Anda di halaman 1dari 172

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

Y
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER :
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS PLERED KABUPATEN
PURWAKARTA TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk


menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Di Akademi Keperawatan RS. Efarina

ANNISA FITRI VIRGIANI

1900001006

AKADEMI KEPERAWATAN RS EFARINA PURWAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2021-2022
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN RS EFARINA
2022
ANNISA FITRI VIRGIANI
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. Y DENGAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PLERED KABUPATEN
PURWAKARTA TAHUN 2022
X + 126 halaman + 15 tabel + 2 bagan + 10 lampiran

ABSTRAK
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Seiring dengan
bertambahnya usia maka seseorang akan sangat rentan mengalami masalah
kesehatan, salah satunya yaitu masalah sistem kardiovaskuler : Hipertensi.
Hipertensi yaitu penyakit yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan
darah >140/90 MmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit.
Faktor keturunan, ras, jenis kelamin, usia serta kebiasaan hidup dapat menjadi
faktor pemicu terjadinya hipertensi. Menurut WHO 2021 prevalensi hipertensi
mencapai 22% dari total penduduk di dunia, diperkirakan 1,28 miliar lansia di
dunia mengalami hipertensi. Dari data UPTD Puskesmas Plered tahun 2021-2022
didapatkan bahwa ada 319 kasus hipertensi yang terjadi pada lansia yang
melakukan rawat jalan, hal ini terjadi karena masih banyak warga yang belum
mengetahui tentang diet hipertensi dan masih jarang warga melakukan
pemeriksaan tekanan darah sehingga tekanan darahnya tidak terkontrol.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Diagnosa penyakit
hipertensi yang muncul dalam teori yaitu ada 4 diantaranya nyeri,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, intoleransi aktivitas dan resiko
penurunan curah jantung. Sedangkan diagnosa yang muncul dalam hasil
penelitian pada Ny. Y yaitu ada 4 diantaranya nyeri, ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer, gangguan persepsi sensori penglihatan dan ganggguan pola tidur.
Artinya terdapat perbedaan antara diagnosa yang muncul didalam teori dengan
diagnosa yang muncul dalam hasil penelitian dikarenakan pada setiap penderita
akan memiliki keluhan yang berbeda sesuai dengan kondisi fisik, psikis serta
riwayat penyakit penyerta yang diderita.Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 x 3 jam dalam 3 hari, didapatkan hasil bahwa nyeri teratasi,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teraratasi dengan hasil tekanan darah
menurun serta pusing hilang, gangguan persepsi sensori penglihatan teratasi dan
klien sudah bisa tidur dengan nyenyak.
Kesimpulan dalam hasil penelitian ini yaitu didapatkan 4 diagnosa teratasi yaitu
nyeri, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, gangguan persepsi sensori
penglihatan dan ganggguan pola tidur.

Kata Kunci : Keperawatan Gerontik, Sistem Kardiovaskuler, Hipertensi


Kepustakaan : 50 ( 2012-2021)

i
NURSING SCIENCE PROGRAM (D-III)
NURSING ACADEMI EFARINA HOSPITAL
2022
ANNISA FITRI VIRGIANI
NURSING CARE GERONTIC FOR ERDERLY WITH CARDIOVASCULAR
SYSTEM DISORDER : HYPERTENSION IN WORKING AREA UPTD
PLERED HEALT CENTER DISTRICT OF PURWAKARTA YEAR 2022.
X + 126 pages + 15 tables + 2 grafics + 10 attachements

ABSTRACT
Elderly is someone who has reached of 60 years old. Along with increasing ages
a person will be very susceptible to experiencing health problem, one of which is
cardiovasculary system problem : Hypertension. Hypertension is a disease
characterized by increase blood pressure of >140/90 Mmhg in two
measurements with interval of 5 minutes.hereditary factors, ethnic, gender age
and live style can be the factors that happen of hypertension. Obey to the WHO
2021, the prevalence of hypertesion reaches 22% of total population in the world.
Estimated that 1.28 billion elderly people in the worls have hypertension. From
data of the UPTD Plered Health Center in 2021-2022 it as found that there are
312 cases of hypertension that occured in elderly outpatient. This happened
because there are still many residents who didn’t know about the hypertension
diet and it was still rare residents to check of the blood pressure so that their
blood pressure wasn’t controlled. This study aims to provide Nursing Care For
Elderly with Cardiovascular System Disorder : Hypertension including
assessement, diagnoses,implementations, interventions and evaluations of
nursing. Diagnoses of hypertension that appears in theory namely there are 4 of
them are pain, ineffective peripheral tissue perfusion, activity intolerance and the
risk of decreased cardiac output. While the diagnoses that appeared in the
research results on Mrs. Y were 4 of them pain, ineffective peripheral tissue
perfusion. visual perception sensory disorder, and sleep pattern disorder. Have
different complaints according to there physical psychological condition and
history of comorbidites suffered. After was nursing care for 3 x 3 hours in 3 days,
the results showed that pain was resolved, ineffective peripheral tissue perfusion
was resolved with the results of decreased blood pressure and dizzines
disappeared, visual perception sensory disorder was resolved and client was can
sleep able to well. The results of this study that is obtained 4 diagnoses resolved
namely pain, ineffective peripheral tissue perfusion visual perception sensory
disorder, and sleep pattern disorder.

Keyword : Gerontic Nursing, Cardiovascular System, Hypertension


Literature : 50 ( 2012-2021)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya

Tulis lmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NY. Y DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER :

HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PLERED

KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2022”.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak

mendapatkan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak terlepas dari

bantuan tenaga, pikiran, dan dukungan moril. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah memberi

dukungan serta penyediaan lapangan penelitian demi penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ketua Yayasan Akademi Keperawatan Rs Efarina Purwakarta

2. Ns. Wirdan Fauzi Rahman. S.Kep, M.Kep. Selaku Direktur Akademi

Keperawatan Rs. Efarina Purwakarta sekaligus Pembimbing I Divisi

Gerontik, yang telah senantiasa memberikan waktunya untuk membimbing

serta mendidik, dan memberikan pengarahan demi terselesaikannya Karya

Tulis Ilmiah ini.

3. H. Nelson Doloksaribu. S.Pd, M. Kes. Selaku Wakil Direktur I dan sekaligus

Pembimbing II Divisi Gerontik, yang telah turut membimbing serta

memberikan saran dan masukannya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

iii
4. H. Haris Ridwansyah. S.Kep. Ners. MM.Kes. Selaku Dosen Penguji I, yang

telah memberikan saran serta masukan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Di Akademi Keperawatan Rs. Efarina

Purwakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta tenaganya untuk

mendidik penulis.

6. Kepala UPTD Puskesmas Plered. Hj. Erna Siti Nurjanah, M.KM beserta

seluruh staf pegawai di UPTD Puskesmas Plered, yang telah memberikan

saran serta lapangan penelitian dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

7. Kepada orang tua Ayah ( Yeyen Saepudin, S.Pd ) dan Ibu ( Aminah) yang

telah memberikan waktu dan tenaganya dalam memenuhi kebutuhan hidup,

merawat, membesarkan, menjaga dan membimbing, serta memfasilitasi

dalam penulisan Karya Tulis Ilmah ini serta doa tulus yang tiada hentinya

mengiringi penulis.

8. Kepada M. Fajar Ryandhi yang selalu senantiasa membantu dan

menyempatkan waktunya untuk mengantar bimbingan dan Penelitian demi

tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kepada teman- teman satu Divisi Gerontik yang telah sama sama berjuang

dan memeberi bantuan dalam membuat penulisan Karya Tulis Ilmiah.

10. Tidak lupa teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta

iv
saran yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan Karya Tulis ini.

Demikian semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Purwakarta, 12 Juli 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i
ABSTRACT.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR BAGAN................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................12
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................13
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................14
E. Sistematika Penulisan................................................................................15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................17
A. Konsep Dasar Lansia.................................................................................17
1. Definisi................................................................................................17
2. Batasan Lansia....................................................................................18
3. Teori Penuaan.....................................................................................20
4. Perubahan- Perubahan Pada Lansia....................................................22
5. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia............................................27
6. Kebutuhan Psikologis Pada Lansia.....................................................28
B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi............................................................29
1. Definisi.................................................................................................29
2. Etiologi................................................................................................30
3. Anatomi Fisiologi...............................................................................32
4. Klasifikasi...........................................................................................37
5. Tanda dan Gejala................................................................................38
6. Pathway...............................................................................................39
7. Patofisiologi........................................................................................40
8. Penatalaksanaan Medis.......................................................................41
9. Pemeriksaaan Penunjang....................................................................41

vi
10. Komplikasi..........................................................................................41
C. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis.......................................................41
1. Pengkajian...........................................................................................41
2. Analisa data.........................................................................................41
3. Diagnosa Keperawatan.......................................................................41
4. Intervensi Keperawatan......................................................................41
5. Implementasi Keperawatan.................................................................41
6. Evaluasi Keperawatan.........................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................41
A. Pendekatan.................................................................................................41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................41
C. Metodologi Penelitian................................................................................41
D. Subyek Penelitian.......................................................................................69
E. Pengumpulan Data.....................................................................................69
F. Analisa Data...............................................................................................41
G. Keabsahan Data.........................................................................................41
H. Etika Penelitian..........................................................................................41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................41
A. Gambaran Lokasi Penelitian......................................................................41
B. Pengkajian..................................................................................................41
C. Analisa Data...............................................................................................41
D. Diagnosa Keperawatan..............................................................................41
E. Intervensi Keperawatan.............................................................................41
F. Implementasi Keperawatan........................................................................41
G. Evaluasi Keperawatan................................................................................41
H. Analisis berbasis P-I-O-T..........................................................................41
I. Clinical Based and Patient Values............................................................41
J. Pembahasan................................................................................................41
BAB V PENUTUP................................................................................................41
A. Kesimpulan................................................................................................41
B. Saran..........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indeks Kazt.............................................................................................53


Tabel 2.2 Barthel Indeks........................................................................................55
Tabel 2.3 Penilaian SPMSQ...................................................................................56
Tabel 2.4 Penilaian MMSE....................................................................................57
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan.........................................................................64
Tabel 4.1 Indeks Kazt Pada Ny. Y.........................................................................83
Tabel 4.2 Barthel Indeks Pada Ny. Y.....................................................................84
Tabel 4.3 Penilaian SPMSQ Pada Ny. Y...............................................................85
Tabel 4.4 Penilaian MMSE Pada Ny. Y................................................................86
Tabel 4.6 Analisa Data Pada Ny. Y.......................................................................91
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan Pada Ny. Y......................................................94
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pada Ny. Y................................................98
Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pada Ny.Y.......................................................105
Tabel 4.9 Review Jurnal.......................................................................................109
Tabel 4.10 Intervensi Menurunkan Tekanan Darah & Gangguan Tidur.............112

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Hipertensi39


Bagan 4.1 Genogram Keluarga Ny. Y78

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Izin Penelitian Kesbangpol Kabupaten Purwakarta


Lampiran II. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta
Lampiran III. Surat Izin Penelitian Puskesmas Plered
Lampiran IV. SAP
Lampiran V. Lefleat
Lampiran VI. Jurnal Jus Tomat dan Terapi Musik
Lampiran VII. Informed Consent
Lampiran VIII. Lembar Bimbingan I
Lampiran IX. Lembar Bimbingan II
Lampiran X. Riwayat Hidup

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan periode akhir dari kehidupan dimana seseorang

akan mengalami kemunduran progresif mulai dari fungsi fisik, kognitif,

dan sebagainya yang akan berakibat pada peningkatan beban sistem

kesehatan (Gutiérrez, Dkk. 2018).

World Population Data Sheet yang dilansir Population Reference

Bureau (PRB) 2012 memperkirakan bahwa penduduk lansia di dunia

yang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2012 mencapai 8% dari 7 milyar

penduduk dunia atau berjumlah sekitar 564 juta jiwa. Sebanyak 53% dari

seluruh penduduk lansia dunia itu berada di Asia. Sampai sekarang ini,

penduduk di 11 negara anggota World Health Organization (WHO)

kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta

orang dan di perkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun

2050 (WHO 2012 dalam Sari, 2017).

Proporsi lansia pada tahun 2021 telah mencapai 10,82 persen atau

sekitar 29,3 juta orang. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa Indonesia

sudah memasuki fase struktur penduduk menua, yang ditandai dengan

proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas di Indonesia

sudah melebihi 10 % dari total seluruh penduduk (Kemenkes, 2017 dalam

Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021).

1
2

Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia pada tahun 2010-2035, jumlah

penduduk lansia di Jawa Barat pada tahun 2017 yaitu sebanyak 4,16 juta

jiwa atau sekitar 8,67 % dari total penduduk Jawa Barat, yang terdiri dari

2,02 juta jiwa (8,31%) lansia laki-laki dan 2,14 juta jiwa (9,03%) lansia

perempuan ( Profil Lansia Provinsi Jawa Barat 2017).

Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi perubahan

pada struktur dan fungsi di dalam sel dan jaringan serta sistem organ

lainnya. Perubahan tersebut akan mempengaruhi kemunduran kesehatan

fisik pada lansia yang akhirnya akan berpengaruh pada kerentanan

terhadap penyakit. Lansia akan mengalami berbagai penurunan pada

fungsi imunitas didalam tubuhnya termasuk penurunan fungsi pada sistem

kardiovaskuler, salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang sering

menyerang lansia yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi (Akbar, 2020).

Kondisi penyakit kardiovaskuler terjadi seiring dengan

bertambahnya usia dimana terjadi penurunan elastis dinding pembuluh

darah arteri serta terjadi kekakuan pada pembuluh darah sistemik akibat

proses penuaan, hal ini akhirnya akan menyebabkan terjadinya kelainan

pada sistem kardiovaskuler yang akan mengakibatkan lansia rentan

mengalami gangguan tekanan darah seperti hipertensi (Harsismanto.,Dkk

2020).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

tekanan darah sistolok lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
3

lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima

menit dan dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Pusdatin Kemenkes

RI , 2014).

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes

(2018), gejala hipertensi sangat bermacam-macam pada setiap individu

dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejalanya adalah sakit kepala atau

rasa berat ditengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah

penglihatan kabur, telinga berdenging dan mimisan. ( Telaumbanua 2021).

Faktor yang berperan dalam terjadinya hipertensi yaitu meliputi

faktor mayor yakni faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor

minor yakni faktor resiko yang masih dapat dikendalikan. Keturunan, ras,

jenis kelamin, dan usia merupakan faktor resiko yang tidak dapat

dikendalikan, sedangkan kurang olahraga, merokok, stress, obesitas,

kebiasaan mengonsumsi kopi, alkohol, dan pola makan yang tidak teratur

merupakan faktor risiko yang dapat dikendalikan (Hamria 2020).

World Health Organization 2021 mengemukakan bahwa

prevalensi hipertensi telah mencapai angka 22% dari total penduduk di

seluruh dunia, diperkirakan 1,28 milar orang lansia di seluruh dunia

mengalami hipertensi, dua pertiganya berasal dari negara yang

berpenghasilan rendah dan menengah. Asia Tenggara menduduki posisi ke

3 dengan prevalensi hipertensi mencapai 25% pada lansia. Proporsi

hipertensi berdasarkan pengukuran menunjukan bahwa kelompok

perempuan memiliki proporsi lebih besar mengalami penyakit hipertensi


4

dibandingkan dengan laki-laki. Menurut American Collage Of Cardiology

penyebabnya adalah saat wanita mengalami pre menopause produksi

hormon estrogennya menghilang sedikit demi sedikit, proses ini akan terus

berlanjut dan akan menyebabkan menurunnya produksi hormon estrogen

sehingga akan terjadi kerusakan pada pembuluh darah (Pusdatin

Kemenkes RI 2021).

Berdasarkan data 10 masalah kesehatan pada pra lansia dan lansia

di Indonesia, hipertensi merupakan penyakit yang menduduki peringkat

pertama dengan angka prevalensi (45,9%) pada usia 55-64 tahun, (57,6%)

pada usia 65-74 tahun, dan (63,8%) pada usia ±75 tahun. Tingginya angka

kejadian hipertensi pada lansia yaitu disebabkan karena kebanyakan lansia

sering mengonsumsi daging ayam, susu yang mengandung banyak lemak

dan gorengan yang mengandung banyak minyak. Semakin tinggi kadar

lemak maka akan menyebabkan kadar kolesterol dalam darah meningkat

dan akan mengendap menjadi plak yang menempel pada dinding arteri,

sehingga terjadi penyempitan pada arteri yang akan memaksa jantung

bekerja lebih berat dan menyebabkan tekanan darah menjadi lebih tinggi,

kadar lemak yang tinggi juga dapat menyebabkan obesitas sehingga dapat

memicu timbulnya penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan dari data Dinas Provinsi Jawa Barat tahun 2018,

prevalensi hipertensi pada semua penduduk yaitu sebesar 39,9%. Provinsi

Jawa Barat berada pada urutan ke-2 di Indonesia yang penduduknya

banyak mengalami hipertensi dengan kelompok umur yang paling banyak


5

menderita hipertensi yaitu usia ± 75 tahun dengan jumlah 77%, karena

lansia pada usia ±75 tahun aktivitas fisiknya sudah menurun yang

mengakibatkan frekuensi denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jantung

harus bekerja keras untuk memompa pada saat kontraksi, semakin

beratnya otot jantung memompa maka akan menyebabkan tekanan darah

arteri meningkat (Riskesdas Jawa Barat, 2018).

Hasil pemeriksaan tekanan darah yang dilakukaan pada 6.894

penduduk di Purwakarta hasilnya menunjukan bahwa 44,28% menderita

hipertensi. Tingginya angka hipertensi ini dikarenakan yang tercatat adalah

pemeriksaan pada lansia dengan umur diatas >45 tahun. Faktor penyebab

tingginya angka hipertensi ini karena masih banyaknya orang yang

berpendidikan rendah dan pengetahuannya kurang sehingga sulit atau

lambat menerima informasi penyuluhan yang akan berdampak pada

perilaku hidup sehat yang buruk (Profil Kesehatan Kabupaten Purwakarta,

2017).

Upaya untuk mengendalikan dan mencegah hipertensi yaitu

dengan cara melakukan gaya hidup sehat, hal ini sangat penting karena

gaya hidup sehat akan membuat tubuh kita sehat seperti melakukan

olahraga teratur, berhenti merokok, mengendalikan kadar kolesterol,

menjaga berat badan dan mengendalikan mengonsumsi makanan yang

dapat memperberat kerja jantung. Jenis makanan tidak sehat yang dapat

menyebabkan hipertensi yaitu makanan siap saji yang mengandung bahan

pengawet, kadar garam dan lemak yang tinggi (Aswan., Dkk, 2021).
6

Penelitian Christine (2021), Penelitian ini mengunakan rancangan

praeksperimental dengan rancangan pra-pasca tes dalam satu kelompok

(one-grup pra-posttest design) dengan ciri penelitian ini adalah

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas penelitian adalah konsumsi jus mentimun.

Variabel terikat adalah penurunan tekanan darah. Populasi pada penelitian

ini berjumlah 19 orang lansia dengan hipertensi di PSTW Sinta Rangkang.

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi berjumlah 17

orang dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

Kriteria pemilihan sampel yaitu: lansia dengan hipertensi tanpa penyakit

penyerta, lansia dengan hipertensi grade 1 dan 2 dan bersedia menjadi

sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan proporsi

berdasarkan distribusi frekuensi perubahan tekanan darah sistol sebelum

diberikan terapi jus mentimun, terjadi penurunan tekanan darah pada

partisipan sebanyak 16 orang (94,1%), yang terjadi kenaikan tekanan

darah sebanyak 1 orang (5,9%) dan yang tidak mengalami perubahan

sebanyak 0 (0%). Selanjutnya, terdapat perbedaan proporsi berdasarkan

distribusi frekuensi perubahan tekanan darah diastol sebelum diberikan

terapi jus mentimun. Penelitian ini menunjukkan terjadinya penurunan

tekanan darah sebanyak 13 partisipan (76,5%), yang terjadi penaikan

tekanan darah sebanyak 1 orang (5,9%) dan yang tidak mengalami

perubahan sebanyak 3 orang (17,6%). Hasil penelitian ini didukung oleh


7

penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2014) yang menunjukkan

penurunan tekanan darah diastole sebesar 6.67 + 6.726 mmHg. Hasil

Wilcoxon Rank Test untuk melihat efektifitas dari pemberian jus mentimun

pada responden dengan α = 0,025; hasil penelitian ini α=0,000. Jika hasil α

di bawah 0,025 maka Ha di terima, yang berarti terjadi perubahan tekanan

darah sistole sesudah diberikan terapi jus mentimun.

Penelitian yang dilakukan Herlina 2021, Jenis penelitian

eksperimen dengan menggunakan desain penelitian quasi exsperiment

dengan one grup Pretest-Postest Desain. Rancangan penelitian ini

melibatkan dua kelompok perlakuan Sebelum intervensi kelompok

diberikan penelitian diawali dengan pretest dan setelah intervensi

diberikan postest. Populasi penelitian seluruh penderita Hipertensi yang

datang berkunjung ke Puskesmas Lubuk Buaya Padang bulanan, pada

tahun 2019 yang berjumlah 364 orang. Pengambilan sampel pada

penelitian ini dengan cara non probability menggunakan teknik Purposive

sampling. Pada penelitian eksperimen sederhana maka jumlah anggota

sampel antara 10 sampai 20 sampel. Sampel yang digunakan pada

penelitian ini sebanyak 5 orang penderita hipertensi untuk perlakuan jus

belimbing. Analisis data dilakukan secara Univariat dan Bivariat dengan

menggunakan uji simple paired t-test dan uji t-tes independen.

Berdasarkan hasil yang telah dilakukan pengaruh Pemberian Jus

Belimbing terhadap tekanan darahpada penderita Hipertensi didapatkan

selisih Tekanan darah sistol adalah 18,600 MmHg dengan standar deviasi
8

6,025 mmHg dan selisih tekanan darah diastol adalah 16,000 MmHg

dengan standar deviasi 4,583 mmHg. Hasil uji statistik dengan uji paired

t-test didapatkan tekanan darah sistol di dapatkan nilai p = 0,002 berarti p

≤ 0,05 sedangkan tekanan darah diastol didapatkan nilai p = 0,001 berarti

p ≤ 0,05 maka di dapatkan p ≤ 0,05 dianggap bermakna berarti ada

pengaruh pemberian jus belimbing terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi.

