Disusun Oleh:
Heri Yanis 2315901009
Ayu Dahlia Warningsih 2315901049
Renty Ridwana 2315901062
Depni Desti 2315901050
Penulisan Laporan Kasus ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
1. Ibu Drg. Wan Fajriatul Mamnunah, Sp.KG selaku Direktur RSUD Arifin
Achmad beserta staff atas izin dan kerjasamanya dalam penulisan Laporan
Kasus ini.
2. Ibu Wan Eka, S.Tr.Keb selaku preseptor lahan di ruangan kenanga 1 RSUD
3. Ibu Ns. Darmilis, S.Kep selaku fasilitator lahan di ruang kenanga 1 RSUD
4. Ibu Afiah, SST, MKM selaku pembimbing akademik dalam stase KDPK yang
telah memberikan kritikan dan saran dalam penulisan Laporan Kasus ini
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 20
5.1 Kesimpilan ............................................................................................. 20
5.2 Saran....................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan kondisi ginjal yang dipicu dengan kerja dan/atau struktur ginjal yang
kardiovaskular. CKD dibagi menjadi lima tahapan yang mana didasarkan tingkat
kehilangan fungsi ginjal. Tahapan CKD yaitu stage 1 dengan nilai glomerular
filtration rate (GFR) ≥90 mL/ min/1.73 m2, stage 2 dengan nilai GFR 60-89
mL/min/1.73 m2, stage 3 dengan nilai GFR 30- 59 mL/min/1.73 m2, pasien
dengan CKD lanjut diklasifikasikan memiliki stage 4 dengan nilai GFR yaitu
kasus serta dianggap permasalahan yang gawat. Menurut US Renal Data System
2020 lebih dari 14,9% masyarakat dewasa di Amerika memiliki penyakit gagal
ginjal kronis dengan bermacam tingkat keparahan. Pada tahun 2018, hasi riset
yaitu sebesar 3,8% atau terindikasi kenaikan sebesar 1,8% dari tahun 2013
2015 menyatakan, gagal ginjal menyebabkan kurang lebih 1,2 juta orang
menjadi korban. Di tahun 2010, 2,3-7,1 juta pasien meninggal karena mengalami
gangguan ginjal stadium akhir. Selain itu, setiap tahun diperkirakan 1,7 juta
orang
1
meninggal disebabkan cedera ginjal parah dan diperkirakan 5-10 juta orang
lahan selama tiga bulan atau lebih dan dapat menyebabkan gagal ginjal yang
permanen. Sampai saat ini ada tiga jenis terapi yang tersedia yaitu
alat dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah
darahdari produk sisa - sisa metabolisme dan kelebihan air (Smeltzer, 2006;
atau darah yang terperangkap atau tertinggal di alat hemodialisa, serta defisiensi
zat besi dan zat nutrisi lainnya (Sekarwana, 2004;Afsar, 2010). Untuk
2
pemeriksaan darah lengkap (kadar hemoglobin, indeks eritrosit, jumlah dan jenis
saturasi transferin, kadar vitamin B12 dan kadar asam folat. Anemia
merupakan kadar hemoglobin ≤12 g/dl pada wanita dan ≤13,0 g/dl pada pria
1.2 Tujuan
dan objektif terhadap kasus luka pada telapak kaki sebelah kanan
3
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1.1Defenisi
menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah,
yang ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi
yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Salah satu sindrom
klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal ini disebabkan
dan irreversible yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara
total seperti sediakala yang dapat disebabakan oleh berbagai hal dimana
4
2.1.2 Tanda dan gejala
Sedangkan menurut Ismail (2018) tanda gejala CKD dibagi menjadi 7 yaitu:
2. Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur
amonia.
b. Kulit
penimbunan urokrom.
5
2. Gatal-gatal akibat toksin uremin dan pengendapan kalsium di pori-
pori kulit.
c. Sistem Hematologi
sekunder.
proksimal.
e. Sistem kardiovaskuler
6
1. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan
2. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis atau gagal jantung
f. Sistem Endokrin
sekresi insulin.
metabolisme.
7
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Hematologi
3. Eritrosit
4. Leukosit
5. Trombosit
1. BUN/ Kreatinin :
8
e. Urine rutin
mioglobin, porfirin.
f. EKG
h. USG abdominal
i. CT scan abdominal
j. Renogram
2.1.4 Penatalaksanaan
9
a. Konservatif
cairan.
pada tekanan darah. Sering diperlukan diuretik loop selain obat anti
1
0
b. Dialysis Peritoneal dialysis
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
c. Hemodialisis
jantung)
d. Operasi
1. Pengambilan batu
2. Transplantasi ginjal
2.1.5 Etiologi
Menurut Brunner and Sudarth, 2017, gagal ginjal kronik dapat disebabkan
oleh:
1
1
yang menghubungkan ke saluran kencing (ureter) dan parencyma
1
2
metabolisme dalam tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim. Proses
maladaptasi
13
berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti
penyakit CKD, gejala klinis yang serius belum muncul, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan dimana basal LGF masih
normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
30%, mulai terjadi keluhan pada penderita antara lain penderita merasakan
letih dan tidak bertenaga, susah berkonsentrasi, nafsu makan menurun dan
penurunan berat badan, susah tidur, kram otot pada malam hari, bengkak
pada kaki dan pergelangan kaki pada malam hari, kulit gatal dan kering,
sering kencing terutama pada malam hari. Pada LFG di bawah 30% pasien
14
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Selain itu pasien juga mudah
maupun infeksi saluran nafas. Sampai pada LFG di bawah 15% akan
terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah
dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai
pada stadium gagal ginjal. Di samping itu, ketika BUN meningkat secara
otomatis, dan pasien akan mengalami risiko kelebihan beban cairan seiring
metabolik pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan eksresi BUN dan
akibat dari uremia, defisiensi besi dan asam laktat dan perdarahan
akibat overlood cairan dan sodium dan kesalahan fungsi system renin.
15- 140% fungsi normal dan berat bila fungsi ginjal normal hanya 2-
dalam darah karena jaringan ginjal yang lebih sehat ridak dapat
c. Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahap lanjut)
Perawatan luka di kenal dua teknik dasar yang sering di terapkan untuk
merawat luka yaitu teknik steril dan teknik bersih. Teknik steril merupakan teknik
di mana tenaga kesehatan memakai peralatan dan bahan yang telah disterilkan
sehingga tidak ada bakteri atau partikel virus yang menempel di permukaannya.
Beberapa contoh peralatan steril antara lain peralatan yang telah di sterilkan dengan
Autoklaf untuk digunakan di ruang operasi serta beberapa peralatan medis yang
telah di sterilkan dan dibungkus dengan baik dari pabrik sehingga tidak
terkontaminasi dengan lingkungan luar yang tidak steril. Sedangkan teknik bersih
adalah teknik dimana tenaga kesehatan memakai peralatan dan bahan yang tidak
konvensional dan teknik perawatan luka modern. Teknik rawat luka modern lebih
tertunda, nyeri, peningkatan resiko infeksi dan pengurangan kualitas hidup bagi
pasien (Ousey& Cook, 2011) untuk itu dibutuhkan suatu alat dalam pengkajian luka
Arisanty 2013, persiapan dasar luka adalah penatalaksanaan luka sehingga dapat
terapi lain. Metode ini bertujuan mempersiapkan dasar luka dari adanya infeksi,
benda asing, atau jaringan mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi
yang baik. TIME dikenalkan oleh Prof. Vincent Falanga pada tahun 2003 yang
disponsori oleh produk Smith dun Nephow dalam penelitian ini sehingga keluar
18
mati, membersihkan luka dari benda asing, dan persiapan dasar luka yang
baik. Untuk mendapatkan dasar luka yang baik (tidak ada lagi jaringan
19
Pengangkatan jaringan mati (manajemen T) memerlukan waktu
jaringan mati yaitu sekitar dua minggu (14 hari) dan tentunya tanpa
adalah luka yang terkontaminasi, namun tidak selalu ada infeksi (Smith,
dengan reaksi jaringan lokal dan sistemik. Sebelum terjadi infeksi, ada
2013).
lebih besar dari sebelumnya. Cairan yang berlebih pada luka kronik dapat
pada jaringan. Banyaknya cairan luka (eksudat) pada luka kronik dapat
luka (moist wond healing). Luka kering atau luka tanpa eksudat hingga
balutan yang menyerap cairan lebih banyak lagi seperti foam, hydrofiber,
dll. Tujuan perawatan luka dengan eksudat banyak hingga sangat banyak
21
adalah menampung cairan yang keluar sehingga tidak membuat luka baru
di kulit yang sehat. Eksudat cairan yang sangat korosif terhadap kulit
parcel dressing.
Proses penutupan luka yang dimulai dari tepi luka disebut proses
epitelisasi. Proses penutupan luka terjadi pada fase poliferasi. Epitel (tepi
penutupan (epitelisasi) adalah tepi luka yang halus, bersih, tipis, menyatu
bersih atau lemak yang dihasilkan oleh tubuh menumpuk dan mengeras
di tepi luka. Tepi luka yang tebal disebabkan oleh proses epitelisasi yang
tidak mau maju (tetap ditempat) sehingga epitel menumpuk di tepi luka
dan menebal. Dasar luka yang belum menyatu dengan tepi luka
Jika di tepi luka masih ada jaringan mati (nekrosis) jaringan tersebut
lembap (hipermoist) yang seimbang. Jika tinggi luka dengan tepi luka
sama (menyatu), proses epitelisasi dapat terjadi dengan baik dan rata.
Jika dasar luka belum menyatu dengan tepi luka, namun proses epitelisasi
22
telah terjadi, hal ini dapat menyebabkan luka sembuh dengan permukaan
yang tidak rata. Tepi luka juga harus lunak, jika tidak, epitel akan
23
BAB III
PENGKAJIAN KASUS
Data Subjektif
1. Identitas
Pasien Istri
Nama : Irwanto Nama : Yolanda
Umur : 43 thn Umur : 38 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wirasuasta Pekerjaan : Wirasuasta
Alamat : Rumbai Alamat : Rumbai
2. Anamnesa
a. Keluhan Pasien menyatakan sesak nafas dan demam
b. Riwayat penyakit : Pasien Memiliki Riwayat Penyakit ginjal kronik
DM
c. Riwayat penyakit yang pernah di derita keluarga: Tidak ada
d. Pola nutrisi :
Makan : 3 x sehari
Minum : sering
e. Pola eliminasi :
BAK : sering
BAB : 1x/hari
f. Pola istirahat
Lama tidur : 5-6 jam/ha
24
g. Personal hygiene
Mandi : 1x/hari
Sikat gigi : 2x/hari
Ganti baju : 2x/hari
Keluhan : Tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Tingkat kesadaran : composmentis
2. Tanda - tanda
a. Tekanan Darah : 156/77 mmHg
b. Nadi : 88 x/menit
c. Pernapasan : 25 x/ menit
d. Suhu : 37,8
3. Pemeriksaan gula darah sewaktu : 108 gr/dl
4. Pemeriksaan Antopometri
a. Berat Badan : 85 kg
b. Tinggi badan: 165 cm
5. Pemeriksaan Fisik
a. Ekstremitas atas : tidak terdapat edema dan varises
b. Ekstremitas bawah : tidak ada varises, terdapat Oedame pada kaki
kiri dan kani kanan, dan terdapat luka DM pada telapak kaki sebelah
kanan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan labolatorium
Trombosit 243
Albumin 2.8
Hemoglobin 10.2
25
C. ASSESMENT
D. PLANING
- Melakukan perawatan luka, dengan menggan perban dan membersihkan
lukan menggukan larutan NaCl 0.9% dan menutup luka kembali dengan
menggukan kassa steril ( telah Dilakukan)
- Melakukan pemberian infus paracetamol pada jam 16:05 Wib ( telah dilakukan ),
panas tubuh pasien menurun setelah pemberian paracetamol infus.
26
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Irwanto
Tanggal & jam pengkajian : 18 Januari 2024. 10:15 Wib
IMPLEMENTASI SOAP
Monitor TTV , berikan oksigen sesuai S : klien mengatakan sesak berkurang ,
indikasi ,GD/Pagi , post pasang CDL , badan masih bengkak tapi sudah berkurang
klien post HD ke-4,HD rutin
O : Hari rawat ke-12
Pemerisaan Fisik:
KU : Baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 147/80 Mmgh HR: 96
RR: 20
S:36,3
Spo2 : 98%
Oedema pada kedua kaki sudah berkurang.
Ada luka DM ditelapak kaki sebelah kanan
Pemeriksaan penunjang :
Hemoglobin : 10,7 Leukosit : 13,95
Trombosit : 243
Albumin : 2.8 Ureum : 118
A: Perawatan luka pada Tn. I dengan CKD
P:
- Melakukan perawatan luka, dengan
menggan perban dan membersihkan
lukan menggukan larutan NaCl 0.9% dan
menutup luka kembali dengan
menggukan kassa steril (Telah
Dilakukan)
- Melakukan pemasangan oksigen sesuai
indikasi (Telah Dilakukan )
- Melakukan pemeriksaan GDS (Telah
Dilakukan)
- Melakukan perawatan luka (Telah
dilakukan)
- Melakukan monitoring TTV (Telah
dilakukan)
- Melakukan pemasangan syringe pump
(Telah dilakukan)
27
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Irwanto
Tanggal & jam pengkajian : 19 Januari 2024. 09.00 Wib
IMPLEMENTASI SOAP
Monitor TTV , berikan oksigen S : klien mengatakan sesak berkurang , badan
sesuai indikasi ,GD/Pagi , post masih bengkak tapi sudah berkurang
pasang CDL , Cek lab post HD
O : Hari rawat ke-13 kesadaran compos mentis ,
Terapi : furosemid 2x 1 , GCS : 15, E4M6V5,SP02:95% ,-EWS :4,-IVFD
vipalbumin 3x1 ,amlodipin 10 syringpump LASIX 10 MG/jam (1 cc/jam) – 02
mg , asam folat 3x1 ,adalat aros NC 3liter/menit (K/P) , Hemoglobin : 9,3 ,
30 mg Leukosit : 19,64 Trombosit : 360 , Albumin : 2.8 ,
Ureum : 98 , CR : 9,1. TD : 159/78 Mmgh HR:
62 ,RR: 29 , S:36,7 Spo2 : 98%, terdapat luka pada
telapak kaki sebalah kanan.
A:Perawatan luka pada Tn. I dengan CKD
P:
28
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Irwanto
Tanggal & jam pengkajian : 20 Januari 2024. 10:00 Wib
IMPLEMENTASI SOAP
Monitor TTV , berikan oksigen S : klien mengatakan sesak berkurang , badan
sesuai indikasi ,GD/Pagi , post masih bengkak tapi sudah berkurang
pasang CDL , post HD ke-4 O : Hari rawat ke-13
Pemerisaan Fisik:
Terapi : furosemid 2x 1 ,
KU : Baik
vipalbumin 3x1 ,amlodipin 10 mg
Kesadaran : compos mentis
, asam folat 3x1 ,adalat aros 30
TD : 159/78 Mmgh HR: 62
mg
RR: 29
S:36,7
Spo2 : 98%
Oedema pada kedua kaki sudah berkurang
Ada bekas luka ditelapak kaki sebelah kanan
Pemeriksaan penunjang :
Hb 9.3
Trombosit 350
Ureum 98
CR 9.13
A: Perawatan luka pada Tn. I dengan CKD
P:
- Melakukan perawatan luka, dengan
menggan perban dan membersihkan lukan
menggukan larutan NaCl 0.9% dan
menutup luka kembali dengan menggukan
kassa steril (Telah Dilakukan)
- Melakukan pemasangan oksigen sesuai
indikasi (Telah Dilakukan)
- Melakukan pemeriksaan GDS (Telah
Dilakukan)
- Melakukan perawatan luka (Telah dilakukan)
- Melakukan monitoring TTV (Telah
dilakukan)
29
BAB IV
PEMBAHASAN
penderita CKD ( Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronik pada Tn. I usia
43thn pada tanggal 18 januari 2024 jam 15: 30 wib. Dilakukan pengkajian pada Tn.I
yang menderita CKD atau gagal ginjal kronik dengan riwayat penyakit DM dan
Gagal ginjal kronik hampir selalu disetai dengan kejadian anemia. Anemia
pada CKD disebabkan beberapa faktor namun tidak sepenuhnya terkait dengan
penyakit ginjal yang diderita. Selain kondisi anemia, pada kaki Tn I didapatkan luka
mengalami luka atau cedera pada kulit. Oleh karena itu, luka pada kulit, terutama
luka terbuka, perlu mendapatkan perawatan yang intensif. Ini karena luka terbuka
dapat dengan mudah terinfeksi oleh virus dan bakteri penyebab penyakit (Puguh,
2022). Untuk mencegah luka menjadi lebih buruk dan menjadi luka kronis, infeksi,
atau kondisi berbahaya lainnya, perawatan sangat penting dilakukan. Jika luka
dirawat dengan baik, luka juga dapat terlindung dari kuman dan virus yang mungkin
pakai,menangani peralatan benda tajam dengan aman, dan menjaga kebersihan dan
lebih lemah ketimbang orang normal. Dan dengan adanya riwayat gangguan
pembuluh darah dan saraf akibat kadar gula darah yang tinggi, membuat orang
analisa jurnal terdapat implikasi perawatan luka ganggren yang telah dianalisa l
kesembuhan luka ganggren .Dari hasil analisa jurnal menunjukan hasil yang efektif
dalam penyembuhan luka, dengan mempercepat proses granulasi pada jaringan dari
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
a. Bagi Penulis
dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta
32
diharpkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
dalam pelaksanaa Laporan Tugas Akhir berikutnya dapat lebih baik dan
36
DAFTAR PUSTAKA
37