuh sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil penderita
Otitis Media Supuratif Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode Januari 2014 – Desember 2016.
2. Metode
Jenis penelitian ini ialah retrospektif deskriptif yang dilakukan di
Poliklinik THT-KL RSUP dan Instalasi Rekam Medik RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado pada bulan Oktober – November 2017. Populasi ialah
15
pasien yang berobat di Poliklinik THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode Januari 2014- Desember 2016 sedangkan sampel ialah
pasien yang terdiagnosis OMSK pertama kali (baru) di Poliklinik THT-KL
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada periode tersebut. Data
penellitian diperoleh dari status penderita dan buku register di Poliklinik
THT-KL KSM RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014-
Desember 2016. Data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.
c
45
15 18
16
30
20
Laki-laki
10 Perempua
n
0
201420152016
Berdasarkan hasil penelitian, didapat- kan usia 18-40 tahun yang paling
banyak menderita OMSK, yaitu 30 penderita (38%), diikuti usia 41-65
tahun sebanyak 18 orang (23%); usia 12-17 tahun dengan 9 orang
(12%), usia 6-11 tahun dengan 8 orang (10%); usia >65 tahun dengan 7
orang (9%); dan yang terakhir <5 tahun dengan 6 orang (8%).
17
usia tersering menderita OMSK dengan jumlah 30 penderita (Gambar 3).
Hal ini berarti sebagian penderita berada dalam usia produktif; kemungkinan
penderita kurang memperhatikan higienitas, sanitasi, bahkan pentingnya
kesehatan.
18
BAB IV
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher.
Radang telinga tengah. Modul THT- KL. Jakarta: Perhati-KL, 2008.
2. Telian SA. Chronic otitis media. In: Schmalbagh CE, editor. Disease of the Nose,
Throat, Ear, Head, and Neck (16th ed). Philadelphia: Ballenger, 2009; p.
261-70.
3. Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis (2nd ed). Jakarta: Balai Penerbitan FK UI,
2006.
4. Tiedt NJ, Butler IRT, Hallbauer UM, Atkins MD, Elliot E, Pieters M, et al.
Pediatric chronic suppurative otitis media in the free state province: clinical
and audiological features. S Afr Med J. 2013;103(7):467-70.
5. Kaur K, Sonkhya N. Chronic suppurative otitis media and sensorineural hearing
loss: is there a correlation? Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2003;
55(1):23-30.
6. Gould JM, Matz PS. Otitis media. Pediat Rev. 2010;31(3):102-10.
7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman upaya kesehatan telinga dan pencegahan
gangguan pendengaran untuk puskes- mas. Jakarta : Depkes RI, 2003.
8. Aboet A. Radang telinga tengah menahun.
20
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2007.
9. Bhat KV, Naseeruddin K, Nagalothimath US, Kumar PR, Hedge JS. Cortical
mastoidectomy in quiescent, tubo- tympanic, chronic otitis media: Is it
routinely necessary? J Laryngol Otol. 2009;123;383-90.
10. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab omsk dan kepekaan terhadap beberapa
antibiotik di Bagian THT FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.
Medan: FK USU; 2003.
11. WHO. Chronic suppurative otitis media burden off illness and management
option. In: Child and Adolescent Health and Development Prevention of
Blindness and Dearness. Geneva: WHO, 2004.
12. Parry D, Roland PS. Middle ear, chronic suppurative otitis, medical treat-
ment. 2005. [cited 2017 Sept 9]. Available from: www.emedicine.com:
situs internet.
13. Jackler RK, Kaplan MJ. Ear, nose, & throat. In: Tierney LM, McPhee SJ,
Papadakis MA, editors. Current Medi- cal Diagnosis & Treatment. San
Fransisco: Lange Medical Books/ McGraw-Hill, 2002
14. Jain A, Knight JR. 2003. Middle ear, chronic suppurative otitis, surgical
treatment. [cited 2017 Sept 9]. Available from: www.emedicine.com: situs
internet.
15. Roland PS, Isaacson B, Meyers AD. Chronic suppurative otitis media
treatment & management. Texas: Southwestern Medical Center Uni-
versity of Texas, 2015.
21