Anda di halaman 1dari 34

Serosis Hepatis

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 1 ( Askep Sistem


Pencernaan )
Dosen pengampu :Ns Alwan Revai, S.Kep M.Kep

Oleh Kelompok 5:

Ikram Hermawan ( 17037141008 )


Intan Putri Defianti ( 17037141011 )
Siti Halimatus (1703714
Wahyu Romadhania ( 17037141046 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas


limpahan rahmat serta Karunia-Nya semata sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesikan dengan baik .Tugas ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KMB 1 ( askep sistem pencernaan ) dalam keperawatan dengan baik. Tugas ini di
susun untuk memehuhi tugas mata kuliah KMB 1 ( askep sistem pencernaan )
yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di Program Studi D III Keperawatan
Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan sepihak dari semua pihak,makalah ini
akan mengalami banyak hambatan. Oleh karena itu tidak berlebihan penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Yuana Dwi Agustin,SKM, M. Kes ,sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso
2. Ns Alwan Revai, S.Kep M.Kep,sebagai dosen pengampu
penulisan makalah ini.
3. Semua pihakyang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk perbaikan langkah selanjutnya.

Bondowoso, 21 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 3
1.3.1 Secara Umum ................................................................................. 3
1.3.2 Secara Khusus ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 4
2.1 Definisi ...................................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi .............................................................................................. 5
2.3 Etiologi ....................................................................................................... 6
2.4 Patofisiologi ............................................................................................................................................................... 6
2.5 WOC Sirosis Hepatis ................................................................................. 7
2.6 Klasifikasi .................................................................................................. 8
2.7 Gejala Klinis............................................................................................... 8
2.8 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................. 9
2.9 Prognosis .................................................................................................... 9
2.10 Therapy .................................................................................................... 10
2.11 Penatalaksanaan ....................................................................................... 11
2.12 Asuhan Keperawatan pada pasien sirosis hepatis .................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 32
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 32
3.2 Saran ........................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang tidak diketahui


penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan
stadium akhir daripenyakit hati kronis. Di Negara maju, hepatitis C kronis
dan konsumsi alkohol yangberlebihan merupakan penyebab paling umum
dari sirosis. Secara lengkap, sirosis ditandai dengan fibrosis jaringan dan
konversi hati yang normal menjadi nodul struktural yang abnormal.
Akibatnya, bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya
penekanan pada pembulu darah dan terganggunya aliran darah vena porta
yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal (Pinzani et al., 2011).

Penyebab munculnya sirosis hepatis di negara barat akibat alkoholik


sedangkan di Indonesia kebanyakan disebabkan akibat hepatitis B atau C.
Patogenesis sirosis hepatis menurut penelitian terakhir memperlihatkan
adanya peranan sel stelata dalam mengatur keseimbangan pembentukan
matriks ekstraselular dan proses degradasi, di mana jika terpapar faktor
tertentu yang berlangsung secara terus menerus, maka sel stelata akan
menjadi sel yang membentuk kolagen. Terapi sirosis ditujukan untuk
mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa
menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi.
Walaupun sampai saat ini belum ada bukti bahwa penyakit sirosis hati
reversibel, tetapi dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini,
diharapkan dapat memperpanjang status kompensasi dalam jangka panjang
dan mencegah timbulnya komplikasi (Riley et al., 2009).

Berdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab


kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin
meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat sirosis hati. Data WHO
(2008) menunjukkan pada tahun 2006 sekitar 170 juta umat manusia
menderita sirosis hepatis. Angka ini meliputi sekitar3% dari seluruh populasi

1
manusia di dunia dan setiap tahunnya infeksi baru sirosis hepatis bertambah
3-4 juta. The Journal for Nurse Practitionersmengatakan bahwa diAmerika
Serikat, penyakit hati kronis adalah penyebab kematian ke dua belas. Sekitar
5,5 juta orang di Amerika Serikat memiliki sirosis.

Menurut Hadi (2008) di Indonesia, kasus sirosis lebih banyak


ditemukan padakaum laki-laki dibandingkan kaum wanita dengan
perbandingan 2-4:1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan 30-59
tahun dengan puncaknya sekitar 40-49 tahun. Sirosis hati dijumpai di seluruh
negara termasuk Indonesia. Sirosis hati dengan komplikasinya merupakan
masalah kesehatan yang masih sulit di atasi di Indonesia danmengancam jiwa
manusia. Hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka kesakitan dan
kematian akibat sirosis hati di Indonesia. Data WHO menunjukkan bahwaada
tahun 2004 di Indonesia Age Standarized Death Rates (ASDR) sirosis hati
mencapai 13,9 per 100.000 penduduk. Di Indonesia pada tahun 2004 terdapat
9.441 penderita sirosis hati dengan proporsi 0,4% dan Proportionate Mortality
Rate (PMR) 1,2%.Diperkirakanprevalensi sirosis hati di Indonesia adalah
3,5% dari seluruh proporsi pasien penyakit dalam atau rata-rata proporsi
47,4% dari seluruh penyakithati yang dirawat. Penderita sirosis hati lebih
banyak dijumpai pada kaum laki-laki dibandingkan dengan kaum wanita
(Runyon, 2009).

Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini dalam suatu
asuhan keperawatan yang berjudul “asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan:serosis hepatis”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah makalah ini antara lain:
1. Apa definisi serosis hepatis?
2. Apa epidemiologi serosis hepatis?
3. Apa saja etiologi serosis hepatis?
4. Apa saja faktor predisposisi serosis hepatis?
5. Bagaimana patofisiologi serosis hepatis
6. Bagaimana patofisiologi serosis hepatis?