Penelitian Cholifah 2021, Jenis penelitian yang dipakai dalam

penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment

design) dengan rancangan non equivalent control group. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua penderita hipertensi di Puskesmas Purwosari

Kudus bulan Januari-Maret 2021 yang berjumlah 62 orang. Sampel dalam

penelitian ini penderita hipertensi di Puskesmas Purwosari Kudus bulan

Januari-Maret 2021 yang berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel

secara purposive sampling. Dengan kriteria inklusi pasien penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Purwosari, pasien penderita

hipertensi pada bulan Januari – Maret 2021, sedangkan kriteria eksklusi

adalah pasien penderita hipertensi yang tidak ada di rumah, pasien

penderita hipertensi yang tidak bersedia menjadi responden. Instrumen

dalam penelitian ini adalah lembar checklist untuk instrument pemberian

jus tomat, untuk tekanan darah menggunakan Spigmomanometer dan

stetoskop. Analisa dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Jenis

penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen


9

semu (quasi experiment design) dengan rancangan non equivalent control

group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita hipertensi di

Puskesmas Purwosari Kudus bulan Januari-Maret 2021 yang berjumlah 62

orang. Sampel dalam penelitian ini penderita hipertensi di Puskesmas

Purwosari Kudus bulan Januari-Maret 2021 yang berjumlah 38 orang.

Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Dengan kriteria

inklusi pasien penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Purwosari,

pasien penderita hipertensi pada bulan Januari – Maret 2021, sedangkan

kriteria eksklusi adalah pasien penderita hipertensi yang tidak ada di

rumah, pasien penderita hipertensi yang tidak bersedia menjadi responden.

Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar checklist untuk instrument

pemberian jus tomat, untuk tekanan darah menggunakan

Spigmomanometer dan stetoskop. Analisa dalam penelitian ini

menggunakan uji Wilcoxon. Jus tomat mampu mengurangi tekanan darah

karena tomat yang kandungan kimia dalam 100 gr tomat seperti kalori 20

kal, protein 1 gr, karbohidrat 4,2 gr, kalsium 5 mg, kalium 360 mg, besi

0,5 mg, vitamin C 40 mg, vitamin A 1.500 SI, vitamin B1 0,06 mg, air 94

gr. Dari kandungan yang tertera di atas seperti kandungan kalium yang

cukup tinggi dalam 100 gr tomat, 94 % berupa air yang bermanfaat

sebagai pelarut dan membawa sampah hasil metabolisme tubuh sehingga

jika kelebihan kalium atau natrium dapat dikeluarkan melalui air seni.

Proses tersebut dapat menjaga tekanan darah tetap normal. Dalam 100 gr

tomat 360 mg adalah mineral kalium. Kalium merupakan elektrolit yang


10

berfungsi sebagai pengatur cairan intrasel sehingga mencegah

penumpukan cairan dan natrium dalam sel yang mampu meningkatkan

tekanan darah. Kalium juga memiliki fungsi sebagai vasodilatasi pada

pembuluh darah. Vasodilatasi pada pembuluh darah dapat menurunkan

tahanan perifer dan meningkatkan curah jantung sehingga tekanan darah

dapat normal. Selain itu, kalium dapat menghambat pelepasan renin

sehingga mengubah aktifitas sistem renin angiotensin dan kalium juga

mampu mempengaruhi sistem saraf perifer dan sentral yang

mempengaruhi tekanan darah sehingga tekanan darah dapat terkontrol.

Kandungan kalsium yang terdapat dalam tomat memang tidak terlalu

dominan tetapi kalsium mampu berfungsi sebagai pengatur ritme jantung

agar lebih teratur. Kalsium dapat menjaga keseimbangan natrium dan

kalium dalam darah, selain itu kalsium membantu meluruhkan plak yang

menempel pada pembuluh darah. Oleh sebab itu maka kalium yang tinggi

dalam tomat beserta kalsium merupakan komponen penting dalam

menurunkan tekanan darah, terutama untuk menurunkan tekanan darah

sistolik. Di samping kalium dan kalsium yang diduga memberikan efek

penurunan tekanan darah ada satu zat yang mendukung kerja ACE

inhibitor yakni kandungan flavonoid dalam tomat. Dari hasil penelitian

dapat dibandingkan pada kelompok kontrol tekanan darah kategori tinggi

sebanyak 16 responden (88,89%) sedangkan pada kelompok eksperimen

hanya 2 responden (11,11%), pada kelompok kontrol kategori sedang

sebanyak 2 responden (33,33%) sedangkan pada kelompok eksperimen 4


11

responden (66,67%), dan pada kelompok kontrol kategori rendah sebanyak

1 responden (7,14%) sedangkan pada kelompok eksperimen 13 responden

(92,86%). Masih terdapatnya responden setelah diberikan jus tomat

dengan tekanan darah kategori tinggi sebanyak 2 responden (11,11%) hal

ini disebabkan karena responden tidak mau mengurangi asupan garam.

Dengan demikian dapat disimpulkan adanya pengaruh pemberian jus

tomat terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas

Purwosari Kudus.

Hasil studi pendahuluan terdahulu yang dilakukan oleh peneliti di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered didapatkan data bahwa pada

tahun 2021 hipertensi merupakan penyakit peringkat pertama yang banyak

diderita oleh warga Plered yaitu sebesar 1.946 kasus. Salah satu desa yang

banyak penduduknya menderita hipertensi yaitu desa Cibogogirang

dengan jumlah 197 dan ada 280 kasus hipertensi yang terjadi pada lansia

yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Plered per Januari-Desember

2021. Sedangkan menurut Rekap data hipertensi di Puskesmas Plered pada

Januari-Maret 2022 ada sekitar 3611 kasus dan 39 kasus terjadi pada

lansia rawat jalan. Hasil studi pendahuluan ini didukung dengan

penelitian yang menyatakan 9 pasien masih belum memahami diet untuk

penderita hipertensi dan masih jarang melakukan pemeriksaan tekanan

darah sehingga menyebabkan tidak terkontrolnya tekanan darah .

Berdasarkan angka kejadian hipertensi diatas, maka peran perawat

sangatlah penting bagi penderita Hipertensi terutama untuk kalangan


12

lansia dengan cara memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

Perawat juga berwenang dalam melakukan pengkajian keperawatan

terhadap kesehatan masyarakat di tingkat keluarga maupun kelompok,

diantaranya melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat

atau promosi kesehatan, melakukan penyuluhan kesehatan, dan melakukan

konseling serta pemberdayaaan masyarakat. Selain itu perawat juga

mempunyai peran sebagai pembuat keputusan, manager kasus,

rehabilitator, komunikator, penyuluh, kolaborator serta sebagai edukator

dan sebagai konsultan untuk klien lansia yang mengalami penyakit

hipertensi agar dapat meningkatkan derajat kesehatannya dan dapat

mengenal tanda dan gejala serta penanganan yang tepat pada penyakit

hipertensi.

Berdasarkan dari berbagai pernyataan di atas, penulis tertarik untuk

mengangkat masalah tersebut dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.Y Dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2022”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penulisan

Karya Tulis Ilmiah adalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Lansia

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta.”


13

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dapat menerapkan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.Y dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Ny.Y dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi Di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta.

b. Dapat merumuskan Diagnosa Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Ny.Y dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi Di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta.

c. Dapat Menyusun Intervensi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Ny.Y dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi Di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta.

d. Dapat melakukan Implementasi Asuhan Keperawatan Gerontik

Pada Ny. Y dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi

Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Kabupaten

Purwakarta.

e. Dapat melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Ny.Y dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi Di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta.


14

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman yang nyata dalam pembuatan Karya Tulis

Ilmiah dalam penerapan mata kuliah.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi tambahan refrensi dalam penelitan selanjutnya bagi

rekan-rekan mahasiswa dan bagi civitas akademik dapat menjadi

salah satu dokumentasi untuk mengembangkan ilmu dalam

melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik pada lansia yang

mengalami Hipertensi.

c. Bagi Lahan Penelitian

Diharapkan dapat menjadi masukan untuk lahan penelitian dalam

upaya menngkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam pemberian

asuhan keperawatan pada lansia dengan Penyakit Hipetensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien dan keluarga pasien

Keluarga pasien dapat mengetahui tentang penyakit hipertensi, dan

keluarga pasien atau pasien dapat mengetahui cara merawat dan

mencegah penyakit Hipertensi.


15

b. Bagi Perawat

Diharapkan dapat meningkatkan profersi kerja perawat dalam

penatalaksaan penyakit Hipertensi, dan meningkatkan keterampilan

perawat dalam merawat pasien dengan Hipertensi.

E. Sistematika Penulisan

1. BAB I : PENDAHULUAN

Uraian dalam BAB I Pendahuluan berisi tentang Latar

Belakang, Rumusan Masalah,, Tujuan Penelitian,Manfaat

Penelitian dan Sistematika Penelitian.

2. BAB II : TINJAUN PUSTAKA

Uraian dalam BAB II Tinjauan Teori berisi tentang Definisi

Lansia, Batasan Lansia, Teori Penuaan, Perubahan yang

terjadi Pada Lansia, Permasalahan Pada Lansia, Kebutuhan

Psikologis Pada Lansia, Definisi Hipertensi, Anatomi

Fisiologi Sistem Kardiovaskuler, Etiologi, Patofisiologi,

Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala), Komplikasi,

Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medik, Konsep

Asuhan Keperawatan Gerontik, Pengkajian, Analisa Data,

Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan,

Implementasi Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.


16

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Uraian dalam BAB III Metode Penelitian berisi tentang

Pendekataan, Lokasi dan Waktu Penelitian, Metode

Penelitian, Subjek Penelitian, Pengumpulan Data, Analisa

Data, Keabsahan Data, dan Etika Penulisan .

4. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Uraian dalam BAB IV Hasil dan Pembahasan berisi tentang

Gambaran Lokasi Penelitian, Pengkajian, Intervensi,

Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan.

5. BAB V : PENUTUP

Uraian dalam BAB V Penutup berisi tentang Kesimpulan dan

Saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia

1. Definisi

Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun

keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahapan akhir dari fase kehidupanny. Kelompok yang

dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging

Proces (Qasim, 2021).

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, yaitu merupakan

proses menurunnya daya tahan tubuh untuk mengadapi rangsangan dari

dalam atau dari luar tubuh, seperti didalam Undang-undang No. 13 tahun

1998 yang isinya mengemukakan bahwa pelaksanaan pembangunan

nasonal yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adl dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar tahun 1945, telah

menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang terus membaik dan usia

harapan hidupnya semakin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia

semakin bertambah (Widiyawati , 2020).

Lansia atau lanjut usia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun keatas.

Lansia lebih memiliki risiko atau kemungkinan untuk mengalami berbagai

17
18

penyakit khususnya penyakit degeneratif jika dibandingkan dengan usia

muda (Ariyanti, 2020).

Dari berbagai pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lansia

merupakan seseorang yang berusia >60 tahun dan memiliki berbagai

masalah pada fungsi atau organ didalam tubuhnya yang menyebakan

lansia sangat rentan terhadap penyakit.

2. Batasan Lansia

(Widiyawati, 2020), dibawah ini beberapa pendapat tentang batasan

Lanjut Usia adalah sebagai berikut :

a. Menurut WHO Lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan ( Middle Age) adalah kelompok umur 45 tahun-

50 tahun.

2) Lanjut usia (Elderly) adalah kelompok umuur 60 tahun- 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (Old) adalah kelompok umur antara 75 tahun- 90

tahun.

4) Usia sangat tua (Very Old) adalah kelompok umur diatas 90 tahun.

b. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia adalah

sebagai berikut :

1) Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.


19

2) Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang atau jasa

5) Lansia tidak potensial

c. Menurut Prof. DR. Koeseomanto Setyonegoro, Sp.Kj dalam

Widiyawati (2020) batasan usia dewasa sampai lanjut usia

dikelompokan menjadi :

1) Usia dewasa muda ( Elderly Adulthood) yaitu usia 18 atau 20

tahun- 25 tahun.

2) Usia dewasa penuh (Middle Years) atau maturitas yaitu usia 25

tahun- 60 atau 65 tahun.

3) Lanjut usia (Geriatric Age) yaitu usia lebih dari 65 tahun-70 tahun

terbagi atas :

a) Young old (usia 70-75 tahun)

b) Old (usia 75-80 tahun)

c) Very old (usia > 80 tahun)


20

3. Teori Penuaan

Sunaryo (2016), ada beberapa teori tentang penuaan yaitu sebagai

berikut :

a. Teori Biologis

Teori ini berfokus pada proses fisiologis di dalam kehiidupan

seseorang dari semenjak ia lahir sampai meninggal. Teori ini lebh

menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel atau organ

tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis.teori

biologis dappat dibagi menjadi dua bagan yaitu Teori Stokastik dan

Teori Nonstokastik.

b. Teori Psikologi

Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang merespons pada tugas

perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus

berjalan meskipun orang itu sudah menua. Teori Psikologis terdiri dari

Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow, Teori Individualisme

Jung, dan Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson.

c. Teori Kultural

Teori ini menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh

pada budaya yang dianut seoleh seorang. Dipercayai bahwa kaum tua

tidak dapat mengabaikan sosial budaya mereka. Jika hal ini benar

maka status tua dalam perbedaan sosial dapat dijelaskan oleh sejarah

kepercayaan dan tradisi.


21

d. Teori Sosial

Teori sosial meliputi Teori Aktivitas, Teori Pembebasan, dan Teori

Kesinambungan. Teori Aktivitas menyatakan bahwa lanjut usia yang

sukses adalah mereka yang aktif dan mengikuti banyak kegiatan

sosial, sedangkan Teori Pembebasan adalah berubahnya usia seseorang

secara berangsur-angsur orang tersebut mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya. Selanjutnya Teori Kesinambungan yaitu teori

yang mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan

lansia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat

merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lansia.

e. Teori Genetika

Teori ini adalah proses penuaan kelihatannya mempunyai komponen

genetik. Hal ini dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang

sama cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai

umur yang rata-rata sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat

kecelakaan dan penyakit.

f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Teori ini menyatakan bahwa mutasi yang terjadi secara berulang

mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenal dirinya

berkurang, menurun, yang mengakibatkan kelainan pada sel dan

dianggap sebagai sel asing sehingga dihancurkan. Perubahan inlah

yang disebut sebagai peristiwa Autoimun


22

g. Teori Menua Akibat Metabolisme

Pada zaman dulu pendapat tentang lanjut usia adalah botak, mudah

bingung, pendengaran sangat menurun atau disebut budeg, menjadi

bungkuk, dan sering dijumpai kesulitan dalam menahan BAK.

h. Teori Kejiwaan Sosial.

Teori ini meliputi Activity Theory Continuity Theory dan

Disengangement Theory. Activity Theory menyatakan bahwa lanjut

usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan mengikuti banyak

kegiatan sosial. Sedangkan Continuity Theory menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe

personality yang dimilikinya.

4. Perubahan- Perubahan Pada Lansia

Sunaryo (2016), Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia

meliiputi perubahan fisik yaitu meliputi :

a. Sel

Jumlah sel pada lansia lebih sedikit, ukurannya lebih besar, jumlah

cairan tubuh dan intraselulernya berkurang, proporsi protein dalam

otak, otot, ginjal darah dan hati menurun. Jumlah sel otak juga akan

menurun sehingga oak menjadi atrofis dan beratnya berkurang 5-10%

serta mekanisme perbaikan mekanisme menurun.

b. Perubahan Pada Sistem Sensoris

Sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhubungan

dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan


23

baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterpresentasikan masukan

sensoris dalam kehidupan sehari-harinya. Lansia yang mengalami

penurunan persepsi sensori akan merasa enggan bersosialisasi karena

kemunduran fumgsi-fungsi sensoris yang dimilikinya seperti indra

penglihatan, indra pendengaran, indra pengecapan, indra penciuman,

dan indra peraba yang merupakan kesatuan integrasi dari persepsi

sensori.

c. Perubahan Pada Sistem Neurologis

Perubahan pada sistem neurologis yang terjadi pada lansia diantaranya

yaitu pertama konduksi saraf perifer yang lebih lambat mengakibatkan

reflek tendon melambat, yang kedua yaitu peningkatan lifosupin di

sepanjang neuron-neuron yang mengakibatkan vasokontriksi dan

vasodilitasi menjadi tidak sempurna, dan yang ketiga yaitu

termoregulasi oleh hipotalamus kurang efektif dan mengakibatkan

bahaya kehilangan panas tubuh.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot mengalami atropi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,

gangguan metabolik atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia

perusakan dan pembentukan tulang terhambat. Hal ini terjadi akibat

penurunan hormon estrogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa

hormon lainnya. Tulang tulang trabekulae menjadi lebih berongga,

mikro-arstektur berubah dan sering patah, baik akibat benturan ringan

maupun spontan.
24

e. Perubahan Sistem Integumen

Pada lansia epidermis menjadi tipis dan rata terutama paling jelas

diantara tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah, dan

permukaan dorsalis tangan dan kaki. Pemipisan ini menyebabkan

vena-vena tampak lebih menonjol. Sedikitnya kolagen yang terbentuk

pada proses penuaan dan adanya penurunan jaringan elastik

mengakibatkan penampilan pada lansia menjadi lebih keriput. Tekstur

kulit lebih kering karena kelenjar endokrin lebih sedikit dan penurunan

aktivitas kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea.

f. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Perubahan struktur yang terjadi pada sistem kardiovaskuler akibat

proses penuaan yaitu pertama, penebalan dinding ventrikel kiri karena

peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis.

Akibatnya yaitu ketidakmapuan jantung untuk distensi dan penurunan

kekuatan kontraktil. Kedua, jumlah sel-sel peace maker mengalami

penurunan dan berkas his kehilangan serat konduksi yang membawa

impuls ke ventrikel yang mengakibatkan terjadinya disritmia. Ketiga,

sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena

peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan

medial arteri yang akan menyebabkan penumpulan respon

baroreseptor dan penumpulan respon terhadap panas dan dingin.

Keempat, vena meregang dan mengalami dilatasi yang mengakibatkan

vena menjadi tidak kometen atau gagal dalam menutup secara


25

sempurna sehingga terjadinya edema pada eksremitas bawah dan

penumpukan darah.

g. Perubahan Sistem Pulmonal

Perubahan yang terjadi pada sistem pulmonal akibat proses penuaan

yaitu, Pertama, paru-paru menjadi kecil dan kendur, hilangnya rekoil

elastis dan pembesaran alveoli yang mengakibatkan penurunan daerah

permukaan untuk difusi gas. Kedua penurunan kapasitas vital

penuruna PaO2 residu yang mengakibatkan penurunan saturasi

oksigen dan peningkatan volume. Ketiga pengerasan bronkus dengan

peningkatan resistensi yang mengakibatkan dispnea saat beraktivitas.

Keempat kekakuan tulang iga yang mengakibatkan emfisema sinilis,

pernafasan abnormal, hilangnya suara paru pada bagian dasar. Kelima,

hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru yang

mengakibatkan atelektasis. Keenam, kelenjar mukus kurang produktif

yang mengakibatkan akumulasi cairan, sekresi kental dan sulit untuk

dikeluarkan. Ketujuh, penurunan sensitivitas sfingter esopagus yang

mengakibatkan hilangnya sensasi haus dan silia menjadi kurang aktif.

Kedelapan, penurunan sensitivitas kemoreseptor yang mengakibatkan

terjadinya perubahan dalam PaCO2 dan kurang aktifnya paru-paru

pada gangguan asam basa.

h. Perubahan Sistem Endokrin

Perubahan pada sistem endokrin yang terjadi akibat proses penuaan

yaitu, pertama kadar glukosa darah meningkat, kedua ambang batas


26

untuk glukosa meningkat ketiga residu urin dalam kandung kemih

meningkat, dan yang keempat kelenjar tiroid menjadi kecil, produksi

T3 dan T4 sedikit menurun dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat.

i. Perubahan Sistem Renal dan Urinaria

Seiring bertambahnya usia akan terdapat perubahan pada ginjal,

bladder, uretra dan sistem nervus yang berdampak pada proses

fisiologis terkait eliminasi urine.

j. Perubahan Sistem Gastrointestinal

Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan

dengan gaya hidup. Terjadi perubahan morfologik degeneratif mulai

dari gigi sampai anus yaitu antara lain perubahan atrofi pada rahang,

mukosa, kelenjar, dan otot-otot pencernaan.

k. Perubahan Sistem Reproduksi dan Kegiatan Sosial

Perubahan sistem reproduksi yang terjadi pada lansia antara lain yaitu

selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarium dan

uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur dan dorongan seksual

menetap sampai usia di atas 70 tahun, asalkan kondisi kesehatannya

baik.

l. Perubahan Mental

Perubahan yang terjadi antara lain muncul perasaan pesimis, tidak

aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akn

timbulnya suatu penyakit, takut ditelantarkan karena merasa tidak


27

berguna lagi serta muncul perasaan kurang mampu untuk mandiri dan

cenderung entrovert.

5. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Sunaryo (2016), berbagai permasalahan yang berkaitan dengan

pencapaian kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut :

a. Permasalahan umum

1) Semakin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis

kemiskinan

2) Semakin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota

keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan

dihormati.

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional

pelayanan lanjut usia.

5) Belum membudaya dan berkembangnya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

b. Permasalahan Khusus.

1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah

baik fisik, mental, maupun sosial.

2) Berkurangnya integritas sosial lanjut usia.

3) Rendahnya produktivitas kerja lansia.

4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.


28

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik pada lansia.

6. Kebutuhan Psikologis Pada Lansia.

Setiap orang memiliki gaya hidup, lansia juga memiliki kebutuhan

yang sama agar bisa hidup sejahtera. Kebutuhan hidup lansia sejalan

dengan pendapat Maslow dalam Potter dan Perry 2012, yang menyatakan

bahwa kebutuhan lansia meliputi:

a. Kebutuhan fisiologis, memiliki proritas tertinggi dalam hirarki

Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting

untuk bertahan hidup.

b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman adalah kebutuhan akan rasa

keamanan dan ketentraman seperti kebutuhan akan jaminan masa tua.

c. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan dimana manusia

secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh

keluarga dan masyarakat sekitar.

d. Kebutuhan harga diri adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui

keberadaannya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan tingkat kebutuhan paling tinggi

dalam hirarki Maslow.

Menurut teori, pada saat manusia sudah memenuhi seluruh

kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah, hal tersebut melalui


29

aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka yang paling maksimal.

