1
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1. DEFINISI
Hipoparatiroidisme adalah kelainan endokrin dengan hipokalsemia dan
insufisiensi kadar hormon paratiroid di sirkulasi, sering terjadi pada orang dewasa
yang mengalami pengangkatan kelenjar tiroid. (Mia Savira,2018)
Hipoparatiroidisme adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat
mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Yodha Pranata,2014)
Kondisi yang menyebabkan Hipoparatiroidisme adalah sekresi hormone
paratiroid yang tidak adekuat setelah gangguna suplai darah atau pengangkatan
jaringan kelenjar paratiroid selama tindakan tiroidektomi, paratiroidektomi,atau
sekresi leher radikal. (Brunner,Sudarth,2014)
1.2.ETIOLOGI
2. Hipoparatiroidisme congenital familial
Hipoparatiroid ini terjadi karena adanya mutasi gen yang menyebabkan
gangguan fungsi kelenjar paratiroid sehingga penghasilan hormon paratiroid
tidak adekuat.
3. Hipotiroidisme bedah
Hipoparatiroid disebabkan karena kerusakan kelenjar paratiroid akibat operasi.
Penghilangan atau kerusakan kerusakan paratiroid dapat mengkomplikasi
tiroidektomi. Hal ini dapat terjadi akibat gangguan pasokan darah atau edema
pascabedah dan fibrosis.
4. Hipoparatiroidisme idiopatik
Hipoparatiroid yang tidak diketahui mekanisme etiologinya.
5. Hipoparatiroidisme autoimun
Hipoparatiroid yang disebabkan antibody paratiroid sehingga fungsi kelenjar
paratiroid terganggu. Hipoparatiroid autoimun sering disertai penyakit Addison
dan mukokutan kronis. (Yodha Pranata,2014)
1.3.MANIFESTASI KLINIK
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas sistem neuromuskeler dan turut
menimbulkan gejala utama hipoparatiroidisme yang berupa tetani. Pada awalnya
nyeri dan kram otot kemudian menjadi mati rasa, kaku, dan perih pada tangan dan
kaki.
Pada keadaan tetanus yang nyata, tanda-tanda mencakup bronkospasme,
spasme laring, spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan
ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia, aritmia jantung serta kejang.
Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan bahkan delirium.
Perubahan pada EKG dan hipotensi dapat terjadi.
2
Gigi bererupsi lambat dan tidak teratur. Pembentukan tidak teratur, dan gigi
sangat lunak. Kulit dapat kering dan bersisik. (Yodha Pranata,2014)
3
1.4.. WOC/PATHWAY HIPOPARATIROIDESME
Post op radikal karsinoma Tiroidektomi (pengangkatan Kerusakan autoimun sel Ibu Hamil
laring dan esofagus total tiroid) paratiroid
Menderita hiperparatiroid
Putusnya aliran darah untuk Tidak ada kelenjar paratiroid Paratiroiditis auto imun
kelenjar paratiroid Kalsium tinggi
HIPOPARATIROID
4
Hipoparatiroid
Defisiensi PTH
↑ Ekskresi Ca oleh ginjal ↓ absorbsi Ca dalam tulang ↓ absorbsi Ca dalam usus ↑ Reabsorbsi fosfat
1.6.PENATALAKSANAAN MEDIS
Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi, terapi yang harus
segera dilakukan adalah pemberian intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat
10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus.. Jika terapi ini tidak segera
menurunkan iritabilitas neuromuskular dan serangan kejang, preparat sedatif
seperti pentobarbital dapat diberikan. Di samping kalsium intravena, disuntikkan
pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D 100.000 U per oral.
Pemberian peparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi
hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya
insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon, maka penggunaan preparat
ini dibatasi hanya pada hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon
memerlukan pemantauan akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi
alergi.
Terapi bagi penderita hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar
kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium rendah fosfor diresepkan. Meskipun
susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan tinggi kalsium, jenis
makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfor yang tinggi. Bayam juga perlu
dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang
tidak larut. Tablet oral garam kalsium seperti kalsium glukonat, dapat diberikan
sebagai suplemen dalam diet. Gel alumunium karbonat (Gelusil, Amphojel)
diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan eksresinya
lewat traktus gastrointestinal.
Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau
Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3)
biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus
gastrointestinal. (Yodha Pranata,2014)
6
1.7.PENATALAKSANAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan refleks dapat menemukan beberapa refleks patologis:
1. Erb’s sign: Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada
kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)
2. Chvostek’s sign: Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat
keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot
muka.
3. Trousseau’s sign: Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih
dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagai
pada spasme carpopedal.
4. Peroneal sign: Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan
terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri
dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu.
Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:
7
BAB II
1. Pengkajian
- Riwayat Penyakit :
a. Keluhan Utama
Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk tulang , pendarahan yang
sulit berhenti , kejang-kejang , kesemutan dank lien merasa lemas /
lemah .
Periksa juga terhadap temuan tanda Chvosteks atau Trousseaus positif.
Kaji pula manifestasi distress pernapasan sekunder terhadap
laringospasme. Pada klien dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji
terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut
kering. Juga kaji terhadap sindrom seperti
Parkinson atau adanya katarak.
b. Riwayat penyakit saat ini
Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan
disekitar mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki .
c. Riwayat penyakit dahulu :
Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi khususnya
pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid. Tanyakan pada
klien apakah ada riwayat penyinaran pada leher .
d. Riwayat penyakit keluarga:
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan Hipoparatiroid.
- Pemeriksaan Fisik :
a. B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid
biasanya terdengar suara stridor, suara serak.
b. B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi
8
c. B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki.
Kesemutan, tremor, hiperefleksia, tanda chvostek’s dan trousseau’s
positif papil edema, labilitas emosional, peka rangsang, ansietas,
perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani kejang
d. B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal
e. B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen
f. B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku
buruk yang deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah
ada kelainan bentuk tulang
g. B 7 (Endokrin) : penurunan sekresi parathormon dari jumlah normal
b. Pemeriksaan radiologi.
c. Pemeriksaan EKG
2.2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Defisiensi volume cairan
2.3.RENCANA TINDAKAN
1. NANDA 2018-2020
A. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Domain 11. Kelas 2. Kode
diagnosis 00031)
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
Batasan karakteristik
- tidak ada batuk
- suara nafas tambahan
- perubahan pola nafas
- sianosis
- kesulitan verbalisasi
- penurunan bunyi nafas
- dispenea
- sputum dalam jumlah yang berlebihan
- batuk yang tidak efektif
- ortopnea
- gelisah
- mata terbuka lebar
9
factor yang berhubungan
- mukus yang berlebihan
- terpajan asap
- benda asing dalam jalan nafas
- sekresi yang tertahan
- perokok pasif
- perokok
kondisi terkait
- spasme jalan nafas
- jalan nafas alergik
- asma
- penyakit paru obstruksi kronis
- eksudat dalam alveoli
- hyperplasia pada dinding bronkus
- infeksi
- disfungsi neuromuscular
- adanya jalan nafas buatan
B. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (Domain 2.
Kelas 1. Kode diagnosis 00002)
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Batasan karakteristik
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Gangguan sensasi rasa
- Berat badab 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut berlebihan
- Asupan makanan kurang dari recommended daily allowance (RDA)
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi
- Kurang minat pada makanan
- Tonus otot menurun
- Kesalahan informasi
- Kesalahan persepsi
- Membran mukosa pucat
- Ketidakmampuan memakan makanan
- Cepat kenyang setelah makan
- Seriawan rongga mulut
- Kelemahan otot pengunyah
10
- Kelemahan otot untuk menelan
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Factor yang berhubungan
- Asupan diet kurang
Populasi berisiko
- Factor biologis
- Kesulitan ekonomi
Kondisi terkait
- Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan makan
- Gangguan psikososial
C. Defisiensi volume cairan (Domain 2. Kelas 5. Kode diagnosis 00027)
Definisi : penurunan cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraselular.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium
Batasan karakteristik
- Perubahan status mental
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor lidah
- Penurunan haluaran urine
- Penurunan pengisian vena
- Membrane mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan hematokrit
- Peningkatan konsentrasi urine
- Penurunan berat badan tiba-tiba
- Haus
- Kelemahan
Factor yang berhubungan
- Hambatan mengakses cairan
- Asupan cairan kurang
- Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
Populasi berisiko
- Usia ekstrem
11
- Bebat badan ekstrem
- Factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
Kondisi terkait
- Kehilangan cairan aktif
- Gangguan mekanisme pengaturan
- Gangguan yang mempengaruhi absorpsi cairan
- Gangguan yang mempengaruhi asupan cairan
- Kehilangan cairan hebat melalui rute normal
- Kehilangan cairan melalui rute abnormal
- Agens farmaseutika
12
2. RENCANA TINDAKAN
KRITERIA HASIL
13
2. Deviasi cukup berat dari kisaran 2. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana
normal mestinya
3. Deviasi sedang dari kisaran
3. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
normal
4. Deviasi ringan dari kisaran Colaboration
normal
1. Kelola pemberian bronkodilator
5. Tidak ada Deviasi dari kisaran
sebagaimana mestinya
normal
2. Kelola pemberian nebulizer ultrasonik
sebagaimana mestinya
MANAJEMEN NUTRISI
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Health Education
kurang dari kebutuhan selama ….x… masalah keperawatan
1. instruksikan pasien mengenai kebutuhan
tubuh (Domain 2. Kelas 1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
nutrisi yaitu membahas pedoman diet dan
Kode diagnosis 00002)
piramida makanan
14
kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan 2. tentukan apa yang menjadi prefensi makanan
kriteria hasil: bagi pasien
Observasi
1. Asupan gizi (5)
1. monitor kalori dan asupan makanan
2. Asupan makanan (5)
2. monitor kecenderungan terjadinya
3. Asupan cairan (5)
penurunan dan kenaikan berat badan
4. Energy (5)
Nursing Treatment
5. Rasio berat badan/tinggi badan (5)
1. anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
6. Hidrasi (5)
tegak dikursi ,jika memungkinkan
Keterangan
2. anjurkan pasien mengenai modifikasi diet
1. Sangat menyimpang dari rentang
yang diperlukan misalnya,NPO,cairan
normal
bening,cairan penuh,lembut atau diet sesuai
2. Banyak menyimpang dari
toleransi
rentang normal
3. anjurkan pasien untuk memantau kalori dan
3. Cukup menyimpang dari
intake makanan misalnya buku harian
rentang normal
makanan
4. Sedikit menyimpang dari
Kolaborasi
rentang normal
15
5. Tidak menyimpang dari rentang 1. Beri obat-obatan sebelum makan,misalnya
normal penghilang rasa sakit,antiemetik. Jika
diperlukan
16
3. Cukup terganggu KOLABORASI
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
4. Sedikit terganggu
obat deuretik
5. Tidak terganggu
17
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Hipoparatiroidisme adalah kelainan endokrin dengan hipokalsemia dan
insufisiensi kadar hormon paratiroid di sirkulasi, sering terjadi pada orang
dewasa yang mengalami pengangkatan kelenjar tiroid.
Hipoparatiroid ini terjadi karena adanya mutasi gen yang menyebabkan
gangguan fungsi kelenjar paratiroid sehingga penghasilan hormon paratiroid
tidak adekuat.
Hipoparatiroid disebabkan karena kerusakan kelenjar paratiroid akibat
operasi. Penghilangan atau kerusakan kerusakan paratiroid dapat
mengkomplikasi tiroidektomi. Hal ini dapat terjadi akibat gangguan pasokan
darah atau edema pascabedah dan fibrosis.
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas sistem neuromuskeler dan turut
menimbulkan gejala utama hipoparatiroidisme yang berupa tetani. Pada
awalnya nyeri dan kram otot kemudian menjadi mati rasa, kaku, dan perih pada
tangan dan kaki.
Pada keadaan tetanus yang nyata, tanda-tanda mencakup
bronkospasme, spasme laring, spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta
pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia,
aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas,
depresi dan bahkan delirium.
3.2.SARAN
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
sasarannya. Kami selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari
semua pihak yang sama-sama bertujuan membangun makalah ini demi
perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bunner, Suddarth. 2013. Keperawatan Medical Bedah Edisi 12. Penerbit Buku
Kedokteran : EGC
19