2
7. Bagaimana klasifikasi serosis hepatis?
8. Bagaimana gejala klinis serosis hepatis?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik serosis hepatis?
10. Bagaimana prognosis serosis hepatis?
11. Bagaimana therapy serosis hepatis?
12. Bagaimana penatalaksanaan serosis hepatis?
13. Bagaimana asuhan keperawatan kepada klien dengan serosis hepatis?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Secara umum
1. Memahami tentang asuhan keperawatan penyakit dengan pneumonia
1.3.2 Secara khusus
1. Menjelaskan definisi serosis hepatis
2. Menjelaskan epidemiologi serosis hepatis
3. Menjelaskan etiologi serosis hepatis
4. Menyebutkan faktor predisposisi serosis hepatis
5. Menjelaskan patofisiologi serosis hepatis
6. Menjelaskan WOC serosis hepatis
7. Menjelaskan klasifikasi serosis hepatis
8. Menjelaskan gejala klinis serosis hepatis
9. Menjelaskan pemeriksaan diagnnostik serosis hepatis
10. Menjelaskan prognosis serosis hepatis
11. Menjelaskan therapy serosis hepatis
12. Menjelaskan penatalaksanaa serosis hepatis
13.Menjelaskan asuhan keperawatan kepada klien dengan serosis
hepatis

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan
fibrosis hepar yang mengakibatkan distrosi struktur hepar dan hilangnya
sebagian besar fungsi hepar.Perubahan besar yang terjadi karena sirosis
adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast),
regenerasi sel dan jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal
(Baradero, 2008).Menurut Black (2014) sirosis hati adalah penyakit kronis
progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan pembentukan
nodul.Sirosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan metabolism
hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit, duktus
empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler.
Aru, (2009) menjelaskan sirosis adalah suatu keadaan yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif
yang ditandai dengan distrosi dari arsitektur hepar dan pembentukan
nodulus regenerative (dikutip oleh Nurarif & Kusuma, 2015).Berdasarkan
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah penyakit
hati kronis yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi hepar yang
ditandai oleh pembentukan nodul regeneratif.
Sering kali ada kolerasi yang buruk antara temuan histologist dan
gambaran klinis. Beberapa Pasien dengan sirosis sama sekali asimtomatik
dan memiliki harapan hidup cukup normal. Individu lain memiliki banyak
gejala yang paling parah dan stadium akhir penyakit hati dan memiliki
kesempatan terbatas untuk bertahan hidup. Tanda-tanda dan gejala
umumnya mungkin bersumber pada penurunan fungsi sintetis hepatic
(misalnya koagulopati), menurunnya kemampuan detoksifikasi hati
(misalnya: hepatic ensefaloati), atau hipertensi portal (misalnya: pendarahan
varises).

4
2.2. Epidemiologi
Price dan Wilson (1995) menyebutkan 50% sirosis hepatis disebabkan
oleh alcohol, tetapi menurut Wolf (2008), saat ini hepatitis C telah muncul
sebagai penyebab utama terjadinya hepatitis kronis dan sirosis, khususnya
yang terjadi di Amerika Serikat.
Banyak kasus sirosis kriptogenik tampaknya dihasilkan dari penyakit hati
non alcohol berlemak (NAFLD).Ketika kasus sirosis kriptogenik diperiksa,
banyk pasien memiliki satu atau lebih dari faktor risiko klasik untuk
NAFLD. sekitar 2-3% dari penduduk Amerika Serikat mengalami non-
alkoholik dteatohepatis (NASH), dimana penumpukan lemak di hepatosit
diperumit oleh peradangan dan fribrosis hati. Diperkirakan bahwa 10% dari
psien dengan NASH pada akhirnya akan mengembangkan sirosis (Lewis,
2000).
Penyakit hati kronis dan sirosis mengakibatkan sekitar 35.000 kematian
setiap tahun di Amerika Serikat. Sirosis adalah Sembilan penyebab
kematian utama di Amerika Serikat dan bertanggung jawab atas 1,2% dari
semua kematian Amerika Serikat. Banyak pasien meninggal akibat penyakit
dalam decade kelima atau keenam kehidupan.Setiap tahun, 2000 kematian
tambahan diberikan ke kegagalan hepatic fulmian (FHF). FHF dapat
disebakan oleh virus hepatitis (misalnya: hepatitis A dab B), obat-obatan
(misalnya: asetaminofen), Toksin (Amanita phaloides), hepatitis autoimun,
penyakit Wilson, dan berbagai etiologi lainnya. Pasien denga sindrom FHF
memiliki angka kematian 50-80% kecuali mereka yang diselamatkan oleh
transplantasi hati (Wolf, 2008).Secara keseluruhan insidensi sirosis di
Amerika Serikat diperkirakan 360 per 100.000 penduduk.Di Indonesia data
prevalensi sirosis hati belum ada, hanya ada laporan dari beberapa pusat
pendidikan saja. Di RS Sardjito Yogyakarta, jumlah pasien sirosis hati
berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam
kurun waktu 1 tahun (2004) (tidak dipublikasi). Di Medan dalam kurun
waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari
seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.

5
2.3. Etiologi
Black (2014) berpendapat, penyebab sirosis belum teridentifikasi jelas,
meskipun hubungan antara sirosis dengan minum alkohol berlebihan telah
ditetapkan dengan baik.Negara-negara dengan insiden sirosis tertinggi
memiliki konsumsi alkohol per kapita terbesar.Kecenderungan keluarga
dengan predisposisi genetik, juga hipersensivitas terhadap alkohol, tampak
pada sirosis alkoholik.

2.4. Patofisiologi
Sirosis adalah tahap akhir pada banyak tipe cidera hati.Sirosis hati
biasanya memiliki konsistensi noduler, dengan berkas fibrosis (jaringan
parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi.Terdapat kerusakan luas
hepatosit.Perubahan bentuk hati mengubah aliran 5 system vascular dan
limfatik serta jalur duktus empedu.Periode eksaserbasi ditandai dengan
statis empedu, endapan jaundis (Black & Hawks, 2014).
Hipertensi vena poerta berkembang pada sirosis berat.Vena porta
menerima darah dari usus dan limpa. Jadi peningkatan didalam tekanan
vena porta menyebabkan :
1. Aliran balik meningkat pada tekanan resistan dan pelebaran vena
esofagus, umbilicus,dan vena rektus superior, yang mengakibatkan
perdarahan varises.
2. Asites (akibat pergeseran hidrostastik atau osmotic mengarah pada
akumulasi cairan didalam peritoneum)
3. Bersihan sampah metabolic protein tidak tuntas dengan akibat
meningkatnya ammonia, selanjutnya mengarah kepada ensefalopati
hepatikum.
Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau
penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari
ensefalopati hepatikum, infeksi bakteri (gram negative), peritonitis
(bakteri), hepatoma (tumor hati), atau komplikasi hipertensi porta (Black
& Hawks, 2014).

6
2.5. WOC Sirosis Hepatis

Sirosis Hepatitis

Kelainan jaringan Fungsi Hati Inflamasi akut


perenkim hati Terganggu

Kecemasan Nyeri
klien
Kronis

Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


Hipertensi
metabolisme metabolisme metabolisme metabolisme pembentu
portal
billrubin protein vitamin zat besi kan
empedu

Asites Bilirubin tak Asam amino Sintesis Gangguan asam


terkonjugasi relatif vitamin A, B folat Lemak tidak
(albumin, complex B12 dapat
Ekspansi globulin) melalui hati diemulsikan
paru menurun dan tidak
terganggu Feses Ikterik Urin dapat diserap
pucat gelap oleh usus
Gangguan Penurunan halus
Pola nafas sintesis vit. K produksi sel
Gangguan Gangguan
tidak darah merah
body image nutrisi
efektif Peningkatan
kurang dari
peristaltik
Penumpukan kebutuhan
garam empedu - Faktor Anemia
dibawah kulit pembekuandarah
terganggu Diare
- Sintesis Kelemahan
prosumbertergangg
Pruritus Gangguan
u
keseimbangan
Intoleransi cairan dan
Resti aktifitas elektrolit
Resti
kerusakan perdarahan
integritas
kulit

7
2.6. Klasifikasi
Rubenstein, Wayne, dan Bradley (2007) membagi sirosis hepatis dalam
beberapa klasifikasi, yaitu:
1. Mikronodular (sirosis portal) ditandai oleh pita fibrotik tebal teratur yang
menghubungkan pembuluh portal dengan vena hepatika, dan disertai
nodul-nodul regenerative kecil. Hati pada awalnya membesar dengan tepi
rata namun akhirnya mengerut akibat fibrosis progresif. Seringkali
disebabkan oleh alkohol.
2. Makronodular (sirosis pascanekrotik) lebih jarang ditemukan dan
ditandai oleh pita fibrosis yang kasar dan tidak teratur dan hialngnya
arsitektur normal serta nodul regenerative yang besar. Jenis ini diyakini
biasanya terjadi setelah hepatitis virus disertai nekrosis yang luas. Hati
membesar dan bentuknya tidak sangat teratur akibat besarnya nodul.
3. Sirosis billiaris lebih jarang dan ditandai oleh fibrosis disekitar duktus
intrahepatik yang melebar. Bisa terjadi setelah kolangitis kronis dan
obstruksi bilier, atau idiopatik (primer).
4. Sirosis biliaris primer terjadi kerusakan progresif pada duktus biliaris
intrahepatik. Terutama (90%) mengenai wanita antara 40- 60tahun, dan
keluhan utamanya berupa tanda-tanda koleastatis: pruritus, ikterus,
disertai tinja pucat, urin gelap, dan steatorea, pigmentasi, dan xantelasma.

2.7. Gejala Klinis


1. Keluhan pasien Biasanya pasien mengeluh pruritis, urin berwarna gelap,
ukuran lingkar pinggang meningkat, turunnya selera makan dan turunnya
berat badan, ikterus (kuning pada kulit dan mata) muncul belakangan 2.
Tanda Klasik: 7 Tanda klasik yang sering dijumpai antara lain : telapak
tangan merah, pelebaran pembuluh darah, ginekomastia bukan tanda
yang spesifik, peningkatan waktu yang protombin adalah tanda yang
lebih khas, ensefalopi hepatis dengan hepatis fulminan akut dapat terjadi
dalam waktu singkat dan pasien akan merasa mengantuk, delirium,
kejang, dan koma dalam waktu 24 jam, onset enselopati hepatis dengan

8
gagal hati kronik lebih lambat dan lemah (Elin, 2009 dikutip oleh Nurarif
& Kusuma, 2015).

2.8. Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan Darah
a. Biasanya menjumpai anemia, leukopeni, trombositopeni, dan waktu
protombin memanjang.
b. Tes faal hati. Untuk memeriksa apakah hati berfungsi normal.
Temuan laboratorium bisa normal dalam serosis.
c. USG. Untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan
hati.
2. CT Scan
Diperlukan untuk mengidentifikasi adanya kondisi komplikasi sirosis
hepatis dampak dari peningkatan tekanan vena portal, seperti varises
esophagus.
3. Paracentesis
a. Paracentesis asites adalah penting dalam menetukan pakah asites
disebabkan oleh hipertensi portal atau proses lain.
b. Untuk menyingkirkan infeksi dan keganasan.
4. Biopsi Hati
Untuk mengidentifikasi fibrosis dan jaringan parut.biopsy merupak tes
diagnosis yang paling dipercaya dalam menegakkan diagnosis sirosis
hepatis.

2.9. Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengruhi oleh sejumlah faktor,
meliputi etiologi, berat kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang
menyertai.
Klasifikasi child pugh, juga untuk menilai prognosis pasien sirosis yang
akan menjalani operasi, fariabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin,
ada tidaknya asitesdan enselopati juga status nutrisi. Klasifikasi ini

9
berkaitan dengan kelangsungan hidup, dengan angka kelangsugan hidup
berturut-turut 100, 80, dan 45%.
Penilaian prognosis yang terbaru adalah Model for End Stage Liver
Disease (MELD) digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan
transplantai hati.
1. Komplikasi
a. Kongestif Splenomegali
b. Perdarahan varises
c. Kegagalan hepatoseluler
d. Hepatoma/ Hepatocellular carcinoma (HCC)
e. Peritonitis bacterial spontan
f. Sindrom hepatorenal
g. Sindrom hepatopulmonal

2.10. Therapy
1. Jika tidak ada koma diberikan diet yang mengandung protein 1g/Kg BB
dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari.
2. Hentikan penggunaan alcohol dan bahan toksisk lain yang mencederai
hati.
3. Serosis Kompensata : asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal yang
menghambat kolagenik.
4. Hepatitis autoimun : steroid atau imunosupresif.
5. Hemokromatosis flebomi : steroid atau imunosupresif setiap minggu
sampai konsentrasi besi normal dan diulang sesuai kebutuhan.
6. Penyakit nonalkoholik : menurunkan berat badan untuk mencegah
serosis.
7. Hepatitis B : interferon alfa dan lamifudin (analog nukleosida) sebagai
terapi utama.
8. Hepatitis C kronik : kombinasi interferon dengan ribavirin (terapi
standar).

10
9. Fibrosis hati : antifobrotik mengarah kepada peradangan, interveron ,
obat herbal, Metotreksat dan vit. A, serta kolkisin masih dalam proses
penelitian.
10. Sirosis Dekompensata:
a. Asites : tirah baring, diet rendah garam, dan obat diuretik
(spinorolakton, furosemid), dan parasentesis untuk asites besar.
b. Enselopati epatik : laktulosa, neomisin, protein dikurangi sampai
0,5/Kg BB/ hari (asam amino rantai cabang).
c. Varises Esofagus : penyekat beta (propanolol), oktreotid, tindakan
skleroterapi, antibiotika pada peritonitis bacterial, dan transplantasi
hati.

2.11. Penatalaksanaan
1. Therapy Asites
a. Pembatasan Na. terapi ini disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
b. Diuretik. Spironolactone (aldactone) menghambat reseptor aldosteron
di tubulus distal. Pasien harus dilakukan pemantauan elektrolit.
c. Infus Albumin dapat melindungi terhadap perkembangan gagal ginjal.
d. Paracentesis
e. Pasien dengan asites besar mungkin perlu menjalani paracentesis
volume besar untuk menurunkan keluhan abdominal, anoreksia, atau
dispnea. Prosedur juga dapat membantu mengurangi risiko ruptur
hernia umbilikalis.

11
2.12. Asuhan Keperawatan Kepada Klien Dengan Sirosis Hepatis

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. SS
Umur : 56 th
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kebasen Rt. 04 Rw. 04, Banyumas
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Diagnosa Medis : Ascites, susp. Sirosis Hepatis
Nomor RM : 717917
Masuk RS : 11/10/2014

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada perutnya yang membesar.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan perutnya sakit, karena terus membesar dan terasa
keras.Perut mudah terasa penuh dan bega apabila pasien makan,
sehingga pasien hanya bisa makan sedikit-sedikit.Nyeri dirasakan
akibat perut yang membesar dan mengeras, dirasakan hilang timbul di
seluruh bagian perut (4 kuadran abdomen) dengan nyeri tekan.Nyeri
dirasakan bertambah saat pasien duduk dan berkurang ketika tiduran
(terlentang/supinasi), skala nyeri (0-10) saat pengkajian (dalam posisi
duduk) 5, namun pasien mengatakan pernah merasa sakit hingga skala
10, terutama pada posisi duduk.Perut dirasakan membesar oleh pasien
sejak awal bulan September, pernah dirawat di puskesmas dan RS
Margono tanpa ada perubahan hingga sekarang dirawat di RSUD
Banyumas.

12
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pertama kali dirawat di Puskesmas rawat inap Kebasen pda
tanggal 18 September 2014 dengan keluhan sakit pada bagian perut
dan terasa membesar.Dirawat di puskesmas selama 4 hari, selanjutnya
dirujuk ke RS Margono dengan diagnosis Hepatitis dengan
hepatomegali dan dirawat selama 4 hari.Sebelumnya pasien tidak
memiliki riwayat penyakit berat dan penyakit menular lainnya seperti
Hipertensi, Diabetes, TB, dll.
4. Riwayat Keluarga
Di dalam keluarga pasien, tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien atau penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes, dll.
5. Diagnosa medik pada saat pasien masuk rumah sakit (MRS),
pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukan, mulai dari
pasien masuk rumah sakit, sampai diambil kasus kelolaan. Masalah atau
Dx medis pada saat MRS yaitu dari asites sampai ke suspek sirosis
hepatis.

C. Pengkajian Pola Fungsional


1. Pemeliharaan kesehatan
Keluarga pasien mengatakan tidak tahu penyakit pasien, namun sigap
dengan perubahan kesehatan pasien. Padasaat pasien mengeluh
perutnya terasa sakit dan mulai membesar, keluarga langsung
membawa pasien berobat ke puskesmas hingga ke rumah sakit
(Margoono dan Banyumas).
2. Nutrisi – pola metabolik
Sebelum sakit : Sebulan sebelum mulai dirawat di puskesmas hingga
rumah sakit:
Makan: nasi, lauk pauk, sayur, porsi habis, 3x/hari
Minum: 4-5 gelas/hari, jenis air putih. (240cc/gelas =
960-1200 cc/hari)
Selama sakit : Sejak sebulan yang lalu:

13
Makan:
- Rumah : Nasi, lauk, porsi sedikit. makan 2x/hari.
- RS : Nasi Lembek dengan Diet Hati ± 3 sendok
sekali makan. Makan 3x/hari.
Minum: 3 gelas/hari jenis air putih, hanya pada saat
makan dan ingin minum obat. (240cc/gelas = 720
cc/hari)
3. Pola eliminasi
a. Pola defekasi
Sebelum sakit : BAB minimal 1x/hari konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas.
Selama sakit : Belum BAB hingga pukul 15.00 saat pengkajian (1
hari di rumah sakit)
b. Pola eliminasi urin
Sebelum sakit : BAK 5-7x/hari dengan frekuensi banyak, warna
kuning, jernih dan bau khas.(Sekali BAK ± 200 cc,
1000-1400 cc/hari)
Selama sakit : BAK 3-5x/hari dengan frekuensi banyak, warna
kuning, jernih dan bau khas. (Sekali BAK ± 200 cc,
600-1000 cc/hari)
4. Aktifitas-pola latihan
Sebelum sakit : Kemampuan perawatan diri Pasien baik, dilakukan secara
mandiri baik dalam makan/minum, toileting, berpakaian
dan mobilitas fisik dengan bantuan tongkat.
Selama sakit : Kemampuan perawatan diri Pasien terbatas, dijelaskan
pada tabel
Kemampuan dlm perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √

14
Keterangan :
0 : mandiri, 1: dengan alat, 2 : dibantu orang lain, 3 : di bantu orang
lain dan alat, 4 : tergantung total.
5. Pola kognitif dan sensori
Kognitif:
a. Penglihatan
Penglihatan pasien masihbaik, tidak menggunakan kacamata dan
dapat
membaca tulisan dengan baik.
b. Pendengaran
Pasien masih dapat mendengar dengan baik dan jelas pada jarak
lebih dari 3 meter.
c. Pengecap
Pasien masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam
dan asin dengan baik.
d. Sensasi
Pasien masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun
nyeri.
Sensori:
Pasien berbicara dengan lancar, mengerti perkataan lawan bicara dan
merespon dengan baik.
6. Pola istirahat-tidur
Pasien sebelum dirawat tidur 7-8 jam/hari.Selama dirawat pasien tidur
4-5 jam/hari terputus-putus karena nyeri yang hilang timbul dan
terpengaruh kondisi lingkungan.
7. Pola konsep diri
a. Gambaran diri/body image
Pasien mengatakan bahwa Pasien merasa bersyukur dengan
anugrah yang Tuhan telah berikan kepadanya. Pasien merasa
gelisah karena perutnya yang membengkak dan terus merasakan
sakit.

15
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang laki-laki dan pasien merasa puas dengan
keadaannya sekarang karena ia percaya sedang dalam ujian Tuhan.
Pasien merasa bersyukur atas apa yang ia miliki walaupun
masihbelum bisa beraktivitas seperti biasa.
c. Peran
Pasien berperan sebagai seorang ayah dari kelima orang
anaknyadan kakek dari cucu-cucunya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa walaupun Pasien sudah tua, tetapi
Pasien ingin cepat sembuh agar tidak merepotkan anak-anaknya
dan dapat tetap bermanfaat dan melakukan aktivitas secara
mandiri.
e. Harga diri
Pasien tidak mempunyai harga diri rendah. Pasien tidak merasa
malu karena penyakitnya, melainkan ingin cepat sembuh.
8. Pola peran dan hubungan
Selama di rumah sakit, pasien ditunggu oleh istri dan anak-anaknya
secara bergantian. Kelima anaknya telah menikah dan mempunyai
kehidupan rumah tangga masing-masing.Pasien sangat dekat dengan
anak keempat dan kelimanya karena tinggal serumah.Setiap ada
masalah, pasien selalu menceritakan kepada mereka.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan berperan ayahdari kelima orang
anaknya.Selama pasien masih sehat, masih berhubungan seksual
dengan istrinya yang, namun dengan intensitas yang jarang.Pasien
mempunyai 5 orang anak, 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki.
10. Pola pertahanan diri/koping
Pasien dan keluarga pasien mengatakan jika pasien ada masalah selalu
bercerita kepada keluarganya.

16
11. Pola keyakinan dan nilai
Pasien beragama Islam, sebelum sakit pasien rajin beribadah. Sesudah
sakit, pasien juga rajin beribadah dengan kemampuannya.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : CM dengan GCS = E4M6V5
2. Tanda vital
a. Pernafasan: 18 x/menit
b. Nadi : 82 x/menit
c. Suhu : 36,50 C
d. Tekanan darah: 150/110 mmHg
3. Head to toe
a. Kepala :
1) Mata : Sklera tidak ikterik
2) Mulut : Membran mukosa lembab, tidak terdapat stomatitis

b. Thorax : bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada


1) Paru-paru : Tidak terdapat bunyi nafas tambahan, SD vesikuler
2) Jantung : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan, Reguler,
c. Abdomen : Terdapat asites, keras, pekak, bising usus 4x/menit,
terdapat nyeri tekan di seluruh lapang abdomen.
d. Genitalia : Laki-laki.
e. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas : Terpasang infus NaCl pada tangan kanan
Warna kuku putih, tidak terdapat clubbing
finger
Telapak tangan kasar
2) Reflek dan kekuatan motorik :
Tangan kanan Tangan kiri
(5) (5)
Kaki kanan Kaki kiri
(5) (5)

17
f. Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit jelek (keriput), kasar dan
kering. Kulit menebal dan pecah-pecah pada kedua telapak
kaki.
4. Antopometri:
a. Berat Badan
Sebelum sakit : 54 Kg
Selama sakit : 48 Kg
b. Tinggi Badan : 163 cm

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Interprestasi

Darah Lengkap :
11-10-2014
- WBC 3,70-10,1 103/uL 5,89 103/uL Normal
- NEU 1,63-6,96 % 3,48 % Normal
- LYM 1,09-2,99 % 1,40 % Normal
- MONO 0,24-0,79 % 0,495 % Normal
- EOS 0,03-0,44 % 0,420 % Tinggi
- BASO 0,00-0,08 % 0,090 % Tinggi
- RBC 4,06-5,58 106/uL 6,18 106/uL Tinggi
- HGB 12,9-15,9 gr/dl 10,8 gr/dl Rendah
- HCT 37,7-53,7 % 37,3 % Normal
- MCV 81,1-96,0 fL 60,4 fL Rendah
- MCH 27,0-31,2 pg 17,5 pg Rendah
- MCHC 31,8-35,4 gr/dL 28,9 gr/dL Rendah
- RDW 11,5-14,5 % 12,9 % Normal
- PLT 155-355 103/uL 302 103/uL Normal
- MPV 6,90-10,6 fL 4,94 fL Rendah

18
Kimia Darah
11-10-2014
- GOT 0-50 U/L 38,8 U/L Normal
- GPT 0-50 U/L 36,2 U/L Normal
- UREA UV 10-50 mg/dl 42,8 mg/dl Normal
- Kreatinin 0,8-1,4 mg/dl 0,65 mg/dl Rendah
- Natrium 135-155 mmol/l 139 mmol/l Normal
- Kalium 3,5-5,5 mmol/l 4,3 mmol/l Normal
- Klorida 94-111 mmol/l 97 mmol/l Normal
12-10-2014
- Glukosa 75-115 mg/dl 146 mg/dl Tinggi
- Total Protein 6,6-8,7 g/dl 5,76 g/dl Rendah
- Albumin 3,46-4,8 g/dl 3,51 g/dl Normal
- Globulin 0,5 g/dl 2,25 g/dl Normal
- HBs Ag NEGATIP NEGATIP Normal
- HCV NEGATIP NEGATIP Normal
Urinalisa
Phisis :
- Warna Kuning Kuning Normal
- Kejernihan Jernih Jernih Normal
- pH 4,6-8,0 5,5 Normal
- Berat Jenis 1,003-1,030 1,020 Normal
Kimia :
- Protein - + Proteinuri
- Glukosa - - Normal
- Keton - - Normal
- Bilirubin - - Normal
- Urobilinogen - - Normal
- Darah/Hb - - Normal
- Nitrit - - Normal
- Leukosit Esterase - + Normal
Sedimen : Normal

19
- Leukosit - - Normal
- Eritrosit - 0-1 /LPB
- Silinder - 0-1 /LPB
- Epitel - +
- Kristal - - Normal
- Candida - - Normal
- Trichomonas - - Normal

2. Rontgen Thorax : - Pulmo dalam batas normal


- Besar cor normal
3. USG Abdomen: - Massa paraaorta suspek lymphoma
- Hepatomegali
- Vesica fellea, lien, ren, pankreas dan v.urinaria
dalam batas normal
F. Program Terapi
Dosis tiap 11-10-2014 12-10-2014 13-10-2014
Terapi
ampul/vial Dosis Dosis Dosis
IVFD NaCl 500ml 20 tpm - -
IVFD RL 500ml - 20 tpm -
IVFD Tutofusin ops 500ml 14 tpm
IVFD Dextrose 5% 500ml - - 20 tpm
Inj Ketorolac 30mg 2x1 2x1 -
Inj Lasix 20mg 2x1 2x1 -
Inj Cefotaxime 1g - - 3x1
Inj Ranitidin 50 mg 2x1 2x1 2x1
Tab Curcuma 5 mg 3x1 3x1 -
Tab Ulsidex 2 mg 3x1 3x1 -
Syr Lactulax 60ml - - 3x1
(3.335g/5ml)

II. ANALISA DATA

Data Fokus Etiologi Masalah


DS : Agen injuri biologis Nyeri
 Pasien mengatakan perutnya (hepatomegali, asites)
membesar sejak sebulan yang lalu

20
 Pasien mengatakan nyeri pada
perutnya yang membesar
DO :
 Pengkajian Nyeri:
P: Perut yang membesar
Q: Nyeri dirasakan seperti tertekan
R: Seluruh bagian perut (4 kuadran
abdomen)
S: 5 pada saat terlentang (tiduran), 8
pada saat duduk, pernah
merasakan nyeri hebat hingga
skala 10, terutama dalam posisi
duduk (skala 0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul,
berkurang ketika pasien dalam
posisi terlentang (tiduran).
 Tanda-tanda vital :
TD : 150/110 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 18x/menit
DS : Faktor biologis Ketidakseimbang-
 Pasien mengatakan makan hanya (nyeri abdomen an nutrisi kurang
sedikit,sekitar 3 sendok (15%) tiapkali akibat asites dan dari kebutuhan
makan. Makan 3x/hari. perut terasa penuh) tubuh
 Pasien mengatakan perutnya cepat
penuh jika diisi makanan.
 Pasien mengatakan belum BAB sejak
dirawat di RS (1 hari)
 Pasien mengatakan merasa lebih
kurus. BB sebelum sakit : 54 Kg
DO:
 Pasien terlihat tidak nafsu makan.
 Pasien terlihat menahan sakit dan
memegangi perut saat makan.
 BB pasien di rumah sakit : 48 Kg

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri b.d agen injuri biologis (hepatomegali, asites)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis (Nyeri abdomen akibat asites, perut terasa penuh)

21
III. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Nyeri b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam Pain Management
injuri biologis diharapkan nyeri yang dirasakan pasien berkurang - Lakukan pengkajian nyeri - Memberikan informasi
(hepatomegali, dengan kriteria hasil: secara komprehensif untuk membantu dalam
asites) termasuk lokasi, menentukan
Pain Level, karakteristik, durasi, pilihan/keefektifan
Pain control, frekuensi, kualitas dan intervensi.
Comfort level faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal - Bahasa tubuh/petunjuk
Kriteria Hasil : dari ketidaknyamanan non-verbal dapat secara
Tujuan psikologis dan fisiologik
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 dan dapat digunakan
1. Mampu mengontrol nyeri 3 v pada hubungan petunjuk
(tahu penyebab nyeri, verbal untuk mengiden-
mampu menggunakan tifikasi luas / beratnya
teknik nonfarmakologi masalah
untuk mengurangi nyeri, - Kaji kultur yang - Dapat menunjukkan,
mencari bantuan) mempengaruhi respon dengan tepat pencetus
2. Melaporkan bahwa nyeri 3 v nyeri atau faktor pemberat
berkurang dengan (seperti kejadian stress,
menggunakan tidak toleran terhadap
manajemen nyeri makanan) atau
3. Mampu mengenali nyeri 4 v mengidentifikasi
(skala, intensitas, terjadinya komplikasi.
frekuensi dan tanda - Evaluasi pengalaman nyeri - Menunjukkan batas
nyeri) masa lampau ambang nyeri yang biasa
4. Menyatakan rasa 3 v dirasakan, sebagai
nyaman setelah nyeri informasi untuk menen-
berkurang tukan intervensi

22
5. Tanda vital dalam 4 v - Kontrol lingkungan yang - Dapat membantu memi-
rentang normal dapat mempengaruhi nyeri nimalkannyeri yang
seperti suhu ruangan, dirasakan pasien
pencahayaan dan
Keterangan : kebisingan
1. Keluhan ekstrim - Kurangi faktor presipitasi
2. Keluhan berat nyeri
3. Keluhan sedang - Pilih dan lakukan - Penanganan non-
4. Keluhan ringan penanganan nyeri farmakologi yang dapat
5. Tidak ada keluhan (farmakologi, non diaplikasikan pada skala
farmakologi dan inter nyeri 1-5 (skala 0-10)
personal) dan dilengkapi atau
- Ajarkan tentang teknik non terapi ialah nafas dalam,
farmakologi kompres hangat/kompres
- Berikan analgetik untuk dingin. Terapi farma-
mengurangi nyeri kologi dengan pemberian
analgesik (ketorolac, dll)
- Evaluasi keefektifan - Dievaluasi dengan
kontrol nyeri pengkajian nyeri
(PQRST) kembali pada
pasien setelah diberikan
terapi baik farmakologi
maupun nonfarmakologi
- Tingkatkan istirahat - Membantu mengurangin
intersitas dan kualitas
nyeri pasien
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, - Memberikan informasi
karakteristik, kualitas, dan untuk membantu dalam
derajat nyeri sebelum menentukan
pemberian obat pilihan/keefektifan
intervensi.

23
- Cek instruksi dokter - Memastikan 5 benar
tentang jenis obat, dosis, pemberian obat (benar
dan frekuensi pasien, obat, dosis, rute,
waktu)
- Cek riwayat alergi - Dapat diketahui dengan
melakukan skin test
(injeksi) atau
menanyakan riwayat
alergi obat pada pasien
untuk menghindari
resiko terjadinya alergi,
ketika obat sudah
diberikan.
- Tentukan pilihan analgesik - Kolaborasikan dengan
tergantung tipe dan dokter analgesik yang
beratnya nyeri sesuai dengan pasien
setelah pengkajian nyeri
- Monitor vital sign sebelum - Nyeri mempengaruhi
dan sesudah pemberian perubahan vital sign,
analgesik pertama kali yaitu peningkatan
tekanan darah dan RR,
kadang jika menyebab-
kan meningkatnya suhu
tubuh (apabila nyeri
dikarenakan oleh
inflamasi)
- Mengetahui hasil pembe-
- Evaluasi efektivitas rian obat berupa penu-
analgesik, tanda dan gejala runan skala nyeri, berku-
(efek samping) rangnya laporan nyeri
dan tidak adanya reaksi
alergi.

24
2. Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nutrition Management
an nutrisi kurang nutrisi pasien seimbangdengan kriteria hasil : - Kaji adanya penurunan - Mengindikasikan
dari kebutuhan berat badan kekurangan nutrisi
tubuh b.d faktor Nutritional Status : food and fluid intake - Kaji adanya alergi makanan - Meminimalkan
biologis (Nyeri Nutritional Status : nutrient terjadinya reaksi alergi
abdomen akibat Tujuan - Kolaborasi dengan ahli gizi - Makanan tinggi kalori
No Indikator Awal
asites, perut terasa 1 2 3 4 5 untuk menentukan jumlah dibutuhkan pada
penuh) 1. Intake zat gizi 3 v kalori dan nutrisi yang kebanyakan pasien yang
(nutrien) dibutuhkan pasien. masukannya dibatasi,
2. Intake 3 v karbohidrat memberikan
makanan dan energi siap pakai. Lemak
cairan diserap dengan buruk
3. Energi 3 v karena disfungsi hati dan
4 Berat badan 3 v mungkin memperberat
ketidaknyamanan
Keterangan : abdomen. Protein
1 = Tidak adekuat diperlukan pada
2 = Ringan perbaikan kadar protein
3 = Sedang serum untuk menurunkan
4 = Kuat edema dan meningkatkan
5 = Adekuat total regenerasi sel hati.
- Berikan makanan yang - Meningkatkan daya
terpilih (sudah dikonsul- tahan tubuh terhadap
tasikan dengan ahli gizi) penyakit
- Monitor jumlah nutrisi dan - Nutrisi yang seimbang
kandungan kalori menghindari terjadinya
infeksi
- Berikan informasi tentang - Meningkatkan penge-
kebutuhan nutrisi tahuan pasien mengenai
makanan yang dibutuh-
kan dirinya
- Kaji kemampuan pasien - Mengetahui adanya

25
untuk mendapatkan nutrisi tanda malnutrisi
yang dibutuhkan
- Kolaborasikan pemberian - Pasien biasanya
obat sesuai indikasi : kekurangan vitamin
Tambahan vitamin, tiamin, karena diet yang buruk
besi, asam folat, sebelumnya. Juga hati
penetralisir asam lambung yang rusak tidak dapat
menyimpan vitamin A, B
komplek, D dan K. juga
dapat terjadi kekurangan
besi dan asam folat yang
menimbulkan anemia.

Nutrition Monitoring
- Kaji kemampuan makan - Mengetahui adanya
pasien tanda malnutrisi
- Monitor tipe dan jumlah - Mengurangi selera makan
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor kulit kering dan - Kulit kering, turgor kulit
perubahan pigmentasi yang jelek, rambut yang
- Monitor turgor kulit mudah patah
- Monitor mual dan muntah mengidikasikan tanda
malnutrisi
- Monitor kadar glukosa - Glukosa menurun karena
serum, albumin, total gangguan glikogenesis,
protein, amonia penurunan simpanan
glikogen atau masukan
yang tidak adekuat.
Protein menurun karena
gangguan metabolisme,
penurunan sintesis

26
hepatik atau kehilangan
ke rongga peritoneal
(asites). Peningkatan
kadarammonia perlu
pembatasan masukan
protein untuk mencegah
komplikasi serius.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


No Hari/tgl Jam Dx Implementasi Respon Paraf
1 Sabtu/ 15.00 1,2 - Mencuci tangan sebelum tindakan keperawatan - Tangan terbebas dari kuman
11-10-14 - Memonitor keadaan pasien - Keadaan pasien sedang, kesadaran compos
mentis
- Mengkaji keluhan pasien - Pasien menyatakan badannya lemas, terasa
sakit di seluruh bagian perutnya yang
membesar.
1 - Mengkaji tanda-tanda vital - Pernafasan: 18 x/menit
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5 0 C
Tekanan darah: 150/110 mmHg
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Pasien mengatakan nyeri pada bagian
ketidaknyamanan perutnya
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif - Pengkajian Nyeri:
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P: Perut yang membesar
kualitas dan faktor presipitasi Q: Nyeri dirasakan seperti tertekan
R: Seluruh bagian perut (4 kuadran
abdomen)
S: Skala nyeri : 5 pada saat terlentang
(tiduran), 8 pada saat duduk, pernah
merasakan nyeri hebat hingga skala

27
10, terutama dalam posisi duduk
(skala 0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul,
Nyeri berkurang ketika pasien dalam
posisi terlentang (tiduran).
2 - Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau - Pasien mengatakan termasuk orang yang
tidak mudah mengeluh nyeri, namun
sekalinya merasa nyeri adalah sakit yang
hebat.
- Mengkaji kemampuan pasien untuk - Pasien mengatakan kurang nafsu makan,.
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Makan sedikit maksimal 3 sendok sekali
makan, makan 3x sehari.Minum air putih
3 gelas/hari jenis air putih, hanya pada
saat makan dan ingin minum obat.
(240cc/gelas = 720 cc/hari)
- Mengkaji adanya penurunan berat badan - Pasien mengatakan berat badan sebelum
sakit 54 Kg, setelah sakit 48 Kg. Selama
sakit, pasien mengalami penurunan berat
badan sebanyak 6 kg (12,5%)
- Mengkaji adanya alergi makanan - Pasien tidak memiliki alergi makanan
- Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa - Aktivitas pasien terbatas di sekitar tempat
dilakukan tidur dan kamar inapnya. Pasien mampu
melakukan perawatan mandiri selain
mandi, toileting dan berpakaian yang masih
harus dibantu orang lain
- Memonitor kulit kering dan perubahan - Kulit pasien kering, tidak terdapat
pigmentasi perubahan pigmentasi, turgor kulit jelek
- Memonitor turgor kulit dan kasar pada telapak tangan dan kaki
- Memonitor mual dan muntah - Pasien tidak merasakan mual dan muntah
- Memonitor kadar glukosa serum, albumin, total - Glukosa: 146 mg/dl = tinggi (75-115
protein, amonia mg/dl), Total Protein: 5,76 g/dl = rendah
(6,6-8,7 g/dl), Albumin: 3,51 g/dl = normal

28
(3,46-4,8 g/dl)
- Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk - Pasien mendapatkan makanan lunak
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
dibutuhkan pasien. protein)
- Menentukan pilihan analgesik tergantung tipe - Analgesik : Ketorolac (30mg/ml/ampul),
dan beratnya nyeri 2x1
- Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat,
18.00 2 dosis, dan frekuensi
- Mengecek riwayat alergi - Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
alergi dengan obat analgesik injeksi
20.00 2 sebelumnya.
- Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
21.00 1 dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
- Mengkolaborasikan pemberian vitamin dan - Injeksi Ranitidin (50mg) , Tablet Curcuma
penetralisir asam lambung (5mg), Tablet Ulsidex (2mg)
- Mengkolaborasikan pemberian analgesik - Injeksi Ketorolac (30mg)
- Mengevaluasi efektivitas analgesik, tanda dan - Pasien tidak mengalami reaksi alergi
gejala (efek samping) (kemerahan/gatal)
Skala Nyeri setelah pemberian analgesik : 4
2 Minggu/ 05.00 1 - Memonitor tanda-tanda vital - TD : 100/80 mmHg
12-10-14 Nadi : 70 kali/menit
Suhu : 36oC
RR : 22x/menit
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif - Pengkajian Nyeri:
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P: Perut yang membesar
kualitas dan faktor presipitasi Q: Nyeri dirasakan seperti tertekan
R: Seluruh bagian perut (4 kuadran
abdomen)
S: Skala nyeri : 4 (skala 0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri
berkurang ketika pasien dalam posisi

29
terlentang (tiduran)
- Mengajarkan tentang teknik non farmakologi - Setelah diberikan informasi, pasien sudah
mengatasi nyeri bisa mempraktekkan teknik nafas dalam
ketika merasakan nyeri pada perutnya dan
mengetahui teknik untuk mengurangi nyeri
lainnya seperti kompres hangat.
06.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
- Mengkolaborasikan pemberian vitamin dan - Tablet Curcuma (5mg), Tablet Ulsidex
penetralisir asam lambung (2mg)
09.00 1,2 - Mengkolaborasikan pemberian analgesik - Injeksi Ketorolac (30mg)
- Mengkolaborasikan pemberian penetralisir asam - Injeksi Ranitidin (50mg)
lambung
10.00 1 - Mengontrol lingkungan yang dapat - Ruangan pasien cukup panas, tidak
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, terdapat udara masuk dari luar. Pasien
pencahayaan dan kebisingan mengatakan udaranya sangat panas
sehingga terasa terganggu. Menganjurkan
pasien menggunkan kipas, atau
menggunakan kipas angin yang tersedia.
- Mengurangi faktor presipitasi nyeri - Pasien mengatakan duduk hanya untuk
beberapa waktu agar tubuhnya tidak kaku
hanya berbaring.
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri - Skala nyeri : 3
12.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
13.00 2 - Mengkolaborasikan pemberian vitamin dan - Tablet Curcuma (5mg), Tablet Ulsidex
penetralisir asam lambung (2mg)
18.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)

30
21.00 1,2 - Mengkolaborasikan pemberian vitamin dan - Injeksi Ranitidin (50mg) , Tablet Curcuma
penetralisir asam lambung (5mg), Tablet Ulsidex (2mg)
- Mengkolaborasikan pemberian analgesik - Injeksi Ketorolac (30mg)
- Mengevaluasi efektivitas analges - Skala Nyeri : 2
3. Senin/ 05.00 1 - Memonitor tanda-tanda vital - TD : 100/70 mmHg
13-10-14 Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,2 oC
RR : 20x/menit
06.00 1 - Melakukan pengkajian skala nyeri - Skala nyeri : 2 (skala 0-10)
2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
- Mengkolaborasikan pemberian obat anti protein, rendah lemak)
konstipasi - Syr Lactulax (3.335g/5ml dalam 60ml)1sdt
- Mengkolaborasikan pemberian penetralisir asam (5ml); pasien mengatakan sudah 3 hari
lambung belum BAB, sejak dirawat di rumah sakit.
- Injeksi Ranitidin (50mg)
12.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
13.00 2 - Mengkolaborasikan pemberian obat anti - Syr Lactulax (3.335g/5ml dalam 60ml)
konstipasi 1sdt (5ml)
- Mengkolaborasikan pemberian penetralisir asam - Injeksi Ranitidin (50mg)
lambung
18.00 2 - Memberikan makanan yang terpilih (sudah - Pasien mendapatkan makanan lunak
dikonsultasikan dengan ahli gizi) dengan diit hati (tinggi kalori tinggi
protein, rendah lemak)
21.00 2 - Mengkolaborasikan pemberian obat anti - Syr Lactulax (3.335g/5ml dalam 60ml)
konstipasi 1sdt (5ml)
- Mengkolaborasikan pemberian penetralisir asam - Injeksi Ranitidin (50mg)
lambung

31

Anda mungkin juga menyukai