DISUSUN OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
klien Tn. F dengan Unstable Angina Pectoris (UAP) dd NSTEMI RBBB di IGD Rumah Sakit
Pusat Pertamina” dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar
keperawatan kritis program profesi ners STIKes PERTAMEDIKA.
1. Kepala ruangan dan perawat di Ruang IGD RSPP yang telah membimbing kami selama
dinas.
2. Seluruh dosen mata ajar keperawatan gadar yang telah membimbing dalam menyelesaikan
makalah ini.
3. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk materi dan
non materi.
4. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
5. Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih belum sempurna dan
banyak kekurangan. Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan asuhan keperawatan kardiovaskuler.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................3
i
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................................................4
Tujuan Studi Kasus......................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................6
KONSEP ANGINA PECTORIS..................................................................................................6
TINJAUAN TEORI N-STEMI..................................................................................................22
KONSEP PENYAKIT RBBB....................................................................................................34
BAB III..........................................................................................................................................39
TINJAUAN KASUS.....................................................................................................................39
PENGKAJIAN...........................................................................................................................39
ANALISA DATA.......................................................................................................................43
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.............................................................................46
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI........................................................................................51
BAB IV..........................................................................................................................................55
PENUTUP.....................................................................................................................................55
Kesimpulan................................................................................................................................55
Saran...........................................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serangan jantung dalam pengertian umum merupakan istilah populer untuk
sindroma koroner akut (SKA). Berdasarkan gambaran elektrokardiografi (EKG),
sindroma koroner akut dibagi menjadi 2 subset yaitu SKA dengan elevasi segmen ST
(STEMI) dan tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI). Substet SKA tanpa elevasi segmen ST
dibagi lagi dalam 2 bentuk, yaitu angina pektoris tidak stabil dan infark miokard akut
tanpa elevasi segmen ST.
Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan atau sakit dada yang khas yaitu
seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri
yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti.
Di Amerika Serikat setiap tahun 1 (satu) juta klien dirawat di rumah sakit karena
angina pektoris tak stabil; dimana 6 sampai 8 persen kemudian mendapat serangan infark
jantung yang tak fatal atau meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis ditegakkan.
Angina pektoris tak stabil (unstable angina pectoris, selanjutnya disebut UAP)
dan infark miokard infark akut tanpa elevasi ST (non ST elevation myocardial infarction,
selanjutnya disebut NSTEMI) diketahui merupakan suatu kesinambungan dengan
kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan
keduanya tidak berbeda.
Diperkirakan 5,3 juta kunjungan per tahun adalah keluhan dengan nyeri dada,
yang menjadi salah satu gejala yang paling sering didapatkan pada klien yang datang ke
IGD (Arifin,Gunawan, 2004).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori UAP?
2. Bagaimana konsep dasar teori NSTEMI?
3. Bagaimana konsep dasar teori RBBB?
4. Bagaimana kasus asuhan keperawatan pada Ny. S dengan UAP dd Nstemi RBBB di
IGD RSPP?
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami penyakit UAP
b. Mengetahui dan memahami penyakit NSTEMI
c. Mengidentifikasi analisis data dan diagnosa keperawatan pada klien UAP Disertai
Dengan NSTEMI
d. Mengidentifikasi rencana keperawatan pada klien UAP Disertai Dengan NSTEMI
e. Mengidentifikasi aplikasi tindakan keperawatan pada klien UAP Disertai Dengan
NSTEMI
f. Mengidentifikasi pelaksanakan evaluasi keperawatan pada klien UAP Disertai
Dengan NSTEMI
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau mengembangkan ilmu
keperawatan kritis khususnya asuhan keperawatan pada klien Tn. F dengan UAP
DD NSTEMI RBBB.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data bagi peneliti
berikutnya khususnya yang terkait dengan asuhan keperawatan pada klien Tn. F
dengan UAP DD NSTEMI RBBB.
2. Bagi Unit Kerja dan Rumah Sakit
a. Bagi perawat diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan pada klien Tn. F dengan UAP DD NSTEMI RBBB.
b. Bagi rumah sakit diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bagan bagi
kepala ruangan dalam melakukan monitoring tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien Tn. F dengan UAP DD NSTEMI RBBB.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi
Angina Pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak kuat ke sel-sel miokardium.
Masyarakat awam biasanya menyebutnya Angin duduk atau Masuk angina duduk.
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu
iskemik miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya
berguna untuk mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Walaupun patogenesa
angina mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard
dan bersifat sementara atau reversibel. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis
dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau
terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada
waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. Angina pektoris adalah suatu
sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan
tertekan di dada depan. Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah
retrosternum.
2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 13 juta orang memiliki penyakit jantung iskemik, lebih
dari 6 juta memiliki angina pektoris stabil, dan lebih dari 7 juta dengan infark
miokard. Diet tinggi lemak dan kalori, merokok, dan gaya hidup yang
sedentarysangat berkaitan dengan terjadinya penyakit 2 jantung iskemik ini. Di
Amerika dan Eropa, penyakit jantung iskemik lebih sering terjadi pada kelompok
masyarakat dengan penghasilan rendah daripada kelompok masyarakat dengan
6
7
tingkat penghasilan menengah ke atas (yang melakukan gaya hidup sehat) (European
Society of Cardiology, 2006).
Di Indonesia, penyakit sistem sirkulasi darah (SSD) menurut ICD-10 yaitu
penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai
penyebab utama kematian umum pada tahun 2000 dari hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 200 1 sebesar 26,3% kematian. Proporsi kematian semakin
meningkat dengan bertambahnya umur dan meningkat nyata pada usia 35 tahun ke
atas. Penyakit sistem sirkulasi darah sebagai penyebab kematian lebih tinggi di
perkotaan daripada di pedesaan (31% vs 23,7%) namun hampir tidak berbeda
menurut ienis kelamin.
suplay oksigen yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada
jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat
mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel
miokard ini,telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner
menjadi meningkat.
4. Arterosklerosis
Aterosklerosis (atherosclerosis) adalah kondisi dimana material lemak
menumpuk pada dinding pembuluh darah arteri. Material lemak ini semakin tebal
dan semkin keras (membentuk deposit kalsium), dan akhirnya dapat menyumbat
arteri. Aterosklerosis merupakan salah satu jenis arteriosklerosis (arteriosclerosis),
walaupun kedua istilah tersebut seringkali disamakan penggunaannya.
Aterosklerosis adalah gangguan yang umum yang secara spesifik menyerang
arteri medium dan arteri besar. Aterosklerosis terjadi jika lemak, kolesterol, dan
bahan-bahan lainnya menumpuk di dinding arteri dan membentuk struktur keras
yang disebut plak (plaque). Akhirnya plak dapat menjadikan arteri menyempit dan
tidak lentur, sehingga darah susah untuk mengalir. Hal ini dapat menyebabkan nyeri
dada (stable angina), sesak nafas, serangan jantung dan gejala-gejala lainnya.
Kepingan-kepingan plak bisa pecah dan berpindah melalui arteri yang terserang
menuju pembuluh darah yang lebih kecil, menyumbatnya dan menyebabkan
kerusakan jaringan atau kematian jaringan. Ini merupakan penyebab yang umum dari
serangan jantung dan stroke.
Penggumpalan atau pembekuan darah dapat terjadi di sekitar celah retakan plak
sehingga menyebabkan penyumbatan aliran darah. Jika gumpalan berpindah dalam
arteri di jantung, otak, atau paru-paru, sehingga dapat menyebabkan, serangan
jantung, stroke, atau penyumbatan paru-paru. Dalam beberapa kasus, plak
aterosklerosis berkaitan dengan melemahnya dinding arteri sehingga menyebabkan
pembengkakan pembuluh darah (aneurysm).
9
5. Patogenesis Aterosklerosis
a. Endotel menarik lebih banyak sel polimorfonuklear dan monosit ke dalam ruang
subendotel (intima dinding pembuluh darah).
b. Makrofag bekerja sebagai sel scavenger dan mulai mengambil LDL oksidasi
dalam jumlah banyak. Selama proses berlanjut, makrofag akhirnya berubah
menjadi sel busa (Foam Cells).
c. Hasil dari akumulasi oleh banyaknya serum lipoprotein pada dinding intima
pembuluh darah disebut Fatty Streak.
d. Sel otot polos bertanggung jawab pada endapan matriks ekstraseluler jaringan
ikat, lipid ekstraseluler dan sisa jaringan nekrotik. Sehingga limfosit dan kolagen
10
- Bertambahnya usia
- Obesitas (kegemukan)
11
- Merokok
- Penyakit ginjal
(3) Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat aterosklerosis antara lain:
- Penyakit jantung koroner
- Serangan jantung
- Stroke
- Tidak merokok.
- Jika anda mengidap diabetes, penyakit jantung atau stroke, rawat penyakit
anda dengan baik.
6. Aorta insufisiensi
Insufisiensi adalah suatu keadaan dimana katup kehilangan fungsi yang normal
dan gagal menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap ruang jantung
atau refluks darah dari aorta adendens ke dalam ventrikel selama diastole.
Insufisiensi aorta adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama
diastole.
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik)
darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi .Insufisiensi aorta adalah
penyakit katup jantung dimana katup aorta atau balon melemah, mencegah katup
menutup erat-erat. Hal ini menyebabkan mundurnya aliran darah dari aorta
(pembuluh darah terbesar) ke dalam ventrikel kiri . Etiologi Insufisiensi darah dari
aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 3 macam kelainan artifisial, yaitu :
a. Penyakit kolagen
b. Aortitis sifilitika
c. Diseksi aorta
2) Penyakit katup artifisial
a. Penyakit jantung reumatik
13
b. Endokarditis bakterialis
c. Aorta artificial congenital
d. Ventricular septal defect (VSD)
e. Ruptur traumatik
f. Aortic left ventricular tunnel
3) Genetik
a. Sindrom marfan
b. Mukopolisakaridosis
c. Spasmus arteri coroner
d. Anemi berat.
8. Anemia Berat
Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah
merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Hemoglobin
yang terkandung di dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang klien dikatakan
anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari 13,5 G/DL
dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada perempuan konsentrasi Hemoglobin kurang
dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%
Angina pectoris merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah
ke arteri miokard berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplay O2 ke
miokardium yang dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri yang
kemungkinan akibat dari perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang merangsang timbulnya nyeri.
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara
pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
e. Tercetus oleh
- Latihan fisik, dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung
- Pajanan terhadap dingin, dapat mengakibatkan basokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai dengan peningkatan kebutuhan oksigen
- Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenterik
untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaaan darah untuk suplai
jantung (pada jantung yang sudah sangan parah, pintasan darah untuk
pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk)
- Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan
frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya
tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
- Tanda utama adalah depresi segmen ST pada elektrokardiogram (EKG)
selama serangan.
- Pemeriksaan klinik sistem kardiovaskular dan elektrokardiogram di antara
waktu serangan biasanya normal.
16
c. Angina Variant
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru
menunjukkan terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik
pada arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner
yang tidak menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai
penurunan aliran darah arteri koroner.
Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu
aktifitas ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner EKG deviasi
segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan yang
kemudian normal setelah serangan selesai.
bila sakit dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin klien mendapat
serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pectoris biasa.
Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai
tinggi rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris
stabil atau kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Ada 5 hal yang
perlu digali dari anamnese mengenai angina pectoris yaitu : lokasinya,
kualitasnya, lamanya, factor pencetus, factor yang bisa meredakan nyeri dada
tersebut.
1. Definisi N-STEMI
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung
koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari
infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi segmen ST
(ST Elevation Myocard Infark/ STEMI), infark miokard akut tanpa elevasi segmen
ST (Non STEMI) dan angina pektoris tidak stabil (APTS) (Andra, 2006). Sindrom
koroner akut adalah fenomena di mana aliran darah menuju ke jantung berkurang
secara dramatis. Penyakit ini merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan dan
kesehatan. Serangan jantung dan nyeri dada seperti tertindih benda berat merupakan
manifestasi yang biasa terjadi akibat sindrom koroner akut.
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi dengan
mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau oklusi parsial arteri koroner
utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis. Hal ini menyebabkan kerusakan
ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI sekitar 30% dari semua serangan
jantung. Pada APTS dan NSTEMI pembuluh darah terlibat tidak mengalami oklusi
total/ oklusi tidak total (patency), sehingga dibutuhkan stabilisasi plak untuk
mencegah progresi, trombosis dan vasokonstriksi. Penentuan troponin I/T ciri paling
sensitif dan spesifik untuk nekrosis miosit dan penentuan patogenesis dan alur
pengobatannya. Sedang kebutuhan miokard tetap dipengaruhi obat-obat yang bekerja
terhadap kerja jantung, beban akhir, status inotropik, beban awal untuk mengurangi
23
konsumsi O2 miokard. APTS dan NSTEMI merupakan SKA yang ditandai oleh
ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.
2. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi
karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri
koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini
biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous
cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang yang
cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam
lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan
limposit T yang menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini akan
mengeluarkan sel sitokin proinflamasi , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang
pengeluaranaseperti TNF hsCRP di hati. (Sudoyo Aru W, 2010).
Ciri khas patofisiologi kondisi NSTEMI adalah akibat ketidakseimbangan antara
suplai dan demand oksigen miokard. Mekanisme yang paling sering terlibat dalam
ketidakseimbangan tersebut disebabkan oleh menurunnya suplai oksigen ke miokard,
melalui lima mekanisme dibawah ini :
a. Yang paling sering disebabkan oleh menyempitnya arteri koroner yang disebabkan
oleh trombus yang terdapat pada plak ateroskelotik yang terganggu dan biasanya
nonoklusif. Mikroemboli dari agregat trombosit dan komponen-komponen dari
plak yang terganggu tersebut diyakini bertanggung jawab terhadap keluarnya
markers miokard pada klien-klien NSTEMI.
b. Penyebab lain yang juga sering adalah obstruksi dinamis, yang dapat dipicu oleh
spasme fokal terus menerus dari segmen arteri koroner epicardial (Prinzmetal’s
angina). Spasme lokal ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos vaskular
dan atau disfungsi endotel. Spasme pembuluh darah besar dapat terjadi pada
puncak obstruksi atau plak, yang mengakibatkan angina yang berasal dari
campuran kondisi tersebut atau NSTEMI/UA. Obstruksi koroner dinamik dapat
pula disebabkan oleh disfungsi mikrovaskular difus, sebagai contoh akibat
disfungsi endotel atau konstriksi abnormal dari pembuluh darah kecil intramural.
c. Penyempitan pembuluh darah tanpa spasme atau trombus. Kondisi ini terjadi pada
klien dengan atherosklerosis progresif atau akibat restenosis setelah percutaneous
coronary intervention (PCI).
d. Diseksi arteri koroner (dapat terjadi sebagai penyebab SKA pada wanita-wanita
peripartum).
e. UA sekunder, yang kondisi pencetus nya terdapat diluar arteri koroner. Klien
dengan UA sekunder biasanya, namun tidak selalu, memiliki penyempitan
atherosklerotik koroner yang membatasi perfusi miokard dan sering memiliki
angina kronik stabil. UA sekunder dapat dipresipitasi oleh kondisi-kondisi seperti
peningkatan kebutuhan oksigen miokard (demam, takikardia, tirotoksikosis),
penurunan aliran darah koroner (hipotensi) atau penurunan pasokan oksigen
miokard (anemia atau hipoksemia).
3. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena
thrombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dan
dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya
terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST,
namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan dari
penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus nonocclusive yang telah
25
4. Manifestasi Klinis
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih
benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat,
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik :
1) Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
2) Pada klien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa
tanpa disertai nyeri dada.
5. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada klien NSTEMI, adalah :
a. Disfungsi ventrikuler
Setelah NSTEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial dalambentuk,
ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses
26
6. Penatalaksanaan Medis
Tatalaksana awal klien dugaan SKA (dilakukan dalam waktu 10 menit):
a. Memeriksa tanda-tanda vital
b. Mendapatkan akses intra vena
c. Merekam dan menganalisis EKG
d. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
e. Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim jantung, elektrolit serta
pemeriksaan koagulasi.
f. Mengambil foto rongten thorax (<30 menit).
EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG berkala untuk
mendapatkan ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur saat masuk, jika
normal diulang 6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa pada klien
dengan onset < 6 jam dan pada klien pasca infark < 2minggu dengan iskemik berulang
untuk mendeteksi reinfark atau infark periprosedural.
Tatalaksana awal SKA tanpa elevasi segmen ST di unit emergency:
a. Oksigen 4 L/ menit (saturasi oksigen dipertahankan > 90%)
b.Aspirin 160 mg (dikunyah)
c. Tablet nitrat 5mg sublingual (dapat diualang 3x) lalu per drip bila masih nyeri dada.
d.Mofin IV (2,5mg-5mg) bila nyeri dada tidak teratasi dengan nitrat.
27
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Biomarker Jantung :
1) Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan yang sangat
penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita Sindroma
Koroner Akut (SKA).Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas
99% dalam mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang minimal
sekalipun (mikro infark). Sedangkan troponin I memiliki nilai normal 0,1.
2) Perbedaan troponin T dengan troponin I:
a. Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen
inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
b. Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi
mengikat tropomiosin.
Kardiak troponin (Tn T dan Tn I) memegang peranan penting dalam
diagnosis dan stratifikasi resiko, dan dapat membedakan NSTEMI dengan UA.
Troponin lebih spesifik dan sensitif dibandingkan enzim jantung tradisional
lainnya seperti creatine kinase (CK), isoenzim CK yaitu CKMB dan mioglobin.
Peningkatan troponin jantung menggambarkan kerusakan selular miokard yang
mungkin disebabkan oleh embolisasi distal oleh trombus kaya platelet dari plak
yang ruptur atau mengalami erosi.
Pada kondisi iskemik miokard (nyeri dada, perubahan EKG, atau
abnormalitas gerakan dinding jantung yang baru), peningkatan troponin
mengindikasikan adanya infark miokard.2,3 Pada klien-klien dengan infark
miokard, peningkatan awal troponin muncul dalam 4 jam setelah onset gejala.
Troponin dapat tetap meningkat sampai dua minggu akibat proteolisis aparatus
kontraktil. Nilai cut off untuk infark miokard adalah kadar troponin jantung
melebihi persentil 99 dari nilai referensi normal (batas atas nilai normal).3
Kondisi-kondisi mengancam nyawa lainnya yang menunjukkan gejala nyeri dada
seperti aneurisma diseksi aorta atau emboli pulmonal, dapat juga menyebabkan
peningkatan troponin dan harus selalu dipertimbangkan sebagai diferensial
diagnosis. Peningkatan troponin jantung juga dapat terjadi pada injuri miokard
yang tidak berhubungan dengan pembuluh koroner.
28
iskemik ventrikel kanan terisolasi dapat luput dari gambaran EKG 12 lead, namun
dapat terdeteksi pada lead V7-V9 dan pada lead V3R dan V4R.
8. Pemeriksaan Imaging
30
Foto thoraks biasanya dilaksanakan pada saat awal klien masuk ke rumah sakit,
sehingga dapat dievaluasi kemungkinan lain penyebab nyeri dada dan sekaligus sebagai
skrining kongesti paru yang akan mempengaruhi prognosis. Pemeriksaan ekokardiografi
dan doppler sebaiknya dilakukan setelah hospitalisasi untuk menilai fungsi global
ventrikel kiri dan abnormalitas gerakan dinding regional. Ekokardiografi juga diperlukan
untuk menyingkirkan penyebab lain dari nyeri dada. Cardiac magnetic resonance (CMR)
dapat menilai fungsi dan perfusi jantung skaligus mendeteksi bekas luka pada jaringan,
namun teknik imaging ini belum secara luas tersedia. Begitu pula dengan nuclear
myocardial perfusion tampaknya akan sangat bermanfaat, namun tidak tersedia dalam
layanan 24 jam.
Myokard skintigrafi juga dapat digunakan pada klien dengan nyeri dada tanpa
perubahan gambaran EKG atau bukti adanya iskemik yang sedang berlangsung ataupun
infark miokard. Multidetector computed tomography (CT) tidak digunakan untuk
mendeteksi iskemia, namun menawarkan kemungkinan untuk menyingkirkan adanya
PJK. CT angiography, jika tersedia dapat digunakan untuk menyingkirkan SKA dari
etiologi nyeri dada lainnya. Angiografi koroner merupakan pemeriksaan baku emas untuk
mengetahui dan menilai keparahan penyakit arteri koroner. Angiografi urgent dilakukan
untuk tindakan diagnostik pada klien-klien dengan resiko tinggi dan dengan diagnosis
banding yang tidak jelas.
9. Diagnosis Banding
Berikut dibawah ini adalah kondisi-kondisi yang berasal dari jantung maupun non
jantung yang menyerupai NSTEMI :
vaskular
Kelainan katup Pneumothoraks Pankreatitis Kostokondritis
Kardiomiopati Kolesistitis Herpes zoster
Tako-Tsubo
Trauma Kardiak
1. Definisi
Right Bundle Branch Blok (RBBB) merupakan salah satu kelainan pada jantung
dimana terjadi gangguan pada penghantaran impuls jantung. RBBB ini menunjukkan
adanya gangguan konduksi cabang kanan system konduksi, atau divisi anterior atau
posterior cabang kanan yang menyebabkan terhambatnya aktivasi depolarisasi dari
ventrikel kanan. Pada saat terjadi blok cabang berkas kanan, ventrikel kanan tidak
teraktivasi secara langsung oleh impuls yang berjalan melalui cabang berkas kanan.
Ventrikel kiri, bagaimanapun juga tetap mengalami aktivasi normal oleh cabang
berkas kiri. Impuls ini kemudian berjalan melalui miokard dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan sehingga dapat mendepolarisasi ventrikel kanan.
Right Bundle Branch Blok (RBBB) adalah adanya hambatan atau blok pada
aktivasi ventrikel kanan menyebabkan adanya gelombang R sekunder (R') di lead
prekordial sebelah kanan dan gelombang S yang lebar dan dalam di lead lateral dan
terhambatnya aktivasi ventrikel kanan juga menyebabkan gangguan repolarisasi
sekunder pada lead prekordial sebelah kanan seperti ST depresi dan Inversi
gelombang T. (Bender dkk, 2011)
2. Etiologi
Adapun penyebab dari Right Bundle Branch Blok (RBBB) menurut Goldberger,
(2006) adalah sebagai berikut :
a. Normal Variant
Kelainan bawaan lahir yang paling sering menyebabkan kematian pada tahun
pertama kelahiran. Seringkali kelainan jantung kongenital tidak terdeteksi karena
tidak menampakkan gejala klinis yang signifikan. Bahkan kelainan baru terdeteksi
pada usia dewasa.
34
3. Klasifikasi
Menurut Iwasaki dkk, (2009), RBBB dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu
kemunculan nya menjadi dua tipe yaitu:
a. RBBB yang baru
Pengertian RBBB yang baru adalah bila RBBB dijumpai setelah klien masuk
ke rumah sakit atau dijumpai pada saat masuk ke rumah sakit tanpa dijumpainya
RBBB pada EKG enam bulan sebelumnya. RBBB yang baru selanjutnya dibagi
menjadi dua grup berdasarkan durasi dari RBBB yaitu : transient RBBB,
dimana RBBB tidak dijumpai lagi selama perawatan di rumah sakit atau new
permanent RBBB dimana RBBB dijumpai pada saat klien meninggal atau
pulang.
b. RBBB yang lama
Pengertian RBBB yang lama adalah bila RBBB dijumpai pada saat klien masuk
ke rumah sakit dengan bukti EKG RBBB sebelumnya.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Mansjoer, (2009), yaitu :
35
5. Patofisiologi
Berkas kanan adalah percabangan dari berkas A-V yang terletak pada bagian
bawah septum endocardium ventrikel. Cabang ini akan menyebar ke bawah menuju
apeks ventrikel dan secara bertahap akan membagi setiap cabang menjadi cabang yang
lebih kecil. Cabang-cabang ini selanjutnya akan berjalan menyamping mengelilingi
tiap ruang ventrikel dan kembali menuju basis jantung. Ujung cabang-cabang yang
membagi menjadi kecil disebut serabut purkinje, akan menembus massa otot dan
akhirnya bersambung dengan serabut otot jantung.
Terdapat dua bentuk gangguan dari RBBB. Pertama yaitu gangguan pada
konduksi cabang utama kanan dari berkas his yang disebut sebagai RBBB proksimal.
Gangguan produksi pada cabang kanan proksimal akan menyebabkan penundaan dari
kontraksi ventrikel kanan. Yang kedua, konduksi percabangan terminal dari berkas
cabang kanan mengalami penundaan, hal ini disebut RBBB distal. Gangguan konduksi
cabang kanan bagian distal, akan menyebabkan ketidaksinkronan kontraksi dari
ventrikel kanan.
Yang menarik ini dapat dibuktikan melalui pemeriksaan fisik, yang dapat
menuntun klinisi untuk membedakan gangguan di proksimal atau di bagian distal.
Brooks et al. mendemonstrasikan echophonocardiographically yaitu pada klien dengan
RBBB proksimal, waktu interval penutupan antara katup mitral dan tricuspid
mengalami pemanjangan, sedangkan pada klien dengan RBBB distal, terdapat waktu
penundaan antara penutupan katup tricuspid dan pembukaan katup pulmonal.
36
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien RBBB menurut Antmann,
(2008) adalah :
a. Tes darah
Pemeriksaan darah lengkap adalah jenis pemeriksan yang dapat memberikan
informasi tentang sel-sel darah pada klien. Pemeriksaan Hitung darah lengkap ini
digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti
anemia, leukimia, adanya infeksi, Kelainan perdarahan
b. Rontgen thoraks
Untuk menilai kelainan letak jantung, pembesaran atrium atau ventrikel, pelebaran
dan penyempitan aorta, menilai kelainan paru : misalnya edema paru, emfisema
paru, tuberkulosis paru (posisi ventrodorsal), menilai adanya perubahan pada
struktur ekstrakardiak
c. Elektrokardiogram (EKG)
Untuk memeriksa sistem listrik jantung atau proses pencatatan aktivitas listrik
jantung selama periode waktu menggunakan elektroda yang ditempatkan pada
kulit. Elektroda ini mendeteksi perubahan listrik kecil pada kulit yang timbul dari
pola elektrofisiologi otot jantung depolarisasi dan repolarizing selama setiap detak
jantung.
d. Ekhokardiogram
Untuk melihat ukuran dan bentuk jantung dan seberapa baik memompa dengan
menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan sonogram jantung.
Gambar yang dihasilkan relatif lebih rinci daripada sinar-X biasa. Dalam
pemeriksaan ini, hasil gambar menampilkan irisan potongan melintang jantung
yang berdetak termasuk pembuluh darah besar, bilik, dan katup jantung.
37
e. Kateterisasi jantung
Untuk memeriksa jantung dan pembuluh arteri, menilai kekuatan otot jantung
memompa darah ke seluruh tubuh, melihat seberapa baik kinerja katup jantung
dan mengobati serangan jantung
7. Penatalaksanaan
a. Terapi umum
1. Perubahan gaya hidup
2. Penempatan implantable cardioverter defibrillator yang dapat mengembalikan
jantung kembali kedenyut normal
3. Medikamentosa
4. Picu jantung
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Nama : Tn. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 72 tahun
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Alamat : Jl. Pinang VIII, No 24 RT 01 RW 06, Taman Yagmin Sektor VI
Bogor, Jawa Barat
Dx. Medis : UAP DD NSTEMI RBBB
Unit Rawat : IGD
Masuk RS: 12 Desember 2019
Tgl pengkajian: 12 Desember 2019
2. Riwayat Keperawatan
Klien datang ke IGD RSPP dengan sesak, nyeri dada sebelah kiri sejak 3 hari
seperti diremas-remas, dan nyerinya terus-menerus. Klien rujukan dari RS Hermina
Bogor dari kemarin sekarang keluhan sudah berkurang. Dengan TTV : Tekanan
Darah: 150/85 mmHg, Nadi: 73 x/menit, suhu : 37oC, RR : 24 x/menit, Sat O2 : 98%.
Batuk (+), nyeri perut (+), mual (+), muntah (+), badan lemas (+), keringat dingin
(+), pusing (+) berputar, alergi (-), klien mempunyai riwayat penyakit dalam dengan
Diabetes Melitus (+), Hipertensi (+), Vertigo (+).
38
39
3. Kesadaran
Compos Mentis ( dapat bicara)
4. Airway
Bebas/paten
5. Breathing
Reguler, suara nafas vesikuler, bunyi nafas kanan kiri normal
6. Cirkulation
Kulit teraba hangat, warna normal, nadi teraba adekuat, CRT <2 detik, turgor kulit
normal.
7. Disability
GCS ( E: 4 M: 6 V:5 ) Total 15, pupil isokor, diameter kanan dan kiri +2 mm, reflek
cahaya posistif. Respon sensorik dan motorik normal.
8. Exposure
Tidak ada jejas
9. Head to toe
Pola nafas : klien terdapat retraksi dada
Klien terpasang folley chateter sejak jam 11.00 – 13.30 WIB tidak terdapat produksi
urin
Jantung
CK 114 <190 U/L
CK-MB 13 <24 U/L
Troponin I < 0.10 <0.30 ng/mL
Troponin T 58.22 <14 ng/L
Elektrolit
Natrium 145 135 – 153 mEq/L
Kalium 5.3 3.5 – 5.1 mEq/L
Klorida 108 98 – 109 mEq/L
Kalsium 8.8 8.5 – 10.5 mEq/L
Magnesium 2.1 1.5 – 2.5 mEq/L
d. Penatalaksanaan IGD
- IVFD RL 500 cc
- NTG 3mg
- Terpasang O2 Nasal Kanul 3 L/mnt
- Terpasang monitor
41
ANALISA DATA
DO :
- K/U : lemah
- Kesadaran : Composmentis
- GCS: 15
- TTV :
TD : 150/85 mmHg
S : 37oC
N : 73 x/menit
RR : 24 x/menit
Sat O2 :98%
- Ro Thorak : kardiomegali ringan
dengan elongasi aorta dan
atherosklerosis arkus aorta dan aorta
desenden. Tak tampak kelainan
radiografi paru
- Enzim jantung :
CK 114
CK-MB 13
Troponin I < 0.10
Troponin T 58.22
- Hasil Pemeiksaan EKG : Right
Bundle Branch Blok (RBBB)
2 DS : Agen pencedera Nyeri akut
fisiologis sekunder
- Klien mengatakan nyeri dada 3 hari
gangguan konduksi
yang lalu sebelum masuk rumah
jantung
sakit.
43
DO:
- Klien dispneu
- Klien tampak lemas
- TTV :
TD : 150/85 mmHg
S : 37oC
N : 73 x/menit
RR : 24 x/menit
Sat O2: 98%
- Klien tampak melindungi area yang
sakit
- Hasil EKG : Right Bundle Branch
Blok (RBBB)
3 DS: Rasa takut akan Cemas
kematian, penurunan
- Klien mengatakan ingin cepat
status kesehatan.
sembuh dari penyakit
- Klien mengatakan takut akan
kondisi penyakitnya
DO:
DO :
- K/U : lemah
- Kesadaran :
Composmentis
- GCS: 15
- TTV :
TD : 150/85
mmHg
S : 37oC
N : 73 x/menit
RR : 24 x/menit
Sat O2:98%
- Ro Thorak :
45
kardiomegali
ringan dengan
elongasi aorta dan
atherosklerosis
arkus aorta dan
aorta desenden.
Tak tampak
kelainan
radiografi paru
- Enzim jantung :
CK 114
CK-MB 13
Troponin I < 0.10
TroponinT 58.22
- Hasil Pemeiksaan
EKG : Right
Bundle Branch
Blok (RBBB)
DO:
- Klien dispneu
- Klien tampak
lemas
- TTV :
TD : 150/85
mmHg
S : 37oC
N : 73 x/menit
RR : 24 x/menit
Sat O2 :98%
- Klien tampak
melindungi area
yang sakit
- Hasil EKG :
Right Bundle
Branch Blok
(RBBB)
3. Cemas b.d Rasa takut Setelah dilakukan 1) monitor tanda-tanda
akan kematian, tindakan keperawatan 1 x ansietas
2) ciptakan suasana
penurunan status 2 jam, diharapkan pola
terapeutik untuk
kesehatan. nafas klien kembali
menunmbuhan
efektif dengan kriteria
DS: kepercayaan
hasil :
3) temani klien untuk
- Klien mengatakan a. Mampu
mengurangi kecemasan,
ingin cepat mengidentifikasi,
jika memungkinkan
sembuh dari mengungkapkan dan
4) gunakan pendekatan
penyakit menunjukan teknik
yang tenang dan
- Klien mengatakan untuk mengontrol
47
No IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 1) Mengidentifikasi tanda/gejala penurunan S:
curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan,
Keluarga Tn. F mengatakan
edema)
Hasil: Tn. F masih sesak, mudah
RR: 26x/menit lemas dan mudah lelah saat
Klien mengatakan masih sesak, klien tidak
beraktifitas ringan
terdapat edema, klien mengatakan mengeluh
kelelahan saat beraktifitas ringan
2) Memonitor vital sign
Hasil: O:
TD : 170/84 mmHg
S : 36,5oC Keadaan Umum : sedang
N : 85 x/menit GCS: 15,
RR : 26 x/menit Kesadaran Composmentis
3) Memonitor saturasi oksigen TTV :
Hasil: TD : 170/84 mmHg
Sat O2 100% S : 36,5oC
4) Memposisikan klien fowler dengan posisi N : 85 x/menit
RR : 26 x/menit
nyaman Sat O2 : 100%
Hasil:
Tn. F dalam posisi fowler 90o dan sudah
A:
merasa nyaman Masalah keperawatan
5) Memberikan oksigen untuk mempertahankan
penurunan curah jantung
saturasi oksigen >94%
Hasil: belum teratasi
Tn. F terpasang oksigen nasal kanul 3
liter/menit P:
Lanjutkan intervensi
1) Identifikasi tanda / gejala
penurunan curah jantung
(meliputi dispnea,
kelelahan, edema)
2) Monitor vital sign
3) Monitor saturasi oksigen
4) Posisikan klien fowler
49
A:
Masalah keperawatan nyeri
akut belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
1) Monitor vital sign
2) Kaji nyeri
3) Posisikan fowler
4) Kolaborasi pemberian
terapi obat
hasil :
TD : 170/84 mmHg - Klien mengatakan cemas
S : 36,5oC
sudah berkurang
N : 85 x/menit
- Klien mengatakan merasa
RR : 26 x/menit
Sat O2 :100% nyaman
O:
2) temani klien untuk mengurangi kecemasan, - Klien tidak tampak cemas
- Klien tidak tampak gelisah
jika memungkinkan
- TD : 170/84 mmHg
hasil : klien mengatakan sudah sedikit
S : 36,5oC
tenang saat ditemani mengobrol N : 85 x/menit
3) latih teknik relaksasi (teknik nafas dalam) RR : 26 x/menit
hasil :klien dapat melakukan teknik relaksasi Sat O2 :100%
A: Masalah keperawatan
dengan baik
cemas belum teratasi
P: Intervensi dihentikan dan
pertahankan kondisi klien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit
dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar
kelengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti. (Anwar, Bahri, 2009)
B. Saran
Semoga materi kelompok sajikan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
sebagai masukan serta untuk menambah wawasan. Kelompok juga menyadari bahwa
dalam pembuatan maklah ini masih belum sempurna sehingga kelompok berharap agar
makalah ini bisa menjadi pertimbangan dan motivasi bagi rekan-rekan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang lebih baik lagi bagi klien.
51
DAFTAR PUSTAKA
Karim, S. Kabo, P. 2014. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter
Umum. Jakarta : Balai Penerbit UI
Price, Sylvia Anderson. 2013. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.
Jakarta. EGC
Sudoyo, Aru W. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, jilid I. Jakarta: FK UI
iii