Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan pada pasien Thypoid

Oleh:
Kelompok 3
1. Rifaldy Syahputra Arsyad
2. Aprilyani Imran
3. Magfirah Harson Umar
4. Nurlaila Aswad
5. Wertina Sy. Husain

Kelas : II B Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO


PRODI D III KEPERAWATAN
TA.2019-2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini guna memenuhi
tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH dengan judul “Demam Typhoid”.
Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada Bapak Yusrin Aswad, S.ST, M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan arahannya
selama mengikuti mata kuliah keperawatan medical bedah dalam membantu menyusun laporan
askep ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan baik
dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan laporan kasus ini. Harapan kami semoga laporan asuhan
keperawatan ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan
dalam mengimplementasikan ilmu keperawatan dalam praktek di masyarakat.

Medan, 27 Desember 2016

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………………………………
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………………….
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi……………………………………………………………………………………
B. Etiologi……………………………………………………………………………………
C. Patofisiologi……………………………………………………………………………….
D. Manifestasi klinis…………………………………………………………………………
E. Pemeriksaan penunjang…………………………………………………………………..
F. Penatalaksanaan ………………………………………………………………………….
G. Komplikasi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian………………………………………………………………………………
2. Diagnosa keperawatan…………………………………………………………………..
3. Intervensi keperawatan………………………………………………………………….
4. Implementasi…………………………………………………………………………….
5. Evaluasi……………………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C.
Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kuranglebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit.
Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di
jumpai di Asia termasuk di Indonesia. ( Widodo Djoko, 2009 ).
Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak
menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit – penyakit yang selama ini tidak terdiagnosis
dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi untuk memperbaiki taraf kesehatan
secara global tidak dapat mengendalkan hanya pada tindakan kuratif, karena penyakit
yang memerlukan biaya mahal itu sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat
dan menjauhi pola hidup beresiko. Artinya para pengambil kebijakan harus
mempertimbangkan untuk mengalokasi dana kesehatan yang lebih menekankan pada segi
preventif daripada kuratif. ( MuttaqinArif, 2011 )
Di dunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari 2012 WHO
mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang meninggal. Penyakit ini
biasanya menyerang anak-anak usia prasekolah maupun sekolah akan tetapi tidak
menutup kemugkinan juga menyerang orang dewasa. Demam Typhoid atau tifus
abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan
pribadi dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh, kebersihan tempat-tempat
umum yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telaah kasus di rumah sakit besar di
Indonesia kasus Demam Typhoid menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun
ketahun. ( Sudoyo, 2006 )
Kasus tertinggi Demam typhoid adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.973
kasus (48,33%) disbanding dengan jumlah keseluruhan kasus demam typoid di kabupaten
atau kota lain di Jawa Tengah. Dibandingkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kota
Semarang sebesar 3,19%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten
Sukoharjoyaitu 3.164 kasus (14,25%) dan apabila disbanding kandengan jumlah
keseluruhan PTM lain di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 10,99%. Kasusini paling
sedikit dijumpai di Kabupaten Semarang yaitu 4 kasus (0,01%). Rata-rata kasus Demam
typhoid di Jawa Tengah adalah 635,60kasus. ( DinkesJateng, 2011)
Sedangkan kasus Demam Typhoid di RS PKU Muhammadiyah Surakarta periode
1 januari 2011 sampai dengan 30 april 2012 sejumlah 1.007 kasus. Dalam periode ini
kasus demam typhoid di RS PKU Muhammadiyah Surakarta masuk sepuluh besar dalam
tindakan medis. Masalah yang timbul pada pasien demam typhoid yaitu kemungkinan
pada usushalus anatara lain, perdarahan usus, perforasiusus. Prioritas pada luar usus
antara lain, bronkopnemonia, typhoid ensefalopati, miningitis. Komplikasi yang berat
dapat menyebabkan kematian pada penderita demam typhoid.
B. RUMUSAN MASALAH
 Apa yang dimaksud dengan typoid?
 Apa etiologi dari typoid?
 Bagaimana patofisiologi typoid ?
 Apa manifestasi klinis dari typoid?
 Apa saja yang menjadi komplikasi dari typoid?
 Apa pemeriksaan penunjang dari typoid?
 Bagaimana penatalaksanaan medis dari typoid?

C. TUJUAN
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan typoid
 Untuk mengetahui etiologi dari typoid
 Untuk mengetahui patofisiologi typoid
 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari typoid
 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi komplikasi dari typoid
 Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang dari typoid
 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dari typoid
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan oleh salmonella typhi,
salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratifoid biasanya
lebih ringan, dengan gambaran klinis sama. ( Widodo Djoko, 2009 )

B. ETIOLOGI
Demam Typhoid merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman
yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa. Seseorang yang sering menderita penyakit
demam typhoid menandakan bahwa ia mengonsumsi makanan dan minuman yang
terkontaminasi bakteri ini.

C. PATOFISIOLOGI
Penularan bakteri salmonella typhi dan salmonella paratyphi terjadi melalui makanan dan
minuman yang tercemar serta tertelan melalui mulut. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh
asam lambung. Bakteri yang dapat melewati lambung akan masuk kedalam usus, kemudian
berkembang. Apabila respon imunitas humoral mukosa (immunoglobulin A) usus kurang
baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina
propia. Didalam lamina propia bakteri berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel makrofag
kemudian dibawa ke plaques payeri di ilium distal. Selanjutnya Kelenjar getah bening
mesenterika melalui duktustorsikus, bakteri yang terdapat di dalam makrofag ini masuk
kedalam sirkulasi darah mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik atau tidak
menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh
terutama hati dan limpa diorgan-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan
berkembang biak di luar selatau ruang sinusoid, kemudian masuk lagi ke dalam sirkulasi
darah dan menyebabkan bakteremia kedua yang simtomatik, menimbulkan gejala dan tanda
penyakit infeksi sistemik.

D. MANIFESTASI KLINIS
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam
adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. ( Widodo
Djoko, 2009 )

E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis -> biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4. Meningitis ensofalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen S typii dan
salmonella sero group D bakteri
2. Uji widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
3. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leucopenia,
etc
4. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit
5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lender dan darah yang dicurigai akan bahaya
perdarahan usus dan perforasi
6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag
7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin)
8. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Typoid
9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typoid.

G. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus
b. Mobilisasi sesuai dengan kondisi
c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah dekubitus
2. Diet
Di masa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring,
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita.
Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan
penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protei, elektrolit, vitamin
maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari
makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan
harus lebih diperhatikan.
3. Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sumsum tulang,
dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia.
Obat lain : - kontrimoksazol (TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a. Ampisilin
b. Amoxicillin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. V.D
Umur : 30-09-2011/7 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Beringin kel. Buladu No.42 kec. Kota Barat
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal masuk RS : 22 januari 2019
Tanggal pengkajian : 22 januari 2019
No.Reg : 740279
Diagnosa medis : Typhoid

Penanggung jawab
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 39 tahun
Pendidikan : MAN
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. A
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMEA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. Beringin kel. Buladu No.42 kec. Kota Barat

2. Alasan masuk
Klien kiriman UGD masuk ke ruang rawat inap anak pada hari selasa 22 januari
2019 jam 08.30 wib diantar oleh keluarga dengan keluhan demam naik turun sejak
hari sabtu 19 januari 2019, sakit perut, nafsu makan tidak ada, lemah, letih, muntah
4x sejak hari sabtu. Keluarga mengatakan pada hari sabtu tersebut telah berobat ke
puskesmas tetapi panasnya tidak turun, kemudian pada hari senin klien berobat ke
poly anak dan menganjurkan agar klien periksa darah ke lab dan dirawat di rumah
sakit.
3. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan klien demam naik turun sejak hari sabtu 19 januari
2019, suhu tubuh meningkat pada sore dan malam hari, nafsu makan tidak ada,
tidak mau minum, klien juga merasa pusing dan nyeri pada bagian perutnya. Ibu
klien juga mengatakan BB klien sebelum sakit 28 kg dan setelah sakit turun
menjadi 25 kg. Observasi selama pengkajian klien terlihat lemah, badan klien
terasa panas, mukosa bibir kering, mulut kering, bibir pecah-pecah, lidah
kelihatan kotor dan berwarna putih. Klien terpasang infus RL 12 gtt/i.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya. Klien juga belum pernah mengalami penyakit serius lainnya hanya
sakit perut dan demam. Apabila klien sakit perut dan demam biasanya ibu klien
membawa klien berobat ke puskesmas dan meminum obat dari puskesmas.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien. Ibu klien juga mengatakan saat ini abang klien dirawat di rumah
sakit yang sama.
4. Riwayat social
a. Hubungan dengan keluarga
Ibu klien mengatakan klien adalah anak kedua dari dua bersaudara, klien
tinggal bersama kedua orangtua dan abangnya. Hubungan klien dengan
anggota keluarga baik, klien sangat dekat dengan ayah, ibu dan abangnya.
b. Hubungan dengan teman sebaya
Hubungan klien dengan teman sebaya baik dan mudah bergaul sesama
temannya.
c. Interaksi dengan lingkungan
Klien tinggal dalam lingkungan rumah yang sehat dan nyaman. Klien juga
dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan baik.
5. Kebutuhan Dasar
NO AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAKIT
1 Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan 3 x 1 porsi 3 x 1 porsi, habis ¼
b. Diit MB porsi
c. Intake cairan + 6-7 gelas/ perhari ML
4-5 gelas/ hari,
d. Nafsu makan Biasa klien terpasang
infus RL 12 gtt/i
Kurang
2 Pola Eliminasi
BAB
a. Frekuensi 1 x 2 hari 1 x 2 hari
b. Warna Kuning Kuning
c. Konsistensi Lembek Lembek
d. Penggunaan Tidak ada Tidak ada
pencahar
BAK
a. Frekuensi + 5x sehari + 4-5 x sehari
b. Warna Kuning muda Kuning muda
c. Bau Urine khas Urine khas
3 Pola Istirahat
a. Tidur siang + 1-2 jam sehari + 1-2 jam sehari
b. Tidur malam + 8 jam sehari + 5-6 jam sehari
4 Personal Hygiene
a. Mandi 2x sehari Dilap oleh keluarga
b. Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
c. Keramas 1x2 hari Tidak pernah

6. Pemeriksaan Fisik
KU pasien :Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital :
S : 38,4 oC
P : 28 x/i
N : 84 x/i
Kepala : Simetris ki/ka, rambut berwarna hitam, panjang dan tidak berminyak, tidak ada
lesi pada kepala
Mata : Simetris ki/ka, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, palpebra tidak
edema, pupil bereaksi terhadap cahaya, dan tidak ada gangguan dalam penglihatan
Hidung : Simetris ki/ka, tidak terdapat secret pada hidung, bernafas
tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada gangguan dalam penciuman.
Mulut : Mukosa mulut kering, bibir pecah-pecah, lidah terlihat kotor dan berwarna
putih
Telinga : Simetris ki/ka, tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan dalam
pendengaran
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ditemukan distensi vena
jugularis
Thoraks :
I : Simetris ki/ka, pergerakan dinding dada normal, P=28 x/i
P : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
P : Sonor pada kedua area paru
A : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing
Abdomen :
I : Simetris ki/ka, warna kulit sawo matang
P : Nyeri pada epigastrium dan perut kanan atas
P : Perut kembung
A : Bising usus (+)
Integumen : Integritas kulit utuh, turgor kulit kering, tidak ada dekubitus
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :
- Pada ekstremitas atas bagian dextra terpasang IVFD RL 12 gtt/i, teraba nadi
92 x/i pada arteri radialis
- Pada ekstremitas bawah terdapat bekas gigitan nyamuk berupa bercak-bercak
berwarna hitam.

7. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
- Kimia Klinik, tanggal 22 januari 2019
Tes Widal
Sty O : (+)1/80, (+)1/160
Sty H : (+)1/80, (+)1/160, (+)1/320

- Darah, tanggal 22 januari 2019


WBC : 3,9. 103/ mm3 (3,0 – 11,0)
RBC : 4,51. 106/ mm3 (3,20 – 6,00)
HGB : 12,4 g/dl (9,0 – 17,5)
HCT : 36,8 g/dl (9,0 – 17,5)
PLT : 262. 103/mm3
LED : 37/70. 103/mm3
- Darah, tanggal 23 januari 1019
WBC : 5,1. 103/ mm3 (3,0 – 11,0)
RBC : 4,73. 106/ mm3 (3,20 – 6,00)
HGB : 12,9 g/dl (9,0 – 17,5)
HCT : 38,8 g/dl (9,0 – 17,5)
PLT : 143. 103/mm3

- Hematologi, tanggal 24 januari 2019


Hemoglobin : 12,0 gr/dl n : 11-14 gr/dl
Leukosit : 5500 / mm3
Trombosit : 124.000/ mm3

Hematokrit : 37,4 n : 37-43, 100%

8. Penatalaksanaan
Pengobatan meliputi :
a. Oral
- Amoxicillin, 3x2 cth
- Kloramfenikol, 4x2 tab
- Dumin 250, 3x1 tab
b. IVFD
- RL 12 gtt/i
c. Diit
- ML

9. Analisis data
NO DATA-DATA MASALAH ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 DS : Hipertermia Bakteri salmonella typi
1. Keluarga mengatakan klien
demam naik turun Masuk ke saluran cerna
2. Klien mengatakan nyeri melalui makanan/minuman
dan sakit pada kepala
Peradangan pada saluran
DO : cerna
3. Klien tampak gelisah
4. Suhu tubuh meningkat Merangsang pelepasan
pada sore dan malam hari perogen oleh leukosit

Zat perogen beredar dalam


darah

Hipotalamus

Merespon dengan
meningkatkan suhu tubuh

Hipertermi
2 DS : Hipovolemia Infeksi kuman pada usus
1. Keluarga mengatakan klien halus
tidak mau minum
2. Keluarga mengatakan klien Ileum terminalis
muntah di rumah + 5 kali
DO : Sebagian hidup dan menetap
3. Klien terlihat lemah dan di ileum terminalis
letih
4. Mukosa bibir terlihat Perdarahan dan perforasi
kering
5. Turgor kulit jelek Tubuh banyak kehilangan
6. Bibir pecah-pecah cairan (darah)

Hipovolemia
3 DS :` Defisit Nutrisi Bakteri salmonella typi
1. Keluarga mengatakan klien
tidak ada nafsu makan Masuk ke saluran cerna
2. Keluarga mengatakan melalui makanan/minuman
makanan yang diberikan cuma
habis 1/4 porsi Sebagian dimusnahkan di
3. Klien mengatakan mual lambung
Bakteri salmonella typi
DO :
4. Mukosa bibir kering Masuk ke saluran cerna
5. Perut klien ke`mbung melalui makanan/minuman
6. Berat badan berkurang :
BB sebelum sakit : 28 kg Peningkatan produksi asam
BB sesudah sakit : 25 kg lambung
Mual, muntah

Penurunan nafsu makan

Berat badan menurun

Defisit nutrisi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh di atas nilai
normal
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan turgor kulit
menurun, membran mukosa kering
3. Defisit Nutrisi dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal,
kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun
PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi
2. Hipovolemia
3. Defisit nutrisi

C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


1 Hipertermia Setelah dilakukan Intervensi utama :
Definisi : intervensi keperawatan 1 x 1. Manajemen hipertermia
Suhu tubuh meningkat di atas 24 jam maka, Observasi :
rentang normal tubuh. Termoregulasi membaik  Identifikasi penyebab
No. Dx.0130 dengan kriteria hasil : hipertermi
Kategori : Lingkungan  Menggigil menurun  Monitor suhu tubuh
Subkategori : Keamanan dan  Suhu tubuh Terapeutik :
Proteksi membaik  Longgarkan atau
MAYOR :  Suhu kulit lepaskan pakaian
Subjektif membaik  Basahi dan kipasi
 permukaan tubuh
Objektif Edukasi :
 Suhu tubuh diatas  Anjurkan tirah baring
nilai normal Kolaborasi :
MINOR:  Kolaborasi pemberian
Subjektif cairan dan elektrolit
 intravena, jika perlu
Objektif
 Kulit terasa hangat
2 Hipovolemia Setelah dilakukan Intervensi utama :
Definisi : intervensi keperawatan 1. Manajemen hipovolemia
Penurunan volume cairan selama 1 x 24 jam maka, Observasi :
intravascular, interstisial, dan status cairan membaik  Periksa tanda dan
/atau intraselular dengan kriteria hasil : gejala hipovolemia
No. Dx.0023  Turgor kulit  Monitor intake dan
Kategori : Fisiologis membaik output cairan
Subkategori : Nutrisi dan  Output urine Terapeutik :
cairan meningkat  Hitung kebutuhan
MAYOR :  Perasaan lemah cairan
Subjektif menurun  Berikan posisi
  Membran mukosa Modified trendelen
Objektif lembap meningkat burg
 Turgor kulit menurun  Berikan asupan cairan
 Membran mukosa oral
kering Edukasi :
MINOR :  Anjurkan
Subjektif memperbanyak asupan
 Merasa lemah cairan oral
Objektif  Anjurkan menghindari
 Suhu tubuh perubahan posisi
meningkat mendadak
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
cairan IV Isotonis

3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Intervensi utama


Definisi : intervensi keperawatan 1. Manajemen nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup selama 1 x 24 jam maka, Observasi :
untuk memenuhi kebutuhan status nutrisi membaik  Identifikasi status
metabolism dengan kriteria hasil : nutrisi
No. Dx.0019  Porsi makan yang  Identifikasi makanan
Kategori : Fisiologis dihabiskan yang disukai
Subkategori : Nutrisi dan meningkat  Monitor berat badan
cairan  Perasaan cepat Terapeutik :
MAYOR : kenyang menurun  Lakukan oral hygiene
Subjektif  Nyeri abdomen sebelum makan jika
 menurun perlu
Objektif  Berat badan  Sajikan makanan
 Berat badan menurun membaik secara menarik dan
minimal 10% di  Nafsu makan suhu yang sesuai
bawah rentang ideal membaik  Berikan suplemen
makanan jika perlu
MINOR : Edukasi :
Subjektif  Anjurkan posisi duduk
 Kram atau nyeri jika mampu
abdomen Kolaborasi :
 Nafsu makan  Kolaborasi pemberian
menurun
medikasi sebelum
Objektif :
makan
 Membran mukosa
Kolaborasi dengan ahli gizi
pucat untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Hari/tan No Dx Jam Implementasi Evaluasi
ggal
Rabu, 1 09.00 1.. Mengidentifikasi penyebab S : klien mengatakan dirinya
23 hipertermi sudah tidak merasakan
januari 09.05 2. Memonitor suhu tubuh demam
2019 09.10 3. Melonggarkan atau O : - akral teraba tidak
melepaskan pakaian hangat
09.15 4. Membasahi dan mengipas - Suhu tubuh sudah
permukaan tubuh
pada keadaan normal
5. Menganjurkan tirah baring
09.30 6. Kolaborasi pemberian cairan A : masalah teratasi
09.40 dan elektrolit intravena, jika P : pertahankan intervensi
perlu

Rabu, 2 09.50 1. Memeriksa tanda dan gejala S : - Keluarga klien


23 hipovolemia mengatakan klien sudah mau
januari 09.55 2. Memonitor intake dan minum
2019 output cairan - Keluarga mengatakan sudah
10.00 3. Menghitung kebutuhan memahami pentingnya
cairan kebutuhan cairan untuk klien
4. Memberikan posisi - Klien mengatakan tidak
10.05
Modified trendelen burg mual lagi
10.10 5. Memberikan asupan cairan
oral O : - Mukosa mulut dan bibir
10.20 6. Menganjurkan klien mulai lembab
memperbanyak asupan - Turgol kulit kenyal
cairan oral - Klien tampak minum
7. Menganjurkan menghindari - Terpasang IVFD RL 12 gtt/i
10.25 perubahan posisi mendadak
8. Kolaborasi pemberian A: masalah teratasi
cairan IV Isotonis P : pertahankan intervensi
10.30
Rabu, 3 10.40 1. Mengidentifikasi status S : - Keluarga klien
23 nutrisi mengatakan nafsu makan klien
januari 10.45 2. Mengidentifikasi makanan ada
2019 yang disukai - Klien mengatakan
10.50 3. Memonitor berat badan tidak mual lagi
4. Melakukan oral hygiene O : - Makanan yang disajikan
10.55
sebelum makan jika perlu dihabiskan 1/2 porsi
5. Menyajikan makanan secara - Mukosa mulut klien
11.00 menarik dan suhu yang mulai lembab
sesuai - Perut klien tidak
6. Memberikan suplemen kembung lagi
11.10 makanan jika perlu - Ibu klien menyuapi
7. Menganjurkan posisi duduk klien saat makan
11.15 jika mampu A : masalah teratasi
8. Kolaborasi pemberian P : pertahankan intervensi
11.20 medikasi sebelum makan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella
typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet
dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari
makanan pedas.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI


Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta : ika
Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia
Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai