Oleh Kelompok 5:
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 3
1.3.1 Secara Umum ................................................................................. 3
1.3.2 Secara Khusus ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 4
2.1 Definisi ...................................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi .............................................................................................. 5
2.3 Etiologi ....................................................................................................... 6
2.4 Patofisiologi ............................................................................................................................................................... 6
2.5 WOC Sirosis Hepatis ................................................................................. 7
2.6 Klasifikasi .................................................................................................. 8
2.7 Gejala Klinis............................................................................................... 8
2.8 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................. 9
2.9 Prognosis .................................................................................................... 9
2.10 Therapy .................................................................................................... 10
2.11 Penatalaksanaan ....................................................................................... 11
2.12 Asuhan Keperawatan pada pasien sirosis hepatis .................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 32
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 32
3.2 Saran ........................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
manusia di dunia dan setiap tahunnya infeksi baru sirosis hepatis bertambah
3-4 juta. The Journal for Nurse Practitionersmengatakan bahwa diAmerika
Serikat, penyakit hati kronis adalah penyebab kematian ke dua belas. Sekitar
5,5 juta orang di Amerika Serikat memiliki sirosis.
Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini dalam suatu
asuhan keperawatan yang berjudul “asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan:serosis hepatis”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah makalah ini antara lain:
1. Apa definisi serosis hepatis?
2. Apa epidemiologi serosis hepatis?
3. Apa saja etiologi serosis hepatis?
4. Apa saja faktor predisposisi serosis hepatis?
5. Bagaimana patofisiologi serosis hepatis
6. Bagaimana patofisiologi serosis hepatis?
2
7. Bagaimana klasifikasi serosis hepatis?
8. Bagaimana gejala klinis serosis hepatis?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik serosis hepatis?
10. Bagaimana prognosis serosis hepatis?
11. Bagaimana therapy serosis hepatis?
12. Bagaimana penatalaksanaan serosis hepatis?
13. Bagaimana asuhan keperawatan kepada klien dengan serosis hepatis?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan
fibrosis hepar yang mengakibatkan distrosi struktur hepar dan hilangnya
sebagian besar fungsi hepar.Perubahan besar yang terjadi karena sirosis
adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast),
regenerasi sel dan jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal
(Baradero, 2008).Menurut Black (2014) sirosis hati adalah penyakit kronis
progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan pembentukan
nodul.Sirosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan metabolism
hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit, duktus
empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler.
Aru, (2009) menjelaskan sirosis adalah suatu keadaan yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif
yang ditandai dengan distrosi dari arsitektur hepar dan pembentukan
nodulus regenerative (dikutip oleh Nurarif & Kusuma, 2015).Berdasarkan
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah penyakit
hati kronis yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi hepar yang
ditandai oleh pembentukan nodul regeneratif.
Sering kali ada kolerasi yang buruk antara temuan histologist dan
gambaran klinis. Beberapa Pasien dengan sirosis sama sekali asimtomatik
dan memiliki harapan hidup cukup normal. Individu lain memiliki banyak
gejala yang paling parah dan stadium akhir penyakit hati dan memiliki
kesempatan terbatas untuk bertahan hidup. Tanda-tanda dan gejala
umumnya mungkin bersumber pada penurunan fungsi sintetis hepatic
(misalnya koagulopati), menurunnya kemampuan detoksifikasi hati
(misalnya: hepatic ensefaloati), atau hipertensi portal (misalnya: pendarahan
varises).
4
2.2. Epidemiologi
Price dan Wilson (1995) menyebutkan 50% sirosis hepatis disebabkan
oleh alcohol, tetapi menurut Wolf (2008), saat ini hepatitis C telah muncul
sebagai penyebab utama terjadinya hepatitis kronis dan sirosis, khususnya
yang terjadi di Amerika Serikat.
Banyak kasus sirosis kriptogenik tampaknya dihasilkan dari penyakit hati
non alcohol berlemak (NAFLD).Ketika kasus sirosis kriptogenik diperiksa,
banyk pasien memiliki satu atau lebih dari faktor risiko klasik untuk
NAFLD. sekitar 2-3% dari penduduk Amerika Serikat mengalami non-
alkoholik dteatohepatis (NASH), dimana penumpukan lemak di hepatosit
diperumit oleh peradangan dan fribrosis hati. Diperkirakan bahwa 10% dari
psien dengan NASH pada akhirnya akan mengembangkan sirosis (Lewis,
2000).
Penyakit hati kronis dan sirosis mengakibatkan sekitar 35.000 kematian
setiap tahun di Amerika Serikat. Sirosis adalah Sembilan penyebab
kematian utama di Amerika Serikat dan bertanggung jawab atas 1,2% dari
semua kematian Amerika Serikat. Banyak pasien meninggal akibat penyakit
dalam decade kelima atau keenam kehidupan.Setiap tahun, 2000 kematian
tambahan diberikan ke kegagalan hepatic fulmian (FHF). FHF dapat
disebakan oleh virus hepatitis (misalnya: hepatitis A dab B), obat-obatan
(misalnya: asetaminofen), Toksin (Amanita phaloides), hepatitis autoimun,
penyakit Wilson, dan berbagai etiologi lainnya. Pasien denga sindrom FHF
memiliki angka kematian 50-80% kecuali mereka yang diselamatkan oleh
transplantasi hati (Wolf, 2008).Secara keseluruhan insidensi sirosis di
Amerika Serikat diperkirakan 360 per 100.000 penduduk.Di Indonesia data
prevalensi sirosis hati belum ada, hanya ada laporan dari beberapa pusat
pendidikan saja. Di RS Sardjito Yogyakarta, jumlah pasien sirosis hati
berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam
kurun waktu 1 tahun (2004) (tidak dipublikasi). Di Medan dalam kurun
waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari
seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.
5
2.3. Etiologi
Black (2014) berpendapat, penyebab sirosis belum teridentifikasi jelas,
meskipun hubungan antara sirosis dengan minum alkohol berlebihan telah
ditetapkan dengan baik.Negara-negara dengan insiden sirosis tertinggi
memiliki konsumsi alkohol per kapita terbesar.Kecenderungan keluarga
dengan predisposisi genetik, juga hipersensivitas terhadap alkohol, tampak
pada sirosis alkoholik.
2.4. Patofisiologi
Sirosis adalah tahap akhir pada banyak tipe cidera hati.Sirosis hati
biasanya memiliki konsistensi noduler, dengan berkas fibrosis (jaringan
parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi.Terdapat kerusakan luas
hepatosit.Perubahan bentuk hati mengubah aliran 5 system vascular dan
limfatik serta jalur duktus empedu.Periode eksaserbasi ditandai dengan
statis empedu, endapan jaundis (Black & Hawks, 2014).
Hipertensi vena poerta berkembang pada sirosis berat.Vena porta
menerima darah dari usus dan limpa. Jadi peningkatan didalam tekanan
vena porta menyebabkan :
1. Aliran balik meningkat pada tekanan resistan dan pelebaran vena
esofagus, umbilicus,dan vena rektus superior, yang mengakibatkan
perdarahan varises.
2. Asites (akibat pergeseran hidrostastik atau osmotic mengarah pada
akumulasi cairan didalam peritoneum)
3. Bersihan sampah metabolic protein tidak tuntas dengan akibat
meningkatnya ammonia, selanjutnya mengarah kepada ensefalopati
hepatikum.
Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau
penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari
ensefalopati hepatikum, infeksi bakteri (gram negative), peritonitis
(bakteri), hepatoma (tumor hati), atau komplikasi hipertensi porta (Black
& Hawks, 2014).
6
2.5. WOC Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatitis
Kecemasan Nyeri
klien
Kronis
7
2.6. Klasifikasi
Rubenstein, Wayne, dan Bradley (2007) membagi sirosis hepatis dalam
beberapa klasifikasi, yaitu:
1. Mikronodular (sirosis portal) ditandai oleh pita fibrotik tebal teratur yang
menghubungkan pembuluh portal dengan vena hepatika, dan disertai
nodul-nodul regenerative kecil. Hati pada awalnya membesar dengan tepi
rata namun akhirnya mengerut akibat fibrosis progresif. Seringkali
disebabkan oleh alkohol.
2. Makronodular (sirosis pascanekrotik) lebih jarang ditemukan dan
ditandai oleh pita fibrosis yang kasar dan tidak teratur dan hialngnya
arsitektur normal serta nodul regenerative yang besar. Jenis ini diyakini
biasanya terjadi setelah hepatitis virus disertai nekrosis yang luas. Hati
membesar dan bentuknya tidak sangat teratur akibat besarnya nodul.
3. Sirosis billiaris lebih jarang dan ditandai oleh fibrosis disekitar duktus
intrahepatik yang melebar. Bisa terjadi setelah kolangitis kronis dan
obstruksi bilier, atau idiopatik (primer).
4. Sirosis biliaris primer terjadi kerusakan progresif pada duktus biliaris
intrahepatik. Terutama (90%) mengenai wanita antara 40- 60tahun, dan
keluhan utamanya berupa tanda-tanda koleastatis: pruritus, ikterus,
disertai tinja pucat, urin gelap, dan steatorea, pigmentasi, dan xantelasma.
8
gagal hati kronik lebih lambat dan lemah (Elin, 2009 dikutip oleh Nurarif
& Kusuma, 2015).
2.9. Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengruhi oleh sejumlah faktor,
meliputi etiologi, berat kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang
menyertai.
Klasifikasi child pugh, juga untuk menilai prognosis pasien sirosis yang
akan menjalani operasi, fariabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin,
ada tidaknya asitesdan enselopati juga status nutrisi. Klasifikasi ini
9
berkaitan dengan kelangsungan hidup, dengan angka kelangsugan hidup
berturut-turut 100, 80, dan 45%.
Penilaian prognosis yang terbaru adalah Model for End Stage Liver
Disease (MELD) digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan
transplantai hati.
1. Komplikasi
a. Kongestif Splenomegali
b. Perdarahan varises
c. Kegagalan hepatoseluler
d. Hepatoma/ Hepatocellular carcinoma (HCC)
e. Peritonitis bacterial spontan
f. Sindrom hepatorenal
g. Sindrom hepatopulmonal
2.10. Therapy
1. Jika tidak ada koma diberikan diet yang mengandung protein 1g/Kg BB
dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari.
2. Hentikan penggunaan alcohol dan bahan toksisk lain yang mencederai
hati.
3. Serosis Kompensata : asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal yang
menghambat kolagenik.
4. Hepatitis autoimun : steroid atau imunosupresif.
5. Hemokromatosis flebomi : steroid atau imunosupresif setiap minggu
sampai konsentrasi besi normal dan diulang sesuai kebutuhan.
6. Penyakit nonalkoholik : menurunkan berat badan untuk mencegah
serosis.
7. Hepatitis B : interferon alfa dan lamifudin (analog nukleosida) sebagai
terapi utama.
8. Hepatitis C kronik : kombinasi interferon dengan ribavirin (terapi
standar).
10
9. Fibrosis hati : antifobrotik mengarah kepada peradangan, interveron ,
obat herbal, Metotreksat dan vit. A, serta kolkisin masih dalam proses
penelitian.
10. Sirosis Dekompensata:
a. Asites : tirah baring, diet rendah garam, dan obat diuretik
(spinorolakton, furosemid), dan parasentesis untuk asites besar.
b. Enselopati epatik : laktulosa, neomisin, protein dikurangi sampai
0,5/Kg BB/ hari (asam amino rantai cabang).
c. Varises Esofagus : penyekat beta (propanolol), oktreotid, tindakan
skleroterapi, antibiotika pada peritonitis bacterial, dan transplantasi
hati.
2.11. Penatalaksanaan
1. Therapy Asites
a. Pembatasan Na. terapi ini disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
b. Diuretik. Spironolactone (aldactone) menghambat reseptor aldosteron
di tubulus distal. Pasien harus dilakukan pemantauan elektrolit.
c. Infus Albumin dapat melindungi terhadap perkembangan gagal ginjal.
d. Paracentesis
e. Pasien dengan asites besar mungkin perlu menjalani paracentesis
volume besar untuk menurunkan keluhan abdominal, anoreksia, atau
dispnea. Prosedur juga dapat membantu mengurangi risiko ruptur
hernia umbilikalis.
11
2.12. Asuhan Keperawatan Kepada Klien Dengan Sirosis Hepatis
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. SS
Umur : 56 th
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kebasen Rt. 04 Rw. 04, Banyumas
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Diagnosa Medis : Ascites, susp. Sirosis Hepatis
Nomor RM : 717917
Masuk RS : 11/10/2014
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada perutnya yang membesar.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan perutnya sakit, karena terus membesar dan terasa
keras.Perut mudah terasa penuh dan bega apabila pasien makan,
sehingga pasien hanya bisa makan sedikit-sedikit.Nyeri dirasakan
akibat perut yang membesar dan mengeras, dirasakan hilang timbul di
seluruh bagian perut (4 kuadran abdomen) dengan nyeri tekan.Nyeri
dirasakan bertambah saat pasien duduk dan berkurang ketika tiduran
(terlentang/supinasi), skala nyeri (0-10) saat pengkajian (dalam posisi
duduk) 5, namun pasien mengatakan pernah merasa sakit hingga skala
10, terutama pada posisi duduk.Perut dirasakan membesar oleh pasien
sejak awal bulan September, pernah dirawat di puskesmas dan RS
Margono tanpa ada perubahan hingga sekarang dirawat di RSUD
Banyumas.
12
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pertama kali dirawat di Puskesmas rawat inap Kebasen pda
tanggal 18 September 2014 dengan keluhan sakit pada bagian perut
dan terasa membesar.Dirawat di puskesmas selama 4 hari, selanjutnya
dirujuk ke RS Margono dengan diagnosis Hepatitis dengan
hepatomegali dan dirawat selama 4 hari.Sebelumnya pasien tidak
memiliki riwayat penyakit berat dan penyakit menular lainnya seperti
Hipertensi, Diabetes, TB, dll.
4. Riwayat Keluarga
Di dalam keluarga pasien, tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien atau penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes, dll.
5. Diagnosa medik pada saat pasien masuk rumah sakit (MRS),
pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukan, mulai dari
pasien masuk rumah sakit, sampai diambil kasus kelolaan. Masalah atau
Dx medis pada saat MRS yaitu dari asites sampai ke suspek sirosis
hepatis.
13
Makan:
- Rumah : Nasi, lauk, porsi sedikit. makan 2x/hari.
- RS : Nasi Lembek dengan Diet Hati ± 3 sendok
sekali makan. Makan 3x/hari.
Minum: 3 gelas/hari jenis air putih, hanya pada saat
makan dan ingin minum obat. (240cc/gelas = 720
cc/hari)
3. Pola eliminasi
a. Pola defekasi
Sebelum sakit : BAB minimal 1x/hari konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas.
Selama sakit : Belum BAB hingga pukul 15.00 saat pengkajian (1
hari di rumah sakit)
b. Pola eliminasi urin
Sebelum sakit : BAK 5-7x/hari dengan frekuensi banyak, warna
kuning, jernih dan bau khas.(Sekali BAK ± 200 cc,
1000-1400 cc/hari)
Selama sakit : BAK 3-5x/hari dengan frekuensi banyak, warna
kuning, jernih dan bau khas. (Sekali BAK ± 200 cc,
600-1000 cc/hari)
4. Aktifitas-pola latihan
Sebelum sakit : Kemampuan perawatan diri Pasien baik, dilakukan secara
mandiri baik dalam makan/minum, toileting, berpakaian
dan mobilitas fisik dengan bantuan tongkat.
Selama sakit : Kemampuan perawatan diri Pasien terbatas, dijelaskan
pada tabel
Kemampuan dlm perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
14
Keterangan :
0 : mandiri, 1: dengan alat, 2 : dibantu orang lain, 3 : di bantu orang
lain dan alat, 4 : tergantung total.
5. Pola kognitif dan sensori
Kognitif:
a. Penglihatan
Penglihatan pasien masihbaik, tidak menggunakan kacamata dan
dapat
membaca tulisan dengan baik.
b. Pendengaran
Pasien masih dapat mendengar dengan baik dan jelas pada jarak
lebih dari 3 meter.
c. Pengecap
Pasien masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam
dan asin dengan baik.
d. Sensasi
Pasien masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun
nyeri.
Sensori:
Pasien berbicara dengan lancar, mengerti perkataan lawan bicara dan
merespon dengan baik.
6. Pola istirahat-tidur
Pasien sebelum dirawat tidur 7-8 jam/hari.Selama dirawat pasien tidur
4-5 jam/hari terputus-putus karena nyeri yang hilang timbul dan
terpengaruh kondisi lingkungan.
7. Pola konsep diri
a. Gambaran diri/body image
Pasien mengatakan bahwa Pasien merasa bersyukur dengan
anugrah yang Tuhan telah berikan kepadanya. Pasien merasa
gelisah karena perutnya yang membengkak dan terus merasakan
sakit.
15
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang laki-laki dan pasien merasa puas dengan
keadaannya sekarang karena ia percaya sedang dalam ujian Tuhan.
Pasien merasa bersyukur atas apa yang ia miliki walaupun
masihbelum bisa beraktivitas seperti biasa.
c. Peran
Pasien berperan sebagai seorang ayah dari kelima orang
anaknyadan kakek dari cucu-cucunya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa walaupun Pasien sudah tua, tetapi
Pasien ingin cepat sembuh agar tidak merepotkan anak-anaknya
dan dapat tetap bermanfaat dan melakukan aktivitas secara
mandiri.
e. Harga diri
Pasien tidak mempunyai harga diri rendah. Pasien tidak merasa
malu karena penyakitnya, melainkan ingin cepat sembuh.
8. Pola peran dan hubungan
Selama di rumah sakit, pasien ditunggu oleh istri dan anak-anaknya
secara bergantian. Kelima anaknya telah menikah dan mempunyai
kehidupan rumah tangga masing-masing.Pasien sangat dekat dengan
anak keempat dan kelimanya karena tinggal serumah.Setiap ada
masalah, pasien selalu menceritakan kepada mereka.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan berperan ayahdari kelima orang
anaknya.Selama pasien masih sehat, masih berhubungan seksual
dengan istrinya yang, namun dengan intensitas yang jarang.Pasien
mempunyai 5 orang anak, 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki.
10. Pola pertahanan diri/koping
Pasien dan keluarga pasien mengatakan jika pasien ada masalah selalu
bercerita kepada keluarganya.
16
11. Pola keyakinan dan nilai
Pasien beragama Islam, sebelum sakit pasien rajin beribadah. Sesudah
sakit, pasien juga rajin beribadah dengan kemampuannya.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : CM dengan GCS = E4M6V5
2. Tanda vital
a. Pernafasan: 18 x/menit
b. Nadi : 82 x/menit
c. Suhu : 36,50 C
d. Tekanan darah: 150/110 mmHg
3. Head to toe
a. Kepala :
1) Mata : Sklera tidak ikterik
2) Mulut : Membran mukosa lembab, tidak terdapat stomatitis
17
f. Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit jelek (keriput), kasar dan
kering. Kulit menebal dan pecah-pecah pada kedua telapak
kaki.
4. Antopometri:
a. Berat Badan
Sebelum sakit : 54 Kg
Selama sakit : 48 Kg
b. Tinggi Badan : 163 cm
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Darah Lengkap :
11-10-2014
- WBC 3,70-10,1 103/uL 5,89 103/uL Normal
- NEU 1,63-6,96 % 3,48 % Normal
- LYM 1,09-2,99 % 1,40 % Normal
- MONO 0,24-0,79 % 0,495 % Normal
- EOS 0,03-0,44 % 0,420 % Tinggi
- BASO 0,00-0,08 % 0,090 % Tinggi
- RBC 4,06-5,58 106/uL 6,18 106/uL Tinggi
- HGB 12,9-15,9 gr/dl 10,8 gr/dl Rendah
- HCT 37,7-53,7 % 37,3 % Normal
- MCV 81,1-96,0 fL 60,4 fL Rendah
- MCH 27,0-31,2 pg 17,5 pg Rendah
- MCHC 31,8-35,4 gr/dL 28,9 gr/dL Rendah
- RDW 11,5-14,5 % 12,9 % Normal
- PLT 155-355 103/uL 302 103/uL Normal
- MPV 6,90-10,6 fL 4,94 fL Rendah
18
Kimia Darah
11-10-2014
- GOT 0-50 U/L 38,8 U/L Normal
- GPT 0-50 U/L 36,2 U/L Normal
- UREA UV 10-50 mg/dl 42,8 mg/dl Normal
- Kreatinin 0,8-1,4 mg/dl 0,65 mg/dl Rendah
- Natrium 135-155 mmol/l 139 mmol/l Normal
- Kalium 3,5-5,5 mmol/l 4,3 mmol/l Normal
- Klorida 94-111 mmol/l 97 mmol/l Normal
12-10-2014
- Glukosa 75-115 mg/dl 146 mg/dl Tinggi
- Total Protein 6,6-8,7 g/dl 5,76 g/dl Rendah
- Albumin 3,46-4,8 g/dl 3,51 g/dl Normal
- Globulin 0,5 g/dl 2,25 g/dl Normal
- HBs Ag NEGATIP NEGATIP Normal
- HCV NEGATIP NEGATIP Normal
Urinalisa
Phisis :
- Warna Kuning Kuning Normal
- Kejernihan Jernih Jernih Normal
- pH 4,6-8,0 5,5 Normal
- Berat Jenis 1,003-1,030 1,020 Normal
Kimia :
- Protein - + Proteinuri
- Glukosa - - Normal
- Keton - - Normal
- Bilirubin - - Normal
- Urobilinogen - - Normal
- Darah/Hb - - Normal
- Nitrit - - Normal
- Leukosit Esterase - + Normal
Sedimen : Normal
19
- Leukosit - - Normal
- Eritrosit - 0-1 /LPB
- Silinder - 0-1 /LPB
- Epitel - +
- Kristal - - Normal
- Candida - - Normal
- Trichomonas - - Normal
20
Pasien mengatakan nyeri pada
perutnya yang membesar
DO :
Pengkajian Nyeri:
P: Perut yang membesar
Q: Nyeri dirasakan seperti tertekan
R: Seluruh bagian perut (4 kuadran
abdomen)
S: 5 pada saat terlentang (tiduran), 8
pada saat duduk, pernah
merasakan nyeri hebat hingga
skala 10, terutama dalam posisi
duduk (skala 0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul,
berkurang ketika pasien dalam
posisi terlentang (tiduran).
Tanda-tanda vital :
TD : 150/110 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 18x/menit
DS : Faktor biologis Ketidakseimbang-
Pasien mengatakan makan hanya (nyeri abdomen an nutrisi kurang
sedikit,sekitar 3 sendok (15%) tiapkali akibat asites dan dari kebutuhan
makan. Makan 3x/hari. perut terasa penuh) tubuh
Pasien mengatakan perutnya cepat
penuh jika diisi makanan.
Pasien mengatakan belum BAB sejak
dirawat di RS (1 hari)
Pasien mengatakan merasa lebih
kurus. BB sebelum sakit : 54 Kg
DO:
Pasien terlihat tidak nafsu makan.
Pasien terlihat menahan sakit dan
memegangi perut saat makan.
BB pasien di rumah sakit : 48 Kg
21
III. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Nyeri b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam Pain Management
injuri biologis diharapkan nyeri yang dirasakan pasien berkurang - Lakukan pengkajian nyeri - Memberikan informasi
(hepatomegali, dengan kriteria hasil: secara komprehensif untuk membantu dalam
asites) termasuk lokasi, menentukan
Pain Level, karakteristik, durasi, pilihan/keefektifan
Pain control, frekuensi, kualitas dan intervensi.
Comfort level faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal - Bahasa tubuh/petunjuk
Kriteria Hasil : dari ketidaknyamanan non-verbal dapat secara
Tujuan psikologis dan fisiologik
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 dan dapat digunakan
1. Mampu mengontrol nyeri 3 v pada hubungan petunjuk
(tahu penyebab nyeri, verbal untuk mengiden-
mampu menggunakan tifikasi luas / beratnya
teknik nonfarmakologi masalah
untuk mengurangi nyeri, - Kaji kultur yang - Dapat menunjukkan,
mencari bantuan) mempengaruhi respon dengan tepat pencetus
2. Melaporkan bahwa nyeri 3 v nyeri atau faktor pemberat
berkurang dengan (seperti kejadian stress,
menggunakan tidak toleran terhadap
manajemen nyeri makanan) atau
3. Mampu mengenali nyeri 4 v mengidentifikasi
(skala, intensitas, terjadinya komplikasi.
frekuensi dan tanda - Evaluasi pengalaman nyeri - Menunjukkan batas
nyeri) masa lampau ambang nyeri yang biasa
4. Menyatakan rasa 3 v dirasakan, sebagai
nyaman setelah nyeri informasi untuk menen-
berkurang tukan intervensi
22
5. Tanda vital dalam 4 v - Kontrol lingkungan yang - Dapat membantu memi-
rentang normal dapat mempengaruhi nyeri nimalkannyeri yang
seperti suhu ruangan, dirasakan pasien
pencahayaan dan
Keterangan : kebisingan
1. Keluhan ekstrim - Kurangi faktor presipitasi
2. Keluhan berat nyeri
3. Keluhan sedang - Pilih dan lakukan - Penanganan non-
4. Keluhan ringan penanganan nyeri farmakologi yang dapat
5. Tidak ada keluhan (farmakologi, non diaplikasikan pada skala
farmakologi dan inter nyeri 1-5 (skala 0-10)
personal) dan dilengkapi atau
- Ajarkan tentang teknik non terapi ialah nafas dalam,
farmakologi kompres hangat/kompres
- Berikan analgetik untuk dingin. Terapi farma-
mengurangi nyeri kologi dengan pemberian
analgesik (ketorolac, dll)
- Evaluasi keefektifan - Dievaluasi dengan
kontrol nyeri pengkajian nyeri
(PQRST) kembali pada
pasien setelah diberikan
terapi baik farmakologi
maupun nonfarmakologi
- Tingkatkan istirahat - Membantu mengurangin
intersitas dan kualitas
nyeri pasien
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, - Memberikan informasi
karakteristik, kualitas, dan untuk membantu dalam
derajat nyeri sebelum menentukan
pemberian obat pilihan/keefektifan
intervensi.
23
- Cek instruksi dokter - Memastikan 5 benar
tentang jenis obat, dosis, pemberian obat (benar
dan frekuensi pasien, obat, dosis, rute,
waktu)
- Cek riwayat alergi - Dapat diketahui dengan
melakukan skin test
(injeksi) atau
menanyakan riwayat
alergi obat pada pasien
untuk menghindari
resiko terjadinya alergi,
ketika obat sudah
diberikan.
- Tentukan pilihan analgesik - Kolaborasikan dengan
tergantung tipe dan dokter analgesik yang
beratnya nyeri sesuai dengan pasien
setelah pengkajian nyeri
- Monitor vital sign sebelum - Nyeri mempengaruhi
dan sesudah pemberian perubahan vital sign,
analgesik pertama kali yaitu peningkatan
tekanan darah dan RR,
kadang jika menyebab-
kan meningkatnya suhu
tubuh (apabila nyeri
dikarenakan oleh
inflamasi)
- Mengetahui hasil pembe-
- Evaluasi efektivitas rian obat berupa penu-
analgesik, tanda dan gejala runan skala nyeri, berku-
(efek samping) rangnya laporan nyeri
dan tidak adanya reaksi
alergi.
24
2. Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nutrition Management
an nutrisi kurang nutrisi pasien seimbangdengan kriteria hasil : - Kaji adanya penurunan - Mengindikasikan
dari kebutuhan berat badan kekurangan nutrisi
tubuh b.d faktor Nutritional Status : food and fluid intake - Kaji adanya alergi makanan - Meminimalkan
biologis (Nyeri Nutritional Status : nutrient terjadinya reaksi alergi
abdomen akibat Tujuan - Kolaborasi dengan ahli gizi - Makanan tinggi kalori
No Indikator Awal
asites, perut terasa 1 2 3 4 5 untuk menentukan jumlah dibutuhkan pada
penuh) 1. Intake zat gizi 3 v kalori dan nutrisi yang kebanyakan pasien yang
(nutrien) dibutuhkan pasien. masukannya dibatasi,
2. Intake 3 v karbohidrat memberikan
makanan dan energi siap pakai. Lemak
cairan diserap dengan buruk
3. Energi 3 v karena disfungsi hati dan
4 Berat badan 3 v mungkin memperberat
ketidaknyamanan
Keterangan : abdomen. Protein
1 = Tidak adekuat diperlukan pada
2 = Ringan perbaikan kadar protein
3 = Sedang serum untuk menurunkan
4 = Kuat edema dan meningkatkan
5 = Adekuat total regenerasi sel hati.
- Berikan makanan yang - Meningkatkan daya
terpilih (sudah dikonsul- tahan tubuh terhadap
tasikan dengan ahli gizi) penyakit
- Monitor jumlah nutrisi dan - Nutrisi yang seimbang
kandungan kalori menghindari terjadinya
infeksi
- Berikan informasi tentang - Meningkatkan penge-
kebutuhan nutrisi tahuan pasien mengenai
makanan yang dibutuh-
kan dirinya
- Kaji kemampuan pasien - Mengetahui adanya
25
untuk mendapatkan nutrisi tanda malnutrisi
yang dibutuhkan
- Kolaborasikan pemberian - Pasien biasanya
obat sesuai indikasi : kekurangan vitamin
Tambahan vitamin, tiamin, karena diet yang buruk
besi, asam folat, sebelumnya. Juga hati
penetralisir asam lambung yang rusak tidak dapat
menyimpan vitamin A, B
komplek, D dan K. juga
dapat terjadi kekurangan
besi dan asam folat yang
menimbulkan anemia.
Nutrition Monitoring
- Kaji kemampuan makan - Mengetahui adanya
pasien tanda malnutrisi
- Monitor tipe dan jumlah - Mengurangi selera makan
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor kulit kering dan - Kulit kering, turgor kulit
perubahan pigmentasi yang jelek, rambut yang
- Monitor turgor kulit mudah patah
- Monitor mual dan muntah mengidikasikan tanda
malnutrisi
- Monitor kadar glukosa - Glukosa menurun karena
serum, albumin, total gangguan glikogenesis,
protein, amonia penurunan simpanan
glikogen atau masukan
yang tidak adekuat.
Protein menurun karena
gangguan metabolisme,
penurunan sintesis
26
hepatik atau kehilangan
ke rongga peritoneal
(asites). Peningkatan
kadarammonia perlu
pembatasan masukan
protein untuk mencegah
komplikasi serius.
27
10, terutama dalam posisi duduk
(skala 0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul,
Nyeri berkurang ketika pasien dalam
posisi terlentang (tiduran).
2 - Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau - Pasien mengatakan termasuk orang yang
tidak mudah mengeluh nyeri, namun
sekalinya merasa nyeri adalah sakit yang
hebat.
- Mengkaji kemampuan pasien untuk - Pasien mengatakan kurang nafsu makan,.
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Makan sedikit maksimal 3 sendok sekali
makan, makan 3x sehari.Minum air putih
3 gelas/hari jenis air putih, hanya pada
saat makan dan ingin minum obat.
(240cc/gelas = 720 cc/hari)
- Mengkaji adanya penurunan berat badan - Pasien mengatakan berat badan sebelum
sakit 54 Kg, setelah sakit 48 Kg. Selama
sakit, pasien mengalami penurunan berat
badan sebanyak 6 kg (12,5%)
- Mengkaji adanya alergi makanan - Pasien tidak memiliki alergi makanan
- Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa - Aktivitas pasien terbatas di sekitar tempat
dilakukan tidur dan kamar inapnya. Pasien mampu
melakukan perawatan mandiri selain
mandi, toileting dan berpakaian yang masih
harus dibantu orang lain
- Memonitor kulit kering dan perubahan - Kulit pasien kering, tidak terdapat
pigmentasi perubahan pigmentasi, turgor kulit jelek
- Memonitor turgor kulit dan kasar pada telapak tangan dan kaki
- Memonitor mual dan muntah - Pasien tidak merasakan mual dan muntah
- Memonitor kadar glukosa serum, albumin, total - Glukosa: 146 mg/dl = tinggi (75-115
protein, amonia mg/dl), Total Protein: 5,76 g/dl = rendah
(6,6-8,7 g/dl), Albumin: 3,51 g/dl = normal
28
(3,46-4,8 g/dl)
- Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk - Pasien mendapatkan makanan lunak
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
dibutuhkan pasien. protein)
- Menentukan pilihan analgesik tergantung tipe - Analgesik : Ketorolac (30mg/ml/ampul),
dan beratnya nyeri 2x1
- Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat,
18.00 2 dosis, dan frekuensi
- Mengecek riwayat alergi - Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
alergi dengan obat analgesik injeksi
20.00 2 sebelumnya.
- Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
21.00 1 dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
- Mengkolaborasikan pemberian vitamin dan - Injeksi Ranitidin (50mg) , Tablet Curcuma
penetralisir asam lambung (5mg), Tablet Ulsidex (2mg)
- Mengkolaborasikan pemberian analgesik - Injeksi Ketorolac (30mg)
- Mengevaluasi efektivitas analgesik, tanda dan - Pasien tidak mengalami reaksi alergi
gejala (efek samping) (kemerahan/gatal)
Skala Nyeri setelah pemberian analgesik : 4
2 Minggu/ 05.00 1 - Memonitor tanda-tanda vital - TD : 100/80 mmHg
12-10-14 Nadi : 70 kali/menit
Suhu : 36oC
RR : 22x/menit
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif - Pengkajian Nyeri:
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P: Perut yang membesar
kualitas dan faktor presipitasi Q: Nyeri dirasakan seperti tertekan
R: Seluruh bagian perut (4 kuadran
abdomen)
S: Skala nyeri : 4 (skala 0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri
berkurang ketika pasien dalam posisi
29
terlentang (tiduran)
- Mengajarkan tentang teknik non farmakologi - Setelah diberikan informasi, pasien sudah
mengatasi nyeri bisa mempraktekkan teknik nafas dalam
ketika merasakan nyeri pada perutnya dan
mengetahui teknik untuk mengurangi nyeri
lainnya seperti kompres hangat.
06.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
- Mengkolaborasikan pemberian vitamin dan - Tablet Curcuma (5mg), Tablet Ulsidex
penetralisir asam lambung (2mg)
09.00 1,2 - Mengkolaborasikan pemberian analgesik - Injeksi Ketorolac (30mg)
- Mengkolaborasikan pemberian penetralisir asam - Injeksi Ranitidin (50mg)
lambung
10.00 1 - Mengontrol lingkungan yang dapat - Ruangan pasien cukup panas, tidak
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, terdapat udara masuk dari luar. Pasien
pencahayaan dan kebisingan mengatakan udaranya sangat panas
sehingga terasa terganggu. Menganjurkan
pasien menggunkan kipas, atau
menggunakan kipas angin yang tersedia.
- Mengurangi faktor presipitasi nyeri - Pasien mengatakan duduk hanya untuk
beberapa waktu agar tubuhnya tidak kaku
hanya berbaring.
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri - Skala nyeri : 3
12.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
13.00 2 - Mengkolaborasikan pemberian vitamin dan - Tablet Curcuma (5mg), Tablet Ulsidex
penetralisir asam lambung (2mg)
18.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
30
21.00 1,2 - Mengkolaborasikan pemberian vitamin dan - Injeksi Ranitidin (50mg) , Tablet Curcuma
penetralisir asam lambung (5mg), Tablet Ulsidex (2mg)
- Mengkolaborasikan pemberian analgesik - Injeksi Ketorolac (30mg)
- Mengevaluasi efektivitas analges - Skala Nyeri : 2
3. Senin/ 05.00 1 - Memonitor tanda-tanda vital - TD : 100/70 mmHg
13-10-14 Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,2 oC
RR : 20x/menit
06.00 1 - Melakukan pengkajian skala nyeri - Skala nyeri : 2 (skala 0-10)
2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
- Mengkolaborasikan pemberian obat anti protein, rendah lemak)
konstipasi - Syr Lactulax (3.335g/5ml dalam 60ml)1sdt
- Mengkolaborasikan pemberian penetralisir asam (5ml); pasien mengatakan sudah 3 hari
lambung belum BAB, sejak dirawat di rumah sakit.
- Injeksi Ranitidin (50mg)
12.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
13.00 2 - Mengkolaborasikan pemberian obat anti - Syr Lactulax (3.335g/5ml dalam 60ml)
konstipasi 1sdt (5ml)
- Mengkolaborasikan pemberian penetralisir asam - Injeksi Ranitidin (50mg)
lambung
18.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
21.00 2 - Mengkolaborasikan pemberian obat anti - Syr Lactulax (3.335g/5ml dalam 60ml)
konstipasi 1sdt (5ml)
- Mengkolaborasikan pemberian penetralisir asam - Injeksi Ranitidin (50mg)
lambung
31