Kurang lebih 74% penduduk lansia telah menderita penyakit kronik

yang menyebabkan tingkat beraktivitas dan kemandirian berkurang.

B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah persisten

dengan tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik

diatas 90 mmHg. Penderita Hipertensi mengalami peningkatan tekanan

darah melebihi batas normal, dimana tekanan darah normal sebesar 110/90

mmHg (Hasnawati, 2021).

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering

kali disebut sebagai Silent Killer karena termasuk penyakit yang

mematikan tanpa disertai dengan gejala terlebih dahulu (Hastuti, 2019).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi

juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh

darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Price dalam

Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016).


30

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi adalah ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg sehingga akan menyebabkan

sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah termasuk jantung

dan otak menjadi tegang.

2. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau

peningkatan tekanan perifer. Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua

golongan yaitu :

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya, diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh karena itu,

penelitian dan pengobatan lebih ditundukan bagi penderita esensial.

Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :

1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis


31

kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam

lebih banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 gram),

kegemukan atau makan berlebih, stress, merokok, minum alcohol,

minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu

contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang

terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat

kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan

aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,

perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II.

Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah

tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis

andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan

pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah

akan kembali ke normal. Penyebab lain dari hipertensi sekunder,

antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di

kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut

jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang

menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan


32

peningkatan CTR karena hipersensitivitas sistem saraf simpatis

aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui

penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral

juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).

3. Anatomi Fisiologi

Menurut Aspiani (2016) Anatomi Fisiologi Hipertensi yaitu :

a. Anatomi Jantung

1) Jantung

Sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah

(arteri, vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama sistem

kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke

seluruh tubuh dan memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke

sirkulasi paru untuk dioksigenasi.

Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular,

berotot dan berongga, terletak di rongga toraks bagian

mediastunum. Jantung berbentuk seperti kerucut tumpul dan

bagian bawah disebut apeks terletak lebih ke kiri dari garis medial,

bagian tepi terletak pada ruang interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm

dari kiri linea medioklavikularis, bagian atas disebut basis terletak

agak ke kanan pada kosta ke III sekitar 1 cm dari tepi lateral

sternum. Memiliki ukuran panjang sekitar 12 cm, lebar 8-9 cm, dan

tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200-425 gram, pada laki-laki

sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225 gram.


33

Jantung adalah organ muskular yang tersusun atas dua

atrium dan dua ventrikel. Jantung dikelilingi oleh kantung

pericardium yang terdiri atas dua lapisan,yakni:

a) Lapisan visceral (sisi dalam )

b) Lapisan perietalis (sisi luar)

Dinding jantung mempunyai tiga lapisan, yaitu:

a) Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki struktur

yang sama dengan perikardium viskeral.

b) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas

otot yang berperan dalam menentukan kekuatan konstraksi.

c) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas

jaringan endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan

menutupi katup jantung.

Jantung mempunyai empat katup, yaitu:

a) Trikupidalis

b) Mitralis (katup AV)

c) Pulmonalis (katup semilunaris)

d) Aorta (katup semilunaris) Jantung memiliki 4 ruang , yaitu

atrium kanan, atrium kiri dan ventrikel kanan. Atrium

terletak diatas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium

dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara

rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.


34

2) Pembuluh darah

Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada

keutuhan dan fungsi sistem vaskuler, karena darah dari jantung

akan dikiri ke setiap sel melalui sistem tersebut. Sifat struktural

dari setiap bagian sistem sirkulasi darah sistemik menentukan

peran fisiologinya dalam integrasi fungsi kardiovaskular.

Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskular) terdiri atas

arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.

a) Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan

(intima,media,adventisia) yang membawa darah yang

mengandung oksigen dari jantung ke jaringan.

b) Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang

mevaskularisasi kapiler.

c) Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula

(pembuluh darah yang lebih besar yang bertekanan lebih

rendah dibandingkan dengan arteriol), dimana zat gizi dan sisa

pembuangan mengalami pertukaran.

d) Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena.

e) Vena adalah pembuluh yang berkapasitas besar, dan bertekanan

rendah yang membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke

jantung (Lyndon, 2014).


35

b. Fisiologi

1) Siklus jantung

Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama

jantung. Dalam bentuk yang pailng sederhana, siklus jantung

adalah kontraksi bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu

fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua

ventrikel. Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung

kontraksi dan relaksasi.

Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistol

(saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastol (saat ventrikel

relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi

spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan

relaksasi ventrikel. Pada siklus jantung, sistol (kontraksi) atrium

diikuti sistol ventrikel sehingga ada perbedaan yang berarti antara

pergerakan darah dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium akan

diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai berkontraksi.

Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun katup

atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah

juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua

ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri.

Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran

kembali darah ke atrium dan siklus kembali.


36

a) Sistol atrium

b) Sistol ventrikel

c) Diastol ventrikel

2) Tekanan darah

Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang

diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari

dinding pembuluh darah, timbul dari adanya tekanan pada dinding

arteri. Tekanan arteri terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik,

tekanan pulsasi, tekanan arteri rerata.

Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang

mengalir pada arteri saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya

sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolik yaitu tekanan darah

pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-

90 mmHg. Tekanan pulsasi merupakan reflek dari stroke volume

dan elastisitas arteri, besarnya sekitar 40-90 mmHg. Sedangkan

tekanan arteri rerata merupakan gabungan dari tekanan pulsasi dan

tekanan diastolik yang besarnya sama dengan sepertiga tekanan

pulsasi ditambah tekanan diastolik.

Tekanan darah sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan

sistol dan tekanan diastol yang normal berkisar 120/80 mmHg.

Peningkatan tekanan darah lebih dari normal disebut hipertensi dan

jika kurang normal disebut hipotensi. Tekanan darah sangat


37

berkaitan dengan curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer

Viskositas dan elastisitas pembuluh darah.

4. Klasifikasi

Menurut Kemenkes RI (2013), hipertensi dibagi menjadi :

a. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi :

1) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang

bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%

penderita hipertensi.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (Kemenkes RI, 2013).

b. Berdasarkan bentuknya meliputi : Hipertensi diastolik (diastolic

hypertension), hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi),

hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension )(Kemenkes RI,

2013).

Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A.

2016) klasifikasi hipertensi adalah :

1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan

140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.


38

2) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149

mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.

3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama

dengan 95 mmHg.

5. Tanda dan Gejala

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda

dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

b. Gejala yang lazim

Gejala yang sering menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan

kelelahan. Beberapa pasien yang menderita hipertensi juga mengalami

gejala sebagai berikut :

1) Mengeluh sakit kepala, pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual dan muntah


39

6. Pathway

Bagan 2.1

Pathway Hipertensi

Merokok, stress,
konsumsi garam
berlebih, obesitas, Genetik
alkohol.

Penyempitan Hipertensi
pada
pembuluh
darah jantung

Peningkatan daya Resiko


pompa jantung penurunan
curah jantung
Tekanan darah sistolik meningkat

Volume darah
menurun

Suplai oksigen dan


nutrisi menurun

Suplay O2 ke Kelelahan , Perfusi oksigen ke Metabolisme


jaringan dan sel pusing paru menurun terganggu
menurun

Perfusi O2 dan
Tidak mampu Metabolisme
Ketidak efektifan CO2 tidak
beraktivitas anaerob
perfusi jaringan seimbang
perifer
Intoleransi Takipneu Penimbunan asam
aktivitas laktat

Sumber : Diagnosa Nanda 2015 Ketidakefektifan


pola nafas Nyeri
40

7. Patofisiologi

Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung

(cardiac out put) dan derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi

vaskular sistemik). Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat

oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri

utama. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah,

seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan penting

dalam pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi

dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponen ini,

yakni curah jantung dan atau resistensi vaskular sistemik. Sedangkan

tekanan intracranial yang berefek pada tekanan intraocular akan

mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan tidak segera

dilakukan, penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah.


41

Beragai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar

adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II ,

vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler.

Semua faktor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2019).

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbidilitas

dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan

dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :


42

a. Penatalaksanaan non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup sehat yang

dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :

1) Penurunan berat badan.

Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan

sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih

selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan

dislipidemia.

2) Mengurangi asupan garam

Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional

pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari

kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng,

daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini

juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada

pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak

melebihi 2 gr/ hari.

3) Olahraga.

Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60

menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan

tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk

berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk


43

berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam

aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.

4) Mengurangi konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang

umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari

semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan

gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2

gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat

meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau

menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam

penurunan tekanan darah.

5) Berhenti merokok

Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat

menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu

faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya

dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).

6) Pemberian terapi tradisional

Terapi tradisional yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan

darah tinggi diantaranya terapi pemberian jus tomat, jus mentimun,

dan air rebusan daun salam.


44

b. Penatalaksanaan farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya

morbidilitas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut

penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan farmakologis untuk

hipertensi.

1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan

tubuh, sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah

turun dan beban jantung lebih ringan.

2) Penyekat Beta (Beta-blockers)

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan

laju nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada

penderita asma bronkhial, dan pengunaan pada penderita diabetes

harus hati-hati karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.

3) Golongan Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan

Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE

inhibitor/ACEi) menghambat kerja ACE sehingga perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.

Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi

ikatan angiotensin II pada reseptornya. ACEI maupun ARB


45

mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban

jantung.

4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)

Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium

ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan

dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes RI, 2013).

9. Pemeriksaaan Penunjang

Menurut Aspiani (2016) pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan pada penyakit hipertensi yaitu :

a. Laboratorium : Pemeriksaan albuminuria pada hipertensi karena

kelainan parenkim ginjal, pemerksaan kreatinin serum dan BUN

meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal

akut, pemeriksaan darah perifer lengkap, dan kimia darah (kalium,

natrium, keratin, gula darah puasa).

b. EKG : Pemeriksaan hipertrofi ventrikel kiri, iskemia atau infark

miokard, peninggian gelombang P dan pemeriksaan gangguan

konduksi.

c. Foto Rontgen : meliputi pemeriksaan bentuk dan besar jantung

Noothing dari iga pada koarktasi aorta, pembendungan lebar paru.,

hipertrofi parenkim ginjal dan hipertrofi vaskular ginjal.


46

10. Komplikasi

Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa

komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi.

b. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh

darah tersebut.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya

glomerolus mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksia dan kematian.

d. Gagal jantung

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah

kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul

di paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam
47

paru-paru menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai

menyebabkan kaki bengkak.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis

Asuhan keperawatan pada lansia bertujuan untuk memberikan bantuan,

bimbingan, pengawasan, perlindungan serta pertolongan pada lanjut usia

secara individu maupun kelompok, seperti di lingkungan keluarga, panti

werda, rumah ataupun puskesmas, dan di rumah sakit yang diberikan oleh

perawat. Pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, merencanakan

tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan serta melakukan

penilaian atau evaluasi ( Sunaryo, dkk, 2016).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari suatu proses keperawatan

dan merupakan proses pengumpulan data dari berbagai sumber data secara

sistematis untuk mengevaluasi serta mengidentifikasi status kesehatan

klien (Rohmah & Walid, 2016).

a. Pengkajian meliputi aspek fisik

1) Fisik

a) Wawancara meliputi: Pandangan lansia terhadap

kesehatannya, kegiatan yang mampu lansia lakukan,

kemampuan atau kebiasaan lansia dalam merawat diri sendiri,

kekuatan fisik lansia : otot, sendi, penglihatan serta


48

pendengaran, kebiasaan lansia dalam memenuhi kebutuhan

dasarnya seperti makan, minum, istirahat/ tidur, buang air

besar/ kecil, kebiasaan lansia dalam menggerakan

badan/olahraga. perubahan yang paling dirasakan lansia pada

fungsi tubuhnya yang sangat bermakna, kebiasaan lansia dalam

memelihara kesehatan dan kebiasaan serta kepatuhan dalam

minum obat, masalah seksual yang dirasakan lansia.

b) Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui perubahan

fungsi sistem tubuh dilakukan pemeriksaan dengan cara

isnpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam pemeriksaan

fisik menggunakan pendekatan head to toe (dari ujung kepala

sampai ke ujung kaki dalam sistem tubuh)

2) Psikologis

Pemeriksaan ini meliputi : Apakah lansia mengenal masalah

utama yang dirasakan, bagaimana sikap lansia terhadap proses

penuaan., apakah lansia merasa dirinya dibutuhkan atau tidak,

apakah lansia memandang kehidupan dengan selalu optimis,

bagaimana lansia menangani stress yang dialami, apakah lansia

merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri, apakah lansia sering

mengalami suatu kegagalan, apakah harapan lansia pada saat ini

dan masa yang akan datang., dan pengkajian funsgi kognitif, proses

pikir, daya ingat, alam perasaan, orientasi serta kemampuan dalam

menyelesaikan masalah.
49

3) Sosial Ekonomi

Pengkajian ini meliputi bagaimana sumber keuangan

lansia, apa saja kesibukan yang lansia lakukan untuk mengisi

waktu luang., dengan siapa lansia tinggal, kegiatan organisasi apa

yang lansia ikuti, bagaimana pandangan lansia terhadap

lingkungannya, apakah lansia sering berhubungan dengan orang

lain di luar rumah, apakah lansia biasa dikunjungi, seberapa besar

ketergantungan yang lansia rasakan dan apakah lansia dapat

memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menyalurkan hobi atau

keinginanya.

4) Spiritual

Pengkajian spirtual meliputi : Apakah lansia melakukan

ibadah sesuai agamanya dengan teratur, apakah lansia terlibat aktif

dalam melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, apakah lansia

menyelesaikan masalahnya dengan berdoa, apakah lansia terlihat

selalu sabar dan tawakal.

b. Pengkajian Dasar

1) Temperatur suhu tubuh batas normal dengan nilai 36,5-37,5°C,

lebih akurat apabila diperiksa melalui sublingual.

2) Denyut nadi : Kecepatan, irama dan volume. apikal, radial, pedal

3) Respirasi : Kecepatan, irama, kedalaman pernafasan.

4) Tekanan darah dikaji ketika berbaring, duduk dan

5) Pola tidur
50

6) Kehilangan berat badan secara perlahan dalam beberapa tahun

terakhir.

7) Memori (Ingatan)

8) Tingkat orientasi

9) Penyesuaian psikososial.

c. Sistem Persyarafan

1) Kesimetrisan raut wajah

2) Tingkat kesadaran

a) Tidak semua organ menjadi senil

b) Kebanyakan lansia mengalami penurunan atau kelemahan

dalam daya ingatannya

3) Mata : kejelasan dalam melihat, pergerakan, adanya katarak

4) Pupil : kesamaan dan dilatasi

5) Ketajaman pengelihatan menurun karena proses menua

a) Menggunakan tangan atau gambar

b) Hindari pemeriksaan di depan jendela

c) Cek kondisi kacamata apabila lansia menggunakan

6) Gangguan sensori

a) Ketajaman pendengaran

(1) Apakah lansia menggunakan alat bantu

(2) Serumen telinga pada bagian luar

(3) Tinitus

(4) Adanya rasa sakit atau nyeri


51

d. Sistem Kardiovaskuler

Meliputi pengkajian : Sirkulasi pada perifer, warna dan kehangatan,

auskultasi denyut apikal, apakah ada pembengkakan pada vena

jugularis, apakah ada sakit/nyeri kepala/ pusing, apakah terjadi edema.

e. Sistem Gastrointestinal

Pengkajian Status gizi lansia, asupan diet pada lansia , kemampuan

dalam mengunyah dan menelan, terdapat anoreksia, tidak dapat

mencerna makanan, mual, muntah, keadaan gigi, rahang dan rongga

mulut, melakukan auskultasui pergerakan usus, melakukan palpasi

apakah perut kembung dan adanya pelebaran pada kolon, apakah

lansia mengalami konstipasi (sembelit), diare, inkontinensia alfi.

f. Sistem Genitourinaria

Pengkajian tentang urine (warna dan bau), apakah terdapat distensi

kandung kemih dan inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang

air kecil.frekuensi, tekanan serta desakan, jumlah pemasukan dan

pengeluaran cairan, disuria dan seksualitas

g. Sistem Integumen

Pemeriksaan temperatur dan kelembapan kulit, adanya luka atau

robekan pada kulit, turgor kulit, perubahan pada pigmen , ada atau

tidak jaringan parut, keadaan kuku, adanya rambut serta keadaan

rambut
52

h. Sistem Muskuloskeletal

1) Kontraktur meliputi apakah tendon mengecil, adanya

ketidakadekuatan pada gerak sendi dan adanya atrofi otot

2) Tingkat mobilisasi meliputi apakah terjadi keterbatasan gerak,

kekuatan otot serta kemmapuan ambulasi.

3) Paraliasis

4) Kifiosis

5) Gerak sendi

i. Identifikasi Masalah Emosional

Tahap 1

 Apakah klien mengalami sukar tidur ? YA/ TIDAK

 Apakah klien sering mengalami susah tidur ? YA/ TIDAK

 Apakah klien sering murung atau menangis ? YA/ TIDAK

 Apakah klien sering was-was dan khawatir ? YA/ TIDAK

Bila jawaban YA 1 atau lebih dari pertanyaan diatas maka

dilanjutkan ke pertanyaan ke 2.

Tahap 2

 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1

bulan ? YA/ TIDAK

 Ada masalah atau banyak pikiran ? YA/ TIDAK

 Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? Pikirkan anak-

anaknya dan penyakitnya.


53

 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? YA/

TIDAK

 Cenderung mengurung diri? YA/ TIDAK

Interpretasi Hasil :

Ada masalah emonsional jika 1 jawaban YA.

j. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Indeks Katz

Pemeriksaan Indeks kazt adalah sebuah alat ukur untuk melihat

status fungsi pada klien usia lanjut usia dengan mengukur kemampuan

mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari.(Ritonga, 2018).

Tabel 2.1

Indeks Katz

Kategor Kriteria
i

A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke


kamar kecil, berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi dan satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan

F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan

G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi dan satu fungsi tambahan
54

Keterangan :

Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen BAB/BAK,

berpindah kekamar kecil, mandi dan berpakaian.

Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi

tersebut.

Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu

fungsi tambahan.

Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakain

dan salah satu fungsi tambahan.

Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,

ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

Nilai F : Kemandiriian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,

ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

k. Instrumen pengkajian ADL dengan menggunakan Barthel Indeks (BI)

Barthel Indeks merupakan suatu alat pengkajian yang digunakan

untuk mengukur tingkat kemandirian fungsional dalam perawatan diri


55

dan mobilitas serta juga dapat dipergunakan untuk menilai kemampuan

fungsional bagi lansia yang mengalami gangguan keseimbangan

dengan menggunakan 10 indikator ( Shafi’I, 2016) , yaitu :

Tabel 2.2

Barthel Indeks (BI)

No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan


Bantuan

1 Makan (feeding)
5 10

2 Minum
5 10

3 Berpindah dari kursi


roda ke tempat tidur, 5-10 15
sebaliknya

4 Personal tiolet ( cuci


muka, menyisir 0 5
rambut, gosok gigi)

5 Keluar masuk
tiolet( Mencuci baju, 5 10
menyeka tubuh,
menyiram)

6 Mandi 5 15

7 Jalan dipermukaan
datar 5 5

8 Naik turun tangga


0 10

9 Mengenakan
pakaian 5 10

10 Kontrol Bowel
(BAB) 5 10
56

11 Kontrol Bowel
(BAK) 5 10

12 Olahraga/ latihan 5 10

13 Rekreasi 5 10

Keterangan :

>130 : Mandiri

>65-12 5 : Ketergantungan sebagian

>60 : Ketergantungan total

l. Pengkajian Status Kognitif

1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire)

Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat

kerusakan intelektual instrumen SPMSQ terdiri dari 10 pertanyaan

tentang orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya

dengan kemampuan perawatan diri, memori jangka panjang dan

dekat serta pengetahuan matematis. (Mulyati, 2018).

Tabel 2.3

Penlaian SPMSQ

Benar Salah Nomber Pertanyaan

01 Tanggal berapa hari ini ?

02 Hari apa sekarang ?

03 Apa nama tempat ini?

04 Dimana alamat anda?

05 Berapa umur anda ?


57

06 Kapan anda lahir ? (Minimal tahun)

07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

09 Siapa nama Ibu anda?

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap


pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun.

Total

Keterangan :

a) Kesalahan 0-3 : Fungsi intelektual utuh

b) Kesalahan 4-5 : Kerusakan intelektual ringan

c) Kesalahan 6-8 : Kerusakan intelektual sedang

d) Kesalahan 9-10 : Kerusakan intelektual berat.

2) MMSE (Mini Mental State Exam):

MMSE adalah tes yang berlangsung selama 10 menit mencakup

bahasa, memori dan kalkulasi. Nilai maksimal 30 poin dengan

pertanyaan– pertanyaan mencakup orientasi waktu (5 poin),

orientasi tempat (5 poin), registrasi (3 poin) , perhatian (5 poin),

mengingat kembali (3 poin), bahasa (2 poin), repetisi (1 poin) ,

kemampuan mengikuti instruksi yang kompleks (3 poin). Jika

seseorang memiliki nilai MMSE di bawah 24, maka kemungkinan

orang tersebut menderita demensia atau paling tidak mengalami

penurunan fungsi kognitif. ( Luthfiana, 2019).


58

Tabel 2.4

Penilaian MMSE

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien

1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar

 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Bulan
Dimanakah kita berada

 Negara Indonesia
 Provinsi Jawa Barat
 Kota…………
 Panti……..Klien
tinggal dirumah
sendiri……..
 Wisma……..

2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek ( Oleh


pemeriksa) satu detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek, kemudian tanyakan
kembali tiga obyek kepada
klien

 Obyek 1………..
 Obyek 2………..
 Obyek 3………..

3 Perhatian 5 5 Anjurkan klien


dan menyebutkan angka dari
kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7
sampai lima kali.

 93
 86
 79
 72
 65

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk


59

mengulangi ketiga obyek


pada poin 2 (registrasi), bila
benar 1 poin untuk masing-
masing obyek.

5 Bahasa 9 9 Tanyakan kepada klien


sebuah benda dan tanyakan
namanya

 Misalnya ( Gelas)
 Misalnya ( Pensil)
Minta klien untuk
mengulangi kata berikut :
Tidak ada jika, dan atau,
tetapi, bila benar nilai 1
poin

 Pertanyaan benar 2
buah : tidak ada,
tetapi.
Mintalah klien untuk
mengikuti perintah berikut
dengan 3 langkah

 Ambil kertas di
tangan anda
 Lipat dua
 Taruh dilantai
Perintahkan klien ( bila
aktivitas sesuai perintah
nilai 1 poin)

 Tutup mata anda


Perintahkan klien menulis
dan menyalin gambar

 Tulis satu gambar


 Menyalin gambar

Keterangan :

a. >23 : Aspek kognitif dan fungsi mental baik


60

b. 18- 22 : Kerusakan aspek mental ringan

c. <17 : Kerusakan asfek fungsi mental berat

m. Pengkajiian Keseimbangan Klien

Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam

bergerak, dari kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa

gerakan yang perlu di observasi oleh perawat.

1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi dibawah ini, atau

beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dibawah ini :

a) Bangun dari kursi klien. Klien disini masih punya

keseimbangan yang kuat kecuali berjalan jauh klien

mengatakan tidak kuat.

Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi

mendorong tubuh keatas dengan tangan atau bergerak ke

bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat

berdiri pertama kali.

b) Duduk kekursi kien mampu duduk dikursi tanpa menjatuhkan

diri kondisi tubuh masih seimbang dan kuat.

Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk ditengah kursi

(persyaratan kursi harus kuat, keras tanpa lengan).

c) Menahan dorongan sternum (pemeriksa mendorong sternum

perlahan-lahan sebanyak 3 kali).


61

Klien menggerakan kaki, memegang obyek untuk dukungan,

kaki tidak menyentuh sisi-sisinya.

d) Mata tertutup

Lakukan pemeriksaan sama diatas tapi klien si suruh menutup

(periksa kepercayaan klien tentang input penglihatan untuk

keseimbanganya).

e) Putar leher

Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan,

kaki tidak menyentuh sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau

keadaan tidak stabil.

f) Gerakan menggapai sesuatu

Tidak mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi

sepenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki,

tidak stabil.

g) Membungkuk

Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek

kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk

bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha multiple untuk

bangun.

2) Komponen gaya berjalan atau gerakan

Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah, beri nilai

1 jika klien menunjukan salah satu dari kondisi dibawah.


62

1) Meminta klien berjalan ke tempat yang ditentukan

Ragu-ragu, tersandung, memegang obyekk untuk dukungan.

2) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki atau melangkah)

Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau

menyeret kaki) mengangkat kaki terlalu tinggi (>5cm)

3) Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping

klien) setelah langkah awal, langkah menjadi konsisten,

memulai mengangkat kaki sementara kaki yang lainnya

menyentuh lantai.

4) Ketidakseimbangan langkah (lebih baik di observasi dari

samping klien) tidak berjalan dengan garis lurus,

bergelombang dari sisi ke sisi.

5) Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi

dari belakang klien) tidak berjalan dengan garis lurus,

bergelombang dari sisi ke sisi.

6) Berbalik

Berhenti sebelum memulai berbalik, jalan sempoyongan,

bergotong royong, memegang obyek untuk dukungan.

Keterangan :

0-5 : Resiko jatuh rendah

0-6 6-10 : Resiko jatuh sedang

0-7 11-15 : Resiko jatuh tinggi

2. Analisa data
63

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain

(Sugiyono, 2009 dikutip dari Gunawan dan Sukarna, 2016).

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan

pasti tentang masalah pada pasien yang nyata serta penyebabnya yang

dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan (Dermawan,

2012).

Diagnosa Keperawatan pada Hipertensi menurut Nanda 2015 adalah :

a. Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisiologis : peningkatan

tekanan vaskuler serebral

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai oksigen kejaringan

otak menurun

c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

d. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan afterload

4. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu proses didalam suatu

pemecahan masalah yang merupakan keputusan pertama tentang sesuatu


64

yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, dan siapa

yang melakukan dari semua tindakan keperawatan ( Dermawan, 2012).

Tabel 2.5

Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil

1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara 1) Untuk mengetahui


berhubungan kunjungan komprehensif karakteristik nyeri
dengan agen keperawatan selama meliputi lokasi, dengan baik dan
pencidera 3 x 3 Jam klien karakteristik, untuk menentukan
fisiologis : dapat mengontrol durasi, frekuensi, tindakan yang tepat.
peningkatan nyeri dengan kualitas, intensitas 2) Untuk mengetahui
tekanan vaskuler Kriteria hasil : 2. Observasi reaksi ketidaknyamanan
serebral. 1. Mengenal nonverbal dan klien tentang nyeri.
faktor nyeri ketidaknyamanan 3) Untuk mengetahui
2. Tindakan 3. Gunakan kualitas nyeri yang
pertolongan komunikasi dapat diukur dari
nonfarmakologi terapeutik agar ekspresi klien.
3. Mengenal tanda klien dapat 4) Untuk mengurangi
pencetus nyeri mengekspre-sikan nyeri.
untuk mencari nyeri 5) Untuk mengurangi
pertolongan 4. Ajarkan rasa nyeri.
4. Melaporkan penggunaan teknik 6) Agar tidak terjadi
nyeri berkurang non farmakologi : kesalahan dalam
dengan teknik relaksasi pemberian obat.
manajemen progresif 7) Untuk menghindari
nyeri 5. Berikan analgetik kejadian yang tidak
5. Menyatakan sesuai anjuran diinginkan.
rasa nyaman 6. Tentukan lokasi,
setelah nyeri karakteristik,
berkurang kualitas dan derajat
65

nyeri sebelum
pemberian obat
7. Cek instruksi
dokter tentang
jenis, obat, dosis
dan frekuensi

2 Ketidak efektifan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1) Untuk


perfusi jaringan Kunjungan 2. Monitor adanya mengupayakan TTV
Perifer b.d suplai keperawatan selama diplopia, klien tetap stabil.
oksigen 3 x 3 Jam menit pandangan kabur, 2) Untuk
kejaringan dharapkan perfusi dan nyeri kepala. mengupayakan
menurun jaringan perifer 3. Monitor tonus otot terhindar dari resiko
efektif dengan pergerakan. jatuh.
4. Monitor tekanan 3) Untuk memonitor
Kriteria Hasil: intra kranial dan sejauh mana
respon neurologis. pergerakan klien.
1. Tekanan sistolik
5. Monitor status 4) Untuk mengetahui
dan diastolik
cairan. adanya tekanan
dalam batas
6. Pertahankan intrakranial yang
normal
parameter dapat mengakibat-
2. Tidak ada
hemodinam -ik. kan perfusi perifer
ortostatik
7. Tinggikan kepala 0- klien tidak efektif.
hipertensi
45º tergantung 5) Untuk mengupaya-
3. Pusing menurun
kondisi pasien. kan agar klien tidak
terjadi dehidrasi.
6) Untuk
mempertahaankan
kondisi kestabilan
klien.
7) Untuk mengatasi
adanya tekanan
intrakranial.

3 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi 1) Untuk mengetahui


aktivitas kunjungan 1. Tentukan sejauhmana
berhubungan keperawatan selama keterbatasan klien kemampuan klien
dengan ketidak 3 x 3 Jam tidak terhadap aktivitas dalam bergerak.
seimbangan terjadi intoleransi 2. Tentukan penyebab 2) Untuk mengetahui
antara suplay aktivitas dengan lain kelelahan penyebab terjadinya
dan kebutuhan Kriteria hasil : 3. Observasi asupan keterbatasan gerak
oksigen 1. Meningkatkan nutrisi sebagai pada klien.
energi dalam sumber energi yang 3) Untuk menambah
melakukan adekuat energi yang dapat
aktivitas sehari- 4. Observasi respons membantu tubuh
66

hari jantung terhadap klien agar tetap kuat.


2. Menunjukan aktivitas (mis. 4) Untuk mengetahui
penurunan Takikardia, adanya respon yang
gejala-gejala disritmia, dispnea, timbul selama
intoleransi tekanan melakukan aktivitas
aktivitas hemodinamik dan 5) Untuk membantu
frekuensi agar tubuh tidak
pernafasan) kehilangan energi.
5. Dorong klien
melakukan aktivitas
sebagai sumber
energi

4 Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1) Untuk mengetahui


penurunan curah kunjungan 2. Berikan lingkungan normal atau tidaknya
jantung b.d keperawatan selama tenang, nyaman, tanda- tanda vital
perubahan 3 x 3 Jam tidak kurangi aktivitas, klien.
afterload terjadi penurunan batasi jumlah 2) Untuk memberikan
curah jantung pengunjung rasa nyaman pada
dengan 3. Pertahankan klien.
Kriteria hasil : pembatasan 3) Untuk menghindari
1. TTV dalam aktivitas seperti kelelahan fisik.
batas normal istirahat ditempat 4) Untuk membantu
2. Nadi perifer tidur/kursi klien dalam
kuat 4. Bantu melakukan melakukan aktivitas
3. Bunyi jantung aktivitas perawatan fisik sehari- hari
normal diri sesuai agar klien terbebas
4. Irama jantung kebutuhan dari kelelahan.
teratur

5. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan dari rencana

keperawatan yang sebelumnya telah disusun dan ditentukan. Tujuan dari

tindakan keperawatan pada lansia adalah agar lansia dapat berfungsi secara

mandiri sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikososial dengan

mengurangi ketergangtungan pada orang lain. Melalui tindakan

keperawatan ini lansia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti nutrisi,


67

keamanan dan keselamatan, istrirahat/tidur, kebersihan diri, dan hubungan

dengan orang lain melalui komunikasi yang efektif (Widyanto, 2014).

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil

menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari

tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap

tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnosa , perencanaan, tindakan dan

evaluasi itu sendiri (Widyanto, 2014).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan

Dalam penelitian karya tulis ilmiah ini yaitu berbentuk studi kasus

pada lansia yang menderita gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi

dengan menggunakan metode deskriftif. Metode deskriftif adalah salah

satu jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap

mengenai setting sosial atau untuk eksplorasi dan klasifikasi mengenai

suatu fenomena atau kenyataan secara jelas dengan cara mendeskripsikan

sejumlah variabel yang berkaitan dengan masalah dan unit yang diteliti

dan di uji.

Studi kasus yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah

digunakan untuk mengetahui atau menggali masalah asuhan keperawatan

pada pasien lansia yang mengalami gangguan sistem kardiovaskuler

dengan hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Purwakarta.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Studi kasus ini dilaksanakan di Kp. Ciwarengwetan RT 03/ RW 05,

Ds. Cibogogirang, Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Kabupaten

Purwakarta dan di rumah klien.

68
69

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 09 Mei – 14 Juni 2022.

Penelitian dimulai sejak pengambilan data pada tanggal 18 Maret 2022

s/d 01 Mei 2022 kemudian setelah mendapatkan klien yang bersedia

selanjutnya penelitian dilakukan di rumah klien (Home Care) pada

tanggal 09 Mei 2022 dengan melakukan pengkajian pada hari ke 1-2

serta implementasi pada hari ke 3-5 dan evaluasi kemudian penutupan

di hari ke 6.

C. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan metode purposive

sampling yaitu dengan cara pengambilan sample secara sengaja dengan

kriteria yang diinginkan penulis sesuai dengan judul dan tujuan penelitian.

D. Subyek Penelitian

Dalam penyusunan laporan kasus ini mengambiil 1 pasien lansia

yang mengalami hipertensi yang sering datang berobat ke puskesmas

kecamatan Plered dengan kriteria :

1. Terdiagnosis oleh dokter menderita hipertensi

2. Klien yang kooperatif saat diberikan tindakan.

3. Klien bersedia menandatangani Informed Consent

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan data

atau mengambil data yang akan dilakukan penelitian. Pengumpulan data di

dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
70

primer ialah jenis data yang diperoleh langsung dari responden melalui

pemberian kuisioner, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh

dari petugas kesehatan yang terkait.

Adapun metode pengambilan data dalam studi kasus ini yaitu

dengan cara observasi langsung, wawancara dan pemeriksaan fisik.

Peneliti melakukan pengambilan data dengan langkah sebagai berikut :

1. Mengurus surat permohonan pengambilan data awal kepada direktur

Akademi Keperawatan Rs Efarina.

2. Menyerahkan surat izin pengambilan data serta penelitian kepada

Kantor KESBANGPOL Purwakarta.

3. Menyerahkan surat izin dari KESBANGPOL kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Purwakarta.

4. Menyerahkan surat izin penelitian serta pengambilan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Purwakarta kepada Puskesmas Plered.

5. Melakukan penelitian di Puskesmas Plered dengan bantuan perawat

yang bertugas mencari klien lansia di daerah Kecamatan Plered yang

menderita hipertensi.

6. Bertemu dengan klien di rumahnya

7. Mengajukan Informed Consent kepada klien

8. Melakukan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik head to toe

( hasil anamnesis didapatkan berisi tentang identitas klien yaitu, Ny. Y

usia 77 tahun, bertempat tinggal di Kp. Ciwareng wetan rt 03 rw 05,

Ds. Cibogogirang, Kec. Plered, beragama islam dengan pendidikan


71

terakhir SD. Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri kepala,

nyeri dibagian tengkuk dan terasa berat, penglihatannya kabur dan sulit

tidur, klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma yang

diturunkan dari keluarganya.

9. Menerapkan Asuhan Keperawatan kepada klien pada tanggal 11 Mei

2022- 13 Mei 2022. Asuhan Keperawatan dilakukan di rumah klien.

10. Studi Dokumentasi dan angket dilakukan dengan mengumpulkan data

dari Puskesmas Plered. Peneliti pun melakukan studi kepustakaan yang

dapat dipelajari dari sumber-sumber buku yang relevan dan jurnal

yang dapat mempermudah peneliti dalam memvalidasi penelitian.

F. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan kemudian dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknk analisis yang digunakan yaitu dengan cara menarasikan jawaban-

jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara

secara mendalam yang dilakukan untuk menjjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara melakukan observasi

oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data yang

selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti kemudian dibandingkan dengan

teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

melakukan intervensi. Urutan dalam analisis data adalah sebagai berikut :


72

1. Pengumpulan data

Pengelolaan data diambil dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi yang dilakukan kepada pasien. Pada wawancara ini, hal

yang ditanyakan pada pasien meliputi identitas, keluhan, riwayat

penyakit dan lain-lain. Pada saat diobservasi, peneliti melihat dan

melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui sesuatu yang normal

maupun abnormal dari sistem tubuh terkait dengan keluhan pasien,

kemudian di dokumentasikan ke dalam lembar asuhan keperawatan.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori.

Dalam studi kasus ini tidak perlu dilakukan pengkodingan, karena

hanya meneliti satu kasus saja pada pasien.

3. Penyajian data

Dalam studi kasus ini data disajikan dalam bentuk teks (tekstular).

Penyajian secara tekstular biasanya digunakan untuk penelitian atau

data kualitatif. Penyajian cara tekstular adalah penyajian data hasil

penelitian dalam bentuk uraian kalimat, Kerahasiaan dari responden

dijamin dengan mengaburkan identitas dari responden.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi.
73

G. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data

dengan validasi tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti

menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan. Sumber informasi

tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu

pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan etika

penelitian sebagai upaya untuk melindungi hak responden dan peneliti

selama proses penelitian yaitu terdiri dari:

1. Informed Consent (Persetujuan menjadi klien)

Informed Consent (persetujuan dari klien) secara bahasa terdiri dari

dua kata yaitu informed yang berarti telah mendapatkan penjelasan

atau informasi, dan consent yang berarti memberi persetujuan atau

mengizinkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Informed Consent

adalah persetujuan bebas yang diberikan oleh klien terhadap suatu

tindakan medik, setelah klien memperoleh semua informasi penting

mengenai sifat serta konsekuensi tindakan tersebut. Informed Consent

dibuat berdasarkan prinsip autonomi, beneficience, dan non


74

maleficience, yang berakar pada mertabat manusia dimana otonomi

dan integritas klien harus dilindungi.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Sebagian besar penelitian yang melibatkan manusia dapat

mengganggu kehidupan pribadinya. Peneliti harus memastikan untuk

tidak mengganggu privasi narasumber dengan menjaga privasi agar

dipertahankan terus menerus.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Setiap orang mempunyai hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk

tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh

sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai

identitas dan kerahasiaan identitas subyek.

4. Justice (Keadilan)

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subyek penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan

gender, agama, etnis, dan lain-lain.

5. Beneficience (Bermanfaat)

Sebuah penelitian harusnya medapatkan manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subyek penelitian pada

khususnya.
75

6. Veracity (Kejujuran)

Prinsip veracity ini berarti penuh dengan menyampaikan kebenaran

pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat

mengerti.

7. Non Maleficience

Non maleficience merupakan tindakan untuk tidak membahayakan

atau tidak merugikan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

UPTD Puskesmas Plered merupakan salah satu unit pelayanan kesahatan

yang ada di kabupaten purwakarta yang tepatnya berada di Jl. Plered,

Sindangsari, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat 41162.

Wilayah yang mencakup unit kerja UPTD Puskesmas Plered yaitu meliputi

seluruh desa yang berada di Kecamatan Plered yang luas wilayahnya yaitu

31,48 km2 dengan jumlah desa 16 desa dengan jumlah rata-rata penduduknya

yaitu ±79,350 jiwa. Salah satu desa yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

oleh penulis yaitu Desa Cibogogirang dengan jumlah penduduk 7578 jiwa,

desa Cibogogirang merupakan desa dengan wilayah paling besar di

Kecamatan Plered dengan luas 420 Ha, yang mayoritasnya adalah area

persawahan dan pemukiman, adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut :

1. Utara berbatasan dengan Desa Cibogohilir

2. Timur berbatasan dengan Desa Sempur

3. Selatan berbatasan dengan Desa Legoksari

4. Barat berbatasan dengan Desa Gandamekar

B. Pengkajian

1. Identitas Klien

a. Nama : Ny. Y

76
77

b. Usia : 77 Tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Suku : Sunda

e. Agama : Islam

f. Pendidikan : SD

g. Status mental : Baik

2. Status Kesehatan

a. Keluhan Utana

Klien mengatakan sakit kepala dan pusing

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

P : Klien mengatakan nyeri

Q : Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti tertimpa beban berat

R : Klien mengatakan nyeri di kepala dan tengkuk.

S : Skala nyeri 4

T : Klien mengatakan nyeri dirasakan sewaktu-waktu.

Pada saat dilakukan pengkajian keperawatan klien mengeluh

sering merasa pusing dan nyeri kepala dan nyeri tengkuk, terasa berat

di tengkuk kepala, kesemutan di kaki sebelah kiri, pandangannya

kabur, dan tidak bisa tidur karena selalu kefikiran tentang kondisi

anaknya yang sedang berada diluar kota. .

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


78

Klien mengaatakan sudah lama menderita penyakit hipertensi

yaitu sejak ± 5 tahun yang lalu dan asma sejak 3 tahun yang lalu,

serta penyakit katarak sudah 3 tahun.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang

mempunyai penyakit hipertensi sepertinya, di keluarganya menderita

penyakit turunan yaitu asma yang diturunkan dari ayah klien.

Bagan 3.1

Genogram Keluarga Ny. Y


Keterangan
C
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
: Klien
: Hubungan
Darah/kawin

: Serumah

3. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran : Composmentis

b. Tanda- Tanda Vital

TD : 170/ 100 MmHg

Nadi : 80 kali/menit
79

Respirasi : 13 kali/menit

Suhu : 36,5 º

Berat Badan : 43 Kg

Tinggi Badan : 139 Cm

c. Kepala

Simetris, rambut sebahu, rambut beruban, tidak ada ketombe, tidak

ada benjolan dan lesi, dan tidak ada nyeri tekan.

d. Mata

Simetris kanan kiri, sklera kuning,konjungtiva anemis, pupil isokor,

jarak pandang 30 cm, penglihatan kabur, tidak ada benjolan, lesi.

dan nyeri tekan, terdapat noda putih didalam kornea mata.

e. Telinga

Simetris kanan kiri, fungsi pendengaran Baik, tidak ada kotoran.

f. Leher

Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada

benjolan atau lesi, tidak ada pembesaran vena jugolaris, reflek

menelan ada.

g. Payudara

Simetris kanan kiri, tampak kendur, struktur kulit normal, tidak ada

jaringan parut, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan.

h. Sistem Pernafasan
80

Hidung simetris, respirasi 13 x/ menit, suara nafas vesikuler, tidak

retraksi dinding dada, tidak ada bantuan otot nafas. Tidak ada cairan

dan sekret. Bentuk dada normal.

i. Sistem Persyarafan

Wajah klien simetris, tidak ada nyeri tekan dan lesi atau benjolan.

j. Sistem Kardiovaskular

Tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan pada dada, suara jantung

dulnes, bunyi jantung Lub- Dub pada katup pulmonal aorta.

k. Sistem Gastriontestinal

Status gizi baik, tidak ada anoreksia, diet rendah garam . Mulut dan

faring, kemampuan mengunyah baik, tidak terdapat anoreksia,

keadaan gigi rapi, gigi atas 9 bawah 8, rongga mulut bersih. Bentuk

perut normal, suara bising usus 8x/menit, tidak ada nyeri tekan, suara

perkusi Tympani

l. Sistem Integumen

Kulit lembab, tidak ada luka, turgor kulit elastis, pigmen kulit merata,

tidak ada jaringan paut, kuku bersih.

m. Sistem Perkemihan

Warna urine kuning, bau khas urine, tidak ada distensi kandung

kemih, Frekuensi BAK 4 kali sehari.

n. Sistem Genitoreproduksi
81

Menoupause di usia 50 tahun. Vagina kering dan kendur, tidak ada

keputihan.

o. Sistem Muskuloskeletal

Tendon otot mengecil, adanya atrofi otot, mobilitas baik, ambulasi

baik, gerak sendi normal, tidak ada kifosis.

5 5

4 4

p. Sistem Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

4. Pengkajian Psikososial dan Spiritual

a. Kemampuan sosial

Klien mengatakan selalu berinteraksi dengan orang disekitarnya

dengan cara mengobrol dengan tetangga.

b. Sikap klien terhadap orang lain

Klien mengatakan dia selalu terbuka dan santun terhadap orang lain.

c. Harapan klien dalam sosialisasi

Klien mengatakan berharap hubungan dengan keluarga dan tetangga

dapat terus berjalan dengan baik.

d. Kepuasan klien dalam bersosialisasi


82

Klien menagatakan puas dalam bersosialisasi karena dia bisa

merasakan ketentaraman hidup bertetangga.

e. Spiritual

Klien mengatakan beragama Islam, menjalankan ibadah sesuai dengan

agama yang dianutnya dan sholat 5 waktu.

5. Identifikasi Masalah Emonsional

Tahap 1

 Apakah klien mengalami sukar tidur ? YA

 Apakah klien sering mengalami susah tidur ? YA

 Apakah klien sering murung atau menangis ? TIDAK

 Apakah klien sering was-was dan khawatir ? YA

Bila jawaban YA 1 atau lebih dari pertanyaan diatas maka

dilanjutkan ke pertanyaan ke 2.

Tahap 2

 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?

YA

 Ada masalah atau banyak pikiran ? YA

 Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? Pikirkan anak-

anaknya dan penyakitnya.? YA

 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? TIDAK

 Cenderung mengurung diri? TIDAK

Interpretasi Hasil :
83

Berdasarkan hasil pemeriksaan masalah emosional yang

dilakukan pada Ny. Y, klien mengalami masalah emonsional

positif (+) dengan keterangan klien sukar tidur, susah tidur sudah

lebih dari 1 kali dalam sebulan, sering merasa was-was dan

khawatir, dan banyak pikiran.

6. Pengkajian Kemandirian Lansia

Tabel 4.1

Indeks Kazt Pada Ny. Y Dengan Hipertensi

Kategori Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah,


ke kamar kecil, berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi dan satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan

F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan

G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi dan satu fungsi tambahan
84

Interpretasi Hasil

Berdasarkan hasil pemeriksaan kemandirian lansia yang

telah dilakukan pada Ny. Y didapatkan bahwa klien mempunyai

kategori A yaitu mandiri dalam makan, kontinensia (BAK dan

BAB), menggunakan pakaian, pergi ketoilet, berpindah dan

mandi.

7. Pengkajian ADL Lansia

Tabel 4.2

Barthel Indeks (BI) Pada Ny. Y Dengan Hipertensi

No Kriteria Dengan Mandiri Nilai Keterangan


Bantuan Klien

1 Makan 3 kali sehari dengan


(feeding) 5 10 10 lauk pauk dan
sayuran.
85

2 Minum 8 gelas perhari


5 10 10 dengan air putih dan
air teh.

3 Berpindah Klien berpindah


dari kursi 5-10 15 6 dengan berpegangan
roda ke kebenda yang ada
tempat tidur, didekatnya.
sebaliknya

4 Personal Klien mandiri dalam


tiolet ( cuci 0 5 5 melalakukan personal
muka, toilet.
menyisir
rambut,
gosok gigi)

5 Keluar Klien keluar masuk


masuk 5 10 7 toilet sendiri dengan
tiolet( Mencu berpegangan ke
ci baju, dinding.
menyeka
tubuh,
menyiram)

6 Mandi 5 15 15 Klien mandi 2 kali


sehari

7 Jalan Klien mampu berjalan


dipermukaan 0 5 5 diipermukaan datar.
datar

8 Naik turun Klien naik turun


tangga 5 10 5 tangga dengan
bantuan.

9 Mengenakan Klien menggunakan


pakaian 5 10 10 pakaian sendiri tanpa
bantuan.

10 Kontrol
Bowel 5 10 10 Klien mandiri dalam
(BAB) BAB

11 Kontrol Klien mandiri dalam


Bowel 5 10 10 BAB
(BAK)
86

12 Olahraga/ 5 10 10 Klien sering


latihan melakukan senam
dipagi hari.

13 Rekreasi 5 10 10 Berkumpul dengan


anak cucu dirumah.

Total 113

Interpretasi hasil :

Berdasarkan hasil pemeriksaan ADL yang telah dilakukan pada Ny. Y


didapatkan bahwa klien mempunyai nilai 113 dengan keterangan klien
memiliki ketergantungan sebagian meliputi berpindah dari kursi roda ke
tempat tidur, sebaliknya, keluar masuk tiolet ( mencuci baju, menyeka
tubuh, dan naik turun tangga).

8. Pengkajan Status Mental Lansia SPMSQ

Tabel 4.3

Penilaian SPMSQ Pada Ny. Y Dengan Hipertensi

Benar Salah Nomor Pertanyaan

√ 01 Tanggal berapa hari ini ?

√ 02 Hari apa sekarang ?

√ 03 Apa nama tempat ini?

√ 04 Dimana alamat anda?

√ 05 Berapa umur anda ?

√ 06 Kapan anda lahir ? (Minimal tahun)

√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

√ 08 Siapa presiden Indonesia


sebelumnya ?
87

√ 09 Siapa nama Ibu anda?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap


pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun.

Total 7

Interpretasi Hasil :

Berdasarkan hasil pemeriksaan status mental yang dilakukan pada

Ny. Y didapatkan bahwa klien mempunyai nilai 7 yakni klien mengalami

kerusakan intelektual sedang ditandai dengan klien salah dalam menyebut

tanggal lahir, presiden Indonesia sekarang dan presiden Indonesia

sebelumya.

9. Pengkajan Status Mental Lansia MMSE

Tabel 4.4 .

Penilaian MMSE Pada Ny. Y Dengan Hipertensi

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien

1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar

 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Bulan
Dimanakah kita berada

 Negara Indonesia
 Provinsi Jawa Barat
 Kota…………
 Panti……..Klien
tinggal dirumah
sendiri……..
88

 Wisma……..

2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek ( Oleh


pemeriksa) satu detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek, kemudian tanyakan
kembali tiga obyek kepada
klien

 Obyek 1 ( Pensil)
 Obyek 2 ( Buku)
 Obyek 3 ( Tas)

3 Perhatian 5 3 Anjurkan klien


dan menyebutkan angka dari
kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7
sampai lima kali.

 93
 86
 79
 72
 65

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk


mengulangi ketiga obyek
pada poin 2 (registrasi), bila
benar 1 poin untuk masing-
masing obyek.

5 Bahasa 9 5 Tanyakan kepada klien


sebuah benda dan tanyakan
namanya

 Misalnya ( Gelas)
 Misalnya ( Pensil)
Minta klien untuk
mengulangi kata berikut :
Tidak ada jika, dan atau,
tetapi, bila benar nilai 1
poin

 Pertanyaan benar 2
buah : tidak ada,
89

tetapi.
Mintalah klien untuk
mengikuti perintah berikut
dengan 3 langkah

 Ambil kertas di
tangan anda
 Lipat dua
 Taruh dilantai
Perintahkan klien ( bila
aktivitas sesuai perintah
nilai 1 poin)

 Tutup mata anda


Perintahkan klien menulis
dan menyalin gambar

 Tulis satu gambar


 Menyalin gambar

Interpretasi Hasil

Berdasarkan hasil pemeriksaan status mental lansia MMSE

yang telah dilakukan pada Ny. Y didapatkan bahwa klien

mempunyai nilai 20 artinya klien mengalami kerusakan mental

ringan.

10. Pengkajian Keseimbangan

a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi dibawah ini, atau

beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dibawah ini :

1) Bangun dari kursi klien.


90

Klien disini masih punya keseimbangan yang kuat kecuali berjalan

jauh klien mengatakan tidak kuat. (1)

Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi

mendorong tubuh keatas dengan tangan atau bergerak ke bagian

depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama

kali. (1)

2) Duduk kekursi kien mampu duduk dikursi tanpa menjatuhkan diri

kondisi tubuh masih seimbang dan kuat. (1)

Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk ditengah kursi (persyaratan

kursi harus kuat, keras tanpa lengan). (0)

3) Menahan dorongan sternum (pemeriksaan mendorong sternum

perlahan-lahan sebanyak 3 kali)

Klien menggerakan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki

tidak menyentuh sisi-sisinya. (1)

4) Mata tertutup

Lakukan pemeriksaan sama diatas tapi klien di suruh menutup

(periksa kepercayaan klien tentang input penglihatan untuk

keseimbanganya). (0)

5) Putar leher

Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki

tidak menyentuh sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau keadaan

tidak stabil. (0)

6) Gerakan menggapai sesuatu


91

Tidak mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya

sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil. (0)

7) Membungkuk

Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil

(misalnya pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri

lagi, memerlukan usaha-usaha multiple untuk bangun. (0)

b. Komponen gaya berjalan atau gerakan

Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah, beri nilai 1

jika klien menunjukan salah satu dari kondisi dibawah.

1) Meminta klien berjalan ke tempat yang ditentukan

Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan (1)

2) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki atau melangkah)

Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau

menyeret kaki) mengangkat kaki terlalu tinggi (>5cm) (0)

3) Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping

klien) setelah langkah awal, langkah menjadi konsisten, memulai

mengangkat kaki sementara kaki yang lainnya menyentuh lantai

(0)

4) Ketidakseimbangan langkah (lebih baik di observasi dari samping

klien) tidak berjalan dengan garis lurus, bergelombang dari sisi ke

sisi (0)

5) Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari

belakang klien) tidak berjalan dengan garis lurus, bergelombang


92

dari sisi ke sisi (0)

6) Berbalik

Berhenti sebelum memulai berbalik, jalan sempoyongan,

bergotong royong, memegang obyek untuk dukungan (0)

Interpretasi Hasil

Berdasarkan hasil pemeriksaan keseimbangan yang telah

dilakukan pada Ny. Y didapatkan bahwa klien mempunyai nilai 5

artinya klien memiliki resiko jatuh rendah.

C. Analisa Data

Tabel 4.5

Analisa Data Pada Ny. Y Dengan Hipertensi

No Data Fokus Etiologi Masalah

1 DS : Suplai darah ke Nyeri


- Klien mengatakan sakit otak menurun
kepala/ nyeri kepala
- Klien juga mengatakan
nyeri dibagian tengkuk
kepala, seperti tertimpa Hipoksia serebral
beban berat, dirasakan
sewaktu-waktu saat
beraktivitas. Merangsang
pengeluaran
DO : mediator kimia
(histamine,
- TD : 170/100 MmHg
prostagladin,
- N : 80 x/ menit
bradikinin)
- S : 36,5º C
- R : 13 x/ menit
- Skala Nyeri : Nyeri sedang
Informasi
dengan Skala 4

terinduksi
transmisi medula
93

menurun

Nyeri
dipersepsikan

Nyeri

2 DS : Kerusakan Ketidakefektifan
- Klien mengatakan sering vaskular Perfusi jaringan
pusing pembuluh darah perifer.
- Ketika pusing klien tidak
bisa beranjak dari tempat
tidur. Perubahan
- Berat dibagian tengkuk struktur
kepala.
DO :
- TD : 170/100 MmHg
Penyumbatan
- N : 80 x/ menit
Pembuluh darah
- S : 36,5º C
- R : 13 x/ menit

Vasokontriksi

Gangguan
sirkulasi

Supay Oksigen
ke otak menurun

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer.

3 DS : Faktor penyebab Gangguan


- Klien mengatakan persepsi sensori
pandangannya kabur, tidak penglihatan
bisa melihat jarak jauh Berkurangnya
karena katarak. daya akomodasi
- Klien mengatakan bila pada lansia
melihat cahaya
94

pandangannya gelap.
DO : Bola mata
memanjang/
- Klien tampak hati- hati
kornea menjadi
dalam berjalan
pipih
- Klien tidak bisa berjalan
keluar rumah.
- TD : 170/100 MmHg
- N : 80 x/ menit
Fokus normal
- S : 36,5º C
jatuh diidepan
- R : 13 x/ menit
retina
- Jarak pandang <30cm

Mata menjadi
buram

Gangguan
Penglihatan

4 DS : Faktor psikologis Gangguan pola


- Klien mengatakan tidak tidur
bisa tidur karena banyak
pikiran. Kecemasan
- Klien mengatakan sering
tidur pada jam 12 malam
DO : Sulit tidur
- Konjungtiva anemis
- TD : 170/100 MmHg
- N : 80 x/ menit
Gangguan pola
- S : 36,5º C
tidur
- R : 13 x/ menit

D. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


95

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai

oksigen ke jaringan otak menurun.

3. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penyakit

Katarak

4. Ganggguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan (Ansietas)

E. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.6

Intervensi Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Hipertensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi & Rasional


Keperawatan Kriteria hasil

1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Mengetahui


berhubungan kunjungan komprehensif karakteristik
dengan keperawatan selama meliputi lokasi, nyeri dengan
peningkatan 3 x 3 Jam klien karakteristik, baik dan untuk
tekanan vaskuler dapat mengontrol durasi, frekuensi, menentukan
serebral nyeri dengan kualitas, intensitas tindakan yang
Kriteria hasil : 2. Observasi reaksi tepat.
1. Mengenal nonverbal dan 2. Untuk
faktor nyeri ketidaknyamanan mengetahui
2. Tindakan 3. Gunakan ketidaknyaman
pertolongan komunikasi an klien
nonfarmakologi terapeutik agar tentang nyeri.
3. Mengenal tanda klien dapat 3. Untuk
pencetus nyeri mengekspresikan mengetahui
untuk mencari nyeri kualitas nyeri
pertolongan 4. Ajarkan yang dapat
4. Melaporkan penggunaan teknik diukur dari
nyeri berkurang non farmakologi : ekspresi klien.
dengan teknik relaksasi 4. Untuk
menggunakan nafas dalam. mengurangi
manajemen 5. Berikan analgetik nyeri.
nyeri sesuai anjuran 5. Untuk
5. Menyatakan 6. Tentukan lokasi, mengurangi
rasa nyaman karakteristik, rasa nyeri.
96

setelah nyeri kualitas dan derajat 6. Agar tidak


berkurang nyeri sebelum terjadi
pemberian obat kesalahan
7. Cek instruksi dalam
dokter tentang pemberian
jenis, obat, dosis obat.
dan frekuensi 7. Untuk
menghindari
kejadian yang
tidak
diinginkan.

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV. 1. Untuk


perfusi jaringan kunjungan 2. Monitor adanya memantau
perifer keperawatan selama diplopia, normal atau
berhubungan 3 x 3 jam pandangan kabur tidaknya tanda-
dengan suplay diharapkan perfusi dan nyeri kepala tanda vital
oksigen ke jaringan perifer atau pusing. klien.
jaringan otak efektif dengan 3. Montor tonus otot 2. Untuk
menurun pergerakan. mengetahui
Kriteria Hasil: 4. Monitor tekanan adanya tanda
intrakranial dan dan gejala lain.
1. Tekanan sistolik
respon neurologis. 3. Untuk
dan diastolik
5. Monitor status memintor
dalam batas
cairan. pergerakan
normal
6. Anjurkan klien klien.
2. Tidak ada
untuk meninggikan 4. Untuk
ortostatik
kepala 0-45º mengetahui
hipertensi
tergantung kondisi sejauhmana
3. Pusing menurun
klien kenyamanan
7. Berikan penjelasan klien.
tentang terapi 5. Untuk
komplementer menghindari
untuk menurunkan dehidrasi.
tekanan darah 6. Untuk
tinggi. mengurangi
8. Demonstrasikan tekanan
terapi intrakranial.
komplementer 7. Unutuk
untuk menurunkan memberikan
tekanan darah pengetahuan
tinggi. kepada klien
9. Berikan terapi tentang
komplementer bagaimana
penurun tekanan cara
darah tinggi. menurunkan
97

tekanan darah
tinggi.
8. Agar pasien
tahu cara
melakukan
terapi
komplementer
penurun
tekanan darah.
9. Untuk
membantu
menurunkan
tekanan darah
tinggi.

3 Gangguann Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk


persepsi sensori kunjungan kebiasaan dan Mengetahui
penglihatan keperawatan selama faktor- faktor yang faktor yang
berhubungan 3 x 3 Jam mengakibatkan dapat
dengan penyakit dharapkan resiko jatuh. mengakibatkan
Katarak gangguan persepsi 2. Kaji riwayat jatuh terjadinya
sensori penglihatan pada klien dan jatuh.
tdak keluarga. 2. Untuk
membahayakan 3. Identifikasi mengetahui
klien dengan karakteristik riwayat jatuh.
lingkungan yang 3. Untuk
Kritera Hasil : dapat meningkatkan meminimalsir
terjadinya resiko terjadinya
1. Penggunaan alat
jatuh (lantai licin) resiko jatuh
bantu dengan
4. Sediakan alat bantu akibat dari
benar
(tongkat/walker) lingkungan
2. Tidak ada
5. Ajarkan cara sekitar.
penggunaan
penggunaan 4. Untuk
karpet
tongkat/ walker membantu
3. Hindari barang-
pada klien klien dalam
barang yang
6. Intruksikan pada berjalan.
berserakan di
klien untuk 5. Untuk
lantai
meminta bantuan mengajarkan
ketika melakukan bagaimana
perpindahan, jika cara berjalan
diperlukan dengan
7. Ajarkan pada tongkat/
keluarga untuk walker
menyediakan lantai 6. Agar klien
rumah yang tidak terhindar dari
licin bahaya resiko
98

8. Ajarkan pada jatuh.


keluarga untuk 7. Agar klien
meminimalisirkan terjauh dari
resiko terjadinya resiko
jatuh pada klien terjadinya
jatuh karena
lantai yang
licin.

4 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan 1. Untuk


tidur kunjungan tidur klien setiap mengetahui
berhubungan keperawatan selama hari. bagaimana
dengan 3 x 3 Jam 2. Ciptakan kebutuhan
kecemasan diharapkan lingkungan yang tidur klien.
(Ansietas) gangguan pola tidur nyaman. 2. Agar klien
dapat teraratasi 3. Fasilitasi untuk merasakan
dengan kriteria mempertahankan kenyamanan.
hasil : aktivitas sebelum 3. Membantu
tidur. klien untuk
1. Klien dapat 4. Anjurkan klien cepat
tidur sesuai untuk beristirahat. merasakan
dengan 5. Jelaskan pentingnya ngantuk dan
kebutuhan dan tidur yang adekuat. mengurangi
usia. 6. Diskusikan dengan kecemasan.
Lansia sekitar klien dan keluarga 4. Agar klien
6 jam. tentang dukungan tidak merasa
2. Klien unuk memenuhi kelelahan.
mengutarakan tidur klien. 5. Agar klien
merasa segar 7. Ajarkan klien mengetahui
dan puas. tentang teknik tentang
3. Istirahat dan terapi musik. pentingnya
tidur klien 8. Lakukan Teknik tidur bagi
tercukupi. terapi musik. tubuh.
6. Untuk
membantu
klien agar
tidurnya
berkualitas.
7. Untuk
mengurang
kecemasan
klien
8. Untuk
membantu
menenangkan
99

fikiran klien.

F. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.7

Implementasi Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Hipertensi

Diagnosa Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Keperawatan
11 Mei 2022 12 Mei 2022 13 Mei 2022

Implementasi Implementasi Implementasi

Nyeri 1. Mengkaji nyeri 1. Mengkaji nyeri 1. Mengkaji nyeri


berhubungan secara secara secara
dengan komprehensif komprehensif komprehensif
peningkatan meliputi lokasi, meliputi lokasi, meliputi lokasi,
tekanan vaskuler karakteristik, karakteristik, karakteristik,
serebral durasi, frekuensi, durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
kualitas, kualitas, kualitas, intensitas
intensitas intensitas Respon : Lokasi
Respon : Lokasi Respon : Lokasi nyeri dikepala dan
nyeri dikepala nyeri dikepala tengkuk, nyeri
dan tengkuk, dan tengkuk, seperti tertimpa
nyeri seperti nyeri seperti beban berat, nyeri
tertimpa beban tertimpa beban dirasakan
berat, nyeri berat, nyeri sewaktu-waktu.
dirasakan dirasakan Skala nyeri 2.
sewaktu-waktu. sewaktu-waktu. 2. Mengobservasi
Skala nyeri 4. Skala nyeri 3 reaksi nonverbal
2. Mengobservasi 2. Mengobservasi dan
reaksi nonverbal reaksi nonverbal ketidaknyamana-n
dan dan Respon : Klien
ketidaknyamanan ketidaknyamanan terlihat sedikit
Respon : Klien Respon : Klien tidak nyaman.
terlihat sedikit terlihat sedikit 3. Menggunakan
tidak nyaman. tidak nyaman. komunikasi
3. Menggunakan 3. Menggunakan terapeutik agar
komunikasi komunikasi klien dapat
terapeutik agar terapeutik agar mengekspresikan
klien dapat klien dapat nyeri
mengekspresikan mengekspresikan Respon : Klien
nyeri dapat
100

Respon : Klien nyeri mengekspresikan


dapat Respon : Klien nyeri
mengekspresikan dapat 4. Mengajarkan
nyeri mengekspresikan penggunaan
4. Mengajarkan nyeri teknik non
penggunaan 4. Mengajarkan farmakologi :
teknik non penggunaan teknik relaksasi
farmakologi : teknik non progresif
teknik relaksasi farmakologi : 5. Memberikan
progresif teknik relaksasi analgetik sesuai
5. Memberikan progresif anjuran
analgetik sesuai 5. Memberikan 6. Mengecek
anjuran analgetik sesuai instruksi dokter
6. Mengecek anjuran tentang jenis,
instruksi dokter 6. Mengecek obat, dosis dan
tentang jenis, instruksi dokter frekuensi
obat, dosis dan tentang jenis, Respon : Mirasic
frekuensi obat, dosis dan 500 mg diminum
Respon : Mirasic frekuensi ketika terasa
500 mg diminum Respon : Mirasic pusing dan sakit
ketika terasa 500 mg diminum kepala
pusing dan sakit ketika terasa
kepala. pusing dan sakit
kepala.

Ketidakefektifan 1. Memonitor TTV 1. Memonitor TTV 1. Memonitor TTV


perfusi jaringan Respon : TD : Respon : TD : Respon : TD :
perifer 170/100 MmHg, 160/100 MmHg, 150/100 MmHg,
berhubungan Nadi : 90x/menit, Nadi : 90x/menit, Nadi : 85x/menit,
dengan suplay RR : 13x/menit, RR : 12x/menit, RR : 12x/menit,
oksigen ke Suhu : 36,5º C. Suhu : 36,7º C. Suhu : 36,7º C.
jaringan otak 2. Memonitor 2. Memonitor 2. Memonitor
menurun adanya diplopia, adanya diplopia, adanya diplopia,
pandangan pandangan kabur pandangan kabur
kabur , nyeri dan nyeri kepala/ dan nyeri kepala/
kepala /pusing. . pusing. pusing.
Respon : Klien Respon : Klien Respon : Klien
mengalami masih mengalami masih mengalami
pandangan kabur. pandangan kabur. pandangan kabur.
serta pusing. serta pusing. . Dan pusing sudah
3. Memonitor tonus 3. Memonitor tonus hilang.
otot pergerakan. otot pergerakan. 3. Memonitor tonus
4. Respon : Tonus Respon : Tonus otot pergerakan.
otot pergerakan otot pergerakan Respon : Tonus
klien baik. klien baik. otot pergerakan
5. Memonitor 4. Memonitor
101

tekanan tekanan klien baik.


intrakranial dan intrakranial dan 4. Memonitor
respon respon tekanan
neurologis. neurologis. intrakranial dan
Respon : Klien Respon : Klien respon neurologis.
mengalami mengalami Respon : Klien
peningkatan TIK peningkatan TIK mengalami
yaitu terasa berat yaitu terasa berat peningkatan TIK
dibagian tengkuk dibagian tengkuk yaitu terasa berat
kepala, respon kepala, respon dibagian tengkuk
neurologis klien neurologis klien kepala, respon
baik. baik. neurologis klien
6. Memonitor status 5. Memonitor status baik.
cairan. cairan. 5. Memonitor status
Respon : Status Respon : Status cairan.
caran klien baik, caran klien baik, Respon : Status
turgor kulit turgor kulit caran klien baik,
elastis. elastis. turgor kulit
7. Menganjurkan 6. Menganjurkan elastis.
klien untuk klien untuk 6. Menganjurkan
meninggikan meninggikan klien untuk
kepala 0-45º kepala 0-45º meninggikan
tergantung tergantung kepala 0-45º
kondisi klien kondisi klien tergantung
Respon : Klien Respon : Klien kondisi klien
mengatakan akan mengatakan akan Respon : Klien
meninggikan meninggikan mengatakan akan
kepala saat kepala saat meninggikan
terjadi pusing. terjadi pusing. kepala saat
8. Memberikan 7. Memberikan terjadi pusing.
penjelasan penjelasan 7. Memberikan
tentang terapi tentang terapi penjelasan tentang
komplementer komplementer terapi
untuk untuk komplementer
menurunkan menurunkan untuk
tekanan darah tekanan darah menurunkan
tinggi. tinggi. tekanan darah
Respon : Klien Respon : Klien tinggi.
mendengarkan mendengarkan Respon : Klien
penjelasan yang penjelasan yang mendengarkan
diberakan. diberakan. penjelasan yang
9. Mendemonstrasik 8. Mendemonstrasik diberakan.
-an terapi -an terapi 8. Mendemonstrasi-
komplementer komplementer kan terapi
untuk untuk komplementer
menurunkan menurunkan untuk
102

tekanan darah tekanan darah menurunkan


tinggi. tinggi. tekanan darah
Respon : Klien Respon : Klien tinggi.
memperhatikan memperhatikan Respon : Klien
dan mengatakan dan mengatakan memperhatikan
akan melakukan akan melakukan dan mengatakan
terapi terapi akan melakukan
komplementer komplementer terapi
untuk untuk komplementer
menurunkan menurunkan untuk
tekanan darah tekanan darah menurunkan
tinggi ( Jus tomat) tinggi ( Jus tomat) tekanan darah
10. Memberikan 9. Memberikan tinggi (Jus tomat)
terapi terapi 9. Memberikan
komplementer komplementer terapi
penurun tekanan penurun tekanan komplementer
darah tinggi ( jus darah tinggi (jus penurun tekanan
tomat) tomat). darah tinggi (Jus
Respon : Klien Respon : Klien tomat)
mau meminum mau meminum Respon : Klien
terapi terapi mau meminum
komplementer jus komplementer jus terapi
tomat. tomat. komplementer jus
TD : 160/100 TD : 140/100 tomat.
MmHg MmHg TD : 130/90
MmHg

Gangguann 1. Mengidentifikasi 1. Mengidentifikasi 1. Mengidentifikasi


persepsi sensori kebiasaan dan kebiasaan dan kebiasaan dan
penglihatan faktor- faktor faktor- faktor faktor- faktor
berhubungan yang yang yang
dengan penyakit mengakibatkan mengakibatkan mengakibatkan
Katarak resiko jatuh. resiko jatuh. resiko jatuh.
Respon : Klien Respon : Klien Respon : Klien
mengatakan saat mengatakan saat mengatakan saat
kekamar mandi kekamar mandi kekamar mandi
suka hampir suka hampir suka hampir jatuh.
jatuh. jatuh. 2. Mengkaji riwayat
2. Mengkaji riwayat 2. Mengkaji riwayat jatuh pada klien
jatuh pada klien jatuh pada klien dan keluarga.
dan keluarga. dan keluarga. Respon : Klien
Respon : Klien Respon : Klien mengatakan tidak
mengatakan tidak mengatakan tidak ada.
ada. ada. 3. Mengidentifikasi
3. Mengidentifikasi 3. Mengidentifikasi karakteristik
karakteristik karakteristik lingkungan yang
103

lingkungan yang lingkungan yang dapat


dapat dapat meningkatkan
meningkatkan meningkatkan terjadinya resiko
terjadinya resiko terjadinya resiko jatuh (lantai licin)
jatuh (lantai licin) jatuh (lantai licin) Respon : Klien
Respon : Klien Respon : Klien mengatakan lantai
mengatakan lantai mengatakan lantai rumahnya sudah
nya berserakan rumahnya licin. bersih.
barang-barang 4. Menyediakan alat 4. Menyediakan alat
dan licin. bantu bantu
4. Menyediakan alat (tongkat/walker) (tongkat/walker)
bantu 5. Mengajarkan cara 5. Mengajarkan cara
(tongkat/walker) penggunaan penggunaan
5. Mengajarkan cara tongkat/ walker tongkat/ walker
penggunaan pada klien pada klien
tongkat/ walker 6. Mengintruksikan 6. Mengintruksikan
pada klien pada klien untuk pada klien untuk
6. Mengintruksikan meminta bantuan meminta bantuan
pada klien untuk ketika melakukan ketika melakukan
meminta bantuan perpindaha, jka perpindaha, jka
ketika melakukan diperlukan diperlukan
perpindaha, jka Respon : Klien Respon : Klien
diperlukan selalu meminta selalu meminta
Respon : Klien bantuan keluarga bantuan keluarga
selalu meminta dalam perihal dalam perihal
bantuan keluarga pergi ke kamar pergi ke kamar
dalam perihal mandi. mandi.
pergi ke kamar 7. Mengajarkan 7. Mengajarkan pada
mandi. pada keluarga keluarga untuk
7. Mengajarkan untuk menyediakan
pada keluarga menyediakan lantai rumah yang
untuk lantai rumah yang tidak licin
menyediakan tidak licin Respon : Lantai
lantai rumah yang Respon : Lantai rumah bersih.
tidak licin rumah sedikit 8. Mengajarkan pada
Respon : Lantai licin. keluarga
rumah sedikit 8. Mengajarkan untukmeminimal-
licin. pada keluarga isirkan resiko
8. Mengajarkan untuk terjadinya jatuh
pada keluarga meminimalisirkan pada klien
untuk resiko terjadinya Respon: Keluarga
meminimalisirkan jatuh pada klien mengatakan
resiko terjadinya Respon : mengerti dan akan
jatuh pada klien Keluarga memodifikasi
Respon : mengatakan lingkungan
Keluarga mengerti dan membereskan
104

mengatakan akan barang yang


mengerti dan memodifikasi berserakan
akan lingkungan dilantai,
memodifikasi membereskan membersihkan
lingkungan barang yang lantai supaya
(membereskan berserakan tidak licin) agar
barang yang dilantai, klien terhindar
berserakan membersihkan dari resiko jatuh
dilantai, lantai supaya
membersihkan tidak licin) agar
lantai supaya klien terhindar
tidak licin) agar dari resiko jatuh
klien terhindar
dari resiko jatuh.

Gangguan pola 1. Mengkaji 1. Mengkaji 1. Mengkaji


tidur b.d kebutuhan tidur kebutuhan tidur kebutuhan tidur
kecemasan klien setiap hari. klien setiap hari. klien setiap hari.
(Ansietas) Respon: Respon:Kebutuha Respon:
Kebutuhan tidur n tidur pada Kebutuhan tidur
pada lansia yaitu lansia yaitu 6 jam pada lansia yaitu
6 jam 2. Menciptakan 6 jam
2. Menciptakan lingkungan yang 2. Menciptakan
lingkungan yang nyaman. lingkungan yang
nyaman. Respon :Klien nyaman.
Respon : Klien merasakan Respon :Klien
merasakan kenyamanan merasakan
kenyamanan 3. Memfasilitasi kenyamanan
3. Memfasilitasi untuk 3. Memfasilitasi
untuk mempertahankan untuk
mempertahankan aktivitas sebelum mempertahankan
aktivitas sebelum tidur. aktivitas sebelum
tidur. Respon :Sebelum tidur. Respon:
Respon :Sebelum tidur klien selalu Sebelum tidur
tidur klien selalu berdzikir klien selalu
berdzikir 4. Menganjurkan berdzikir
4. Menganjurkan klien untuk 4. Menganjurkan
klien untuk beristirahat. klien untuk
beristirahat. Respon : Klien beristirahat.
Respon : Klien beristirahat Respon : Klien
beristirahat 5. Menjelaskan beristirahat
5. Menjelaskan pentingnya tidur 5. Menjelaskan
pentingnya tidur yang adekuat. pentingnya tidur
yang adekuat. Respon : Klien yang adekuat.
Respon : Klien mendengarkan. Respon : Klien
mendengarkan. 6. Mendiskusikan
105

6. Mendiskusikan dengan klien dan mendengarkan.


dengan klien dan keluarga tentang 6. Mendiskusikan
keluarga tentang dukungan untuk dengan klien dan
dukungan untuk memenuhi tidur keluarga tentang
memenuhi tidur klien dukungan untuk
klien 7. Mengajarkan memenuhi tidur
7. Mengajarkan klien tentang klien
klien tentang teknik terapi 7. Mengajarkan
teknik terapi musik. klien tentang
musik. 8. Melakukan teknik terapi
8. Melakukan Teknik terapi musik.
Teknik terapi musik. 8. Melakukan
musik. Respon : Klien Teknik terapi
Respon : Klien mengatakan musik.
mengatakan setelah Respon : Klien
setelah menerapkan mengatakan
menerapkan terapi musik pada setelah
terapi musik pada malam hari klien menerapkan terapi
malam hari klien merasakan tenang musik pada
merasakan tenang dan nyaman serta malam hari klien
dan nyaman tapi sudah bisa tidur. merasakan tenang
masih belum bisa dan nyaman serta
tidur. sudah bisa tidur.
106

G. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.8

Evaluasi Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Hipertensi

Diagnosa Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari Ke 3


Keperawatan
11 Mei 2022 12 Mei 2022 13 Mei 2022

Nyeri S : Klien S :Klien mengatakan S :Klien mengatakan


berhubungan mengatakan masih masih sedikit nyeri nyeri kepala dan
dengan sedikit nyeri kepala dan tengkuk, tengkuk sudah hilang,
peningkatan kepala dan
tekanan tengkuk, O: O:
vaskuler
O: - TD - TD 130/90MmHg
serebral
140/90MmHg - Nadi : 85x/menit
- TD : - Nadi : 90x/menit - Suhu : 36,5º C
160/100MmHg - Suhu : 36,5º C - RR : 13 x/menit
- Nadi : - RR : 13 x/menit - Skala nyeri 3
80x/menit - Skala nyeri 3
- Suhu : 36,5º C A : Masalah Nyeri
- RR : 13A : Masalah Nyeri teratasi
x/menit teratasi sebagian
P : Hentikan Intervensi.
- Skala nyeri 4
P : Lanjutkan
A : Masalah Nyeri Intervensi.
belum teratasi
1. Lakukan teknik
P : Lanjutkan nafas dalam
Intervensi. 2. Berikan
analgetik sesuai
1. Lakukan edukasi dokter
teknik nafas
dalam
2. Berikan
analgetik
sesuai edukasi
dokter.
107

Ketidakefektif S : Klien S : Klien S : Klien mengatakan


-an perfusi mengatakan masih mengatakan masih pusing sudah hilang.
jaringan merasa pusing. sedikit pusing,
perifer Pandangannya pandangannya O:
berhubungan kabur. Tengkuk kabur.
- TD : 130/90MmHg
dengan suplay kepala masih
O: - Nadi : 85x/menit
oksigen ke terasa berat
- Suhu : 36,5º C
jaringan otak
O: - TD : - RR : 13 x/menit
menurun
140/90MmHg
- TD : - Nadi : 90x/menit A : Masalah
160/100MmHg - Suhu : 36,5º C Ketidakefektifan perfusi
- Nadi : - RR : 13 x/menit jaringan perifer teratasi.
80x/menit
- Suhu : 36,5º C A : Masalah P : Lanjutkan Intervensi
oleh keluarga
- RR : 13 Ketidakefektifan
x/menit perfusi jaringan
1. Anjurkan untuk
perifer teratasi
melakukan kontrol
A : Masalah sebagian.
rutin tekanan darah
Ketidakefektifan
ke Fasilitas
perfusi jaringan P : Lanjutkan
Pelayanan
perifer belum Intervensi.
Kesehatan
teratasi
1. Monitor TTV 2. Berikan terapi
P : Lanjutkan 2. Berikan terapi komplementer untuk
Intervensi. komplementer menurunkan
untuk Tekanan darah
1. Monitor TTV menurunkan tinggi.
2. Berikan terapi Tekanan darah
komplementer tinggi.
untuk
menurunkan
Tekanan darah
tinggi.

Gangguann S : Klien S : Klien S : Klien mengatakan


persepsi mengatakan tidak mengatakan tidak tidak memiliki riwayat
sensori memiliki riwayat memiliki riwayat jatuh, Klien mengatakan
penglihatan jatuh, Klien jatuh, Klien ketika hendak kekamar
berhubungan mengatakan ketika mengatakan ketika mandi suka takut jatuh
dengan hendak kekamar hendak kekamar
penyakit mandi suka takut mandi suka takut O:
Katarak jatuh jatuh
- TD : 130/90MmHg
O: O: - Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,5º C
108

- TD : - TD : - RR : 13 x/menit
160/100MmHg 140/90MmHg - Klien tampak hati
- Nadi : - Nadi : 80x/menit hati dalam berjalan
80x/menit - Suhu : 36,5º C - Lantai rumah sudah
- Suhu : 36,5º C - RR : 13 x/menit bersih .
- RR : 13 - Klien tampak
x/menit hati hati dalam A : Masalah Gangguan
- Klien tampak berjalan persepsi sensori
hati hati dalam - Lantai rumah penglihatan teratasi
berjalan masih sedikit
P : Pertahankan
- Lantai rumah licin
intervensi oleh
sedikit licin
dan banyak A : Masalah Keluarga.
barang- barang Gangguan persepsi
1. Anjurkan keluarga
mainan. sensori penglihatan
untuk membantu
teratasi sebagian
memenuhi
A : Masalah
P : Lanjutkan kebutuhan sehari-
Gangguan persepsi
intervensi oleh hari lansia.
sensori
Keluarga 2. Anjurkan keluarga
penglihatan belum
untuk memodifikasi
teratasi
1. Anjurkan lingkungan
P : Lanjutkan keluarga untuk
intervensi oleh membantu
Keluarga memenuhi
kebutuhan
1. Anjurkan sehari-hari
keluarga untuk lansia.
membantu 2. Anjurkan
memenuhi keluarga untuk
kebutuhan memodifikasi
sehari-hari lingkungan
lansia.
2. Anjurkan
keluarga untuk
memodifikasi
lingkungan

Gangguan S : Klien S : Klien S : Klien mengatakan


pola tidur mengatakan sudah mengatakan sudah sudah merasa tenang
berhubungan merasa tenang dan merasa tenang dan dan nyaman dan sudah
dengan nyaman tetapi nyaman dan sudah bisa tidur.
kecemasan belum bisa tidur, bisa tidur, selalu
(Ansietas) selalu terus- terus- terusan O:
terusan kepikiran kepikiran anaknya
- Konjungtiva klien
anaknya
sudah tidak anemis.
109

O: O: - TD : 130/90MmHg
- Nadi : 80x/menit
- Konjungtiva - Konjungtiva - Suhu : 36,5º C
klien tampak klien tampak - RR : 13 x/menit
anemis. anemis.
- TD : - TD : A : Masalah Gangguan
160/100MmHg 140/90MmHg Pola Tidur teratasi
- Nadi : - Nadi : 80x/menit
80x/menit - Suhu : 36,5º C P : Pertahankan
- Suhu : 36,5º C - RR : 13 x/menit Intervensi oleh keluarga
- RR : 13 atau pasien
x/menit A : Masalah
Gangguan Pola 1. Ciptakan lingkungan
A : Masalah Tidur teratasi yang nyaman
Gangguan Pola 2. Anjurkan klien
Tidur belum P : Pertahankan untuk beristirahat
teratasi Intervensi 3. Lakukan teknik
terapi musik
P : Lanjutkan 1. Ciptakan
Intervensi lingkungan yang
nyaman
1. Ciptakan 2. Anjurkan klien
lingkungan untuk
yang nyaman beristirahat
2. Anjurkan klien 3. Lakukan teknik
untuk terapi musik
beristirahat
3. Lakukan
teknik terapi
musik
110

H. Analisis berbasis P-I-O-T

Tabel 4.9

Review Jurnal

Time/ Lama
Populasi Intervensi Outcomes Penelitian Jurnal

Populasi Teknik Hasil penelitian Penelitian Pengaruh


penelitian pengambilan menunjukkan ini Pemberian
ini adalah sampel secara bahwa sebagian diilakukan Jus Tomat
semua purposive besar tekanan pada Bulan Terhadap
penderita sampling. darah kelompok Januari- Tekanan
hipertensi Dengan kontrol adalah Maret 2021 Darah Pada
di kriteria inklusi kategori tinggi Penderita
Puskesmas pasien yaitu sebanyak Hipertensi Di
Purwosari penderita 16 responden Puskesmas
Kudus hipertensi di (88,89%), dan Purwosari
bulan wilayah kerja yang paling Kudus
Januari- Puskesmas sedikit kategori
Maret 2021 Purwosari, rendah sebanyak
sebanyak pasien 1 responden
62 orang, penderita (7,14%). rata-
dengan hipertensi rata tekanan
sampel pada bulan darah sebelum
penelitian Januari-Maret diberikan jus
sebanyak 2021, tomat pada
38 orang. sedangkan kelompok
kriteria intervensi
eksklusi sebesar 1,53
adalah pasien dengan standar
penderita deviasi 0,140.
hipertensi Rata-rata
yang tidak ada tekanan darah
di rumah, setelah diberikan
pasien jus tomat sebesar
penderita 2,58 dengan
hipertensi standar deviasi
yang tidak 0,159.
bersedia
menjadi
111

responden.
Instrumen
dalam
penelitian ini
adalah lembar
checklist untuk
instrument
pemberian jus
tomat, untuk
tekanan darah
menggunakan
Spigmomano
meter dan
stetoskop.
Analisa dalam
penelitian ini
menggunakan
uji Wilcoxon.

Populasi Variabel Dari hasil Waktu Pengaruh


dalam defenisi penelitian penelitian Terapi Musik
penelitian operasional didapat bahwa dilaksanaka Klasik
ini adalah independen rata-rata skor n pada bulan Terhadap
seluruh adalah terapi insomnia Sepetember Lansia
lansia musik klasik sebelum 2018. Penderita
penderita dan dependen intervensi adalah Insomnia
insomnia lansia 12.80 dengan
yang di penderita selisih mean 5.2,
rawat inap insomnia. standar deviasi
di RSUD Metode 1.808 dengan
Padangsidi analisa data nilai minimal 11,
mpuan pada melalui dan nilai
bulan tahapan maksimal 19.
september editing, Sedangkan pada
2018 coding, skor insomnia
tabulasi. Uji setelah
statistik yang dilakukan
dilakukan intervensi
adalah: didapatkan nilai
1) Analisa rata-rata 7.60,
univariat standar deviasi
digunakan 2.313, dengan
untuk melihat nilai minimal 4
distribusi dan nilai
frekuensi maksimal 13.
karakteristik Setelah
112

demografi dilakukan uji


lansia signifikansi
penderita menggunakan uji
insomnia paired wilcoxon
2) Analisa terhadap
bivariat perbandingan
digunakan skor insomnia
untuk melihat sebelum dan
perbedaan setelah diberikan
antara variabel terapi musik
dependen klasik
sebelum dan didapatkan
sesudah adanya
mendapat perubahan yang
perlakuan signifikansi
dengan dengan nilai
menggunakan p=0.000
uji paired t (p<0.05), maka
test jika data dapat
berdistribusi disimpulkan
normal, data bahwa terjadi
dikatakan perubahan pada
berdistribusi responden
normal jika uji sebelum
normalitas diberikan
shapiro wilk intervensi
memiliki nilai responden
P>0.05. mengalami
Apabila data insomnia dan
tidak setelah
berdistribusi mendapatkan
normal maka interven
analisa responden tidak
bivariat mengalami
menggunakan insomnia.
uji wilcoxon.
113

I. Clinical Based and Patient Values

Tabel 4.10

Intervensi Keperawatan Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi dan

Gangguan Pola Tidur

No Pasien Intervensi Outcomes Teori

1 Ny. Y ( P/ 77 Intervensi yang Tekanan Pengaruh


tahun), klien diberikan adalah darah klien Pemberian
mengatakan sering dengan turun menjadi Jus Tomat
pusing dan Pemberian 130/90 Terhadap
tekanan darah nya Terapi Jus tomat mmHg. Tekanan
tinggi yaitu Darah Pada
170/100MmHg. Penderita
Hipertensi Di
Puskesmas
Purwosari
Kudus

2 Ny. Y ( P/77 Intervensi yang Setelah Pengaruh


tahun), klien diberikan adalah dilakukan Terapi Musik
mengatakan sulit Pemberian/ terapi musik Klasik
tidur karena selalu pelaksanaan klien Terhadap
cemas tentang Terapi Musik mengatakan Lansia
keadaan anaknya sedikit tenang Penderita
yang sudah lebih dan sudah Insomnia
dari 20 tahun mulai bisa
diluar kota. tidur.
114

J. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membandingkan teori dengan kasus yang telah

didapat, dijelaskan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit hipertensi

dan cara penanganan serta cara pencegahan dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada Ny. Y dengan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.

Y Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2022.

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Sunaryo, 2017). Data dari pasien adalah sebuah informasi

yang didapat dari pasien mengenai riwayat kesehatan klien. Informasi yang

didapat dari klien yaitu : Nama, Umur, Alamat, Jenis Kelamin, Suku, Agama,

Status Perkawinan, Data Subjektif dan Data Objektif. Data subjektif

merupakan data yang didapat dari klien saat dilakukan wawancara seperti :

keluhan- keluhan, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, dan

masalah psikososial serta spiritual, masalah emonsional, Indeks kazt, Barthel

indeks, Short Portable Mental Quisioner dan Mini Mental State Exam. Data

objektif adalah data yang didapatkan berdasarkan hasil observasi perawat

terhadap klien.

Pengkajian terhadap Ny. Y penulis menggunakan metode wawancara

langsung kepada klien. Selama melakukan wawancara Ny. Y dapat


115

bekerjasama dengan baik dan memberikan keterangan tentang penyakit yang

dideritanya.

Dalam teori penulis mendapatkan 4 diagnosa yaitu : Nyeri berhubungan

dengan agen pencidera fisiologis : peningkatan tekanan vaskuler serebral,

Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d suplay oksigen kejaringan otak

menurun, Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigendan Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan

afterload. Sedangkan dari hasil penelitian didapatkan diagnosa yang sesuai

dengan teori yaitu 2 diagnosa, Nyeri berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler serebral dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan suplay oksigen ke jaringan otak menurun, serta

didapatkan diagnosa keperawatan penyerta yaitu ganggaun persepsi sensori

penglihatan berhubungan dengan penyakit katarak, dan gangguan pola tidur

berhubungan dengan kecemasan (ansietas) terdapat perbedaan dengan

diagnosa teori yang ada karena didalam setiap klien pasti mengalami keluhan

yang berbeda- beda sesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya serta kondisi

penyakit penyerta yang diderita.

Diagnosa keperawatan yang pertama adalah Nyeri berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler serebral. Data yang mendukung adalah klien

mengatakan sakit kepala/ nyeri kepala dan nyeri tengkuk, seperti tertimpa

beban berat. Dan dari data objektif yaitu TD: 170/100MmHg, nadi 80x

/menit, Suhu : 36,5ºC, RR : 13x/menit, Skala Nyeri 4 (Nyeri sedang).

Perencanaan yang penuls buat pada Ny. Y adalah kaji nyeri secara
116

komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas, observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan, gunakan

komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri, ajarkan

penggunaan teknik non farmakologi : teknik relaksasi progresif, berikan

analgetik sesuai anjuran, tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat

nyeri sebelum pemberian obat, dan cek instruksi dokter tentang jenis, obat,

dosis dan frekuensi. Implementasi yang penulis lakukan selama 3 hari adalah

Mengkaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensita, mengobservasi reaksi nonverbal dan

ketidaknyamanan, menggunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat

mengekspresikan nyeri, mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi :

teknik relaksasi progresif, memberikan analgetik sesuai anjuran, menentukan

lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat, dan

mengecek instruksi dokter tentang jenis, obat, dosis dan frekuensi. Evaluasi

yang penulis lakukan adalah dengan (SOAP), klien mengatakan nyeri kepala

sudah membaik dan klien sudah merasakan nyaman artinya masalah nyeri

teratasi, maka intervensi dihentikan.

Diagnosa keperawatan yang kedua Ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer berhubungan dengan suplay oksigen ke jaringan otak menurun. Data

yang mendukung adalah data subjektif dari klien yang menagatakan sering

mengalami pusing dan berat dibagian tengkuk kepala. Dan dari data objektif

yaitu TD : 170/100 MmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 36,5ºC, RR : 13x/menit.

Perencanaan yang penulis buat pada Ny. Y adalah dengan kaji tanda-tanda
117

vital klien dengan rasional tanda-tanda vital merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum klien, Monitor adanya diplopia, pandangan kabur

dan nyeri kepala atau pusing., Monitor tonus otot pergerakan, Monitor

tekanan intrakranial dan respon neurologis, Monitor status cairan, Anjurkan

klien untuk meninggikan kepala 0-45º tergantung kondisi klien, Berikan

penjelasan tentang terapi komplementer untuk menurunkan tekanan darah

tinggi, Demonstrasikan terapi komplementer untuk menurunkan tekanan

darah tinggi, Berikan terapi komplementer penurun tekanan darah tinggi.

Implementasi yang penulis lakukan selama 3 hari adalah Memonitor TTV,

memonitor adanya diplopia, pandangan kabur dan nyeri kepala atau pusing.,

memonitor tonus otot pergerakan. memonitor tekanan intrakranial dan respon

neurologis, Memonitor status cairan., menganjurkan klien untuk meninggikan

kepala 0-45º tergantung kondisi klien, memberikan penjelasan tentang terapi

komplementer untuk menurunkan tekanan darah tinggi, Mendemonstrasikan

pembuatan terapi komplementer jus tomat untuk menurunkan tekanan darah

tinggi., memberikan terapi komplementer jus tomat untuk penurun tekanan

darah tinggi. Evaluasi yang penulis lakukan adalah dengan (SOAP), klien

menagatakan sudah tidak pusing, dan tekanan darahnya menurun menjadi

130/90 MmHg, artinya masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

teraratasi , maka intervensi dipertahankan dengan cara menyarankan klien

untuk rutin meminum terapi komplementer jus tomat untuk menurunkan

tekanan darah .
118

Diagnosa Keperawatan yang ketiga yaitu gangguan persepsi sensori

penglihatan berhubungan dengan penyakit katarak. Data yang mendukung

yaitu data subjektif klien mengatakan pandangannya buram dan apabila

melihat cahaya pandangan menjadi gelap. Dari data objektif yaitu pupil

dilatasi terdapat noda putih didalam kornea mata (katarak imatur) dan jarak

pandang <30cm. TD : 170/100 MmHg, N : 80 x/ menit , S : 36,5º C, R : 13 x/

menit. Perencanaan yang penulis buat yaitu identifikasi kebiasaan dan faktor-

faktor yang mengakibatkan resiko jatuh, kaji riwayat jatuh pada klien dan

keluarga. , identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan

terjadinya resiko jatuh (lantai licin), sediakan alat bantu (tongkat/walker),

ajarkan cara penggunaan tongkat/ walker pada klien, intruksikan pada klien

untuk meminta bantuan ketika melakukan perpindahan, jika diperlukan,

ajarkan pada keluarga untuk menyediakan lantai rumah yang tidak licin,

ajarkan pada keluarga untuk meminimalisirkan resiko terjadinya jatuh pada

klien. Implementasi yang penulis lakukan selama 3 hari yaitu

mengidentifikasi kebiasaan dan faktor- faktor yang mengakibatkan resiko

jatuh, mengkaji riwayat jatuh pada klien dan keluarga. , mengidentifikasi

karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya resiko jatuh

(lantai licin), menyediakan alat bantu (tongkat/walker), mengajarkan cara

penggunaan tongkat/ walker pada klien, mengintruksikan pada klien untuk

meminta bantuan ketika melakukan perpindahan, jka diperlukan,

mengajarkan pada keluarga untuk menyediakan lantai rumah yang tidak licin,

mengajarkan pada keluarga untuk meminimalisirkan resiko terjadinya jatuh


119

pada klien. Evaluasi yang dilakukan penulis yaitu (SOAP), klien mengatakan

tidak memiliki riwayat jatuh, lantai rumah sudah bersih dan terhindar dari

barang-barang yang dapat membahayakan klien, serta klen selalu meminta

bantuan kepada keluarga dalam melakukan aktivitasnya. Maka dapat

disimpulkan bahwa masalah gangguan sensori penglihatan teratasi maka

intervensi dipertahankan kepada pasien dan keluarga.

Diagnosa yang empat yaitu Gangguan pola tidur berhubungan dengan

kecemasan ( Ansietas). Data yang mendukungnya yaitu data subjektif klien

yang mengatakan tidak bisa tidur karena selalu cemas tentang keadaan

anaknya yang sedang berada diluar kota sudah ±15 tahun tidak pulang dan

mengunjunginya, Tidur selalu jam 12 malam. Dan dari data objektif yaitu

konjungtiva klien tampak anemis. TD : 170/100 MmHg, N : 80 x/ menit , S :

36,5º C, R : 13 x/ menit. Perencanaan yang penulis buat terhadap Ny. Y

adalah kaji kebutuhan tidur klien setiap hari, ciptakan lingkungan yang

nyaman, fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur, anjurkan

klien untuk beristirahat., jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, diskusikan

dengan klien dan keluarga tentang dukungan unuk memenuhi tidur klien,

ajarkan klien tentang teknik terapi musik. , lakukan Teknik terapi musik.

Implementasi yang penulis lakukan selama 3 hari adalah dengan mengkaji

kebutuhan tidur klien setiap hari kebutuhan tidur lansia yaitu 6 jam,

menciptakan lingkungan yang nyaman, memfasiltasi untuk mempertahankan

aktivitas sebelum tidur ( berdzikir), menganjurkan klien untuk beristirahat.

menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, mendiskusikan dengan klien dan


120

keluarga tentang dukungan untuk memenuhi tidur klien, mengajarkan klien

tentang teknik terapi musik, melakukan Teknik terapi musik ( Sholawat

Nabi). Evaluasi yang penulis lakukan yaiitu dengan (SOAP), klien

mengatakan sudah merasa tenang dan sudah bisa tidur setelah rutin

melakukan terapi musik sebelum tidur, maka dapat disimpulkan bahwa

masalah gangguan pola tidurnya teratasi.

Maka dapat disimpulkan antara teori dengan kasus nyata terdapat

kesinambungan diantaranya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dengan karya tulis ilmiah yang berjudul Asuhan

Keperawatan Gerontik Pada Ny. Y dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler: Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered

Kabupaten Purwakarta dapat disimpulkan bahwa Hipertensi adalah suatu

keadaan dimana tekanan darah sitolik dan diastolik berada pada batas

normalnya yaitu 130-140 /90 MmHg.

Pada tahap pengkajian diperoleh dengan cara melakukan

wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta studi dokumentasi. Pada

saat dilakukan pengkajan pada Ny. Y, didapatkan data bahwa klien

mengeluh sering pusing dan nyeri kepala dan tengkuk, dibagian belakang

kepala terasa berat, dirasakan sewaktu-waktu, skala nyeri 4. Klien juga

mengeluh pandangannya kabur dan tidak bisa melihat pada jarak <30cm

karena memiliki penyakit katarak, klien juga mengatakan sering

kesemutan di kaki sebelah kiri dan tidak bisa tidur karena sering kefikiran

tentang kondisi anaknya yang sedang berada diluar kota.

Berdasarkan data pengkajian yang didapat maka diagnosa

keperawatan yang dirumuskan oleh peneliti adalah nyeri berhubungan

dengan peningkatan tekanan vaskular serebral, ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan suplay oksigen ke jaringan otak

120
121

menurun, gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan

penyakit katarak dan gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan

kecemasan.

Perencanaan yang telah dibuat penulis ini sesuai dengan

perencanaan yang ada di dalam teori dan disesuakan dengan kondisi klien.

Dalam hal ini tidak ada kesengajaan antara teori dan kasus, pada saat

pelaksanaan semua tindakan berjalan dengan baik, karena adanya

kerjasama antara klien dengan tim kesehatan.

Adapun pendokumentasian setiap tindakan keperawatan terhadap

pasien dicatat dalam catatan keperawatan yang dilakukan dan sesuai

dengan intervensi yang telah dibuat dalam masing- masing diagnosa

keperawatan.

Evaluasi yang dilakukan adalah sesuai dengan teori dan kasus yaitu

SOAP. Dari ke- 4 diagnosa keperawatan ada 4 diagnosa yang teratasi

yaitu nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral,

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplay

oksigen ke jaringan otak menurun. gangguan persepsi sensori penglihatan

berhubungan dengan penyakit Katarak, dan gangguan pola tidur

berhubungan dengan kecemasan ( Ansietas)..

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat memaksimalkan

pemantauan penderita hipertensi untuk melakukan kunjungan yang


122

berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Selain itu petugas kesehatan juga harus membuat cara untuk

menyampakan informasi yang akan dilakukan pada klien beserta

keluarga tentang seputar penyakit hipertensi dan cara menagatasinya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan terutama bagi Akademi Keperawatan RS

Efarina diharapkan dapat menambah dan mengembangkan sumber

referensi sehingga teori yang bisa diterapkan dapat memberikan wadah

untuk menambah pengetahuan tentang Bidang Ilmu Keperawatan

terutama Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler : Hipertensi.

3. Bagi Klien dan Keluarga

Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan serta pengawasan

pada klien atau anggota keluarganya yang memiliki penyakit

hipertensi dengan cara mencegah atau menjauhi faktor penyebab

terjadinya penyakit hipertensi.. Saran untuk klien diharapkan dapat

menjauhi penyebab terjadinya penyakit hipertensi, melakukan gaya

hidup yang sehat serta dapat melakukan peengelolaan stres. Dan serng

melakukan konsul di Fasilitas pelayanan kesehatan terdekat serta dapat

memanfaatkan pelayanan kesehatan atau kegiatan kesehatan yang

dilakukan untuk mensejahterakan kesehatan lansia yaitu Posbindu

yang ada di setiap desa.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Fredy, Dkk. (2020). Karakteristik Hipertensi Pada Lanjut Usia di Desa
Buku.. JWK : Vol 5 (2). ISSN:2548-4702.
Andika, Herlina., Dkk (2021). Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi D Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Buaya Padang. Jurnal Syedzasaintika. ISSN :2775-3530
Andriano, Tuwaidan. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengtan Hipertensi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Tahun 2021. Politeknk
Kesehatan Kementrian Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi D-III
Keperawatan.
Ariyanti, R., Dkk. (2020). Edukasi Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Pengabdian
Masyarakat. Vol. 3 (2). Hal: 74-82. ISSN: 2622-6340.
Aris, Arifal. (2018). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Salam (Syzygium
Polyanthum) terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Di Desa
Plosowahyu Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan. ISBN 978-
602-6988-58-4.
Aspiani, R. Y. .(2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC &NOC. Jakarta : EGC
Aspiani, R. Y. .(2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC &NOC. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Aswan.,Dkk. (2021). Upaya Pencegahan Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu
Kedaung Kelurahan Campang Raya Kota Bandar Lampung. ANDASIH
Jurnal Pengabdan kepada Masyarakat. Vol. 2 (1).ISSN:2745-8938.
Bulechek, G.M. et al. (2018). Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi 6.
Singapore : Elseiver Global Rights.
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka
Kerja Edisi 1. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Gunawan, J., & Sukarna, R. A. (2016). Potret Keperawatan di Belitung
Indonesia. Kendari, Sulawesi Tenggara : Yayasan Cipta Anak Bangsa.
Gutiérrez, M., Tomás, J. M., & Calatayud, P. (2018). Contributions of
Psychosocial Factors and Physical Activity to Successful Aging. The
Spanish Journal of Psychology, 21, 1–9.

123
124

Hamria, Dkk.(2020). Hubungan Pola Hidup Penderita Hipertensi Dengaan


Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Batalaiworu Kabupaten
Muna. Jurnal Keperawatan. Vol 4 (1)
Harsismanto.Dkk.(2020) Kualitas Tidur Berhubungan Dengan Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia. Jurnal Kesmas Asclepius. Vol 2 (1) 1-11.
doi.org/10.31539.
Hasnawati (2021). Hipertensi. Bantul : Penerbit KBM Indonesia
Hastuti, A.P. (2022). Hipertensi. Klaten : Penerbit Lakeisha
Kemenkes RI (2014). Infodatin Pusat Data dan informasi Kementrian kesehatan
RI , 2014. Hipertensi.
Kementrian Kesehatan RI (2018). Hipertensi, The Silent Killer.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Analisis Lansia 2017. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Luthfiana, A & Harliansyah. (2019). Pemeriksaan Indeks Memori, MMSE ( Mini
Mental State Examination) dan MoCA-Ina (Montreal Cognitive
Assasement Versi Indonesia) Pada Karyawan Unversitas Yasri. Jurnal
Kedokteran Yasri Vol 27 (2) : 062-068.
Lyndon, Saputra. (2014). Buku Saku Keperawatan pasien Dengan Gangguan
Fungsi Kaardovaskuler. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher.
M. Christine., Dkk. (2021). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di PSTW Sinta Rangkang
Tahun 2020. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Vol. 6, No. 1, P-
2527-5798, e-ISSN : 2580-7633
Manutung , A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi.
Medawati, R. Dkk. (2020). Analisis Faktor Succesful Aging Pada Lansia Yang
Bekerja Sebagai Petani. Jurnal Keperawatan Komunitas) Vol. 5, No (1).
Moorhead. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 6. Singapore:
Elseiver Global Rights.
M. Qasim. (2021). Keperawatan Gerontik. Aceh : Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.
M. Napitupulu, Sutrningsih. (2019). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Lansia Penderita Insomnia. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia. Vol 4, No (2).
Mulyati, Wahyu. (2018). Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Ny. S dan Tn. H
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di UPT PTSW Jember Tahun
2018. Fakultas Keperawatan Unversitas Jember.
125

N. Cholifah., Hartinah, Dewi. (2021). Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Purwosari
Kudus. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.2 (2021) 404-
410
N. Puspita Sari. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensii
Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Polteknik Kesehatan Kementran
Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Samarinda.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-1027 Edisi 6.
Editor T. Heather Herdman dan Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Nugraha, A. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah : Diagnosis
NANDA-I 2015-2017 Intervensi NC Hasil NOC. Jakarta : EGC
Nurarif,A.H.,& Kusuma, H.,(2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Media action
Noorhidayah, S.A (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Desa Salamrejo. Jurnal
Ilmu Kesehatan.
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular,
Edisi 1. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
Profil Lansia Provinsi Jawa Barat (2017) diakses dari
https://jabar.bps.go.id/publication/2018/05/29/09e63178d5ac779bab44818
0/profil-lansia-provinsi-jawa-barat-2017.html. Pada tanggal 17 April 2022
pukul 11.30 WIB.
Pusdatin Kemenkes RI . (2014). Hipertensi.
Pusdatin Kemenkes RI.. (2021). Hipertensi Si Pembunuh Senyap.
Potter dan Perry. (2012). Fundamental Of Nursing Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Ritonga, N. L. (2018). Tingkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan ADL
( Activity of Daily Living) dengan Metode Kazt di Posyandu Lansia
Kelurahan Tegalsari III Medan Area. Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Rohmah, N., & Waliid, S. (2016). Proses Keperawatan. Yogyakaerta : Ar-Ruzz
Media.
Sari Triana, M. & Susanti (2017). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Di Panti
Sosila Tresna Werdha Budi Luhur Dan Lansia Di Kelurahan Paal V –
Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2
126

Shafi’I, J., Dkk. (2016). Corelation Of Stress Hyperglycemia With Barthel Index
In Acute Non- Hemorrhagiic Srtoke Patients At NeuorologiWard Of RSUd
Arifin Achmad Pekanbaru. JOM Vol 3 (2).
Statistik Penduduk Lanjut Usia (2021) diakses dari
https://www.bps.go.id/publication/2021/12/21/c3fd27372f6ddcf7462006/
statistik-penduduk-lanjut-usia-2021.html. Pada tanggal 17 April 2022
pukul 11.30 WIB.
Sudarso, S., Kusbaryanto, K., Khoiryati, A., & Huriah, T. (2019). Efektivitas
Pemberian Intervensi Gerakan Sholat terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia dengan Hipertensi. Jurnal Keperawatan, Vol 12.(1),
Hal 75-86.
Sunaryo., Dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Penerbit
CV. Andi Offset
Telambanua & Rahayu.T.(2021). Penyuluhan dan Edukasi Tentang Penyakit
Hipertensi. Jurnal Abdimas Saintika. Vol 3 (1)
Widyanto, F. (2014). Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Widiyawati (2020). Keperawatan Gerontik. Malang : Literasi Nusantara
Wulansari.N.Dkk (2020). Efektifitas Metode Self-Help Group (SHG) terhadap
Tekanan darah pada Lansia Hipertensi
LAMPIRAN
Lampiran I Surat Izin Penelitian Kesbangpol Kabupaten Purwakarta
Lampiran II Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta
Lampiran III Surat Izin Penelitian UPTD Puskesmas Plered
Lampiran IV SAP Perawatan Menurunkan Hipertensi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN MENURUNKAN HIPERTENSI PADA LANSIA

OLEH:

ANNISA FITRI VIRGIANI

1900001006

AKADEMI KEPERAWATAN RS EFARINA PURWAKARTA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI HIPERTENSI PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Perawatan Menurunkan Hipertensi Pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Perawatan Menurunkan Hipertensi dengan Jus

Buah dan Sayur

Tanggal : Jumat, 13 Mei 2022

Waktu : 45 menit

Sasaran : Ny. Y dan Keluarga

Jumlah sasaran : 3 orang

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah persisten

dengan tekana darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik

diiatas 90 mmHg. Penderita Hipertensi mengalami peningkatan tekanan

darah melebihi batas normal, dimana tekanan darah normal sebesar 110/90

mmHg (Hasnawati, 2021).

Faktor yang berperan dalam terjadinya hipertensi yaitu meliputi

faktor mayor yakni faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor

minor yakni faktor resiko yang masih dapat dikendalikan. Keturunan, ras,

jenis kelamin, dan usia merupakan faktor resiko yang tidak dapat

dikendalikan, sedangkan kurang olahraga, merokok, stress, obesitas,


kebiasaan mengkonsumsi kopi, alkohol, dan pola makan yang tidak teratur

merupakan faktor risiko yang dapat dikendalikan (Hamria 2020).

Ada berbagai upaya untuk mengatasi tekanan darah tinggi yaitu

dengan cara melakukan gaya hidup seperti rajin berolahraga, menjaga pola

makan, dan mengonsumsi sayur dan buah-buahan.

Penyakit hipertensi ini tergolong penyakit kronis yang tidak bisa

disembuhkan hanya saja penyakit tersebut dapat dikontrol dengan cara

konsumi obat terus menerus yang membutuhkan ketelatenan dan biaya

yang tidak murah. Metode pengobatan non farmakologis sebenarnya sejak

lama sudah sering digunakan masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatan. Akan tetapi kurangnya informasi tentang kandungan dan

manfaat dari bahan herbal yang tersedia disekitar masyarakat, mereka

enggan melakukan pengobatan non farmakologis karena merasa kurang

praktis dan sulit untuk diketahui manfaatnya secara langsung. Banyak

keuntungan memilih menggunakan obat tradisonal untuk mengobati

berbagai penyakit, hal ini lakukan untuk mengurangi terjadinya samping,

selain itu biayanya murah, dan mudah untuk didapatkan. Salah satu bahan

pangan yang di jadikan obat tradisional adalah diantaranya terapi sari

mentimun, terapi jus belimbing, terapi jus seledri dan terapi jus tomat.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang terapi hipertensi

dengan jus buah dan sayur diharapkan para lansia maupun keluarga
yang memiliki lansia memahami salah satu cara proses terapi

hipertensi dengan jus buah dan sayur yang dapat dilakukan dirumah.

2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan :

a. Sasaran dapat memahami pentingnya mengkonsumsi buah dan

sayuran bagi tubuh.

b. Sasaran dapat mengetahui manfaat dan kandungan buah sayuran

penurun hipertensi

c. Sasaran dapat mengetahui hal – hal yang perlu diperhatikan saat

membuat jus buah dan sayur

d. Sasaran mengetahui bagaimana cara membuat jus buah dan sayur

penurun hipertensi

C. Sasaran

Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah lansia yang menderita

hipertensi.

D. Kegiatan

N Tahapan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Metode


o

1 Pembukaan 1. Mengucapakan 1. Menjawab 4 menit Ceramah


salam salam
2. Memperkenalka 2. Mendengarkan
n diri dan memahami
3. Menjelaskan 3. Memberikan
tujuan respon
4. Apresepsi
tentang materi
yang akan
diberikan
2 Inti 1. Menjelaskan 1. Menyimak dan 27 menit Ceramah
materi Memperhatikan
penyuluhan
tentang:
a. Pentingnya
mengkonsum
si buah dan
sayur
b. Manfaat dan
kandungann
gizi buah dan
sayur.
c. Hal – hal Diskusi
yang perlu Tanya
diperhatikan Jawab
saat
membuat jus Memperh
buah dan -atikan
sayur
2. Memberi
kesempatan
pada sasaran
untuk bertanya
3. Mendemonstras
ikan cara
membuat jus
buah dan sayur

3 Evaluasi 1. Memberikan 1. Menjawab 10 menit Tanya


pertanyaan pada pertanyaan yang Jawab
sasaran tentang diajukan
materi yang tentang materi
sudah yang
disampaikan disampaikan
2. Meminta sasaran 2. Membuat jus
untuk buah dan sayur
mengulangi cara
membuat jus

4 Penutup 1. Menyimpulkan 1. Menyimak dan 4 menit Ceramah


materi memperhatikan
2. Mengucapkan 2. Menjawab
salam salam
E. Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Demonstrasi

3. Diskusi

F. Media Pembelajaran

1. Leaflet

2. Parutan/ Blender

3. Gelas

4. Buah, sayur, air

G. Evaluasi

Prosedur : Post Test

Jenis : Pertanyaan secara lisan

Test Jumlah Soal : 2 soal

1. Apa saja manfaat dan kandungan gizi yang terdapat pada buah dan

sayur penurun hipertensi ?

2. Apa saja hal – hal yang perlu diperhatikan saat mempuat jus buah dan

sayur ?

a. Evaluasi struktural

1) Persiapan Media dan Alat

Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan semuanya

lengkap dan siap digunakan, yaitu : Lembar balik, leaflet, dan

alat peraga (blander, gelas, air, buah, dan sayur)


2) Persiapan Materi

Materi yang akan diinformasikan dalam penyuluhan yang dibuat

dalam bentuk leflet siap digunakan dengan kriteria padat,

lengkap, ringkas dan mudah dimengerti sasaran.

3) Kontrak waktu

Kontrak waktu telah dilakukan 1 hari sebelum dilaksanakan

penyuluhan.

b. Evaluasi proses

1) Peserta

a) Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai

akhir sehingga mampu melakukan tindakan yang diharapkan.

b) Pertemuan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan

jadwal yang sudah ada.

2) Penyuluh

a) Memfasilitasi segala seuatu yang diperlukan untuk

melakukan penyuluhan sehingga jalannya diskusi menjadi

lancar.

c. Evaluasi hasil

1) Jangka Pendek 

Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit sasaran

diharapkan mampu mengerti sekitar 80% dari materi yang


diberikan dan mampu mendemonstrasikan ulang cara membuat

jus buah dan suyur.

2) Jangka Panjang

Meningkatkan pengetahuan sasaran tentang terapi hipertensi

dengan mengkonsumsi jus buah dan sayur sehingga sasaran

dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Sasaran juga

dapat menyebarkan informasi kepada masyarakat sekitar

mengenai terapi hipertensi dengan mengkonsumsi jus buah dan

sayur.

H. Lampiran Materi

1. Pentingnya buah dan sayuran bagi tubuh

Secara umum buah dan sayuran merupakan sumber berbagai

vitamin, mineral, dan serat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

kesehatan tubuh. Kandungan mineral, vitamin, karotenoid, dan

komponen lainnya yang terdapat didalam buah dan sayuran diantaranya

dapat berkhasiat sebagai antioksidan untuk mencegah kanker,

mengatasi gangguan pencernaan, menurunkan kolesterol, dan tekanan

darah tinggi.

Kebutuhan vitamin bagi lansia menjadi penting untuk membantu

metabolisme zat-zat gizi yang lain terutama pada lansia yang sudah

menderita penyakit seperti hipertensi. Sayuran dan buah hendaknya

dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat


selain itu juga dapat membantu menurunkan tingginya tekanan darah

pada lansia.

Beberapa jenis buah dan sayuran yang berkhasiat untuk

menurunkan tekanan darah tinggi karena kandugan potassium

didalamnya diantaranya seledri, mentimun, labu siam, selada air,

lobak, tomat, belimbing wuluh, belimbing manis, semangka, wortel,

pisang, apel, dan kiwi.

2. Manfaat dan Kandungan Gizi dalam buah dan sayuran

a. Tomat

Tomat adalah salah satu jenis terapi herbal yang digunakan

untuk menangani hipertensi. Ekstrak tomat memiliki kandungan

lykopen yang efektif dalam membantu menurunkan kolesterol,

betakarotin dan vitamin E yang berfungsi sebagai anti oksidan

yang dapat mencegah aglutinasi darah yang dapat menurunkan

tekanan darah. Kadar lykopen yang terkandung dalam tomat

adalah salah satu alasan tomat digunakan sebagai alternatif untuk

mengurangi gejala hipertensi. Pemberian terapi tomat dapat

mempengaruhi tekanan darah pada pasien.

Dosis yang dberikan adalah 200ml jus tomat 1 kali sehari

selama 2 pekan secara berturut turut dapat menurunkan tekanan

darah sistolik sebesar 4,4 mmHg dan tekanan darah diiastolik

sebesar 3,1 mmHg.


Beberapa kandungan tomat yang dapat menurunkan

tekanan darah antara lain:

1) Betakarotin dan vitamin E yang berfungsi sebagai anti

oksidan yang dapat mencegah aglutinasi darah, sehingga

dapat menurunkan tekanan darah;

2) Lykopen pada tomat adalah zat yang efektif dalam

menurunkan kolesterol;

3) Vitamin B6 dan folat, dibutuhkan tubuh untuk mengubah

homosistein menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Kadar

homosistein yang tinggi dapat membahayakan dinding

pembuluh darah dan dihubungkan dengan meningkatkan

resiko serangan jantung dan stroke;

4) Kalium dapat dikomsumsi menurunkan tekanan darah dan

mengurangi resiko penyakit jantung Jus Tomat memiliki

manfaat menurunkan tekanan darah karena didalam tomat

terdapat likopen. Yaitu 4,6 mg dalam 100 gram tomat segar

(Aiska et al, 2014).

Selain untuk digunakan dalam masakan, tomat juga

dikonsumsi mentah yang dibuat menjadi jus. Penelitian yang

dilakukan oleh Fadilatur (2020) menemukan bahwa konsumsi jus

tomat sebanyak 150 gram tomat mampu menurunkan tekanan

darah sistolik sebesar 11,76% (kurang lebih 7,276 mmHg) dan

diastolik sebesar 8,82% (sebesar 3,321 mmHg) (Basith, 2013.


Tomat mengandung antioksidan kuat yang menghambat

penyerapan oksigen reaktif terhadap endotel yang mengganggu

dilatasi pembuluh darah yang menyebabkan penurunan tekanan

darah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan

pengabdian masyarakat tentang pemberian jus tomat pada

penurunan tekanan darah dengan tujuan dapat membantu

penyembuhan hipertensi tanpa harus membutuhkan dan

mengeluarkan biaya yang mahal ( Sinurat, 2021)

b. Mentimun

Kandungan pada mentimun yang mampu membantu

menurunkan tekanan darah, karena mentimun mengandung kalium

(potassium), magnesium, dan fosfor yang efektif mengobati

hipertensi. Mentimun yang bersifat diuretik karena kandungan

airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan

darah. Buah mentimun mempunyai sifat hipotensif (menurunkan

tekanan darah), karena kandungan air dan kalium dalam mentimun

akan menarik natrium kedalam intraseluler dan bekerja dengan

membuka pembulu darah (vasodilatasi) yang dapat menurunkan

tekanan darah. Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang

utama, dalam kenyataannya 98% kalium tubuh berada dalam sel,

2% ini untuk fungsi neuromuskuler. Kalium mempengaruhi

aktivitas baik otot skeletal maupun otot jantung (Christine, 2021).

c. Belimbing
Belimbing manis (Averrhoa Carambola) merupakan salah satu

obat tradisional yang dapat digunakan sebagai obat anti hipertensi,

karena mengandung tinggi kalium dan senyawa flavanoid. Kalium

berfungsi menurunkan tekanan darah sehingga dapat mencegah

tekanan darah tinggi atau bahkan stroke. Menurut penelitian yang

dipublikasikan dalam "American Journal of Physiology

Regulatory, Integrative and Comparative Physiology." Buah

belimbing manis (Averrhoa Carambola) ini sangat bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah karena kandungan serat, kalium,

fosfor dan vitamin C. Kandungan kalium (potassium) dalam 1

buah belimbing (127 gram) adalah sebesar 207 mg. Hal ini

menunjukkan bahwa kalium dalam buah belimbing mempunyai

jumlah yang paling banyak dari jumlah mineral yang ada dalam

kandungan 1 buah belimbing.

Kandungan kalium (potassium) dalam satu buah belimbing 127

gram adalah sebesar 207 mg dan kandungan seratnya sebesar 5 g.

Hal ini menunjukkan bahwa kandungan kalium dan serat dalam

buah belimbing mempunyai jumlah yang cukup signifikan dalam

membantu menurunkan tekanan darah, ditambah dengan

kandungan natriumnya (sodium) yang relative rendah ( Legi,

2020).
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jus buah dan

sayuran.

a. Buah dan sayuran harus segar

Bahan pangan yang segar masih mengandung zat gizi yang

lengkap dibandingkan dengan bahan pangan yang telah dimasak.

Bahan yang telah dimasak akan kehilangan 30-80% kandungan

gizinya. 

b. Buah dan sayur matang optimal 

Buah dan sayuran yang digunakan untuk membuat jus hendaknya

mempunyai tingkat kematangan yang optimal, tetapi jangan

sampai lewat matang. Banyak zat gizi yang belum terbentuk

sempurna selama buah belum matang.

c. Buah dan sayuran dicuci terlebih dahulu 

Buah dan sayuran yang akan digunakan untuk pembuatan jus

harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran dan

residu pestisida yang mungkin terdapat pada buah dan sayuran.

Namun, perlu juga diperhatikan agar proses pemotongan

dilakukan setelah pencucian, jangan sebaliknya. Hal ini

dimaksudkan agar zat-zat gizi, terutama vitamin larut air tidak ikut

terbuang pada saat pencucian.

d. Jus segera diminum setelah dibuat 


Jus yang telah dibuat hendaknya langsung dikonsumsi. Hal ini

untuk menghindari berkurangnya zat gizi yang terdapat dalam

buah dan sayuran. Seperti diketahui, buah dan sayuran merupakan

sumber vitamin dan mineral, terutama vitamin C dan A. Jika

dibiarkan terlalu lama, vitamin-vitamin tersebut akan teroksidasi

dan akan berkurang keefektifannya.

e. Cara efektif dan efisien mengonsumsi jus 

Mengonsumsi jus akan terasa efektif dan efisien bila menjadi

bagian dari terapi nutrisi atau diet alami yang murni dan

menyeluruh. Hal ini dikarenakan tubuh tidak akan bertahan hanya

dengan mengonsumsi cairan. Oleh karena itu, pengaturan pola

makan sehari-hari yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan zat gizi

yang dibutuhkan tubuh juga perlu diimbangi. Dengan demikian,

mengonsumsi jus dapat berperan dalam pengendalian hipertensi.

Konsep menu seimbang hipertensi tetap harus dijalankan.

f. Waktu yang tepat mengonsumsi jus

Jus sebagai pencegah dan pengendalian berbagai penyakit

hendaknya dikombinasikan dengan diet makanan bergizi.

Mengonsumsi jus minimal dua kali sehari, yaitu pada pagi dan

siang hari. Jus hendaknya diminum sebelum makan agar zat-zat

gizi dan non gizi yang terdapat di dalamnya bisa langsung diserap

tubuh.
4. Cara pembuatan

a. Tomat

Bahan-bahan :

1) 3 buah tomat matang

2) Air secukupnya/ 200 ml

Cara membuat :

1) Cuci tomat sampai bersih.

2) Tambahkan air secukupnya lalu proses sampai halus. Bisa

diparut atau diblender.

3) Saring lalu tuang ke dalam gelas saji.

b. Jus mentimun

Bahan-bahan :

1)  200 gram mentimun

Cara membuat :

1) Potong-potong mentimun

2) Masukkan dalam blender

3) Proseslah hingga halus

4) Tuang kedalam gelas

5) Jus siap dihidangkan

c. Jus Belimbing

Bahan :
1) 100 gr buah belimbing

2) 1/2 gelas air matang

Cara membuat :

1) Potong kecil-kecil buah belimbing yang telah dicuci bersih

2) Campurkan belimbing dengan bahan-bahan lainnya, kemudian

haluskan dengan blender

3) Jus siap untuk hidangkan.

I. Pengesahan

Purwakarta, 13 Mei 2022


Pemberi Materi

Sasaran Penyuluhan

Annisa Fitri Virgiani

Ny. Y

Mengetahui,

Pembimbing I

Ns. Wirdan F. R, S.Kep., M.Kep


NIDN : 0414068501

Daftar Pustaka

Christine. M,. Dkk (2020). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap


Tekanan Darah Lansiia Dengan Hipertensi Di PSTW Sinta Rangkang
Tahun 2020. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), Vol 6 (1), p-
2527-5798, e-ISSN:2580-7633.
Https://sehatnegeriku.kemekes.go.iid/baca/rilis/media/
20170125/2919458/tingkatkan-konsumsi-sayur-dan-buah-nusantara-
menuju-masyarakat-hidup-sehat/ Diakses pada tanggal 13 Mei 2022
jam 17.00 WIB.
Hamria, Dkk.(2020). Hubungan Pola Hidup Penderita Hipertensi
Dengaan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Batalaiworu Kabupaten Muna. Jurnal Keperawatan. Vol 4 (1)
Legi. N. N., Dkk (2020). Jus Belimbing Manis (Averrhoa Carambola)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
GIZIDO Volume 12 No. 2
Sinurat, Dkk (2021). Pelaksanaan Terapi Komplementer Jus Tomat Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai. Jurnal Peduli Masyarakat. Vol 3 (3), e-ISSN
2721-9747; P-ISSN 2715-6524.
Widiyawati (2020). Keperawatan Gerontik. Malang : Literasi Nusantara
Yuliani. S. N,. Dkk (2020). Pemberian Jus Tomat ( Solanium
Lycopersicum) Terhadap Stabilisasi Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi.

Lampiran V Leflet Perawatan Menurunkan Hipertensi


Lampiran VII Informed Consent

INFORMED CONSENT

Kepada Yth,

Bapak/Ibu/Saudara/I sebagai Calon Responden

Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered, Purwakarta

Dengan Hormat,

Bersama ini saya, Nama : Annisa Fitri Virgiani

NIM : 1900001006

Mahasiswa : Akademi Keperawatan RS Efarina


Purwakarta

Bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN


GERONTIK PADA NY. Y DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS PLERED KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2022”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat
dengan kepuasan klien. Manfaat penelitian ini bagi bapak/ibu/saudara/i selama
perawatan terpenuhi.

Untuk keperluan tersebut, bapak/ibu/saudara/i bersedia menjadi responden dengan


memberikan data untuk keperluan pengkajian keperawatan.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan partisipasinya saya

ucapkan terima kasih.

Purwakarta, 09 Mei 2022

Annisa Fitri Virgiani


LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Menyatakan bahwa :
1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian “ Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Ny. Y Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler :
Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Peskesmas Plered Kabupaten
Purwakarta Tahun 2022.
2. Telah diberi kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban dari
peneliti.
Dengan ini saya memutuskan secara sukarela tanpa paksaan dari phak manapun
dan dalam keadaan sadar, bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi responden
dalam penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mesti nya.

Purwakarta, 09 Mei 2022

Ny. Y
Lampiran VIII Lembar Bimbingan I

Akademi Keperawatan RS. Efarina Purwakarta


Jl. Raya Bungursari No. 1 Cibening Purwakarta Telp (0264) 830 2955
Email : efarinapwk@gmail.com Website : www.efarina.ac.id

LEMBAR BIMBINGAN KTI

Nama : Annisa Fitri Virgiani

NIM : 1900001006

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. Y Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Kabupaten

Purwakarta Tahun 2022.

Nama Pembimbing I : Ns. Wirdan Fauzi Rahman., S. Kep., M. Kep

No. Tanggal Materi Bimbingan Pembimbing Paraf

Pembimbing

1. 20 Maret 1. Pengajuan Judul Ns. Wirdan F. R.,


KTI
2022 S. Kep., M. Kep

2. 25 Maret 1. Judul Acc Ns. Wirdan F. R.,


2. Lanjut Bab I
2022 S. Kep., M. Kep

3. 28 Maret 1. Revisi latar Ns. Wirdan F. R.,


belakang
2022 S. Kep., M. Kep
2. Penyusunan latar
belakang
berdasarkan
fenomena.
3. Prevalensi di
Dunia, Indonesia,
Jawa Barat,
Purwakarta, Plered
4. 03 April 1. Tambahkan Jurnal Ns. Wirdan F. R.,
terbaru
2022 S. Kep., M. Kep
2. Jurnal tentang
Hipertensi
5. 08 April 1. Bimbingan Bab Ns. Wirdan F. R.,
I, II, dan III.
2022 S. Kep., M. Kep
2. Acc Bab I
3. Revisi Bab II dan
III
6. 10 April 1. Perbaiki Tabel Ns. Wirdan F. R.,
2. Lengkapi daftar
2022 S. Kep., M. Kep
isi, kata
pengantar,
daftar bagan dan
daftar tabel serta
daftar lampiran.
3. Lampirkan surat
persetujuan
7. 12 April 1. Revisi Bab II Ns. Wirdan F. R.,
2. Perbaiki Tabel
2022 S. Kep., M. Kep

8. 18 April 1. Acc Bab I, II, Ns. Wirdan F. R.,


III
2022 S. Kep., M. Kep
2. Mengumpulkan
Draft
3. Maju Seminar
proposal
9. 02 Juli 2022 1. Bimbingan Bab Ns. Wirdan F. R.,
IV, dan V
S. Kep., M. Kep

10. 03 Juli 2022 1. Revisi Bab IV, Ns. Wirdan F. R.,


dan V
S. Kep., M. Kep

11. 04 Juli 2022 1. Lengkapi daftar Ns. Wirdan F. R.,


pustaka,
S. Kep., M. Kep
gunakan enter
pada daftar
pustaka.
2. Lengkapi Bab
III
3. Tambahkan
Diagnosa
Keperawatan
4. Rapihkan Tabel
12. 06 Juli 2022 1. Acc Bab I- V Ns. Wirdan F. R.,
2. Lanjutkan
S. Kep., M. Kep
Daftar Sidang
KTI.

Lampiran IX Lembar Bimbingan II


Akademi Keperawatan RS. Efarina Purwakarta
Jl. Raya Bungursari No. 1 Cibening Purwakarta Telp (0264) 830 2955
Email : efarinapwk@gmail.com Website : www.efarina.ac.id

LEMBAR BIMBINGAN KTI

Nama : Annisa Fitri Virgiani

NIM : 1900001006

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. Y Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plered Kabupaten

Purwakarta Tahun 2022.

Nama Pembimbing II : Herwed Nelson Doloksaribu, S. Pd., M. Kes

No. Tanggal Materi Bmbingan Pembimbing Paraf

Pembimbing

1. 06 April 2022 1. Pengajuan Judul H. Nelson D, S.Pd.,


KTI
M. Kes

2. 10 April 2022 1. Bimbingan Bab I H. Nelson D, S.Pd.,


2. Revisi Bab I
M. Kes
3. Satu paragraf
minimal 4 baris

3. 13 April 2022 1, Revisi Bab I H. Nelson D, S.Pd.,


2. Benarkan tujuan
M. Kes
nama nama di kata
pengantar,
tambahkan nama
kepala Puskesmas
4. 14 pril 1. Revisi penulisan H. Nelson D, S.Pd.,
yang salah di bab I
2022 M. Kes

5. 20 April 2022 1. Revisi Bab I H. Nelson D, S.Pd.,


2. Hitamkan Judul
M. Kes
KTI
6. 26 April 2022 1. Bimbingan Bab II. H. Nelson D, S.Pd.,
2. Rapihkan Tabel
M. Kes
3. Lanjut Bab III
7. 11 Mei 2022 1. Bimbingan Bab III H. Nelson D, S.Pd.,
2. Revisi Bab III Bab
M. Kes
III ACC
3. Lanjut Bab IV
4. Benarkan penulisan
yang salah
9 04 Juli 2022 1. Revisi Abstrak H. Nelson D, S.Pd.,
Bahasa asing
M. Kes
dimiringkan
10 07 Juli 2022 1. Lengkapi daftar H. Nelson D, S.Pd.,
pustaka, gunakan
M. Kes
enter pada daftar
pustaka
11 11 Juli 2022 1. Bimbingan Bab IV H. Nelson D, S.Pd.,
2. Perbaiki daftar isi
M. Kes

12 11 Juli 2022 1. Bab I-V & H. Nelson D, S.Pd.,


Lampiran ACC
M. Kes
2. Lanjutkan untuk
daftar sidang
dan tanda
tangan surat
persetujuan

Lampiran X Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama : ANNISA FITRI VIRGIANI
Tempat , Tanggal Lahir : Purwakarta, 18 Agustus 2001
NIM : 1900001006
Alamat : Kp. Sukajadi RT/RW 06/02, Ds. Sukahaji, Kec.
Tegalwaru, Kab. Purwakarta.

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Sukahaji Lulus tahun 2013


2. MTS Nurul Fata Lulus tahun 2016
3. SMA Negeri 1 Tegalwaru Lulus tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai