Anda di halaman 1dari 66

KONSEP SPIRITUAL

DALAM KEPERAWATAN

Ns. ALINI, M. Kep


Prodi S1 Keperawatan FIK - UP
PENDAHULUAN
• Manusia terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual,
sosial dan spiritual dimana setiap dimensi harus dipenuhi
kebutuhannya.
• Seringkali permasalahan yang mucul pada klien ketika
mengalami suatu kondisi dengan penyakit tertentu
(misalnya penyakit fisik) mengakibatkan terjadinya
masalah psikososial dan spiritual.
• Ketika klien mengalami penyakit, kehilangan dan stres,
kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut
menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan
atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual.
• Dengan kata lain apabila satu dimensi terganggu, maka
dimensi yang lain akan terganggu.
PENDAHULUAN
• Penelitan menyebutkan seseorang dinyatakan usianya tinggal
beberapa bulan, tetapi karena ia memilki koping yang baik
berdasarkan pengalaman agamanya (salah satu sumber dimensi
spiritual), ia tetap bahagia menjalani hari-harinya dengan bernyanyi
dan ceria, membuat puisi-puisi yang indah.
• Ternyata orang tersebut mampu bertahan hingga bartahun-tahun.
• Penelitian yang dilakukan oleh Pressman, dkk (1990) menunjukkan
bahwa wanita lanjut usia yang menderita farktur tulang pinggul yang
kuat religi dan pengalaman agamanya, ternyata lebih kuat mental dan
kurang mengeluh, depresi, dan lebih cepat berjalan daripada yang
tidak mempunyai komitmen agama.
• Dari hal-hal tersebut diatas dapat dikatakan dimensi spiritual
menjadi hal penting sebagai terapi kesehatan.
PANDANGAN PERAWAT TERHADAP
KLIEN
• Manusia merupakan makhluk yang memiliki bio-psiko-sosio dan
cultural yang berespon secara holistic dan unik terhadap
perubahan kesehatan atau pada keadaan kritis.
• Aspek spiritual merupakan bagian integral dan interaksi perawat
dengan klien.
• Perawat berupaya memenuhi kebutuhan spiritual klien walaupun
tidak seagama.
• Di rumah sakit pemenuhan kebutuhan spiritual masih dipandang
sebelah mata, karena efek secara langsung tidak bisa dilihat.
• Kecenderungan perawat lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan
secara fisik, menyebabkan kadang klien tidak ingat tentang
kebutuhan rohani.
• Perawat sebagai tenaga yang menjadi pelayan bagi klien
hendaknya mengingatkan atau membimbing terhadap pemenuhan
kebutuhan spiritual.
PENGERTIAN
Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual
(keyakinan spiritual), kepercayaan dan agama.
1. Spiritual,
Merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha
kuasa dan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan
yang maha pencipta
2. Kepercayaan
Mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu
atau seseorang, juga dapat dikatakan upaya seseorang untuk
memahami tempat seseorang dalam kehidupan atau dapat
dikatakan bagai mana seseorang melihat dinnya dalam
hubungannya dengan lingkungan
PENGERTIAN
3. Agama
Merupakan suatu system ibadah yang
terorganisir atau teratur, mempunyai
keyakinan sentral, ritual dan praktik yang
biasanya berhubungan dengan kematian,
perkawinan dan keselamatan dan mempunyai
aturan-aturan tertentu yang dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam memberikan
keputusan bagi yang menjankannya.
Menurut Burkhardt (1993)

Spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:


a)Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui
atau ketidakpastian dalam kehidupan.
b)Menemukan arti dan tujuan hidup.
c)Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber
dan kekuatan dalam diri sendiri.
d)Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri
dan dengan Yang Maha Tinggi.
DIMENSI SPIRITUAL

Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray &


Zetner, (1993) mengemukakan fungsi dimensi
spiritual meliputi:

Mempertahankan keharmonisan atau keselarasan


dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapatkan kekuatan dalam menghadapi stress
emosional, penyakit fisik dalam menghadapi
kematian.
• Mickley et al (1992) menguraikan
spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi ekstensial dan
dimensi agama.
• Dimensi ekstensial berfokus pada tujuan dan
arti kehidupan
• Dimensi agama lebih berfokus pada
hubungan seseorang dengan Tuhan Yang
Maha Penguasa.
• Stoll (1989) menguraikan bahwa spiritualitas
sebagai konsep dua dimensi: dimensi
vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau
Yang Maha Tinggi yang menuntun
kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan seseorang
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan
dengan lingkungan. Terdapat hubungan
yang terus menerus antara dua dimensi
tersebut.
KEBUTUHAN SPIRITUAL
• Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan
dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya
dengan Tuhan
• kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk
mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan
kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan
maaf.
KARAKTERISTIK
SPIRITUALITAS
• Untuk memudahkan dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan memperhatikan
kebutuhan spiritual penerima layanan
keperawatan, maka perawat mutlak perlu
memiliki kemampuan mengidentifikasi atau
mengenal karakteristik spiritualitas sebagai
berikut:
1. Hubungan dengan diri sendiri.
Kekuatan dalam/dan self-reliance

a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat


dilakukannya).

b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada


kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).
2. Hubungan dengan alam Harmonis

a. Mengetahui tentang tanaman, pohon,


margasatwa, iklim.

b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam,


berjalan kaki), mengabdi dan melindungi
alam.
3. Hubungan dengan orang lain
• Harmonis/suportif.
a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara
timbal balik.
b. Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
c. Meyakini kehidupan dan kematian
(mengunjungi, melayat, dll).

• Bila Tidak harmonis terjadi:


a. Konflik dengan orang lain.
b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan
friksi.
4. Hubungan dengan ketuhanan

• Agamais atau tidak agamais


a. Sembahyang/berdoa/meditasi.
b. Perlengkapan keagamaan.
c. Bersatu dengan alam.
Seseorang terpenuhi kebutuhan Spiritual
jika mampu :

• Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan


keberadaannya di dunia/kehidupan.
• Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah
dari suatu kejadian atau penderitaan.
• Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan,
rasa percaya dan cinta.
• Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
• Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
• Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.
KETERKAITAN ANTARA SPIRITUALITAS,
KESEHATAN DAN SAKIT

• Keyakinan spiritual sangat penting bagi


perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan perilaku selfcare klien.
Beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual
yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
1. Menuntun Kebiasaan Hidup Sehari-hari

• Praktik tertentu pada umumnya yang


berhubungan dengan pelayanan kesehatan
mungkin mempunyai makna keagamaan bagi
klien.
• Sebagai contoh, ada agama yang menetapkan
makanan diit yang boleh dan tidak boleh dimakan.
• Begitu pula metode keluarga berencana ada
agama yang melarang cara tertentu untuk
mencegah kehamilan termasuk terapi medik atau
pengobatan.
2. Sumber Dukungan
• Pada saat mengalami stress, individu akan mencari
dukungan dari keyakinan agamanya.
• Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima
keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit
tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama
dengan hasil yang belum pasti.
• Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik
keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan
spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap
tubuh.
3. Sumber Kekuatan dan Penyembuhan

• Nilai dari keyakinan agama tidak dapat dengan


mudah dievaluasi (Taylor, Lilis & Le Mone, 1997).
• Walaupun demikian pengaruh keyakinan tersebut
dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan
mengetahui bahwa individu cenderung dapat
menahan distress fisik yang luar biasa karena
mempunyai keyakinan yang kuat.
• Keluarga klien akan mengikuti semua proses
penyembuhan yang memerlukan upaya ekstra,
karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan
berhasil.
4. Sumber Konflik

• Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik


antara keyakinan agama dengan praktik
kesehatan.
• Misalnya ada orang yang memandang
penyakit sebagai suatu bentuk hukuman
karena pernah berdosa.
• Ada agama tertentu yang menganggap manusia
sebagai makhluk yang tidak berdaya dalam
mengendalikan lingkungannya, oleh karena itu
penyakit diterima sebagai nasib bukan sebagai
sesuatu yang harus disembuhkan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SPIRITUALITAS

• Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) dan


Craven & Hirnle (1996), faktor penting yang
dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang
adalah:
1. TAHAP PERKEMBANGAN

• Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-


anak dengan empat agama yang berbeda
ditemukan bahwa mereka mempunyai
persepsi tentang Tuhan dan bentuk
sembahyang yang berbeda menurut usia, seks,
agama dan kepribadian anak.
Cont….

Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang Tuhan


:
•Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan
dengan manusia dan saling keterikatan dengan kehidupan.
•Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan
pertumbuhan diri serta transformasi yang membuat dunia
tetap segar, penuh kehidupan dan berarti.
•Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya
merasa takut menghadapi kekuasaan Tuhan.
•Gambaran cahaya/sinar.
2. KELUARGA
• Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan
spiritualitas anak.
• Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orangtua kepada
anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai
Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka.
• Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di
dunia, maka pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh
pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan
saudaranya.
3. LATAR BELAKANG ETNIK DAN
BUDAYA
• Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan
sosial budaya.
• Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga.
• Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai
moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk
kegiatan keagamaan.
• Perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang
dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi tiap
individu.
4. PENGALAMAN HIDUP SEBELUMNYA
• Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritualitas seseorang.
• Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara
spiritual kejadian atau pengalaman tersebut.
• Sebagai contoh, jika dua orang wanita yang mempercayai bahwa Tuhan
mencintai umatnya, kehilangan anak mereka karena kecelakaan, salah satu
dari mereka akan bereaksi dengan mempertanyakan keberadaan Tuhan dan
tidak mau sembahyang lagi.
• Sedangkan wanita yang lain bahkan sebaliknya terus berdoa dan meminta
Tuhan membantunya untuk mengerti dan menerima kehilangan anaknya.
• Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan
sekalipun seperti pernikahan, pelantikan, kelulusan,
kenaikan pangkat atau jabatan dapat menimbulkan
perasaan bersyukur kepada Tuhan, namun ada juga yang
merasa tidak perlu mensyukurinya.
• Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu
cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk
menguji kekuatan imannya.
• Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan meningkat yang
memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan koping
untuk memenuhinya
5. KRISIS DAN PERUBAHAN

• (Tooth, 1992) dan Craven & Hirnle (1996).


• Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi
penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan
dan bahkan kematian, khususnya pada klien dengan
penyakit terminal atau dengan prognosis yang
buruk.
• Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual
selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan
emosional.
• Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman
spiritual seseorang
• Krisis bisa berhubungan dengan perubahan patofisiologi,
treatment/terapi pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang
mempengaruhi seseorang.
• Diagnosis penyakit atau penyakit terminal pada umumnya akan
menimbulkan pertanyaan tentang sistem kepercayaan seseorang.
• Apabila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual
dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih tinggi dibandingkan
pada pasien yang berpenyakit tidak terminal.
6.TERPISAH DARI IKATAN
SPIRITUAL
• Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali
membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan
kebebasabn pribadi dan sistem dukungan sosial (social
support system).
• Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan
yang asing baginya dan merasa tidak aman.
• Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain
tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti
kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul
dengan keluarga atau teman dekat yang biasa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan.
• Terpisahnya klien dari ikatan spiritual berisiko
terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.
7. ISU MORAL TERKAIT DENGAN
TERAPI

• Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan


dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
kebesarannya, walaupun ada juga agama yang
menolak intervensi pengobatan.
• Prosedur medik seringkali dapat dipengaruhi oleh
pengajaran agama, misalnya sirkumsisi,
transplantasi organ, pencegahan kehamilan,
strerilisasi.
• Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama
sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
8. ASUHAN KEPERAWATAN YANG
KURANG SESUAI
• Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien,
perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan
spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada
kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberikan asuhan spiritual.
• Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa
kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang
menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak
mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam
keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan
spiritual klien bukan menjadi tugasnya tetapi menjadi
tanggung jawab pemuka agama.
EMPAT ISU NILAI YANG MUNGKIN TIMBUL
ANTARA PERAWAT DAN KLIEN ADALAH:

• Pluralisme: perawat dan klien menganut kepercayaan


dengan spektrum yang luas.
• Fear: berhubungan dengan ketidak mampuan
mengatasi situasi, melanggar privacy klien, atau
merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan
nilai diri sendiri.
• Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang
memberikan arti dalam kehidupan , tujuan, harapan
dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat.
• Bingung: bingung terjadi karena ada perbedaan antara
agama dan konsep spiritual.
MANIFESTASI PERUBAHAN FUNGSI
SPIRITUAL

• Berbagai perilaku dan ekspresi yang


dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai
oleh perawat, karena mungkin saja klien
sedang mengalami masalah spiritual.
1. Verbalisasi Distress
• Individu yang mengalami gangguan fungsi
spiritual biasanya memverbalisasikan distress
yang dialaminya atau mengekspresikan
kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.
• Misalnya seorang istri mengatakan: “Saya
merasa bersalah karena saya seharusnya
mengetahui lebih awal bahwa suami saya
mengalami serangan jantung”.
• Perawat juga perlu peka terhadap keluhan
klien tentang kematian atau merasa tidak
berharga dan kehilangan arti hidup.
• Kepekaan perawat sangat penting dalam
menarik kesimpulan dari verbalisasi klien
tentang distress yang dialami klien.
2. Perubahan Perilaku
• Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi
gangguan fungsi spiritual.
• Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil
pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress
spiritual.
• Ada yang bereaksi dengan perilaku mengintrospeksi diri
dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan berupaya
mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut,
namun ada yang beraksi secara emosional dan mencari
informasi serta dukungan dari keluarga atau teman.
• Perasaan bersalah, rasa takut, depresi dan ansietas
mungkin menunjukkan perubahan fungsi spiritual.
PERAWAT SEBAGAI CONTOH
PERAN (ROLE MODEL)

• Setiap manusia mempunyai tiga kebutuhan


spiritual yang sama yaitu kebutuhan akan arti
dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan berhubungan, serta
kebutuhan untuk mendapatkan
pengampunan
Taylor, Lilis & Le Mone (1997), dalam hal ini
perawat akan:
• Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual
yang memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan
arti dan tujuan hidup, mencintai dan berhubungan
serta pengampunan.
• Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan
sehari-hari ini, terutama ketika menghadapi nyeri,
penderitaan dan kematian dalam melakukan praktik
profesional.
• Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan
spiritual diri sendiri.
• Menunjukkan perasaan damai, kekuatan batin,
kehangatan, keceriaan, caring dan kreativitas dalam
interaksinya dengan orang lain.
• Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang lain
walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual perawat.
• Meningkatkan pengetahuan perawat tentang
bagaimana keyakinan spiritual klien mempengaruhi
gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit,
pilihan pelayanan kesehatan dan pilihan
terapi/treatment.
• Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual
klien.
• Menyusun strategi asuhan keperawatan yang paling
sesuai untuk membantu klien yang sedang mengalami
distress spiritual.
Perilaku self-care:

• Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang lain.


• Gali praktik yang dapat mendukung secara spiritual.
• Hargai sistem kepercayaan orang lain.
• Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan cinta
terhadap diri sendiri dan orang lain.
• Cari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah
stress, krisis dan kehilangan.
PROSES KEPERAWATAN
.
Pengkajian

• Pada dasarnya informasi awal yang perlu


digali secara umum adalah:
Afilasi agama

• Partisipasi klien dalam kegiatan agama


apakah dilakukan secara aktif atau tidak
aktif.
• Jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
Keyakinan agama atau spiritual,
mempengaruhi:

• Praktik kesehatan: diet, mencari dan


menerima terapi, ritual atau upacara
agama.
• Persepsi penyakit: hukuman, cobaan
terhadap keyakinan.
• Strategi koping.
Nilai agama atau spiritual,
mempengaruhi:

• Tujuan dan arti hidup.


• Tujuan dan arti kematian.
• Kesehatan dan pemeliharaannya.
• Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan
orang lain.
Pengkajian data subjektif

• Pedoman Pengkajian Spiritual yang


disusun oleh Stoll dalam Craven & Hirnle
(1996) mencakup empat area yaitu:
a)Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanan;
b)Sumber harapan dan kekuatan;
c)Praktik agama dan ritual;
d)Hubungan antara keyakinin spiritual dan
kondisi kesehatan.
Pengkajian data objektif

• Pengkajian data objektif dilakukan melalui


pengkajian klinik yang meliputi
pengkajian afek dan sikap, perilaku,
verbalisasi, hubungan interpersonal
dan lingkungan. Pengkajian data objektif
terutama dilakukan melalui observasi.
karakteristik klien yang mengalami
distress spiritual :
a. Klien yang tampak kesepian dan sedikit
pengunjung,
b. Klien yang mengekspresikan rasa takut dan
cemas,
c. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap
sistem kepercayaan/agama,
d. Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap
kematian,
e. Klien yang akan dioperasi,
f. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau
implikasi sosial dan agama.
g. Mengubah gaya hidup,
h. Preokupasi ttg hbg agama dan kesehatan,
i. Tidak dpt dikunjungi oleh pemuka agama,
j. Tdk mampu / menolak melakukan ritual
spiritual,
k. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman dari Tuhan,
l. Mengespresikan kemarahannya thd Tuhan,
m. Mempertanyakan rencana terapi karena
bertentangan dengan keyakinan agama.
n. Sedang menghadapi sakratul maut (dying).
Diagnosa keperawatan
• Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d
ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit
dengan keyakinan spiritual.
• Koping individu tidak efektif b/d kehilangan
agama sebagai dukungan utama (merasa
ditinggal oleh Tuhan).
• Takut b/d belum siap untukmenghadapi
kematian dan pengalaman kehidupan setelah
kematian.
• Berduka yang disfungsional: keputusasaan b/d
keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti.
• Keputusasaan b/d keyakinan bahwa tidak ada
yang peduli termasuk Tuhan.
• Ketidakberdayaan b/d parasaan menjadi
korban.
• Ggn harga diri b/d kegagalan untuk hidup
sesuai dengan ajaran agama.
• Disfungsi seksual b/d konflik nilai.
• Ggn pola tidur b/d distress spiritual.
• Resiko tindak kekerasan thd diri sendiri
b/d perasaan bahwa hidup ini tidak
berarti.
Perencanaan

• Tujuan asuhan keperawatan pada klien


yang mengalami distress spiritual harus
difokuskan pada menciptakan lingkungan
yang mendukung praktik keagamaan dan
keyakinan yang biasanya dilakukan.
Tujuan ditetapkan secara individual
dengan mempertimbangkan riwayat klien,
area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi
serta data objektif yang relevan.
Contoh tujuan klien dengan distress
spiritual meliputi klien akan:
• Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang
memenuhi kebutuhan untuk memperoleh arti dan
tujuan, mencintai dan keterikatan serta
pengampunan.
• Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan
rasa nyaman ketika menghadapi tantangan berupa
penyakit, cidera atau krisis kehidupan lain.
• Mengembangkan praktek spiritual yang memupuk
komunikasi dengan diri sendiri, dengan Tuhan dan
dengan dunia luar.
• Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan
antara keyakinan spiritual dengan kehidupan
sehari-hari.
Hasil yang diperkirakan harus bersifat
individual dan meliputi kriteria :
• Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual.
• Mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang
menantang keyakinan spiritual.
• Menggali alternatif: mengingkari, memodifikasi
atau menguatkan keyakinan; mengembangkan
keyakinan baru.
• Mengidentifikasi dukungan spiritual (membaca
kitab suci, kelompok pengajian, dsb).
• Melaporkan atau mendemonstrasikan
berkurangnya distress spiritual setelah
keberhasilan intervensi
Perencanaan dirancang utk memenuhi
kebutuhan spiritual klien dengan:
• Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya.
• Membantu klien menggunakan sumber dari dalam
dirinya dengan cara lebih efektif untuk mengatasi
situasi yang sedang dialaminya.
• Membantu klien mempertahankan atau membina
hubungan personal yang dinamik dengan Maha
Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang
kurang menyenangkan.
• Membantu klien mencari arti keberadaannya dan
situasi yang sedang dihadapinya.
• Meningkatkan perasaan penuh harapan.
• Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang
relevan.
Implementasi
• Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.
• Fokuskan perhatian pada persepsi klien
terhadap kebutuhan spiritualnya.
• Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai
kebutuhan spiritual.
• Mengetahui pesan non-verbal tentang
kebutuhan spiritual klien.
• Berespon scr singkat, spesifik dan faktual.
• Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan
empati yang berarti menghayati masalah klien.
• Menerapkan teknik komunikasi terapeutik
dengan teknik mendukung, menerima,
bertanya, memberi informasi, refleksi,
menggali perasaan dan kekuatan yang
dimiliki klien.
• Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan
pada ucapan atau pesan verbal klien.
• Bersikap empati yang berarti memahami dan
mengalami perasaan klien.
• Memahami masalah klien tnp menghukum
walaupun tidak berarti menyetujui klien.
• Mentukan arti dan situasi klien, bagaimana
klien berespon terhadap penyakit?
• Apakah klien menganggap penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman, cobaan atau
anugerah dari Tuhan?
• Membantu memfasilitasi klien agar dapat
memenuhi kewajiban agama.
• Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia
di RS.
• Intervensi keperawatan perlu disesuaikan
dengan tahap perkembangan keyakinan
agama tiap individu klien berdasarkan
usia.
Evaluasi

• Untuk mengevaluasi apakah klien telah


mencapai kriteria hasil yang telah
ditetapkan pada fase perencanaan,
perawat perlu mengumpulkan data terkait
dengan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan. Tujuan asuhan
keperawatan terjadi apabila secara umum
klien:
• Mampu beristirahat dengan tenang.
• Menyatakan penerimaan keputusan
moral/etika.
• Mengekspresikan rasa damai berhubungan
dengan Tuhan.
• Menunjukkan hubungan yang hangat, dan
terbuka dengan pemuka agama.
• Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan
marah, rasa bersalah dan ansietas.
• Menunjukkan perilaku lebih positif.
• Mengekspresikan arti positif terhadap situasi
dan keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai